sumber:www.oseanografi.lipi.go.id ISSN 0216-1877 Oseana, Volume XXI, Nomor 3, 1996 : 23 - 31 JENIS-JENIS IKAN KARANG EKONOMK PENTING SEBAGAI KOMODITI EKSPOR DAN PROSPEK BUDIDAYANYA Oleh Mayunar 1) ABSTRAK ECONOMICALLY IMPORTANT OF CORAL FISH SPECIES AS EXPORT COMMODITY AND THEIR PROSPECT FOR AQUACULTURE. There are estimated 5.8 million km2 of sea waters and 6,800 km2 of coral reef waters in Indonesia. Coral reef waters is a productive ecosystem with great diversity of fishes. Total potential fisheries yielded are estimated about 52,224 tons/year and ornamental fish are 5,000 tons/year (30-50 million piece/year). Coral reef fishes which have a high economic value as an export commodity at this time and in future, .generally are the family of Serranidae, Labridae, Lutjanidae, Siganidae, Pomacanthidae, Pomacentridae, Acanthuridae, Chaetodontidae and Balistidae. Despite of high economic as export commodity, some species are cultured commercially and some species have been successfully produced in the laboratories in Indonesia. diduga berkisar antara 6,6-7,2 juta ton/tahun dan budidaya 1,7-2,1 juta ton/tahun, sedangkan tingkat pemanfaatannya sampai saat ini baru mencapai 30,0 % dan 14,5 % (NAAMIN & HARDJAMULIA, 1990). Selama periode 1984-1992, produksi perikanan meningkat dari 2,2 juta ton menjadi 3,5 juta ton dengan rata-rata peningkatan 5,8 % per tahun (DITJENKAN, 1994). Produksi perikanan laut naik 5,8 %, perikanan perairan umum 1,4 % dan dari budidaya 8,9 %. Untuk memenuhi permintaan ikan dalam keadaan PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 1983, luas perairan Indonesia kurang lebih 5,8 juta km2 yang terdiri dari perairan Nusantara (2,8 juta km2), perairan Teritorial (0,3 juta km2) dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (2,7 juta km2). Dari luas perairan tersebut terdapat terumbu karang sekitar 6.800 km 2 , dimana memiliki keragaman jenis dan potensi ikan yang cukup tinggi. Potensi sumberdaya perikanan laut 1) lnstalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Bojonegoro - Serang. 23 Oseana, Volume XXI No. 3, 1996 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id hidup yang setiap tahunnya terus bertambah, maka konstribusi produksi dari usaha budidaya perlu ditingkatkan. Peningkatan produksi selain meningkatkan volume dan nilai ekspor, juga dapat menyediakan protein hewani bagi masyarakat. Salah satu sumberdaya perikanan yang bernilai ekonomis cukup tinggi sebagai komoditi ekspor dan potensial dibudidayakan adalah jenis ikan-ikan karang, baik sebagai ikan konsumsi maupun ikan hias. Dewasa ini pemanfaatan ikan-ikan karang sudah berkembang pada beberapa kawasan di Indonesia, namun pengelolaan sumberdayanya kurang mendapat perhatian. NIKIJULUW & TAMPUBOLON (1991) menyatakan bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan-ikan karang termasuk dalam pemanfaatan secara langsung terumbu karang, sehingga dampak pemanfaatannya terhadap ekosistem juga cukup besar. Selanjutnya SUBANI & WAHYONO (1987) menyatakan, eksploitasi sumberdaya ikan-ikan karang sangat menentukan tingkat kerusakan dan kelangsungan hidup suatu terumbu karang. Pemanfaatan sumberdaya perikanan laut sebagian besar masih terbatas pada usaha penangkapan atau pengumpulan dari alam. Usaha yang sepenuhnya menggantungkan kepada hasil penangkapan akan membawa pengaruh terhadap kontinyuitas produksi. Kegiatan penangkapan yang kurang bijaksana atau penangkapan lebih (overflshing) dapat berakibat menurunnya populasi dan kelestarian sumberdaya itu