Uji Toksisitas Ekstrak Imperata cylindrica, Gynura procumbens, dan Syzygium polyanthum terhadap Pola Renang Ikan Zebra Keni Lathifa, M. Zainul Fadli, Helmin Elyani Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang E-mail: [email protected] Abstract. Decocta of Imperata cylindrica, Gynura procumbens, and Syzygium polyanthum known as antihypertensive remedies and anxiolytic effect. This study was to test the toxic effect of IGS decoction on the physiological function of Danio rerio swimming pattern. Research employs control group post test only design. 18 Zebrafish (Danio rerio) were divided into 3 groups. Control group (K0) was treated with standard food in an aquarium with 1000 ml of distilled water for 14 days. Treatment groups was given by 932 mg/L (P1) and 1864 mg/L (P2) of IGS combined decoction for 14 days. The swimming pattern observed by camera for 5 minutes. The results then analyzed by One Way ANOVA, result meaningful if p<0,05. There was a significant change of Danio rerio swimming patern by the dose of 1864 mg/L. The combination of IGS decoction on 932 mg/L decrease zebrafish's bottom-dwelling by 4% and 31% on the dose of 1864 mg/L. Meanwhile the dose of 932 mg/L increase the time spent on the surface by 43% and 74% on the dose of 1864 mg/L. The combination of IGS decoction at 1864 mg/L may change the swimming pattern of zebra fish's time spent on the surface. Keywords: Imperata cylindrica, Gynura procumbens, Syzygium polyanthum, subchronic toxicity, swimming pattern Penggunaan obat antihipertensi tradisional yang lazim digunakan oleh masyarakat Indonesia antara lain akar alang-alang, daun sambung nyawa, dan daun salam. Efek senyawa kalium1 pada akar alang-alang (Imperata cylindrica L.) sebagai peluruh kemih (diuretik). Senyawa flavonoid pada sambung nyawa dan daun salam yang berperan sebagai antioksidan2 serta mampu mengontrol HDL kolesterol pada tikus Wistar.3 Disamping itu dilaporkan bahwa alang-alang mengandung senyawa toksik yaitu phydroxibenzoic4, sambung nyawa dan daun salam memiliki saponin1 yang dapat menyebabkan kematian sel. Dosis 20000 mg/Kg BB alang-alang menyebabkan nekrosis pada hati mencit,3 menyebabkan hiperplasia sel tiroid dan mengganggu proses germinasi serta pertumbuhan dari tanaman gandum4,5 serta menyebabkan penurunan integritas membran plasma sel pada tikus.6 Daun salam dalam dosis >20µg/ml dapat menyebabkan kematian mencit pada uji toksisitas selama tiga bulan uji sub kronik.7 Daun sambung nyawa bersifat mutagenik secara oral pada mencit dengan dosis 5,56 g/kgBB.8 Sehingga penggunaan bahan alam sebagai terapi memerlukan uji keamanan penggunanya. Uji kemanan herbal dapat dilakukan dengan melihat indikator biologis. Ikan zebra sensitif terhadap perubahan lingkungan sehingga memiliki peran penting untuk monitoring berbagai polutan (bioindikator).9 Secara normal ikan zebra lebih sering berada di dasar air karena merasa lebih aman dari ancaman lingkungan sekitar.10 Adanya toksikan yang dapat mengganggu fungsi motorik ikan zebra yang akan mempengaruhi pola berenangnya yaitu ikan lebih sering berada dipermukaan air dan menjadi tidak takut akan ancaman lingkungan sekitar.11 Kandungan saponin dan p-hydroxybenzoic diduga dapat mempengaruhi kontrol perilaku yang dapat dilihat melalui pola renang ikan zebra. Berdasarkan data diatas, peneliti ingin mengetahui pengaruh ramuan akar alang-alang, daun sambung nyawa, dan daun salam terhadap aktivitas pola berenang ikan zebra. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorik secara in vivo menggunakan desain penelitian group post test only design dengan tujuan menguji efek toksisitas dekokta kombinasi akar Imperata cylindrica, daun Gynura procumbens, dan daun Syzygium polyanthum terhadap pola renang ikan zebra. Keni Lathifa, Uji Toksisitas Ekstrak Imperata cylindrica, Gynura procumbens, dan Syzygium polyanthum Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada laboratorium biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang pada bulan Juli 2014 – September 2014. Pengelompokan Hewan Coba Pembagian kelompok perlakuan dilakukan secara randomisasi dibagi ke dalam 3 kelompok yaitu kelompok kontrol (tanpa perlakuan), P1 (932 mg/L kombinasi IGS) dan P2 (1864 mg/L kombinasi IGS). Pembuatan Sediaan Kombinasi Dekokta Akar Imperata cylindrica, Daun Gynura procumbens, dan Daun Syzygium polyanthum Pembuatan sediaan herbal pertama kali memilih bagian yang digunakan lalu sortasi herbal, dilakukan pencucian herbal selanjutnya dibuat dalam bentuk simplisia dalam sebuah ruang penjemuran khusus, lalu dibuat serbuk yang akan dilakukan proses pembuatan sediaan dekok. Hal pertama yang dilakukan adalah penimbangan dosis herbal sesuai standar dosis yang telah ditentukan. Dilakukan perhitungan dosis mg/kgBB pada manusia setara dengan dosis mg/L pada ikan dewasa, dengan dosis efektif pada manusia dengan berat badan 60 kg dengan perbandingan dosis herbal akar Imperata cylindrical : daun Gynura procumbens : daun Syzygium polyanthum sebesar 5 gr: 5 gr: 4 gr. Campur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air 1000 ml, panaskan diatas tangas air selama 30 menit terhitung mulai suhu 900C sambil sekali-sekali diaduk. Lalu dinginkan, kemudian dekokta di saring menggunakan kertas saring dan hasil penyaringan di kumpulkan dalam erlenmeyer menggunakan corong. Setelah itu langsung berikan ekstrak kombinasi tersebut kedalam akuarium. Setiap 24 jam ekstrak kombinasi diganti dengan yang baru. Pengambilan Sampel Pada pengambilan sampel kali ini dengan memindah hewan coba satu per satu kedalam akuarium khusus (Novel dive tank) lalu diamati dengan menggunakan kamera selama 5 menit untuk melihat pola renang hewan coba. Teknik Pengamatan Pola Renang Hewan coba sudah diletakkan satu per satu pada aquarium khusus (Novel dive tank), peneliti mengamati menggunakan kamera selama 5 menit. Peneliti melihat apakah hewan coba lebih lama berada dibagian permukaan (terapung) atau berada pada dasar aquarium (tenggelam). Model penelitian ini digunakan untuk mengamati perubahan perilaku Ikan zebra. Ikan zebra secara normal berenang di dasar aquarium pada lingkungan yang baru untuk menghindari adanya ancaman.9 Ikan zebra yang berenang di permukaan aquarium menandakan bahwa formula herbal tersebut toksik, sedangkan jika ikan lebih sering berenang di dasar aquarium formula herbal tidak toksik.10 Pengumpulan Data dan Analisa Data Setelah penelitian selesai dilakukan pengumpulan data. Data diolah dengan mengggunakan metode One Way Anova untuk menguji hipotesis yang ada. Hasil dikatakan bermakna bila p<0,05. Uji statistik tersebut dilakukan dengan program SPSS. HASIL DAN ANALISA DATA Efek Ramuan Dekokta Akar Imperata cylindrica, Daun Gynura procumbens, dan Daun Syzygium polyanthum terhadap Perubahan Pola Berenang Ikan Zebra Perbandingan efek ramuan dekokta akar Imperata cylindrica, daun Gynura procumbens, dan daun Syzygium polyanthum (5:5:4) dengan kelompok kontrol terhadap pola berenang ikan zebra berdasarkan rata-rata masing kelompok dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1 : Rata-Rata Perubahan Pola Renang Ikan Zebra terhadap Kelompok Kontrol dengan Perlakuan Pemberian IGS No. Perlakuan N Lama Berenang (menit) Permukaan Dasar 1. Kontrol Negatif 6 1.1000±1.70411a (7,3%) 13.8667±1.38804a (92,7%) 2. P1 (932 mg/L) 6 2.7833±3.29206a (18,5%) 12.7833±3.89791a (81,5%) 3. P2 (1864 mg/L) 6 7.2167±3.89791b (48%) 7.2333±2.51529b (52%) 9 | Page Jurnal Kedokteran Komunitas Volume 3, Nomor 1, Desember 2015 Lama waktu (menit) Penguji akan menguji efek dari kombinasi herbal akar Imperata cylindrica, daun Gynura procumbens, dan daun Syzygium polyanthum dalam menilai respon berenang di akuarium khusus (novel dive tank). Ikan zebra yang ditempatkan di akuarium khusus akan menghabiskan sebagian besar waktu di dasar selama menit pertama dari total sesi penelitian selama 5 menit lalu menunjukkan penurunan secara bertahap waktu yang dihabiskan di dasar akuarium. 