Modul Metode Penelitian Kuantitatif [TM2].

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
METODE
PENELITIAN
KUANTITATIF
METODE PENELITIAN
KOMUNIKASI KUANTITATIF
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Humas
Tatap Muka
02
Kode MK
Disusun Oleh
85022
Drs. Hasyim Ali Imran, MSi.
Abstract
Kompetensi
Membahas tentang jargon-jargon
dalam Penelitian Komunikasi
Pendekatan Kuantitatif
Diharapkan mahasiswea menjadi
tahu dan mengerti bahwa penelitian
dengan pendekatan kuantiattif itu
memiliki jargonnya sendiri.
Pembahasan
Kuliah 2 : Mengenal Jargon-Jargon Dalam Penelitian Komunikasi Pendekatan
Kuantitatif
Sebelum lebih jauh membahas penelitian komunikasi dengan pendekatan kuantitatif,
maka ada baiknya kita lebih dahulu mengenal jargon-jargon yang eksis dalam terminologi
penelitian dengan
pendekatan kuantitatif. Jargon sendiri dimaksudkan suatu kata atau
bahasa khas atau khusus yang digunakan oleh komunitas tertentu. Komunitas dimaksud
dalam arti komuniats apa saja. Komunitas penggemar burung, komunitas penggemar
piringan hitam dan lain-lain termasuk komunitas ilmiah sendiri seperti komunitas ilmiah
penganut pendekatan kuantitatif dalam paradigma positivistik.
Sangat banyak tentu jargon-jargon yang ada dalam penelitian dengan pendekatan
kuantitatif itu. Akan tetapi yang relatif populer diantaranya adalah seperti : konsep; variable;
konstruk; proposisi; hipotesis; level data; kecenderungan pemusatan data; pertanyaan
terbuka; pertanyaan tertutup; pretest , dll. Namun dalam kesempatan ini, kita akan fokus
pada salah satu jargon saja, yaitu jargon konsep.
Topik “konsep” dalam penelitian kuantitatif memiliki posisi yang sangat strategis.
Strategis karena pemahaman dan penggunaannya dalam proses penelitian kuantitatif jauh
lebih luas dibandingkan dengan pada penelitian kualitatif. Hal ini disebabkan karena dalam
penelitian kuantitatif itu konsep diorientasikan pada upaya untuk diujikan terhadap data
empirik. Sementara kalau pada penelitian dengan pendekatan kualitatif, konsep sendiri
digunakan hanya untuk menjelaskan data empirik yang ditemukan dalam suatu penelitian.
Dalam terminologi penelitian, baik pada kuantitatif maupun kualitatif, konsep
bersumber dari teori. Itulah sebabnya dalam pemaparan karya-karya tulis ilmiah itu muncul
istilah “konsep teoritik”. Ini merujuk pada pengertian bahwa konsep itu berasal dari suatu
teori. Teori itu bisa berasal dari scientific theory maupun dari practical theory. Scientific
theory yaitu suatu teori yang berasal atau lahir dari suatu proses penelitian. Sementara
practical theory sumbernya bukan berasal dari suatu proses penelitian melainkan dari opiniopini atau asumsi-asumsi ahli mengenai suatu fenomena tertentu. Teori-teori yang demikian
biasanya banyak muncul dari suatu fenomena yang baru, misalnya menyangkut fenomena
ICT pada awal-awal kemunculannya di awal-awal tahun 1990-an.
Itulah sekilas menyangkut eksistensi konsep. Sekarang konsep itu sendiri apa artinya
atau apa maknanya ? Menurut ahli metodologi diantaranya diartikan bahwa konsep itu
adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari
sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompokatau individu tertentu.(Singarimbun dan
‘15
2
Metode Penelitian Kuntititatifri
Drs. Hasyim Ali Imran , MSi.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Effendi, 1989). Rumusan ini masih agak sulit kita cerna. Kalau kita sederhanakan, rumusan
itu bisa menjadi seperti berikut ini, yaitu suatu fenomena tertentu yang kita abstraksikan.
Rumusan lain bisa menjadi, abstraksi mengenai suatu fenomena tertentu. Fenomena
tertentu itu yakni berkaitan dengan sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau
individu tertentu tadi. Baiklah , untuk selanjutnya kita akan bahas lebih jauh tentang konsep
dimaksud.
Konsep dan Teori
Posisi konsep dan variabel sangat penting dalam suatu proses penelitian ilmiah.
