PENGARUH PEMBERIAN DOSIS VITAMIN E BERBEDA

advertisement
PENGARUH PEMBERIAN DOSIS VITAMIN E BERBEDA
PADA KADAR ASAM LEMAK n-3 DAN n-6 TETAP (1:3)
DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN REPRODUKSI
IKAN ZEBRA (Brachydanio rerio) PRASALIN
Oleh :
Ela Ratna Mustika
C14101018
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
PENGARUH PEMBERIAN DOSIS VITAMIN E BERBEDA
PADA KADAR ASAM LEMAK n-3 DAN n-6 TETAP (1:3)
DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN REPRODUKSI
IKAN ZEBRA (Brachydanio rerio) PRASALIN
Adalah benar merupakan hasil yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
Skripsi ini.
Bogor, September 2005
ELA RATNA MUSTIKA
C14101018
RINGKASAN
Ela Ratna Mustika. C14101018. Pengaruh Pemberian Dosis Vitamin E
Berbeda pada Kadar Asam Lemak n-3 dan n-6 Tetap (1:3) dalam Pakan
Terhadap Penampilan Reproduksi Ikan Zebra (Brachydanio rerio) Prasalin.
Di bawah bimbingan Nur Bambang Priyo Utomo dan Mia Setiawati
Penampilan reproduksi ikan antara lain dipengaruhi oleh kandungan gizi
yang terdapat dalam pakan induk. Kandungan lemak dan asam lemak esensial
menjadi salah satu penentu keberhasilan budidaya. Kandungan asam lemak dalam
pakan mempengaruhi tingkat kematangan gonad, kualitas telur dan larva dari
induk, khususnya asam lemak n-3 dan n-6. Namun asam lemak tidak jenuh
mudah mengalami kerusakan, oleh karena itu perlu penambahan vitamin E
sebagai antioksidan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis
vitamin E berbeda dengan rasio kadar asam lemak n-3 dan n-6 tetap (1:3) pada
pakan induk terhadap penampilan reproduksi induk ikan zebra (Brachydanio
rerio) prasalin.
Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2005 dan
bertempat di Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pakan uji yang digunakan
mempunyai kadar protein, lemak dan asam lemak n-3 dan n-6 yang sama dengan
penambahan vitamin E yang berbeda. Induk yang digunakan adalah calon induk
ikan zebra (Brachydanio rerio) berumur 28 hari. Calon induk tersebut selanjutnya
dipelihara dalam 12 buah akuarium berukuran 50x35x40 cm dengan kepadatan
awal 60 ekor per akuarium. Frekuensi pemberian pakan perlakuan sebanyak
empat kali sehari yaitu pukul 07.00; 11.00; 14.00 dan 17.00 WIB. Pakan diberikan
secara at satiation. Pemeliharaan dilakukan selama 42 hari. Parameter yang diuji
yaitu gonado somatik indeks (GSI), fekunditas, derajat pembuahan telur (DPT),
derajat penetasan telur (DTT), laju pertumbuhan harian (LPH), gonado somatik
indeks mingguan, tingkat perkembangan gonad, proses embryogenesis, gonado
somatik indeks salin (GSIs) dan tingkat kelangsungan hidup larva (SR5).
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dan 3 ulangan, yaitu perlakuan terhadap calon induk zebra dengan
kadar asam lemak n-3 dan n-6 1:3 dengan penambahan dosis vitamin E dengan
kadar berbeda dari tiap perlakuan yaitu 325, 375, 425 dan 475 mg/kg pakan.
Hasil penelitian menghasilkan nilai GSI yang memberikan perbedaan
nyata antar perlakuan sedangkan untuk nilai rata-rata GSIs, F, DPT, DTT dan SR5
tidak memberikan perbedaan nyata antar perlakuan (P>0,05). Nilai rata-rata GSI
berada pada kisaran 12,96 % - 16,96 %. Nilai rata-rata GSIs berada pada kisaran
18,99 % - 28,14 %. Nilai rata-rata F berada pada kisaran 499,68 butir/g induk –
707,81 butir/g induk. Nilai rata-rata DPT berada pada kisaran 89,26 % - 98,79 %.
Nilai rata-rata DTT berada pada kisaran 10,97 % - 31,92 % dan nilai rata-rata SR5
berada pada kisaran 86,67 % - 98,33 %.
Gonado somatik indeks dari induk yang belum dan telah mengalami masa
salin memperlihatkan hasil yang berbeda bila dibandingkan dengan kadar vitamin
E yang ditambahkan. Nilai GSI semakin meningkat seiring dengan bertambahnya
kadar vitamin E dalam pakan dan nilai rata-rata GSI tertinggi berada pada
perlakuan dengan dosis vitamin E 475 mg/kg pakan sebesar 16,96 %. Sedangkan
pada GSIs berlaku sebaliknya, nilai GSIs semakin menurun sejalan dengan
bertambahnya kadar vitamin E dalam pakan.
Penambahan vitamin E dalam pakan mempengaruhi tingkat penyerapan
asam lemak esensial dalam pakan. Sehingga mempengaruhi komposisi proksimat
tubuh induk dan telur. Kandungan protein tubuh tertinggi terdapat pada perlakuan
IV (Vitamin E 475 mg/ kg pakan). Sedangkan kadar lemak tertinggi terdapat pada
perlakuan I (Vitamin E 325 mg/kg pakan). Pada penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa pemberian dosis vitamin E sebesar 475 mg/kg pakan dalam kadar asam
lemak n-3 dan n-6 tetap memberikan pengaruh terhadap penampilan reproduksi
prasalin ikan zebra (Brachydanio rerio) yaitu GSI sebesar 16,96 % dan
kandungan lemak telur sebesar 24,18 %.
PENGARUH PEMBERIAN DOSIS VITAMIN E BERBEDA
PADA KADAR ASAM LEMAK n-3 DAN n-6 TETAP (1:3)
DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN REPRODUKSI
IKAN ZEBRA (Brachydanio rerio) PRASALIN
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan
pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Oleh :
Ela Ratna Mustika
C14101018
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005
Judul Skripsi
: Pengaruh Penambahan DosisVitamin E Berbeda pada
Rasio
Kadar Asam Lemak n-3 dan n-6 Tetap (1:3)
dalam Pakan Terhadap Penampilan Reproduksi Ikan
Zebra (Brachydanio rerio) Prasalin
: Ela Ratna Mustika
: C14101018
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Disetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Nur Bambang Priyo Utomo, M. Si.
Mia Setiawati, M. Si.
NIP. 132 049 461
NIP. 131 999 588
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Dr. Kadarwan Soewardi
NIP. 130 805 031
Tanggal Lulus : 25 Oktober 2005
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas karunia dan
rahmat-Nya yang telah melimpahkan nikmat dan kelancaran serta pertolonganNya yang tidak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
Atas terselesainya penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Ir. Nur Bambang Priyo Utomo M. Si. dan Ibu Mia Setiawati M. Si.
selaku
dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan,
arahan, saran dan bantuan selama penelitian.
2. Bapak Ir. Dadang Syafruddin, M. Si yang telah memberikan kesediaannya
sebagai dosen penguji tamu, atas masukannya untuk kesempurnaan skripsi ini.
4. Bapak, Ibu dan adikku yang telah memberikan dukungan baik do’a, motivasi,
materi, semangat, nasehat dan semua kebaikan yang telah diberikan
5. Pak Wasjan, Pak Ranta, Pak Jajang, Mbak Lina, Kak Syamsuddin dan Kang
Ade atas bantuannya selama penelitian.
6. Tim Zebra 2, Tim Zebra 1, temen-teman di Lab. Nutrisi, teman-teman BDP’38,
kakak-kakak BDP’37, BDP’39, teman-teman Senior Resident Asrama TPB
IPB, teman-teman di Wisma Marhamah, adik-adik angkatan ’40, ’41 dan ‘42
dan semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu
persatu atas do’a, bantuan dan dukungannya.
Penulis hanyalah hamba Allah yang banyak kekurangan dan kesalahan.
Begitu pula dengan skripsi ini yang masih banyak kekurangan di dalamnya. Untuk
itu, penulis menerima saran dan kritik dari semua pihak. Penulis berharap semoga
skripsi bermanfaat bagi yang membacanya dan menjadi amalan yang berarti bagi
penulis selamanya.
Bogor, September 2005
Ela Ratna Mustika
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ponorogo pada tanggal 20 September 1983 sebagai
putri pertama dari dua bersaudara, dari pasangan bapak Drs. Tulus Widodo dan
ibu Siti Muslimatun Chomisah.
Penulis memasuki jenjang pendidikan di TK Raudhatul Athfal Sanggau
(1989-1990), MIN Teladan 1 Sanggau (1990-1995), SMPN 2 Sanggau (19951998), SMUN 2 Sanggau (1998-2000) dan SMU Muhammadiyah 1 Ponorogo
(2000-2001).
Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2001. Selama menjadi
mahasiswa, penulis pernah aktif sebagai pengurus di Forum Komunikasi Muslim
Perikanan, FKM-C (2001-2002), anggota di Ikatan Mahasiswa IPB Ponorogo
(Menggolo Putro), Senior Resident Asrama Putri TPB IPB (2003-sekarang).
Penulis juga pernah aktif sebagai asisten mata kuliah Fisiologi Hewan Air (20032005) dan mata kuliah Pendidikan Agama Islam (2004-2005).
Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh
Penambahan Dosis Vitamin E Berbeda pada Kadar Asam Lemak n-3 dan n6 Tetap (1:3) dalam Pakan Terhadap Penampilan Reproduksi Ikan Zebra
(Brachydanio rerio) Prasalin.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ………………………………………………………. iv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… v
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… vi
I.
