1 perilaku pijat bayi berhubungan dengan pengetahuan dan

advertisement
PERILAKU PIJAT BAYI BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN DAN
DUKUNGAN KELUARGA
Dadang Kusbiantoro
…………......……….…… ……
. .….ABSTRAK…… … ......………. …… …… . .….
Pijat bayi menjadi penyelesaian masalah dari setiap ibu yang mempunyai bayi. Pijat bayi
merupakan stimulus touch. Melalui pijat bayi akan terjadi komunikasi yang nyaman dan aman
antara ibu dan buah hati. Tujuan penelitian ini Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dan
dukungan keluarga dengan perilaku pijat bayi usia 0-12 bulan di Posyandu Desa Made Lamongan
tahun 2013. Desain penelitian analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional, sampel
sejumlah 46 responden diambil secara simple random sampling. Data diambil menggunakan
kuesioner tertutup kemudian dianalisis dengan uji Spearman Rank dengan taraf signifikasi p ≤ 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (69,6%) ibu berpengetahuan kurang, hampir setengah
(45,7%) ibu mendapat dukungan kurang dari keluarga, dan sebagian besar (65,2%) perilaku ibu
kurang baik dalam melaksanakan pijat bayi. Dari uji Spearman Rank diperoleh ada hubungan
antara pengetahuan dengan perilaku pijat bayi dengan nilai nilai p = 0,007. Ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan perilaku pijat bayi dengan nilai p = 0,043. Melihat hasil penelitian ini
maka perlu adanya peningkatan pengetahuan dan dukungan keluarga dan keterlibatan tenaga
kesehatan dalam melaksanakan pijat bayi.
Keyword : Pijat Bayi, Pengetahuan, Dukungan Keluarga
fisiologis yang menguntungkan terutama
bisa memenuhi kebutuhan kasih sayang.
Sentuhan yang diberikan oleh ibu selama
pemijatan akan direspon oleh bayi sebagai
bentuk
perlindungan,
kasih
sayang,
perhatian dan ungkapan cinta yang tulus
(Ria Riksani, 2012). Semakin sering
frekuensi sentuhan atau pemijatan, maka
akan semakin dekat pula hubungan
emosional antara ibu dan bayi. Namun,
sebaliknya tidak hanya ibu yang bisa
melakukan pijat bayi, tetapi ayah, nenek,
atau kakek juga bisa dilibatkan. Hal ini
bermanfaat, terutama untuk mengurangi
ketergantungan bayi terhadap ibunya.
Manfaat lain dari pijat bayi yaitu
membuat bayi semakin tenang karena
selama pemijatan, bayi akan mengalami
tekanan,
peregangan,
dan
relaksasi,
kemudian dapat meningkatkan efektifitas
istirahat (tidur) bayi. Bayi yang otot-ototnya
distimulus dengan urutan atau pemijatan
akan nyaman dan mengantuk, dapat
memperbaiki
konsentrasi
bayi,
meningkatkan produksi ASI, membantu
PENDAHULUAN. …… .
… ….
Salah satu sentuhan yang kini
dikenal memberikan banyak manfaat adalah
pijat bayi. Pijat bayi disebut juga terapi
sentuh. Dikatakan terapi sentuh karena
melalui pijat bayi akan terjadi komunikasi
yang nyaman dan aman antara ibu dan buah
hatinya. Sentuhan kepada bayi dengan
memberikan pijatan-pijatan ringan segera
setelah kelahiran merupakan suatu kontak
tubuh kelanjutan yang diperlukan bayi untuk
mempertahankan rasa aman dan nyaman
(Ria Riksani, 2012)
Pijat bayi tradisional masih sering
dijumpai
didaerah-daerah,
biasanya
dilakukan oleh dukun bayi. Banyak diantara
ibu, ayah atau anggota keluarga lain belum
mengetahui manfaat dari pijat bayi. Mereka
beranggapan bahwa pijat bayi hanya
dilakukan
sebagai
terapi
untuk
menyembuhkan penyakit.
