Bab 2 - Elib Unikom

advertisement
5
Bab 2
Landasan teori
2.1.Ergonomi
Istilah ergonomi pertama kali digunakan di Inggris oleh Prof. Murrel pada tahun
1949 sebagai judul bukunya. Ergonomi berasal dari kata Yunani yaitu Ergos
(bekerja) dan Nomos (hukum alam), bermakna sebagai: ilmu yang meneliti
tentang perkaitan antara orang dengan lingkungan kerjanya (the scientific study of
the relationship between man and his working environment). Sasaran dari
ergonomi sudah jelas, yaitu bahwa agar tenaga kerja dapat mencapai prestasi kerja
yang tinggi (efektif) tetapi dalam suasana yang tentram, aman, dan nyaman.
dahulu sebelum ergonomi diperkenalkan, peningkatan prestasi kerja dilakukan
dengan “penelitian kerja” (work study atau motion and time study) dengan Gilbert
beserta istrinya sebagai pelopor. Dengan penelitian kerja itu, produktivitas kerja
diupayakan untuk meningkat dengan jalan memperbaiki metode kerja atau
prosedur penyelesaian pekerjaan yang lebih efektif. Sesudah metode dan prosedur
kerja baru ditetapkan, karyawan harus dilatih untuk terampil dalam menerapkan
metode atau prosedur yang baru tersebut sehingga mampu menghasilkan produk
lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat (efisien).
Penelitian kerja biasanya dilakukan atas bidang pabrikasi yang membuat produk
berupa barang ataupun jasa. Penelitian yang dilakukan atas bidang perkantoran,
walaupun prosesnya sama saja dengan yang dilakukan di dalam pabrik, kita kenal
dengan nama organisasi dan metode (Organization and Method) yang sering
disingkat dengan O & M. terhadap upaya untuk menjamin terlaksananya proses
penyelesaian
tugas-tugas
administratif
dilakukan
pula
penelitian
dan
pengembangannya dan diberi istilah sistem dan prosedur (System and
Procedures). Apa yang belum diliput dalam peningkatan produktivitas dengan
penelitian kerja, O & M, serta S & P itu ialah unsur suasana lingkungan kerja
yang tentram, aman dan nyaman. Dengan ditambahkannya ergonomi kepada
6
penelitian kerja, O & M, dan S & P, produktivitas kiranya bisa semakin
meningkat, bertahan dan berkembang terus dalam jangka waktu yang panjang.
Banyak penerapan ergonomi yang hanya berdasarkan sekedar “common sense”
(dianggap suatu hal yang sudah biasa terjadi), dan hal itu benar jika sekiranya
suatu keuntungan yang besar bisa didapat hanya sekedar dengan penerapan suatu
prinsip yang sederhana. Hal ini biasanya merupakan kasus dimana ergonomi
belum dapat diterima sepenuhnya sebagai alat untuk proses desain, akan tetapi
masih banyak aspek ergonomi yang jauh dari kesadaran manusia. Karakteristik
fungsional dari manusia seperti kemampuan dari penginderaan, waktu
respon/tanggapan, daya ingat, posisi optimum tangan dan kaki untuk efisiensi
kerja otot, dan lain-lain adalah merupakan suatu hal yang belum sepenuhnya
dipahami oleh masyarakat awam.
2.1.1. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi
Pada zaman dahulu ketika masih hidup dalam lingkungan alam asli, kehidupan
manusia sangat tergantung pada kegiatan tangannya. Alat-alat, perlengkapan, atau
rumah-rumah sederhana, dibuat hanya sekedar untuk mengurangi ganasnya alam
pada saat itu. Perubahan waktu, walaupun secara perlahan-lahan, telah merubah
manusia dari keadaan primitif menjadi manusia yang berbudaya. Kejadian ini
antara lain terlihat pada perubahan rancangan peralatan-peralatan yang dipakai,
yaitu mulai dari batu yang tidak berbentuk menjadi batu yang mulai berbentuk
dengan meruncingkan beberapa bagian dari batu tersebut. Perubahan pada alat
sederhana ini, menunjukan bahwa manusia telah sejak awal kebudayaannya
berusaha
memperbaiki
alat-alat
yang
dipakainya
untuk
memudahkan
pemakaiannya. Hal ini terlihat lagi pada alat-alat batu runcing yang bagian
atasnya dipahat bulat tepat sebesar genggaman sehingga lebih memudahkan dan
menggerakan pemakaiannya.
Banyak lagi perbuatan-perbuatan manusia yang serupa dengan itu dari abad ke
abad. Namun hal tersebut berlangsung secara apa adanya, tidak teratur dan tidak
terarah, bahkan kadang-kadang secara kebetulan. Baru di abad ke-20 ini orang
7
mulai mensistemasikan cara-cara perbaikan tersebut dan secara khusus
mengembangkannya. Usaha-usaha ini berkembang terus dan sekarang dikenal
sebagai salah satu cabang ilmu yang disebut Ergonomi. Istilah untuk ilmu baru ini
berbeda
dibeberapa
negara,
seperti:
"Arbeltswissenschaft"
di
Jerman;
"Bioteknologi" dinegara-negara Skandinavia: "Human Enggineering", "Human
Faktors Engineering" dinegara-negara Amerika bagian utara. Perbedaan namanama diatas hendaknya tidak dijadikan masalah, karena secara praktis, istilahistilah tadi mempunyai maksud yang sama. Pada dasarnya, Ergonomi ialah suatu
cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenal
sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja
sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu;
mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan
nyaman.
Manusia dengan segala sifat dan tingkah lakunya, merupakan makhluk yang
sangat kompleks. Untuk mempelajari manusia, tidak cukup ditinjau dari segi ilmu
saja. Oleh sebab itulah untuk mengembangkan Ergonomi diperlukan dukungan
dari berbagai disiplin, antara lain Psikologi, Antropologi, Faal Kerja, Biologi,
Sosiologi, Perencanaan kerja, Fisika, dan lain-lain. Masing-masing disiplin
tersebut berfungsi sebagai pemberi informasi. Pada gilirannya, para perancang,
dalam hal ini para akhli teknik, bertugas untuk meramu masing masing informasi
diatas, dan menggunakan sebagai pengetahuan untuk merancang fasilitas
sedemikian rupa sehingga mencapai kegunaan yang optimal.
Untuk mencapai keadaan diatas, ternyata memerlukan waktu yang cukup panjang.
Pada mulanya, Ergonomi banyak dikuasai oleh para akhli psikokogi, dimana pada
saat itu pemilihan operator merupakan hal yang paling diutamakan. Tetapi
ternyata walaupun kita mendapatkan para operator yang berprestasi dan
mempunyai keahlian tinggi, lambat laun terbukti hasil akhir secara keseluruhan
ternyata kurang memuaskan. Hal ini terbukti dengan nyata pada saat perang dunia
II. Pesawat terbang, senjata dan peralatan lainnya, yang dibuat serba otomatis,
menjadi tidak begitu ampuh kegunaanny disebabkan tidak lain karena operator
8
tidak mampu menguasai operasi yang kompleks dari alat tersebut. Sejarah perang
banyak menunjukan bahwa selama perang berlangsung banyak dijumpai bombom dan peluru-peluru yang tidak mengenai sasaran. Hancurnya pesawat-pesawat
terbang, kapal-kapal dan persenjataan-persenjataan lainnya.
Istilah "ergonomi" mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang
berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Beberapa
kejadian penting diilustrasikan sebagai berikut:
C.T. THACKRAH, ENGLAND, 1831.
Thackrah adalah seorang dokter dari Inggris/England yang meneruskan pekerjaan
dari seorang Italia bernama Ramazzuu, dalam serangkaian kegiatan yang
berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan oleh
para operator ditempat kerjanya. la mengamati postur tubuh pada saat bekerja
sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat itu Thackrah mengamati
seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi, meja yang kurang
sesuai secara anthropometri, serta pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga
mengakibatkan membungkuknya badan dan iritasi indera penglihatan. Disamping
itu juga mengamati para pekerja yang berada pada lingkungan kerja dengan
temperatur tinggi, kurangnya ventilasi, jam kerja yang panjang, dan gerakan kerja
yang berulang-ulang (repetitive work).
F. W. TAYLOR, U.S.A., 1898.
Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan metoda
ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan.
Beberapa metodanya merupakan konsep ergonomi dan manajemen modern.
F .B. GILBRETH, U.S.A., 1911.
Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal ini lebih
mendetail dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam bukunya
Motion Study yang diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukkan bagaimana postur
9
membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem meja yang dapat diatur
naik-turun (adjustable).
BADAN PENELITIAN UNTUK KELELAHAN INDUSTRI
(INDUSTRIAL FATIGUE RESEARCH BOARD), ENGLAND,
1918.
Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik amunisi
pada Perang Dunia Pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output setiap
harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang menurun. Disamping itu
mereka juga mengamati waktu siklus optimum untuk sistem kerja berulang
(repetitive work systems) dan menyarankan adanya variasi dan rotasi pekerjaan.
E. MAYO dan teman-temannya, U.S.A., 1933.
Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di suatu
Perusahaan Listrik yaitu Western Electric Company, Hawthorne,Chicago. Tujuan
studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variabel fisik seperti
misalnya pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor efisiensi dari
para operator kerja pada unit perakitan.
PERANG DUNIA KEDUA, ENGLAND DAN U.S.A.
Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang secara
cepat (seperti misalnya pesawat terbang) harus melibatkan sejumlah kelompok
interdisiplin ilmu secara bersama-sama sehingga mempercepat perkembangan
ergonomi pesawat terbang.
Masalah yang ada pada saat itu adalah penempatan dan identifikasi untuk
pengendali pesawat terbang, efektifitas alat peraga (display), handel pembuka,
ketidaknyamanan karena terlalu panas atau terlalu dingin, desain pakaian untuk
suasana kerja yang terlalu panas atau terlalu dingin dan pengaruhnya pada kinerja
operator.