sendin. Meskipun beberapa sumberdaya perikanan memiliki sifat dapat pulih kembali (renewable), namun apabila penangkapan dilakukan secara terus menerus atau pengusahaan yang cukup tinggi dapat berakibat pada penurunan produksi serta merusak kelestarian dan bahkan dapat punah. Berbagai komoditi perikanan yang dapat dibudidayakan ternyata sudah banyak mengalami penurunan populasi di beberapa perairan. Misalnya di perairan Sumatera Utara, akibat pengambilan kerang darah (Anadara sp.) oleh nelayan secara tak terkendali menyebabkan populasinya semakin menurun (HASIBUAN dalam WIBISONO, 1990). Selanjutnya di perairan Sulawesi Tenggara juga terjadi penurunan populasi teripang akibat pengambilan secara terus menerus. Menyadari hal demikian dan semakin menipisnya populasi teripang di alam, beberapa nelayan dan pengusaha sudah mulai mengusahakan budidayanya. Walaupun sumberdaya perikanan dapat pulih dan diperbaharui. tetapi perlu pengelolaan agar tetap lestari. Selain pengelolaan, daya kompetitif pemanfaatan sumberdaya perikanan dan ketergantungan produksi dari usaha penangkapan perlu dikurangi. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan konsep pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan berdasarkan "community based management system", sehingga membuka peluang untuk mengembangkan usaha perikanan melalui budidaya ataupun "marine ranching. (DWIPONGGO, 1993). POTENSI SUMBERDAYA IKAN KARANG Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang paling produktif dan memiliki keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Produktivitas primer ekosistem terumbu karang berkisar antara 1.800-4.200 g karbon/ m2/tahun, dimana salah satu gugus terumbu karang dapat menopang lebih dari 3.000 jenis fauna dan flora (DWIPONGGO, 1992). Selanjutnya dilaporkan bahwa ekosistem ini telah banyak dimanfaatkan sebagai sumber bahan makanan (ikan, kekerangan, tiram, teripang), obat-obatan, kosmetik dan bahkan untuk bahan bangunan. 24 Oseana, Volume XXI No. 3, 1996 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Terumbu karang juga merupakan habitat dari berbagai jenis ikan konsumsi dan ikan hias, namun beberapa jenis tingkat pengusahaannya sudah cukup tinggi (ekor kuning, pisang-pisang), sedangkan ikan kerapu, beronang, kakap merah, lemak dan ikan hias masih memungkinkan untuk diusahakan. Potensi ikan di perairan karang diperkirakan sebesar 56.300 ton/tahun yang terdiri dari berbagai jenis ikan konsumsi dan ikan hias (NAAMIN & HARDJAMULIA, 1990). Jenis biota lainnya yang juga terdapat di terumbu karang adalah udang barong, gurita, kimah, kekerangan, bulu babi, rumput laut, penyu dan teripang. dilaporkan bahwa potensi ikan hias di terumbu karang diperkirakan 5.000 ton/tahun atau 3050 juta ekor/tahun (BALITKANLUT dalam DWIPONGGO, 1993). Di perairan ujung Genteng-Sukabumi, potensi ikan hias diduga 4,2 juta ekor/tahun dan tingkat pengusahaannya baru 0,3 % (PRAHORO & ADRIM, 1988). Di CikeletGarut, potensi ikan hias diperkirakan 19,2 juta ekor/tahun yang tingkat pengusahaannya baru 0,8%. Selanjutnya di perairan Pangandaran-Ciamis, potensinya sekitar 30 juta ekor/tahun, namun baru diusahakan 0,5%. Dewasa ini sebagian besar penangkapan ikan hias adalah perairan pantai Barat Sumatera, Teluk Lampung, Selat Sunda, pantai Utara dan Selatan Jawa, serta Selat dan pantai Selatan Bali. Daerah lain yang berpotensi adalah pulau-pulau di Maluku (NIKIJULUW & TAMPUBOLON, 1991). Selanjutnya BURHANUDDIN & ADRIM (1988) melaporkan bahwa perairan sekitar pulau Flores memegang