1 MODUL PERKULIAHAN Metode Observasi & Wawancara PIO & Pendidikan Fakultas Program Studi Psikologi Psikologi Tatap Muka 12 Kode MK Disusun Oleh 61072 Rizka Putri Utami, M.Psi Abstract Kompetensi Modul ini berisi tentang: Analisa Data Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan: Analisa Data Analisa data merupakan tahap pertengahan dari serangkaian tahap dalam sebuah penelitian yang mempunyai fungsi yang sangat penting. Hasil penelitian yang dihasilkan harus melalui proses analisa data terlebih dahulu agar dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Agar mendapatkan hasil penelitian yang sahih dan dapat dipertanggungjawabkan, seorang peneliti harus mampu melakukan analisa data secara tepat dan sesuai prosedur yang ditetapkan. Inti dari analisa data, baik dalam penelitian kualitatif maupun kuantitatif adalah mengurai dan mengolah data mentah menjadi data yang dapat ditafsirkan dan dipahami secara lebih spesifik dan diakui dalam suatu perspektif ilmiah yang sama, sehingga hasil dari analisis data yang baik adalah data olah yang tepat dan dimaknai sama atau relatif sama dan tidak bias atau menimbulkan perspektif yang berbedabeda. Dalam penelitian kualitatif, teknik analisa data dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu teknik manual dan teknik dengan bantuan software analisa data. Tentu saja, teknik manual dipandang kurang efisien dari segi waktu dibandingkan dengan teknik piranti lunak. Namun, banyak ahli penelitian kualitatif cenderung menggunakan teknik manual daripada teknik dengan bantuan software, karena bentu data kualitatif yang berbentuk uraian dengan sifat yang sangat fleksibel membutuhkan kepekaan dari peneliti agar dapat menghasilkan data olah yang optimal. Proses Pengambilan Data Kualitatif Proses analisa data kualitatif merupakan suatu proses yang berbeda dengan proses analisa data kuantitatif. Secara urutan, proses analisa data kualitatif akan dilakukan ketika proses pengambilan data (intake data) telah “selesai”. Dikatakan “selesai” bukan berarti bahwa sudah tidak ada lagi terjadi proses pengambilan data. Proses pengambilan data kualitatif sebenarnya bukan merupakan segmen yang terjadi pada satu waktu. Inilah yang membedakan kualitatif dengan proses pengambilan data kuantitatif. Pada proses pengambilan data kuantitatif, peneliti dapat secara serentak dan dalam satu waktu membagikan kuisioner kepada sejumlah subyek penelitian, dan ketika subyek penelitian tersebut telah selesai mengisi kuisioner yang dibagikan dan dikumpulkan kembali kepada peneliti, proses pengambilan data dapat dikatakan selesai. Demikian juga halnya dengan proses analisis data kualitatif. Proses analisis data kualitatif juga sebenarnya bukan merupakan segmen yang terjadi pada satu waktu, tetapi merupakan proses yang telah dimulai seiring dengan jalannya penelitian. Proses ini dimulai sejak studi pre eliminary dilakukan bahkan hingga selesainya penelitian. Hal ini pula yang 2016 2 Metode Obswan PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id membedakan proses analisis data kualitatif dengan proses analisa data kuantitatif. Pada proses analisa data kuantitatif, proses analisa data akan dilakukan ketika proses pengambilan data telah selesai dilakukan. Data yang diperoleh dari proses pengambilan data dapat langsung dianalisis dengan menggunakan metode tertentu pada satu segmen dan satu waktu. Setelah proses analisis data selesai, maka hasil analisa data tersebut dapat langsung membuktikan hipotesis yang diajukan dan dapat langsung digeneralisasikan kepada populasi. Berbeda dengan proses analisa data kualitatif, proses analisa datanya idealnya sudah dimulai dan dilakukan ketika awal penelitian dilakukan (kjetika studi pre eliminary) hingga akhir penelitian. Pada studi pre eliminary, peneliti kualitatif sudah mulai melakukan penilaian tema dan kategorisasi tema, di mana pemilahan tema dan kategorisasi temantersebut sudah masuk pada rangkaian proses analisis data kualitatif. Bahkan setiap kali peneliti melakukan proses pengambilan