POLA DISTRIBUSI SEL-SEL PENGHASIL HORMON PADA PANKREAS TRENGGILING (Manis javanica) SKRIPSI Abdul Gofur FAKUTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 POLA DISTRIBUSI SEL-SEL PENGHASIL HORMON PADA PANKREAS TRENGGILING (Manis javanica) ABDUL GOFUR Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 Judul Skripsi : Pola Distribusi Sel-Sel Penghasil Hormon pada Pankreas Trenggiling (Manis javanica) Nama : Abdul Gofur NRP : B04103126 Disetujui Dr. drh. Chairun Nisa , MSi. Pembimbing Diketahui Dr. drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS Wakil Dekan FKH IPB Tanggal Lulus: 26 September 2007 RINGKASAN ABDUL GOFUR. Pola Distribusi Sel-Sel Penghasil Hormon pada Pankreas Trenggiling (Manis javanica). Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Dibimbing oleh Chairun Nisa . Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari morfologi pankreas trenggiling (Manis javanica) dan pola distribusi sel-sel penghasil hormon yang terdapat di dalamnya. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengertian yang lebih baik tentang pankreas trenggiling serta untuk menambah data biologi mengenai pankreas satwa liar di Indonesia. Penelitian ini menggunakan dua ekor trenggiling, jantan dan betina. Untuk mengetahui struktur umum digunakan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE), sedangkan untuk mengetahui lebih jelas mengenai distribusi sel-sel penghasil hormon digunakan teknik pewarnaan impregnasi perak Grimelius. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pankreas M. javanica terbagi menjadi tiga bagian yaitu: kepala (head), dorsal dan ventral. Bagian kepala merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di belakang lambung dan di depan os vertebrae lumbalis pertama. Bagian ventral merupakan bagian yang paling lebar, terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan duodenum. Sedangkan bagian dorsal merupakan bagian yang paling panjang terletak di sebelah kiri rongga abdomen yang berbatasan dengan limpa. Pankreas trenggiling terbagi menjadi bagian eksokrin dan bagian endokrin. Komponen eksokrin terdiri dari kelenjar dan alat penyalur (duktus). Kelenjar eksokrin terdiri atas kumpulan sel-sel sereous yang berbentuk piramid dengan sel sentro asinarnya. Kelenjar ini terdiri dari gabungan kelenjar asinus yang membentuk lobulus dan digabungkan masing-masing oleh jaringan ikat longgar yang dilalui oleh pembuluh darah, pembuluh limfe, serabut syaraf dan saluran keluar kelenjar-kelenjarnya (duktus). Alat penyalur bagian eksokrin ini terdiri dari duktus interkalatus, duktus interlobularis, duktus interlobaris dan duktus pankreatikus. Bagian endokrin pankreas (pulau Langerhans) mengambil warna sedikit lebih muda dari bagian eksokrin dan tersebar di antara sel-sel asinar. Dengan pewarnaan impregnasi perak Grimelius, sel-sel pulau Langerhans yang merupakan bagian endokrin dari pankreas trenggiling, tersusun secara tidak teratur. Pembuluh darah kapiler banyak ditemukan di dalam pulau Langerhans. Sel-sel penghasil glukagon (sel A) berdistribusi menyebar pada pulau Langerhans. Sel-sel insulin (sel B) bersifat non-argirofil sehingga tidak terwarnai pada pewarnaan Grimelius. Kata kunci: Manis javanica, pankreas, pulau Langerhans. RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor tanggal 15 juni 1984 dari Ayahanda H. Abdul Mukti dan Ibunda Hj. Solihat. Penulis merupakan putra ketujuh dari sembilan bersaudara. Pada tahun 1991 penulis masuk SD Negeri II Caringin Bogor dan lulus pada tahun 1997. Selanjutnya penulis melanjutkan ke SMP Negeri I Cijeruk Bogor dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan di SMU Negeri I Cijeruk Bogor. Pada tahun 2003, penulis masuk IPB melalui jalur USMI (Undangan Siswa Masuk IPB) dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Hewan (S1) pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Drh. Chairun Nisa , MSi. sebagai pembimbing atas segala perhatian, bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada Drh. Adi Winarto PhD sebagai dosen penguji. Terima kasih kepada Dr. Drh. H. Idwan Sudirman sebagai pembimbing akademik selama penulis menjalani studi. Terima kasih kepada seluruh dosen dan staf Anatomi khususnya Prof. Dr. Drh. Koeswinarning Sigit, MS., Dr. Drh. Nurhidayat MS., Drh. Savitri Novelina, MSi. dan Drh. Supratikno atas segala bantuan dan nasehatnya. Terima kasih juga kepada teman-teman sepenelitian, teman-teman FKH angkatan 40 dan teman-teman semua yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu. Dengan rasa hormat penulis sampaikan terima kasih kepada orang tua yang telah mendidik dengan sabar, penuh pengorbanan dan do a tulus ikhlas. Terima kasih kepada kakakku beserta keluarga, kedua adikku atas segala bantuan dan kerja samanya. Terima kasih juga kepada Aa Sasmita dan Teh Ii atas segalanya. Tak lupa juga penulis sampaikan terima kasih kepada Yayi Zulfiah beserta keluarga yang selalu memberikan dorongan dengan penuh cinta dan kasih sayang. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga masukkan dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat, amiiin. Bogor, September 2007 Penulis DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ............................................................................................... vii RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... vi PRAKATA ................................................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................................ iv DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. i PENDAHULUAN ........................................................................................ Latar Belakang .................................................................................. Tujuan Penelitian .............................................................................. Manfaat Penelitian............................................................................. 1 1 2 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ Trenggiling........................................................................................ Pankreas ............................................................................................ Bagian Eksokrin .......................................................................... Bagian Endokrin .......................................................................... Sel-Sel (A) penghasil Glukagon ................................................ Sel-Sel (B) penghasil Insulin..................................................... Sel-Sel (D) penghasil Somatostatin ........................................... Sel-Sel (F) penghasil Polipeptida Pankreas ............................... Sel-Sel D1 ................................................................................. 3 3 3 5 7 8 9 11 11 12 BAHAN DAN METODE ............................................................................. Waktu dan Tempat penelitian ............................................................ Bahan dan Alat Penelitian ................................................................. Metode Penelitian.............................................................................. 13 13 13 13 HASIL .......................................................................................................... 15 Pengamatan Makroskopis .................................................................. 15 Pengamatan Mikroskopis .................................................................. 16 PEMBAHASAN .......................................................................................... 19 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 22 Kesimpulan ....................................................................................... 22 Saran ................................................................................................. 22 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 23 LAMPIRAN ................................................................................................. 25 DAFTAR TABEL Halaman 1. Efek insulin terhadap berbagai jaringan .................................................... 10 2. Data ukuran panjang dan lebar bagian-bagian pankreas trenggiling ........... 16 3. Persentase berat organ pankreas trenggiling terhadap bobot badan ............ 16 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Gambar perkembangan pankreas ............................................................... 4 2. Gambar skema organ pankreas dan permuaraan duktus pankreatikus ........ 6 3. Gambar skematis pankreas dan populasinya .............................................. 