16 14 12 10 8 6 4 2 0 a a b b Permukaan a Dasar a K Neg P1 P2 Perlakuan Grafik 1 : Perbandingan kontrol negatif dan perlakuan kepada ikan zebra selama berada di permukaan dan dasar akuarium Dari data diatas diketahui bahwa keadaan normal ikan zebra berada di permukaan memerlukan waktu 1,1 menit. Pemberian kombinasi herbal alang-alang, sambung nyawa, dan daun salam dengan dosis 932 mg/L meningkatkan waktu ikan zebra untuk berada di permukaan akuarium sebesar 43%. Pada dosis 1864 mg/L ikan zebra memerlukan waktu lebih lama dibanding keadaan normal yaitu 74%. Semakin besar dosis kombinasi herbal akar alangalang, daun sambung nyawa, dan daun salam ikan zebra semakin lama berada di permukaan akuarium. Pada keadaan normal ikan zebra memerlukan waktu 13,87 menit berada di dasar akuarium. Pemberian kombinasi herbal akar alang-alang, daun sambung nyawa, dan daun salam dosis 932 menurunkan lama berenang ikan zebra di dasar akuarium sebesar 4%, dan pada dosis 1864 mg/L menurunkan lama berenang ikan zebra berada di dasar akuarium sebesar 31%. Semakin meningkatnya dosis kombinasi herbal akar alang-alang, daun sambung nyawa, dan daun salam ikan zebra semakin menurunkan waktu yang dibutuhkan ikan zebra untuk berada di dasar akuarium. Page | 10 PEMBAHASAN Pola Renang pada Masing-masing Perlakuan Pada penelitian ini ikan zebra tanpa pemberian kombinasi herbal akar Imperata cylindrica, daun Gynura procumbens, dan daun Syzygium polyanthum berada di dasar akuarium membutuhkan waktu paling lama karena ikan zebra merasa aman berada di dasar. Sedangkan ikan zebra yang diberi kombinasi herbal akar Imperata cylindrica, daun Gynura procumbens, dan daun Syzygium polyanthum dengan dosis 932 mg/L memerlukan waktu yang lebih sedikit dibandingkan kontrol negatif, begitu juga dengan pemberian paparan dosis yang lebih besar yaitu 1864 mg/L memerlukan waktu yang lebih singkat lagi berada di dasar akuarium dibandingkan dosis 932 mg/L dan kontrol negatif. Ikan zebra tanpa pemberian kombinasi herbal berada di dasar akuarium menghabiskan waktu rata-rata selama 25 menit dengan perbandingan total waktu 30 menit dengan 6 kali pengulangan. Ikan zebra diberi dosis dengan perhitungan meningkatkan dosis tiga hingga empat kali lipat dari dosis aman terapi. Dosis aman terapi total kombinasi herbal yang telah diperoleh dari B2P2TOOT adalah 233 mg/L. Ikan zebra yang diberi dosis tiga kali lipat dari dosis terapi total kombinasi herbal sebesar 932 mg/L belum menunjukkan perubahan pola berenang dibandingkan tanpa pemberian kombinasi herbal yaitu ditemukan hasil dari ratarata sebesar 23 menit dari perbandingan total waktu 30 menit dengan 6 kali pengulangan. Sedangkan pemberian kombinasi herbal pada ikan zebra dengan dosis empat kali lipat dari dosis terapi yaitu sebesar 1864 mg/L didapatkan pola renang yang berbeda dengan dua kelompok yang lain yaitu ikan zebra berada di dasar akuarium selama 13 menit dari perbandingan total waktu 30 menit dengan 6 kali pengulangan. Berdasarkan penelitian Putri (2015), in publishing pemberian dekokta kombinasi akar alang-alang, daun sambung nyawa dan daun salam pada dosis 932 mg/L (0,24221 ± 0,594 mg/L) dapat menyebabkan kerusakan organ berupa hiperplasia pada lamela insang ikan zebra namun tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol (0,10328± 0,647 mg/L). Sedangkan pada paparan dosis 1864mg/L jumlah lamela insang yang mengalami hiperplasia terjadi peningkatan secara signifikan (0,17889 ± 0,608 mg/L). Keni Lathifa, Uji Toksisitas Ekstrak Imperata cylindrica, Gynura procumbens, dan Syzygium polyanthum Persentase jumlah peningkatan hiperplasia lamela insang ini tergolong ringan. Hal ini membuktikan bahwa dosis 1864 mg/L mempengaruhi pola