10
PEMBEN'I'UKAN KELOMPOK ERGONOMI
Pembentukan Masyarakat Peneliti Ergonomi (the Ergonomics Research Society)
di England pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang telah banyak
berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal (majalah ilmiah)
pertama dalam bidang ERGONOMI pada Nopember 1957. Perkumpulan
Ergonomi Internasional (The International Ergonomics Association) terbentuk
pada tahun 1957, dan The Human Faktors Society di Amerika pada tahun yang
sama. Di samping itu patut diketahui pula bahwa Konperensi Ergonomi Australia
yang pertama diselenggarakan pada tahun 1964, dan hal ini mencetuskan
terbentuknya Masyarakat Ergonomi Australia dan New Zealand (The Ergonomics
Society of Australia and New Zealand).
2.1.2. Bidang Kajian Ergonomi
Pada berbagai sumber literatur, bidang kajian Ergonomi tidak berbeda secara
signifikan, perbedaan hanya menyangkut pengelompokan bidang kajian.
Pengelompokan bidang kajian yang lengkap dan mencakup seluruh prilaku
manusia dalam bekerja adalah kajian Ergonomi yang dikelompokkan oleh Dr. Ir.
Iftikar Z. Sutalaksana sebagai berikut :
a) Anthropometri
Anthropometri adalah cabang ergonomi yang mengkaji masalah dimensi tubuh
manusia, Informansi dimensi tubuh manusia diperlukan untuk merancang sistem
kerja yang ergonomis. Data Anthropometri selalu berbeda untuk setiap individu.
Perbedaan itu merupakan suatu kodrat bahwa tidak ada manusia yang sama dalam
segala hal.
b) Faal Kerja
Prilaku manusia yang dibahas dalam Faal kerja adalah reaksi tubuh selama
bekerja, khususnya mengenai energi yang dikeluarkannya. Hal-hal yang banyak
dibahas dalam Faal kerja manusia adalah kelelahan (fatique) kerja otot.
c) Biomekanika Kerja
Biomekanika kerja mengkaji perilaku manusia dalam aspek-aspek mekanika
gerakan. Objek penelitian sehubungan dengan masalah biomekanika ini adalah
11
kekuatan kerja otot, kecepatan dan ketelitian gerak anggota badan, serta daya
tahan jaringan-jaringan tubuh terhadap beban.
d) Penginderaan
Manusia pada dasarnya memiliki lima indera utama, yaitu indera penglihatan
(mata), indera pendengaran (telinga), indera penciuman (hidung), indera perasa
(kulit), serta indera perasa (lidah). Dalam ergonomi, penglihatan dan pendengaran
dikaji untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan indera tersebut dalam
merespon informasi dari sitem kerja.
e) Psikologi Kerja
Psikologi kerja membahas masalah-masalah kejiwaan yang ditemukan ditempat
kerja, yakni menyangkut faktor diri manusia, termasuk didalamnya: kebiasaan,
jenis kelamin, usia, sifat dan kepribadian, sistem nilai, karakteristik fisik, minat,
motivasi, pendidikan, pengalaman dan sebagainya. Masalah faktor diri ini dikaji
sebagai bagian dari ergonomi Karena pada setiap individu manusia terdapat faktor
diri yang khas sebagai bawaan lahir. Ketidakcocokan seorang pekerja dan
tuntunan pekerjaan yang dihadapinya dapat menimbulkan tekanan (stress) dan
rendahnya
motivasi
untuk
bekerja,
sehingga
mengakibatkan
rendahnya
produktivitas yang dihasilkan.
2.1.3.
Faktor Manusia Dalam Pekerjaannya
Perhatian terhadap faktor manusia dalam pekerjaannya timbul dari kenyataan
bahwa teknologi tetap membutuhkan keberadaan dan peranan manusia dalam
pengembangannya, sehingga akhir-akhir ini pertimbangan-pertimbangan terhadap
faktor manusia dalam merancang suatu sistem atau peralatan teknologi sudah
mulai dipikirkan. Istilah faktor manusia dalam bidang pekerjaan seringkali
menimbulkan banyak pengertian, sehingga dapat menimbulkan kebingungan.
Faktor manusia merupakan elemen-elemen yang dapat mempengaruhi efisiensi
sistem kerja dimana manusia berhubungan dengan pekerjaannya (Chakim
bintoro,1999). Elemen-elemen tersebut adalah:
12
1) Peralatan
Karakter fisik peralatan yang digunakan dalam sistem produksi harus
diperhitungkan dengan manusia yang mengoperasikannya, sehingga tidak timbul
beban yang disebabkan oleh peralatan yang tidak sesuai.
2) Lingkungan Tempat Kerja
Lingkungan disekitar tempat kerja harus dijaga kondisinya terhadap manusia dan
peralatan-peralatan
yang
dioperasikannya
sehingga
tidak
mengganggu
kelangsungan kerja, misalnya pengaturan tata letak fasilitas produksi, dan kondisi
lingkungan kerja, seperti: tingkat kebisingan, pencahayaan, temperatur ruangan
kerja, bau-bauan, dan sebagainnya.
3) Pekerjaan dan Tugas-tugas
Karakteristik pekerjaan yang harus diselesaikan oleh para pekerja harus
disesuaikan dengan kemampuan pekerja itu sendiri, sehingga pekerja tidak merasa
dibebani oleh pekerjaan yang diluar kemampuannya.
4) Tenaga Kerja
Kemampuan dan keterbatasan operator-operator peralatan yang ada dan tenagatenaga perawatan mesin perlu mendapatkan perhatian, dalam arti jangan sampai
terjadi kekurangan tenaga kerja. Kekurangan tersebut dapat diartikan sebagai
kekurangan tenaga kerja dalam arti yang sebenarnya, dapat juga diartikan tenaga
kerja yang tersedia tidak memenuhi syarat yang dibutuhkpekerjaan, misalnya dari
segi intelejensinya, daya kreativitasnya, pengetahuan dalam operasi mesin, dan
sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas tersebut dapat dilihat bahwa beban yang dialami
seorang pekerja dapat berupa beban fisik, beban mental, ataupun beban sosial
yang ditimbulkan dari lingkungan pekerjaan. Oleh karena itu beban kerja
sebaiknya dirancang sesuai dengan kemampuan fisik dan mental pekerja. Hal itu
dapat dilakukan dengan adanya modifikasi pekerjaan, dan perencanaan sistem
manusia-mesin dan alat-alat kerja yang tersedia serta pengaturan kondisi
lingkungan tempat pekerjaan yangs sesuai. Pengaturan organisasi kerja, dan
pengembangan budaya kerja di lingkungan kerja dapat mengurangi beban sosial
pekerja dan juga beban mental pekerja yang mungkin dapat mengganggu. Dalam
13
mempelajari faktor-faktor manusia yang telah berkembang menjadi suatu disiplin
ilmu, dititikberatkan pada perilaku manusia dan interaksinya dengan produk,
peralatan, fasilitas-fasilitas, prosedur kerja, dan lingkungan kerja. Dengan
mempelajari faktor-faktor manusia dapat dicari kemampuan, keterbatasan, dan
kebutuhan manusia dalam bekerja.
Tujuan mempelajari faktor-faktor manusia adalah untuk meningkatkan efektifitas
dan efisiensi pekerjaan atau tugas-tugas manusia, termasuk meningkatkan
pemanfaatan waktu dengan sebaik-baiknya, mengurangi kesalahan dalam bekerja,
dan meningkatkan produktifitas. Tujuan lainnya adalah meningkatkan nilai-nilai
dan karakteristik manusia yang tertentu, yaitu memperbaiki faktor keselamatan
dalam bekerja, mengurangi kelelahan dan perasaan tertekan akibat bekerja,
meningkatkan kenyamanan, meningkatkan kepuasan kerja, dan memperbaiki
kualitas hidup (McCormick, 1976). Pendekatan terhadap faktor manusia
merupakan suatu penerapan yang sistematis dari informasi-informasi yang
berkaitan dengan kemampuan, keterbatasan, karakteristik perilaku manusia, dan
rancangan peralatan-peralatan dan prosedu-rprosedur dalam bekerja, serta
lingkungan kerja. Kegiatan yang dilakukan dalam mempelajari faktor-faktor
manusia mencakup kegiatan-kegiatan untuk mencari informasi-informasi yang
berkaitan tentang manusia dan tanggapannya terhadap peralatan-peralatan dan
lingkungan kerja. Informasi-infarmasi tersebut digunakan sebagai dasar untuk
mengajukan
saran-saran
dalam
membuat
suatu
rancangan
dan
untuk
memperkirakan pengaruh-pengaruh yang mungkin dari berbagai alternatif
rancangan. Pendekatan terhadap faktor-faktor manusia juga dapat digunakan
sebagai dasar untuk melakukan evaluasi suatu rancangan sistem.
2.1.4. Kelelahan
Secara garis besar, kelelahan adalah suatu pola keadaan yang timbul pada individu
yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya. Kelelahan dibagi ke
dalam dua bagian yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum.
14
a) Kelelahan otot
Kelelahan otot adalah gejala kesakitan yang dirasakan pada otot yang muncul
akibat terlalu tegang. Ketika otot diberi stimulus dengan mengangkat beban
misalnya, ia akan berkontraksi dan terjadi ketegangan. Jika stimulus dilakukan
terus-menerus maka semakin lama kekuatan otot akan menurun. Lelahnya otot
mengakibatkan hilangnya koordinasi gerakan alat-alat tubuh, meningkatnya
kecenderungan kesalahan dan kecelakaan kerja.
b) Kelelahan umum
Kelelahan umum berkaitan dengan munculnya perasaan letih. Berdasarkan
penyebabnya, gejala keletihan dapat dibedakan menjadi:
1. Visual fatique, yaitu kelelahan karena ketegangan yang berlebihan pada mata.
2. General body fatique, yaitu beban kerja fisik yang berlebihan pada seluruh
organ tubuh.