12 4. Gambar Organ pankreas trenggiling .......................................................... 15 5. Gambar duktus pankreas trenggiling ......................................................... 17 6. Gambar struktur umum pankreas trenggiling ............................................. 17 7. Gambar pulau Langerhans dengan pewarnaan Grimelius........................... 18 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Prosedur Pewarnaan Hematoksilin-Eosin ................................................ 25 2. Prosedur Pewarnaan Grimelius................................................................ 26 PENDAHULUAN Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang kaya akan keragaman hayati yang melimpah namun belum dimanfaatkan secara optimal, bahkan sejumlah flora dan fauna Indonesia dalam kondisi memprihatinkan. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk melindunginya dari kepunahan. Salah satu fauna yang kini termasuk satwa langka dan dilindungi adalah trenggiling jawa. Menurut CITES (Convention of international Trade in Endangered Spesies of Wild Fauna and Flora) trenggiling terdaftar dalam Apendix II yang berarti dilarang diperdagangkan karena populasinya sedikit dan hampir punah (Soehartono dan Mardiastuti 2002). Trenggiling (Manis javanica) merupakan mamalia yang unik dan menarik. Tubuh bagian dorsal ditutupi oleh sisik yang membuatnya mirip reptil. Hewan ini memiliki cakar panjang dan tidak memiliki gigi, namun memiliki lidah yang panjang untuk menangkap pakannya yang berupa semut dan rayap. Trenggiling memiliki senjata ampuh berupa bau busuk dari zat yang dihasilkan oleh kelenjar anus (Rahm 1990). Daging dan sisik trenggiling terutama oleh masyarakat Cina dipercaya dapat berkhasiat sebagai obat. Oleh karena itu, populasi trenggiling diduga terus menurun dan terancam punah akibat maraknya perburuan liar ditambah rusaknya habitat. Di Indonesia hewan ini termasuk hewan yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang RI No 5/1990 dan peraturan pemerintah RI No 17/1999. Terdapat tujuh spesies trenggiling yang menempati habitat hutan-hutan tropis di Asia dan Afrika. Tiga spesies terdistribusi di Asia yaitu: M. javanica (trenggiling Jawa), M. pentadactyla (trenggiling Cina) dan M. crassicaudata (trenggiling India), serta empat spesies terdistribusi di Afrika yaitu: M. tricupis, M. tetradactyla, M. gigantea dan M. Temmincki (Robinson 2005). Sedangkan menurut Gaubert dan Antunes (2005), spesies trenggiling berjumlah 8 yakni ditambah dengan Manis culionensis yang terdapat di pulau Palawan. Pankreas merupakan kelenjar yang terdiri dari bagian eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin pankreas mensekresikan natrium bikarbonat dan enzim-enzim pencernaan. Natrium bikarbonat berperan dalam menetralkan kimus asam yang disalurkan oleh lambung ke dalam duodenum. Sementara enzimenzim pencernaan yang dihasilkan berperan dalam mencerna karbohidrat, protein dan lemak. Adapun bagian endokrin pankreas mensekresikan hormon-hormon metabolisme terutama insulin dan glukagon. Insulin berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Selain itu, insulin berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah dan secara fisiologi memiliki peranan yang berlawanan dengan glukagon. Kerusakan pada pankreas dapat menyebabkan penyakit diabetes mellitus yang jika berjalan kronis dapat mengakibatkan komplikasi pada berbagai organ lain, sehingga menyebabkan kematian (Guyton 1990). Sejauh ini informasi mengenai pankreas trenggiling dan berbagai aspek yang terkait belum dilaporkan. Oleh karena itu, penelitian mengenai morfologi pankreas trenggiling perlu dilakukan untuk memberikan dasar bagi penelitian-penelitian lain yang terkait dengan upaya pelestariannya. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari morfologi pankreas trenggiling (Manis javanica) dan pola distribusi sel-sel penghasil hormon yang terdapat di dalamnya. Manfaat Penelitian Data dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai morfologi pankreas trenggiling dan sel-sel penyusnnya, serta memperkaya data biologi satwa liar Indonesia, khususnya trenggiling (Manis javanica). TINJAUAN PUSTAKA Trenggiling Trenggiling (Manis javanica) merupakan spesies mamalia yang unik dan menarik, karena sisik yang menutupi bagian dorsal tubuhnya seperti reptil dan tidak memiliki gigi seperti unggas. Hewan ini menggunakan lidahnya yang panjang dan lengket oleh sekreta kelenjar ludah untuk menangkap pakannya yang berupa semut dan rayap. Trenggiling Jawa (M. javanica) mempunyai panjang tubuh 50-60 cm, panjang ekor 50-80 cm, dengan warna sisik kuning sawo sampai cokelat kehitam-hitaman dan kulit berwarna agak putih (Amir 1978). Dalam sistem klasifikasi trenggiling jawa termasuk kedalam : Ordo : Pholidota Famili : Manidae Genus : Manis Spesies : Manis javanica (Corbet dan Hill 1992). Pada umumnya trenggiling merupakan hewan nokturnal dan terestrial, kecuali M. tetradactyla yaitu diurnal dan arboreal. Pada siang hari trenggiling lebih banyak menghabiskan waktunya untuk tidur di dalam lubang-lubang atau di bawah dedaunan atau dicelah-celah pohon (Rahm 1990). Trenggiling termasuk mamalia pemakan semut sehingga sering disebut dengan myrmecophagous (Feldhamer et al. 1999) atau anteater. Trenggiling memakan semut dan rayap dengan menggali sarang rayap yang ada di bawah atau permukaan tanah dan di atas pohon dengan menggunakan cakar dari kaki depan (Rahm 1990). Karena trenggiling tidak mempunyai gigi, maka makanan tidak dihancurkan di dalam mulut melainkan makanan digiling di dalam lambungnya dengan bantuan batu kerikil yang tertelan (Nisa 2005). Pankreas Pankreas merupakan organ tubuh yang istimewa karena berfungsi ganda sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin. Sebagai kelenjar eksokrin pankreas berfungsi mensekresikan elektrolit dan enzim-enzim pankreas seperti amilase, lipase dan tripsin. Sedangkan sebagai kelenjar endokrin, pankreas berperan dalam menghasilkan hormon-hormon seperti glukagon, insulin, somatostatin dan polipeptida pankreas (PP). Fungsi endokrin pankreas dilakukan oleh pulau-pulau Langerhans yang tersebar dibagian eksokrin pankreas (Guyton 1990; Sundler dan Hakanson 1988). Organogenesis kelenjar pankreas diawali sebagai tunas pankreas dorsal dan ventral. Tunas pankreas dorsal berkembang dari duodenum dekat dengan tunas hati, sedangkan tunas ventral berkembang dari pangkal tunas hati. Dalam perkembangannya tunas pankreas ventral akan bermigrasi menyilang duodenum dan bersatu dengan tunas pankreas dorsal. Tunas ventral akan membentuk bagian kanan, sedangkan tunas dorsal akan membentuk bagian kiri. Saluran pankreas ventral akan menjadi duktus pankreatikus dan saluran pankreas dorsal akan menjadi duktus pankreas aksesoris (Gambar 1). Epitel endoderm tunas pankreas berproliferasi dan bercabang-cabang, dimana ujung cabangnya membentuk sel-sel asinar yang berfungsi sebagai kelenjar eksokrin yang akan menghasilkan enzim pencernaan. Diantara sel-sel asinar terdapat kumpulan sel-sel yang tidak memiliki saluran yaitu sel-sel pulau Langerhans. Pulau Langerhans berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang akan menghasilkan hormon insulin dan glukagon (Djuwita et.al. 2000). 4 6 4 6 7 6 7 3 1 5 7 2 1’ 2’ 3 2’ 2 1’ 2 Gambar 1 Perkembangan pankreas. A. tahap awal, B. tahap berikutnya memperlihatkan pemisahan saluran pada dua tunas pankreas, C. kedua tunas bersatu setelah pankreas ventral bermigrasi, 1. tunas hati., 1 . duktus hepatikus, 2. kantung empedu, 2 . duktus koledokus 3. tunas pankreas ventral, 4. tunas pankreas dorsal, 5. pankreas dorsal dan ventral yang telah menyatu, 6. lambung, 7. duodenum (Modifikasi dari : Dyce et. al 2003). Bagian Eksokrin Bagian eksokrin merupakan bagian yang utama dari pankreas. Bagian eksokrin terdiri atas sel-sel asinar yang mensekresikan enzim-enzim pencernaan. Selain itu, sel asinar juga mensekresikan natrium bikarbonat yang berfungsi menetralkan asam kimus yang dikeluarkan lambung ke dalam duodenum. Produk kombinasi dari zat-zat yang dihasilkan tersebut dialirkan melalui duktus pankreatikus yang panjang dan duktus asesorius (Gambar 2). Pada beberapa spesies saluran ini akan bergabung dengan duktus sistikus sebelum bermuara ke duodenum. Enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan oleh bagian eksokrin memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pencernaan secara enzimatik (Colville and Bassert 2002). Enzim-enzim pencernaan yang disekeresikan oleh pankreas adalah enzim-enzim pemecah protein (proteolitik), pemecah karbohidrat dan pemecah lemak (lipase). Enzim proteolitik pankreas adalah tripsin, kimotripsin, karboksipolipeptidase, ribonuklease, dan