data, idealnya peneliti langsung melakukan rangkaian analisis data kualitatif setidaknya sudah melakukan rangkaian analisis data kualitatif setidaknya sudah melakukan pemilahan tema dan kategorisasi tema tersebut. Teknik Analisa Data Kualitatif Teknik analisa data dengan bantuan peranti lunak telah lama ditemukan dan berkembang serta dapat dijadikan salah satu teknik dalam analisa data. Beberapa software pendukung antara lain yang dapat digunakan sebagai alat analisa data adalah Hypercartd, Aquadm Ethnograph, dan lain sebagainya. Sebagian peneliti kualitatif sangat terbantu dan mempermudah analisa data kualitatif dengan menggunakan software tersebut. Akan tetapi, sebagian peneliti kualitatif lainnya berpendapat bahwa analisis data kualitatif dengan bantuan software tetap saja terdapat beberapa kelemahan yang dapat menjadi hambatan dalam melakukan analisa data. Hingga kini, penggunaan software dalam analisis data kualitatif masih menjadi polemik dan perdebatan metodologi karena dipandang masih menimbulkan bias dalam hasil analisanya. Terdapat kelompok pro dan kontra terhadap teknik analisa data kualitatif dengan bantuan software. Semuanya dikembalikan kepada peneliti, tetapi satu hal yang pasti, tidak terlalu penting apakah akan pro dan kontra karena sesungguhnya inti dari penelitian kualitatif adalah dalam rangka “memahami” central phenomenon yang kita teliti, dan penggunaan alat bantu sifatnya adalah optional tergantung situasi dan kondisi serta kemampuan dari peneliti itu sendiri. Creswell mengemukakan beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisa data kualitatif antara lain: 2016 3 Metode Obswan PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Analisa data kualitatif dapat dilakukan secara simultan dengan proses pengumpulan data, interpretasi data, dan penulisan naratif lainnya. 2. Pastikan bahwa proses analisa data kualitatif yang telah dilakukan berdasarkan pada proses reduksi data (data reduction) dan interpretasi. Data yang telah diperoleh direduksi ke dalam pola pola tertentu, kemudian melakuakn kategorisasi tema (memilah-milah dan menyatukan tema yang memiliki kesamaan), kemudian melakukan interpretasi kategori tersebut berdasarkan skema sekam yang didapat. Hasil akhir dari interpretasi tersebut adalag suatu gambaran umum yang luas yang terdiri atas skema skema spesifik di dalamnya. 3. Ubah data hasil reduksi ke dalam bentuk matriks Miles dan Huberman (1984) menyatakan bahwa bentuk matrik akan mempermudah peneliti dan pembaca untuk melihat data secara lebih sistematis. Dari matriks tersbut juga akan terlihat hubungan antara kategori data menurut subyek,kategori data menurut informan, berdasarkan lokasi penelitian, berdasarkan demografis, berdasarkan waktu, dan berdasarkan perbedaan kategori lainnya. 4. Identifikasi prosedur pengkodean (coding) digunakan dalam mereduksi informasi ke dalam tema tema atau kategori ketagori yang ada. Data yang telah diperoleh dari wawancara, observasi, ataupun metode lainnya yang telah diubah ke dalam bentuk skrip berdasarkan tema tema tertentu, dan kategori kategori tertentu, diberi kode kode tertentu. Proses pemberian kode berdasarkan kategori atau tema tertentu disebut dengan pengkodean. Beberapa ahli kualitatif menyebut istilah pengkodean ini dengan beberapa istilah yang berbeda namun secara substansial sama. 5. Hasil analisa data yang telah melewati prosedur reduksi yang telah diubah menjadi bentuk matriks yang telah diberi kode (coding). Selanjutnya disesuaikan dengan model kualitatif yang dipilih. Model kualitatif yang dipilih apakah fenomenologi, graunded theory, etnografi atau studi kasus memiliki masing-masing kekhasan dan tujuan. Hasil analisis data yang telah melalui serangkaian prosedur sebelumnya disesuaikan dengan kekhasan dan tujuan dari model yang telah ditentukan dalam penelitian. Pada dasarnya, dan pada prinsipnya, semua teknik analisis data kualitatif adalah sama, yaitu melewati prosedur pengumpulan data, inout data, penarikan kesimpulan dan verifikasi, dan diakhiri dengan