MODUL PERKULIAHAN Eksistensi Manusia Manusia dalam Berbagai Pandangan Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Informatika Tatap Muka 01 Kode MK Disusun Oleh MK90002 Yayah Hidayah, Dra, M.Si Abstract Kompetensi Proses lahir dan keberadaan manusia di dunia memang membuktikan kekuasaan Allah Yang Mahabesar. Setelah lahir di dunia dan akan melanjutkan kehidupan sampai mati, ada beberapa pertanyaan penting, yaitu: apa tujuan kita di dunia, apa tugas dan fungsi kita di dunia, dan bagaimana kita mengembangkan potensi untuk berhasil di dunia dan di akhirat kelak? Mahasiswa diharapkan mampu: (1) menyebutkan pengertian dan makna eksistensi martabat manusia; (2) menguraikan tujuan hidup manusia di dunia; (3) mengetahui fungsi dan peran manusia di dunia; (4) mengembangkan sikap dalam mencapai keunggulan manusia di dunia. Manusia dalam Pandangan Aliran Materialis Aliran materialis menilai bahwa manusia hanyalah segenggam tanah. Dia terbuat dari tanah, hidup di sana, kembali lagi dikuburkan di dalam tanah. Aliran materialis menilai bahwa manusia sekadar kumpulan otot, darah, tulang, urat, dan alat pencernaan. Mereka beranggapan bahwa akal pikiran pun juga materi yang merupakan produk otak. Mereka hanya mengakui materi dan aspek-aspek indrawi. Oleh sebab cara pandang mereka yang demikian, maka mereka pun menilai bahwa antara manusia dan benda-benda hidup lain yang ada di muka bumi tak ada perbedaan. Bahkan, mereka mendakwakan bahwa manusia tak lebih adalah kera yang mengalami proses evolusi. Kesan yang segera muncul sebagai konsekuensi dari pandangan mereka ini adalah bahwa manusia itu makhluk rendah, sama dengan binatang yang hidupnya hanya untuk makan, minum, tidur, bangun, dan menyalurkan syahwat. Jelas ini merupakan pandangan yang sesat sehingga Al-Quran membuat ilustrasi dan penilaian. Allah swt berfirman, Artinya, "Dan mereka berkata, 'Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa,' dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja" (QS. al-Jasiyah [45]: 24). Pandangan Orang Mukmin Dalam pandangan orang mukmin, manusia merupakan makhluk yang mulia dan terhormat di sisi Allah swt. Dia diciptakan dengan bentuk yang sebaik-baiknya; setelah ke dalam jasadnya ditiupkan roh, maka para malaikat diperintahkan untuk bersujud, menghormat kepadanya; diberi ilmu dan kehendak, dijadikan khalifah di atas bumi yang merupakan sentral aktivitas alam raya; semua yang di langit dan di bumi bekerja untuk kepentingan manusia; dan dia pun menyandang hikmat lahir dan batin. Singkatnya, seluruh makhluk yang ada di alam ini berkhidmat kepada manusia, sedangkan Allah menciptakan manusia untuk berkhidmat kepada-Nya. Allah swt berfirman, 2016 2 Pendidikan Agama Islam Dra Yayah Hidayah M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Artinya, "Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu" (QS. al-Baqarah [2]: 29); Artinya, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku" (QS. az-Zariyat [51]: 56). Keutamaan Manusia Benar, ditinjau dari ukuran fisik dan kekuatan lahiriah manusia itu makhluk yang kecil dan lemah. Tetapi, dari segi psikis dan potensi internal yang tersimpan dalam dirinya, tak dapat diingkari bahwa manusia adalah makhluk pilihan. Bahkan, dari segi tubuhnya yang serbalengkap itu saja telah menjadi miniatur alam raya ini. Tepat sekali apa yang dikatakan oleh seorang penyair: "Obatmu ada dalam dirimu, tetapi kau tak melihatnya Penyakitmu ada di dalam dirimu, tetapi kau tak menyadarinya. Kau sangka dirimu materi yang mungil Padahal di dalam dirimu terangkum alam yang besar." Benar, ditinjau dari segi usia di mana dia hidup di dunia, manusia tak ubahnya noktah mungil dari perjalanan masa yang demikian panjang. Tetapi orang mungkin tak melihat kematian sebagai akhir dari kisah hidup manusia. Kematian adalah ibarat halte, untuk selanjutnya manusia akan melanjutkan perjalanan yang amat jauh menuju persinggahan abadi. Kepada insan beriman dikatakan dalam Al-Quran: Artinya, "Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, 'Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! Maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya'" (QS. az-Zumar [39]: 73). 