Pada kenyataannya, pijatan yang
dilakukan ibu, ayah, atau anggota keluarga
lain merupakan pijatan terbaik karena
terbukti dapat menghasilkan perubahan
SURYA
1
Vol.03, No.XIX, September 2014
Perilaku Pijat Bayi Berhubungan Dengan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga
meringankan
ketidaknyamanan
dalam
pencernaan dan tekanan emosi, memacu
perkembangan otak dan sistem syaraf,
meningkatkan gerak peristaltik untuk
pencernaan, menstimulasi aktivitas nervus
vagus
untuk
perbaikan
pernafasan,
meningkatkan aliran oksigen dan nutrisi
menuju sel, meningkatkan kepercayaan diri
ibu, memudahkan orang tua mengenali
bayinya dan merupakan hiburan yang
menyenangkan bagi keluarga (Yazid Subakti,
Deri Rizky A, 2009).
Hasil penelitian Erni Arifa Muniro
Yanti,
tentang
hubungan
tingkat
pengetahuan ibu dengan perilaku pijat bayi
di BPS Suhartatik Kembangbahu bahwa dari
36 orang hampir sebagian (41,7 %) ibu
berpengetahuan baik, dan sebagian kecil
(25 %) berpengetahuan cukup. Hasil survey,
melalui observasi dan wawancara terhadap
10 ibu yang memiliki bayi di Desa Made
Kecamatan Lamongan didapatkan hampir
seluruhnya tidak pernah memijat bayinya
sendiri melainkan ke dukun bayi,sebagian
besar ibu mengetahui pijat bayi tetapi tidak
pernah melakukan pijat bayi dan sebagian
kecil ibu tidak mengetahui tentang pijat bayi.
Ibu memijatkan bayinya hanya jika bayi
sakit seperti panas, flu, masuk angin ataupun
jika bayi dicurigai ada kelainan tulang dan
otot.
Pijat bayi merupakan tradisi lama
yang digali kembali dengan sentuhan ilmu
kesehatan dan tinjauan ilmiah yang
bersumber dari penelitian para ahli
neonatologi, syaraf, dan psikologi anak
(Yazid
Subakti,
Deri
Rizky
A,
2009).Dewasa ini penelitian di Australia
membuktikan bahwa bayi yang dipijat oleh
orang
tuanya
akan
mempunyai
kecenderungan peningkatan berat badan,
hubungan tingkat emosional, dan sosial yang
lebih baik (Utami, Roesli, 2001).
Sayangnya, masih banyak orang tua
yang belum mengerti tentang pijat bayi,
Sebagian dari mereka beranggapan bahwa
pijat bayi dilakukan hanya pada bayi yang
sakit serta dilakukan oleh dukun atau tenaga
medis yang menguasai pijat bayi. Hal ini
tidak sepenuhnya salah, melalui teknik
tertentu, pijat bayi diyakini mampu
mengatasi kolik sementara, sembelit dan
bayi rewel. Namun, manfaat utama dari pijat
bayi adalah membantu mengoptimalkan
tumbuh kembang bayi. Kurangnya informasi
yang tepat tentang perkembangan terbaru
pijat bayi di masyarakat juga membuat
orang tua takut menyentuh bayinya.
Banyak faktor yang mempengaruhi
penatalaksanaan pijat bayi oleh ibu meliputi
faktor internal dan eksternal. Faktor internal
diantaranya pendidikan, dengan pendidikan
yang tinggi ibu akan lebih paham tentang
kesehatan bayinya, faktor pengetahuan,
dengan pengetahuan ibu yang luas akan
berpengaruh pula pada keinginan ibu untuk
melakukan pijat bayi, selain itu ada pula
faktor pekerjaan, sikap dan presepsi yang
dapat mempengaruhi ibu untuk melakukan
pijat bayi. Faktor eksternal meliputi faktor
kebudayaan, ibu melakukan pijat bayi
kepada bayinya dikarenakan sudah menjadi
sebuah kepercayaan dan tradisi tersendiri,
faktor lingkungan sosial serta dukungan
keluarga juga berpengaruh pada minat ibu
untuk melakukan pijat bayi (Enidya, Santi,
2012).