penulisan hasil temuan dalam bentuk narasi. Bila mengacu kepada poin-poin tahapan analisis data kualitatif menurut Cerewell, teknik analisa data yang lebih mudah dipahami dan lebih sesuai adalah teknik analisis data model interaktif menurut 2016 4 Metode Obswan PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Miles & Huberman. Selain model interaktif ini, masih banyak model model analisis data kualitatif lainnya yang juga dapat digunakan sesuai dengan tujuan, model penelitian kualitatif, dan kepentingan dari penelitian yang dilakukan. Teknik analisis data model interaktif menurut Miles & Hubermanterdiri atas empat tahapan yang dilakukan. Yaitu, pengumpulan data, reduksi data, tahap display dan penarikan kesimpulan atau tahap verifikasi. Apa saja yang perlu dilakukan pada setiap tahap tersebut akan dijelaskan berikut ini: 1. Pengumpulan Data Proses pengumpulan data pada penelitian kualitatif dilakukan sebelum penelitian, pada saat penelitian, dan bahkan di akhir penelitian. Idealnya, proses pengumpulan data sudah dilakukan ketika peneltian masih berupa konsep atau draft. Bahkan, Creswll (2008) menyarankan peneliti kualitatif sebaiknya sudah berpikir dan melakukan analisis ketika penelitian kualitatif baru dimulai. Maksudnya adalah peneliti telah melakukan analisis tema dan melakukan pemilahan tema pada awal penelitian. Intinya, proses pengunpulan data pada penelitian kualitatif tidak memiliki segmen atau waktu tersendiri, melainkan sepanjang penelitian yang dilakukan proses pengumpulan data dapat dilakukan. Pada awal penelitian, umumnya peneliti melakukan studi pre eliminary yang berfungsi untuk verifikasi dan pembuktian awal bahwa fenomena yang diteliti itu benar benar ada. Studi preeliminary tersebut sudah termasuk dalam proses pengumpulan data. Pada studi preeliminary, peneliti sudah melakukan wawancara, observasi dan lain sebagainya dan hasil dari aktivitas tersebut adalah data. Pada saat subyek melakukan pendekatan dan menjalin hubungan dengan subyek penelitian dengan responden penelitian, melakukan observasi, membuat catatan lapangan, bahkan ketika peneliti berinteraksi dengan lingkungan sosial subyek dan informan, itu semua merupakan proses pengumpulan data yang hasilnya adalah data yang akan diolah. Benar-benar tidak ada segmen atau waktu yang spesifik dan khusus yang disediakan untuk proses pengumpulan data dalam penelitian kualitatif karena sepanjang penelitian berlangsung, sepanjang itu pula proses pengumpulan data dilakukan. 2. Reduksi Data Inti dari reduksi data dalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan yang akan dianalisis. Hasil dari 2016 5 Metode Obswan PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id wawancara, hasil observasi, hasil studi dokumentasi dan atau hasil dari FGD diubah menjadi bentuk tulisan sesuai dengan formatnya masing-masing. o Hasil dari rekaman wawancara --> bentuk verbatim wawancara. o Hasil observasi dan temuan lapangan --> tabel hasil observasi disesuaikan dengan metode observasu yang digunakan. o Hasil studi dokumentasi -> skrip analisis dokumen. o Hasil FGD --> verbatim hasil FGD. Format Verbatim Wawancara Setelah rangkaian wawancara dilakukan, langkah berikutnya adalah mengubah hasil wawancara ke dalam bentuk verbatim. Berikut dilampirkan format verbatim wawancara beserta kolom-kolom yang nantinya diperlukan dalam analisa data. Contoh verbatim wawabcara: Wawancara ke : Nama Subyek : Pekerjaan : Waktu : Lokasi : Baris tanggal Pelaku jam Uraian wawancara Tema 1 Interviewer (IR) Pembukaan 5 Interviewer (IE) Pembukaan Keterangan: - Wawancara ke Berisi tentang informasi urutan wawancara dari serangkaian wawancara yang dilakukan terjadap subyek penelitian atau terhadap tiap subyek, jika subyek penelitian berjumlah lebih dari satu. - 2016 6 Nama Subyek Metode Obswan PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Berisi tentang nama subyek yang kita wawancarai. Terdapat aturan umum dalam menulis nama subyek penelitian. Nama boleh ditulis dengan nama sebenarnya, jika hal atau