peranan penting untuk diusahakan, karena memiliki keragaman jenis ikan hias yang terkaya di dunia. Ikan Konsumsi Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan, rata-rata kepadatan stok ikan konsumsi di terumbu karang adalah 4,5 ton/ km2/tahun (MUNRO dalam DWIPONGGO, 1993). Selanjutnya Hutomo et al. (1990) melaporkan, kepadatan stok ikan konsumsi di terumbu karang adalah 14,27 ton/km2/tahun, sedangkan potensi lestarinya kurang lebih 52.224 ton/tahun. Pada tabel 1 dan 2 dapat dilihat luas dan potensi sumberdaya ikan karang di perairan Indonesia serta komposisinya. JENIS-JENIS IKAN KARANG Menurut SASTRAPRADJA (dalam HARDJAMULIA et al, 992), Indonesia memiliki sekitar 8.500 jenis ikan dari 38.800 jenis ikan yang tercatat di dunia. Dari jumlah tersebut 655 jenis merupakan penghuni darat (air tawar) dan selebihnya penghuni air laut dan air payau. Dari jumlah ikan laut yang ditemui di Indonesia, 460 jenis diantaranya ikan hias (CHOLIK & PUTRO, 1990). Selanjutnya CARCASSON (1977) melaporkan, jumlah ikan di kawasan IndoPasifik yang telah diidentifikasi dan dipublikasikan kurang lebih 6.000 - 7.000 jenis, dimana 1.800 jenis diantaranya hidup pada perairan karang (coral reef fishes). Ikan Hias Ikan hias laut pada umumnya hidup di daerah karang, namun dijumpai juga di ekosistem estuaria dan padang lamun serta pada perairan pantai yang berpasir. Ikan hias laut hampir dijumpai diseluruh perairan Indonesia dengan komposisi yang berbeda. Di perairan Indonesia terdapat 1.000 jenis ikan hias dan 400 jenis diantaranya mempunyai nilai ekonomis sebagai komoditi ekspor (DWIPONGGO, 1990). Selanjutnya 25 Oseana, Volume XXI No. 3, 1996 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Tabel 1. Luas dan potensi sumberdaya ikan di perairan karang Indonesia Daerah Luas terumbu 2 Potensi Lestari 2 (ton/tahun) karang (km ) (ton/km /tahun) 620 16,59 5.144,4 400 700 870 390 550 200 500 700 580 1.300 19,56 18,64 12,67 5,83 11,25 13,01 11,92 11,80 41,08 10,22 3.910,6 6.526,6 5.512,4 1.108,0 3.095,5 1.301,4 2.981,2 4.130,0 11.914,2 6.593,8 6.800 14,27 52.224,0 1. Barat Sumatera 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Kepadatan stok Timur Sumatera Selat Malaka Utara Jawa Selatan Jawa Bali/Nusa Tenggara Sel./Barat Kalimatan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Selatan Sulawesi Maluku dan Irian Tabel 2. Komposisi ikan karang ( % ) pada masing-masing perairan di Indonesia Daerah Serr. 1. Barat Sumatera 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Timur Sumatera Selat Malaka Utara Jawa Selatan Jawa Bali/Nusa Tenggara Sel. / Barat Kalimatan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Selatan Sulawesi Maluku dan Irian Keterangan : Lutj. Pria Hemu. 24 48 14 6 9 1 18 5 6 24 12 16 28 18 16 69 41 92 76 35 72 57 39 25 35 4 27 1 4 29 0 1 26 43 42 1 1 1 9 2 6 7 3 1 1 25 13 1 6 10 10 19 4 13 6 Serr. = Serranidae Lutj. Leth. Pria. Hemu = = = = Lutjanidae (kakap merah) Lethrinidae (lencam) Priacanthidae (swanggi) Hemulidae (gerot-gerot). (kerapu) 26 Oseana, Volume XXI No. 3, 1996 Leth. sumber:www.oseanografi.lipi.go.id menunjukkan bahwa ikan karang yang banyak dikonsumsi dan diusahakan sampai saat ini umumnya tergolong dalam famili Serranidae, Labridae, Lutjanidae, Carangidae, Siganidae, Lethrinidae, Priacanthidae dan Hemulidae (Tabel 3). Beberapa jenis yang termasuk ke dalam famili Serranidae, Labriade, Lutjanidae dan Siganidae merupakan ikan ekonomis penting sebagai komoditi ekspor serta memiliki harga yang cukup tinggi. lkan