Pengembangan Alat Peraga Sains Fisika Berbasis

advertisement
Pengembangan Alat Peraga Sains Fisika Berbasis Lingkungan untuk Materi
Listrik Statis pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Pleret
Eliska Preliana
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UAD
Jl. Prof. Dr. Soepomo, SH. Janturan Yogyakarta
Surat-e: [email protected]
Sampai saat ini pelajaran IPA (fisika) masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan
membosankan karena banyak materi yang abstrak. Materi listrik statis pada pokok bahasan teori
atom merupakan materi yang abstrak dimana atom dan contoh-contoh pemodelan atom masih
dalam bentuk gambar tidak dapat dilihat langsung oleh manusia. Oleh karena itu pemahaman
materi listrik statis pada pokok bahasan teori atom perlu diadakan model riil.Untuk itu, peneliti
mengembangkan alat peraga sains fisika berbasis lingkungan. Peran peraga salah satunya adalah
menjadikan konsep yang abstrak menjadi lebih konkrit.Tujuan dari penelitian ini adalah
mengembangkan alat peraga sains fisika berbasis lingkungan yang dapat digunakan sebagai media
pembelajaran fisika yang menarik dan bermakna, serta mengetahui kelayakan media pembelajaran
tersebut dalam pembelajaran fisika pada materi listrik statis untuk siswa SMP kelas IX.
Subjek penelitian ini adalah siswa di kelas IX SMP Negeri 3 Pleret.Desain penelitian ini
menggunakan desain ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation dan Evaluation).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket respon untuk ahli materi dan ahli
media (dosen dan guru fisika), angket respon untuk siswa dan nilai hasil belajar dari pretest dan
posttest. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.
Berdasarkan analisis penilaian oleh ahli materi dan ahli media, alat peraga sains fisika berbasis
lingkungan untuk siswa SMP kelas IX, jika di rata-rata diperoleh hasil 87,50% yang berada pada
kategori sangat layak. Kemudian untuk angket respon siswa terhadap penggunaan alat peraga sains
fisika diperoleh rata-rata sebesar 90,92% yang berada pada kategori sangat layak. Untuk hasil
pretest sebelum menggunakan alat peraga diperoleh nilai rata-rata 56,89. Sedangkan dari analisis
terhadap hasil posttest setelah menggunakan alat peraga diperoleh rata-rata 85,86. Berdasarkan
hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa alat peraga yang dirancang, dibuat dan
dikembangkan layak digunakan sebagai alat peraga dalam pembelajaran.
Kata kunci: alat peraga, lingkungan, listrik statis.
I.
Pendahuluan
Dalam dunia pendidikan, fisika merupakan mata
pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa. Fisika merupakan
cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi dan
konsep hidup harmonis dengan alam. Sebagai ilmu yang
mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan
pelajaran yang baik kepada siswa untuk hidup berdasarkan
hukum alam. Hukum-hukum fisika merupakan hasil
pemikiran manusia yang memiliki keterbatasan, artinya
bahwa hukumfisika tidak kebal terhadap perubahan.
Berdasarkan perkembangan teknologi konsep hukum alam
JRKPF UAD Vol.2 No.1 April 2015
tidak akan berjalan secara optimal tanpa pemahaman yang
baik tentang fisika.
Dalam berbagai proses pembelajaran di Indonesia,
peranan guru masih sangat dominan walaupun sebagian dari
mereka telah berupaya untuk menjadi fasilitator disamping
sebagai sumber informasi. Namun pada kenyataannya
pengetahuan manusia sangat terbatas sehingga kita perlu
sumber-sumber informasi lainnya baik dalam belajar
maupun membelajarkan orang lain.
Guru sebagai penyampai materi pelajaran tidak hanya
menyampaikan bahan ajar yang sesuai dengan rancangan
program pembelajaran, namun guru juga dituntut untuk
bisa memberikan kemudahan bagi para siswa dengan proses
Eliska Preliana
6
Pengembangan alat peraga sains fisika berbasis lingkungan untuk materi
listrik statis pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Pleret
pembelajaran yang mudah dipahami dan menyenangkan.