tema wawancara bukanlah hal yang sensitif, reaktif atau negatif dan tidak merusak atau mengganggu nama baik subyek yang bersangkutan. Kedua, jika ingin mencantumkan nama subyek harus berdasarkan kesepakatan dan persetujuan dari subyek yang bersangkutan. Umumnya dalam penelitian kualitatif, nama subyek ditulis secara inisial atau ditulis dengan nama samaran (yang bukan sebenarnya). - Pekerjaan Berisi tentang pekerjaan dari subyek penelitian saat ini. Tuliskan apa adanya, tetapi tidak perlu terlalu detail. Identitas pekerjaan ini bersifat pilihan saja. Artinya jika dirasa tidak perlu maka tidak perlu dicantumkan dalam tabel verbatim. Atau boleh saja jika peneliti hendak mengganti identtitas pekerjaan menjadi identitas lainnya, misalnya suku bangsa, kewarganegaraan. - Waktu Berisi tentang tanggal dilakukannya wawancara serta berapa lama durasi waktu ketika wawancara berlangsung. - Lokasi Berisi tentang lokasi ketika wawancara berlangsung. Tidak perlu terlalu detail, cukup intinya saja. Setelah informasi awal telah selesai, selanjutnya dalah mengisi kolom-kolom yang terdapat pada tabel verbatim wawancara. Terdapat empat kolom, yaitu 1. Baris Berisi tentang informasi urutanbaris dari pernyataan peneliti dan sbuyek penelitian pada kolom uraian wawancara. Baris sangat diperlukan dalam pengkodean dan keperluan croscheck data pada verbatim wawancara. Dalam kolom baris biasanya peneliti kualitatif mengisinya dengan pola interval 5. Artinya, tidak setiap per satuan baris peneliti mencantumkan urutannya, tetapi hanya dalam kelipatan 5 saja. Hal ini dilakukan untuk tujuan memudahkan peneliti dalam mencantumnkan urutan baris. 2. Pelaku Berisi tentang susunan orang-orang yang terlibat dalam wawancara tersebut. Siapa saja yang berbicara dicantumkan berdasarkan urutan pembicaraan dalam wawancara. Misalnya, yang berbicara di awal adalah peneliti, kemudian selanjutnya adalah subyek penelitlian, begitu seterusnya hingga dialog dalam wawancara tersebut selesai. Aturan penulisannya, jika yang 2016 7 Metode Obswan PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id berbicara adalah peneliti, maka pelaku dan uraiaan wawancara ditulis dengan format cetak tebal (bold) dan cetak miring (italic), sedangkan untuk orang yang berbicara selain peneliti maka format penulisannya biasa saja. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pembaca dalam membaca dan mengkoreksi hasil verbatim wawancara. 3. Uraian wawancara Berisi tentang semua dialog yang terjadi sejak awal wawancara hingga wawancara selesai tanpa sedikitpun mengubah isi dari dialog tersebut. Setiap kalimat dalam dialog ditulis apa adanya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, jika ada kata kata yang kurang jelas, masih berupa simbol atau bermakna ganda, peneliti dapat memperjelas dengan menggunakan catatan tersendiri yang diberi tanda khusus, misalnya ditulis dalam tanda kurung atau diberi tanda pagar. Format penulisan uraian mengikuti format kolom pelaku. 4. Tema Berisi tentang temaapa yang terdapat pada pernyataan yang dikemukakan oleh subyek atau respon/jawaban dari pertanyaan yang ditanyakan oleh peneliti dalam wawancara tersebut. Tema ditulis menggunakan bahasa peneliti sendiri dan merupakan kalimat pasif. Tema berbentuk kalimat pernyataan. Tema harus disesuaikan dengan tujuan penelitian dan pertanyaan penelitian yang dibuat. Pernyataan atau jawaban subyek yang tidak sesuai atau obrolan/dialog yang terjadi melenceng dari tujuan penelitian, tidak perlu diberi tema, sehingga tidak semua jawaban memiliki tema. Hanya jawaban dan respon subyek yang berarti, bermakna dan sesuai dengan tujuan penelitian saja yang diberi tema. Sebaiknya ketika menuliskan tema, kalimat pernyataannya jangan telalu panjang. Cukup kalimat umum yang singkat, padat, dan jelas saja karena proses analisa data selanjutnya, tema umum tersebut akan dipecah menjadi subtema yang lebih sempit dan spesifik. Untuk kalimat dari jawaban atau respons subyek yang mengandung tema diberi garis bawah (underline). Dalam menulis