renang ikan zebra. Zatzat aktif dari kombinasi herbal akar Imperata cylindrica, daun Gynura procumbens, dan daun Syzygium polyanthum yang diberikan akan terserap masuk ke dalam tubuh ikan zebra dan akan di distribusikan melalui darah menuju sistem sirkulasi, sistem jantung, sistem respirasi, dan sistem saraf. Efek Ramuan Akar Imperata cylindrica, Daun Gynura procumbens, dan Daun Syzygium polyanthum Terhadap Perubahan Pola Renang Ikan Zebra Pada dasarnya habitat ikan zebra adalah di dasar permukaan karena ikan zebra merasa lebih aman berada di dasar, aman dari lingkungannya dan segala predator yang mengancam.9 Dalam keadaan normal, fungsi sistem sirkulasi atau fungsi jantung, sistem ini berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 dari perairan ke sel-sel tubuh yang membutuhkan, juga mengangkut enzim, zat-zat nutrisi, garam-garam, hormon, dan antibodi serta mengangkut CO2 dari dalam usus, kelenjarkelenjar, insang, dan sebagainya keluar tubuh. Fungsi respirasi pada ikan zebra yaitu pertukaran gas CO2 dan O2 terjadi secara difusi ketika air dari habitat yang masuk melalui mulut, terdorong ke arah daerah insang. O2 yang banyak dikandung di dalam air akan diikat oleh hemoglobin darah, sedangkan CO2 yang dikandung di dalam darah akan dikeluarkan ke perairan. Darah yang sudah banyak mengandung O2 kemudian diedarkan kembali ke seluruh organ tubuh dan seterusnya. Apabila di perairan kurang mengandung O2 yang akan ikan lakukan adalah menuju permukaan, menuju tempat pemasukkan air, dan menuju tempat air yang berarus. Sistem saraf dan hormon berperan sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan. Perubahan lingkungan akan diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat), saraf akan merangsang kelenjar endokrin hormon dikirim untuk mengeluarkan hormon-hormon yang dibutuhkan akan merangsang organ target dan aktivitas metabolisme jaringan-jaringan antara lain untuk bergerak.12 Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa ikan zebra menghabiskan sekitar 50% dari 5 menit sesi penelitian pada dasar akuarium, selain itu yang dapat mengubah pola renangnya yaitu ikan lebih lama menghabiskan waktunya di permukaan air, berbanding terbalik dengan habitatnya yang menghabiskan waktunya untuk tinggal di dasar permukaan akuarium, antara lain obat-obatan ansiolitik seperti buspirone, diazepam dan fluoxetine sebagaimana efek yang ditimbulkan oleh tranylcypomine, obat panicolytic.10 Pada perlakuan diberikannya dosis maksimal anti ansietas pada ikan zebra menunjukkan adanya perubahan pola renang yaitu penurunan eksplorasi pada lingkungan, peningkatan berdiam diri pada novel tank test, pergerakan singkat yang tidak menentu, aktivasi aksis stres yang diukur dengan konsentrasi kortisol, dan pada dosis minimum keadaan ansietas rendah ditunjukkan dengan keadaan yang berkebalikan dari tanda-tanda diatas.13 Pada pemberian atrazine dosis maksimum yaitu 0,3 µg/L dilaporkan bahwa ikan zebra berada lebih lama berada di permukaan akuarium.14 Penelitian lain menunjukkan bahwa pola renang ikan berada di dasar menjadi kebiasaan (habituasi) dari waktu ke waktu. Untuk mewakili perilaku antipredator (predator udara), perilaku menyelam (posisi ikan selalu berada di dasar) respon ikan berada di dasar akuarium tidak mewakili pendekatan ke dasar, tetapi merupakan pelarian diri dari permukaan air.9 Kombinasi herbal akar Imperata cylindrica, daun Gynura procumbens, dan daun Syzygium polyanthum mempunyai efek toksik yaitu merusak sel otak yang dapat mengubah pola renang ikan zebra. Efek toksik dari kombinasi herbal tersebut hampir mirip dengan efek obat ansiolitik yang dapat menurunkan kecemasan. Dari penelitian Cachat et al.,2011 ikan zebra yang dipapar dengan obat ansiolitik lebih banyak menghabiskan waktu di permukaan akuarium.9 Akibat paparan kombinasi herbal dosis tinggi yaitu ikan zebra tidak begitu takut dengan predator