dioksiribonuklease. Enzim-enzim proteolitik ini disintesis oleh pankreas dalam bentuk tidak aktif seperti tripsinogen, kimotripsinogen, dan prokarboksipeptidase. Enzim-enzim ini menjadi aktif setelah disekresikan ke dalam saluran cerna. Tripsinogen diaktifkan oleh enzim enterokinase, yang disekresikan oleh mukosa usus ketika kimus mengadakan kontak dengan mukosa usus. Tripsinogen juga dapat diaktifkan oleh tripsin yang telah dibentuk. Kimotripsinogen diaktifkan oleh tripsin menjadi kimotripsin. Begitu pula prokarboksipeptidase diaktifkan dengan beberapa cara yang sama. Tripsin dan kimotripsin memisahkan seluruh dan sebagian protein yang dicerna menjadi peptida dari berbagai ukuran, tetapi tidak menyebabkan dikeluarkannya asam amino individual. Sebaliknya, karboksipolipaptidase akan memecah masing-masing asam amino dari ujung karboksil peptida. Nuklease memecah kedua tipe asam nukleat yaitu asam ribonukleat dan dioksiribonukleat. Enzim pemecah karbohidrat adalah amilase pankreas. Enzim ini akan menghidrolisis serat, glikogen dan sebagian besar karbohidrat lain selain selulosa untuk membentuk disakarida dan beberapa trisakarida. Sedangkan enzim utama pankreas untuk mencerna lemak adalah lipase, yang mampu menghidrolisis lemak netral menjadi asam lemak dan monogliserida; kolesterol esterase yang menyebabkan hidrolisis ester kolesterol; serta fosfolipase yang memecah asam lemak dari fosfolipid (Guyton 1990). Bila terjadi kerusakan yang berat pada pankreas atau terjadi penyumbatan pada saluran, maka sejumlah besar sekresi pankreas tertimbun dalam daerah yang rusak tersebut. Dalam keadaan ini, efek tripsin inhibitor kadang-kadang menjadi kewalahan dan sekresi pankreas dengan cepat menjadi aktif selanjutnya akan mencerna seluruh pankreas dalam beberapa jam, menimbulkan keadaan yang dinamakan pankreatitis akut. Hal ini sering menimbulkan kematian karena sering diikuti syok, dan bila tidak mematikan dapat mengakibatkan insufisiensi pankreas selama hidup (Guyton 1990). duktus pankreatikus permuaraan duktus pankreatikus pankreas yeyunum duodenum permuaraan duktus asesorius aorta abdominalis Gambar 2 skema organ pankreas dan permuaraan duktus pankreatikus ke duodenum (Modifikasi dari : http://www.google.com/pankreas/index.html) Bagian Endokrin Bagian endokrin dari pankreas terdiri atas sel-sel pucat yang terisolasi, tersebar diantara sel-sel asinar. Sel-sel ini bergabung menyerupai pulau yang disebut pulau Langerhans (Gambar 3). Pada pulau Langerhans mengandung setidaknya empat tipe sel endokrin yang berbeda, yang dapat dibedakan dari ciri morfologi dan pewarnaannya. Empat tipe sel ini adalah sel insulin, sel glukagon, sel somatostatin dan sel polipeptida pankreas (PP) yang telah diidentifikasi dengan kandungan hormon peptidanya. Sampai saat ini diketahui bahwa peptida dihasilkan oleh lima tipe sel. Pankreas manusia normal mempunyai hampir satu juta pulau Langerhans, setiap pulau Langerhans hanya berdiameter seratus mikron atau lebih. Sel beta merupakan sel yang terbanyak jumlahnya, kira-kira 62% dari seluruh sel Pulau Langerhans dan berfungsi mensekresikan insulin. Sel alfa yang mensekresikan glukagon berjumlah sekitar 15%, sel delta yang mensekresikan somatostatin sekitar 10%, sel PP sekitar 12% dan sel D1 mungkin kurang dari 1% (Rahier et al. 1983; cf. Lemmark 1985 dalam Sundler and Hakanson 1988). saluran kelenjar sel delta buluh darah sel asinar pulau Langerhans sel beta sel alfa Gambar 3 Gambar skematis pankreas dan lobulasinya. Inset menunjukkan sebuah lobulus pankreas dengan pulau Langerhans dan sel-sel asinar di sekitarnya. Pulau Langerhans disusun oleh sel-sel alfa, beta dan delta. (Modifikasi dari : http://www.google.com/pankreas/index.html) Susunan topografi sel-sel endokrin pada manusia adalah sel-sel insulin berada di tengah-tengah, sedangkan sel-sel glukagon dan sel polipeptida pankreas (PP) berada di parifer atau disepanjang tepi pulau Langerhans, adapun sel-sel somatostatin berada pada posisi yang cukup strategis, yaitu diantara sel-sel glukagon, sel-sel insulin serta sel-sel PP (Sundler dan Hakanson 1988). Susunan topografi dari sel-sel endokrin ini ternyata berbeda pada spesies hewan yang berbeda (Grimelius 1968). Pada pankreas sapi sel-sel glukagon berdistribusi di bagian perifer dari pulau Langerhans dan sel-sel insulin berdistribusi di bagian tengah dari pulau Langerhans (Dellmann dan Brown 1993) seperti halnya pada manusia (Grimelius 1968). Sebaliknya pada pankreas kuda sel-sel glukagon berdistribusi di bagian tengah dari pulau Langerhans dan sel-sel insulin berdistribusi di bagian perifer dari pulau Langerhans (Dellmann dan Brown 1993). Pada kebanyakan spesies termasuk manusia, sel PP tidak hanya ditemukan di dalam pulau Langerhans, tetapi dapat pula ditemukan sebagai sel tunggal atau membentuk kelompok kecil pada parenkim bagian eksokrin (Larsson et al. 1976 dalam Sundler and Hakanson 1988). Distribusi sel-sel endokrin tertentu yang tidak merata, khususnya sel PP dan glukagon mungkin disebabkan oleh asal usul embrional pankreas yang berasal dari dua cikal tunas yang berbeda, yaitu satu (cabang ventral) membentuk bagian duodenal dan lainnya (cabang dorsal) membentuk bagian limpa. Pulau-pulau Langerhans yang kaya akan sel A secara embrional berasal dari tunas pankreas dorsal, sedangkan pulau yang kaya akan sel F (polipeptida pankreas) berasal dari tunas pankreas ventral. Kedua tunas ini berasal dari tempat yang berbeda di duodenum (Orci dan Grasso 1982; Alumets et al. 1983 dalam Sundler and Hakanson 1988). Di dalam pulau-pulau Langerhans banyak terdapat kapiler dan umumnya suplai buluh darah arteri pertama kali mencapai sel-sel insulin kemudian melalui jaringan kapiler baru ke sel-sel yang terletak lebih perifer. Adanya pembuluh portal insulo-asinar sebagai pintu gerbang yang berfungsi dalam komunikasi vaskuler antara pulau dengan jaringan eksokrin di sekitarnya telah dilaporkan (Fujita et al. 1981). Pankreas domba mempunyai lobulasi yang jelas ditandai dengan septa inter lobaris yang jelas, tetapi batas antara bagian endokrin (pulau Langerhans) dan bagian eksokrin tidak jelas. Sebaliknya pankreas kambing mempunyai bagian endokrin yang jelas batasnya dengan bagian eksokrin, tetapi lobulasinya kurang jelas. Pulau Langerhans tersebar diantara eksokrin pankreas, dengan frekuensi terbanyak didapatkan pada pankreas bagian kanan (head), diikuti bagian kiri (tail) dan tengah (body). Pankreas kambing mempunyai bagian endokrin yang lebih banyak dibanding dengan pankreas domba (Adnyane 1998). Sel-sel (A) penghasil Glukagon Sel-sel A pada pulau Langerhans merupakan sel yang mensekresikan glukagon sewaktu glukosa darah berkurang. Pankreas bagian limpa (dorsal) mengandung lebih banyak sel glukagon daripada bagian duodenum (ventral) (Orci et al. 1976 dalam Sundler and Hakanson 1988). Pada umumnya sel-sel penghasil hormon glukagon pada pankreas berbentuk polimorfik, bulat, oval atau hampir segitiga dengan butir-butir sitoplasma yang terletak bipolar. Sel-sel ini berdistribusi pada bagian perifer dari pulau Langerhans. Sel-sel ini sangat bersifat argirofil pada pewarnaan Grimelius dan non-argentafin. Jumlah sel-sel glukagon berbanding lurus dengan pulau Langerhans. Penelitian tentang distribusi, frekuensi dan morfologi dari sel-sel penghasil hormon pada saluran pencernaan hewan telah banyak dilaporkan (Oomori et al. 1980). Sel-sel yang mengandung glukagon dan memilki gambaran ultrastruktur yang sama dengan sel glukagon pankreas, ditemukan agak banyak pada lambung anjing dan kucing (Larsson et al. 1975 dalam Sundler and Hakanson 1988). Glukagon memiliki beberapa fungsi yang bertentangan dengan fungsi insulin. Fungsi yang paling penting dari hormon ini adalah dapat meningkatkan besarnya konsentrasi glukosa darah. Efek utama dari glukagon terhadap metabolisme glukosa adalah pemecahan glikogen hati (glikogenolisis) dan meningkatkan proses glukoneogenesis di dalam hati. Kedua efek ini akan menambah persediaan glukosa di organ-organ tubuh lainnya (Guyton 1990). Glukagon merupakan polipeptida yang memiliki rantai tunggal dan tersusun atas 29 asam amino. Seperti hormon polipeptida yang lain, sintesis glukagon diawali di dalam retikulum endoplasma dan sintesis akhir terjadi di dalam granul sekretori. Glukagon dilepaskan secara eksositosis dan sebagian besar metabolisme glukagon dilakukan oleh hati dan ginjal (Cunningham 2002). Sel-sel (B) penghasil Insulin Sel beta merupakan populasi terbesar pada pulau Langerhans. Sel-sel ini memiliki bentuk bulat, umumnya berkumpul bersama pada bagian tengah pulau. Pada umumnya sel insulin atau sel beta adalah non-argirofil. Telah diteliti pada tikus, bahwa sel-sel beta