Siswa diharapkan memperoleh dan menemukan nilai ilmu
pengetahuan yang disampaikan guru. Oleh sebab itu
pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam
menyajikan pelajaran perlu diarahkan kepada pemenuhan
kebutuhan dan pengharapan siswa dengan menggunakan
berbagai sumber informasi. Namun untuk menciptakan
suasana pembelajaran seperti itu bukan persoalan yang
mudah. Diperlukan komponen-komponen lain untuk
mendukung proses pembelajaran agar mudah dan
menyenangkan. Salah satu komponen yang bisa
memudahkan siswa belajar dengan menggunakan alat
peraga.
Peran peraga salah satunya adalah menjadikan konsep
yang abstrak menjadi lebih konkrit. Pada pelajaran fisika
materi listrik statis merupakan sesuatu yang abstrak dimana
atom dan contoh-contoh pemodelan struktur atom
tidakdapat dilihat langsung oleh manusia. Oleh karena itu
pemahaman materi listrik statis pada pokok bahasan teori
atom perlu diadakan upaya pengkongkritan. Salah satunya
adalah dengan membuat suatu alat peraga pembelajaran.
Dengan alat peraga pembelajaran ini maka materi listrik
statis pada pokok bahasan teori atom yang abstrak dapat
diamati secara langsung oleh siswa.
Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 3 Pleret,
permasalahan yang ditemukan di sekolah adalah
ketidaktersediaan alat peraga untuk pembelajaran fisika
pada materi listrik statis. Hal itu menyebabkan kurangnya
pemahaman konsep tentang materi yang diajarkan, karena
siswa hanya bisa membayangkan sesuatu yang abstrak tanpa
melihat secara nyata. Guru sebagai motivator dalam proses
pembelajaran dituntut untuk lebih kreatif merancang alat
peraga pendidikan yang seefektif dan semurah mungkin.
Oleh karena itu diperlukan alat peraga yang mudah didapat
namun relevan dengan materi yang dipelajari.
Masalah siswa dalam belajar di kelas salah satunya adalah
kurangnya memahami hal-hal penting dari materi yang
disajikan dan siswa masih kesulitan menyelesaikan soal
hitung menghitung terutama terkait materi listrik statis.
Kesulitan itu menyebabkan rendahnya aktivitas siswa
mengikuti pembelajaran fisika di kelas dan kurangnya
motivasi siswa dalam belajar fisika.
Keterbatasan alat peraga pembelajaran di sekolah
dikarenakan mahalnya harga alat peraga dan minimnya dana
untuk membeli alat-alat peraga tersebut.
Dalam pembelajaran fisika khususnya untuk materi listrik
statis keterbatasan alat peraga ini dapat diatasi dengan
pengembangan peraga pembelajaran berbasis lingkungan.
Alat peraga berbasis lingkungan merupakan alat peraga
yang terbuat dari bahan-bahan bekas atau barang-barang
yang mudah kita temukan di sekitar lingkungan kita [1].
JRKPF UAD Vol. 2 No. 1 April 2015
Selama ini pembelajaran fisika materi listrik statis baru
sebatas pemaparan contoh, siswa belum pernah melihat
langsung contoh-contoh pemodelan struktur atom. Dengan
alat peraga ini pemahaman siswa dalam belajar sains fisika,
khususnya dalam materi listrik statis akan lebih baik.
Pelaksanaan pembelajaran fisika yang aktif dan kreatif
dapat diwujudkan dalam perancangan alat peraga sains
fisika sehingga siswa termotivasi dalam belajar fisika. Oleh
karena itu peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian
dengan tema “Pengembangan Alat Peraga Sains Fisika
Berbasis Lingkungan untuk Materi Listrik Statis pada Siswa
Kelas IX SMP Negeri 3 Pleret dengan harapan bahwa alat
peraga sains fisika mampu menjembatani guru dalam
menjelaskan konsep fisika terutama materi listrik statis.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan
diatas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Materi Listrik Statis dianggap sebagai mata pelajaran
yang sulit dipahami oleh siswa.
2. Kurangnya pemahaman siswa tentang konsep struktur
atom pada materi listrik statis.
3. Siswa masih kesulitan menyelesaikan soal hitung
menghitung terutama terkait materi listrik statis.
4. Ketidaktersediaan alat peraga sains fisika terutama pada
materi listrik statis.