Namun kepentingan kedua masalah tersebut dalam proses penelitian, tidak sama antara
pada proses penelitian dengan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Perbedaan
ini muncul karena adanya perbedaan fungsi teori pada kedua pendekatan penelitian
dimaksud. Sementara, teori itu menjadi sumber konsep itu sendiri dalam proses penelitian
ilmiah. Dalam kaitan ini, maka teori dimaksud, tentunya adalah teori-teori yang termasuk
dalam level practical theory dan scientific theory.
Menyangkut perbedaan fungsi teori tadi, maka pada penelitian dengan pendekatan
kualitatif, melalui konsepnya, maka teori berfungsi sebagai alat untuk menjelaskan fakta
empiris dari suatu hasil penelitian. Dengan kata lain dapat dikatakan, ”apa kata teori
terhadap temuan penelitian kita’. Inilah argumentasi perbedaannya dengan penelitian
pendekatan kuantitatif. Sementara, pada penelitian pendekatan kuantitatif sendiri, melalui
kosepnya yang telah di-break down sebelumnya menjadi variabel, teori berfungsi untuk diuji
dengan fakta empiris dari suatu hasil penelitian. Dengan kata lain dapat dikatakan, ”apa kata
data terhadap teori yang digunakan dalam penelitian”. Jadi, kedua prinsip tersebut harus
dipahami dengan baik agar pemanfaatannya dalam proses penelitian menjadi pas. Dalam
upaya dimaksud, maka melalui pemahaman teori-teori berdasarkan paradigma yang
memunculkannya, tentunya menjadi sangat penting agar tidak salah kaprah menggunakan
teori. Selanjutnya, untuk memahami lebih jauh mengenai konsep dan variabel tersebut,
maka dalam sesi ini dibahas satu persatu.
A. Konsep
Konsep berarti sekelompok fenomena tertentu yang digeneralisasi. Dengan kata
lain, generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu. Sekelompok fenomena tertentu ini
misalnya kita tentukan menyangkut alat perantara komunikasi di antara sesama manusia
yang bisa menjangkau banyak orang, maka ini diantaranya terdiri dari : radio penyiaran,
stasiun televisi broadcasting; majalah; bulletin; tabloid; suratkabar; dan surat kabar
mingguan. Sekelompok fenomena tertentu menyangkut alat perantara komunikasi di
antara sesama manusia yang bisa menjangkau banyak orang ini dikonseptualisasikan
menjadi media massa.
‘15
3
Metode Penelitian Kuntititatifri
Drs. Hasyim Ali Imran , MSi.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kemudian menyangkut fenomena makhluk hidup, dari tiga kategori makhluk
hidup yang terdiri dari anima vegetativa; anima sensitiva; dan anima intelektualita, maka
kita tentukan misalnya menyangkut anima intelektualita-nya, maka fenomenanya sangat
beragam. Dari keragaman ini, misalnya kita tentukan saja menyangkut gen manusia. Hal
ini diantaranya akan meliputi kaukasoit, negroid, mongoloid; dan melanesia. Sekelompok
fenomena yang kita tentukan menurut gen tersebut, dikonseptualisasikan menjadi ras
manusia atau konsep ras. Contoh lain, misalnya : merah, oranye, kuning. hitam, biru,
ungu, hijau dan kuning, fenomena tersebut dikonseptualisasikan menjadi Warna. Jadi,
banyak bisa dicontohkan di sini. Namun untuk melatih pemahaman Anda mengenai
konsep ini, ada baiknya Anda melatih masalah konseptualisasi ini berdasarkan contohtoh berikut.:
Praktik Mengkonseptualisasi
Fenomena tertentu
Konsep
Gudang Garam International; Dji Sam
Soe;
Bentoel;
Samporna
Mild;
Sampoerna Hijau; Envio; Class Mild; U
....................................................................
mild; Star Mild; dll.
Batak; Jawa; Sunda; Dayak; Madura;
Bali; Banjar; Aceh; dll.
Petani,
Buruh,
...................................................................
Pedagang,
Nelayan,
PNS, TNI, Dosen, Guru
...................................................................
Multiply; Friendster; Twitter; Facebok;
My Space; dll.
...................................................................
Pincang; Buta; Picek; Budeg; Terahum;
Sumbing; dll.
Aqua;
Avian;
.....................................................................
Ades;
Sanqua;
Topqua; Airess; dll.
