MODUL PERKULIAHAN Pendidikan Agama Islam Eksistensi Martabat Manusia Fakultas Program Studi Teknik Mesin Teknik Elektro Tatap Muka 05 Kode MK Disusun Oleh MK12000 Ahmad Rifai, S.Ag, MA. Abstract Kompetensi Tuhan menciptakan manusia terdiri dari tiga unsur bertingkat, yaitu jasmani, nafsani dan ruhani (spititual). Tingkat terendah adalah jasmani, yaitu fisik, badan manusia yang kelihatan sehari-hari. Tingkat yang lebih tinggi adalah nafsâni, yaitu unsur manusia yang bersifat nafs, psikologi, jiwa. Tingkat yang paling tinggi adalah ruhani, yang bersifat ruh (spirit). Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu: 1. 2. 3. 4. Menyebutkan pengertian dan makna eksistensi martabat manusia. Menjelaskan tujuan hidup manusia di dunia. Mengetahui fungsi dan peran manusia di dunia. Mengembangkan sikap dalam mencapai keunggulan manusia di dunia. Eksistensi Martabat Manusia Manusia dalam Pandangan Aliran Materialis Aliran materialis menilai bahwa manusia hanyalah segenggam tanah. Dia terbuat dari tanah, hidup di sana, kembali lagi dikuburkan di dalam tanah. Aliran materialis menilai bahwa manusia sekedar kumpulan otot, darah, tulang, urat dan alat pencernaan. Mereka beranggapan bahwa akal pikiran pun juga materi yang merupakan produk otak. Mereka hanya mengakui materi dan aspek-aspek inderawi. Oleh sebab cara pandang mereka yang demikian, maka mereka pun menilai bahwa antara manusia dengan benda-benda hidup lain yang ada di muka bumi tak ada perbedaan. Bahkan mereka mendakwakan bahwa manusia tak lebih adalah kera yang mengalami proses evolusi. Kesan yang segera muncul sebagai konsekwensi dari pandangan mereka ini adalah bahwa manusia itu makhluk rendah, sama dengan binatang yang hidupnya hanya untuk makan, minum, tidur, bangun dan menyalurkan syahwat. Jelas ini merupakan pandangan yang sesat sehingga al-Qur'an membuat ilustrasi dan penilaian. Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja. (QS. Al-Jatsiyah [45]: 24) Pandangan Orang Mukmin Dalam pandangan orang mukmin, manusia merupakan makhluk yang mulia dan terhormat di sisi Allah SWT. Dia diciptakan dengan bentuk yang sebaik-baiknya; setelah ke dalam jasadnya ditiupkan roh maka para malaikat diperintahkan untuk bersujud, menghormat, kepadanya; diberi ilmu dan kehendak, dijadikan khalifah di atas bumi yang merupakan sentral aktifitas alam raya; semua yang di langit dan di bumi bekerja untuk kepentingan manusia; dan dia pun menyandang hikmat lahir dan batin. Singkatnya, seluruh makhluk yang ada di alam ini berkhidmat kepada manusia, sedangkan Allah menciptakan manusia untuk berkhidmat kepada-Nya. Allah SWT. telah berfirman: ‘15 2 MK. Pendidikan Agama Islam Ahmad Rifai, S.Ag, MA. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah [2]: 29) Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz-Dzāriyāt [51]: 56) Keutamaan Manusia Benar, ditinjau dari ukuran fisik dan kekuatan lahiriah manusia itu makhluk yang kecil dan lemah. Tetapi dari segi psikis dan potensi internal yang tersimpan dalam dirinya, tak dapat diingkari bahwa manusia adalah makhluk pilihan. Bahkan dari segi tubuhnya yang serba lengkap itu saja telah menjadi miniature alam raya ini. Tepat sekali apa yang dikatakan oleh seorang penyair: "Obatmu ada dalam dirimu, tetapi kau tak melihatnya Penyakitmu ada di dalam dirimu tetapi kau tak menyadarinya. Kau sangka dirimu materi yang mungil Padahal di dalam dirimu terangkum alam yang besar." Benar, ditinjau dari segi usia di mana dia hidup di dunia, manusia tak ubahnya noktah mungil dari perjalanan masa yang demikian panjang. Tetapi orang mungkin tak melihat kematian sebagai akhir dari kisah hidup manusia. Kematian adalah ibarat halte, untuk selanjutnya manusia akan melanjutkan perjalanan yang amat jauh menuju persinggahan abadi. Kemudian kepada insane beriman dikatakan: Sehingga apabila mereka sampai ke syurga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! Maka masukilah syurga ini, sedang kamu kekal di dalamnya". (QS. Az-Zumar [39]:73) Sebagaimana pengakuan agama-agama pada umumnya dan Islam pada khususnya mengenai kemuliaan manusia, al-Qur'an menyebut perihal manusia dalam beratus-ratus ayat. Bahkan sejak dari lima ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, al-qur'an telah menyebut perihal manusia, dan bagaimana hubungan Tuhan dengan dirinya: menciptakan, memuliakan, memimpin dan mengajarnya. ‘15 3 MK. Pendidikan Agama Islam Ahmad Rifai, S.Ag, MA. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Qs. Al-'Alaq [96]:1-5) Manusia Dekat dengan Allah Al-Qur'an menegaskan bahwa manusia itu dekat dengan Allah dan Allah pun dekat dengannya. Tidak ada batas dan tidak ada sesuatu yang dapat menghalangi hubungan langsung antara manusia dengan Allah. Setiap manusia dapat memuja, memuji, mendoa dan memohon kepada Allah tanpa memerlukan mediator. Inilah salah satu kemuliaan dan merupakan derajat yang begitu tinggi bagi manusia di sisi Allah SWT. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah [2]: 186) Maka Apakah Kami letih dengan penciptaan yang pertama? sebenarnya mereka dalam Keadaan ragu-ragu tentang penciptaan yang baru. (QS. Qāf [50]: 15) Rahmat Allah terbuka seluas-luasnya bagi manusia sehingga setiap saat dia dapat menerima anugerah Allah tanpa batas. Al-Qur'an mengilustrasikan bagaimana dekatnya hubungan manusia dengan Allah dan bagaimana cepatnya rahmat Allah kepada manusia, ketika ia bertaqarrub kepada-Nya dengan amal, dzikir, ataupun doa: "Aku menurut persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku bersamanya apabila dia ingat kepada-Ku: Apabila dia mengingat-Ku sendirian maka Aku akan mengingatnya sendirian pula. Kalau dia mengingat-Ku bersama orang banyak maka Aku mengingatnya pula bersama orang banyak yang lebih baik dari itu (para malaikat). Kalau dia mendekat kepada-Ku sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta. Kalau dia mendekat kepada-Ku sehasta maka Aku mendekat kepadanya satu depa. Kalau dia datang kepada-Ku dengan berjalan kaki maka Aku datang kepadanya dengan berlari." (Hadits Qudsi riwayat Bukhari ra.) Pandangan Para Malaikat Dalam pandangan para malaikat, manusia memiliki kemuliaan dan kedudukan istimewa dan terhormat. Kedudukan yang meski para malaikat ini memohon kepada Allah ‘15 4 MK. Pendidikan Agama Islam Ahmad Rifai, S.Ag, MA. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id agar diberikan kepada mereka tetapi Allah tetap hanya berkenan memberikannya kepada manusia. inilah amanat besar yang dipercayakan Allah kepada manusia, di mana manusia harus bertanggung jawab atas amanat itu. Al-Qur'an menyebutkan: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah [2]:30) Mengingat betapa strategis dan terhormatnya kedudukan yang dianugerahkan Allah kepada manusia ini maka para malaikat diperintahkan Allah untuk bersujud memberi penghormatan kepada manusia. Disamping itu mereka juga diprintahkan untuk membantu segala kebutuhan manusia. Dengan kepatuhan penuh para malaikat menerima perintah ini, sehingga Allah SWT berfirman : (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: "Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah". Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadaNya". Lalu seluruh malaikat-malaikat itu bersujud semuanya, Kecuali Iblis; Dia menyombongkan diri dan adalah Dia Termasuk orang-orang yang kafir. (QS. Shād [38]: 71-74) Kepada Iblis yang disebabkan kedengkian dan kesombongannya tidak bersedia bersujud memberikan penghormatan kepada Adam (manusia), Allah memberikan hukuman dan kutukan dan dia terusir dari surga yang penuh dengan kesenangan dan kebahagiaan. Allah SWT berfirman : Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; Sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk, Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan". (QS. Shād [38]: 77-78) Allah berfirman: "Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran Itulah yang Ku-katakan". (QS. Shād [38]: 84) Menguasai Alam Materi Kemuliaan manusia atas alam materi diantaranya adalah diberikannya kemampuan dan kekuasaan kepadanya untuk mengambil manfaat dari alam materi ini seoptimal ‘15 5 MK. Pendidikan Agama Islam Ahmad Rifai, S.Ag, MA. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mungkin, seolah-olah apapun yang ada di alam ini di susun dan diatur untuk kepentingan manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin membuktikan bahwa Allah menciptakan alam ini benar-benar untuk kepentingan manusia. Firman Allah SWT. Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS. Ibrahim [14]: 32-34) Dengan kemuliaan dan ketinggian derajatnya, manusia sanggup membuat sarana pengangkut baik darat, laut maupun udara, sehingga mereka dapat saling berhubungan dan mendistribusikan berbagai macam barang baik antarwilayah, antarpulau, bahkan antarbenua. Disamping itu sarana tersebut juga bisa digunakan sebagai media pertukaran ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Allah SWT telah berfirman: Kecuali syaitan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu Dia dikejar oleh semburan api yang terang. (QS. Ibrahim [14]: 70) Kemuliaan karena Iman Manusia yang telah memperoleh kemuliaan dan kedudukan penting akan bertambah kemuliaan dan perasaan harga dirinya disebabkan adanya iman. Kemuliaan sebagai manusia bertambah dengan kemuliaan iman. Karena seseorang yang telah masuk dalam golongan umat beriman, dia menganggap tambahan kemuliaan, sebagai orang terpilih dan dilahirkan untuk kebaikan umat manusia, berkat keimanannya, usaha dan perjuangannya, sebagaimana tersebut dalam firman Allah SWT : Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang ‘15 6 MK. Pendidikan Agama Islam Ahmad Rifai, S.Ag, MA. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Ali Imran [3]: 110) Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar): "Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada disisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah)." Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami. (QS. Al-Munāfiqūn [63]: 7) Insan beriman akan memiliki rasa harga diri yang lebih besar dan lebih mantap karena adanya keyakinan bahwa Allah senantiasa memberi perlindungan, bimbingan dan pertolongan kepadanya. Dia telah berfirman : Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung- pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah [2]: 257) dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman. (QS. Ar-Rūm [30]: 47) Karena adanya rasa harga diri, menjadi tuan di ala mini dan hanya menjadi hamba bagi Allah itulah maka tidak mengherankan jika Bilal, si budak kulit hitam itu tidak merasa gentar dan tak bersedia tunduk kepada para pemuka Quraisy seperti Abu Jahal, Umayyah bin Khalaf dan lain-lain, saat mereka memaksanya untuk melepaskan keimanan. Juga Rub'i bin Amir, seorang Arab Badui yang buta huruf, setelah iman meresap ke dalam jiwanya dan cahaya al-Qur'an telah memancar ke dalam jiwanya, tak sedikitpun merasa takut saat menghadapi Rustam, Panglima Besar tentara Persia yang menyandang kebesaran dan kekuatan yang menakutkan. Ketika panglima ini bertanya kepadanya: "Siapakah kamu?", maka jawaban yang ia berikan benar-benar menggambarkan sosok pribadi muslim yang mngetahui harga dirinya. Tinta emas sejarah mengabadikan keagungan kata-katanya: "Kami adalah kaum yang dikirim oleh Allah untuk berjuang membebaskan umat manusia, dan hanya menyembah kepada Allah semata. Membebaskan mereka dari sempitnya dunia, kesempitan dunia kepada alam luas, dan dari kekejaman berbagai agama kepada keadilan Islam." ‘15 7 MK. Pendidikan Agama Islam Ahmad Rifai, S.Ag, MA. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Inilah pandangan orang yang bermata terang atas orang yang bermata buta, pandangan orang yang meniti jalan yang terang benderang atas orang yang menyusuri lorong yang gelap gulita: Dan Apakah orang yang sudah mati kemudian Dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di tengahtengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-An'am [6]: 122) Iman membangun persepsi bahwa manusia memiliki kemuliaan di sisi Allah, mulia dalam penilaian para malaikat dan menjadi pemimpin di alam ini. Dengan persepsi yang demikian maka di dalam diri orang beriman tumbuhlah perasaan harga diri dan perasaan akan adanya hubungan antara dirinya dengan alam semesta sehingga lenyaplah perasaan rendah diri dan kekosongan jiwa. Demikian jauhnya perbedaan orang mukmin dengan orang yang menilai bahwa dirinya semata-mata hewan yang agak maju, kelahirannya tak ada pendahuluan yang urgen, kematiannya merupakan akhir dari segalanya, sementara hidupnya tak ada hubungan dengan alam besar ini, kalaupun ada maka hubungan itu tak lebih dari sebatas hubungan antara kera dengan alam yang melingkupinya. Orang mukmin merasa bahwa seluruh alam ini berkhidmat kepadanya, para malaikat senantiasa mendampinginya, dan keadaan tidak berhenti hanya sampai diliang kubur. Sebab diciptakannya dia di alam fana ini adalah untuk menuju alam yang lebih kekal dan lebih hakiki yakni alam akhirat. Hidup yang Hampa Orang yang tak beriman merasakan kehampaan hidup, tak ada maknanya serta menilai dirinya tidak lebih dari sekedar hewan. Sehingga ketika keadaan memungkinkan, segeralah muncul perasaan sombong, membanggakan diri, serta melakukan perbuatanperbuatan aniaya. Orang yang tak beriman di dalam hatinya tak pernah ada perasaan tanggung jawab terhadap perbuatannya, karena dia merasa bebas lepas dari hidup ini, dan tidak terikat oleh hukum, agama dan akhlak. Unsur Jasmani dan Rohani ‘15 8 MK. Pendidikan Agama Islam Ahmad Rifai, S.Ag, MA. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dalam menilai dan memberi arti tentang keadaan dan sifat manusia dalam hidup ini, seorang sarjana Amerika menyatakan bahwa suatu masalah yang mengherankan pikiran para ilmuwan sejak dulu kala ialah keadaan manusia yang sedemikian misterius. Di satu pihak ia tersusun dari materi, yaitu tubuhnya. Ia hidup dan bertumbuh, selanjutnya akan mati. Tetapi ia pun terdiri dari unsur yang tidak dapat dicapai oleh panca indra, bahkan itulah yang menguasai tubuh, dank arena itu pula manusia dapat mengetahui dan berpikir. Unsure kedua inilah yang justru menjadi kesimpulan hidupnya. Dengan demikian jelas bahwa seolah-olah manusia itu terjadi dua alam, yaitu alam benda dan yang bukan benda. Adakah keduanya hakiki, ataukah salah satunya sematamata merupakan dugaan belaka? Apabila dalam memahami dan mencari hakikat manusia mengabaikan salah satu dari dua unsure di atas maka sungguh hal itu merupakan kesesatan yang nyata. Demikian pula memisahkan antara keduanya dan memandang satu sama lain saling terpisah. Terbaca dalam sejarah agama-agama dan aliran keagamaan adanya paham yang sengaja mengabaikan aspek fisik, berusaha menyiksa dan melemahkannya agar aspek kejiwaan menjadi suci dan kuat. Di sisi lain ada pula aliran kebendaan, yang menegasikan roh dan tidak mengakui adanya Tuhan. Kedua aliran ini menjadikan manusia hanya sebagai separoh manusi, karena yang dipentingkan hanya sebagian saja, yaitu salah satu dari jasmani atau rohani. Aqidah Islam datang dengan perintah agar hak masing-masing bagian ini dipenuhi secara proporsional, tidak berkurang dan tidak berlebihan. Allah SWT telah berfirman: Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan[95] agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia…. (Qs. Al-Baqarah [2]: 143) *** ‘15 9 MK. Pendidikan Agama Islam Ahmad Rifai, S.Ag, MA. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka 1. Yusuf Qardhawi, Merasakan Kehadiran Tuhan, (terj.) Jazirotul Islamiyah, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004) 2. Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban, (Jakarta: Paramadina 2000) cet. II 3. Nurcholish Madjid, Fatsoen, (Jakarta: Republika 2002) 4. M. Quraish Shihab, Menjemput Maut: Bekal Perjalanan Menuju Allah SWT, (Jakarta: Lentera Hati, 2003) 5. M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi, Al-Quran dan Dinamika Kehidupan Masyarakat, (Jakarta: Lentera Hati, 2006) 6. Sayyed Hossein Nasr, The Heart Of Islam: Pesan-Pesan Universal Islam untuk Kemanusiaan, (Bandung: Mizan, 2003) ‘15 10 MK. Pendidikan Agama Islam Ahmad Rifai, S.Ag, MA. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id