Dengan memijat bayi mereka, rasa
percaya diri orang tua bertambah. Mereka
belajar
untuk
memperhatikan
dan
memahami reaksi bayi pada saat disentuh,
mengetahui perkembangan naluri alamianya,
apa yang disukai dan tidak disukainya,
sehingga membuat orang tua lebih mudah
mengerti dan terkadang menjadi sabar disaat
mereka tidak sanggup menenangkannya.
Saat orang tua memperhatikan dan
mengenali reaksi anak-anaknya dan
memberikan
responnya,
para
bayi
memberikan
reaksinya
kembali
dan
terbangunlah sebuah hubungan yang positif
diantara mereka.
Untuk mewujudkan semua itu, maka
diperlukan pengetahuan yang cukup bagi
orang tua dan juga dukungan keluarga untuk
melaksanakan pijat bayi, sehingga dengan
adanya pengetahuan yang cukup
dan
dukungan keluarga maka mendorong
terbentuknya perilaku melakukan pijat bayi.
Serta berusaha meningkatkan pelaksanaan
Perilaku Pijat Bayi Berhubungan Dengan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga
pijat bayi di masyarakat terutama pada ibu
yang mempunyai bayi yaitu, dengan
diadakannya penyuluhan oleh tenaga
kesehatan (perawat atau bidan) terhadap ibu.
Dalam penyuluhan ini perawat atau bidan
harus memberikan informasi lebih tentang
pijat bayi, mengenalkan pijat bayi dengan
teknik tertentu dan menjelaskan manfaat dari
dilakukannya pijat bayi. Kegiatan ini bisa
dilakukan pada saat pemeriksaan kehamilan,
nifas dan saat pelaksanaan posyandu.
Diharapkan juga pijat bayi dijadikan
program rutin di posyandu. Peningkatan
pengetahuan perawat dan bidan tentang pijat
bayi juga harus dikembangkan agar
pengetahuan tentang stimulasi khususnya
pijat bayi merata bukan hanya di kalangan
masyarakat tapi juga di kalangan tenaga
kesehatan.
METODE PENELITIAN.…
.…
Desain penelitian dalam penelitian
ini adalah menggunakan metode analitik
korelasional dengan pendekatan cross
sectional yaitu jenis penelitian yang
menekankan pada waktu pengukuran atau
observasi variabel independen dan dependen
hanya satu kali pada satu saat (Nursalam,
2003). Populasi sejumlah 52 ibu yang
memiliki bayi usia 0-12 bulan di posyandu
Desa Made kecamatan Lamongan Tahun
2013. Sampel sebanyak 46 ibu diambil
secara simple random sampling.data
dikumpulkan menggunakan kuesioner. Data
dianalisa
dengan
menggunakan
uji
Spearman Rank.
HASIL .PENELITIAN
…
1. Data Umum
1) Karakteristik Responden
(1) Distribusi umur ibu
Tabel 1. Distribusi frekuensi umur ibu di
Posyandu desa Made kecamatan
Lamongan tahun 2013
No.
Umur
1.
21-30 tahun
2.
31-40 tahun
Jumlah
Frekuensi
30
16
46
Prosentase
65,2
34,8
100%
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan sebagian
besar ibu berumur 21-30 tahun.
(2) Distribusi pekerjaan ibu
Tabel 2. Distribusi frekuensi pekerjaan ibu
di Posyandu desa Made kecamatan
Lamongan tahun 2013
No.
1.
2.
3
Pekerjaan
Tidak bekerja
Wiraswasta
PNS
Jumlah
Frekuensi
28
14
4
46
Prosentase
60,9
30,4
8,7
100%
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan sebagian
besar (60,9 %) ibu tidak bekerja
(3) Karakteristik pendidikan ibu
Tabel 3. Distribusi frekuensi pendidikan ibu
di Posyandu desa Made kecamatan
Lamongan tahun 2013
No.
1.
2.