3. Mental fatique, yaitu kelelahan akibat beban kerja mental atau otak yang
berlebihan.
4. Nervous fatique, yaitu kelelahan akibat beban yang berlebihan pada salah satu
bagian dari sistem psikomotorik, biasanya pada pekerjaan yang membutuhkan
keterampilan tertentu.
5. Kelelahan akibat kemonotonan pekerjaan dan kondisi lingkungan kerja yang
kurang memuaskan.
6. Kelelahan kronis, yaitu akumulasi dari sejumlah faktor kelelahan secara terus
menerus.
7. Circadian fatique, yaitu bagian dari ritme siklus siang-malam yang terganggu
2.1.5. Identifikasi Suatu Tugas/Pekerjaan
Dalam melakukan identifikasi terhadap suatu tugas atau pekerjaan akan
dihadapkan pada beberapa permasalahan. Kesukaran yang timbul adalah
menyangkut deskripsi suatu tugas/pekerjaan pada tingkat tertentu. Seorang analis
harus memutuskan tugas-tugas yang dideskripsikan pada tingkatan tertentu, atau
yang menyangkut bagian di luar individu. Pada prinsipnya, tugas/pekerjaan
dipisahkan atas perilaku-perilaku atau tindakan-tindakan yang dominan. Kegiatankegiatan tersebut dikelompokkan dalam perilaku atau tindakan yang khas.
15
Namun demikian perlu ditekankan bahwa tidak ada pembagian tugas/pekerjaan
yang dapat diterapkan secara universal karena deskripsi tugas/pekerjaan sangat
bervariasi dari satu sistem ke sistem. Mungkin akan timbul pertanyaan sejauh
manakah kegunaan identifikasi dan deskripsi suatu tugas/pekerjaan. Suatu analis
untuk pengembangan dan perbaikan pada tugas/pekerjaan yang bersangkutan baru
mungkin akan dilakukan apabila tugas tersebut telah diidentifikasikan.
2.2. Tempat Kerja Yang Sesuai Dengan Manusia
Lingkungan fisik dalam lingkungan kerja berarti semua keadaan yang terdapat di
sekitar tempat kerja, yang akan mempengaruhi pada pekerja tersebut baik secara
langsung atau tidak langsung. Secara umum lingkungan fisik bisa terjadi dalam
dua kategori, yaitu lingkungan yang langsung berhubungan dengan pekerja
tersebut (seperti stasiun kerja, kursi, meja dan lain-lainnya). Dan lingkungan
perantara atau lingkungan umum (seperti rumah, kantor, pabrik, sekolah,
komunitas, kota, sistem jalan raya dan lain-lainnya). Untuk meminimumkan
pengaruh lingkungan fisik terhadap pekerja, maka langkah pertama kita harus
mempelajari manusia baik mengenal sifat dan tingkah lakunya maupun mengenal
keadaan fisiknya, kemudian kita gunakan untuk merangsang lingkungan fisik
tersebut.
2.3. Kondisi Lingkungan Kerja yang Mempengaruhi Kegiatan Manusia
Manusia sebagai mahluk yang paling sempurna tidak luput dari kekurangan,
dalam arti kata segala kemampuannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktorfaktor tersebut bisa datang dari pribadinya atau mungkin dari pengaruh luar. Suatu
kondisi lingkungan yang baik tidak bisa ditemukan dengan begitu saja, tetapi
harus melalui tahap-tahap percobaan, dimana setiap kemungkinan dari kondisi
tersebut diuji pengaruhnya terhadap kemampuan manusia. Sebagaimana kita
ketahui, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya kondisi
lingkungan
kerja,
diantaranya
temperatur,
kelembaban,
sirkulasi
pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan dan warna.
udara,
16
1.
Temperatur
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh mempunyai temperatur berbedabeda, namun manusia mempunyai kemampuan untuk melakukan proses
radiasi, konveksi dan penguapan sehingga manusia mampu untuk
menyesuaikan diri dari kondisi lingkungan sekitar.
2.
Kelembaban
Yang dimaksud kelembaban disini adalah banyaknya air yang yang
terkandung dalam udara,
yang bisa dinyatakan dalam persentase.
Kelembaban ini sangat berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udara
dan bersama-sama antara temperatur, kelembaban, kecepatan bergerak udara
dan radiasi dari udara tersebut akan dipengaruhi keadaan tubuh pada saat
menerima atau melepaskan panas dari tubuh.
3.
Sirkulasi Udara
Untuk menjaga agar udara disekitar tempat kerja tetap sehat dalam arti kata
cukup mengandung oksigen dan bebas dari zat-zat yang bisa mengganggu
kesehatan, harus dipikirkan tentang sirkulasi udara, sehingga udara kotor bisa
diganti dengan udara bersih dan segar.
4.
Pencahayaan
Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat
objek secara jelas, cepat, tanpa menimbulkan kesalahan. Kebutuhan akan
pencahayaan yang baik, akan makin diperlukan apabila kita melakukan
pekerjaan yang memerlukan ketelitian karena penglihatan. Pencahayaan yang
suram, mengakibatkan mata pekerja cepat lelah karena mata berusaha untuk
melihat, dimana lelahnya mata mengakibatkan kelelahan mental, lebih jauh
lagi keadaan tersebut bisa menimbulkan rusaknya mata, karena bisa
menyilaukan.
5.
Kebisingan
Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi yang bisa menentukan
tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu: lama, intensitas dan frekuensinya.
Makin lama telinga kita mendengarkan kebisingan, makin buruk akibatnya
bagi kita.
17
6.
Getaran Mekanis
Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran yang ditimbulkan oleh alatalat mekanis, yaitu sebagian dari getaran ini sampai ketubuh kita dan
menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita. Secara
umum getaran mekanis ini dapat mengganggu tubuh dalam hal:
7.
-
Mempengaruhi konsentrasi kerja
-
Mempercepat datangnya kelelahan
-
Dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.
Bau-bauan
Adanya bau-bauan dalam lingkungan kerja dianggap sebagai pencemaran,
apalagi kalau bau-bauan tersebut sedemikian rupa sehingga dapat
mengganggu konsentrasi bekerja dan secara lebih jauh bau-bauan yang
terjadi terus-menerus bisa mempengaruhi kepekaan penciuman.
8.
Warna
Yang dimaksud warna disini adalah warna tembok ruangan tempat kerja,
dimana warna selain berpengaruh secara psikologi bagi para pekerja. Warna
menurut penyelidikan bisa menimbulkan pengaruh secara psikologis yang
berbeda-beda terhadap manusia
2.4. Kebisingan
Dalam 15 tahun terakhir ini, di kebanyakan kota besar, kebisingan bertambah
terus dengan suatu angka yang konstan. Beberapa sistem biasanya merupakan
suatu sistem yang kompleks, kerap kali banyak input dan output. Walau kita tahu
output yang diinginkan, mungkin kita tak dapat menentukan cara menyusun input.
Kesulitan ini biasanya muncul dalam sistem sosial, atau sistem yang
menggambarkan masalah sosial. Kesulitan ini misalnya tindakan pemerintah
dalam meperbaiki beberapa bagian dai sistem, tapi mengakibatkan memburuknya
keadaan lain.
Karena itu dalam sistem sosial kadang-kadang kita tidak bisa menggambarkan
blok diagram. Tapi ide-ide sistem masih bisa digunakan setelah mempelajari
bentuk sistem dan cara penyederhanaannya, dengan mengabaikan input dan
18
output tidak bisa ditemukan kita bisa memperkirakan input-input yang
mempunyai pengaruh. Dari studi di atas, kita bisa mempelajari cara memperbaiki
sistem. Makin dipahami maka makin baik pengambilan keputusannya.
2.4.1. Pengukuran Kebisingan
Kita harus mempunyai cara pengukuran kebisingan (suara-suara yang tidak
diinginkan dan tidak menyenangkan) Karena tiap manusia mempunyai reaksi
yang
berbeda-beda
terhadap
kebisingan
bergantung
pada
kemampuan
pendengaran, kegugupan dan kemampuan untuk mengabaikan suatu gangguan.
Ada 3 aspek kebisingan yang penting untuk menentukan tingkat gangguan
terhadap manusia, yaitu:
1. Duration atau panjang waktu. Makin lama kebisingan berlangsung, makin
buruk akibatnya terhadap manusia.
2. Loudness atau keras suara. Diukur dalam unit dB (desibel), yang menunjukkan
sebarapa keras suatu suara mempengaruhi kehidupan manusia. Tingkat dB=0
adalah suara terlampau lemah yang dapat didengar kebanyakan orang.
Percakapan………………………..60 dB
Lalu lintas darat…………………..80 dB
Mesin-mesin pabrik……………….80 dB
Truk besar pada jarak 25 ft……….90 dB
Blender makanan………………….93 dB
Kereta bawah tanah jarak 20 ft…..95 dB
3. Frekuensi. Sinyal suara kebisingan mempunyai frekuansi tersendiri. Frekuensi
tertentu lebih menggangu kehidupan manusia dari yang lainnya. Gangguan ini
juga bergantung pada kombinasi dari berbagai frekuensi.
Untuk menentukan kebisingan, maka kita harus menyatakan berapa lama,
seberapa keras dan berapa frekuensinya? Pengaruh suatu kebisingan terhadap
manusia bergantung pada lama, keras dan frekuensi suara tersebut. Telinga
manusia sangat sensitif terhadap suara antara 200 sampai 5000 Hertz (getaran per
detik). Suatu kebisingan pada volume 40 dB dengan frekuensi 125 Hertz hampir
19
tidak kedengaran oleh kebanyakan orang. Sedangkan suatu kebisingan pada
volume 40 dB dengan frekuensi 300 Hertz akan keras kedengarannya.