Mata; telinga; hidung; dll.
‘15
4
Metode Penelitian Kuntititatifri
Drs. Hasyim Ali Imran , MSi.
VIT;
....................................................................
......................................................................
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Popay; Micky Mouse; Upin & Ipin; Dora
Emon; dll.
....................................................................
UMB; Univ Sahid; USNI; Atmajaya;
Trisakti; Binus; dll.
....................................................................
Bumi, Mars; Saturnus; Uranus; Pluto,
Neptunus; Jupiter; dll.
.......................................................................
Setuju; Netral; Menolak
.....................................................................
Suratkbar, majalah, radio, televisi
..........................................
Web sitet; blogs; chatting; wall; email;
dll.
Lazada; OLX.Co.ID; Kaskus; dll.
Sejumlah penjelasan menyangkut konsep (contoh dan contoh latihan)
sebelumnya, adalah menyangkut sejumlah konsep yang dijelaskan dan dicontohkan
secara lugas dan bebas. Hal ini dilakukan dengan maksud agar Anda dapat memahami
dengan mudah apa hakikat kosep itu sebenatrnya. Dengan modus ini diharapkan Anda
bukan hafal, tapi paham secara mendalam. Dengan begitu pula, dalam memahami
makna konsep secara lebih jauh untuk kepentingan penelitian pendekatan kuantitatif,
Anda tidak akan mengalami kesulitan. Hal ini tentunya sangat diperlukan mengingat
konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian itu adalah konsep-konsep teoritik.
Artinya, konsep-konsep yang dikandung oleh berbagai teori, terutama teori komunikasi
dalam, konteks kuliah kita.
B. Konsep teoritik
Dalam kaitan konsep teoritik sebagaimana dimaksud sebelumnya, maka dalam
sesi ini pembahasannya akan kita lakukan. Dalam pembahasannya akan dilakukan
‘15
5
Metode Penelitian Kuntititatifri
Drs. Hasyim Ali Imran , MSi.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dengan cara : 1) Menampilkan contoh teori 2) Mengidentifikasi konsep-konsep yang
dikandung oleh teori yang dicontohkan.
1) Contoh Teori :
a) Teori Agenda-Setting
Teori Agenda-Setting ditemukan oleh McComb dan Donald L. Shaw sekitar
1968. Teori ini berasumsi bahwa media mempunyai kemampuan mentransfer isu
untuk memengaruhi agenda publik. Khalayak akan menganggap suatu isu penting
karena media menganggap isu itu penting juga (Griffin, 2003:390). Teori agendasetting mempunyai kesamaan dengan Teori Peluru yang menganggap media
mempunyai kekuatan memengaruhi khalayak. Bedanya, Teori Peluru memfokuskan
pada sikap (afektif), pendapat atau bahkan perilaku. Agenda-Setting memfokuskan
pada kesadaran dan pengetahuan (kognitif). Teori ini akhirnya berkembang dan
banyak riset dilakukan untuk membuktikan hipotesis teori ini. Pada 1972 misalnya,
teori ini digunakan untuk meriset efek kampanye presiden di North California.
Hasilnya, media cetak terbukti mendukung hipotesis riset agenda-setting,
sedangkan media elektronik hasilnya tidak mendukung. Kurt Lang pada 1983 juga
telah melakukan pengujian yang sama, hasilnya mereka menyimpulkan bahwa
pemberitaan media memang menjadi variabel penentu yang memengaruhi apa
yang dianggap penting dan dibicarakan publik.
De Fleur dan Ball Rokeach (1982) mengemukakan bahwa yang berkaitan
dengan gagasan teori Agenda-Setting adalah paradigma psikologis, khususnya
mengenai orientasi kognitif. Ciri paradigma itu menurut De Fleur dan Ball Rokeach
pada intinya ialah bahwa secara perorangan anggota masyarakat menerima secara
aktif masukan-masukan berupa stimuli-stimuli tertentu melalui proses kognitif.
Melalui proses kognitif inilah seseorang mengarahkan perilakunya (termasuk
persepsi, imaji, sistem kepercayaan, sikap, nilai, mengingat, berfikir, dan perilaku
lainnya) yang juga merupakan hasil dari proses belajar terhadap pengalaman
sebelumnya. Dengan demikian, persepsi kita terhadap dunia di sekeliling kita,
merupakan persepsi yang dihasilkan selama proses kognitif, dan persepsi tersebut
bisa saja berbeda dari realitas dunia yang sebenarnya.