5. Rendahnya aktivitas siswa mengikuti pembelajaran fisika
di kelas dan kurangnya motivasi siswa dalam belajar
fisika.
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengembangkan alat peraga sains fisika untuk
pembelajaran Listrik Statis.
2. Untuk mengetahui kelayakan alat peraga dengan
pembelajaran fisika pada materi listrik statis di SMP
Negeri 3 Pleret.
II. Kajian Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Nur Ika Dewi Sartika
Fitriani,[2] yang berjudul "Pengembangan Alat Peraga Sains
Fisika dengan Memanfaatkan Sampah Anorganik Materi
Kelistrikan dan Kemagnetan pada Siswa SMP/MTs",
menyimpulkan bahwa alat peraga sains fisika yang
dikembangkan layak untuk diaplikasikan di sekolah
SMP/MTs. Produk yang dibuat terdiri dari generator Van
de Graff, gaya Lorentz, dan motor listrik.
Cikanawati,[3] yang berjudul “Pengembangan Alat Peraga
IPA dari Pengolahan Limbah Kertas untuk Pembelajaran
Listrik
Statis’’,
menyimpulkan
bahwa
melalui
pengembangan didapatkan produk baru yang berbentuk tiga
dimensi. Produk baru yang dihasilkan terbuat dari
Eliska Preliana
7
Pengembangan alat peraga sains fisika berbasis lingkungan untuk materi
listrik statis pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Pleret
pengolahan sampah dan limbah bangunan yaitu berupa
pemodelan atom yang berbentuk 3 dimensi.
Agus Slamet Isnanto,[1] yang berjudul “Pengaruh
Penggunaan Alat Peraga Berbasis Lingkungan (APBL) pada
Materi Dinamika Partikel terhadap Kemampuan
Psikomotor P1 Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1
Kutowinangun’’, menyimpulkan bahwa hasil analisis
menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara alat
peraga berbasis lingkungan (APBL) terhadap psikomotor
P1 peserta didik.
Menurut AECT (Association of Education and
Community Technology) dalam Azhar Arsyad[4] adalah
segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan
pesan. Dengan demikian media merupakan alat yang
digunakan untuk menyampaikan atau mengantarkan pesanpesan pengajaran.
Alat Peraga adalah alat bantu untuk mendidik atau
mengajar supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti anak
didik[5]. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
alat peraga yaitu suatu piranti atau alat bantu yang
digunakan oleh guru untuk mendidik dan menyampaikan
materi pelajaran baik berupa benda atau perilaku sehingga
memudahkan siswa untuk memahaminya. Alat peraga dapat
digunakan sebagai media pembelajaran serta menyalurkan
pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, dan
kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar pada diri siswa.
Menurut Soelarko[6] alat peraga adalah tiap-tiap benda
yang dapat menjelaskan suatu ide, prinsip, gejala atau
hukum alam. Soelarko juga menjelaskan bahwa fungsi alat
peraga adalah memvisualisasikan sesuatu yang tidak dapat
dilihat atau sukar dilihat hingga nampak jelas dan dapat
menimbulkan pengertian atau meningkatkan persepsi
seseorang.
Kesimpulannya bahwa alat peraga berbasis lingkungan
adalah alat peraga yang terbuat dari alat dan bahan dari
barang-barang bekas atau yang sederhana, murah, dan
mudah didapatkan di lingkungan sekitar yang dapat
dijadikan peraga pembelajaran
Penelitian
III. Metode Penelitian/Eksperimen
3. Development (tahap pengembangan)
Menurut Sugiyono[7] metode penelitian dan
pengembangan atau dalam bahasa inggrisnya Research and
Development adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji
keefektifan produk tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
menciptakan produk baru yang berupa alat peraga untuk
siswa SMP kelas IX. Penelitian ini diklasifikasikan dalam
JRKPF UAD Vol. 2 No. 1 April 2015
dan
Pengembangan
Development (R & D).
atau
Research
and
Dalam penelitian ini, prosedur yang digunakan mengacu
pada desain pengembangan model ADDIE (Analysis,
Design, Development, Implementation, Evaluation).
Pemilihanmodel pengembangan ini didasarkan pada alasan
bahwa tahapan-tahapan dasar desain pengembangan
ADDIE sederhana, mudah dipelajari, simpel serta lebih
mudah dipraktikan dalam pengembangan media
pembelajaran.