Untuk menguraikan kebisingan lingkungan, maka kita harus mengukur keras dan
beratnya terhadap kepekaan telinga di suatu daerah frekuensi. Beberapa
pengukuran dilakukan oleh ahli dan salah satu diantaranya disebut desibel dB(A).
A menunjukkan rata-rata atau hasil pembobotan. dB(A) diukur menurut rata-rata
atau hasil pembobotan dan menunjukkan berapa keras dan sejauh mana suara
tersebut mengganggu kehidupan manusia. Dengan pengukuran ini, suatu pesawat
jet yang mendarat pada jarak 400 ft mempunyai keras suara sebesar 100 dB(A),
sedangkan sebuah truk pada jarak 50 ft menghasilkan keras suara sebesar 94
dB(A).
2.4.2.
Pengaruh Kebisingan Terhadap Manusia
Sampai seberapa keras suara kebisingan dapat mengganggu manusia? Suatu
kebisingan akan mengganggu manusia jika volumenya lebih besar dari 85 dB(A).
Untuk periode waktu lebih pendek maka tingkat kekerasan akan lebih besar.
Karena itu orang-orang yang bekerja pada atau dekat mesin-mesin, yang
mempunyai volume di atas 85 dB(A), harus memeriksakan pendengarannya
secara teratur. Kita sulit untuk menentukan gangguan kebisingan terhadap
kehidupan manusia. Ketulian
yang diakibatkan oleh adanya kebisingan bisa
diselidiki, tapi yang betul-betul membahayakan adalah lamanya pengaruh dari
kebisingan ini terhadap manusia.
Pemerintah Kota
INPUT
Sistem kebisingan
lingkungan
Tingkat kebisingan
berbagai waktu dan
tempat
Kesehatan
Penduduk
Gambar 2.1. Kebisingan Lingkungan
(Sumber: Keluarga Mahasiswa Teknik Industri ITB, 1975)
20
Kemampuan pendengaran bertendensi menurun akibat pengaruh umur. Menurut
penyelidikan di Universitas Tennese, kemampuan pendengaran akan terganggu
secara serius oleh suara musik rock pada tingkat kekerasan yang normal.
Penyelidikan lain juga menunjukkan bahwa kebisingan bisa mengganggu tidur
lelap seseorang, meskipun sama sekali tidak sampai membangunkan.
Kebisingan yang terjadi selama kita tidur bisa mencegah terjadinya mimpi,
dimana suatu mimpi akan berlangsung salama 50 menit, sehingga jika seseorang
tidak mendapatkan periode ini, dia akan cenderung mendapatkan masalah
emosional dan nervous. Hal ini mungkin disebabkan karena mereka tidak bisa
melemparkan frustasinya dalam mimpi.
Beberapa penyelidikan menduga bahwa akibat dari kebisingan ini cukup serius,
bahkan diperkirakan bisa menyebabkan suatu kematian. Dalam hal ini kita harus
memilih beberapa langkah untuk mengatasi kebisingan ini. Untuk ini kita harus
mengetahui sumber kebisingan yang merupakan input dari sistem kebisingan
lingkungan. Cari sumber mana yang paling berperan dalam membentuk sistem
kebisingan lingkungan ini dan bagaimana manusia dapat berlindung dari
kebisingan ini. Dengan kata lain, kita harus mempunyai model dan sistem
kebisingan lingkungan, sehingga dari sini kita bisa memusatkan usaha untuk
mengurangi akibatnya.
2.5. Sirkulasi Udara
Sebagaimana kita ketahui, udara sekitar kita mengandung 21% O2, 78% N2,
0,03% CO2 dan 0,97% gas lainnya (campuran). Oksigen (O2) adalah gas yang
sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup terutama untuk menjaga kelangsungan
hidup manusia, yaitu untuk proses metabolisme. Udara disekitar kita dikatakan
kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang dan telah
bercampur dangan gas-gas, zat-zat atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan
tubuh. Kotornya udara disekitar kita dapat dirasakan dengan sesaknya pernapasan
kita dan ini tidak boleh dibiarkan berlangsung terlalu lama karena akan
mempengaruhi tubuh dan akan mempercepat terjadinya proses kelelahan.
21
Debu merupakan komponen atau zat lain yang dapat merubah keadaan udara,
dengan volume yang besar debu dapat mencemari udara dan akan sangat
membahayakan mahluk hidup yang menghirupnya. Oleh karena itu debu
merupakan komponen pencemar udara yang perlu diperhatikan agar tidak
menimbulkan efek yang buruk terhadap mahluk hidup terutama manusia.
Untuk menjaga agar udara di sekitar tempat kerja tetap sehat dalam arti kata
cukup mengandung oksigen dan bebas dari zat-zat yang mengganggu kesehatan,
harus dipikirkan tentang sirkulasi udara yang baik, sehingga udara kotor bisa
diganti dengan udara bersih dan segar yang biasanya dilakukan melalui ventilasi.
Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman disekitar tempat kerja.
Pada siang hari, dimana biasanya manusia melakukan sebagian besar dari
kegiatannya, pohon-pohonan merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh
pernapasan kita. Dengan cukupnya oksigen disekitar kita, ditambah dengan
pengaruh secara psikologis akibat adanya tanam-tanaman disekitar tempat kerja,
keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani kita. Rasa
sejuk dan segar pada saat kerja akan sangat membantu mempercepat pemulihan
lelah akibat kerja.
2.5.1. Pencemaran Udara
Atmosfer merupakan tempat penyimpanan dari semua jenis pencemar, baik
berupa gas, cair, maupun padat, karena itu pencemaran udara dapat merugikan
kehidupan. Pencemaran udara lokal biasanya dapat dihamburkan atau dapat
dihindari oleh adanya sirkulasi udara umum, tetapi kemungkinan besar pencemar
tersebut akan di endapkan di tempat lain. Peranan atmosfer pada pencemaran
udara ialah bertindak sebagai pengencer konsentrasi pencemar atau bertindak
sebagai yang menyingkirkan pencemar udara, tetapi adakalanya justru bertindak
sebagai sumber pendauran (perputaran) kembali dari pencemar tersebut.
Lingkungan atmosfer tempat kita hidup pada pertanian, industri, percobaan nuklir
dan percobaan-percobaan lainnya. Industri perlu didirikan, hutan dapat dibuka
sebagai lahan pertanian baru, tetapi masalah ini hendaknya dikerjakan dengan
22
penuh kebijaksanaan, penuh kesadaran dan penuh perhatian terhadap akibat-akibat
yang akan timbul agar pembangunan yang kita harapkan dapat membawa
kesejahteraan rakyat dan bukan sebaliknya menimbulkan katastropik.
Sebagian unsur-unsur atmosfer sangat penting bagi kehidupan manusia, sebagian
tidak vital dan tidak berbahaya dan sebgain dapat merugikan dan bahkan
berbahaya bagi kehidupan, baik langung maupun tidak langsung. Masuknya zatzat beracun kedalam atmosfer yang sangat merugikan dan berbahaya bagi
manusia atau hewan, merusak harta milik dan tanaman disebut “pencemaran
udara”. Pengalaman menunjukkan bahwa meskipun suatu sumber mengemisikan
pencemar tiap hari, tetapi kadang-kadang udara nisbi bersih dan malahan
adakalanya sebaiknya udara menjadi sangat kotor. Jadi jelas disini bahwa
konsentrasi pencemar yang berbeda di permukaan tanah bergantung pada kondisi
cuaca dan iklim setempat.
2.5.2. Masalah Pencemaran Udara
Masalah pencemaran sangat jelas terlihat pada cekungan (basin) Los Angles.
Disini dispersi vertikal pencemar dibatasi oleh lapisan inversi dan disversi lateral
dibatasi oleh gunung-gunung tinggi ke arah utara dan timur. Peristiwa sangat
buruk dapat terjadi jika pencemaran karena aktivitas manusia terakumulasi selama
periode beberapa hari dalam cuaca tenang dan dasar inversi turun sampai ke
bawah sehingga membawa udara tercemar sampai ke tanah. Jeratan kepulan
(plume trapping) sangat berbhaya dan mematikan seperti yang terjadi di lembah
Meuse (Belgia) tahun 1930, di Donora (Pennsylvania) tahun 1984 dan di London
(Inggris) tahun 1952.
Peristiwa-peristiwa tersebut terjadi pada daerah lembah yang padat industri dan
pada kondisi cuaca angin lemah, kabut dan inversi suhu selama sekurangkurangnya selama 5 hari. Situasi semacam ini memungkinkan pencemar
terakumulasi. Pencemar utama yang dikeluarkan adalah asap, belerang dioksida
dan fluor.
23
Jelas bahwa lingkungan merupakan perkara yang memprihatinkan dunia
internasional. Emisi sejumlah pencemar ke dalam atmosfer dan air akan
mempunyai dampak pada ekosistem. Taraf hidup yang tinggi ikut menyebabkan
pencemaran udara di planet kita, terutama kendaraan bermotor dan industri. Jika
partikel-partikel yang dikeluarkan oleh industri bertindak sebagai inti kondensasi
di daerah yang lembab maka dapat terjadi kabas.
Jika waktu tinggal di atmosfer, artinya waktu yang diperlukan pencemar untuk
berada di atmosfer sebelum berpindah oleh transport, transformasi atau
pengendapan cukup lama, maka pencemar ini akan bercampur dengan seluruh
atmosfer akibat proses meteorologis global. Dampak skala global yang sangat
berbahaya adalah perubahan sifat-sifat fisis atmosfer bumi, seperti perubahan
klimatologis dan penyimpangan keseimbangan radiasi bumi. Sehubungan dengan
ini dua proses penting perlu diketahui, yaitu efek rumah kaca dan pengurangan
lapisan ozon. Jika tidak ada tindakan yang diambil dengan segera, maka kapal
angkasa bumi yang nyaman ini akan semakin panas.