3
4
Pendidikan
SD
SLTP
SLTA
PT
Jumlah
Frekuensi
2
4
25
15
46
Prosentase
4,3
8,7
54,3
32,6
100
Dari tabel 3 menunjukkan sebagian besar
(54,3 %) ibu berpendidikan SLTA
2. Data Khusus
1). Pengetahuan ibu
Tabel 4 Distribusi frekuensi pengetahuan
ibu tentang pijat bayi di Posyandu desa
Made kecamatan Lamongan tahun 2013
No.
1.
2.
3.
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Frekuensi
2
12
32
46
%
4,3
26,1
69,6
100
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan sebagian
besar (69,6 %) ibu mempunyai pengetahuan
kurang tentang pijat bayi
2). Dukungan Keluarga
Perilaku Pijat Bayi Berhubungan Dengan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga
Tabel 5 Distribusi frekuensi dukungan
keluarga di Posyandu desa Made
kecamatan Lamongan tahun 2013
No Dukungan keluarga
1.
Baik
2.
Cukup
3.
Kurang
Jumlah
Frekuensi
6
19
21
46
%
13,0
41,3
45,7
100
Dari tabel 5 menunjukkan hampir setengah
(45,7 %) mendapat dukungan kurang dari
keluarga
perilaku pijat bayi baik. Berdasarkan uji
statistik didapatkan p = 0,007 dimana kurang
dari
p=0,05.
Terdapat
hubungan
pengetahuan ibu dengan perilaku ibu
melaksanakan pijat bayi.
5) Hubungan dukungan Keluarga dengan
perilaku pijat bayi
Tabel 8. Hubungan dukungan keluarga
dengan perilaku pijat bayi di Posyandu desa
Made kecamatan Lamongan tahun 2013
No
3). Perilaku ibu dalam pijat bayi
Tabel 6 Distribusi perilaku ibu dalam pijat
bayi di Posyandu desa Made
kecamatan Lamongan tahun 2013
No.
1.
2.
3.
Perilaku
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Frekuensi
7
9
30
46
%
15,2
19,6
65,2
100
1
Dukungan
keluarga
Baik
2
Cukup
3
Kurang
Jumlah
Baik
1
(16,7%)
2
(10,5%)
4
(19,0%)
7
(15,2%)
4).
Hubungan pengetahuan dengan
perilaku pijat bayi
Tabel 7. Hubungan Pengetahuan ibu dengan
perilaku pijat bayi di Posyandu desa
Made kecamatan Lamongan tahun
2013
No
1
2
Cukup
3
Kurang
Jumlah
Baik
0
(0%)
0
(0%)
7
(21,9%)
7
(15,2%)
6
(100%)
19
(100)
21
(100%)
46
(100%)
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan hampir
seluruhnya (78,9 %) dukungan keluarga
cukup perilaku ibu kurang dalam melakukan
pijat bayi. Sebagian kecil (16,7 %)
dukungan keluarga baik didapatkan ibu
berperilaku baik pula. Uji statistik
didapatkan p=0,043 dimana kurang dari
p=0,05. Terdapat hubungan dukungan
keluarga dengan perilaku pijat bayi
PEMBAHASAN .…
Perilaku
Cukup Kurang
0
2
(0%)
(100%)
1
11
(8,3%) (91,7%)
8
17
(25,0%) (53,1%)
9
30
(19,6%) (65,2%)
Total
P = 0,043
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan sebagian
besar (65,2 %) perilaku ibu kurang dalam
melaksanakan pijat bayi
Penge
tahuan
Baik
Perilaku
Cukup Kurang
1
4
(16,7%) (66,7%)
2
15
(10,5%) (78,9%)
6
11
(28,6%) (52,4%)
9
30
(19,6%) (65,2%)
.…
Total
2
(100%)
12
(100)
32
(100%)
46
(100%)
P = 0,007
Dari tabel 7 menunjukkan sebagian besar
(53,1 %) ibu berpengetahuan kurang
mempunyai
perilaku
kurang
dalam
melaksanakan pijat bayi. Tidak satupun (0 %)
ibu berpengetahuan baik mempunyai
1. Tingkat Pengetahuan Ibu
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan
sebagian besar (69,6%) ibu berpengetahuan
kurang dan sebagian kecil (4,3%) ibu
mempunyai pengetahuan baik tentang pijat
bayi. Dari fakta diatas sebagian besar ibu
mempunyai pengetahuan kurang, hal ini bisa
dipengaruhi oleh faktor pendidikan ibu yang
sebagian
besar
ibu
berpendidikan
SLTA/SMA sehingga ibu masih sedikit sulit
mencerna atau menerima informasi dan pada
akhirnya makin sedikit pula pengetahuan
yang didapat. Tetapi disisi lain hampir
setengah ibu berpendidikan Perguruan
Perilaku Pijat Bayi Berhubungan Dengan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga
Tinggi, maka bisa dikatakan bahwa selain
pendidikan, pengetahuan juga dipengaruhi
oleh
pengalaman,
informasi
dan
kebudayaan. Tingkat pendidikan yang
terlalu rendah, akan sulit mencerna pesan
dan informasi yang disampaikan. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang,
semakin mudah mencerna informasi
sehingga semakin banyak juga pengetahuan
yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang
kurang akan menghambat perkembangan
sikap seseorang terhadap perkembangan
sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang
baru diperkenalkan (Nursalam,Siti Pariani,
2001).