sehingga ikan zebra bertahan lebih lama di permukaan akuarium. Bahan aktif yang mempunyai potensi toksik pada akar Imperata cylindrica, daun Gynura procumbens, dan daun Syzygium polyanthum mempengaruhi otak ikan zebra dengan cara penumpukan kortisol di hipocampus 11 | Page Jurnal Kedokteran Komunitas dan korteks prefrontal yang mengakibatkan rusaknya sel otak yang menyebabkan perubahan pola berenang ikan zebra sehingga ikan memerlukan sedikit waktu untuk menghabiskan waktunya di dasar akuarium.15 Perubahan pola berenang ikan zebra diduga berhubungan dengan bahan aktif pada kombinasi herbal akar alang-alang, daun sambung nyawa, daun daun salam yang berpotensi toksik yang dapat merusak sel otak ikan zebra. Akar alang-alang memiliki zat aktif yang mempunyai potensi toksik yaitu phydroxybenzoic4 yang dapat menurunkan fungsi mitokondria sehingga produksi ATP berkurang, terjadilah kegagalan transport membran aktif Na+-K+ ATPase sehingga natrium masuk ke dalam sel dan kalium berdifusi keluar sel kemudian terjadi peningkatan osmotik intraseluler (H2O masuk ke sel) sehingga terjadi pembengkakan sel.16 Daun sambung nyawa dan daun salam memiliki zat aktif saponin yang sifatnya merusak sel.6,7 Keduanya dapat mengakibatkan sel nekrosis yang mengaktifkan proses inflamasi sehingga meningkatkan radikal bebas didalam tubuh yang memicu stres oksidatif.17 Penumpukan stres oksidatif akan menimbulkan nekrosis sel kemudian tubuh mengeluarkan hormon kortisol dimana hormon tersebut dibawa oleh aliran darah menuju hipocampus yang dapat memperkecil ukuran otak, membunuh sel-sel saraf, menghambat proses generasi sel-sel saraf baru, dan jika berada di korteks prefrontal akan menimbulkan perilaku impulsif.18 Salah satu contoh perilau impulsif pada ikan zebra kali ini bahwa ikan melibatkan diri dalam bentuk reaksi perilaku yang dilakukan tanpa berpikir sehingga ikan tidak mampu untuk menahan untuk berperilaku normal, perilaku normal disni misal pada habitat pola berenang ikan zebra yang lebih lama bertahan berada di dasar permukaan akuarium.9 Keduanya memicu kerusakan sel otak ikan zebra mengakibatkan adanya gangguan pengambilan keputusan.18 Apabila nekrosis sel terjadi di otak akan menurunkan massa sel otak mengakibatkan ukuran otak mengecil dan fungsi otak terganggu. Sistem sirkulasi, jantung, dan insang yang tidak adekuat akibat paparan kombinasi herbal akan menimbulkan perubahan pola berenang pada ikan karena apabila dalam tubuh ikan kekurangan oksigen maka ikan akan berusaha memenuhi kebutuhannya dengan cara Page | 12 Volume 3, Nomor 1, Desember 2015 berada di permukaan untuk mencari oksigen yang lebih banyak.19 Ikan zebra pada kondisi normal banyak menghabiskan waktunya di dasar akuarium, karena terjadi kerusakan sel otak maka proses fisiologis berenang ikan zebra menjadi terganggu. Ikan zebra jarang berada di permukaan akuarium karena ikan merasa cemas, tidak aman, dan terancam oleh lingkungan sekitar seperti contohnya predator,9 tetapi karena terjadi gangguan fisiologis pada ikan akibat dipapar oleh dosis berlebih dari kombinasi herbal alang-alang, daun sambung nyawa, dan daun salam ikan menjadi tidak takut terhadap ancaman dan menjadi lebih berani berada di permukaan akuarium dengan waktu yang lama dibandingkan ikan tanpa paparan kombinasi herbal.20 KESIMPULAN 1. Pemberian dekokta kombinasi alang-alang, sambung nyawa, dan daun salam secara subkronis pada dosis 1864 mg/L memiliki waktu renang lebih lama di permukaan akuarium dibandingkan dosis 932 mg/L dan keadaan normal. 2. Dekokta kombinasi alang-alang, sambung nyawa, dan daun salam secara subkronis dosis 1864 mg/L memiliki waktu renang yang sama baik di permukaan maupun di dasar akuarium. SARAN Untuk meningkatkan dan mengembangkan penelitian lebih lanjut, peneliti menyarankan : 1. Perlu dilakukan uji toksisitas dekokta kombinasi akar alang-alang, daun sambung nyawa, dan daun salam pada histologi jaringan otak, jantung, dan insang ikan zebra terhadap pola berenang ikan zebra. 