Teori yang menjadi landasan penelitian ini adalah teori Agenda-Setting. Teori
ini berkaitan dengan dampak media massa terhadap pengetahuan dan pendapat
khalayak terhadap suatu isu. Teori ini berintikan bahwa apa yang dianggap penting
oleh media massa akan dianggap penting pula oleh khalayak. Media massa
‘15
6
Metode Penelitian Kuntititatifri
Drs. Hasyim Ali Imran , MSi.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
memberi penekanan pada isu-isu tertentu. Penekanan itu mengakibatkan khalayak
menganggap bahwa isu yang ditekankan oleh media massa tersebut merupakan
isu yang penting, menjadi bahan pemikiran, dan pembicaraan masyarakat. Jadi,
ada keterkaitan antara isu yang ditekankan oleh media massa dengan isu yang
dipikirkan dan dibicarakan masyarakat.
Melalui agenda-setting khalayak tidak hanya mempelajari isu-isu yang muncul
di pemberitaan media massa, tetapi juga mempelajari seberapa penting isu atau
topik tersebut dengan melihat cara media massa memberi penekanan terhadap isu
atau topik tersebut. Hal-hal yang dipandang penting oleh media akan dianggap
penting pula oleh publik sehingga menjadi agenda publik. Kalau media massa
menganggap suatu isu sangat penting, maka isu itu akan dianggap sangat penting
oleh publik. Demikian juga halnya kalau media menganggap suatu isu kurang
penting, maka publik pun akan menganggap isu itu kurang penting (Maxwell
McCombs dan Donald Shaw).
Agenda Setting Theory digagas oleh McCombs & Shaw pada 1972. Agenda
Setting adalah suatu jenis penelitian yang difokuskan pada pendapar umum, bukan
pada persuasi dan perubahan sikap, tetapi pada bagaimana frekuensi isu (salience
issue) atau relevansi isu dengan khalayak (prominence issue) atas sesuatu isu
yang diagendakan media. Termasuk pula menyangkut bagaimana cara suatu isu
disajikan media (valence), misalnya apakah suatu isu disajikan dengan cara
menarik atau tidak. Dalam tradisi studi agenda setting, upaya memahamai
fenomena ketiga konsep tadi dikenal dengan studi agenda media.
Agenda Setting Theory kemudian berkembang tidak sebatas riset konten
analisis menyangkut ketiga konsep sebelumnya, melainkan bergerak pada upaya
memahami bagaimana agenda publik. Dengan agenda publik dimaksudkan, akan
dapat diketahui bagaimana persepsi khalayak terhadap urutan-urutan isu yang
dianggap penting. Upaya untuk mengetahui persepsi khalayak tadi, dilakukan
dengan penelitian survey.
Upaya selanjutnya dalam rangka pengembangan teori agenda setting adalah,
yakni upaya memahami agenda kebijakan. Dalam upaya tersebut, dimaksudkan
supaya diketahui apakah suatu kebijakan tertentu diambil oleh pengambil
keputusan itu berhubungan dengan agenda publik yang notabene diperolehnya dari
isu yang sebelumnya diagendakan media.
b) Interpersonal Deception Theory by David Buller & Judee Burgon
‘15
7
Metode Penelitian Kuntititatifri
Drs. Hasyim Ali Imran , MSi.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sumber : ( http://imran2001.multiply.com/journal/item/3)
Semua orang pernah berbohong tetapi tujuannya berbeda-beda. Ada yang
berbohong demi kebaikan dan ada yang melakukaknnya untuk niat jelek.
Fenomena muatan isi pesan komunikasi yang dilakukan baik oleh komunikator
maupun komunikan ini, telah dipelajari secara khusus oleh David Buller & Judee
Burgon. Mereka mendefinisikan konsep pembohongan sebagai suatu pesan
yang dengan sadar disampaikan oleh pengirim untuk menimbulkan kepercayaan
atas kesimpulan falsu bagi si penerima.
Dijelaskan, ada tiga strategi atau cara dalam upaya pengirim untuk
berbohong
pada
penerima.
Pertama
falsification
(pemalsuan);
kedua
concealment (menyamarkan atau menyembunyikan kebenaran); dan ketiga
Equivocation (mengaburkan).
