PAJAK PENGHASIL ORANG PRIBADI (PPh OP)

advertisement
WAJIB PAJAK
(UU No.28 Tahun 2007 Ps1 dan 2)
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan,
meliputi pembayar pajak, pemotong pajak
dan pemungut pajak, yang mempunyai hak
dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan
Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi
persyaratan subyektif dan obyektif wajib
mendaftarkan diri pada kantor Ditjen Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak
dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP).
Subyek Pajak Penghasilan
Yang menjadi Subyek Pajak (UU No.36 thn 2008
ttg PPh Psl 2 ayat 1) adalah :
1.
a. orang pribadi
b. warisan yang belum terbagi sebagai
satu kesatuan menggantikan yang
berhak.
2.
Badan
3. Bentuk Usaha Tetap
Subyek Pajak Dalam Negeri
Yang dimaksud dengan Subyek Pajak Dalam
Negeri (Ps 2 ayat 3) adalah :
1.
Orang pribadi yang bertempat tinggal di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan atau orang pribadi yang
dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat bertempat
tinggal di Indonesia.
2.
3.
Badan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia.
Warisan yang belum terbagi (sebagai satu
kesatuan), menggantikan yang berhak.
Subyek Pajak Luar Negeri
Yang dimaksud dengan Subyek Pajak Luar
Negeri (Pasal 2 ayat 4) adalah :
1. Orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan serta badan yang
tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia.
2.
Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal
di Indonesia atau berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan serta badan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia
yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia bukan dari
menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia.
Yang dimaksud dengan Bentuk Usaha Tetap
adalah :
1.
Bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia atau berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan atau
2. Badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia untuk
menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan di Indonesia.
Bukan Subyek Pajak Penghasilan
Yang tidak termasuk Subyek Pajak (Pasal 3)
adalah :
1.
Badan perwakilan negara asing.
2.
Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik,
konsulat atau pejabat-pejabat lain dari
negara asing dan orang-orang yang
diperbantukan kepada mereka yang
bekerja pada dan bertempat tinggal
bersama-sama mereka, dengan syarat
- Bukan warga negara Indonesia.
- Mereka tidak menerima atau memperoleh
penghasilan lain di luar jabatan atau
pekerjaannya tersebut di Indonesia, dan
- negara yang bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik.
3.
Organisasi-organisasi international yang
ditetapkan dengan Kepmen Keuangan,
dengan syarat :
- Indonesia menjadi anggota organisasi
tersebut dan
- tidak menjalankan usaha atau kegiatan
lain untuk memperoleh penghasilan
dari Indonesia selain memberikan
pinjaman kepada pemerintah yang
dananya berasal dari iuran para
anggota.
4.
Pejabat-pejabat perwakilan organisasi
internasional yang ditetapkan dengan
Kepmen Keuangan dengan syarat :
- bukan warga negara Indonesia.
- tidak menjalankan usaha atau kegiatan
atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari
Indonesia.
OBJEK PAJAK PENGHASILAN
Yang menjadi objek (Pasal 4 ayat 1):
PENGHASILAN
Penghasilan yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang
dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan dengan nama dan dalam
bentuk apapun, termasuk :
1.
Penggantian atau imbalan berkenaan
dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan
dalam bentuk lainnya.
2.
Hadiah dari undian atau pekerjaan atau
kegiatan, dan penghargaan
3.
Laba usaha
4.
Keuntungan karena penjualan atau karena
pengalihan harta termasuk :
a. keuntungan karena pengalihan harta
kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya sebagai pengganti saham
atau penyertaan modal
b. keuntungan karena pengalihan harta
kepada pemegang saham, sekutu, atau
anggota yang diperoleh perseroan,
persekutuan dan badan lainnya
5.
6.
7.
Penerimaan kembali pembayaran pajak yang
telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak
Bunga termasuk premium, diskonto, dan
imbalan karena jaminan pengembalian
utang
Dividen, dengan nama dan dalam bentuk
apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi
8.
9.