PENDAHULUAN ……………………………………………........... 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………… 1
1.2 Tujuan …………………………………………………………… 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………. 3
2.1 Ikan Zebra ……………………………………………………….. 3
2.2 Kebutuhan Nutrisi Induk ……………………………………........ 3
2.3 Vitamin E ………………………………………………………... 5
2.4 Asam Lemak Omega 3 dan Omega 6 ………………………........ 6
2.5 Kualitas Air ………………………………………………….. …. 7
III. BAHAN DAN METODE ………………………………………....... 8
3.1 Waktu dan Tempat …………………………………………........ 8
3.2 Pakan Perlakuan …………………………………………………. 8
3.3 Pemeliharaan Induk dan Pengumpulan Data ……………………. 9
3.4 Parameter Uji …………………………………………………… 10
3.5 Analisa Statistik …………………………………………………. 12
3.6 Ananlisa Kimia …………………………………………………... 12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………….. 13
4.1 Hasil ……………………………………………………………... 13
4.2 Pembahasan ……………………………………………………… 16
V. KESIMPULAN ………………………………………………………. 22
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………... 23
LAMPIRAN ……………………………………………………………. 26
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kebutuhan nutrisi ikan cyprinid ……………………………
……….....
4
2. Komposisi pakan penelitian ikan zebra (g/kg pakan) …… …………….
8
3. Hasil analisa proksimat pakan ……………………………
………..….
9
…………..
13
4. Rata-rata Gonado Somatik Indeks (GSI), Gonado Somatik
Indeks salin (GSIs), Fekunditas (F), Derajat Pembuahan
Telur (DPT), Derajat Tetas Telur (DTT), Laju Penyerapan
Kuning Telur (LPKT) dan Tingkat Kelangsungan
Hidup Larva 5 Hari (SR5) ikan zebra
…………………
5. Kadar protein dan lemak tubuh ikan zebra pada awal
dan akhir penelitian (% bobot kering *) ……………
…………………
15
6. Kadar lemak telur ikan zebra (% bobot kering *) … ………………….
15
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Hubungan antara waktu pemeliharaan dengan
Laju Pertumbuhan Harian …………………………………
………….
14
2. Hubungan antara masa pemeliharaan dengan
Gonado Somatik Indeks (%) ………………………
………………….
14
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Komposisi campuran vitamin dan mineral …………………
…........... 26
2. Hasil analisa proksimat bahan baku pakan (% bobot kering) ………...
27
3. Sumbangan asam lemak n-3 dan n-6 dari bahan pakan ..……………..
28
4. Prosedur analisa proksimat ………………………………
…………..
29
5. Hasil analisa kualitas air selama pemeliharaan ikan zebra …………...
32
6. Data Laju Pertumbuhan Harian (á) ikan zebra
(Brachydanio rerio) …………………………………………………..
33
7. Data Gonado Somatik Indeks (%) mingguan ikan zebra
(Brachydanio rerio) …………………………………………………..
34
8. Data Gonado Somatik Indeks Salin (%) ikan zebra
(Brachydanio rerio) ………………………………………………..…
34
9. Gambar perkembangan telur ikan zebra ……………………….…….
35
10. Nilai Fekunditas (F), Derajat Pembuahan Telur (DPT),
Derajat Tetas Telur (DTT) dan Tingkat Kelangsungan
Hidup Larva 5 Hari (SR5) ikan zebra .……………………………….
37
11. Hasil analisa statistik terhadap
berbagai parameter uji .………………………………………………
38
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budidaya perikanan di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Baik
ikan hias maupun ikan konsumsi. Telah banyak usaha yang dilakukan untuk dapat
memperoleh hasil budidaya yang memuaskan. Usaha-usaha tersebut di antaranya
adalah usaha untuk mendapatkan induk yang unggul dan berkualitas tinggi.
Pengaruh pakan yang diberikan sangat mempengaruhi kualitas telur dan
larva yang dihasilkan. Kandungan asam lemak dalam pakan mempengaruhi
tingkat kematangan gonad dan kualitas telur dari induk, khususnya asam lemak n3 dan n-6 (Collins, 2005). Selanjutnya dikatakan bahwa kedua asam lemak ini
bersifat essensial karena struktur kimia dari keduanya, maka n-3 dan n-6 dapat
digunakan untuk membentuk hormon, diantaranya prostaglandins. Hormon ini
membantu dalam proses regulasi aspek-aspek tertentu dari metabolisme, seperti
kekentalan (viskositas) darah, proses penyebab terjadinya peradangan, kolesterol
darah dan keseimbangan kandungan air dalam tubuh
Vitamin E berperan dalam meningkatkan reproduksi karena salah satu
fungsi dari vitamin ini adalah sebagai antioksidan, terutama untuk melindungi
asam lemak tidak jenuh pada fosfolipid dalam membran sel dan dapat menetralisir
radikal bebas di dalam tubuh (Houghton Mifflin Company, 2003). Sehingga
vitamin ini akan dapat membantu penyerapan dan menjaga keberadaan asam
lemak n-3 dan n-6 dalam tubuh.
Kajian yang mendalam tentang peranan vitamin E dan asam lemak
esensial dalam tampilan reproduksi ikan zebra prasalin belum banyak dilakukan.
Penelitian ini menggunakan ikan prasalin karena kebutuhan nutrisinya berbeda
dengan ikan pascasalin. Oleh karena itu, diperlukan kajian tersebut untuk
mengetahui seberapa besar peranan vitamin E dan asam lemak dalam proses
reproduksi ikan prasalin. Dipilihnya ikan zebra (Brachydanio rerio) sebagai ikan
uji dalam penelitian ini karena ikan ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya
memiliki siklus hidup yang pendek, dapat dirangsang untuk berkembangbiak
sepanjang tahun dan hanya membutuhkan waktu sekitar 3 – 4 bulan untuk
berkembang dari fase larva sampai fase siap memijah serta memiliki telur yang
transparan (Maack dan Segner, 2004) dan mudah dalam pemberian pakan buatan.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis
vitamin E berbeda (325, 375, 425 dan 475 mg/kg pakan) dengan kadar asam
lemak n-3 dan n-6 (1:3) pada pakan induk terhadap penampilan reproduksi induk
ikan zebra (Brachydanio rerio) prasalin.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Zebra
Ikan zebra (Brachydanio rerio) umum ditemukan tumbuh dan berkembang
pada perairan yang mengalir. Klasifikasi ikan zebra menurut Eschmeyer (1997)
adalah sebagai berikut :
Filum
: Chordata
Kelas
: Actynopterygii
Ordo
: Cypriniformes
Famili
: Cyprinidae
Genus
: Brachydanio
Spesies
: Brachydanio rerio
Pada tubuh ikan ini ditutupi oleh garis-garis berwarna putih kekuningan
dan hitam yang berawal dari pangkal ekor sampai operkulum. Garis horizontal ini
memperlihatkan kesan langsing pada ikan jantan. Warna pada ikan jantan terlihat
lebih cerah dan menarik dibandingkan dengan ikan betina. Bentuk tubuh pipih
dengan perut sedikit membundar. Pada betina yang sudah matang gonad, perut
akan tampak sangat membundar. Zebra danio tersebar dari India sampai Asia
Tenggara terutama Indonesia dan menyukai daerah yang bersuhu dingin (Axelrod,
1997). Ikan ini memiliki dua pasang sungut yang mengelilingi bagian mulutnya.
Sungut tersebut berfungsi sebagai alat peraba, karena ikan ini adalah ikan yang
mencari makan di dasar perairan.
2.2 Kebutuhan Nutrisi Induk
Ikan induk memerlukan nutrisi untuk menunjang proses pertumbuhan dan
perkembangannya. Bila ikan sudah masuk ke stadia induk, ikan tidak akan
mengalami proses pertumbuhan yang signifikan, namun proses tumbuh akan tetap
berjalan. Nutrisi yang masuk akan digunakan dalam proses reproduksi dan
pertahanan tubuh. Pasokan nutrisi diperoleh dari pakan yang dimakan. Dalam
pakan dibutuhkan zat gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin
(NRC, 1977). Untuk mendapatkan kualitas gonad yang bagus dibutuhkan nutrisi
yang cukup memadai pula. Kualitas gonad sangat ditentukan oleh kualitas pakan.
Kebutuhan nutrisi pada induk selama perkembangan gonad sangat mungkin
berbeda dari kebutuhan nutrisi pada ikan muda. Menurut Schaeperclaus dalam
Hepher (1988) menerangkan bahwa pada saat pematangan gonad, pertumbuhan
pada ikan mas jantan terhambat karena pakan yang diperoleh selain digunakan
untuk pertumbuhan fisik sebagian besar digunakan untuk pertumbuhan gonadnya.
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh,
karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan pembakar dalam tubuh juga
berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur (Budiyanto, 2002). Menurut
Martoharsono (1988), protein mempunyai beberapa fungsi, diantaranya sebagai
biokatalisator (enzim), protein cadangan, biomol pentranspor bahan, struktural
dan protektif. Umumnya, kebutuhan protein untuk ikan berkisar pada 30 – 40 %
(Hepher, 1988).
Lemak merupakan sumber energi bagi tubuh selain dari karbohidrat dan
protein. Lemak berfungsi sebagai penghasil energi, pembangun atau pembentuk
susunan tubuh, pelindung kehilangan panas tubuh, penghasil asam lemak esensial
dan sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K (Budiyanto, 2002). Martoharsono
(1988) mengatakan bahwa lemak mempunyai beberapa fungsi, diantaranya adalah
sebagai komponen struktural membran, bahan bakar, lapisan pelindung, vitamin
dan hormon. Lemak adalah komponen kedua setelah protein sebagai komponen
esensial yang dibutuhkan untuk pematangan gonad (Tang dan Affandi, 2001)
Vitamin mempunyai fungsi yang spesifik sesuai dengan fungsi spesifik
sebagai biokatalisator atau sebagai koenzim. Sebagai contoh adalah sebagai
koenzim metabolisme karbohidrat, lemak, protein dan lain-lain (Budiyanto, 2002).