2. Dukungan Keluarga
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan
hampir setengah (45,7%) ibu mendapat
dukungan kurang dan sebagian kecil
(13,0%) ibu mendapat dukungan yang baik
dari keluarga.Dari fakta diatas hampir
setengah ibu mendapat dukungan kurang
dari keluarga untuk melaksanakan pijat bayi,
hal ini bisa dipengaruhi oleh faktor tingkat
pendidikan atau pengetahuan, dan latar
belakang budaya. Keyakinan seseorang
terhadap adanya dukungan terbentuk oleh
variabel intelektual yang terdiri dari
pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan
pengalaman masa lalu. Tetapi disisi lain
sebagian kecil ibu mendapat dukungan yang
baik dari keluarga, maka bisa dikatakan
bahwa selain pendidikan, pengetahuan dan
kebudayaan, keluarga harus memberikan
dukungan secara informasional, penilaian,
instrumental dan emosional sehingga
dukungan keluarga kepada ibu dalam
melaksanakan pijat bayi bisa lebih baik.
Dukungan keluarga sebagai suatu
proses hubungan antara keluarga dengan
lingkungan sosial. Ketiga dimensi interaksi
dukungan sosial keluarga tersebut bersifat
reprokasitas (sifat dan hubungan timbal
balik), advis atau umpan balik (kuantitas dan
kualitas komunikasi) dan keterlibatan
emosional
(kedalaman
intimasi
dan
kepercayaan) dalam hubungan sosial
(Friedman, Marylin M, 1998).
Dukungan
keluarga
adalah
komunikasi verbal dan non verbal, saran,
bantuan, yang nyata atau tingkah laku yang
diberikan oleh orang-orang yang akrab
dengan sebyek di dalam lingkungan
sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal
yang dapat memberikan keuntungan
emosional atau berpengaruh pada tingkah
laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang
merasa memperoleh dukungan secara
emosional merasa lega karena diperhatikan,
mendapat
saran
atau
kesan
yang
menyenangkan pada dirinya (Walker, Peter,
2011).
Dukungan keluarga sangat penting
dan dibutuhkan bagi ibu guna mendukung
peningkatan
keinginan
ibu
untuk
melaksanakan pijat bayi. Pada dasarnya
pelaksanaan pijat bayi oleh ibu memang
perlu mendapat perhatian yang baik dan
lebih besar dari orang-orang yang peduli dan
mampu membina ibu untuk menjadi ibu
yang bisa melaksanakan atau melakukan
pijat bayi. Keluarga sebagai orang terdekat
dengan ibu tentu merupakan support sistem
yang paling berharga (Yazid Subakti, Deri
Rizky A, 2009).
3.
Perilaku Ibu
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui
bahwa sebagian besar (65,2%) perilaku ibu
kurang dan sebagian kecil (15,2%) perilaku
ibu baik dalam melaksanakan pijat bayi.