Pesan pengirim yang mengandung kebohongan, dijelaskan biasanya
mempunyai ciri : 1) pesan yang disampaikan tidak mengandung kepastian atau
tidak jelas; 2) dalam penyampaian pesannya pengirim tidak segera menjawab,
pernyataan yang sudah disampaikannya ditarik kembali; 3) pesan yang
disampaikan itu tidak relevan dengan topik (disassociation); 4) dalam berperilaku
saat berkomunikasi, pengirim berupaya untuk menjaga hubungan dan imej.
Contoh bekerjanya teori :
Equivocation (mengaburkan) :
Dalam sidang kasus indisipliner pegawai, Kepala BPPI bertanya kepada
pegawai, “Saudara Edi, coba jelaskan, kenapa kamu tidak masuk selama 40 hari
?” Edi menjawab, “Begini, Pak, saya ini sudah lama menjadi pegawai di sini.
Namun, sejauh itu saya belum pernah mendapatkan perlakuan simpati dari pihak
kantor. Waktu ibu saya meninggal, gak ada satupun yang datang.” Kepala BPPI
mengintrupsi, “Saudara Edi, tolong langsung jawab pertanyaan saya tadi, ...”.
Jawaban
Edi
itu
merupakan
pernyataan
yang
berupaya
mengaburkan
permasalahan.
Falsification :
Ketika saya berada di kereta api dalam perjalanan menuju kantor, saya
mendengar pembicaraan seorang penumpang yang berkomunikasi menggunakan
‘15
8
Metode Penelitian Kuntititatifri
Drs. Hasyim Ali Imran , MSi.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
hand phone. Saat itu posisi perjalanan sudah berada di Cipinang. “Oke, baik,
Pak..., saya sekarang sudah di Jalan Sudirman, ........ ya, ya, Oke, terima kasih,
Pak ,” kata penumpang itu mengakhiri pembicaraannya. Jadi, si penumpang
kereta api tersebut telah berbohong dengan cara menginformasikan keadaan
yang palsu (di Jalan Sudirman), bukan sebenarnya (di Cipinang).
Concealment :
Teman saya Yudo (pemborong) pernah menceritakan pembohongannya
terhadap rekan kerjanya yang licik. Yudo kewalahan menemuinya guna menagih
piutangnya pada sang rekan. Suatu ketika ia menelepon sang rekan untuk janji di
lokasi pembangunan building yang dikerjakan Hutama Karya di Jalan Saharjo.
Yudo yang berdiri-diri di lokasi proyekpun bertelepon, “....... datang, dong,
ada proyek, nih, mau nggak, kita ketemu di sini, di Saharjo.”
Rekannya bertanya, “Saharjo di mananya, Mas ?”
“Datang aja, pokoknya cari di sekitar Universitas Sahid, di situ ada proyek
Hutama Karya.” Jawab Yudo.
Sekitar setengah jam rekannya tiba dan menjumpai Yudo berada di lokasi
proyek yang telah disebut-sebut sebelumnya. Berdasarkan tuturan Yudo, penggal
pembicaraan dalam pertemuan itu diantaranya sbb. :
“Mana proyeknya, kamu bilang ada ?” tanya rekan Yudo setelah beberapa
saat berbicara . “Ada, itu, lagi dikerjakan. Kan, ada, kan ! Soal proyek ntar aja,
deh, kita bicara duit dulu, mana jatah gua. Lu menghindar terus..!:” kata Yudo
yang tidak berkaitan sedikitpun dengan proyek Hutama Karya itu menanggapi
pertanyaan rekannya. Pernyatan Yudo yang mengandung penyamaran yakni
pada pernyatan yang hitamkan. Pada bagian ini Yudo menutupi bagian penting,
yakni tidak menginformasikan bahwa dia sebenarnya tidak berhubungan dengan
proyek yang ia tunjuk itu.
2) Mengidentifikasi konsep-konsep yang dikandung teori yang dicontohkan.
Berdasarkan contoh teori di atas, maka konsep-konsep teoritik yang
dikandung dalam Teori Agenda-Setting mencakup : konsep agenda media; agenda
‘15
9
Metode Penelitian Kuntititatifri
Drs. Hasyim Ali Imran , MSi.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
publik; dan agenda kebijakan. Sementara pada Interpersonal Deception Theory,
konsep yang dikandungnya adalah: konsep Pembohongan , yang dalam praktiknya
terjadi melalui tiga modus, yakni pembohongan melalui modus falsification
(pemalsuan);
kedua
concealment
(menyamarkan
atau
menyembunyikan
kebenaran); dan ketiga Equivocation (mengaburkan).