10.
11.
Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
Sewa dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta
Penerimaan atau perolehan pembayaran
berkala
dsb
Penghasilan yang dikenakan pajak bersifat
Final
a.
b.
Penghasilan berupa bunga deposito dan
tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat
utang negara dan bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi
Penghasilan berupa hadiah undian
c.
d.
Pengasilan dari transaksi saham dan
sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi
penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan
pasangannya yang diterima oleh
perusahaan modal ventura
Penghasilan dari transaksi pengalihan harta
berupa tanah dan/atau bangunan, usaha
jasa konstruksi, usaha real estate, dan
persewaan tanah dan/atau bangunan
Bukan Objek Pajak Penghasilan
Yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak (Ps 4 ayat
3):
1.
Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang
diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintah dan para penerima zakat yang
berhak.
2.
Harta hibahan yang diterima oleh keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat
dan oleh badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial atau pengusaha
kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh
Menkeu, sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan
antara pihak-pihak yang bersangkutan.
3.
4.
5.
6.
Warisan
Penggantian atau imbalan sehubungan
dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh dalam bentuk natura.
Pembayaran dari perusahaan asuransi
kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
dan asuransi jiwa.
Dan sebagainya.
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
(PTKP)
Besarnya PTKP untuk tahun 2009 sbb :
1.
Rp. 15.840.000,- untuk Wajib Pajak
bersangkutan.
2.
Rp. 1.320.000,- tambahan untuk Wajib Pajak
status kawin.
3.
Rp. 15.840.000,- tambahan untuk seorang istri
yang menerima atau memperoleh penghasilan
dan penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami.
4.
Rp. 1.320.000,- tambahan untuk setiap anggota
keluarga dalam garis keturunan lurus, paling
banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
Contoh :
Wajib Pajak Anton mempunyai seorang istri
dengan tanggungan 4 (empat) orang anak.
Apabila istrinya,
- memperoleh penghasilan dari satu
pemberi kerja yang sudah dipotong
PPh Ps 21 dan
- pekerjaan tersebut tidak ada
hubungannya dengan usaha suami
atau anggota keluarga lainnya,
maka besarnya PTKP yang diberikan
kepada Anton sbs :
Wajib Pajak
Status Kawin
Tanggungan maks 3
Jumlah
Rp. 15.840.000
Rp. 1.320.000
Rp. 3.960.000
Rp. 21.120.000
==========
Sedangkan untuk istrinya, pada saat
pemotongan PPh Pasal 21 oleh pemberi kerja
diberikan PTKP sebesar Rp. 15.840.000,-
Apabila penghasilan istri harus digabung
dengan penghasilan suami, maka besarnya
PTKP yang diberikan kepada Anton sbs :
Wajib Pajak
Rp. 15.840.000
Istri
Rp. 15.840.000
Status Kawin
Rp. 1.320.000
Tanggungan maks 3
Rp. 3.960.000
Jumlah
Rp. 36.960.000
==========
Penentuan besarnya PTKP didasarkan pada
keadaan Wajib Pajak yang bersangkutan pada
awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak.
Misalnya,
pada tanggal 1 Januari 2001 Wajib
Pajak Budi berstatus kawin dengan
tanggunan 1 (satu) anak atau K/1.
Apabila anak yang kedua lahir pada tanggal 1
Januari 2001, maka besarnya PTKP yang
diberikan kepada Wajib Pajak Budi untuk tahun
pajak 2001 tetap dihitung berdasarkan status
kawin dengan 1 (satu) anak.
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
(NPWP)
NPWP adalah nomor yang diberikan kepada
Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
Wajib Pajak yang telah terdaftar akan
memperoleh NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu
9 digit pertama merupakan kode Wajib Pajak
dan 6 digit berikutnya merupakan Kode
Administrasi Perpajakan.
Jangka Waktu Pendaftaran atau
Pelaporan Kegiatan Usaha
Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha
atau pekerjaan bebas serta Wajib Pajak badan wajib
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling
lambat 1 (satu) bulan setelah usaha dijalankan.