Dari fakta diatas sebagian besar perilaku ibu
kurang dalam melaksanakan pijat bayi, hal
ini bisa di pengaruhi oleh faktor pendidikan
ibu yang sebagian besar ibu berpendidikan
SLTA/SMA sehingga ibu masih sedikit sulit
mencerna atau menerima informasi dan pada
akhirnya makin berkurang pula perilaku
dalam melaksanakan pijat bayi. Selain itu
faktor umur sangatlah berpengaruh bagi
seseorang dalam melakukan atau bersikap
terhadap
sesuatu
termasuk
dalam
melaksanakan pijat bayi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
berumur 21-30 tahun. Ibu yang berada
dalam umur tersebut tergolong umur yang
sudah matang sehingga mudah untuk
memperoleh informasi.
Perilaku Pijat Bayi Berhubungan Dengan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga
Perubahan perilaku dikelompokkan
menjadi 3 yaitu : Perubahan alamiah atau
Natural
Change,
perilaku
manusia
disebabkan karena kejadian alamiah,
kemudian perubahan terencana atau Planned
Change, perubahan perilaku yang terjadi
karena memang direncanakan sendiri oleh
subyek dan kesediaan untuk berubah atau
Readdines to Change, apabila terjadi suatu
inovasi atau program pembangunan di
masyarakat, maka sebagian orang sangat
cepat untuk menerima inovasi dan ada yang
sangat lambat menerima perubahan tersebut
(Notoatmodjo, Soekidjo, 2007).
4. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan
Perilaku Pijat Bayi.
Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa
sebagian besar (53,1%) ibu berpengetahuan
kurang mempunyai perilaku kurang dalam
melaksanakan pijat bayi. Sedangkan tidak
satupun (0%) ibu berpengetahuan baik
mempunyai perilaku dalam melaksanakan
pijat bayi baik pula.Uji statistik didapatkan
nilai p = 0,007 dimana p ≤ 0,05. terdapat
hubungan antara pengetahuan ibu dengan
perilaku ibu dalam melaksanakan pijat bayi
usia 0-12 bulan di Posyandu Desa made
Lamongan.
Seperti yang kita ketahui domain
kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu
tahu (know), memahami (comprehention),
aplikasi (aplication), analisis (analysis),
sistesis (sintesis), evaluasi (evaluation).
Berdasarkan hasil penelitian bahwa hampir
seluruh ibu bukan hanya sekedar tahu,
memahami bahkan tidak mengaplikasikan
pijat bayi kepada bayinya. Proses
penerimaan pengetahuan meliputi : 1.
Awareness (Kesadaran), dimana orang
tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus (obyek) terlebih dahulu. 2. Interest,
dimana orang tersebut mulai tertarik kepada
stimulus.
3.
Evaluation
(Evaluasi),
menimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap
responden sudah lebih baik lagi. 4. Trial
(Mencoba), dimana orang tersebut mulai
mencoba perilaku baru. 5. Adoption
(Adopsi), dimana subyek telah berperilaku
baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,
dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila
penerimaan perilaku baru atau adopsi
perilaku melalui proses di atas, dimana
didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan
sikap yang positif maka perilaku perilaku
tersebut akan bersifat langgeng (long
lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu
tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran akan tidak berlangsung lebih lama
(Notoatmodjo, Soekidjo, 2007).
5. Hubungan
Dukungan
Keluarga
Dengan
Perilaku
Ibu
Dalam
Melaksanakan Pijat Bayi Usia 0-12
Bulan.
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan
hampir seluruhnya (78,9 %) ibu yang
mendapat dukungan dari keluarga cukup
tentang pijat bayi perilaku ibu kurang
Sedangkan sebagian kecil (16,7%) ibu yang
mendapatkan dukungan keluarga baik
tentang pijat bayi didapatkan ibu berperilaku
baik pula. Uji statistik didapatkan hasil nilai
p = 0,043 dimana p ≤ 0,05. Terdapat
hubungan antara dukungan keluarga dengan
perilaku ibu dalam melaksanakan pijat bayi
usia 0-12 bulan di Posyandu Desa made
Lamongan.