tema, buatlah tema-tema sama untuk jawaban-jawaban dan respon subyek yang mirip dan hampir sama. Sebisa mungkin kelompokkan jawaban dan respon yang dipandang mirip atau hampir sama ke dalam tema yang sama. Karena dalam proses analisa data selanjutnya akan dilakukan pengelompokkan tema tema yang sama atau hampir sama untuk dianalisis dan dicari benang merahnya, 2016 8 Metode Obswan PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sebagai gambaran format verbatim wawancar dapat dilihat pada Lampiran untuk contoh penggalan verbatim wawancara untuk mempermudah pembaca dalam membuat verbatim wawancara yang sesungguhnya. Format dan tata cara penulisan untuk hasil FGD sama seperti format penulisan verbatim wawancara. Hal yang membedakan adalah dalam FGD subyek yang diwawancarai peserta FGD adalah kelompok lebih dari satu orang. Format Tabel Akumulasi Tema Setelah peneliti membuat dan menyalin seluruh hasil wawancara yang dilakukan ke dalam bentuk vebatim, dan telah diberi tema yang sesuai, seluruh tema yang terdapat pada verbatim wawancara tersebut, dikelompokkan dan disusun alurnya menjadi suatu alur bahasan yang beraturan dan mengalir dalam suatu tabel akumulasi tema beserta frekuensinya. Fungsi dari tabel ini adalah sebagai tabel ringkasan tema yang didapat dalam seluruh proses wawancara, baik wawancara dengan subyek penelitian maupun dengan informan penelitian. Seluruh tema yang didapat dalam seluruh proses wawancara dicantumkan dan disusun sedemikian rupa agar alur tema tersebut teratur dan enak untuk dibaca atau dianalisa. Setelah alur sudah tersusun dengan teratur, maka akan memudahkan peneliti untuk memasukkan tema tema tersebut ke dalam matriks kategorisasi tema dan semakin memudahkan peneliti dalam menganalisis tema tema tersebut. Sebagai gambaran, berikut contoh format tabel akumulasi tema. Contoh Tabel Akumulasi Tema Nama subyek/informan : Jumlah akumulasi tema : Jumlah wawancara yang dilakukan : No Tema yang muncul Frekuensi W1 Keterangan: - 2016 9 Tema yang muncul: Metode Obswan PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id W2 W3 Berisi tentang seluruh tema yang didapat dari verbatim wawancara, mulai dari wawancara pertama (W1), W2, W3 dan seterusnya dari setiap subyek dan informan penelitian. Pada verbatim wawancara, tema tema yang tertulis masih belum beraturan alurnya. Dalam tabel ini, seluruh tema yang masih belum berarturan tadi disusun menjadi lebih teratur dan mengalir sehingga membentuk suatu alur seperti jalan cerita yang sudah tertata. Penataan tema-tema ini bertujuan untuk memudahkan dalam mencantumnkannya ke dalam matriks kategorisasi. - Frekuensi Setelah tema tema tersusun dengan baik dan sudah memiliki alur yang teratur, langkah berikutnya yang akan dilakukan adalah memasukkan tema-tema yang sudah memiliki alur tersbut ke dalam suatu matriks kategorisasi (matriks kategorisasi tercantum pada bahasan display data berikutnya). Format Hasil Observasi Pada contoh berikut yang akan dijelaskan akan digunakan metode behavioral checklist sebagai modelnya. Ingatlah bahwa yang diobservasi adalah perilaku yang tampak, sedangkan potensi perilaku atau perilaku yang belum tampak sulit untuk diobservasi. Seperti yang telah disinggung pada bab sebelumnya, syarat sebuah perilaku yang dapat diobservasi, antara lain dapat dilihat, dapat didengar, dapat dihitung dan dapat diukur. Contoh format tabel Behavioral Checklist Observasi ke : (informasi urutan observasi) Observee : (nama subyek yang kita observasi) Lokasi : (lokasi observasi dilakukan) Waktu : (tanggal pelaksanaan observasi) Setting : (situasi, kondisi, setting lingkungan yang terjadi pada saat observasi dilakukan) Indikator 2016 10 Perilaku yang tampak Metode Obswan PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Ya Tidak Keterangan Keterangan: Indikator - Kolom indikator berisi tentang identitias dari variabel atau central phenomenon berupa aspek/faktor/dimensi/ dan sebagainya yang dapat diobservasi (observable). Hanya yang dapat dilihat/dapat didengar/dapat dihitung/dapat