2016 3 Pendidikan Agama Islam Dra Yayah Hidayah M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sebagaimana pengakuan agama-agama pada umumnya dan Islam pada khususnya mengenai kemuliaan manusia, Al-Quran menyebut perihal manusia dalam beratus-ratus ayat. Bahkan, sejak dari lima ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, Al-Quran telah menyebut perihal manusia, dan bagaimana hubungan Tuhan dengan dirinya: menciptakan, memuliakan, memimpin dan mengajarnya. Allah swt berfirman, Artinya, "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan-mulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya" (QS. al-'Alaq [96]: 1-5). Manusia Dekat dengan Allah Al-Quran menegaskan bahwa manusia itu dekat dengan Allah dan Allah pun dekat dengannya. Tidak ada batas dan tidak ada sesuatu yang dapat menghalangi hubungan langsung antara manusia dan Allah. Setiap manusia dapat memuja, memuji, berdoa dan memohon kepada Allah tanpa memerlukan mediator. Inilah salah satu kemuliaan dan merupakan derajat yang begitu tinggi bagi manusia di sisi Allah swt. Dalam Al-Quran, Allah swt berfirman, Artinya, "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintahKu) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran" (QS. al-Baqarah [2]: 186); Artinya, "Maka apakah Kami letih dengan penciptaan yang pertama? Sebenarnya mereka dalam keadaan ragu-ragu tentang penciptaan yang baru" (QS. Qaf [50]: 15). Rahmat Allah terbuka seluas-luasnya bagi manusia sehingga setiap saat dia dapat menerima anugerah Allah tanpa batas. Al-Quran mengilustrasikan bagaimana kedekatan hubungan manusia dengan Allah dan bagaimana cepatnya rahmat Allah kepada manusia, ketika ia ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada-Nya dengan amal, zikir, ataupun doa. Dalam hadis disebutkan, 2016 4 Pendidikan Agama Islam Dra Yayah Hidayah M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Artinya, "Aku menurut persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku bersamanya apabila dia ingat kepada-Ku: Apabila dia mengingat-Ku sendirian, Aku akan mengingatnya sendirian pula. Kalau dia mengingat-Ku bersama orang banyak, Aku mengingatnya pula bersama orang banyak yang lebih baik dari itu (para malaikat). Kalau dia mendekat kepadaKu sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Kalau dia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya satu depa. Kalau dia datang kepada-Ku dengan berjalan kaki, Aku datang kepadanya dengan berlari" (Hadis Qudsi, HR. Bukhari). Pandangan Para Malaikat Dalam pandangan para malaikat, manusia memiliki kemuliaan dan kedudukan istimewa dan terhormat. Kedudukan yang meski para malaikat ini memohon kepada Allah agar diberikan kepada mereka, tetapi Allah tetap hanya berkenan memberikannya kepada manusia. Inilah amanat besar yang dipercayakan Allah kepada manusia, di mana manusia harus bertanggung jawab atas amanat itu. Al-Quran menyebutkan, Artinya, "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.' Mereka berkata, 'Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?' Tuhan berfirman, 'Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui'" (QS. al-Baqarah [2]: 30). Mengingat betapa strategis dan terhormatnya kedudukan yang dianugerahkan Allah kepada manusia ini, maka para malaikat diperintahkan Allah untuk bersujud memberi penghormatan kepada manusia. Di samping itu, mereka juga diperintahkan untuk membantu segala kebutuhan manusia. Dengan kepatuhan penuh para malaikat menerima perintah ini, sehingga Allah swt berfirman, Artinya, "(ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, 'Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepada-Nya.' Lalu, seluruh malaikat itu bersujud semuanya, kecuali iblis; menyombongkan diri dan ia termasuk orang-orang yang kafir" (QS. Sad [38]: 71-74). 