Praktik Mengidentifikasi konsep teoritik
Baca dan pahamilah summary teori dari Muzafer Sherif di bawah ini.
Kemudian identifikasilah apa konsep yang dikandung oleh teori tersebut.
Contoh :
Social Judgement Theory
hasyim ali imran
Teori yang bekerja dalam tradisi positivistik ini merupakan salah satu teori
psikologis yang tergabung dalam prikologi kognitif behavioral. Teori yang dirumuskan
Muzafer Sherif ini menjelaskan tentang fenomena sikap manusia terhadap sesuatu
obyek. Konsep-konsep yang dikemukakan Sherif dalam menjelaskan fenomena
sikap terdiri dari: ego involvement: Dalam bersikap terhadap obyek, individu
dipengaruhi oleh keterlibatan ego involvement dalam dirinya, yaitu relevansi individu
dengan sesuatu masalah. Relevansi ini misalnya karena faktor-faktor internal seperti
nilai-nilai
agama,
ideologi,
atau
nilai-nilai
tertentu
lainnya
seperti
karena
persahabatan, teman sekampung, dan lain sebagainya.
Dalam jiwa manusia terdapat wilayah sikap. Dalam struktur wilayah sikap
manusia terdapat tiga bentuk sikap yang terdiri dari : latitude of acceptance (sikap
menolak) ; latitude of non commitment (netral) ; latitude of rejection (sikap menolak).
Dalam kenyataan sehari-hari, fenomena variasi sikap demikian banyak dijumpai.
Misalnya sikap terhadap terbit kembalinya majalah Playboy beberapa waktu lalu di
Bali. Pihak FPI menolak keras dan geram melihat terbit kembalinya majalah itu. Atau
pada fenomena RUUAPP, gerakan kaum perempuan di bawah koordinasi Ratna
Sarumpaet menolak keras diundangkannya RUU tersebut. Sementara Pihak FBR
atau kelompok Islam lainnya, mendukung diundangkannya RUU ini dengan segera.

Griffin, EM, 2003, A First Look At Communication Theory, Fifth edition, New York, Mc Graw Hill., Chapter 13,p. 186-195.
Disajikan oleh Hasyim Ali Imran.
‘15
10
Metode Penelitian Kuntititatifri
Drs. Hasyim Ali Imran , MSi.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Konsep lain yang berhubungan dengan teori ini adalah kontras dan
assimilasi. Kontras atau tentangan dan assimilasi berkaitan dengan ego seseorang
dalam bersikap. Pada dasarnya jika suatu pesan relatif dekat dengan posisi
seseorang, pesan itu akan diasimilasi, sementara pesan-pesan yang lebih jauh akan
ditentang. Contoh assimilasi, misalnya saya tidak suka bepergian keluar rumah bila
hari libur, namun karena menghormati teman sekampung yang baru sekali ke
Jakarta, yang nota bene kepingin jalan-jalan melihat kota Jakarta, saya terpaksa
mengassimilasikan
atau
meleburkan
sikap
menolak
saya
untuk
kemudian
menemaninya jalan-jalan.
Dalam kehidupan nyata khususnya dalam berkomunikasi, teori dari Sherif
ini secara praktis bermanfaat bagi kita dalam merancang suatu pesan dengan bijak.
Sebagai contoh, jika kita mengetahui kolega kita mempunyai sikap tertentu mengenai
sesuatu hal tertentu (bisa berupa benda atau kata-kata tertentu), maka sebaiknya
kita menghindarkan hal tertentu tersebut demi terjaganya harmonisasi dalam
berkomunikasi di antara sesama.
ooo
Identifikasi Konsep Teoritik dalam
Social Judgement Theory
Konsep
‘15
11
Metode Penelitian Kuntititatifri
Drs. Hasyim Ali Imran , MSi.
Konsep dan Varian Nilai :
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Griffin, EM, 2003, A First Look At Communication Theory, Fifth edition, New York, Mc
Graw Hill., Chapter 13,p. 186-195.
Pinckey dkk, 2001-2002/ Metodologi Penelitian Komunikasi Terapan, Jakarta, Program
Pasca Sarjana Bidang Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Indonesia.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Sosial,
‘15
12
Metode Penelitian Kuntititatifri
Drs. Hasyim Ali Imran , MSi.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download