Konsumsi Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki tidak kurang dari 7.000 jenis ikan laut (tidak termasuk ikan hias). Ikan-ikan tersebut tergolong dalam ikan pelagis, demersal dan ikan karang. Khusus mengenai ikan karang di Indonesia, belum ada data rinci mengenai jenis termasuk yang bernilai ekonomis. Namun data sementara Tabel 3. Beberapa jenis ikan konsumsi yang terdapat di perairan karang Indonesia 27 Oseana, Volume XXI No. 3, 1996 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Ikan Hias jenis. KVALVAAGNAES (1980) dalam NIKIJULUW & TAMPUBOLON (1991) melaporkan, di Indonesia dijumpai kurang lebih 400 jenis ikan hias laut, sedangkan di Philipina 109 jenis, Srilangka (165), Singapura (32), Thailand (45), Puertcrico (49), Hawai (60), Kenya (95) dan Ethiopia (112). Pada Tabel 4 dapat dilihat beberapa jenis ikan hias air laut yang banyak ditangkap dan diperdagangkan di Indonesia. Perairan Indonesia kaya akan berbagai jenis ikan hias, diantaranya adalah ikan hias laut. Jumlah ikan hias laut Indonesia diperkirakan 460 jenis dan 350 jenis diantaranya dijumpai di perairan Indonesia Bagian Timur (IBT). Berdasarkan hasil penelitian di pantai Selatan Jawa, ditemukan 98 jenis ikan hias (PRAHORO & ADRIM, 1988 ), sedangkan di perairan pulau Bali dan sekitamya 237 Tabel 4. Beberapa jenis ikan hias laut yang terdapat di perairan karang Indonesia 28 Oseana, Volume XXI No. 3, 1996 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Singapura dan Hongkong. Dalam keadaan hidup harga ikan karang relatif cukup tinggi (Tabel 5). Menurut SUDJASTANI (1986) dalam IMANTO & BASYARIE (1993), kebutuhan ikan hidup di pasar Singapura dan Hongkong kurang lebih 250 ton/hari. Budidaya ikan laut di Indonesia mulai dirintis oleh nelayan Kep. Riau pada tahun 1978 dan saat ini sudah berkembang di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Barat. Pada daerah tersebut, sebagian besar ikan yang dibudidayakan adalah kerapu, beronang, kakap merah dan lemak (napoleon fish), namun yang terakhir sudah dilarang baik penangkapan maupun ekspornya (MAYUNAR & DJAMALI, 1995). PROSPER BUDIDAYA IKAN KARANG Beberapa jenis ikan laut mempunyai nilai ekonomis penting, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Kecuali dalam bentuk segar, dibekukan atau olahan, ikan laut juga banyak diekspor dalam keadaan hidup antara lain adalah ikan kerapu, lemak dan kakap merah serta berbagai jenis ikan hias. Data statistik ekspor hasil perikanan menunjukkan bahwa volume dan nilai ekspor ikan laut cenderung meningkat. Meningkatnya permintaan pasar domestik dan internasional akan ikan laut terutama dalam keadaan hidup, perlu diimbangi dengan peningkatan produksi melalui usaha budidaya. Saat ini, negara tujuan utama ekspor ikan hidup Indonesia (kerapu, lemak, kakap merah) adalah Hongkong, Singapura dan Taiwan, sedangkan untuk ikan hias adalah Amerika Serikat, Tabel 5. Harga beberapa ikan karang di Indonesia (keadaan hidup) Nama Ilmiah Nama Indonesia Epinephelus suillus kerapu lumpur kg 15.000 E. tauvina E. fuscoguttatus Plectropomus maculatus P. leopardus Cromileptes altivelis Cheilinus undulatus Lutjanus spp. Siganus spp. Amphiprion spp. Chaetodon spp. Centrophyge spp. Chromis spp. Platax spp. kerapu lumpur kerapu macan kerapu sunu kerapu sunu kerapu bebek lemak/siomai kakap merah beronang klon kepe-kepe enjel betok platak kg kg kg kg kg kg kg kg ekor ekor ekor ekor ekor 15.000 15.000 35.000 35.000 75.000 150.000 13.000 6.000 2.000 3.500 3.000 1.200 3.600 29 Oseana, Volume XXI No. 3, 1996 Satuan