Kebutuhan nutrisi ikan cyprinid untuk pematangan gonad dan telur
tercantum dalam Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan nutrisi ikan cyprinid
Bahan terkandung
Protein
Lipid
Karbohidrat
Vitamin E
Zn
Fe
Fosfor
Unit
(%)
(%)
(%)
(mg/kg pakan)
(ì g/g)
(ì g/g)
(ì g/g)
Kebutuhan
31-38
2
30-40
200-300
15-30
150
0,60-0,70
Sumber
Takeuchi et al., 1981
Watanabe et al., 1977
Watanabe, 1988
Watanabe, 1988
Watanabe, 1988
Watanabe, 1988
Watanabe, 1988
2.3 Vitamin E
Kebutuhan akan vitamin dipengaruhi oleh berbagai faktor yang bervariasi
seperti ukuran, umur dan tingkat pertumbuhan dari ikan, suhu air serta komposisi
dari pakan yang diberikan. Dalam hal ini, kebutuhan akan vitamin E dapat
bertambah seiring dengan pertambahan jumlah asam lemak dalam pakan.
Semakin tinggi kandungan asam lemak, kebutuhan akan vitamin E juga semakin
tinggi (Watanabe et al., 1991). Vitamin E terdapat dalam empat bentuk, alfa, beta,
gamma dan delta tokoferol yang merupakan antioksidan yang paling utama dalam
lemak dan minyak yang dapat mencegah ketengikan (Budiyanto, 2002). Fungsi
vitamin E sebagai antioksidan inter dan intra-seluler untuk mempertahankan
homeostasis dari proses metabolis yang labil dalam sel dan plasma jaringan telah
diketahui dengan baik (Izquierdo, 2001).
Penambahan vitamin E telah menjadi nutrien penting untuk proses
reproduksi ikan. Kekurangan vitamin ini diperlihatkan dari gonad yang lama
berkembang menuju ke arah matang gonad pada ikan mas dan ayu serta
mengurangi nilai derajat penetasan tingkat ketahanan hidup dari anak-anak ikan
ayu (Watanabe, 1990 dalam I zquierdo, 2001). K ekurangan vitamin E (átocopherol) pada hewan dapat menyebabkan lemah otot, pertumbuhan terhambat,
degenerasi embrio, tingkat penetasan telur yang rendah, degenerasi dan pelepasan
sel epitel germinatif dari testis dan terjadinya kemandulan, menurunkan produksi
prostaglandin oleh mikrosom dari testis, otot dan limpa, menurunkan
permeabilitas sel, memacu kematian dan kerusakan syaraf (Lehninger, 1982).
Vitamin E adalah vitamin yang berperan penting untuk perkembangan
gonad yaitu untuk proses fertilisasi dan memperngaruhi fekunditas (Izquierdo et
al., 2001) Vitamin E dapat ditambahkan ke dalam pakan untuk mempercepat fase
pembentukan folikel (Verakunpiya dalam Tang dan Affandi, 2001). Vitamin E
diangkut dari jaringan periferal selama vitelogenesis berlangsung walaupun
kandungan plasma vitelogenin tidak dipengaruhi, diduga bahwa lipoprotein
mungkin terlibat dalam pengangkutan vitamin E selama masa vitelogenesis
tersebut (Izquierdo, 2001). Vitamin ini merupakan salah satu faktor yang larut
dalam lemak dan diperlukan dalam proses reproduksi oleh tikus. Oleh karena itu,
vitamin E juga disebut suatu senyawa antisterilitas (Budiyanto, 2002).
2.4 Asam Lemak Omega 3 dan Omega 6
Omega 3 biasa disebut dengan asam lemak linolenat dan omega 6 biasa
disebut dengan asam lemak linoleat. Kedua asam lemak ini termasuk ke dalam
asam lemak esensial, essential fatty acids (EFAs). EFA ditemukan dalam lemak
tak jenuh rantai banyak (Martoharsono, 1988). Di dalam tubuh, EFA yang
merupakan komponen fosfolipid berperan penting sebagai struktur membran sel
yang akan mempengaruhi fluiditasnya ( Hepher et al., 1990, dalam Yanto, 2000)
yang kemudian akan mempengaruhi pula aktivitas enzim-enzim tertentu pada
membran sel. Asam lemak essensial juga sebagai bahan dasar dalam produksi
senyawa-senyawa prostanoid seperti prostaglandin (Ibeas et al., 1994a dalam
Yanto, 2000). Selanjutnya, prostanoid tersebut berperan pada fungsi fisiologis
tubuh, termasuk reproduksi.
Pakan induk yang kekurangan asam lemak esensial menghasilkan laju
pematangan gonad yang rendah (Tang dan Affandi, 2001). Induk yang
mendapatkan makanan yang kekurangan asam lemak esensial akan menghasilkan
telur dengan derajat tetas telur yang rendah dan sebagai larva yang dihasilkan
abnormal (Watanabe et al., 1984 dalam Watanabe, 1988). Kebutuhan akan asam
lemak essensial omega 3 dalam tubuh sedikit. Keseimbangan komposisi asam
lemak, dalam hal ini jumlah yang tinggi dari asam lemak tak jenuh rantai banyak
n-6 dan jumlah yang rendah dari asam lemak n-3 bersama-sama dengan
tersedianya jumlah fosfor yang sedikit dalam makanan induk yang berdasarkan
pada tepung kacang kedelai, dapat juga secara langsung mengurangi kualitas
pemijahan (Watanabe et al., 1995 dalam Izquierdo, 2001).
Asam lemak esensial dapat bersumber dari lemak nabati dan hewani pada
pakan ikan. Pada pembuatan pakan ikan, minyak ikan biasanya digunakan sebagai
sumber asam lemak n-3, minyak jagung sebagai sumber asam lemak n-6 dan
minyak kelapa sebagai sumber asam lemak jenuh (Yanto, 2000). Kebutuhan ikan
air tawar dan di daerah panas adalah dari jenis asam lemak n-6 atau campuran
asam lemak n-6 dan n-3 (Steffans, 1997 dalam Yanto, 2000).
2.5 Kualitas Air
Kualitas air di lingkungan tempat hidup ikan dapat mempengaruhi proses
metabolisme dalam tubuh ikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut di
antaranya adalah suhu, kandungan oksigen, pH, alkalinitas dan kadar amonia
terlarut. Menurut Piper et al.(1982), suhu dapat mempengaruhi laju metabolisme.
Oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) adalah konsentrasi gas
oksigen yang terlarut dalam air. Menurut Welch (1980), kelarutan oksigen
dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial gas-gas yang ada di udara dan air. Makin
tinggi suhu, kadar garam dan tekanan gas-gas yang terlarut dalam air, kandungan
oksigen akan semakin berkurang. Kandungan oksigen terlarut berkisar 0,3 – 1,0
ppm masih dapat ditolerir oleh sebagian ikan., tetapi pada waktu yang lama dapat
menyebabkan kematian. Pada kandungan oksigen terlarut 1,0 – 5,0 ppm, ikan
dapat bertahan hidup tetapi pertumbuhannya terganggu. Kisaran nilai optimal
oksigen terlarut bagi semua organisme akuatik adalah >5,0 ppm. Kisaran pH yang
sesuai untuk kehidupan ikan adalah sekitar 6,50 – 9,00 (Boyd, 1990). Amonia
merupakan zat yang sangat beracun bagi ikan. Batas toleransi amonia bagi ikan
mas Cyprinus carpio adalah 2 ppm (Zonneveld et al., 1991).
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2005 dan
bertempat di Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Pakan Perlakuan
Ada empat macam pakan perlakuan dengan komposisi kadar vitamin E
yang berbeda dengan kadar n-3 dan n-6 tetap dalam setiap pakan perlakuan yaitu
1:3. Komposisi pakan penelitian disajikan pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Komposisi pakan penelitian untuk ikan zebra (Brachydanio rerio)
prasalin (g/kg pakan)
Bahan Pakan
Pakan Perlakuan/Kadar Vitamin E (mg/kg pakan)dalam
perbandingan asam lemak n-3 dan n-6 sebesar 1:3
I (325)
II (375)
III (425)
IV (475)
Tepung Ikan
25,0000
25,0000
25,0000
25,0000
Tepung Kedelai
23,3231
23,3231
23,3231
23,3231
Tepung Pollard
34,2262
34,2262
34,2262
34,2262
Minyak Ikan
1,7500
1,7500
1,7500
1,7500
Minyak Jagung
5,2032
5,2032
5,2032
5,2032
Minyak Kelapa
0,4500
0,4500
0,4500
0,4500
Vitamin Mix*
1,5000
1,5000
1,5000
1,5000
Vitamin E
0,0325
0,0375
0,0425
0,0475
Mineral Mix*
3,0000
3,0000
3,0000
3,0000
Tepung Tapioka
5,0150
5,0100
5,0050
5,0000
Chlorine Cloride
0,5000
0,5000
0,5000
0,5000
Total
100,0000
100,0000
100,0000
100,0000
Keterangan
: * Komposisi vitamin mix dan mineral mix dapat dilihat
pada Lampiran 1.
Sebelum pakan dibuat, bahan penyusun pakan seperti tepung ikan, tepung
kedelai dan tepung pollard dianalisa proksimat terlebih dahulu. Begitu juga pakan
yang telah dibuat kemudian dianalisa proksimat pula dan hasil analisa proksimat
pakan dapat dilihat pada Tabel 3. Untuk hasil analisa proksimat bahan pakan
dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 2. Hasil perhitungan sumbangan n-3
dan n-6 dari bahan pakan dapat dilihat pada Lampiran 3.
Tabel 3. Hasil Analisa Proksimat Pakan Perlakuan (% bobot kering)
Komposisi
prosimat
(%)
Kadar Air
Lemak
Abu
Serat Kasar
Protein
BETN
Pakan Perlakuan/Kadar Vitamin E (mg/kg pakan)dalam
perbandingan asam lemak n-3 dan n-6 sebesar 1:3
I (325)
II (375)
III (425)
IV (475)
36.4100
35.6119
36.0347
35.4066
11.7838
12.6887
11.9415
11.0356
10.6081
9.6414
9.5603
9.7278
8.5097
8.1675
8.4091
9.8094
38.2287
38.4995
38.7266
38.7753
30.8698
31.0029
31.3624
30.6519
3.3 Pemeliharaan Induk dan Pengumpulan Data
Induk yang digunakan adalah calon induk ikan zebra (Brachydanio rerio)
yang berasal dari petani ikan hias Depok, Jawa Barat. Ikan ini berumur 28 hari
dengan bobot tubuh awal ± 0,1881 gram. Calon induk tersebut selanjutnya
dipelihara dalam 12 buah akuarium berukuran 50x35x40 cm dengan kepadatan
awal 60 ekor per akuarium. Setelah dua minggu masa pemeliharaan, dilakukan
seleksi ikan jantan dan betina sehingga menjadi 25 ekor betina di setiap
akuariumnya. Agar suhu air konstan maka dipasang heater pada tandon.