banyak mengandung GABA (Gamma Amino Butiric Acid). Secara ultrastruktur sel-sel tersebut ditandai dengan granul-granul sekretori yang agak besar dengan kerapatan elektron sedang. Kadang-kadang inti yang bentuknya tidak beraturan atau berbentuk seperti kristal terpisah dari membran pembatas oleh celah atau daerah kosong yang agak lebar (Okada 1986 dalam Sundler and Hakanson 1988). Sel beta di pulau Langerhans memproduksi hormon insulin yang berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah dan secara fisiologis memiliki peranan yang berlawanan dengan glukagon. Pengaturan fisiologis kadar glukosa darah sebagian besar tergantung dari: pemecahan glukosa, sintesis glikogen, dan glikogenesis. Insulin mempercepat transportasi glukosa dari darah ke dalam sel, khususnya serabut otot rangka. Glukosa masuk ke dalam sel tergantung dari keberadaan reseptor insulin yang ada di permukaan sel target. Insulin juga mempercepat perubahan glukosa menjadi glikogen, menurunkan glycogenolysis dan glukoneogenesis, menstimulasi perubahan glukosa atau zat gizi lainnya ke dalam asam lemak (lipogenesis), dan membantu menstimulasi sintesis protein (Cunningham 2002). Insulin memiliki efek terhadap berbagai jaringan tubuh seperti jaringan adiposa, otot dan hati (Tabel 1). Tabel 1. Efek insulin terhadap berbagai jaringan Jaringan Jaringan Adiposa Otot Hati Umum • • • • • • • • • • • • • • • • • • • Efek Meningkatkan masuknya glukosa Meningkatkan sintesis asam lemak Meningkatkan sintesis gliserol fospat Meningkatkan pengendapan trigliserida Mengaktifkan lipoprotein lipase Menghambat lipase peka hormon Meningkatkan penggunaan K+ Meningkatkan masuknya glukosa Meningkatkan sintesis glikogen Meningkatkan penggunaan asam amino Meningkatkan sintesis protein di ribosom Menurunkan katabolisme protein Menurunkan pelepasan asam-asam amino glukoneogenik Meningkatkan penggunaan keton Meningkatkan penggunaan K+ Menurunkan ketogenesis Meningkatkan sintesis protein Meningkatkan sintesis lemak Menurunkan pengeluaran glukosa akibat penurunan glukoneogenesis dan peningkatan sintesis glukosa • Meningkatkan pertumbuhan sel (Sumber : http://www.google.com/pankreas/index.html). Insulin merupakan protein kecil yang terdiri atas dua rantai asam amino. Rantai satu dengan rantai lainnya dihubungkan dengan rantai disulfida. Bila dua rantai dipisah maka aktivitas fungsional dari insulin akan hilang (Guyton 1990). Sel-sel (D) penghasil Somatostatin Sel D merupakan sel yang mensekresikan somatostatin. Sel ini menyusun sekitar 10% sel-sel pulau Langerhans dan seringkali dilengkapi dengan penjuluran sitoplasma, memberikan penampilan sebagai parakrin (Sundler and Hakanson 1988). Sel-sel D umumnya tersebar tidak beraturan di luar kumpulan sel-sel di bagian tengah pulau yang tersusun oleh sel insulin. Oleh karena itu sebuah sel ini dapat berhubungan dengan sel insulin maupun gukagon melalui penjuluran sitoplasmanya. Sel-sel somatostatin terwarnai dengan pewarnaan argirofil Davenport dan Hellerstrom-Hellman, tetapi tidak terwarnai dengan Grimelius atau Sevier-Munger. Granul-granul sekretori memiliki kerapatan elektron lemah sampai sedang dengan membran pembatas melekat ke inti. Ukuran granul sangat bervariasi di antara spesies, seperti pada kucing dan manusia berukuran besar, sementara pada tikus kecil. Penelitian pada tikus, telah menemukan adanya peptida CGRP-like (Calcitonin Gene Related Peptide-like) pada sel-sel somatostatin pankreas (Petterson et al. 1986 dalam Sundler and Hakanson 1988). Sel D terdiri atas 14 asam amino yang mempunyai waktu paruh sangat singkat hanya dua menit. Hampir semua faktor yang berhubungan dengan pencernaan makanan akan merangsang timbulnya sekresi somatostatin. Faktorfaktor tersebut adalah naiknya kadar glukosa darah, naiknya kadar asam amino, naiknya kadar asam lemak, dan naiknya konsentrasi beberapa macam hormon pencernaan yang dilepaskan oleh bagian atas saluran cerna (Guyton 1990). Sel-sel (F) penghasil Polipeptida Pankreas Sel-sel PP berbentuk bulat atau lonjong, kadang memiliki penjuluran sitoplasma memberikan penampilan sebagai parakrin. Granul-granul berukuran kecil, berbentuk bulat atau oval dengan sedikit kerapatan elektron dan membran yang melekat erat. Pada spesies tertentu seperti kucing dan anjing, granul sel PP sedikit besar dan bervariasi serta kebanyakan memiliki kerapatan elektron rendah. Pada kebanyakan spesies termasuk manusia Sel-sel PP terdapat di tepi pulau. Polipeptida pankreas merupakan hormon pankreas yang memiliki 36 asam amino yang pertama kali ditemukan sebagai kontaminan insulin. Fungsi fisiologis PP masih belum banyak diketahui. Sel-sel penyimpan PP tersebar tidak merata pada pankreas. (Larsson et al. 1976 dalam Sundler and Hakanson 1988). Sel-sel D1 Sel-sel D1 kadang-kadang ditemukan pada pulau Langerhans dan dikenali dengan gambaran ultrastruktur granul-granul sekretorinya yang sangat mirip dengan sel D kecuali ukurannya. Granul-granul tersebut berukuran kecil dan bulat dengan inti yang umumnya memiliki kerapatan elektron lemah sampai sedang serta membran yang melekat erat. Hormon peptida yang dihasilkan oleh sel D1 masih belum diidentifikasi (Larsson et al. 1976; Solcia et al. 1987 dalam Sundler and Hakanson 1988). TINJAUAN PUSTAKA Trenggiling Trenggiling (Manis javanica) merupakan spesies mamalia yang unik dan menarik, karena sisik yang menutupi bagian dorsal tubuhnya seperti reptil dan tidak memiliki gigi seperti unggas. Hewan ini menggunakan lidahnya yang panjang dan lengket oleh sekreta kelenjar ludah untuk menangkap pakannya yang berupa semut dan rayap. Trenggiling Jawa (M. javanica) mempunyai panjang tubuh 50-60 cm, panjang ekor 50-80 cm, dengan warna sisik kuning sawo sampai cokelat kehitam-hitaman dan kulit berwarna agak putih (Amir 1978). Dalam sistem klasifikasi trenggiling jawa termasuk kedalam : Ordo : Pholidota Famili : Manidae Genus : Manis Spesies : Manis javanica (Corbet dan Hill 1992). Pada umumnya trenggiling merupakan hewan nokturnal dan terestrial, kecuali M. tetradactyla yaitu diurnal dan arboreal. Pada siang hari trenggiling lebih banyak menghabiskan waktunya untuk tidur di dalam lubang-lubang atau di bawah dedaunan atau dicelah-celah pohon (Rahm 1990). Trenggiling termasuk mamalia pemakan semut sehingga sering disebut dengan myrmecophagous (Feldhamer et al. 1999) atau anteater. Trenggiling memakan semut dan rayap dengan menggali sarang rayap yang ada di bawah atau permukaan tanah dan di atas pohon dengan menggunakan cakar dari kaki depan (Rahm 1990). Karena trenggiling tidak mempunyai gigi, maka makanan tidak dihancurkan di dalam mulut melainkan makanan digiling di dalam lambungnya dengan bantuan batu kerikil yang tertelan (Nisa 2005). Pankreas Pankreas merupakan organ tubuh yang istimewa karena berfungsi ganda sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin. Sebagai kelenjar eksokrin pankreas berfungsi mensekresikan elektrolit dan enzim-enzim pankreas seperti amilase, lipase dan tripsin. Sedangkan sebagai kelenjar endokrin, pankreas berperan dalam menghasilkan hormon-hormon seperti glukagon, insulin, somatostatin dan polipeptida pankreas (PP). Fungsi endokrin pankreas dilakukan oleh pulau-pulau Langerhans yang tersebar dibagian eksokrin pankreas (Guyton 1990; Sundler dan Hakanson 1988). Organogenesis kelenjar pankreas diawali sebagai tunas pankreas dorsal dan ventral. Tunas pankreas dorsal berkembang dari duodenum dekat dengan tunas hati, sedangkan tunas ventral berkembang dari pangkal tunas hati. Dalam perkembangannya tunas pankreas ventral akan bermigrasi menyilang duodenum dan bersatu dengan tunas pankreas dorsal. Tunas ventral akan membentuk bagian kanan, sedangkan tunas dorsal akan membentuk bagian kiri. Saluran pankreas ventral akan menjadi duktus pankreatikus dan saluran pankreas dorsal akan menjadi duktus pankreas aksesoris (Gambar 1). Epitel endoderm tunas pankreas berproliferasi dan bercabang-cabang, dimana ujung cabangnya membentuk sel-sel asinar yang berfungsi sebagai kelenjar eksokrin yang akan menghasilkan enzim pencernaan. Diantara sel-sel asinar terdapat kumpulan sel-sel yang tidak memiliki saluran yaitu sel-sel pulau Langerhans. Pulau Langerhans berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang akan menghasilkan hormon insulin dan glukagon (Djuwita et.al. 2000). 