diukur saja yang dapat diobservasi. Perilaku yang tampak - Berisi tentang perilaku yang diobservasi dan dicatat. Perilaku yang dicatat tersebut merupakan aspek/faktor/dimensi dari variabel penelitian atau central phenomenon yang diterjemahkan menjadi perilaku konkret. Dalam, metode behavioral checklist, tugas peneliti adalah membuat dan mencatat perilaku konkret yang merupakan terjemahan dari “identitas” variabel penelitian atau central phenomenon, dimana perilaku konkret tersebut dimungkinkan akan muncul. Kolom checklist - Setelah peneliti membuat dan mencatat perilaku konkret dalam kolom perilaku yang tampak, langkah berikutnya adalah melakukan pengamatan secara seksama terhadap subyek penelitian. Begitu perilaku yang sesuai muncul, catatlah pada kolom ya dengan memberikan tanda checklis (V) Keterangan - Kolom keterangan berfungsi sebagai pelengkap jika diperlukan informasi atau keterangan/catatan tambahan di luar catatan dalam kolom perilaku yang tampak. Kolom ini sufatnya sebagai pelengkap saja, artinya dapat dihilangkan jika tidak diperlukan. 3. Display Data Setelah semua data telah diformat berdasarkan instrumen pengumpul data dan telah berbentuk tulisan (script), langkah selanjutnya adalah melakukan display data. Apa yang dilakukan yang diproses dan apa yang dihasilkan dalam tahap display data akan dijelaskan sebagai berikut: Pada prinsipnya, display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas (yang sudah disususn alurnya dalam tabel akumulasi tema) ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai tema tema yang sudah dikelompokkan dan dikategorisasikan, serta akan memecah tema tema tersebut ke dalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana yang disebut dengan 2016 11 Metode Obswan PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id subtema yang diakhiri dengan memberikan kode (coding) dari subtema tersebut sesuai dengan verbatim wawancara yang sebelumnya telah dilakukan. Jadi, secara urutan akan terdapat tiga tahapan dalam display data, yaitu: 1. Kategori tema 2. Subkategori tema 3. Proses pengkodean Format Tabel Kategorisasi dan Pengkodean Tema Wawancara Subyek Kategori tema Subkategori tema Uraian subkategori dan pengkodean Subyek Informan 1 Kategori tema - Kategori tema merupakan proses pengelompokan tema-tema yang telah disusun dalam tabel akumulasi tema wawancara ke dalam suatu matriks kategorisasi. Tematema yang dicantumkan pada kolom kategori tema sesuai dengan susunan tema pada tabel akumulasi tema yang dipindahkan ke dalam matriks kategorisasi satu per satu secara terperinci, pada kolom kategori tema. Subkategori tema - Setelah serangkaian proses pada tahap kategori tema selesai, hal yang dilakukan selanjutnya adalam membuat subkategori tema. Inti dari tahap subkategori tema adalah membagi tema-tema yang telah tersusun tersebut ke dalam sub tema. Subtema merupakan pecahan atau bagian dari tema yang lebih kecil, lebih sederhana, lebih mudah dicerna dan bersifat lebih praktis. Sama seperti membuat tema pada verbatim wawancara, kalimat penyusun sub tema dalam tahap ini berbentuk kalimat pasif dan kalimat berdasarkan peneliti sendiri. Jumlah subtema dalam satu tema tergantung kepada content dan luasnya tema tersebut. Semakin umum suatu tema, maka akan semakin banyak menghasilkan subtema. Jika suatu tema tidak dapat dipecah menjadi subtema karenaluasnya tema terlalu sempit untuk dipecah. Hal tersebut tidak menjadi masalah. Proses pengkodean - Proses selanjutnya setelah proses subkategori tema adalah proses pengkodean. Inti dari proses pengkodean adalah memasukkan atau mencantumkan pernyataan pernyataan subyek dan atau informan sesuai dengan kategori tema dan subkategori 2016 12 Metode Obswan PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id temanya ke dalam matriks kategorisasi serta memberikan kode tertentu pada setiap pernyataan pernyataan subyek dan informasi tersebut. Terdapat dua proses yang dilakukan pada tahap proses pengkodean, yaitu: Proses memasukkan atau mencantumkan pernyataan-pernyataan