Kelima fase atau tahap dalam model ADDIE dilakukan
secara sistematis. Model desain sistem pembelajaran
ADDIE dengan komponen-komponennya dapat dijelaskan
sebagai berikut ini.
1. Analysis (tahap analisis)
Salah satu masalah dalam dunia pendidikan yang masih
terjadi saat ini yaitu terbatasnya media pembelajaran yang
dapat membangun pengetahuan peserta didik. Berdasarkan
pengamatan di SMP Negeri 3 Pleret, dalam pembelajaran
peserta didik belum menggunakan alat peraga sains fisika
untuk materi listrik statis pada pokok bahasan teori atom.
Peserta didik hanya menggunakan buku paket pelajaran
yang diberikan oleh guru.
2. Design (tahap perencanaan)
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan oleh peneliti
adalah merancang suatu media ajar berupa alat peraga sains
fisika. Rancangan disusun dengan melakukan tahap awal
yaitu pengumpulan referensi mengenai materi listrik statis
pada pokok bahasan atom yang bertujuan agar
mendapatkan banyak sumber yang akurat untuk membuat
alat peraga sains fisika.
Tahap selanjutnya adalah membuat desain tentang
beberapa pemodelan struktur atom yang akan dibuat sebagai
alat peraga dan apa saja yang akan ditulis dalam buku
pedoman penggunaan alat peraga sains fisika dan bagaimana
urutan langkah penyajian materinya serta langkah-langkah
penggunaan alat peraga tersebut. Produk ini diharapkan
dapat meningkatkan produktivitas pembelajaran fisika di
SMP Negeri 3 Pleret.
Setelah diperoleh rancangan alat peraga sains fisika,
kemudian dilanjutkan dengan tahap pengembangan alat
peraga meliputi tahap pembuatan atau penyusunan alat
peraga sesuai dengan hasil perancangan yang diperoleh
tersebut. Data kelayakan alat peraga sains fisika diperoleh
dengan cara memberikan angket kepada ahli materi dan ahli
media (dosen dan guru fisika). Angket tersebut berupa
lembar penilain yang terdiri dari aspek isi buku, penyajian,
kemanfaatan, dan pengoperasian dengan tujuan pembuatan
Eliska Preliana
8
Pengembangan alat peraga sains fisika berbasis lingkungan untuk materi
listrik statis pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Pleret
alat peraga yang selanjutnya akan direvisi sesuai dengan
masukan dari para ahli.
4. Implementation (tahap implementasi)
kelayakan alat peraga.Dalam angket respon ini terdapat 3
aspek penilaian alat peraga sains fisika, yaitu kriteria
pembelajaran, kriteria tampilan dan kriteria teknis.
Dalam tahap ini, setelah produk melalui proses
pengembangan dan revisi dari para ahli maka alat peraga
sains fisika siap untuk diimplementasikan kepada siswa
kelas IX SMP Negeri 3 Pleret. Setelah menggunakan alat
peraga sains fisika tersebut, siswa diminta untuk mengisi
angket respon, kemudian siswa juga diminta untuk memberi
tanggapan atau saran terhadap alat peraga tersebut.
c. Interview (wawancara)
Pedoman wawancara berisi daftar pertanyaan yang
bertujuan untuk mengungkap informasi tentang metode
pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru, kelayakan
penyajian alat serta untuk mendapat saran dan masukan
terkait alat peraga yang telah dikembangkan.Pedoman
wawancara guru dapat dilihat di lampiran 1.7.
5. Evaluation (tahap evaluasi)
d. Tes hasil belajar fisika siswa (pretest dan posttest)
Tes hasil belajar fisika digunakan untuk mengukur
pemahaman siswa terhadap kompetensi yang diajarkan.Uji
kompetensi berupa soal pilihan ganda sebanyak 10 butir
dan essay 5 butir dalam waktu 1 x 30 menit.Soal pilihan
ganda memuat empat pilihan jawaban.Jika jawaban benar
diberi skor 1 sedangkan jika jawaban salah diberi skor 0.
Untuk soal essay jika jawaban benar diberi skor 2
sedangkan jika jawaban salah diberi skor 0.
Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah media
pembelajaran yang dikembangkan telah berhasil dan layak
digunakan sebagai media pembelajaran atau tidak[8]. Pada
tahap ini dilakukan proses untuk menganalisis hasil
implementasi sebagai bahan perbaikan alat peraga. Masukan
dari siswa kemudian dianalisis dan dilakukan revisi kembali
pada bagian-bagian alat peraga sains fisika yang belum
sesuai.Setelah produk direvisi, maka produk akhir yang
dihasilkan berupa alat peraga sains fisika pada materi listrik
statis untuk siswa kelas IX SMP Negeri 3 Pleret telah teruji
validasinya dan dapat dikatakan layak sebagai media
pembelajaran.
Uji coba produk dilakukan terhadap para ahli, yaitu: ahli
materi, ahli media dan pengguna yaitu siswa.
Data yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini
adalah:
a. Data Kualitatif
Data kualititatif berupa masukan, koreksi, dan kritik yang
diberikan oleh dosen ahli materi, dosen ahli media, dan guru
fisika terhadap alat peraga sains fisika.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data hasil penilaian yang
diperoleh dari lembar penilaian atau angket oleh ahli materi
dan ahli media, angket respon siswa dan hasil belajar fisika
siswa yang berupa pretest dan posttest.
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan peneliti
untuk memperoleh data. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Lembar Penilaian Produk
Lembar Penilaian untuk dosen ahli materi, dosen ahli
media dan guru fisika digunakan untuk menilai kualitas alat
peraga sains fisika yang telah dikembangkan berdasarkan
aspek isi buku, penyajian,
b. Angket Respon Siswa
Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui
bagaimana tanggapan siswa terhadap alat peraga dan
JRKPF UAD Vol. 2 No. 1 April 2015
1. Pretest
Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa sebelum alat peraga di ujicobakan. Soal pretest dapat
dilihat pada lampiran 1.5.
2. Posttest
Posttest digunakan untuk mengetahui kemampuan akhir
siswa setelah alat peraga di ujicobakan.Soal posttest dapat
dilihat pada lampiran 1.5.
e. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Rencana kegiatan peneliti yang berisi skenario
pembelajaran tahap demi tahap mengenai aktivitas yang
dilakukan siswa bersama peneliti.
Teknik analisis data sebagai berikut:
a. Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari hasil penilaian ahli materi,
ahli media, dan pengguna yang berupa masukan, tanggapan,
kritik, saran dan perbaikan yang berkaitan dengan alat
peraga sains fisika yang dikembangkan. Tanggapan atau
saran dari validator yang dianggap tepat untuk
pengembangan alat peraga sains fisika maka akan digunakan
sebagai bahan perbaikan pada tahap revisi alat peraga sains
fisika.
b. Data Kuantitatif
Hasil penilaian oleh ahli materi, ahli media, dan angket
respon siswa berupa data kuantitatif. Data tersebut
kemudian dianalisis menggunakan pedoman pengkorvesian
nilai. Nilai akumulasi ini merupakan jumlah nilai total dari
Eliska Preliana
9
Pengembangan alat peraga sains fisika berbasis lingkungan untuk materi
listrik statis pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Pleret
setiap komponen penilaian. Data analisis menggunakan
presentasi keberhasilan sebagai berikut[9]
NP 
R
 100%
SM
(1)
dimana:
NP = nilai persen skor tiap aspek penilaian alat peraga
sains fisika yang diharapkan (dicari)
R = jumlah skor dari tiap aspek penilaian alat peraga
sains fisika
SM = skor maksimal tiap aspek penilaian alat peraga
sains fisika
Dari persentase yang diperoleh kemudian ditransfer
kedalam bentuk nilai, dan dikonversikan dalam bentuk tabel
pedoman penilaian.
IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Analisis data dari ahli materi dan ahli media
Setelah alat peraga sains fisika dinyatakan layak oleh
dosen pembimbing, selanjutnya dilakukan proses penilaian
oleh dua ahli materi dan ahli media. Hasil analisis penilaian
instrumen oleh ahli materi dan ahli media terhadap alat
peraga fisika dapat digambarkan seperti dalam diagram
dibawah ini.