Dari fakta diatas dengan dukungan
keluarga baik masih ada perilaku ibu yang
kurang, ini diakibatkan karena dukungan
keluarga bukan satu-satunya faktor yang
mempengaruhi perilaku ibu, tetapi masih
ada faktor lain yang mempengaruhi perilaku
diantaranya adalah pengetahuan, sikap, nilai,
prestasi dan keyakinan. Keyakinan keluarga
yang selalu memijatkan bayi mereka ke
dukun bayi mengakibatkan perilaku ibu
kurang dalam melaksanakan pijat bayi.
Tetapi setidaknya dukungan keluarga
mempunyai peranan yang penting untuk
meningkatkan
perilaku
ibu
dalam
melaksanakan pijat bayi.
Jika dukungan keluarga baik, maka
perilaku ibu dalam melaksanakan pijat bayi
akan baik pula, karena keluarga bisa
memberikan bantuan apa saja yang
dibutuhkan ibu bisa terpenuhi. Dukungan
keluarga adalah komunikasi verbal dan non
Perilaku Pijat Bayi Berhubungan Dengan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga
verbal, saran, bantuan, yang nyata atau
tingkah laku yang diberikan oleh orangorang yang akrab dengan sebyek di dalam
lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran
dan hal-hal yang dapat memberikan
keuntungan emosional atau berpengaruh
pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal
ini orang yang merasa memperoleh
dukungan secara emosional merasa lega
karena diperhatikan, mendapat saran atau
kesan yang menyenangkan pada dirinya
(Walker, Peter, 2011).
Dengan dukungan keluarga yang
cukup mampu melakukan komunikasi
efektif setiap kali berinteraksi dengan ibu,
maka akan memfasilitasi ibu dalam
melaksanakan pijat bayi, khususnya aspek
informasional dan emosional dari ibu,
sehingga ibu akan memeperoleh informasi
mengenai pijat bayi dan mendapat perhatian
dalam melaksanakan pijat bayi sehingga
pada akhirnya dapat meningkatkan perilaku
ibu dalam melaksanakan pijat bayi (Enidya,
Santi, 2012).
KESIMPULAN DAN SARAN.
…
1. Kesimpulan
1) Sebagian besar ibu di posyandu desa
Made Lamongan memiliki pengetahuan
kurang tentang pijat bayi
2) Hampir setengah ibu di posyandu desa
Made Lamongan mendapat dukungan
kurang dari keluarga
3) Sebagian besar ibu di posyandu desa
Made Lamongan memiliki perilaku
kurang dalam melakukan pijat bayi
4) Terdapat hubungan antara pengetahuan
ibu dengan perilaku ibu dalam
melaksanakan pijat bayi di posyandu
desa Made Lamongan
5) Terdapat hubungan antara dukungan
keluarga dengan perilaku pijat bayi di
posyandu desa Made Lamongan
2. Saran
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan referensi untuk memberikan
informasi kepada ibu tentang pijat bayi
melalui berbagai metode pendidikan
kesehatan sehingga ibu dapat melakukan
pijat bayi dengan baik dan benar
. .
.DAFTAR PUSTAKA
.
. .
Enidya Santi, (2012). Buku Pintar Pijat Bayi
Untuk Tumbuh Kembang Optimal
Sehat & Cerdas. Yogyakarta :
Pinang Merah
Friedman, Marylin M, (1998). Keperawatan
Keluarga. Jakarta : EGC
Nursalam, (2003), Konsep Dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Nursalam, Siti Pariani (2001). Pendekatan
Praktis Metode Riset Keperawatan.
Jakarta : Sagung Seto
Notoatmodjo, Soekidjo (2007). Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta : Rineka Cipta
Ria Riksani, (2012). Cara Mudah Dan
Aman Pijat Bayi. Jakarta : Dunia
Sehat
Utami, Roesli, (2001). Pedoman Pijat Bayi.
Jakarta : Trubus Agriwidya
Walker, Peter. (2011). Panduan Lengkap
Pijat Bayi. Jakarta : Puspa Swara
Yazid Subakti, Deri Rizky Anggraini,
(2009). Keajaiban Pijat Bayi &
Balita. Jakarta : Wahyu Media
Download