Harga (Rp.) sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Dalam rangka menunjang perkembangan budidaya ikan laut di Indonesia, pasok benih selain dari alam perlu diupayakan melalui usaha pembenihan (hatchery). Menyadari akan keterbatasan benih alam, baik untuk mendukung usaha budidaya maupun ekspor, usaha pembenihan ikan laut memiliki prospek cukup cerah dan merupakan usaha agribisnis yang cukup menjanjikan keuntungan. Apabila areal budidaya ikan telah dimanfaatkan 25-50 %, maka kebutuhan benih diperkirakan 450-900 juta ekor/tahun. Seiain ltu, apabila 10 % dari luas tambak (270.000 ha) dikonversi untuk budidaya ikan (kepadatan 5.000-10.000 ekor/ha) maka kebutuhan benih akan bertambah 120-270 juta ekor/tahun (MAYUNAR & DJAMALI, 1995). Sampai akhir tahun 1994, tercatat 14 jenis ikan laut/payau yang sudah dapat dipijahkan baik secara hormonal maupun secara alami dalam ruang terkontrol (laboratorium), dimana 9 jenis merupakan ikan karang. Jenis tersebut meliputi ikan kerapu lumpur {Epinephelus tauvina), kerapu macan (E. fuscoguttatus), kerapu sunu (Plectropomus maculatus), kerapu bebek (Cromileptes altivelis), lemak (Cheilinus undulatus), kakap merah (Lutjanus johni) dan beronang (Siganus virgatus, S. canaliculatus, S. javus). Selanjutnya mengenai ikan hias, telah dirintis mengenai domestikasi dan pematangan gonad ikan hias enjei (Pomacanthus annularis). CHOLIK, F. dan S. PUTRO. 1990. Kerangka pemikiran tentang dukungan penelitian dan Iptek terhadap pemikiran dalam pembangunan jangka panjang tahap II. p. 135-147. Dalam Poernomo, A., R. Arifudin dan T. Wikanta (eds.), Prosiding Forum-I Perikanan di Sukabumi, 19-20 Juli 1990. DITJENKAN. 1994. Statistik perikanan Indonesia tahun 1992 No. 22. Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta. 73 p. DWIPONGGO, A. 1990. Sumberdaya ikan hias laut. Makalah pada Training Penangkapan, Aklimatisasi dan Transportasi Ikan Hias Laut. Jakarta, 4-15 Juni 1991. 20 p. DWIPONGGO, A. 1992. Pemanfaatan dan pengelolaan optimal perikanan laut dalam rangka pembangunan jangka panjang (PJP) tahap II. p. 110-125. Dalam Poernomo, A.. T. Wikanta dan R. Arifuddin (eds.), Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I Buku I, Jakarta 25-27 Agustus 1993. HARDJAMULIA, A., K. SUGAMA dan A.M. ANGGAWATI. 1992. Dukungan penelitian terhadap pengembangan bioteknologi perikanan dalam pembangunan jangka panjang ke dua. p. 281-287. Dalam Poernomo, A., T. Wikanta dan R. Arifudin (eds.), Prosiding Forum-II Perikanan di Sukabumi, 18-21 Juni 1991. DAFTAR PUSTAKA HUTOMO, M., I. HADISUBROTO, M. WAHYONO dan P. PRAHORO. 1990. Potensi dan penyebaran sumberdaya ikan karang. Balai Penelitian Perikanan Laut, Jakarta (Mimeo). CARCASSON, R.H. 1977. A Field guide to the coral reef fishes of the Indian and West Pacific Oceans. William Collin Sons & Co Ltd. London, Glasgow, Sydney, Auckland, Toronto, Johannesburg. 320 p. 30 Oseana, Volume XXI No. 3, 1996 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id IMANTO, P.T. dan A. BASYARIE 1993. Budidaya ikan laut, pengembangan dan permasalahannya. p. 93-106. D a l a m D a n a k u s u m a h , E . , Rachmansyah, A.M. Pirzan dan N.A. Rangka (eds.), Prosiding Rapat Teknis Ilmiah Penelitian Perikanan Budidaya Pantai di Tanjung Pinang, 29 April - 1 Mei 1993. MAYUNAR dan A. DJAMALI. 1995. Status dan perkembangan pembenihan ikan laut di Indonesia. Makalah Penunjang pada Seminar Tentang Oseanologi dan Ilmu Lingkungan Laut di P30-LIPI Jakarta, tanggal 17 April 1995. 31 Oseana, Volume XXI No. 3, 1996