Wajib Pajak wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sebelum
melakukan penyerahan Barang atau Jasa Kena Pajak.
Saat usaha mulai dijalankan adalah saat pendirian
atau saat usaha mulai dilakukan (mana yang lebih
dulu terjadi).
Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas, apabila sampai dengan
satu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya
melebihi PTKP setahun, wajib mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP paling lambat pada akhir bulan
berikutnya.
Wajib Pajak mendaftarkan diri untuk memperoleh
NPWP ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak.
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan
usaha di beberapa tempat juga wajib mendaftarkan
diri ke KPP tempat dimana semua kegiatan usaha
Wajib Pajak tersebut berada.
Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian
NPWP dan Pengukuhan PKP
Tata cara pengukuhan dan pemberian NPWP
adalah sebagai berikut.
1. Wajib Pajak atau orang yang diberi kuasa
khusus yang mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP dan Pengusaha yang
melaporkan kegiatan usaha untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
wajib mengisi, menandatangani, dan
menyampaikan formulir pendaftaran ke
KPP.
2.
3.
Berdasarkan formulir pendaftaran tersebut,
KPP menerbitkan Kartu NPWP dan Surat
Keterangan Terdaftar dan atau Surat
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
KPP menerbitkan Kartu NPWP dan Surat
Keterangan Terdaftar paling lama pada hari
kerja berikutnya setelah permohonan
pendaftaran berserta persyaratannya
diterima secara lengkap.
4.
5.
KPP menerbitkan Surat pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak paling lama 3 (tiga) hari kerja
berikutnya setelah pelaporan beserta
persyaratannya diterima secara lengkap.
Dalam hal Wajib Pajak melakukan pendaftaran
sekaligus melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka
Kartu NPWP, Surat Keterangan Terdaftar, dan
Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
diterbitkan secara bersamaan paling lama 3 hari
kerja berikutnya setelah permohonan
pendaftaran dan pelaporan beserta
persyaratannya diterima secara lengkap.
Penghapusan NPWP dan Pencabutan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Tindakan penghapusan NPWP dari tata usaha
KPP dilakukan jika :
1.
Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia
dan tidak meninggalkan warisan.
2.
Wanita Kawin tidak dengan perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan.
3.
Wajib Pajak orang pribadi lainnya selain
kedua wajib pajak tersebut yang tidak
memenuhi syarat lagi sebagai Wajib Pajak.
4.
5.
6.
Warisan yang belum terbagi dalam
kedudukan sebagai subyek pajak selesai
dibagi.
Wajib Pajak badan yang telah dibubarkan
secara resmi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Bentuk usaha tetap yang karena sesuatu hal
kehilangan statusnya sebagai bentuk usaha
tetap.
Penghapusan NPWP dapat dilakukan apabila
hutang pajak telah dilunasi atau hak untuk
melakukan penagihan telah daluwarsa,
kecuali dari hasil pemeriksaan pajak
diketahui bahwa hutang pajak tersebut
tidak dapat atau tidak mungkin ditagih
lagi disebabkan oleh :
1.
WP orang pribadi meninggal dunia dengan
tidak meninggalkan harta warisan dan
tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris
tidak dapat ditemukan.
2.
Wajib Pajak tidak mempunyai harta
kekayaan lagi.
3.
Sebab lain sesuai dengan hasil
pemeriksaan.
Penghapusan NPWP bagi Wajib Pajak wanita
kawin dapat dilakukan dengan ketentuan bahwa
suami telah terdaftar sebagai Wajib Pajak dan
berlaku sejak awal tahun berikutnya setelah
tahun perkawinan dilaksanakan.
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
dan SURAT SETORAN PAJAK
SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan perhitungan
dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan
atau bukan objek pajak dan atau aktiva dan
kewajiban, menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
SPT terdiri dari SPT Masa dan SPT Tahunan.
SPT Masa adalah SPT untuk suatu Masa Pajak.