2.5.3. Sumber Pencemar Udara
Kebanyakan senyawa kimia yang ditinjau sebagai pencemar mempunyai
konsentrasi sangat kecil di dalam udara bersih. Akan tetapi dalam keadaan udara
tercemar maka senyawa tersebut mempunyai konsentrasi yang sangat besar.
 Partikulat
Partikulat adalah pencemar padat atau cair yang berukuran antara 0,001-500  m
dan mempunyai waktu tinggal di udara antara beberapa detik sampai beberapa
bulan. Berdasarkan ukurannya, partikulat dapat digolongkan menjadi
Asap (fumes)
: 0,001-1  m
Kabut (mist)
: 1-10  m
Debu halus
:  100  m
Debu kasar
: > 100  m
24
Tabel 2.1. Komposisi Udara Kering Bersih Dekat Permukaan Laut
(Sumber: Bayong Tjasyono, Klimatologi Umum, 1995)
Komponen
Nitrogen
Oksigen
Argon
Karbondioksida
Neon
Helium
Kripton
Xenon
Dinitrogen dioksida
Hidrogen
Metan
Nitrogen dioksida
Ozon
Sulfur Oksida
Karbon monoksida
Amonia
Konsentrasi
% Volume
ppm
78,09
780.900
20,94
209.400
0,93
9.300
0,0318
318
0,0018
18
0,00052
5,2
0,0001
1
0,000008
0,08
0,000025
0,25
0,00005
0,5
0,00015
1,5
0,0000001
0,001
0,000002
0,02
0,00000002 0,0002
0,00001
0,1
0,000001
0,01
Partikulat dapat terbentuk dari campuran heterogen zat cair dengan sulfur dioksida
yang bersifat korosif terhadap barang-barang logam. Partikulat yang mengandung
fluor atau magnesium dioksida dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Partikulat yang mengandung timbal (Pb) dengan ukuran 2-3 mikro dapat masuk
kedalam tubuh manusia melalui paru-paru dan tidak dapat dikeluarkan lagi,
dengan demikian merupakan racun. Sumber utama partikulat adalah pembakaran
batu bara, proses industri (industri logam, industri kimia, industri semen, pabrik
kertas dan lain-lain), kebakaran hutan dan pembakaran sampah pertanian.
 Hidrokarbon
Hidrokarbon merupakan komponen yang sangat penting dalam “kabas fotokimia”,
menyebabkan iritasi, rasa pedih pada mata dan gangguan pernapasan.
Diperkirakan hidrokarbon sebagai penyebab kanker terutama dari jenis aromatik
dan aldehida yang banyak dijumpai dalam bahan solar. Sumber utama
hidrokarbon diemisikan oleh kendaraan bermotor. Selain itu juga dari emisi proses
industri.
 Oksida sulfur
Sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3) merupakan bentuk oksida sulfur
yang banyak dijumpai. SO2 merupakan pencemar primer yang di atmosfer
25
bereaksi dengan pencemar lain membentuk senyawa sulfur yang menyebabkan
hujan asam dapat merusak pertanian dan peternakan. Konsentrasi oksida sulfur
terbesar berasal dari emisi pembakaran batu bara, kedua berasal dari emisi proses
industri. Oksida sulfur menyebabkan pembentukan asam yang mengganggu paruparu, saraf dan menimbulkan asma. Pada konsentrasi di atas 3 ppm, oksida sulfur
memberi bau yang tajam dan dapat menimbulkan mati lemas jika berlangsung
lama. Oksida sulfur juga dapat menimbulkan korosi.
2.5.4. Jenis Sumber Pencemar
Sumber pencemar dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu sumber titik, sumber garis
dan sumber bidang. Cerobong asap dari pabrik tenaga listrik merupakan sumber
titik. Begitu juga pipa pembuangan gas pada kendaraan bermotor merupakan
sumber titik, tetapi karena kendaraan bergerak dengan cepat sepanjang jalan maka
pipa buang gas berfungsi sebagai sumber garis. Cerobong asap dan bangunan jika
dipandang secara individu merupakan sumber titik, tetapi karena bangunanbangunan didirikan saling berdekatan satu sama lain, maka sumber-sumber ini
dipandang sebagai sumber area (bidang) yang kontinyu. Emisi dari sumber titik
dinyatakan dalam massa persatuan waktu, misalnya kg S-1, untuk sumber garis
dinyatakan dalam massa persatuan panjang persatuan waktu, misalnya kg m-2 S-1.
Sumber pencemar berasal dari alam dan buatan. Sumber pencemar alam adalah
dari aktivitas vulkanik (gunung berapi). Pada waktu terjadi letusan gunung berapi
krakatau tahun 1883, diperkirakan ada beberapa puluh juta ton debu yang
dimuntahkan ke atmosfer dan disemburkan sampai ketinggian kira-kira 50 km.
Debu vulkanik ini disebarkan ke seluruh penjuru dunia oleh angin dalam minggu
berikutnya yang berakibat radiasi matahari tereduksi dan efek debu ini masih
dapat dideteksi dua sampai tiga tahun kemudian. Diperkirakan bahwa 500 juta ton
tiap tahun debu dihembuskan ke atmosfer oleh angin. Karena debu tidak dapat
mencapai ketinggian yang cukup tinggi maka ia akan hilang dan mengendap
dalam beberapa minggu, dengan demikian efeknya lebih lokal dan tidak lestari.
26
Sumber pencemar buatan akan meningkat terutama dari pembakaran batu bara,
minyak dan gas. Pembakaran bahan bakar juga menghasilkan gas yang berbahaya
seperti karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2) dan belerang dioksida
(SO2). Peningkatan jumlah gas ini secara tidak langsung mempunyai efek
terhadap manusia melalui perubahan iklim.
Pembakaran bahan bakar yang menghasilkan energi, merupakan sumber utama
pencemaran udara. Sampai sekarang masalah pencemaran batu bara, yaitu jelaga,
belerang dioksida, abu yang beterbangan dan zat yang dimuntahkan industri ke
atmosfer. Pemakaian bahan bakar minyak dan gas alam untuk tenaga listrik,
gasolin dan kerosin untuk kapal jet dan minyak disel untuk transportasi
menimbulkan pencemaran udara jenis baru, dalam hal ini reaksi fotokimia
berperan penting. Reaksi foto kimia adalah suatu reaksi dengan penyerapan
radiasi matahari membantu dalam perubahan senyawa kimia.
2.6. Proses Terjadinya kelelahan
Kebisingan yang terus menerus terjadi pada suatu lantai produksi akan
mengganggu karyawan dan menyebabkan karyawan cepat mengalami kelelahan,
yang pada akhirnya akan mengganggu performansi kerja karyawan tersebut.
2.6.1. Fatique ( Kelelahan )
Banyak definisi tentang kelelahan ini, tetapi secara garis besarnya dapat dikatakan
bahwa kelelahan ini merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan, yang
secara umum terjadi pada setiap individu, yang sudah tak sanggup lagi untuk
melakukan aktifitasnya. Pada dasarnya pola ini ditimbulkan oleh dua hal, yaitu
akibat kelelahan fisiologis (fisik atau kimia) dan akibat kelelahan psikologis
(mental atau fungsional), ini bisa bersifat obyektif (akibat perubahan
performance) dan bisa bersifat subyaktif (akibat perubahan dalam perasaan dan
kesadaran).
Yang dimaksud dengan kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang timbul karena
adanya perubahan-perubahan fisiologis dalam tubuh. Dari segi fisiologis, tubuh
27
manusia dapat dianggap sebagai mesin yang mengkonsumsi bahan bakar dan
memberikan output berupa tenaga–tenaga yang berguna untuk melaksanakan
aktivitas sehari–hari. Pada prinsipnya terdapat beberapa macam mekanisme yang
dilakukan tubuh, yaitu: sistem peredaran, sistem pencernaan, sistem syaraf dan
sistem pernafasan. Kerja fisik yang kontinyu, berpengaruh terhadap mekanisme–
mekanisme diatas. Baik secara sendiri–sendiri ataupun sekaligus.
Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk–produk sisa dalam otot dan
peredaran darah, dimana produk–produk sisa ini bersifat bisa membatasi
kelangsungan aktivitas otot atau mungkin bisa dikatakan bahwa produk–produk
sisa ini mempengaruhi serat–serat syaraf pusat sehingga menyebabkan orang
menjadi lambat kerjanya jika sudah lelah. Fatique (kelelahan fisik) itu sendiri
adalah suatu kelelahan yang terjadi pada syaraf dan otot–otot manusia sehingga
tidak dapat berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Maka berat beban yang
dikerjakan dan semakin tidak teraturnya pergerakan, maka timbulnya fatique akan
lebih cepat. Barnes menggolongkan kelelahan dalam tiga hal tergantung darimana
hal ini dilihat, yaitu:
 Merasa lelah
 Kelelahan karena perubahan fisiologis dalam tubuh
 Menurunnya kemampuan kerja
Faktor – faktor yang mempengaruhi fatique:
 Besarnya tenaga yang dikeluarkan
 Cara dan sikap melakukan aktifitas
 Jenis olah raga
 Jenis kelamin
 Umur
Fatique dapat ditentukan atau diukur dengan:
 Mengukur kecepatan denyut jantung dan pernafasan
 Mengukur tekanan darah, peredaran darah udara dalam paru -paru, jumlah
oksigen yang dipakai, jumlah CO2 yang dihasilkan, temperatur badan,
komposisi kimia dalam urine dan darah.
28
 Menggunakan alat penguji kelelahan Riken Fatique Indikator dengan
ketentuan pengukuran elektroda logam melalui tes variasi perubahan air liur
(Salvina) karena lelah.