subyek dan/atau informannya ke dalam matriks kategorisasi. Setelah proses penyusunan sub kategori tema selesai, selanjutnya adalah mencari pernyataan-pernyataan subyek dan informan yang sesuai dengan subkategorinya. Dalam proses pencarian pernyataan pernyataan subyek dan informan tersebut, peneliti kembali melihat verbatim hasil wawancara subyek dan informan. Tentunya, pembaca masih ingat akan bahasan mengenai verbatim wawancara sebelumnya bahwa dalam format verbatim kolom paling kanan terdapat kolom “tema”, dan sebelah kiri kolom kiri terdapat kolom “uraian wawancara”. Dalam uraian wawancara, jawaban atau respon subyek yang menjelaskan tentang tema, diberi garis bawah (underline). Tugas peneliti dalam tahap proses pengkodean adalah mencari dan melihat kembali, mana saja jawaban atau respon subyek yang sudah diberi garis bawah tadi yang sesuai dengan subkategori tema pada matriks kategorisasi, dan kemudian mencantumkannya pada matriks tersebut dengan kalimat yang sesuai dengan menurut peneliti sendiri. Pemberian kode pada setiap pernyataan pernyataan tersebut. Setelah peneliti mencari, memasukkan atau mencantumkan pernyataan-pernyataan subyek dan/atau informan ke dalam matriks kategorisasi (Dengan kalimat yang sesuai menurut peneliti sendiri), langkah berikutnya adalah pemberian kode pada pernyataan pernyataan tersebut. Kode yang diberikan pada setiap pernyataan subyek atau informan berfungsi sebagai identitas dan keterangan dari pernyataan yang dicuplik pada verbatim wawancara. Format penulisan kode adalah sebagai berikut: (Nama subyek/initial, urutan wawancara, tanggal wawancara, baris pernyataan dalam verbatim wawancara) Contoh: “Walaupun berada di dalam penjara, subyek tetap berusaha mencari makna hidup yang direalisasikan melalui perilaku membantu dan menolong teman teman satu sel.” (SW,W3, 20 Juni 2008, 135-145) 4. Kesimpulan atau Verifikasi 2016 13 Metode Obswan PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kesimpulan merupakan tahap terakhir dalam rangkaian analisis yang dikemukakan oleh Miles & Huberman (1984). Kesimpulan secara esensial berisi tentang uraian dari seluruh subkategorisasi tema yang tercantum pada tabel kategorisasi dan pengkodean yang sudah terselesaikan disertai dengan quote verbatim wawancaranya. Setiap subkategorisasi diuraikan satu per satu secara umum disertai dengan uraian subkategori tema dan pengkodean berupa quote verbatim wawancara yang kemudian disimpulkan Begitu secara spesifik dan mengerucut. seterusnya hingga seluruh subkategorisasi yang tercantum dalam tabel kategorisasi dan coding selesai diuraikan. Langkah yang dilakukan kemudian adalah menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan berdasarkan aspek/komponen/faktor dimensi dari central phenomenon penelitian dengan berlandaskan hasil temuan penelitian dalam uraian sub kategori tema beserta quotes nya yang sebelumnya telah diurai. Langkah terakhir yang harus dilakukan adalah membuat kesimpulan dari temuan dan hasil penelitian dengan memberikan penjelasan simpulan dari jawaban pertanyaan penelitian yang diajukan. Jika dapat disimpulkan terdapat tiga tahapan yang harus dilakukan dalam tahap kesimpulan/verifikasi: Menguraikan subkategori tema dalam tabel kategorisasi dan pengkodean disertai dengan quote verbatim wawancaranya. Kedua, menjelaskan hasil temuan penelitian dengan menjawab pertanyaan penelitian berdasarkan aspek/komponen/faktor/dimensi dari central phenomenon penelitian. Ketiga, membuat kesimpulan dari temuan tersebut dengan memberikan penjelasan dari jawaban pertanyaan penelitian yang diajukan. Ketika tiga tahapan tersebut telah selesai dilakukan, hal tersebut mengindikasikan bahwa secara analisis data kualitatif, penelitian yang dilakukan telah selesai dan kita telah memiliki hasil atau jawaban dari pertanyaan penelitian kita. Daftar Pustaka Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakata: Penerbit Salemba Humanika 2016 14 Metode Obswan PIO dan Pendidikan Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id