I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang akuakultur semakin lama semakin meningkat seiring dengan perkembangan jaman. Salah satu contoh teknologi yang sedang dikembangkan adalah teknologi transplantasi sel. Transplantasi sel adalah teknologi yang dapat digunakan untuk merekayasa produksi benih melalui induk semang (surrogate broodstock) (Okutsu et al., 2006a). Di Jepang teknologi ini telah berhasil dilakukan pada ikan rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) dengan induk semang ikan salmon masu (Oncorhynchus masou) (Takeuchi et al., 2004). Teknologi ini sangat potensial dikembangkan untuk ikan – ikan matang gonad lambat. Salah satu contoh ikan yang matang gonad lambat adalah ikan gurame (Osphronemus gouramy). Ikan gurame adalah ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Hal ini disebabkan karena ikan tersebut memiliki rasa daging yang enak sehingga digemari oleh masyarakat. Salah satu kendala dalam budidaya ikan gurame adalah penyediaan benih yang terbatas. Hal tersebut diduga disebabkan oleh ketersediaan induk matang gonad yang terbatas sebagai akibat dari kematangan gonad ikan gurame yang lambat, yaitu sekitar 2-3 tahun. Aplikasi teknologi induk semang diharapkan mampu mengatasi kendala tersebut sehingga produksi benih ikan gurame dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Pada teknologi induk semang dibutuhkan ikan resipien yang cocok yang dapat menerima dan mendukung perkembangan sel gonad donor. Ikan resipien ini pun harus memiliki keunggulan seperti pertumbuhan cepat, matang gonad cepat dan teknologi pemijahan yang mudah. Salah satu kandidat ikan resipien yang dapat digunakan sebagai induk semang ikan gurame adalah ikan nila (Oreochromis niloticus). Ikan nila ini memiliki ukuran telur yang mirip sehingga diduga dapat mendukung perkembangan sel gonad ikan gurame di dalam tubuhnya. Ikan nila ini memiliki waktu matang gonad cepat dan dapat dipijahkan dengan mudah di dalam wadah yang terkontrol sehingga mendukung kegiatan rekayasa genetik di masa mendatang (Alimuddin et al., 2009). Faktor pertama penentu keberhasilan transplantasi adalah sel donor dapat terkolonisasi dalam individu resipien. Kolonisasi sel umumnya diketahui dengan melihat pendaran sel donor yang membawa gen GFP atau diwarnai dengan PKH26. Sel donor yang membawa gen GPF diperoleh dari ikan transgenik (Yoshizaki et al., 2000). Namun demikian pembuatan ikan transgenik tersebut membutuhkan waktu yang lama sehingga cara ini dinilai kurang efisien. Selain itu, ketersediaan mikroskop fluoresen juga masih terbatas di Indonesia. Untuk mengatasi hal itu, perlu adanya cara alternatif yang aplikatif dan efisien. Salah satu cara alternatif adalah dengan menggunakan PCR. Pada metode PCR, diperlukan adanya marker spesifik yang dapat mengidentifikasi sel donor. Penelitian mengenai marker spesifik gurame telah dilakukan (Marlina, 2009) sehingga marker tersebut dapat digunakan dalam mengidentifikasi sel gonad gurame. Pada penelitian ini dilakukan deteksi sel donor ikan gurame di dalam individu ikan nila dengan menggunakan metode PCR dengan primer/marker spesifik ikan gurame. Sel gonad donor yang ditransplantasikan berkisar antara 1.250-80.000 sel. 1.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan sensitivitas PCR dalam mendeteksi sel donor yang ada di dalam individu ikan resipien. Sebagai pembanding sensitivitas PCR, sel donor diwarnai dengan PKH-26.