Pengukuran kelelahan dilakukan dalam praktek ini dimana hasil pengukuran
dibandingkan dengan indek penunjuk dan pembeda warna untuk mengetahui
tingkat kelelahannya. Berikut ini diberikan suatu daftar yang biasa digunakan
sebagai patokan untuk mengetahui telah datangnya gejala–gejala atau perasaan–
perasaan dari kelelahan:
1) Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki terasa berat,
menguap, pikiran merasa kacau, mengantuk, mata terasa “berat” kaku dan
canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri dan merasa ingin
berbaring.
2) Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat
berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung
untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat
mengontrol sikap dan tidak tekun dalam pekerjaan.
3) Sakit kepala, kekakuan bahu, merasa nyeri di punggung, pernapasan merasa
tertekan, haus, suara serak, merasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor
pada anggota badan dan merasa kurang sehat badan.
Gejala-gejala yang termasuk kelompok 1 menunjukkan perlemahan kegiatan,
kelompok 2 menunjukkan perlemahan motivasi dan kelompok 3 menunjukkan
kelelahan fisik akibat psikologis. Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara,
diantaranya :
 Mengatur lingkungan fisik sebaik–baiknya seperti: temperatur, kelembaban,
sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran, bau-bauan dan lain–lain.
 Berusaha untuk motoni dan ketegangan–ketegangan akibat kerja, misalnya :
dengan penggunaan warna dan dekorasi ruangan kerja, menyediakan musik,
menyediakan waktu–waktu olah raga dan lain – lain.
29
2.6.2. Langkah-langkah Melakukan Pengukuran Kebisingan

Alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran kebisingan yaitu Sound
Level, kemudian alat itu diletakaan pada sumber kebisingan.

Catat berapa dB angka yang tertera pada sound level pada rentang waktu
tertentu.

Lakukan uji kecukupan dan keseragaman data dengan pendekatan statistik.

Kemudian hitung berapakah rata-rata kebisingan yang terjadi pada tempat
tersebut.

Identifikasi dan analisa kebisingan tersebut apakah masih ada dalam batas
kewajaran atau sudah ada diluar batas kewajaran.
2.7. Pengendalian Kebisingan Lingkungan Kerja
Bunyi didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran
melalui media elastis dan manakala bunyi-bunyi tersebut tidak dikehendaki, maka
dinyatakan sebagai kebisingan (Suma’mur, 1996). Kebisingan adalah bunyi yang
tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang
dapat mennimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan
(Depkes, 2001). Sedangkan berdasarkan Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No
48 tahun 1966 tentang Baku Tingkat Kebisingan, kebisingan diartikan sebagai
bunyi yang tidak diinginkan dari usaha dan kegiatan dalam waktu tertentu yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Pengaruh utama dari kebisingan terhadap gangguan kesehatan adalah kerusakan
indera pendengar yang menyebabkan ketulian progresif (Suma’mur,1996).
Berdasarkan keputusan mentri kesehatan no 1405 tahun 2002 tentang Lingkungan
Kerja dan Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No 48 tahun 1966 tentang Baku
Tingkat Kebisingan, NAB untuk tingkat kebisingan diruang kerja maksimal 85
dBA.
Terdapat dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan
intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik atau disebut
Hertz (Hz), yaitu jumlah dari golongan-golongan yang sampai ditelinga setiap
detiknya. Intensitas atau arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam
30
suatu logaritmis yang disebut desibel (dB). Untuk mengendalikan intensitas
kebisingan maka diperlukan pengukuran kebisingan. Maksud pengukuran
kebisingan adalah untuk memperoleh data kebisingan dan mengurangi tingkat
kebisingan tersebut, sehingga tidak menimbulkan gangguan pendengaran.
Alat yang digunakan untuk pengukuran kebisingan adalah sound level meter, alat
ini mengukur kebisingan antara 30-130 dB dan dari frekuensi dari 20-20.000 Hz.
Berikut ini skala intensitas yang biasa terjadi di suatu tempat atau aibat suatu alat/
keadaan.
Tabel 2.2. Skala Intensitas Kebisingan Suatu Tempat Akibat Suatu Alat
(Sumber: Iftikar Z. Sutalaksana dkk, 1979)
Menulikan
Desibel
120
110
100
90
Sangat hiruk
80
70
Kuat
60
50
Sedang
40
30
Tenang
20
10
Sangat tenang
0
Batas dengan tertinggi
Halilintar
Meriam
Mesin uap
Jalan hiruk pikuk
Perusahaan sangat gaduh
Pluit polisi
Kantor gaduh
Jalan pada umumnya
Radio
Perusahaan
Rumah gaduh
Kantor umumnya
Percakapan kuat
Radio perlahan
Rumah tenang
Kantor perorangan
Auditorium
Percakapan
Suara daun-daun
Berisik
Batas dengar terendah
31
Tabel 2.3. Skala Intensitas Kebisingan
(Sumber: Iftikar Z. Sutalaksana dkk, 1979)
80
90
92
Lama Max
Pendengaran/jam
8
6
95
97
100
102
105
4
3
2
1,5
1
110
0,5
115
0,25
Intensitas Bunyi (dB)
Kemajuan industri dan teknologi antara lain ditandai dengan pemakaian mesinmesin yang dapat mengolah dan memprodusi bahan maupun barang yang
dibutuhkan oleh manusia secara cepat. Untuk membantu mobilitas manusia dalam
melaksanakan tugasnya digunakanlah alat-alat transportasi bermesin, baik udara,
laut maupun darat. Selain daripada itu, untuk mencukupi segala sarana dan
prasarana, digunakan pula perlatan bermesin untuk keperluan membangun
konstruksi fisik.
Pemakaian mesin-mesin seperti tersebut di atas seringkali menimbulkan
kebisingan, baik kebisingan rendah, kebisingan sedang maupun kebisingan tinggi.
Oleh karena itu kebisingan dapat mengganggu lingkungan dan merambatnya
melalui udara, maka kebisingan dapat dimasukkan sebagai pencemaran udara
walaupun susunan udara tidak mengalami perubahan. Menurut asal sumber,
kebisingan dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Kebisingan implusif
Kebisingan implusif yaitu kebisingan yang datangnya tidak secara terus menerus,
akan tetapi sepotong-sepotong. Contohnya kebisingan yang datang dari suara palu
yang dipukulkan, kebisingan yang datang dari mesin pemasang tiang pancang.
32
2. Kebisingan kontinyu
Kebisingan kontinyu yaitu kebisingan yang datang secara terus menerus dalam
waktu yang cukup lama. Contohnya kebisingan yang datang dari suara mesin
yang dihidupkan.
3. Kebisingan semi kontinyu (intermitten)
Kebisingan semi kontinyu (intermitten) yaitu kebisingan kontinyu yang hanya
sekejap, kemudian hilang dan mungkin akan datang lagi. Contohnya suara mobil
atau pesawat terbang yang sedang lewat.
Kebisingan adalah bunyi yang dapat mengganggu dan merusak pendengaran
manusia. Menurut teori fisika, bunyi adalah rangasangan yang diterima oleh
syaraf pendengaran yang berasal dari suatu sumber bunyi. Apabila syaraf
pendengaran tidak menghendaki rangsangan tersebut, maka bunyi tersebut
dinamakan sebagai suatu kebisingan. Untuk menyatakan kualitas suatu bunyi
digunakan pengertian sebagai berikut:
1. Frekuensi bunyi
Yaitu jumlah getaran perdetik. Satuan bunyi dinyatakan dalam Hertz (Hz).
2. Intensitas bunyi
Yaitu perbandingan tegangan suara yang datang dan tegangan suara standar yang
dapat didengar oleh manusia normal pada frekuensi 1000Hz, dengan satuan
decibel, disingkat dB.
Untuk menentukan tingkat kebisingan, kebisingan tersebut diukur melalui
intensitas bunyinya. Cara mengukur intensitas bunyi adalah melalui persamaan
sebagai berikut:
2
 p 
 …………………..(2.1)
Lp  10 Log 
 po 
n
Li
Pi 2

10 10 …………………..(2.2)


2
i  1 Po
i 1
n
 p
Lp= 20 log 10 
 p0

dB …………………(2.3)

33
Dimana:
Lp = Tingkat tekanan suara (dB)
P
= Tekanan suara (Pa)
Po = Tekanan suara referensi (20  Pa)
Li = Tingkat intensitas suara (dB)
Tekanan yang terukur (p) adalah nilai rms (root means square) tingkat tekanan
bunyi yang berhubungan langsung dengan energi bunyi yang terkandung, tingkat
tekanan bunyi referensi P0 adalah threshold pendengaran rata-rata orang dewasa
(2 X 10
-5
(N/m2) = 20  Pa), (1 Pa = 1 N/m2). Ini jauh lebih mudah mengukur
tekanan bunyi daripada intensitas bunyi. Oleh karena itu pada umumnya medan
bunyi diterangkan dengan tingkat tekanan bunyi yaitu sama dengan tingkat
intensitas bunyi untuk gelombang bidang pada ruang bebas.
2.8.Indra Pendengaran
Bersama dengan penglihatan, pendengaran adalah salah satu cara utama
mendapatkan informasi tentang lingkungan. Bagi sebagian besar manusia,
pendengaran merupakan saluran utama untuk berkomunikasi dan sarana untuk
mendengarkan musik. Semuanya itu dimungkinkan karena perubahan kecil dalam
tingkat tekanan suara dapat menggetarkan membran yang berada di dalam bagian
telinga.