Selama masa pemeliharaan, calon induk ikan zebra tersebut diberi pakan
perlakuan sebanyak empat kali sehari yaitu pukul 07.00; 11.00; 14.00 dan 17.00
WIB. Pakan diberikan secara at satiation. Selama pemeliharaan, dilakukan
pengamatan tingkat perkembangan gonad masing-masing perlakuan melalui
penimbangan bobot tubuh, bobot gonad pada tiap ulangan 1 ekor ikan dan
histologi gonad sebanyak 1 ekor ikan di tiap perlakuan. Pengamatan ini dilakukan
setiap 14 hari sekali selama enam minggu masa pemeliharaan. Untuk mencegah
berkembangnya parasit pengganggu, di setiap minggunya akuarium dan tandon
ditaburi garam secukupnya.
Setelah 42 hari calon induk diberi pakan perlakuan, dilakukan pemindahan
induk ke akuarium lain untuk dipijahkan. Induk yang telah siap memijah dapat
dilihat secara visual dengan memperhatikan bagian urogenital yang terlihat
memerah. Akuarium yang digunakan untuk memijahkan berukuran 15x15x20 cm.
Calon induk ikan dipijahkan secara berpasangan dengan perbandingan antara
jantan dan betina yaitu 1:1. Ikan yang dipijahkan sebanyak tiga ekor per ulangan.
Pemijahan biasanya berlangsung menjelang dini hari dan telur-telur akan
dikeluarkan pada pagi harinya. Setelah telur dikeluarkan, pasangan induk baru
tersebut dipindahkan ke akuarium lain untuk mencegah pemangsaan terhadap
telur. Selanjutnya telur dari setiap induk yang memijah dan sudah diovulasikan
maupun yang gagal dibuahi tersebut dihitung untuk mengetahui fekunditasnya.
Telur diambil sebanyak dua butir per perlakuan sebagai sampel untuk pengamatan
embryogenesis. Telur yang abnormal diambil untuk difoto. Air di dalam akuarium
diberi Methylen Blue untuk mencegah timbulnya jamur pada telur. Setelah 7-10
jam dari saat telur dikeluarkan, antara telur yang dibuahi dan tidak dibuahi
dihitung untuk mengetahui fekunditas dan derajat pembuahan. Larva yang baru
menetas dihitung sehingga dapat diketahui derajat tetas telur. Sebanyak 15-20
ekor larva dipelihara sampai lima hari tanpa diberi pakan untuk mendapatkan nilai
kelangsungan hidupnya.
3.4 Parameter Uji
Parameter yang diuji tersebut adalah :
1. Tingkat Perkembangan Gonad
Pengamatan dilakuakn dari awal pemeliharaan hingga ikan mencapai masa
matang gonad dan siap memijah. Pengamatan dilakukan terhadap berat gonad dan
stadia perkembangan gonad secara histologis setiap dua minggu sekali.
2. Gonado somatik indeks sebelum dan sesudah salin.
Gonado somatik indeks dihitung dengan menggunakan rumus Shreck dan
Moyle (1990) dalam Syahrizal (1998) :
Bobot gonad
GSI (%) =
x100
Bobot tubuh
3. Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian ikan uji dihitung berdasarkan rumus berikut
(Huisman, 1976 dalam Zakaria, 2005) :
• t = • o + (t + 0,01 á )t
Berdasarkan persamaan di atas dapat dihitung laju pertumbuhan harian :
á = ((• t/• o)1/t-1) x 100
Keterangan :
•t
= rata-rata bobot individu pada akhir percobaan (g)
•o
= rata-rata bobot individu pada awal percobaan (g)
t
= waktu percobaan (hari)
á
= laju pertumbuhan harian
4. Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur yang dikeluarkan induk perbobot tubuh
induk (g) atau dapat dihitung dengan rumus :
F (• telur per g induk) = ∑ telur yang dikeluarkan induk (butir )
bobot induk ( g )
Sumber : Effendie (1979)
5. Derajat Pembuahan Telur (DPT)
DPT (%) = ∑ telur yang dibuahi (butir ) x100
∑ telur yang dikeluarkan (butir )
Sumber : Effendie (1979)
6. Derajat Tetas telur (DTT)
∑ telur yang menetas (butir )
DTT (%) =
x100
∑ telur yang dibuahi (butir )
Sumber : Effendie (1979)
7. Tingkat Kelangsungan Hidup Larva
Nt
Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) = No x100
Keterangan :
SR
= Tingkat Kelangsungan Hidup
Nt
= jumlah individu ikan uji pada akhir percobaan (ekor)
No
= jumlah individu ikan uji pada awal percobaan (ekor)
Sumber : Effendie (1979)
3.5 Analisa Statistik
Penelitian ini menggunakan Rancangan acak Lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dan 3 ulangan. Beberapa parameter yang diuji yaitu gonado somatik
indeks, fekunditas, derajat pembuahan telur, derajat penetasan telur, laju
pertumbuhan harian, gonado somatik indeks mingguan, tingkat perkembangan
gonad, proses embryogenesis, gonado somatik indeks salin dan tingkat
kelangsungan hidup larva. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan
terhadap parameter uji digunakan analisis ragam. Analisis ragam dilakukan
dengan menggunakan program komputer SPSS 11.0 for Windows. Untuk
mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan.
3.6 Analisa Kimia
Analisa proksimat dilakukan pada bahan pakan dan pakan perlakuan.
Prosedur analisa proksimat dapat dilihat pada Lampiran 4. Analisa protein, lemak
dan air dilakukan pada tubuh ikan zebra di awal dan akhir pemeliharaan.
Sedangkan pada telur dilakukan analisa lemak dan air. Analisa kualitas air
dilakukan di awal, tengah dan akhir pemeliharaan. Hasil analisa kualitas air dapat
dilihat pada Lampiran 5.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil pengamatan yang diperoleh dari perlakuan penambahan dosis
vitamin E yang berbeda pada kadar asam lemak n-3 dan n-6 dengan perbandingan
1:3 terhadap penampilan reproduksi prasalin ikan zebra (Brachydanio rerio) dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Gonado Somatik Indeks (GSI), Gonado Somatik Indeks salin
(GSIs), Fekunditas (F), Derajat Pembuahan Telur (DPT), Derajat Tetas
Telur (DTT) dan Tingkat Kelangsungan Hidup Larva 5 Hari (SR5) ikan
zebra (Brachydanio rerio)
Pakan Perlakuan/Kadar Vitamin E (mg/kg pakan)dalam
Parameter
perbandingan asam lemak n-3 dan n-6 sebesar 1:3
I (325)
II (375)
III (425)
IV (475)
GSI (%)
12,96 ± 1,23a
13,88 ± 0,93a
14,23 ± 1,23a
16,96 ± 1,35b
GSIs (%)
28,14 ± 3,85a
26,01 ± 10,73a
20,87 ± 1,52a
18,99 ± 1,99a
F (butir/g induk)
DPT (%)
DTT (%)
499,68 ± 169,23a
89,26 ± 9,35a
17,38 ± 18,89a
645,56 ± 10,10a
92,14 ± 6,87a
10,97 ± 5,17a
558,79 ± 72,89a
98,79 ± 0,81a
21,07 ± 15,81a
707,81 ± 92,82a
92,66 ± 4,63a
31,92 ± 20,61a
93,33 ± 5,77a
86,67 ± 2,89a
88,33 ± 7,64a
98,33 ± 2,89a
SR5 (%)
Keterangan : Angka yang diikuti oleh hurup superscript yang sama menunjukkan tidak
ada perbedaan (P > 0,05)
Berdasarkan hasil uji lanjut statistik, nilai GSI menunjukkan perbedaan
yang nyata antar perlakuan (P<0,05). Nilai tertinggi didapat pada pakan perlakuan
dengan kadar vitamin E 475 mg/kg pakan sebesar 16,96 %. Sedangkan untuk nilai
u Pertumbuhan Harian (%)
GSIs, F, DPT, DTT dan SR5 sama antar perlakuan (P>0,05).
6
5
4
3
2
1
0
-1
M-2
M-4
M-6
Gambar 1. Hubungan antara waktu pemeliharaan dengan Laju Pertumbuhan
Harian
Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa seiring dengan bertambahnya masa
pemeliharaan, laju pertumbuhan harian mengalami penurunan di akhir masa
pemeliharaan yaitu pada minggu ke enam. Data selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 6.
Gonado Somatik Indeks
(%)
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
M-2
M-4
Minggu Ke-
M-6
I (Vit E 325 mg/kg pakan)
II (Vit E 375 mg/kg pakan)
III (Vit E 425 mg/kg pakan)
IV (Vit E 475 mg/kg pakan)
Gambar 2. Hubungan antara masa pemeliharaan dengan Gonado Somatik Indeks
(%)
Gambar 2 memperlihatkan bahwa seiring bertambahnya usia, nilai Gonado
Somatik Indeks ikan dari masing-masing perlakuan mengalami kenaikan di tengah
masa pemeliharaan, kemudian menurun ketika berada di akhir masa pemeliharaan.
Nilai GSI rata-rata tertinggi didapat pada ikan yang diberi perlakuan vitamin E
475 mg/kg pakan dengan perbandingan kadar asam lemak n-3 dan n-6 sebesar
1 : 3. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.
Untuk melihat pengaruh dari pakan perlakuan terhadap komposisi
proksimat tubuh ikan dan telur dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6.