2016 5 Pendidikan Agama Islam Dra Yayah Hidayah M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ia Kepada iblis yang disebabkan kedengkian dan kesombongannya tidak bersedia bersujud memberikan penghormatan kepada Adam (manusia), Allah memberikan hukuman dan kutukan dan ia diusir dari surga yang penuh dengan kesenangan dan kebahagiaan. Allah swt berfirman, Artinya, "Allah berfirman, 'Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk, sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan'" (QS. Sad [38]: 77-78); Artinya, "Allah berfirman, 'Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran itulah yang Kukatakan'" (QS. Sad [38]: 84). Menguasai Alam Materi Kemuliaan manusia atas alam materi di antaranya adalah diberikannya kemampuan dan kekuasaan kepadanya untuk mengambil manfaat dari alam materi ini seoptimal mungkin, seolah-olah apa pun yang ada di alam ini disusun dan diatur untuk kepentingan manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin membuktikan bahwa Allah menciptakan alam ini benar-benar untuk kepentingan manusia. Allah swt berfirman, Artinya, "Allahlah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus-menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)" (QS. Ibrahim [14]: 32-34). Dengan kemuliaan dan ketinggian derajatnya, manusia sanggup membuat sarana pengangkut baik darat, laut maupun udara sehingga mereka dapat saling berhubungan dan mendistribusikan berbagai macam barang, baik antarwilayah, antarpulau, maupun 2016 6 Pendidikan Agama Islam Dra Yayah Hidayah M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id antarbenua. Di samping itu, sarana tersebut juga bisa digunakan sebagai media pertukaran ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Allah swt berfirman di dalam Al-Quran, Artinya, "Kecuali setan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu ia dikejar oleh semburan api yang terang" (QS. Ibrahim [14]: 70). Kemuliaan karena Iman Manusia yang telah memperoleh kemuliaan dan kedudukan penting akan bertambah kemuliaan dan perasaan harga dirinya disebabkan adanya iman. Kemuliaan sebagai manusia bertambah dengan kemuliaan iman. Karena seseorang yang telah masuk dalam golongan umat beriman, dia menganggap tambahan kemuliaan, sebagai orang terpilih dan dilahirkan untuk kebaikan umat manusia, berkat keimanannya, usaha dan perjuangannya, sebagaimana disinyalir dalam firman Allah swt, Artinya, "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik" (QS. Ali 'Imran [3]: 110); Artinya, "Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Ansar), 'Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada di sisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah).' Padahal kepunyaan Allahlah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami" (QS. alMunafiqun [63]: 7). Insan beriman akan memiliki rasa harga diri yang lebih besar dan lebih mantap karena terdapat keyakinan bahwa Allah senantiasa memberi perlindungan, bimbingan, dan pertolongan kepadanya. Dia telah berfirman sebagai berikut. Artinya, "Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindungpelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya" (QS. al-Baqarah [2]: 257); 2016 7 Pendidikan Agama Islam Dra Yayah Hidayah M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Artinya, "Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman" (QS. ar-Rum [30]: 47). Karena adanya rasa harga diri, menjadi tuan di alam ini dan hanya menjadi hamba bagi Allah itulah, maka tidak mengherankan jika Bilal, si budak kulit hitam itu, tidak merasa gentar dan tak bersedia tunduk kepada para pemuka Quraisy seperti Abu Jahal, Umayyah bin Khalaf, saat mereka memaksanya untuk melepaskan keimanan. Juga Rub'i bin Amir, seorang Arab Badui yang buta huruf. Setelah iman meresap ke dalam jiwanya dan cahaya Al-Quran telah memancar ke dalam jiwanya, tak sedikit pun merasa takut saat menghadapi Rustam, Panglima Besar tentara Persia yang menyandang kebesaran dan kekuatan yang menakutkan. Ketika panglima ini bertanya kepadanya, "Siapakah kamu?", maka jawaban yang ia berikan benar-benar menggambarkan sosok pribadi muslim yang mengetahui harga dirinya. Tinta emas sejarah mengabadikan keagungan kata-katanya, "Kami adalah kaum yang dikirim oleh Allah untuk berjuang membebaskan umat manusia, dan hanya menyembah kepada Allah semata. Membebaskan mereka dari dunia yang sempit, kesempitan dunia kepada alam luas, dan dari