2.8.1. Gelombang Suara
Suara berasal dari pergerakan atau vibrasi (getaran) suatu benda, seperti angin
yang meniup cabang-cabang pohon. Jika sesuatu bergerak, molekul udara di
depannya terdorong. Molekul-molekul itu mendorong molekul lain dan kemudian
kembali ke posisi awalnya. Dengan cara ini, gelombang perubahan tekanan (suatu
gelombang suara) ditransmisikan melalui udara, walaupun setiap molekul udara
individual tidak bergerak jauh. Gelombang udara ini analog dengan gelombang air
yang terjadi jika kita melemparkan sebuah batu ke danau yang tenang. Gelombang
suara dapat digambarkan dengan grafik tekanan udara sebagai fungsi dari waktu.
34
Grafik menggambarkan suatu gelombang sinus (dinamakan demikian, karena
mirip dengan fungsi gelombang sinus pada matematika). Bunyi yang bersesuaian
dengan gelombang sinus dinamakan nada murni. Nada murni penting untuk
menganalisis pendengaran karena suara yang lebih kompleks dapat dianalisis
menjadi nada murni, artinya di dekomposisi menjadi sebuah gelombang sinus
yang berbeda. Nada murni memiliki variasi dalam frekuensi (jumlah siklus
perdetik yang dinamakan Hertz), intensitasnya (perbedaan antara tekanan puncak
dan palung) dan waktu saat dimulainya gelombang. Aspek fisik menentukan
bagaimana kita merasakan (mengalami) suatu nada. Jelasnya, frekuensilah yang
menjadi dasar sensasi kita terhadap tinggi nada dan intensitas yang menjadi dasar
sensasi kita terhadap kenyaringan. Intnsitas suara biasanya dinyatakan dalam
desibel, peningkatan 10dB bersesuaian dengan perubahan kekuatan suara 10 kal;
20dB, perubahan 100 kali; 30dB, perubahan 1000 kali dan seterusnya.
2.8.2. Sistem Auditorius
Sistem auditorius terdiri dari telinga, bagian-bagian otak, berbagai jalur saraf
penghubung. Perhatian utama kita adalah terhadap telinga, bukan hanya
pelengkap di bagian samping kepala, tetapi seluruh organ pendengaran yang
sebagian besarnya terdapat dalam tengkorak.
Telinga mengandung dua sistem. Salah satu sistem memperkuat dan
mentransmisikan suara ke reseptor, dimana sistem lain mengambil alih tugas dan
mentrasduksikan suara menjadi impuls saraf. Sistem transmisi mencakup telinga
luar, yang terdiri dari daun telinga (atau pinna) dan kanalis auditorius dan telinga
dalam, yang terdiri dari gendang telinga dan rangkaian tiga tulang pendengaran.
Sistem transduksi terletak di telinga dalam yang dinamakan koklea, yang berisi
reseptor untuk suara.
Dibagian luar telinga tengah terdapat sebuah membran yang dinamakan gendang
telinga (membran timpani, eardrum). Gendang telinga ini peka terhadap getaran
gelombang suara yang masuk melalui telinga luar. Tugas telinga tengah adalah
mentransmisikan getaran pada gendang telinga melalui suatu ruang yang berisi
35
udara ke membran lain, foramen ovale (oval window), yang merupakan gerbang
masuk ke telinga dalam dan reseptor. Telinga tengah melakukan transmisi ini
melalui jembatan mekanis yang tersusun dari tiga tulang pendengaran, yang
dinamakan maleus, inkus dan stapes. Getaran gendang telinga menggerakkan
tulang pertama, yang selanjutnya menggerakan tulang kedua dan akhirnya tulang
ketiga. Tulang ketiga selanjutnya menggetarkan voramen ovale. Susunan mekanis
ini bukan hanya mentransmisikan getaran suara, tetapi juga memperkuatnya.
Sekarang marilah memperhatikan sistem transduksi. Koklea merupakan suatu
saluran tulang yang bergulung. Ia dibagi menjadi ruang-ruang cairan oleh sebuah
membran, yang salah satunya membran basilaris mendukung reseptor auditorik.
Reseptor dinamakan sel rambut karena memiliki struktur mirip rambut yang
menonjol ke dalam cairan. Tekanan di foramen ovale (yang menghubungkan
telinga tengah dan dalam) menyebabkan perubahan tekanan di cairan koklear,
yang selanjutnya menyebabkan membran basilaris bergetar, menghasilkan
pembengkokan sel rambut dan timbulnya impuls listrik. Melalui proses yang
kompleks ini, gelombang suara ditransduksikan menjadi impuls listrik. Neuron
yang bersinaps dengan sel rambut memiliki akson yang panjang yang membentuk
bagian dari saraf akustikus. Sebagian besar neuron auditorik itu berhubungan
dengan satu sel rambut. Terdapat sekitar 31.000 neuron auditorius di saraf
akustikus, jauh lebih kecil dari sekitar satu juta neuron di saraf optikus. Jalur di
auditorius dari tiap telinga menuju ke kedua sisi otak dan memiliki sinaps di
beberapa nukleus sebelum mencapai korteks auditorik.
2.8.3. Mendengarkan Intensitas Suara
Ingatlah bahwa dalam penglihatan, kita lebih peka trhadap suatu panjang
gelombang ketimbang panjang gelombang lain. Terdapat pula fenomena yang
serupa dalam pendengaran. Kita lebih sensitif terhadap suara dengan frekuensi
intermediet dibandingkan terhadap suara yang terletak pada ujung rentang
pendengaran.Terdapat dua jenis defek pendengaran utama. Pada yang pertama,
gelombang suara mengalami peninggian kira-kira sama pada semua frekuensi
sebagai akibat dari kondisi yang buruk di telinga tengah (ketulian konduksi).
36
Pada gangguan pendengaran lain, peninggian ambang tidak merata, dengan
peninggian terbesar terjadi pada frekuensi yang tinggi. Pola ini biasanya
merupakan akibat dari kerusakan telinga dalam, seringkali berupa destruksi sel-sel
rambut (ketulian sensori neural). Sel rambut jika rusak tidak mengalami
regenerasi. Ketulian sensori neural terjadi pada banyak individu lanjut usia. Inilah
mengapa orang lanjut usia seringkali mengalami gangguan pendengaran suara
bernada tinggi, yang menyebabkan mereka lebih sulit memahami suara wanita
ketimbang suara pria. Ketulian sensori neural pada lanjut usia tidak dapat
diperbaiki. Ketulian sensori neural juga dapat terjadi pada orang muda yang
terpapar suara yang terlalu nyaring. Pemusik rock, karyawan di lapangan terbang
dan operator pneumatic drill seringkali mengalami ketulian permanen.
Sering kita berpendapat bahwa intensitas suara yang dirasakan di kedua telinga
adalah sama, tetapi dalam faktanya terdapat perbedaan kecil. Suara yang berasal
dari sisi kanan, misalnya akan terdengar lebih nyaring di telinga kanan,
dibandingkan di telinga kiri. Hal ini terjadi karena kepala menyebabkan suatu
“bayangan suara,” yang menurunkan intensitas suara yang mencapai telinga jauh.
Tetapi hal tersebut bukan merupakan keterbatasan pendengaran, kita melokalisasi
dimana suara berasal (seakan-akan kita menyatakan “jika suara lebih nyaring di
telinga kanan dibandingkan ditelinga kiri, maka suara pastilah berasal dari sebelah
kanan”).
2.8.4. Mendengarkan Nada
Jika mendengarkan nada murni, kita bukan hanya mendengarkan kenyaringannya
tetapi juga nadanya, nada merupakan kualitas prima bunyi, yang disusun dari
skala rendah sampai tinggi. Saat frekuensi meningkat, nada meningkat. Kita
memiliki kemampuan yang sangat baik untuk mebedakan frekuensi suara. Orang
dewasa muda dapat mendengar frekuensi antara 20 dan 20.000 hertz (cycles per
second), dengan jarak nada kurang dari 1 hertz pada 100 hertz dan meningkat
menjadi 100 hertz pada 10.000 hertz.
37
Jika dua atau lebih frekuensi dibunyikan bersama-sama, kita dapat mendengar
nada suara yang berkaitan dengan masing-masing frekuensi, asalkan frekuensi
berbeda cukup jauh. Jika frekuensi berdekatan, sensasi ini masih lebih kompleks
tetapi masih tidak terdengar seperti nada murni tunggal. Jika terdapat resptor yang
dikhususkan untuk frekuensi yang berbeda, maka harus ada banyak tipe reseptor
tersebut.
2.9.
Metode Pengambilan Sampel
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan
ukuran sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Secara skematik teknik
sampling ditujukan pada gambar dibawah ini.
Teknik
Sampling
Non Probability
Sampling
Probability Sampling
·
·
·
·
Simple Random Sampling
Proportionate stratified Random
Sampling
Disproportionate Stratified
Random Sampling
Area (cluster) Sampling Daerah
·
·
·
·
·
·
Sampling Sistematis
Sampling Quota
Sampling Aksidental
Purposive Sampling
Sampling Jenuh
Snowball Sampling
Gambar 2.2. Teknik Sampling
(Sumber: Sugiyono, 2002)
Dari gambar tersebut terlihat bahwa, teknik sampling pada dasarnya dapat
dikelornpokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan nonprobability
Sampling. Probability sampling meliputi, simple random, proportionate stratified
random, dispropotionate stratified random, dan area random. Non-probability
sampling meliputi, sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental,
purposive sampling, sampling jenuh dan snowball sampling.
38
2.10.
Menentukan Ukuran Sampel
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel
yang 100% mewakili populasi adalah sama dengan populasi. Jadi bila jumlah
populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000 orang
tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan
jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel mendekati
populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya
makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan
generalisasi (diberlakukan umum). Menentukan ukuran sampel yang sangat
praktis, dapat menggunakan tabel dan nomogram. Tabel yang digunakan adalah
tabel Krejcie dan Nomogram Harry King. Dengan kedua cara tersebut tidak perlu
dilakukan perhitungan yang rumit. Krecjie dalam melakukan perhitungan ukuran
34 sampel didasarkan atas kesalahan 5%. Jadi sampel yang diperoleh itu
mempunyai keperc
ayaan 95% terhadap populasi. Harry King menghitung sampel tidak hanya
didasarkan kesalahan 5% saja, tetapi bervariasi sampai 15%. Tetapi jumlah
populasi paling tinggi hanya 2000. Nomagram ini ditujukan pada gambar dibawah
ini.