SPT Tahunan adalah SPT untuk suatu tahun
pajak atau bagian tahun pajak.
Batas waktu penyampaian SPT (UU KUP Ps 3 ayat
3) :
1.
SPT Masa, paling lama 20 hari setelah masa
pajak.
2.
SPT Tahunan, paling lama 3 bulan setelah
akhir tahun pajak untuk WP Orang Pribadi.
3.
SPT Tahunan, paling lama 4 bulan setelah
akhir tahun pajak untuk WP Badan.
Bila SPT disampaikan tidak sesuai batas waktu :
•
Diterbitkan Surat Teguran.
•
Dikenakan sanksi administrasi berupa
denda :
SPT Masa PPN sebesar Rp. 500.000,SPT Masa Lainnya sbs Rp. 100.000,SPT Tahunan Badan sbs Rp. 1.000.000,SPT Tahunan OP sbs Rp. 100.000,-
Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang
oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan
pembayaran atau penyetoran pajak yang
terutang ke kas negara melalui Kantor Pos
dan atau bank persepsi atau tempat
pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan.
Pembayaran SPT Masa paling lama 15 hari
setelah masa pajak berakhir. Sedangkan
untuk SPT Tahunan harus dibayar lunas
sebelum SPT disampaikan. Keterlambatan
dikenakan denda 2% perbulan sampai dengan
tanggal pembayaran. (UU KUP Ps 9)
Contoh :
Angsuran masa PPh Pasal 25 Tahun 2002
sebesar Rp. 10.000.000,- per bulan. Angsuran
masa pajak Mei tahun 2002 dibayar tanggal 18
Juni 2002 dan dilaporkan tanggal 19 Juni 2002.
Tanggal 15 Juli 2002 diterbitkan Surat Tagihan
Pajak (STP).
Sanksi bunga dalam STP dihitung 1 bulan :
1 x 2% x Rp. 10.000.000,- = Rp. 200.000,-
DASAR PENGENAAN PAJAK DAN
PERHITUNGAN PKP
Pada penentuan besarnya Pajak Penghasilan
yang terutang, terlebih dahulu harus
diketahui dasar pengenaan pajaknya.
Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan BUT, yang
menjadi dasar pengenaan pajaknya adalah
Penghasilan Kena Pajak (PKP), sedangkan bagi
Wajib Pajak Luar Negeri dasar pengenaan
pajaknya adalah Penghasilan Bruto.
PKP untuk WP sebagai Karyawan adalah
Penghasilan Netto setelah dikurangkan Zakat
atas Penghasilan dan PTKP.
Sedangkan yang termasuk dalam Penghasilan
Netto adalah :
- Penghasilan Netto sehubungan dengan
pekerjaan
- Penghasilan Netto Dalam Negeri lainnya.
- Penghasilan Netto Luar Negeri
Yang dimaksud dengan Penghasilan Netto
sehubungan dengan pekerjaan adalah :
Penghasilan Bruto
Pengurang : Biaya Jabatan
Biaya Pensiun
: xxxxx
: xxxxx
: xxxxx
xxxxx
=====
Contoh :
Komarudin bekerja sebagai karyawan pada
PT Subur Makmur dengan penghasilan
bruto tahun 2009 sebesar Rp. 60.000.000,Atas penghasilan tersebut telah dipotong
PPh Pasal 21 sebesar Rp. 2.000.000,Selama tahun 2009 Komarudin telah
membayar iuran pensiun Rp. 1.500.000,Komarudin telah menikah dengan
dikaruniai 2 (dua) anak dan istri tidak
bekerja.
Komarudin memiliki sebuah mobil yang
disewakan dengan nilai sewa per tahun Rp.
10.000.000,- Atas penghasilan sewa tersebut
telah dipotong PPh Pasal 23 sebesar Rp.
150.000,Komarudin telah menunaikan zakat kepada
Badan Amil Zakat sebesar Rp. 1.500.000,Hitung PPh terhutang yang masih harus
dibayar oleh komarudin.