4 6 4 6 7 6 7 3 1 5 7 2 1’ 2’ 3 2’ 2 1’ 2 Gambar 1 Perkembangan pankreas. A. tahap awal, B. tahap berikutnya memperlihatkan pemisahan saluran pada dua tunas pankreas, C. kedua tunas bersatu setelah pankreas ventral bermigrasi, 1. tunas hati., 1 . duktus hepatikus, 2. kantung empedu, 2 . duktus koledokus 3. tunas pankreas ventral, 4. tunas pankreas dorsal, 5. pankreas dorsal dan ventral yang telah menyatu, 6. lambung, 7. duodenum (Modifikasi dari : Dyce et. al 2003). Bagian Eksokrin Bagian eksokrin merupakan bagian yang utama dari pankreas. Bagian eksokrin terdiri atas sel-sel asinar yang mensekresikan enzim-enzim pencernaan. Selain itu, sel asinar juga mensekresikan natrium bikarbonat yang berfungsi menetralkan asam kimus yang dikeluarkan lambung ke dalam duodenum. Produk kombinasi dari zat-zat yang dihasilkan tersebut dialirkan melalui duktus pankreatikus yang panjang dan duktus asesorius (Gambar 2). Pada beberapa spesies saluran ini akan bergabung dengan duktus sistikus sebelum bermuara ke duodenum. Enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan oleh bagian eksokrin memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pencernaan secara enzimatik (Colville and Bassert 2002). Enzim-enzim pencernaan yang disekeresikan oleh pankreas adalah enzim-enzim pemecah protein (proteolitik), pemecah karbohidrat dan pemecah lemak (lipase). Enzim proteolitik pankreas adalah tripsin, kimotripsin, karboksipolipeptidase, ribonuklease, dan dioksiribonuklease. Enzim-enzim proteolitik ini disintesis oleh pankreas dalam bentuk tidak aktif seperti tripsinogen, kimotripsinogen, dan prokarboksipeptidase. Enzim-enzim ini menjadi aktif setelah disekresikan ke dalam saluran cerna. Tripsinogen diaktifkan oleh enzim enterokinase, yang disekresikan oleh mukosa usus ketika kimus mengadakan kontak dengan mukosa usus. Tripsinogen juga dapat diaktifkan oleh tripsin yang telah dibentuk. Kimotripsinogen diaktifkan oleh tripsin menjadi kimotripsin. Begitu pula prokarboksipeptidase diaktifkan dengan beberapa cara yang sama. Tripsin dan kimotripsin memisahkan seluruh dan sebagian protein yang dicerna menjadi peptida dari berbagai ukuran, tetapi tidak menyebabkan dikeluarkannya asam amino individual. Sebaliknya, karboksipolipaptidase akan memecah masing-masing asam amino dari ujung karboksil peptida. Nuklease memecah kedua tipe asam nukleat yaitu asam ribonukleat dan dioksiribonukleat. Enzim pemecah karbohidrat adalah amilase pankreas. Enzim ini akan menghidrolisis serat, glikogen dan sebagian besar karbohidrat lain selain selulosa untuk membentuk disakarida dan beberapa trisakarida. Sedangkan enzim utama pankreas untuk mencerna lemak adalah lipase, yang mampu menghidrolisis lemak netral menjadi asam lemak dan monogliserida; kolesterol esterase yang menyebabkan hidrolisis ester kolesterol; serta fosfolipase yang memecah asam lemak dari fosfolipid (Guyton 1990). Bila terjadi kerusakan yang berat pada pankreas atau terjadi penyumbatan pada saluran, maka sejumlah besar sekresi pankreas tertimbun dalam daerah yang rusak tersebut. Dalam keadaan ini, efek tripsin inhibitor kadang-kadang menjadi kewalahan dan sekresi pankreas dengan cepat menjadi aktif selanjutnya akan mencerna seluruh pankreas dalam beberapa jam, menimbulkan keadaan yang dinamakan pankreatitis akut. Hal ini sering menimbulkan kematian karena sering diikuti syok, dan bila tidak mematikan dapat mengakibatkan insufisiensi pankreas selama hidup (Guyton 1990). duktus pankreatikus permuaraan duktus pankreatikus pankreas yeyunum duodenum permuaraan duktus asesorius aorta abdominalis Gambar 2 skema organ pankreas dan permuaraan duktus pankreatikus ke duodenum (Modifikasi dari : http://www.google.com/pankreas/index.html) Bagian Endokrin Bagian endokrin dari pankreas terdiri atas sel-sel pucat yang terisolasi, tersebar diantara sel-sel asinar. Sel-sel ini bergabung menyerupai pulau yang disebut pulau Langerhans (Gambar 3). Pada pulau Langerhans mengandung setidaknya empat tipe sel endokrin yang berbeda, yang dapat dibedakan dari ciri morfologi dan pewarnaannya. Empat tipe sel ini adalah sel insulin, sel glukagon, sel somatostatin dan sel polipeptida pankreas (PP) yang telah diidentifikasi dengan kandungan hormon peptidanya. Sampai saat ini diketahui bahwa peptida dihasilkan oleh lima tipe sel. Pankreas manusia normal mempunyai hampir satu juta pulau Langerhans, setiap pulau Langerhans hanya berdiameter seratus mikron atau lebih. Sel beta merupakan sel yang terbanyak jumlahnya, kira-kira 62% dari seluruh sel Pulau Langerhans dan berfungsi mensekresikan insulin. Sel alfa yang mensekresikan glukagon berjumlah sekitar 15%, sel delta yang mensekresikan somatostatin sekitar 10%, sel PP sekitar 12% dan sel D1 mungkin kurang dari 1% (Rahier et al. 1983; cf. Lemmark 1985 dalam Sundler and Hakanson 1988). saluran kelenjar sel delta buluh darah sel asinar pulau Langerhans sel beta sel alfa Gambar 3 Gambar skematis pankreas dan lobulasinya. Inset menunjukkan sebuah lobulus pankreas dengan pulau Langerhans dan sel-sel asinar di sekitarnya. Pulau Langerhans disusun oleh sel-sel alfa, beta dan delta. (Modifikasi dari : http://www.google.com/pankreas/index.html) Susunan topografi sel-sel endokrin pada manusia adalah sel-sel insulin berada di tengah-tengah, sedangkan sel-sel glukagon dan sel polipeptida pankreas (PP) berada di parifer atau disepanjang tepi pulau Langerhans, adapun sel-sel somatostatin berada pada posisi yang cukup strategis, yaitu diantara sel-sel glukagon, sel-sel insulin serta sel-sel PP (Sundler dan Hakanson 1988). Susunan topografi dari sel-sel endokrin ini ternyata berbeda pada spesies hewan yang berbeda (Grimelius 1968). Pada pankreas sapi sel-sel glukagon berdistribusi di bagian perifer dari pulau Langerhans dan sel-sel insulin berdistribusi di bagian tengah dari pulau Langerhans (Dellmann dan Brown 1993) seperti halnya pada manusia (Grimelius 1968). Sebaliknya pada pankreas kuda sel-sel glukagon berdistribusi di bagian tengah dari pulau Langerhans dan sel-sel insulin berdistribusi di bagian perifer dari pulau Langerhans (Dellmann dan Brown 1993). Pada kebanyakan spesies termasuk manusia, sel PP tidak hanya ditemukan di dalam pulau Langerhans, tetapi dapat pula ditemukan sebagai sel tunggal atau membentuk kelompok kecil pada parenkim bagian eksokrin (Larsson et al. 1976 dalam Sundler and Hakanson 1988). Distribusi sel-sel endokrin tertentu yang tidak merata, khususnya sel PP dan glukagon mungkin disebabkan oleh asal usul embrional pankreas yang berasal dari dua cikal tunas yang berbeda, yaitu satu (cabang ventral) membentuk bagian duodenal dan lainnya (cabang dorsal) membentuk bagian limpa. Pulau-pulau Langerhans yang kaya akan sel A secara embrional berasal dari tunas pankreas dorsal, sedangkan pulau yang kaya akan sel F (polipeptida pankreas) berasal dari tunas pankreas ventral. Kedua tunas ini berasal dari tempat yang berbeda di duodenum (Orci dan Grasso 1982; Alumets et al. 1983 dalam Sundler and Hakanson 1988). Di dalam pulau-pulau Langerhans banyak terdapat kapiler dan umumnya suplai buluh darah arteri pertama kali mencapai sel-sel insulin kemudian melalui jaringan kapiler baru ke sel-sel yang terletak lebih perifer. Adanya pembuluh portal insulo-asinar sebagai pintu gerbang yang berfungsi dalam komunikasi vaskuler antara pulau dengan jaringan eksokrin di sekitarnya telah dilaporkan (Fujita et al. 1981). Pankreas domba mempunyai lobulasi yang jelas ditandai dengan septa inter lobaris yang jelas, tetapi batas antara bagian endokrin (pulau Langerhans) dan bagian eksokrin tidak jelas. Sebaliknya pankreas kambing mempunyai bagian endokrin yang jelas batasnya dengan bagian eksokrin, tetapi lobulasinya kurang jelas. Pulau Langerhans tersebar diantara eksokrin pankreas, dengan frekuensi terbanyak didapatkan pada pankreas bagian kanan (head), diikuti bagian kiri (tail) dan tengah (body). Pankreas kambing mempunyai bagian endokrin yang lebih banyak dibanding dengan pankreas domba (Adnyane 1998). Sel-sel (A) penghasil Glukagon Sel-sel A pada pulau Langerhans merupakan sel yang mensekresikan glukagon sewaktu glukosa darah berkurang. Pankreas bagian limpa (dorsal) mengandung lebih banyak sel glukagon daripada bagian duodenum (ventral) (Orci et al. 1976 dalam Sundler and Hakanson 1988). Pada umumnya sel-sel penghasil hormon glukagon pada pankreas berbentuk polimorfik, bulat, oval atau hampir segitiga dengan butir-butir sitoplasma yang terletak bipolar. Sel-sel ini berdistribusi pada bagian perifer dari pulau Langerhans. Sel-sel ini sangat bersifat argirofil pada pewarnaan Grimelius dan non-argentafin. Jumlah sel-sel glukagon berbanding lurus dengan pulau Langerhans. Penelitian tentang distribusi, frekuensi dan morfologi dari sel-sel penghasil hormon pada saluran pencernaan hewan telah banyak dilaporkan (Oomori et al. 1980). Sel-sel yang mengandung glukagon dan memilki gambaran ultrastruktur yang sama dengan sel glukagon pankreas, ditemukan agak banyak pada lambung anjing dan kucing (Larsson et al. 1975 dalam Sundler and Hakanson 1988). Glukagon