Tabel 5. Kadar protein dan lemak tubuh ikan zebra pada awal dan akhir penelitian
(% bobot kering *)
Pakan Perlakuan/Kadar Vitamin E
Komposisi
(mg/kg
pakan)dalam perbandingan asam
Tubuh
Proksimat
lemak
n-3 dan n-6 sebesar 1:3
Awal
(%)
I (325)
II (375) III (425) IV (475)
Kadar Air*
78,1500 69,6887 69,6235 71,2490 67,6247
Protein
54,5900 50,8851 56,1266 59,7351 61,3689
Lemak
18,9500 28,8947 26,6247 24,0701 20,4058
Dari Tabel 5 tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan kadar protein
serta kadar lemak tubuh ikan pada akhir perlakuan dibandingkan dengan awal
perlakuan. Pada akhir perlakuan kadar lemak tertinggi dihasilkan oleh pakan
perlakuan I yang memiliki kadar vitamin E sebesar 325 mg/kg pakan dengan
kadar protein yang paling rendah. Kadar lemak menurun seiring dengan
pertambahan kadar vitamin E yang diberikan. Sedangkan untuk kadar protein,
jumlahnya meningkat seiring dengan pertambahan kadar vitamin E dalam pakan.
Tabel 6. Kadar lemak telur ikan zebra (% bobot kering *)
Komposisi
prosimat (%)
Kadar Air *
Lemak
Pakan Perlakuan/Kadar Vitamin E (mg/kg pakan)dalam
perbandingan asam lemak n-3 dan n-6 sebesar 1:3
I (325)
II (375)
III (425)
IV (475)
60,5996
60,7084
60,3627
61,8037
17,6212
21,8309
24,1481
24,1774
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa kadar lemak dari telur
mengalami kenaikan seiring dengan penambahan kadar vitamin E dalam pakan.
Pengaruh pemberian dosis vitamin E yang berbeda pada rasio kadar asam
lemak n-3 dan n-6 (1:3) terhadap proses embriologis dari telur setelah pembuahan
sampai penetasan disajikan pada Lampiran 8.
4.2 Pembahasan
Nilai gonado somatik indeks (GSI) didapat dari perbandingan bobot gonad
dengan bobot tubuh ikan zebra (Brachydanio rerio). Nilai gonado somatik indeks
prasalin
untuk
masing-masing
perlakuan
mengalami
kenaikan
seiring
bertambahnya kadar vitamin E yang diberikan (Tabel 4 dan Gambar 2).
Berdasarkan hasil uji lanjut (P<0,05), nilai GSI menunjukkan perbedaan yang
nyata antar perlakuan. Nilai GSI tertinggi sebesar 16,96 % terdapat pada
perlakuan pemberian kadar vitamin E 475 mg/kg pakan.
Vitamin E berperan penting dalam proses perkembangan gonad karena
vitamin ini mempercepat biosintesis vitelogenin di hati. Vitelogenin itu sendiri
berupa glycoposphoprotein yang mengandung kira-kira 20 % lemak, terutama
phospholopid, triglyserida dan kolesterol (Tang dan Affandi, 2000). Berbeda
dengan kandungan fosfat dalam vitelogenin ikan yang lebih rendah dibandingkan
pada vertebrata ovipar lainnya, jumlah material lipida pada molekul vitelogenin
biasanya sekitar dua kali lebih banyak dibandingkan pada kelompok vertebrata
lain. Material lipida yang kemudian membentuk lipovitelin kuning telur ini dapat
digolongkan sebagai polar lipid/lipida kutup (Hori et al., dalam Mommsem dan
Walsh, 1988 dalam Tang dan Affandi, 2001). Kemudian disebutkan bahwa salah
satu fungsi dari vitamin E yang paling nyata adalah untuk melindungi asam lemak
tidak jenuh pada fosfolipid dalam membran sel. Pertambahan jumlah vitelogenin
akan mengakibatkan bertambahnya nilai GSI karena bobot gonad dalam tubuh
ikan akan semakin bertambah..
Menurut Lie et al., (1994) dalam Mokoginta et al.(2000), pada ikan
salmon diketahui bahwa á-tocopherol (vitamin E) diangkut dari jaringan periferal
ke gonad melalui hati bersama lipoprotein plasma. Seperti halnya dengan vitamin
larut dalam lemak lainnya, penyerapan vitamin E ini membutuhkan lemak dalam
pakan dan aktivitas asam empedu (Linder, 1992 dalam Zakaria, 2005), karena
salah satu dari fungsi lemak adalah melarutkan vitamin A, D, E dan K (Budiyanto,
2002).
Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui bahwa pada perlakuan pemberian
vitamin E 325 mg/kg pakan, 425 mg/kg pakan dan 475 mg/kg pakan mengalami
kenaikan nilai gonado somatik indeks di tengah masa pemeliharaan kemudian
terjadi penurunan nilai di akhir pemeliharaan. Sedangkan untuk perlakuan
pemberian vitamin E sebesar 375 mg/kg pakan mengalami peningkatan nilai GSI
rata-rata seiring dengan bertambahnya masa pemeliharaan. Peningkatan nilai GSI
rata-rata pada pelakuan pemberian dosis vitamin E sebesar 375 mg/kg pakan
memiliki nilai yang paling besar mencapai 33,58 % dari minggu ke dua hingga ke
minggu ke empat pemeliharaan.
Meningkatnya GSI antara lain disebabkan oleh aktivitas vitelogenin.
Vitelogenin sendiri merupakan komponen utama dari oosit yang sudah tumbuh
dan dihasilkan di hati. Aktivitas vitelogenin ini menyebabkan nilai GSI ikan
meningkat (Schultzt, 1984; Cerda et al., 1996 dalam Tang dan Affandi, 2001).
GSI mengalami penurunan di akhir penelitian, keadaan ini terjadi karena diduga
gonad dari ikan-ikan yang diberi perlakuan telah melewati masa matang gonad
dan telah mengalami peluruhan sel telur yang akhirnya diserap kembali oleh
tubuh. Sehingga bobot gonad mulai berkurang. Nilai GSI sendiri dapat digunakan
sebagai dasar dalam penentuan tingkat kematangan gonad ikan. Oleh karena itu,
setelah diketahui terjadinya penurunan nilai GSI ini, pemijahan segera dilakukan.
Di alam, ikan zebra membutuhkan waktu 3 – 4 bulan untuk berkembang dari
fase larva sampai fase siap memijah. Namun, dalam penelitian ini tidak lebih dari
2,5 bulan ikan sudah siap memijah. Hal ini dibuktikan dari menurunnya nilai
gonado somatik indeks di akhir pemeliharaan pada setiap perlakuan. Keadaan ini
diduga disebabkan oleh pengaruh keberadaan vitamin E dalam pakan yang
berperan dalam perkembangan gonad.
Dosis vitamin E yang diberikan dalam pakan bersama dengan asam lemak
n-3 dan n-6 mempengaruhi besarnya kadar lemak telur. Berdasarkan nilai kadar
lemak yang diperoleh dari hasil analisa proksimat terhadap telur ikan zebra yang
tercantum pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa penambahan vitamin E efektif sampai
pada kadar vitamin E sebesar 425 mg/kg pakan saja. Nilai kadar lemak telur terus
meningkat seiring bertambahnya kadar vitamin E dalam pakan, namun
peningkatan hanya sampai pada kadar vitamin E sebesar 425 mg/kg pakan.
Setelah itu penambahan dosis vitamin E lebih lanjut sampai 475 mg/kg pakan
nilainya mendatar. Tang dan Affandi (2001) menyebutkan bahwa lemak
merupakan aspek nutrisi pakan yang paling penting dan sangat essensial dalam
meningkatkan mutu telur, karena asam lemak telur merupakan cadangan makanan
dengan konversi energi yang paling tinggi dan juga berfungsi dalam permeabilitas
membran telur maupun membran kulit larva.
Untuk laju pertumbuhan harian ikan zebra dapat dilihat pada Gambar 2.
Laju pertumbuhan harian mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya
usia. Effendie (1979) menyatakan bahwa kematangan gonad untuk pertama
kalinya akan mempengaruhi pertumbuhan yaitu kecepatan pertumbuhan menjadi
sedikit lambat. Ikan masih dalam tahap adaptasi untuk bisa membagi nutrisi yang
masuk ke dalam tubuh untuk proses reproduksi dan pertumbuhan. Pada awalnya,
nutrisi yang masuk semuanya diarahkan untuk proses pertumbuhan. Tetapi, ketika
masa reproduksi datang dan untuk pertama kalinya, proses fisiologi tubuh
otomatis membagi pasokan energi tersebut.
Nilai gonado somatik indeks salin (GSIs) dapat dilihat pada Tabel 4 yang
memperlihatkan bahwa semua perlakuan (325 mg vitamin E/kg pakan, 375 mg
vitamin E/kg pakan, 425 mg vitamin E/kg pakan dan 475 mg vitamin E/kg pakan)
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan GSI prasalin. Nilai GSIs
berada pada kisaran 18,99 % - 28,14 % (P>0,05). Sedangkan untuk nilai GSI
prasalin berada pada kisaran 12,96 % - 16,96 %, tertinggi pada perlakuan dengan
kadar vitamin E sebesar 475 mg/kg pakan yaitu 16,96 %. Keadaan ini
menunjukkan bahwa vitamin E yang diberikan pada saat ikan belum memijah
menghasilkan nilai GSI yang lebih kecil bila dibandingkan dengan GSI sesudah
salin. Pada penelitian ini, vitamin E lebih efektif digunakan oleh ikan setelah masa
salin pertama. Data selengkapnya untuk GSIs dapat dilihat pada Lampiran 8.
Fekunditas merupakan perbandingan dari jumlah telur yang dikeluarkan
dengan bobot telur induk ikan. Fekunditas dari semua perlakuan cukup besar yaitu
berada diantara 499,68 – 707,81 butir/g induk. Semua perlakuan memiliki
fekunditas cukup besar dari fekunditas ikan zebra biasanya. Menurut Axelrod et
al. (1971), total telur yang dikeluarkan pada saat memijah biasanya berkisar antara
400 – 500 butir. Namun penambahan vitamin E pada pakan tidak memberikan
pengaruh yang berbeda nyata pada fekunditas yang dihasilkan. Begitu pula pada
gonado somatik indeks salin (GSIs), derajat pembuahan telur (DPT), derajat tetas
telur (DTT) dan tingkat ketahanan hidup larva 5 hari (SR5), penambahan vitamin
E tidak memberikan pengaruh nyata pada keempat parameter di atas. Hal ini
dapat dikatakan bahwa jumlah vitamin E sebesar 325 mg/kg pakan sudah cukup
memenuhi kebutuhan akan vitamin E dalam mencegah terjadinya reaksi oksidasi
pada lemak.