kekejaman berbagai agama pada keadilan Islam." Inilah pandangan orang yang bermata terang atas orang yang bermata buta. Pandangan orang yang meniti jalan yang terang-benderang atas orang yang menyusuri lorong yang gelap gulita. Allah swt berfirman di dalam Al-Quran, Artinya, "Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan" (QS. al-An'am [6]: 122). Iman membangun persepsi bahwa manusia memiliki kemuliaan di sisi Allah, mulia dalam penilaian para malaikat dan menjadi pemimpin di alam ini. Dengan persepsi yang demikian, maka di dalam diri orang beriman tumbuhlah perasaan harga diri dan perasaan akan adanya hubungan antara dirinya dan alam semesta sehingga lenyaplah perasaan rendah diri dan kekosongan jiwa. 2016 8 Pendidikan Agama Islam Dra Yayah Hidayah M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Demikian jauhnya perbedaan orang mukmin dengan orang yang menilai bahwa dirinya semata-mata hewan yang agak maju. Kelahirannya tak ada pendahuluan yang urgen, kematiannya merupakan akhir dari segalanya, sementara hidupnya tak ada hubungan dengan alam besar ini. Kalaupun ada, hubungan itu tak lebih dari sebatas hubungan antara kera dan alam yang melingkupinya. Orang mukmin merasa bahwa seluruh alam ini berkhidmat kepadanya. Para malaikat senantiasa mendampinginya, dan keadaan tidak berhenti hanya sampai di liang kubur. Sebab, dia diciptakan di alam fana ini adalah untuk menuju alam yang lebih kekal dan lebih hakiki, yakni alam akhirat. Hidup yang Hampa Orang yang tak beriman merasakan kehampaan hidup, tak ada maknanya serta menilai dirinya tidak lebih dari sekadar hewan. Sehingga, ketika keadaan memungkinkan, segeralah muncul perasaan sombong, membanggakan diri, serta melakukan perbuatanperbuatan aniaya. Orang yang tak beriman di dalam hatinya tak pernah ada perasaan tanggung jawab terhadap perbuatannya, karena dia merasa bebas lepas dari hidup ini, dan tidak terikat oleh hukum, agama, dan akhlak. Unsur Jasmani dan Rohani Dalam menilai dan memberi arti tentang keadaan dan sifat manusia dalam hidup ini, seorang sarjana Amerika menyatakan bahwa suatu masalah yang mengherankan pikiran para ilmuwan sejak dulu kala ialah keadaan manusia yang sedemikian misterius. Di satu pihak ia tersusun dari materi, yaitu tubuhnya. Ia hidup dan bertumbuh, selanjutnya akan mati. Tetapi, ia pun terdiri atas unsur yang tidak dapat dicapai oleh pancaindra, bahkan itulah yang menguasai tubuh, dan arena itu pula manusia dapat mengetahui dan berpikir. Unsur kedua inilah yang justru menjadi kesimpulan hidupnya. Dengan demikian, jelas bahwa seolah-olah manusia itu terjadi dua alam, yaitu alam benda dan yang bukan benda. Adakah keduanya hakiki, ataukah salah satunya sematamata merupakan dugaan belaka? 2016 9 Pendidikan Agama Islam Dra Yayah Hidayah M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Apabila dalam memahami dan mencari hakikat manusia mengabaikan salah satu dari dua unsur di atas, sungguh hal itu merupakan kesesatan yang nyata. Demikian pula memisahkan antara keduanya dan memandang satu sama lain saling terpisah. Terbaca dalam sejarah agama-agama dan aliran keagamaan adanya paham yang sengaja mengabaikan aspek fisik, berusaha menyiksa dan melemahkannya agar aspek kejiwaan menjadi suci dan kuat. Di sisi lain ada pula aliran kebendaan, yang menegasikan roh dan tidak mengakui adanya Tuhan. Kedua aliran ini menjadikan manusia hanya sebagai separuh manusia, karena yang dipentingkan hanya sebagian saja, yaitu salah satu dari jasmani atau rohani. Akidah Islam datang dengan perintah agar hak masing-masing bagian ini dipenuhi secara proporsional, tidak berkurang dan tidak berlebihan. Allah swt berfirman sebagai berikut. Artinya, "Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia" (QS. Al-Baqarah [2]: 143).[] Daftar Pustaka Atiyyah, Raja’i. 2000. Min Hadyin-Nubuwwah. Kairo: Maktabah al-Usrah. Rais, M. Amien. 1995. Cakrawala Islam. Bandung: Penerbit Mizan. Said Hawwa. 2008. Makrifatullah Izinkan Aku Mengenal-Mu, Ya Allah. Jakarta: Aula Pustaka. 2016 10 Pendidikan Agama Islam Dra Yayah Hidayah M,Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id