memiliki beberapa fungsi yang bertentangan dengan fungsi insulin. Fungsi yang paling penting dari hormon ini adalah dapat meningkatkan besarnya konsentrasi glukosa darah. Efek utama dari glukagon terhadap metabolisme glukosa adalah pemecahan glikogen hati (glikogenolisis) dan meningkatkan proses glukoneogenesis di dalam hati. Kedua efek ini akan menambah persediaan glukosa di organ-organ tubuh lainnya (Guyton 1990). Glukagon merupakan polipeptida yang memiliki rantai tunggal dan tersusun atas 29 asam amino. Seperti hormon polipeptida yang lain, sintesis glukagon diawali di dalam retikulum endoplasma dan sintesis akhir terjadi di dalam granul sekretori. Glukagon dilepaskan secara eksositosis dan sebagian besar metabolisme glukagon dilakukan oleh hati dan ginjal (Cunningham 2002). Sel-sel (B) penghasil Insulin Sel beta merupakan populasi terbesar pada pulau Langerhans. Sel-sel ini memiliki bentuk bulat, umumnya berkumpul bersama pada bagian tengah pulau. Pada umumnya sel insulin atau sel beta adalah non-argirofil. Telah diteliti pada tikus, bahwa sel-sel beta banyak mengandung GABA (Gamma Amino Butiric Acid). Secara ultrastruktur sel-sel tersebut ditandai dengan granul-granul sekretori yang agak besar dengan kerapatan elektron sedang. Kadang-kadang inti yang bentuknya tidak beraturan atau berbentuk seperti kristal terpisah dari membran pembatas oleh celah atau daerah kosong yang agak lebar (Okada 1986 dalam Sundler and Hakanson 1988). Sel beta di pulau Langerhans memproduksi hormon insulin yang berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah dan secara fisiologis memiliki peranan yang berlawanan dengan glukagon. Pengaturan fisiologis kadar glukosa darah sebagian besar tergantung dari: pemecahan glukosa, sintesis glikogen, dan glikogenesis. Insulin mempercepat transportasi glukosa dari darah ke dalam sel, khususnya serabut otot rangka. Glukosa masuk ke dalam sel tergantung dari keberadaan reseptor insulin yang ada di permukaan sel target. Insulin juga mempercepat perubahan glukosa menjadi glikogen, menurunkan glycogenolysis dan glukoneogenesis, menstimulasi perubahan glukosa atau zat gizi lainnya ke dalam asam lemak (lipogenesis), dan membantu menstimulasi sintesis protein (Cunningham 2002). Insulin memiliki efek terhadap berbagai jaringan tubuh seperti jaringan adiposa, otot dan hati (Tabel 1). Tabel 1. Efek insulin terhadap berbagai jaringan Jaringan Jaringan Adiposa Otot Hati Umum • • • • • • • • • • • • • • • • • • • Efek Meningkatkan masuknya glukosa Meningkatkan sintesis asam lemak Meningkatkan sintesis gliserol fospat Meningkatkan pengendapan trigliserida Mengaktifkan lipoprotein lipase Menghambat lipase peka hormon Meningkatkan penggunaan K+ Meningkatkan masuknya glukosa Meningkatkan sintesis glikogen Meningkatkan penggunaan asam amino Meningkatkan sintesis protein di ribosom Menurunkan katabolisme protein Menurunkan pelepasan asam-asam amino glukoneogenik Meningkatkan penggunaan keton Meningkatkan penggunaan K+ Menurunkan ketogenesis Meningkatkan sintesis protein Meningkatkan sintesis lemak Menurunkan pengeluaran glukosa akibat penurunan glukoneogenesis dan peningkatan sintesis glukosa • Meningkatkan pertumbuhan sel (Sumber : http://www.google.com/pankreas/index.html). Insulin merupakan protein kecil yang terdiri atas dua rantai asam amino. Rantai satu dengan rantai lainnya dihubungkan dengan rantai disulfida. Bila dua rantai dipisah maka aktivitas fungsional dari insulin akan hilang (Guyton 1990). Sel-sel (D) penghasil Somatostatin Sel D merupakan sel yang mensekresikan somatostatin. Sel ini menyusun sekitar 10% sel-sel pulau Langerhans dan seringkali dilengkapi dengan penjuluran sitoplasma, memberikan penampilan sebagai parakrin (Sundler and Hakanson 1988). Sel-sel D umumnya tersebar tidak beraturan di luar kumpulan sel-sel di bagian tengah pulau yang tersusun oleh sel insulin. Oleh karena itu sebuah sel ini dapat berhubungan dengan sel insulin maupun gukagon melalui penjuluran sitoplasmanya. Sel-sel somatostatin terwarnai dengan pewarnaan argirofil Davenport dan Hellerstrom-Hellman, tetapi tidak terwarnai dengan Grimelius atau Sevier-Munger. Granul-granul sekretori memiliki kerapatan elektron lemah sampai sedang dengan membran pembatas melekat ke inti. Ukuran granul sangat bervariasi di antara spesies, seperti pada kucing dan manusia berukuran besar, sementara pada tikus kecil. Penelitian pada tikus, telah menemukan adanya peptida CGRP-like (Calcitonin Gene Related Peptide-like) pada sel-sel somatostatin pankreas (Petterson et al. 1986 dalam Sundler and Hakanson 1988). Sel D terdiri atas 14 asam amino yang mempunyai waktu paruh sangat singkat hanya dua menit. Hampir semua faktor yang berhubungan dengan pencernaan makanan akan merangsang timbulnya sekresi somatostatin. Faktorfaktor tersebut adalah naiknya kadar glukosa darah, naiknya kadar asam amino, naiknya kadar asam lemak, dan naiknya konsentrasi beberapa macam hormon pencernaan yang dilepaskan oleh bagian atas saluran cerna (Guyton 1990). Sel-sel (F) penghasil Polipeptida Pankreas Sel-sel PP berbentuk bulat atau lonjong, kadang memiliki penjuluran sitoplasma memberikan penampilan sebagai parakrin. Granul-granul berukuran kecil, berbentuk bulat atau oval dengan sedikit kerapatan elektron dan membran yang melekat erat. Pada spesies tertentu seperti kucing dan anjing, granul sel PP sedikit besar dan bervariasi serta kebanyakan memiliki kerapatan elektron rendah. Pada kebanyakan spesies termasuk manusia Sel-sel PP terdapat di tepi pulau. Polipeptida pankreas merupakan hormon pankreas yang memiliki 36 asam amino yang pertama kali ditemukan sebagai kontaminan insulin. Fungsi fisiologis PP masih belum banyak diketahui. Sel-sel penyimpan PP tersebar tidak merata pada pankreas. (Larsson et al. 1976 dalam Sundler and Hakanson 1988). Sel-sel D1 Sel-sel D1 kadang-kadang ditemukan pada pulau Langerhans dan dikenali dengan gambaran ultrastruktur granul-granul sekretorinya yang sangat mirip dengan sel D kecuali ukurannya. Granul-granul tersebut berukuran kecil dan bulat dengan inti yang umumnya memiliki kerapatan elektron lemah sampai sedang serta membran yang melekat erat. Hormon peptida yang dihasilkan oleh sel D1 masih belum diidentifikasi (Larsson et al. 1976; Solcia et al. 1987 dalam Sundler and Hakanson 1988). BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Anatomi, Bagian Anatomi, Histologi dan Embriologi (AHE), Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi (AFF), Fakultas Kedokteran Hewan, Instistut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai pada bulan Juli 2006 sampai dengan bulan Juli 2007. Bahan dan Alamat Penelitian Penelitian ini menggunakan spesimen dua ekor trenggiling Jawa (Manis javanica) yang sama dengan bahan penelitian disertai Nisa (2005). Spesimen telah diawetkan dalam larutan Bouin dan disimpan dalam alkohol 70%. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70%, 80%,90%,95%,100% untuk dehidrasi, Xylol untuk penjernihan, parafin p.a (56-58°C) untuk infiltrasi dan embedding, zat-zat warna Hematoksilin-Eosin (HE), bahan-bahan untuk impregnasi perak (Grimelius 1968) dan larutan resin (Entelan® , Merck) untuk mounting. Peralatan yang digunakan adalah peralatan bedah seperti pisau bedah, gunting, pinset, mikrotom, mikroskop dan peralatan fotografi. Metode Penelitian Organ pankreas M. javanica yang sudah disimpan dalam alkohol 70% diamati bentuk dan bagian-bagiannya kemudian dilakukan pengukuran terhadap panjang, lebar dan berat. Pengukuran panjang dan lebar dilakukan pada setiap bagian pankreas. Pengukuran panjang dilakukan pada bagian terpanjang dari pankreas sedangkan pengukuran lebar dilakukan pada bagian terlebar dari pankreas. Setelah pengukuran selesai, maka dilakukan pemotretan secara keseluruhan dari organ pankreas tersebut dengan menggunakan kamera digital Nikon A95. Organ pankreas dari berbagai lobus dipotong kira-kira 1 x 0,5 cm. Kemudian dilakukan proses dehidrasi untuk menarik air dalam jaringan dengan menggunakan alkohol dengan konsentrasi bertingkat yaitu: Alkohol 70% (6-12 jam), Alkohol 80% (6-12 jam), Alkohol 90% (6-12 jam), Alkohol 95% (612 jam), Absolut I (3-6 jam), Absolut II (3-6 jam), Absolut III (3-6 jam). Kemudian dilakukan penjernihan (clearning) untuk mengeliminir sisa-sisa bahan yang akan mengganggu. Penjernihan ini dilakukan dengan menggunakan xylol dengan pengulangan sebanyak tiga kali (xylol I, II, III) yang diharapkan akan menyempurnakan proses penjernihan dan mengisi bagian-bagian jaringan yang telah dikeluarkan airnya. Xylol I dan II dilakukan dalam suhu ruangan selama 1-2 jam, sedangkan untuk xylol III dilakukan 30 menit di suhu ruang dan 30 menit