Pakan dengan jumlah vitamin E sebesar 425 mg/kg pakan menghasilkan
derajat pembuahan telur (DPT) tertinggi yaitu 98.79 % diikuti dengan perlakuan
III dan IV sebesar 92,14 % dan 92,66 % yang bernilai sama kemudian perlakuan I
dengan nilai terkecil yaitu sebesar 89,26 (P>0,05). Proses pembuahan merupakan
proses bergabungnya inti sperma dengan inti sel telur dalam sitoplasma sehingga
membentuk zigot. Terjadi proses ganda di dalam pembuahan yaitu aspek
embriologi berupa pengaktifan ovum oleh sperma dan aspek genetik yang berupa
pemasukan faktor-faktor hereditas pejantan ke dalam ovum.
Derajat pembuahan telur ditentukan dari kualitas sperma induk jantan.
Dalam proses penggabungan gamet, sel telur akan mengeluarkan bahan yang
dapat merangsang spermatozoa untuk berenang berusaha mencapai telur yang
disebut fertilizin. Spermatozoa memiliki reseptor yang dapat menangkap
spermiphilic dari fertilizin. Dari sisi lain cincin ovofilik akan bergantung pada
reseptor-reseptor yang ada pada telur sehingga terjadi penggabungan sperma
dengan telur (Tang dan Affandi, 2001). Bila kualitas telur tidak bagus, keadaan
tersebut tidak bisa berlangsung dengan baik dan dapat mengurangi nilai derajat
pembuahan telur.
Penetasan merupakan saat terakhir masa pengeraman sebagai hasil
beberapa proses sehingga embrio keluar dari cangkangnya. Derajat penetasan
telur disemua perlakuan memiliki nilai yang cukup kecil. Proses embriologis
terjadi sebelum larva dapat menetas keluar dari cangkang telurnya. Proses ini
membutuhkan asam lemak essensial. Asam lemak essensial ini berfungsi sebagai
prekursor dari senyawa prostaglandin yang berperan sebagai hormon. Proses
pengenalan antar sel dalam telur dipengaruhi oleh prostaglandin. Pembentukan
prostaglandin diawali dari asam lemak essensial asam linoleat yang kemudian
diubah menjadi asam arakhidonat (Martoharsono, 1990). Rendahnya asam lemak
n-3 yang diberikan diduga dapat menyebabkan gagalnya pembelahan sel dalam
proses embriologis dan akhirnya menghasilkan derajat tetas telur yang rendah.
Selain itu, proses penetasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah suhu, oksigen terlarut, pH, salinitas dan intensitas cahaya (Tang dan
Affandi, 2001) dan kualitas sperma dari ikan jantan. Pada proses pembuahan,
sperma dari induk jantan akan menyumbangkan faktor hereditas dan
memasukkannya ke dalam sel telur (Tang dan Affandi, 2001). Bila kualitas dari
sperma tidak bagus, maka akan mempengaruhi proses pembelahan sel hingga
terbentuknya embrio di dalam telur. Induk jantan yang digunakan tidak
mengalami perlakuan. Hal ini diduga mempengaruhi kualitas sperma yang
dihasilkan. Proses perkembangan embrio yang dapat diabadikan dapat dilihat pada
Lampiran 9.
Pemberian kadar vitamin E yang berbeda pada perbandingan kadar asam
lemak n-3 dan n-6 tetap sebesar 1 : 3 tidak memberikan pengaruh nyata pada
tingkat kelangsungan hidup larva yang dipelihara selama lima hari tanpa
pemberian pakan. Proses perkembangan dan pertumbuhan larva mengandalkan
kuning telur yang dimilikinya. Nilai dari masing-masing perlakuan dari yang
terbesar hingga yang terkecil adalah 98,33 % untuk perlakuan vitamin E sebesar
475 mg/kg pakan, 93,33 % untuk perlakuan vitamin E sebesar 325 mg/kg pakan;
88,33 % untuk perlakuan vitamin E sebesar 425 mg/kg pakan dan 86,67 % untuk
perlakuan vitamin E sebesar 375 mg/kg pakan. Tingkat ketahanan hidup untuk
semua perlakuan memiliki nilai yang cukup baik, berada di atas 80 %. Larva
masih dapat bertahan hidup hingga hari ke lima pemeliharaan tanpa pemberian
pakan. Umumnya, kuning telur ikan sudah terserap habis di hari ketiga setelah
larva keluar dari cangkangnya. Salah satunya seperti disebutkan oleh Amornsakun
dan Hassan (1997) dalam Tang dan Affandi (2001) bahwa kuning telur ikan
baung habis terserap pada hari ke tiga (70-72 jam setelah menetas). Begitu pula
pada ikan bawal air tawar, Colossoma macropomum (Affandi dan Tang, 1999
dalam Tang dan Affandi, 2001), ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis (Slamet
et al., 1999 dalam Tang dan Affandi, 2001).
Kualitas air selama masa pemeliharaan masih dalam batas kisaran
optimum untuk berlangsungnya kehidupan ikan cyprinid. Ikan dapat hidup,
tumbuh dan berkembang biak di dalamnya, karena selama masa pemeliharaan
digunakan sistem resirkulasi. Nilai kualitas air ini selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 5.
V. KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian dosis vitamin E
sebesar 475 mg/kg pakan dalam kadar asam lemak n-3 dan n-6 tetap, memberikan
pengaruh terhadap penampilan reproduksi prasalin ikan zebra (Brachydanio rerio)
yaitu GSI sebesar 16,96 % dan kandungan lemak telur sebesar 24,18 %,
dibandingkan dengan penambahan kadar vitamin E sebesar 325 mg/kg; 375
mg/kg maupun 425 mg/kg pakan.
DAFTAR PUSTAKA
Axelrod H. R., Burgess W. E., Pronek N. and Walls J. G. 1997. Dr. Axelrod’s
atlas of freshwater aquarium fishes. Ninth edition. T. F. H.
Publications. Inc. USA. 305 p.
Bell M. V., Henderson R. J. and Sargent J. R. 1986. The role of polyunsaturated
fatty acids in fish. Mini Review. Comp. Bichem. Physiology.83B:711719.
Boyd C. T. 1990. Water quality in pond for aquaculture. Birmingham Publishing
Co. Birmingham. Alabama. 359 pp.
Budiyanto. K. A. M. H. 2002. Dasar-dasar ilmu gizi. UMM Press. Malang.
Collins A. Omega-3-fat-efas. http://www.annecollins.com/dietary-fat. 18 Juni
2005.
Effendie M. I. 1979. Metode biologi perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112
hal..
Eschmeyer W. N. 1997. Catalog of genera of recent fishes. California Academy of
Sciences. San Fransisco. 697 p.
Hepher B. 1988. Nutrition of pond fishes. Cambridge University Press. England.
Houghton Mifflin Company. 2000. The american heritage® dictionary of english
language. http://www.thefreedictionary.com/alpha-tochoperol. 15
September 2005.
Izquierdo M. S., Fernandez-Palacios H., Tacon A. G. J. 2001. Effect of
broodstock nutrition on reproductive performance of fish. Aquaculture.
197 : 25-42.
Kamler E. 1992. Early life history of fish. An energetics approach. Chapman and
Hall. London. 267 pp.
Lehninger A. L. 1982. dasar-dasar biokimia. Jilid 1. (Alih bahasa oleh: M.
Thenawidjaja). Erlangga, Jakarta. 369 hal.
Martoharsono S. 1988. Biokimia Jilid I.Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Martoharsono S. 1990. Biokimia Jilid II.Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Maack G. and Segner H. The gonadal development of the zebrafish (Danio rerio).
http://www.Fishbase.com, 27 Januari 2005
Mokoginta. I., Jusadi D., Setiawati M.dan Suprayudi M. A. 2000. Kebutuhan
asam lemak esensial, vitamin dan mineral dalam pakan induk
Pangasius sutchi untuk reproduksi. Hibah Bersaing VII/1-2 Perguruan
Tinggi/Tahun Anggaran 1998/2000. Institut Pertanian Bogor. Laporan
Akhir. 54 hal.
National Research Council.1977. Nutrient requirement of warmwater fishes.
National Academy of Sciences Washington D. C. 102 p.
Piper R. G., Mc Elwain I. B., Orme E., Mc Carren J. P., Powler L. G., and
Leonard J. R. 1982. Fish hatchery management. United States
Development of The Interior of Fisheries and Wildlife Service.
Washington, D. C. 517 p.
Syahrizal.1998. K adar Optimum Vitamin E (á-Tocopherol) dalam Pakan Induk
Ikan Lele (Clarias batrachus Linn.). Tesis, Program Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.69 hal.
Takeuchi T., Watanabe T., Ogino C., Saito M., Nishimura K. and Nose T. 1981.
Effects of low protein high calorie and deletion of trace elements from
a fish meal diet on reproduction of rainbow trout. Bull. Japan Soc. Sci.
Fish. 47 (%) : 645-654.
Tang U. M. dan Affandi R. 2001. Biologi reproduksi ikan. Pusat Peneliti Kawasan
Pantai dan Perairan Universitas Riau.Pekanbaru. 110pp.
Tang U. M dan Affandi R. 2002. Fisiologi hewan air. Unri Press. Pekanbaru
Zonneveld, N., Huisman, E. A. dan Boor, J. H. Prinsip-prinsip budidaya ikan.
Gramedia. Jakarta. 317 hal.
Watanabe T., Takeuchi T., Origino C. & Kawabata T. (1977). Effect of átocopherol deficiency on carp-VII. The relationship between dietary
levels of linoleate and á-tocopherol requirement. Bull. Japan soc. Fish.
43, 935-946.
Watanabe T. 1988. Fish nutrition and mariculture. JICA Textbook The General
Aquaculture Course. Department of Aquatic Biosciences. Tokyo
university of fisheries. Tokyo. 232 pp.