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Hasil Analisis Angket Respon Siswa
Setelah pelaksanaan uji coba selesai, siswa sebagai subjek
uji coba diminta untuk mengisi angket respon siswa
terhadap alat peraga sains fisika yang mereka gunakan dalam
pembelajaran.Bila hasil angket respon siswa tersebut
disajikan dalam bentuk diagram hasilnya dapat dilihat
dibawah ini.
100%
80%
Kriteria Pembelajaran
60%
Kriteria Tampilan
40%
Kriteria Teknis
20%
Aspek
Penilaian
0%
90,00%
Pengoperasian
Pemanfaatan
92,52%
89,90%
Gambar 2. Hasil angket respon siswa
Penyajian
V. Kesimpulan
Isi Buku
Gambar 1. Hasil analisis penilaian instrumen oleh ahli materi dan
ahli media
Hasil Analisis Data Pretest dan Posttest
Setelah alat peraga sains fisika dinyatakan layak oleh ahli
materi, ahli media dan guru fisika, maka alat peraga sains
fisika siap diimplementasikan kepada siswa SMP.Uji coba
alat peraga sains fisika dilaksanakan di SMP Negeri 3 Pleret
kelas IX A dengan melibatkan 29 siswa. Proses uji coba
dilaksanakan pada tanggal 11 September 2014.
Dari data analisis terhadap hasil pretest, disimpulkan
bahwa 29 siswa kelas IX A sebelum menggunakan alat
JRKPF UAD Vol. 2 No. 1 April 2015
peraga sains fisika memperoleh nilai rata-rata 56,89. Hal ini
menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada saat pretest
berada dalam kategori cukup baik. Dari data analisis
terhadap hasil posttest, disimpulkan bahwa 29 siswa kelas
IX A setelah menggunakan alat peraga memperoleh nilai
rata-rata 85,86.
Dengan berpedoman pada konversi nilai, nilai rata-rata
tersebut masuk dalam kategori baik dan terdapat perbedaan
yang sangat signifikan pada hasil belajar siswa. Berdasarkan
hasil analisis pretest dan posttest tersebut dapat
disimpulkan bahwa pemahaman siswa dalam kegiatan
pembelajaran menggunakan alat peraga lebih baik dan
signifikan dalam meningkatkan hasil belajar.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Telah dikembangkan alat peraga sains fisika yang
dapat dijadikan sebagai media pembelajaran fisika yang
menarik dan bermakna pada materi listrik statis
pokok bahasan teori atom untuk siswa SMP kelas IX.
2. Alat peraga sains fisika dinyatakan layak digunakan
sebagai media pembelajaran yang menarik dan
bermakna pada materi listrik statis pokok bahasan
teori atom untuk siswa SMP kelas IX. Berdasarkan
angket respon pada kriteria pembelajaran diperoleh
90%, kriteria tampilan diperoleh 92,52%, kriteria
teknis diperoleh 89,90%.
Eliska Preliana
10
Pengembangan alat peraga sains fisika berbasis lingkungan untuk materi
listrik statis pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Pleret
Kepustakaan
[1]
Slamet, Agus. dkk. 2013. Pengaruh Penggunaan Alat Peraga
Berbasis Lingkungan (APBL) pada Materi Dinamika Partikel
terhadap Kemampuan Psikomotor. P1 Peserta Didik Kelas X
SMA Negeri 1 Kutowinangun. Jurnal Inkuiri. Vol. 4. No. 1,
2013: 30-33
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
Fitriani, Sartika Dewi. 2013. “Pengembangan Alat Peraga Sains
Fisika dengan Memanfaatkan Sampah Anorganik Materi
Kelistrikan dan Kemagnetan pada Siswa SMP/MTs”.Skripsi.
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga
Cikanawati, 2011.“Pengembangan Alat Peraga IPA dari
Pengolahan Limbah Kertas untuk Pembelajaran Listrik Statis”.
JP2F. Vol.2 No.2, 2011:155-164
Arsyad Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Depdikbud.2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Soelarko. 1980. Audio Visual: Media komunikasi ilmiah
pendidikan penerangan. Bandung: Binacipta
Sugiyono. 2014.MetodePenelitianPendidikan: Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta: Dian Rakyat.
Purwanto, M. Ngalim. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evalusi
Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
JRKPF UAD Vol. 2 No. 1 April 2015
Eliska Preliana
11
Download