PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN MESIN PRODUKSI PT. EASTERN PEARL FLOUR MILLS (PT. EPFM) MAKASSAR Tri Rezky Sanur. M 1), Nurlaela Rauf 2) dan Bannu Abdul Samad3) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin 2017 Perumahan Dosen UNHAS – Tamalanrea Makassar Email : [email protected] Abstrak Penelitian ini dilakukan pada PT. Eastern Pearl Flour Mills (PT. EPFM). PT. Eastern Pearl Flour Mills (PT. EPFM) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang produksi tepung terigu. Proses produksi tepung terigu menggunakan mesin-mesin produksi berpotensi menimbulkan kebisingan. Pengumpulan data dilakukan pada 20 titik pengukuran setiap lantainya selama 5 hari. Hasil pengukuran tingkat kebisingan yang didapatkan telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang di berikan oleh Peraturan Menteri Tenaga Kerja (PERMENAKER) RI No. PER.13/MEN/X/2011 yaitu 94 dBA untuk waktu pemaparan 1 jam. Dengan demikian, perlu dilakukan perbaikan untuk mereduksi paparan bising dengan menggunakan alat pelindung telinga demi keamanan petugas maupun pengunjung pabrik terigu serta mengganti alat yang sudah tidak layak untuk digunakan. Dapat pula diketahui bahwa Nilai kebisingan pada saat mesin beroperasi terukur lebih tinggi dari nilai kebisingan alat mesin produksi. Kata Kunci : Kebisingan, Nilai Ambang Batas (NAB), Tingkat Kebisingan Mesin Produksi dan Perbandingan Tingkat Kebisingan. Abstract This research was conducted at PT. Eastern Pearl Flour Mills (PT. EPFM). PT. Eastern Pearl Flour Mills (PT. EPFM) is a company engaged in the production of wheat flour. Flour production process using the production machines has the potential to generate noise. The data collection was conducted on 20 measurement points every floor for 5 days. The measurement results obtained noise level has exceeded the Threshold Limit Value (TLV) that is given by the Minister of Manpower (PERMENAKER) No. PER.13 / MEN / X / 2011 of 94 dBA for an exposure time of 1 hour. Thus, need to be improved to reduce noise exposure by using ear protective devices for the safety of personnel and visitors a flour mill. Keywords: Noise, Threshold Limit Values (TLV), Noise Level Production Engineering and Noise Level Comparison. A. PENDAHULUAN Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan. Untuk mencapai maksud tersebut maka pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi [1]. Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial masyarakat, bahkan merupakan salah satu faktor yang menentukan kesejahteraan penduduk, termasuk dalam lingkungan pabrik terigu. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan adalah polusi suara atau yang disebut dengan kebisingan [2]. Pada umumnya, di .pabrik terigu terdapat beberapa tempat produksi yang merupakan tempat pengolahan tepung terigu yang dilakukan oleh setiap karyawan. Jumlah karyawan yang melakukan pengolahan ataupun pemantauan mesin produksi dapat menambah sumber bunyi dalam pabrik tersebut. Bunyi pada tingkatan tertentu dapat berubah menjadi bising yang mengganggu lingkungan pengolahan. Berdasarkan ketentuan pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996, tentang Standart Baku Tingkat Kebisingan pada kawasan perindustrian tidak diperbolehkan melebihi 70 dB. Sedangkan untuk Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja (PERMENAKER) RI No. PER.13/MEN/X/2011 bahwa waktu pemajanan per hari dalam waktu 1 jam yaitu 94 dB. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Megawaty (2007) tentang analisis hasil pengukuran tingkat kebisingan di Kantor Pabrik Gula Takalar dengan hasil rata-rata melebihi dari ambang batas bising yang diizinkan. Bising siang rata-rata 76,6 dB dan untuk bising malam rata-rata 74,6 dB [3]. Kemudian berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizka Ramadhani Ruray (2012) tentang gangguan pendengaran akibat bising terhadap pekerja bagian maintenance di PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar [1]. Pengendalian bising pada ruang kerja maupun lingkungan sekitarnya pada suatu pabrik, bertujuan untuk menyediakan keadaan yang nyaman untuk produksi, perambatan dan penerimaan bunyi yang diinginkan. Berdasarkan hal ini, sangatlah perlu dilakukan penelitian yang sifatnya mengevaluasi kebisingan yang terjadi di salah satu pabrik, yaitu pabrik terigu yang terletak di kota Makassar. Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran tingkat kebisingan mesin produksi pada pabrik terigu, yang diukur adalah lokasi yang berpeluang besar menimbulkan kebisingan yang kemudian dibandingkan untuk mengetahui tingkat bising yang ditimbulkan pada saat pengukuran dengan tingkat bising yang ada pada mesinn produksi. B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Profil PT. Eastern Pearl Flour Mills (PT. EPFM) Makassar Pabrik tepung terigu di Makassar didirikan pada tahun 1972 dengan status PMA (Penanaman Modal Asing) dengan nama PT. Prima Indonesia sampai dengan tahun 1984. Kemudian tahun 1984 menjadi PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dengan nama PT. Berdikari Sari Utama Flour Mills, yang beralamat di Jalan Hatta no 302 dan jalan Nusantara Baru no 36 Makassar. Namun sejak tahun 2000 PT. Eastern Pearl Flour Mills diambil alih oleh investor asing Interflour Group yang berkantor pusat di Swiss kemudian terakhir tahun 2004 berganti nama menjadi PT. Eastern Pearl Flour Mills [4,5]. Produk utama PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar ada empat merek terigu yaitu merek Gunung, Kompas, Gerbang dan Gatotkaca, semua terigu yang dihasilkan merupakan kualitas utama. Tetapi biasanya dalam penggunaannya terdapat spesifikasi penggunaan yang berbeda [5]. 2. Bunyi Bunyi merupakan perubahan tekanan dalam udara yang ditangkap oleh gendang telinga dan disalurkan ke otak. Bunyi dapat didefinisikan sebagai hasil dari variasi tekanan (dalam udara, air atau media lainnya). Suara atau bunyi secara fisis merupakan penyimpangan tekanan, pergeseran partikel dalam medium elastis seperti misalnya udara. Secara fisiologis merupakan sensasi yang timbul sebagai akibat propagasi energi getaran dari suatu sumber getar yang sampai ke gendang telinga. Suara memiliki manifestasi yang berbeda, yang sangat berpengaruh pada karyawaan ataupun masyarakat [2,6]. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik dengan satuan Hertz (Hz), yaitu jumlah gelombang bunyi yang sampai ditelinga perdetiknya. Intensitas adalah besarnya tekanan yang dipancarkan oleh sumber suara. Tekanan suara terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara sebelum dan sesudah dipengaruhi oleh bunyi. Intensitas bunyi biasanya dinyatakan dalam suatu satuan logaritmis yang disebut Decibel (dB) [2]. 3. a. dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran [9,10]. Nilai Ambang Batas (NAB) menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja (PERMENAKER) RI No. PER.13/MEN/X/2011, yaitu[11] : Bising Pengertian Kebisingan Bising merupakan suara atau bunyi yang mengganggu. Bising dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian[7,8]. Kebisingan merupakan suatu suara / bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses Tabel 1. Nilai Ambang Batas kebisingan sesuai waktu pemaparan per hari. Waktu Pemaparan per Hari Intensitas Kebisingan (dB) 8 4 2 1 Jam 85 88 91 94 30 15 7,5 3,75 1,88 0,94 Menit 97 100 103 106 109 112 28,12 14,06 7,03 3,52 1,76 0,88 0,44 0,22 0,11 Detik 115 118 121 124 127 130 133 136 139 Pada tingkat kebisingan sebesar 94 dB hanya diperbolehkan bekerja selama 1 jam agar tidak mengakibatkan gangguan kesehatan. Tingkat kebisingan sebesar 85 dB merupakan nilai ambang batas (NAB) SNI No. 16-7063-2004 untuk 8 jam kerja. Selain itu, area produksi memiliki jumlah operator yang paling banyak terpapar kebisingan [12,13]. Gangguan pendengaran akibat bising (Noise Induced Hearing Loss/ NIHL) adalah tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Hal yang dapat menimbulkan ketulian akibat kebisingan adalah intensitas bising yang tinggi, waktu pemajanan per-hari dan kepekaan individu[14]. b. Sumber-sumber Kebisingan Sumber bising adalah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran baik dari sumber yang bergerak maupun sumber yang tidak bergerak [15]. Menurut peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996, batasan bising yang diperbolehkan dapat dilihat pada Tabel II, yaitu[16] : Tabel 2. Standar