Watanabe. T., Fujimura T., Lee M. J., Fukusho K., Satoh S. and Takeuchi T.
1991. Effect of polar and non polar lipids from krill on quality of eggs
of red seabream Pagrus major. Nippon Suisan Gakkaishi. 57 (4) :695698.
Welch E. B. 1980. Ecological Effects of Waste water. Cambridge University
Press. Cambridge. 337 p.
Yanto H. 2000. Pengaruh kombinasi kadar minyak ikan, minyak kelapa dan
minyak jagung dalam pakan terhadap komposisi asam lemak tubuh
dan pertumbuhan ikan jelawat (Leptobarbus hoeveni Blkr.). Tesis,
Program PascaSarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Zakaria A. 2005. Pengaruh pemberian vitamin E (á-Tokopherol) yang berbeda
pada pakan induk terhadap penampilan reproduksi ikan zebra
(Brachydanio rerio). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Komposisi campuran vitamin dan mineral
Komposisi campuran vitamin (mg/100 g pakan)
Vitamin B1
Vitamin B2
Vitamin B6
Vitamin B12
Vitamin C
Niacin
Ca-pantothenate
Inositol
Biotin
Folic acid
p-Amino-benzoic acid
Vitamin K3
Vitamin A
Vitamin D3
Sumber : Watanabe, 1988.
60
100
40
0.1
5000
400
100
2000
6
15
50
50
4000 IU
4000 IU
Komposisi campuran mineral (g/100 g pakan)
MgSO4.7H2O
1.0
Komponen Trace element miv (g/100g
pakan)
NaCl
15.0 ZnSO4..7H2O
35.3
.
.
NaH2PO4 2H2O
25.0 MnSO4 4H2O
16.2
KH2PO4
32.0 CuSO4.5H2O
3.1
Ca2(PO4)3
20.0 CoCl2.6H2O
0.1
Fe-Citrate
2.5
KIO3
0.3
Trace element mix 1.0
Cellulosa
45.0
Ca-lactate
3.5
Sumber : Takeuchi (1988) dalam Watanabe, 1988.
Lampiran 2. Hasil analisa proksimat bahan baku pakan (% bobot kering)
Bahan
Protein Lemak Abu
Serat Kasar BETN
Tepung Ikan
76,7462 6,2798 16,9197
0,0000
0,0542
Tepung Kedelai 51,9438 1,5374 9,2027
9,1917 28,1243
Pollard
19,6551 3,8941 4,5341
7,0073 64,9094
Tapioka
0,0000 0,3929 0,4042
0,0449 99,1580
Lampiran 3. Sumbangan asam lemak n-3 dan n-6 dari bahan pakan
Bahan
n-3
n-6
Lemak
n-3
Tepung
23,3
3,6
1,5699
0,3658
Ikan
Minyak
36,4
3,3
1,75
0,637
Ikan
Minyak
0
56,3
3,2032
0
Jagung
Minyak
0
3,8
0,45
0
Sawit
Total
1,0028
n-6
0,0565
0,0578
2,9294
0,0171
3,0608
Lampiran 4. Prosedur Analisa Proksimat
Prosedur Analisa Kadar Abu
1. Cawan dipanaskan pada suhu 105-110ºC selama 1 jam, kemudian didinginkan
dalam eksikator 15-30 menit dan ditimbang (X1).
2. Timbang bahan 2-3 gram (A).
3. Cawan dan bahan dipanaskan dalam tanur pada suhu 600ºC sampai bahan
menjadi putih semua atau telah menjadi abu, kemudian dimasukkan ke dalam
oven (suhu 100-110ºC) kurang lebih 15 menit untuk menurunkan suhu.
4. Cawan didinginkan dalam eksikator selama 15-30 menit dan ditimbang (X2).
Kadar Abu = ((X2 – X1) / A) x 100 %
Prosedur Analisa Protein
Tahap Oksidasi
1. Bahan ditimbang sebanyak 0,5 gram (A).
2. Masukkan bahan, katalis, H2SO4 pekat sebanyak 10 ml ke dalam labu
kjeldahl.
3. Labu Kjeldahl dipanaskan pada suhu 400ºC hingga terjadi perubahan
warna menjadi hijau bening, kemudian didinginkan dan encerkan dalam
erlenmeyer hingga 100 ml.
Tahap Destilasi
1. Sebanyak 5 ml larutan hasil oksidasi dimasukkan ke dalam labu destilasi.
2. Tambahkan 10 ml NaOH 0,05 N.
3. Masukkan H2SO4 0,05 N sebanyak 10 ml ke dalam erlenmeyer dan
tambahkan 2-3 tetes MnSO4, destruksi selama 10 menit.
Tahap Titrasi
1. Hasil destruksi dititrasi dengan NaOH 0,05 N.
2. Catat hasil titran
3. Lakukan prosedur yang sama pada blanko.
0,0007 x 6,25 x (ml blanko − ml titran ) x 20
Kadar Pr otein =
x100%
A
Prosedur Analisa Lemak (metode Soxhlet)
1. Labu dioven pada suhu 105-110ºC selama 1 jam, didinginkan dan
ditimbang (X1).
2. Bahan ditimbang sebanyak 3-5 gram (A), masukkan ke dalam selongsong
dan soxhlet, letakkan pemberat di atasnya.
3. Masukkan N-Hexan 100-150 ml ke dalam Soxhlet samapai selongsong
terendam dan N-Hexan dimasukkan ke dalam labu.
4. Panaskan labu yang telah dihubungkan dengan Soxhlet di atas hotplate
sampai cairan yang merendam bahan dalam Soxhlet berwarna bening.
5. Labu dilepaskan dan tetap dipanaskan hingga N-Hexan menguap semua.
6. Labu dan lemak yang tersisa dipanaskan dalam oven selama 15-60 menit,
kemudian didinginkan dalam eksikator selama 15-30 menit dan ditimbang
(X2).
Kadar Lemak =
( X 2 − X 1)
x 100%
A
Prosedur Analisa Lemak (metode Folsch)
1. Timbang bahan sebanyak A gram dan tambahkan C ml (20 x A)
Chloromethanol perbandingan 2:1.
2. Dihomogenkan selama 5 menit.
3. Hasilnya disaring dengan menggunakan vacuum pump dan kertas saring.
4. Hasil
penyaringan
dimasukkan
(dengan
cara
disaring
dnegan
menggunakan kertas saring) ke dalam labu, dimaan di dalamnya telah
dimasukkan MgCl2 sebanyak (0,2 x C) ml.
5. Kocok perlahan selama 1 menit dan siamkan selama 1 malam.
6. Setelah semalam, kemudian diambil lemaknya (cairan endapan yang di
bagian bawah) dan dievaporasi, lalu ditimbang (D gram).
Kadar Lemak =
D
x 100 %
A
Prosedur Analisa Serat Kasar
1. bahan ditimbang sebanyak 0,5 gram (A) dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 ml.
2. Tambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N, lalu dipanaskan di atas pembakar bunsen
selama 30 menit.
3. Tambahkan 25 ml NaOH 1,5 N kemudian panaskan kembali selama 30
menit.
4. Kertas saring dipanaskan dalam oven, lalu dinginkan dan ditimbang (X1),
kemudian pasang pada corong Buchner dan hubungkan pada vacuum
pump untuk mempercepat penyaringan.
5. Larutan dan bahan yang dipanaskan tadi dituangkan ke dalam corong
buchler, kemudian bilas berturut-turut dengan 50 ml air panas, 50 ml
H2SO4 0,3 N, 50 ml air panas lagi dan 25 ml aceton.
6. Siapkan cawan porselen yang telah dipanaskan dalam oven bersuhu 105110ºC selama 1 jam.
7. Kertas saring dimasukkan ke dalam cawan, panaskan dalam oven bersuhu
105-110ºC selama 1 jam, lalu dinginkan dalam eksikator selama 15-30
menit dan ditimbang (X2).
8. Selanjutnya panaskan cawan tadi dalam tanur (600ºC) hingga berwarna
putih atau menjadi abu (4 jam), lalu dimasukkan dalam oven bersuhu 105110º selama 15 menit, dinginkan dalam eksokator selama 15-30 menit dan
ditimbang (X3).