Gambar 2.3. Nomogram Harry King
(Sumber: Sugiyono, 2002)
39
Contoh:
Misalkan populasi yang diteliti sebanyak 200 orang. Bila dikendaki kepercayaan
terhadap populasi 95% atau tingkat kesalahan 5%, maka jumlah sampel yang
diambil sebanyak 58% (berdasarkan garis yang ditarik tegak luruh antara ukuran
populasi terhadap tingkat kesalahan). Jadi banyaknya sampel minimum yang
harus diambil adalah: 0.58 x 200 = 116 sampel.
Cara menentukan ukuran sampel seperti dikemukakan didasarkan atas asumsi
bahwa populasi berdistribusi normal.
2.11.
Metode Statistika dalam Pengolahan Data
Guna memperoleh hasil yang berarti dari data mentah yang telah dikumpulkan,
perlu dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan tool statistik yang sesuai
dengan tujuan penelitian.
 Uji Chi-Square
Pengujian statistik dengan metode square ini, digunakan untuk goodness of fit jika
ukuran sample besar (>30). Langkah-langkah yang dilakukan untuk uji
kenormalan dengan metode ini (Walpole, 1995) adalah:
Pada setiap interval, frekuensi pengamatan dinyatakan dengan f1, f2, f3, … dan
seterusnya. Sedangkan frekuensi teoritis dinyatakan dengan e1, e2, e3, … dan
seterusnya. Dalam melakukan pengujian, digunakan metode pengujian sebagai
berikut:
• Kelompokkan data dengan rumus:
Jumlah kelas = 1 + 3,322 log n……………………..….(2.4)
dengan: n = jumlah data
• Tentukan range antar kelas dengan rumus:
Range 
Datamax  Datamin
Jumlah Kelas
……………………………….......(2.5)
• Tentukan batas atas dan batas bawah kelas
• Hitung frekuensi setiap kelas.
• Hitung Z1 untuk batas bawah kelas dan Z2 untuk batas atas kelas.
Z
x 
………………………………………………(2.6)

dengan: µ = mean
σ = standar deviasi
40
• Tentukan P(Z1), yaitu probabilitas Z1 dan P(Z2) yaitu pobabilitas
Z2.
• Tentukan probabilitas P(Zi), yaitu P(Z2) – P(Z1).
• Tentukan Ei, yaitu frekuensi teoritis dengan persamaan:
Ei = P[P(Z2) – P(Z1)] x n……………………………...(2.7)
• Jika Ei terlalu kecil untuk suatu kelas, maka nilai χ2 akan terlalu ketat sehingga
menimbulkan banyak penolakan terhadap Ho. Untuk menghindari kesalahan
akibat Test pengujian χ2, kita harus mengikuti aturan umum, yaitu frekunsi
harapan paling sedikit harus 5. Jika suatu kelas interval memiliki frekuensi
harapan
<5,
maka
frekuensi
tersebut
harus
dinaikkan
dengan
cara
menggabungkan kelas yang berdampingan.
• Tentukan Chi-Square, hitung dengan rumus:
Chi  Squarehitung
 Ei  frekuensi 

Ei
2
………………(2.8)
• Chi-Square teoritis dapat dilihat dari tabel untuk α dan derajat kebebasan (df)
tertentu.
df = jumlah kelas – 1…………………………………..(2.9)
• Jika Chi-Square hitung < Chi-Square teoritis, maka data berdistribusi normal.
 Uji Rank-Spearman
Uji Rank-Spearman adalah sebuah uji statistik yang didasarkan atas ranking
(jenjang), koefisien korelasi rank spearman biasa dibaca rho (rs) adalah ukuran
asosiasi yang menuntut kedua variabel diukur sekurang-kurangnya dalam skala
ordinal sehingga obyek-obyek atau individu-individu yang dipelajari dapat
dirangking dalam dua rangkaian berurut. Rumus yang digunakan dalam uji ini
adalah sebagai berikut:
x   y  d
2 x y
2
rs 
2
2
2
2
……………………(2.10)
41
di mana
 x2 
N3  N
  Tx
12
…………………………(2.11)
 y2 
N3  N
  Ty
12
…………………………(2.12)
Keterangan : x = variabel 1
y = variabel 2
N= banyak data
T = banyaknya angka yang mempunyai rangking sama
Jika subyek-subyek yang skornya dipakai untuk menghitung rs ditarik dari suatu
populasi secara random, kita dapat menggunakan skor-skor itu untuk menentukan
apakah kedua variabel berasosiasi dalam populasi tersebut. Yaitu kita mungkin
ingin menguji hipotesis nol bahwa kedua variabel yang kita pelajari tidak
berasosiasi dalam populasinya, dan bahwa harga rs yang kita observasi berbeda
dari nol semata-mata secara kebetulan. Untuk menguji hipotesis tersebut, apakah
H0 ditolak atau diterima, maka rs hitung dibandingkan dengan nilai rs tabel dengan
derajat kebebasan (N-2). Kalau rs hitung lebih besar atau sama dengan nilai rs tabel
(rs hitung  rs tabel ), maka terima H0 berarti harga observasi tersebut signifikan untuk
tes satu sisi pada tingkat signifikansi yang ditentukan.
2.12.
Stress, Gairah kerja dan Performansi
Beberapa peneliti mendefinisikan stress sebagai tuntutan lingkungan dan
menyelidiki perubahan-perubahan dalam perilaku yang merupakan akibat dari
stress seperti kebisingan, kurang tidur, keadaan udara yang kotor dan lain-lain.
Yang lain menganggap stress sebagai respon mahluk terhadap tuntutan
lingkungan. Banyak orang sekarang ini lebih membatasi definisi stress dalam
istilah transaksional, dengan menganggap stresss sebagai kondisi psikologis yang
muncul ketika ada persepsi dari ketidak seimbangan antara keinginan seseorang
dan kemampuannya dalam memenuhi keinginan tersebut.
42
Kesadaran kondisi seseorang dapat ditempatkan pada rangkaian kesatuan gairah
kerja yang luasnya meliputi dari tidur, berbagai macam kondisi rasa kantuk,
kesadaran yang meningkat, sampai kondisi yang nyaman. Mekanisme saraf yang
terlibat dapat ditunjukkan dalam gambar berikut:
Cortex
+ve
+ve
Formasi
Retikulasi
Sistem saraf
otonomis
+ve
Indera
Eksternal
+v
Otot
+v
-ve
Usus
+ve =excitatory
input
Gamabar 2.4. Neuro Psikologi Gairah Kerja
(Sumber: Eko Nurmianto, 2004)
Input-input yang tidak khusus dari berbagai alat sensor menentukan tingkat
aktifitas keseluruhan dari formasi retikulasi otak puast, yang mensimulasikan
cerebral cortex melalui saluran kecil yang menanjak. Saluran kecil yang menurun
dari cortex ke formasi retikulasi bertanggung jawab pada efek-efek penggairah
aktifitas mental dan dengan baik akan tetap bergairah meskipun sedang lelah,
dimana seseorang yang termotivasi dengan baik akan tetap bergairah meskipun
sedang lelah, dan sebagainya.
Hubungan yang berkebalikan antara formasi retikulasi dengan pusat tulang
belakang, yang mengendalikan akibat fungsi otot dalam suatu peningkatan dalam
otot saat gairah tinggi. Informasi indera dari usus tampak memiliki efek
penghambat pada formasi retikulasi, dengan demikian seseoarang bisa mengantuk
setelah makan. Semua efek ini dilapiskan pada siklus normal harian dari tidur dan
bangun.
43
Pada umumnya, variasi dan perubahan dalam input mental yang mungkin
mencapai kesadaran. Pendorong secara tetap atau berulang (Jika tidak terlalu
berminat) cenderung dikeluarkan. (Proses ini dinamakan pembiasaan), baik
tingkat rendah ataupun tingkat tinggi dan gairah kerja tidak sesuai dengan
performansi pelaksanaan kerja yang efektif. Hubungan gairah kerja dengan
performansi digambarkan dengan kurva U yang terbalik. Hubungan ini dikenal
dengan nama hukum Yerkes-Dodson yang menjelaskan bahwa kelelahan akan
menurunkan gairah kerja dan performansi kerja akan turun sebagai fungsi linear
gairah kerja. Pada level gairah kerja yang rendah (ketika mengantuk atau baru
saja bangun tidur), sistem saraf pusat tidak responsif-pesan sensor dapat tidak
sampai, kendali motorik rendah dan pada saat tersebut seseorang kehilangan
kesadaran. Pada level yang moderat seseorang tersadar dan terjaga untuk
melakukan kegiatan, dan performansi optimal. Setelah titik ini, performansi turun
karena sistem saraf menjadi terlalu responsif – perilakunya menjadi tidak teratur
dan akhirnya “membeku” semuanya.
Tingkat gairah kerja seseorang akan tergantung yaitu pada kerumitan pekerjaan
yang dia kerjakan dan pada kondisi tempat lingkungan dia bekerja. Welford
(1973) menganggap stress meningkat saat adanya keberangkatan mulai kondisi
lingkungan yang optimal atau tingkat stimulasi yang seseorang tidak mampu
memperbaikinya. Faktor-faktor
yang meningkatkan tingkat gairah kerja
membantu mempertahankan tingkat performansi (Welford). Overload dan
Underload merupakan stress. Sehingga hubungan antara stress dan gairah kerja
dapat dianggap sebagai bentuk U (Levi,1972). Hal ini memperkirakan bahwa
performansi akan turun sebagai fungsi linear stress.
Download