Penghasilan Bruto
Biaya Jab. :
5% x 60 juta
Iuran Pensiun
Penghasilan Netto Pek.
Penghasilan sewa
Jumlah
Dikurangi :
- Zakat
- PTKP
PKP
60.000.000
3.000.000
1.500.000
55.500.000
10.000.000
65.500.000
1.500.000
19.800.000
44.200.000
PPh Terhutang
5% x 44.200.000
Kredit Pajak
PPh 21
PPh 23
PPh yang harus dibayar
2.210.000
2.000.000
150.000
60.000
======
Perhitungan Penghasilan Kena Pajak
Perhitungan besarnya PKP Wajib Pajak Dalam
Negeri dan BUT dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu :
1.
Menggunakan pembukuan.
2. Menggunakan Norma Perhitungan
Penghasilan Neto.
Menggunakan Pembukuan
Besarnya PKP bagi :
- Wajib Pajak Badan adalah sebesar penghasilan
netonya (penghasilan bruto dikurang dengan
biaya yang boleh dikurangkan), sedangkan
- Wajib Pajak orang pribadi adalah sebesar
penghasilan neto setelah kompensasi kerugian
dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP)
Contoh cara perhitungan :
Peredaran Bruto
Biaya M3
Laba usaha
Penghasilan lain
Biaya M3 Phs lain
Jumlah Penghasilan
Kompensasi kerugian
PKP
PTKP (K/3)
PKP orang pribadi
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
300.000.000
255.000.000
45.000.000
5.000.000
3.000.000
47.000.000
2.000.000
45.000.000
21.120.000
23.880.000
Menggunakan Norma Perhitungan Netto
Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas dengan
peredaran bruto sebesar Rp. 1.800.000.000,atau lebih dalam 1 (satu) tahun wajib
menyelenggarakan pembukuan.
Di bawah Rp. 1.800.000.000,- WP tidak wajib
menyelenggarakan pembukuan, dapat
menghitung penghasilan netto usaha dengan
menggunakan Norma Perhitungan
Penghasilan Netto
Contoh :
Peredaran bruto
Phs netto (norma)
misal 20%
Phs netto lain
Jumlah
PTKP (K/3)
Phs Kena Pajak
Rp. 300.000.000
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
60.000.000
5.000.000
65.000.000
23.880.000
41.120.000
TARIF PAJAK PENGHASILAN
Lapisan PKP
s.d 50.000.000
50 juta s.d 250 juta
250 juta s.d 500 juta
di atas 500 juta
Tarif Pajak
5%
15%
25%
30%
Contoh :
Jumlah Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp.
650.000.000. Pajak Penghasilan terhutang :
5% x 50 juta
Rp. 2.500.000
15% x 200 juta
Rp. 30.000.000
25% x 250 juta
Rp. 62.500.000
30% x 150 juta
Rp. 45.000.000
Rp.139.000.000
==========


Pembagian laba dengan nama dan dalam
bentuk apapun seperti dividen, termasuk
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan
asuransi kepada pemegang polis dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi.
Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan
untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota

Pembentukan atau pemupukan dana
cadangan kecuali cadangan piutang tak
tertagih untuk usaha bank dan sewa guna
usaha dengan hak opsi, cadangan untuk
usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamsi
untuk usaha pertambangan, yang ketentuan
dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan.

Premi asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi bea siswa, yang dibayarkan oleh
Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar
oleh pemberi kerja dan premi tersebut
dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib
Pajak yang bersangkutan.

Penggantian atau imbalan sehubungan
dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali
penyediaan makanaan danminuman bagi
seluruh pegawai serta penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan
di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan



Jumlah yang melebihi kewajaran yang
dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan
Pajak Penghasilan
Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan
untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau
orang yang menjadi tanggungannya.


Gaji yang dibayarkan kepada anggota
persekutuan, firma atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham.
Sanksi adm berupa bunga, denda dan
keanikan serta sanksi pidana berupa denda
yang berkenaan dengan pelaksanaan
undang-undang di bidang perpajakan.
Download