2. Perlu dilakukan penelitian tentang potensi dekokta kombinasi akar alang-alang, daun sambung nyawa, dan daun salam sebagai anti cemas pada ikan zebra. DAFTAR PUSTAKA 1. Ekowati Rahajeng, Sulistyowati Tuminah. (2009). Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Majelis Kedokteran Indonesia, Volum: 59, Nomor: 12. Keni Lathifa, Uji Toksisitas Ekstrak Imperata cylindrica, Gynura procumbens, dan Syzygium polyanthum 2. Mursito, B. (2000). Tampil Percaya Diri dengan Ramuan Tradisional. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. 3. Lelono, R.A.A., S. Tachibana and K. Itoh. (2009). In vitro Antioxidative Activities And Polyphenol Content of Eugenia polyantha Wight Grown in Indonesia. Pak. J. Biol. Sci. 4. Agung, Vincentius. (2008). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Salam (Eugenia polyantha) Terhadap Kadar HDL Kolesterol Serum Tikus Jantan Galur Wistar. 5. Mazlan C. (1993). Isolasi dan identifikasi flavonoid dari tumbuhan Imperata cylindrical Beauv. Var. major Hubb [Skripsi]. Yogyakarta : Fakultas Farmasi UGM. 6. Syamsuhidayat, S.S and Hutapea, J.R. (1991), Inventaris Tanaman Obat Indonesia, edisi kedua, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 7. Sugiyanto. (1998). Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 8. De Guzman, C.C. and J.S. Siemonsma (eds.). (1999). Plant Resources of South_East Asia 13: Spices. PROSEA. Bogor. 9. Meiyanto, E. (1996). Efek Antimutagenik Beberapa Fraksi Ekstrak Alkohol Daun Gynura procumbens(Lour.) Merr., Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta. 10. Egan R, Bergner C, Hart P, Cachat J, Canavello P, et al. (2009). Understanding behavioral and physiological phenotypes of stress and anxiety in zebrafish. J Nat Prod , 57(8), 1183-1184. 11. Bencan Z, Sledge D, Levin E. (2009). Buspirone, chlordiazepoxide and diazepam effects in a zebrafish model of anxiety. J Clinics, 66(1), 143-150. 12. Cachat J, Stewart A, Grossman L, Gaikwad S, Kadri F, et al. (2010). Measuring behavioral and endocrine responses to novelty stress in adult zebrafish. Stress Physiology and Research Center (SPaRC), Department of Physiology and Biophysics, Georgetown University Medical School, Reservoir Road, Washington. 13. Mommsen T, Vijayan M, Moon T. (1999). Cortisol in teleosts: dynamics, mechanisms of action, and metabolic regulation. Department of Pharmacology, Tulane University Medical School, Tulane Ave. 14. Levin E, Bencan Z, Cerutti D. (2007). Anxiolytic effects of nicotine in zebrafish. Anxiety disorders an information guide. Camh. 15. Cachat et al. (2011). Defeloping zebrafish models of complex phenotypes relevant to human brain disorders. Tulane University. 16. Phlalova et al. (2012). Effect of subchronic exposure to atrazin on zebrafish (Danio rerio). Polish Journal of Veterinary Sciences Vol. 15, No. 3 (2012), 417-423. 17. Ramsay J, Feist G, Varga Z, Westerfield M, Kent M, et al. (2006). Whole-body cortisol is an indicator of crowding stress in adult zebrafish,Danio rerio. Department of Pharmacology and Neuroscience Program, Tulane University Medical School, 1430 Tulane Ave., New Orleans. 18. Srivastava, A.K.,Mishra, D., Srivastava, S., Srivastav, S. K., Srivastav, A. K., ATP synthase subunit c storage in the polymorphonucleocytes of late infantile and juvenile batten patients. International Journal of Pharma and Bio Science. Vol 1. P: 359-363. 19. Axelrod H. R., Burgess W. E., Pronek N. and Walls J. G. (1997). Dr. Axelrod’s atlas of freshwater aquarium fishes. Ninth edition. T. F. H. Publications. Inc. USA. p305. Masafumi Kodama, Takashi Fujioka, Ronald S. Duman. (2004). Chronic olanzapine or fluoxetine administration necrosis cell in hippocampus and prefrontal cortex of adult rat. A journal of psychiatric neuroscience and therapeutics. 13 | Page