dalam inkubator parafin (60-63ºC). Setelah itu dilakukan proses infiltrasi dengan parafin di dalam inkubator parafin. Infiltrasi parafin dilakukan dengan ulangan tiga kali untuk menyempurnakan proses infiltrasi masing-masing selama 30 menit. Setelah itu dilakukan penanaman (Embedding) jaringan untuk dijadikan blok parafin. Setelah parafin beku, kemudian dilakukan pembuatan blok dan dilekatkan pada balok kayu kecil. Blok disayat menggunakan mikrotom rotary atau sliding dengan ketebalan 5 µm. Pemotongan awal (trimming) dilakukan sampai sayatan mencapai jaringan secara utuh. Hasil sayatan kemudian dilekatkan di atas gelas obyek bersih yang sudah dipersiapkan dan direndam dalam alkohol 70%. Hasil sayatan diberi label, dilekatkan di atas slide plate, diinkubasi di dalam inkubator selama satu malam. Setelah itu dilakukan pewarnaan HE untuk mengamati struktur umum dari pankreas serta pewarnaan impregnasi perak Grimelius untuk melihat gambaran sel-sel penghasil hormon. Pengamatan mikroskopik meliputi pengamatan stuktur umum pankreas dan pengamatan terhadap distribusi sel-sel endokrin pada pulau Langerhans. Hasil pewarnaan diamati dengan menggunakan mikroskop dan dilakukan pemotretan dengan kamera digital Nikon A95. HASIL Pengamatan Makroskopis Pengamatan makroskopis menunjukkan bahwa pankeas trenggiling terbagi menjadi tiga bagian yaitu : Kepala (head), dorsal dan ventral. Pankreas bagian kepala merupakan bagian utama pada pankreas yang terletak di kaudal lambung dan di anterior vertebrae lumbalis pertama. Bagian ventral merupakan bagian yang paling lebar, terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan duodenum. Sedangkan bagian dorsal merupakan bagian yang paling panjang terletak di sebelah kiri rongga abdomen dan ujungnya berbatasan dengan limpa (Gambar 4). Pankreas memiliki saluran untuk mengalirkan hasil sekretanya yaitu duktus pankreatikus yang akan bergabung dengan duktus sistikus dari hati dan bermuara ke duodenum. A D B C Gambar 4 Organ pankreas trenggiling (M. javanica). Bagian-bagian pankreas trenggiling terdiri atas bagian head terletak di kaudal lambung (A), bagian dorsal merupakan bagian yang paling panjang tetapi sempit (B), dan bagian ventral merupakan bagian yang paling lebar tetapi pendek (C) serta duodenum tempat permuaraan duktus pankreatikus (D). Bar = 1cm Ukuran panjang, lebar dan berat organ pankreas trenggiling bervariasi dipengaruhi oleh jenis kelamin dan bobot badan. Panjang dan lebar bagian head dan dorsal pankreas trenggiling jantan lebih besar dibanding trenggiling betina, namun ukuran bagian ventral pankreas betina lebih besar (Tabel 2). Begitu pula proporsi berat pankreas trenggiling jantan (0,31%) lebih besar daripada betina (0,16%) (Tabel 3). Tabel 2. Data ukuran panjang dan lebar bagian head, dorsal dan ventral pankreas trenggiling (M. javanica).* No jenis kelamin Panjang (cm) Lebar (cm) Head Dorsal Ventral Head Dorsal Ventral 1 2,40 7,50 5,40 0,80 1,20 2,20 2 3,70 8,70 4,10 2,50 1,50 1,40 3,05±0,9 2 8,10±0,8 5 4,75±0,9 2 1,65±1,20 1,35±0,2 1 1,80±0,5 7 Rata-rata Tabel 3. Persentase berat organ pankreas trenggiling (M. javanica) terhadap bobot badan.* No Jenis Kelamin Berat Badan (gram) Berat Pankreas (gram) % Berat Pankreas 1 3200 5,26 0,16 2 2200 6,83 0,31 2700±707,11 6,04±1,11 0,24±0,11 Rata-Rata * Pengukuran dan penimbangan organ pankreas trenggiling dilakukan setelah organ difiksasi dengan menggunakan larutan Bouin. Pengamatan Mikroskopis Pengamatan mikroskopis dengan pewarnaan HE menunjukkan bahwa pankreas trenggiling mempunyai lobulasi yang jelas yang ditandai dengan adanya septa interlobularis yang relatif tebal. Di antara jaringan ikat interlobularis ditemukan pembuluh darah, syaraf dan saluran kelenjar. Lobulus pankreas terdiri dari bagian kelenjar eksokrin dan bagian kelenjar endokrin (pulau Langerhans) yang tidak memiliki batas yang jelas. Komponen eksokrin terdiri dari kelenjar dan alat penyalurnya yaitu duktus interkalatus, duktus interlobularis, duktus interlobaris dan duktus pankreatikus (Gambar 5). Kelenjar eksokrin ini terdiri atas kumpulan sel-sel serous yang berbentuk piramid dengan inti bulat terletak di basal, sedangkan pulau Langerhans disusun oleh sel-sel berbentuk bulat dengan inti bulat terletak di tengah dan memiliki sitoplasma yang lebih cerah (Gambar 6). d e a c b a Gambar 5 Struktur pankreas trenggiling M. javanica dengan lobulasi yang jelas dibatasi oleh jaringan ikat longgar (a), duktus pankreatikus (b), duktus interlobularis (c), duktus interkalatus (anak panah), serta pembuluh darah arteri (d) dan vena (e). Batas antara bagian eksokrin dan endokrin tidak terlalu jelas (Pewarnaan hematoksilin eosin; Bar = 100 µm). a a b b A B Gambar 6 Struktur pankreas trenggiling M. javanica. (A) pulau Langerhans (a) tidak memiliki batas yang jelas di antara sel-sel asinar (b), (B) sel-sel pada pulau Langerhans memperlihatkan sitoplasma yang lebih cerah dibandingkan selsel asinar disekitarnya (Pewarnaan hematoksilin eosin; Bar A = 50 µm. B = 30 µm). Pada pankreas trenggiling terlihat bahwa bagian inti dari sel-sel asinar maupun pada pulau Langerhans mengambil warna biru atau bersifat basofilik dan sitoplasmanya mengambil warna merah atau bersifat eosinofilik. Bagian endokrin pankreas (pulau Langerhans) mengambil warna sedikit lebih muda dari bagian eksokrin. Tetapi tidak begitu terlihat perbedaan warna yang signifikan, sehingga batas antara bagian endokrin dengan bagian eksokrin tidak terlalu jelas. Pada pankreas trenggiling distribusi pulau Langerhans terbanyak ditemukan pada bagian dorsal dan distribusi paling sedikit pada bagian kepala. Di dalam pulau Langerhans ditemukan pembuluh-pembuluh darah kapiler. Dengan menggunakan tekhnik pewarnaan impregnasi perak Grimelius terlihat sel-sel pada pulau Langerhans bereaksi positif mengambil warna coklat muda sampai dengan coklat tua. Jaringan sekitarnya mengambil warna kuning muda sampai dengan coklat muda. Dengan tekhnik pewarnaan ini dapat terlihat sel-sel penghasil hormon glukagon (sel alfa) sedangkan sel-sel penghasil hormon insulin (sel beta) tidak terwarnai. Sel-sel penghasil hormon glukagon ini berbentuk bulat, granul sekretori berbentuk bulat agak besar, polimorfik, dan berdistribusi menyebar pada pulau Langerhans (Gambar 7A). A B Gambar 7 Susunan sel-sel pada pulau Langerhans, memperlihatkan sel-sel penghasil hormon yang bersifat argirofil dengan granul sitoplasma berwarna coklat (A). Sel-sel glukagon (anak panah) berbentuk polimorfik, bulat, oval, segitiga, menyebar pada bagian pulau (B). (Pewarnaan impregnasi perak Grimelius, Bar A = 50 µm, Bar B = 30 µm). PEMBAHASAN Pengamatan makroskopis menunjukkan bahwa secara umum pankreas trenggiling memiliki gambaran makroskopis yang hampir sama dengan gambaran makroskopis pankreas mamalia lain seperti manusia (Guyton 1990), domba, sapi (Dellman and Brown 1993), dan kambing (Adnyane 1998). Pengamatan dengan mengunakan pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE) terlihat bahwa kapsula jaringan ikat membentuk sekat-sekat, membagi pankreas menjadi lobulus-lobulus. Dalam jaringan ikat interlobularis ditemukan pembuluh darah, syaraf dan saluran kelenjar. Pankreas trenggiling mempunyai batas lobuluslobulus yang jelas, yang ditandai dengan adanya septa interlobularis yang relatif tebal. Gambaran ini mirip dengan pankreas domba, namun berbeda dengan kambing (Adnyane 1998). Pankreas trenggiling terbagi menjadi bagian eksokrin dan bagian endokrin, tetapi batas keduanya tidak jelas. Bagian endokrin pankreas (pulau Langerhans) sitoplasma sel-selnya mengambil warna sedikit lebih muda dari bagian eksokrin. Hal ini sesuai dengan gambaran umum pankreas, yaitu bagian endokrin pankreas (pulau Langerhans) mengambil warna lebih muda daripada bagian eksokrin (Wheater et al. 1982). Komponen eksokrin terdiri dari kelenjar dan alat penyalur (duktus). Kelenjar eksokrin ini terdiri atas kumpulan sel-sel serous yang berbentuk piramid dengan sel sentro asinarnya. Alat penyalur bagian eksokrin ini terdiri dari duktus interkalatus, duktus interlobularis, duktus interlobaris dan duktus pankreatikus. Saluran-saluran ini dapat dibedakan berdasarkan ukuran dan struktur histologinya. Duktus interlobularis mempunyai dinding berepitel silindris pendek selapis yang bertumpu pada bagian retikulum di bawahnya. Duktus interlobaris mempunyai epitel silindris selapis yang diperkuat oleh jaringan pengikat padat. Duktus pankreatikus merupakan saluran utama dari pankreas. Duktus ini dimulai dari pankreas bagian dorsal berjalan melintang sepanjang pankreas dan menerima saluran-saluran yang lebih kecil sepanjang perjalanannya. Saluran ini mempunyai epitel silindris selapis yang