Kadar Serat Kasar =
( X 2 − X 1 − X 3)
x 100%
A
Lampiran 5. Hasil analisa kualitas air selama pemeliharaan
DO
pH
TAN
Kualitas
Air
Awal Tengah Akhir Awal Tengah Akhir Awal Tengah Akhir
Akuarium 7,30
6,14 4,34 6,80
6,48 7,38 0,18
0,02 0,11
Tandon
7,40
6,25 4,44 6,79
6,48 7,38 0,16
0,02 0,15
Outlet
7,38
6,31 4,50 6,78
6,49 7,43 0,32
0,02 0,09
L ampiran 6. DataL aju Pertumbuhan Harian (á) ikan zebra(Brachydanio rerio)
Perlakuan
I (Vit E 325 mg/kg
pakan)
II (Vit E 375 mg/kg
pakan)
III (Vit E 425 mg/kg
pakan)
IV (Vit E 475 mg/kg
pakan)
Ulangan
1
2
3
Ratarata
1
2
3
Ratarata
1
2
3
Ratarata
1
2
3
Ratarata
Wt
0.1939
0.3636
0.2286
Minggu 2
Wo
á
0.1817 0.4666
0.1800 5.1504
0.1917 1.2666
Wt
0.4914
0.3227
0.4334
Minggu 4
Wo
á
0.1939
6.8678
0.3636 -0.8487
0.2286
4.6752
Wt
0.3652
0.3880
0.4579
Minggu 6
Wo
á
0.4914 -2.0978
0.3227
1.3250
0.4334
0.3936
0.2620
0.1844
2.5397
0.4158
0.2620
3.3537
0.4037
0.4158
-0.2113
0.2901
0.2849
0.2029
0.1917
0.2133
0.1917
3.0047
2.0878
0.4077
0.3257
0.4752
0.3566
0.2901
0.2849
0.2029
0.8302
3.7219
4.1101
0.3984
0.3754
0.4382
0.3257
0.4752
0.3566
1.4495
-1.6698
1.4827
0.2593
0.1989
1.9126
0.3858
0.2593
2.8794
0.4040
0.3858
0.3292
0.3471
0.3530
0.3287
0.1867
0.1767
0.1883
4.5302
5.0686
4.0583
0.4208
0.3868
0.3726
0.3471
0.3530
0.3287
1.3848
0.6553
0.8994
0.3509
0.3576
0.3319
0.4208
0.3868
0.3726
-1.2892
-0.5591
-0.8228
0.3429
0.1839
4.5520
0.3934
0.3429
0.9855
0.3468
0.3934
-0.8965
0.3213
0.3575
0.4299
0.1950
0.1733
0.1867
3.6313
5.3069
6.1399
0.4350
0.3189
0.3998
0.3213
0.3575
0.4299
2.1877
-0.8128
-0.5171
0.3354
0.3605
0.5163
0.4350
0.3189
0.3998
-1.8402
0.8797
1.8434
0.3696
0.1850
5.0669
0.3846
0.3696
0.2846
0.4041
0.3846
0.3539
Lampiran 7. Data Gonado Somatik Indeks (%) Mingguan ikan zebra
(Brachydanio rerio)
Perlakuan
I (Vit E
325 mg/kg
pakan)
II (Vit E
375 mg/kg
pakan)
III (Vit E
425 mg/kg
pakan)
IV (Vit E
475 mg/kg
pakan)
Ulangan
1
2
3
Ratarata
1
2
3
Ratarata
1
2
3
Ratarata
1
2
3
Ratarata
Minggu 2
Minggu 4
Tubuh
Gonad
0.1939
0.3636
0.2286
0.0189
0.0432
0.0201
GSI
(%)
9.7473
11.8812
8.7927
0.2620
0.0274
0.2901
0.2849
0.2029
Minggu 6
Tubuh
Gonad
0.4914
0.3227
0.4334
0.0819
0.0308
0.0713
GSI
(%)
16.6667
9.5445
16.4513
Tubuh
Gonad
0.3652
0.3880
0.4579
0.0511
0.0356
0.0509
GSI
(%)
13.9923
9.1753
11.1160
10.1404
0.4158
0.0613
14.2208
0.4037
0.0459
11.4279
0.0229
0.0422
0.0208
7.8938
14.8122
10.2514
0.3257
0.4752
0.3566
0.0424
0.0669
0.0527
13.0181
14.0783
14.7785
0.3984
0.3754
0.4382
0.0630
0.0342
0.0820
15.8133
9.1103
18.7129
0.2593
0.0286
10.9858
0.3858
0.0540
13.9583
0.4040
0.0597
14.5455
0.3471
0.3530
0.3287
0.0316
0.0376
0.0426
9.1040
10.6516
12.9601
0.4208
0.3868
0.3726
0.0910
0.0838
0.0511
21.6255
21.6649
13.7144
0.3509
0.3576
0.3319
0.0274
0.0509
0.0362
7.8085
14.2338
10.9069
0.3429
0.3213
0.3575
0.4299
0.0373
10.9052
0.3934
0.0753
19.0016
0.3468
0.0382
10.9831
0.0450
0.0484
0.0659
14.0056
13.5385
15.3291
0.4350
0.3189
0.3998
0.0868
0.0741
0.0693
19.9540
23.2361
17.3337
0.3354
0.3605
0.5163
0.0522
0.0765
0.0788
15.5635
21.2205
15.2624
0.3696
0.0531
14.2911
0.3846
0.0767
20.1746
0.4041
0.0692
17.3488
Lampiran 8. Data Gonado Somatik Indeks Salin (%) ikan zebra (Brachydanio
rerio)
Perlakuan
I (Vit E 325 mg/kg pakan)
II (Vit E 375 mg/kg pakan)
III (vit E 425 mg/kg pakan)
IV (Vit E 475 mg/kg pakan)
Ulangan
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
Tubuh (g)
0.6767
0.4409
0.5588
0.5907
0.7129
0.6518
0.5400
0.5998
0.5699
0.7520
0.5580
0.6550
Gonad (g)
0.1720
0.1361
0.1541
0.1088
0.2395
0.1742
0.1069
0.1316
0.1193
0.1534
0.0981
0.1258
GSIs (%)
25.4175
30.8687
28.1431
18.4188
33.5952
26.0070
19.7963
21.9406
20.8685
20.3989
17.5806
18.9898
Lampiran 9. Gambar Perkembangan Telur
Pembelahan 8 Sel
I (325 mg/kg pakan)
II (375 mg/kg pakan)
III (425 mg/kg pakan)
IV (475 mg/kg pakan)
: 08.50 (060505)
:: 08.35 (060505)
:-
Stadia Blastula
I (325 mg/kg pakan)
II (375 mg/kg pakan)
III (425 mg/kg pakan)
IV (475 mg/kg pakan)
I (325 mg/kg pakan)
II (375 mg/kg pakan)
III (425 mg/kg pakan)
IV (475 mg/kg pakan)
: 09.40
: 08.15
: 09.50
: 08.15
Stadia Gastrula
: 11.00
: 09.45
: 11.00
: 09.55
Stadia Perisai Embrio
I (325 mg/kg pakan)
II (375 mg/kg pakan)
III (425 mg/kg pakan)
IV (475 mg/kg pakan)
Stadia Morula
: 14.00
: 13.15
: 14.00
: 13.15
I (325 mg/kg pakan)
II (375 mg/kg pakan)
III (425 mg/kg pakan)
IV (475 mg/kg pakan)
: 12.00
: 12.00
: 12.00
: 12.00
Stadia Organogenesis
I (325 mg/kg pakan)
II (375 mg/kg pakan)
III (425 mg/kg pakan)
IV (475 mg/kg pakan)
: 23.25
: 23.25
: 23.25
: 23.25
Sambungan Lampiran 9.
Stadia Embrio
I (325 mg/kg pakan)
II (375 mg/kg pakan)
III (425 mg/kg pakan)
IV (475 mg/kg pakan)
Embrio Berpigmen
: 13.00 (070505) I (325 mg/kg pakan)
: 13.00 (070505) II (375 mg/kg pakan)
: 13.00 (070505) III (425 mg/kg pakan)
: 13.00 (070505) IV (475 mg/kg pakan)
.Larva
I (325 mg/kg pakan)
II (375 mg/kg pakan)
III (425 mg/kg pakan)
IV (475 mg/kg pakan)
Telur Mati
: 09.50
: 13.00
: 09.45
: 20.00
: 06.00 (080505)
: 06.00 (080505)
: 06.00 (080505)
: 06.00 (080505)
Lampiran 10. Nilai Fekunditas (F), Derajat Pembuahan Telur (DPT), Derajat
Tetas Telur (DTT) dan Tingkat Ketahanan Hidup Larva 5 Hari (SR5)
Perlakuan
Ulangan
I
(Vit E 325
mg/kg)
1
2
3
Rata-rata
1
2
3
Rata-rata
1
2
3
Rata-rata
1
2
3
Rata-rata
II
(Vit E 375
mg/kg)
III
(Vit E 425
mg/kg)
IV
(Vit E 475
mg/kg
F (butir/g
induk)
443,9057
365,3685
689,7611
499,6784
651,3898
651,3898
633,8898
645,5565
603,4939
598,2001
474,6780
558,7907
606,3853
788,5151
728,5194
707,8066
DPT (%)
99,2308
87,8505
80,6931
89,2581
86,2687
90,4478
99,6933
92,1366
98,5380
99,7050
98,1413
98,7947
93,9929
87,5000
96,4706
92,6545
DTT (%)
39,1473
5,3191
7,6687
17,3784
15,9170
5,6106
11,3846
10,9707
37,6855
6,2130
19,3182
21,0722
53,7594
29,1925
12,8049
31,9189
SR (%)
100,0000
90,0000
90,0000
93,3333
85,0000
85,0000
90,0000
86,6667
95,0000
90,0000
80,0000
88,3333
100,0000
95,0000
100,0000
98,3333
Lampiran 11. Hasil analisa statistik terhadap berbagai parameter
a. Tabel sidik ragam terhadap gonado somatik indeks (GSI)
Antara grup
Dalam grup
Total
Kuadrat jumlah
df
Rata-rata
F
Sig.
47.478
20.400
67.879
3
8
11
15.826
2.550
6.206
0.017
Uji lanjut terhadap gonado somatik indeks
N Subset for alpha = .05
PERLAKUAN
1
Duncan
A
3
11.929682
B
C
3
3
13.163190
13.629971
D
Sig.
3
2
17.271500
.246
1.000
b. Tabel sidik ragam terhadap gonado somatik indeks salin (GSIs)
Antara grup
Dalam grup
Total
Kuadrat jumlah
df
Rata-rata
F
Sig.
110.220
136.289
246.509
3
4
7
36.740
34.072
1.078
0.453
c. Tabel sidik ragam terhadap fekunditas (F)
Antara grup
Dalam grup
Total
Kuadrat jumlah
df
Rata-rata
F
Sig.
76275.842
85340.928
161616.770
3
8
11
25425.281
10667.616
2.383
0.145
d. Tabel sidik ragam terhadap derajat pembuahan telur (DPT)
Antara grup
Dalam grup
Total
Kuadrat jumlah
df
Rata-rata
F
Sig.
144.803
313.428
458.230
3
8
11
48.268
39.178
1.232
0.360
e. Tabel sidik ragam terhadap derajat tetas telur (DTT)
Antara grup
Dalam grup
Total
Kuadrat jumlah
df
Rata-rata
F
Sig.
693.487
2116.618
2810.104
3
8
11
231.162
264.577
0.874
0.494
f. Tabel sidik ragam terhadap tingkat kelangsungan hidup larva 5 hari (SR5)
Antara grup
Dalam grup
Total
Kuadrat jumlah
df
Rata-rata
F
Sig.
250.000
216.667
466.667
3
8
11
83.333
27.083
3.077
0.091
Keterangan : Apabila signifikansi > 0,05 maka tidak berbeda nyata antar perlakuan
Apabila signifikansi < 0,05 maka berbeda nyata antar perlakuan
Download