diperkuat oleh jaringan pengikat padat. Hal ini berhubungan dengan fungsi saluran tersebut sebagai penyalur hasil sekreta keluar (Guyton 1990). Tiap asinus dibentuk oleh selapis sel yang berbentuk piramidal yang pada bagian basalnya bertumpu pada anyaman retikuler. Bagian puncaknya membatasi lumen membesar berisi sekret. Diantara sel asini tadi terdapat kapiler sekretoris yang bermuara dalam lumen kelenjar. Keberadaan kapiler sekretoris ini berkaitan dengan fungsinya untuk menyalurkan sekreta dari sel-sel asinar tersebut. Pada pankreas bagian endokrin pulau-pulau Langerhans tersebar di antara sel-sel asinar. Sel dari pulau-pulau Langerhans yang merupakan bagian endokrin dari pankreas trenggiling, tersusun secara tidak teratur. Pembuluh darah kapiler banyak ditemukannya di dalam pulau Langerhans. Keberadaan pembuluhpembuluh darah kapiler dalam pulau Langerhans berkaitan dengan fungsinya untuk menyalurkan sekreta hormon. Sel-sel endokrin menyalurkan hormonhormon yang dihasilkan melalui pembuluh darah kapiler dan serabut syaraf yang tidak bermyelin (Fujita et al. 1981). Sel-sel penghasil glukagon (sel A) pada pankreas trenggiling terdistribusi menyebar pada pulau Langerhans. Hal tersebut menunjukkan bahwa pankreas trenggiling memiliki tipe pulau Langerhans yang berbeda dengan mamalia lain seperti sapi dan manusia. Telah dilaporkan bahwa sel-sel penghasil glukagon (sel A) pada pankreas sapi (Dellmann dan Brown 1993) dan manusia (Grimelius 1968) berdistribusi pada bagian perifer pulau dan sel-sel penghasil insulin (sel B) berdistribusi pada bagian tengah pulau, sedangkan pada pankreas kuda terjadi sebaliknya yaitu sel-sel glukagon berdistribusi di bagian tengah dari pulau Langerhans dan sel-sel insulin berdistribusi di bagian perifer dari pulau Langerhans (Dellmann dan Brown 1993). Pada pewarnaan dengan menggunakan tekhnik impregnasi perak Grimelius dapat teramati morfologi sel-sel glukagon. Morfologi sel-sel glukagon yang teramati adalah bulat, polimorfik, oval atau hampir segitiga dengan butirbutir sitoplasma yang terletak bipolar, menyebar pada pulau Langerhans. Sel-sel ini sangat bersifat argirofil pada pewarnaan Grimelius dan non-argentafin. Pada beberapa spesies hewan termasuk manusia, granul sitoplasma dari sel-sel glukagon seringkali seperti memiliki inti yang bagian tengahnya memiliki kerapatan elekton yang tinggi dan bagian luarnya memiliki kerapatan elektron sedang serta dikelilingi oleh lingkaran sempit yang memisahkan inti dengan membran pembatas (Larsson et al. 1976 dalam Sundler and Hakanson 1988). Dari hasil pengamatan dapat dijelaskan bahwa sel-sel tersebut secara khas memiliki butir-butir pada sitoplasmanya yang mengikat perak nitrat sehingga tampak warna coklat tua sampai hitam. Sel-sel insulin bersifat non-argirofil sehingga tidak terwarnai pada pewarnaan ini. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pankreas trenggiling terdiri dari tiga bagian yaitu bagian kepala, dorsal dan ventral, yang dilengkapi dengan alat penyalurnya (duktus). Pulau Langerhans pada pankreas trenggiling mengambil warna sedikit lebih muda, akan tetapi tidak terlalu jelas perbedaannya, sehingga batas antara bagian endokrin dengan bagian eksokrin tidak terlalu jelas. Pembuluh darah banyak ditemukan di dalam pulau Langerhans. Sel-sel penghasil glukagon (sel A) pada pankreas trenggiling terdistribusi menyebar pada pulau Langerhans. Sel-sel penghasil insulin (sel B) bersifat non-argirofil sehingga tidak terwarnai pada pewarnaan grimelius. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pewarnaan imunohistokimia dengan menggunakan antibodi spesifik untuk mengetahui macam-macam hormon yang dihasilkan oleh sel-sel endokrin pada pankreas trenggiling. DAFTAR PUSTAKA Adnyane IKM. 1998. Studi Mikro Anatomi Pankreas Kambing dan Domba Lokal dengan Tinjauan Khusus pada Distribusi dan Frekuensi Sel-Sel Glukagon pada Bagian Endokrin Pankreas. Fakultas Kedokteran Hewan IPB. [Skripsi]. Amir H. 1978. Mamalia di Indonesia, Pedoman Inventarisasi Satwa. Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam, Direktorat Jendral Kehutanan. Bogor. Anonimus. 2007. Pankreas. http://www.google.com/pankreas/index.html. (8 Desember 2005). Calingasan NY, N Kitmura, J Yamada, Y Oomori, dan T Yamashita. 1984. Immunochemical Study of Gastroenteropancreatic Endocrine Cells of the Sheep. Acta. Anat, 118: 171-180. Colville T dan JM Bassert. 2002. Clinical Anatomy & Physiology for Veterinary Technicians. Mosby. Philadelphia. Corbet G dan J Hill. 1992. Mammals of Indoalayan Region. Oxford: Natural History Museum, London and Oxford University Press. Cunningham JG. 2002. Textbook of Veterinary Physiology. 3rd Edition. WB. Saunders. Philadelphia. Delmann HD dan EM Brown. 1993. Texbook of Veterinary Histology. 4 th ed. Lea and Fiebiger. Philadelphia. Djuwita I, A Budiono, K Mohammad. 2000. Embriologi Organogenesis. Bogor: Laboratorium Embriologi Bagian Anatomi FKH IPB. hlm. VIII-1. Dyce KM, WO Sack, CJ Wansing. 2003. Text Book of Veterinary Anatomy. 3rd Edition. Philadelphia: WB. Saunders. Feldhamer GA, CL Drickamer, SH Vessey, JF Merritt. 1999. Adaptation, Diversity, and Ecology Mamalogy. Boston : The McGraw-Hill Companies. Hlm. 85, 252. Fujita T, T Kano dan S Kobayashi. 1981. Gastroenteropankreatic Endocrin System. In Paraneuron. Springer-Verlag, Tokyo. Japan. P: 165-184. Ganong WF. 1999. Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta: EGC. Gaubert P, A Antunes. 2005. Assessing The Taxonomic Status of The Palawan Pangolin Manis Culionensis (Pholidota) Using Discrete Morphological Characters. Journal of Mammalogy, 86(6):10681074. Guyton AC. 1990. Buku Teks Fisiologi Kedokteran. Bagian 2 Edisi 5. EGC. Jakarta. Gremelius L. 1968. A Silver Nitrate Stain for -2 Cell in Human Pancreatic Islet. Acta Soc. Med. Upsal. 73:234-270. Kiernan JA. 1990. Histological & Histochemical Methods. Theory and Practice. 2rd edition. Pergamon Press. Oxford. Nisa C. 2005. Morphological Studies of The Stomach of Malayan Pangolin (Manis javanica) [disertasi]. Graduate School Bogor Agricultural University, Bogor. Oomori Y, Y Yamashita, J Yamada dan M Misu. 1980. Light Microscopic Study on Endocrine Cells in the Gastrointestinal Tract of Sheep. Res. Bull. Obihiro Univ. 11:541-553. Rahm U. 1990. Modern Pangolin. Dalam Parker, S.P. (Eds). Gizimek sEncyclopedia of Mammal. Vol. 2. Mc Graw-Hill Publishing Company, New York. Pp. 630-641. Robinson PT. 2005 . Zoo and Wild Animal Medicine Fifth Edition.Saunders. Sundler F dan R. Hakanson. 1988. Peptide Hormone Producing Endocrine/Paracrine Cell in the gastro-entero-pancreatic region. In: Handbook of chemical Neuroanatomy. Vol.6 : The Periperal Nervous System. A. Bjorklud, T. Hokfelt and C. Owman (eds). Elsevier Sciece Publishers BV. Pp : 219-278. Wheater PR, HG Bukitt dan VG Daniels. 1982. Functional Histology. The English Language Book Society and Churchill Livingstone, London. Lampiran 1 Prosedur pewarnaan hematoksilin-eosin (HE) 1. Proses penghilangan parafin (deparafinisasi), diikuti dengan proses rehidrasi dalam alkohol bertingkat 100%-70% masing-masing 1-3 menit. 2. Pembilasan dengan air mengalir selama 15 menit diikuti dengan pembilasan dengan akuades selam 5 menit. 3. Perendaman dalam larutan hematoksilin selama 5-7 menit. 4. Pembilasan dengan air mengalir selama 30-60 menit diikuti dengan pembilasan menggunakan akuades selama 5 menit. 5. Perendaman dalam larutan eosin selama 30 menit. 6. Pembilasan dengan akuades selama 1 menit. 7. Pengeluaran air dari jaringan (dehidrasi) dengan alkohol bertingkat 70%100%, proses penjernihan jaringan (clearing) dengan larutan silol. 8. Penutupan gelas objek (mounting) dengan gelas penutup (cover glass). Lampiran 2 Tekhnik Pewarnaan Impregnasi Perak Grimelius 1. Deparafinisasi (penghilangan parafinisasi), kemudian direndam dalam air mengalir 15menit 2. Untuk preparat yang tidak difiksasi dengan larutan Bouin : Rendam dalam larutan Bouin 3. Pencucian dalam aquades 37oC 1 jam 3 kali @15 menit 4. Proses Impregnasi : Peredaman dalam larutan 0,07% AgNO3 60oC 3 jam atau 37 oC 24 jam 5. proses reduksi : Peredaman dalam larutan pengembang (develover) 1% hidroquinon + 5% NaSulfit (dalam aquades) 6. pencucian dalam aquades 45 oC 1 menit 3 kali @15 menit Jika reaksi positif masih lemah, maka sebaiknya dilakukan (Langkah 7-11) 7. Rendam dalam 2% Na tiosulfat 2x pada suhu ruang 2x2 menit 8. Cuci dalam aquabides 5 menit 9. Impregnasi dalam larutan perak nitrat baru pada suhu ruang 10 menit 10. Reduksi dalam larutan pengembang baru 45oC 1 menit 11. Pencucian dalam aquades 3x 15menit Proses Counterstain (jika perlu) dengan hematoksilin Dehidrasi, Clearing , penutupan dengan gelas penutup. @