Baku Tingkat Kebisingan a. Peruntukan Kawasan / Lingkungan Kegiatan Peruntukan Kawasan 1. Perumahan 2. Perdagangan dan Jasa 3. Perkantoran dan Perdagangan 4. Ruang Terbuka Hijau 5. Industri 6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 7. Rekreasi 8. Khususnya : Bandar Udara, Stasiun Kereta Api dan Pelabuhan Laut Tingkat Kebisinga (dB) 55 70 65 50 70 60 70 70 b. Cagar Budaya Lingkungan Kegiatan 1. Rumah Sakit atau Sejenisnya 2. Sekolah atau Sejenisnya 3. Tempat Ibadah atau Sejenisnya 60 55 55 55 Tabel II.2 di atas menunjukkan acuan pada masing-masing tempat yang memiliki standart bising yang diperbolehkan. Misalnya untuk daerah perindustrian standart baku tingkat kebisingan yang diperbolehkan sebesar 70 dB. c. Faktor Penyebab Kebisingan Adapun faktor-faktor alami yang mempengaruhi penurunan tingkat kebisingan, yaitu jarak, serapan udara, angin dan permukaan bumi [2]. d. Jenis-Jenis Kebisingan Kebisingan berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia dapat dibedakan menjadi 4, yaitu [10] : a. Bising yang mengganggu. b. Bising yang menutupi. c. Bising yang merusak. Sedangkan jenis kebisingan berdasarkan intensitas bising dapat dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu [10] : a. Kebisingan menetap berkelanjutan tanpa putus-putus dengan spektrum frekuensi yang lebar. b. Kebisingan menetap berkelanjutan dengan spektrum frekuensi tipis. c. Kebisingan terputus-putus. d. Kebisingan impulsif. e. Kebisingan impulsif berulang. e. Dampak Kebisingan Pengaruh nyata antara tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh arus kendaraan terhadap gangguan pada masyarakat sekitarnya ditunjukkan pada hasil survei yang dilakukan oleh Brown (1979) di jalan tol South-East Brisbane. Jika individu terus-menerus terpapar kebisingan dapat berdampak negatif bagi individu tersebut. Dampak negatif ini dikelompokkan menjadi 3 (tiga) sebagai berikut [17] : 1. Gangguan Psikologis. 2. Gangguan Pendengaran. 3. Gangguan tubuh lainnya. Alat Ukur Kebisingan Ada beberapa macam peralatan pengukuran kebisingan, antara lain Sound Survei Meter (SSM), Sound Level Meter (SLM), Octave Band Analyzer (OBA), Narrow Band Analyzer (NBA), dan lain-lain. Untuk permasalahan bising, alat Sound Level Meter (SLM) dan Octave Band Analyzer (OBA) sudah cukup banyak memberikan informasi [2]. data pada 4 titik di setiap masing-masing lantai. PT. Eastern Pearl Flour Mills terletak di Jl. Hatta No. 302 Makassar, Sulawesi-Selatan. 2. Alat dan Bahan Ada pun alat dan bahan yang digunakan selama penelitian, yaitu SLM (Sound Level Meter), stopwatch, meteran, alat tulis, earplug, masker dan helm pelindung telinga. 3. Prosedur Kerja Adapun prosedur kerjanya, yaitu : a. Survei Lokasi Penelitian b. Penentuan Titik-titik Pengukuran c. Pengambilan Data Tahap Persiapan Pengambilan Data Primer L1 : 08.00 - 10.00 = 09.00 WITA L2 : 10.00 - 12.00 = 11.00 WITA L3 : 12.00 - 14.00 = 13.00 WITA L4 : 14.00 – 16.00 = 15.00 WITA Pengambilan Data Sekunder d. Pengolahan Data DAFTAR PUSTAKA [1] Ruray, R.R., 2012. Gangguan Pendengaran Akibat Bising Pada Pekerja Bagian Maintenance di PT. Eastern Flour Mills Makassar. Skripsi Fakultas Kedokteran. Makassar : Universitas Hasanuddin. [2] Andriyani, S.R.F., 2015. Pengukuran Tingkat Kebisingan Rata-Rata Harian di Ruang Tunggu Instalasi Rawat Jalan RSD dr. Soeebandi Jember. Dipublikasikan Skripsi. Universitas Jember. [3] Megawati, S., 2007. Analisis Hasil Pengukuran tingkat Kebisingan di Kantor Pabrik Gula Takalar. Dipublikasikan Skripsi. Makassar : Universita Hasanuddin. [4] ScreenShots Google Earth. Lokasi Letak PT. Eastern Pearl Flour Mills (PT. EPFM) Makassar. Di akses pada hari Senin, tanggal 9 Mei 2016. Pukul 13.00 WITA. [5] InterFlour Grup, 2013. http://wwww.interflourgroup.com.html. Di akses pada hari Senin, tanggal 9 Mei 2016. Pukul 19.00 WITA. [6] Lobanov, I.D & Denisov, A.V., 2016. A mathematical model of fluctuation noise based on the wavelet transform. St. Petersburg Polytechnical University Journal: Physics and Mathematics 000 (2016) 1-4. f. C. METODE PENELITIAN 1. Waktu dan Tempat Penelitian Pengukuran ini dilaksanakan pada hari kerja, untuk mendapatkan data yang representatif. Pengambilan [7] Beegum, J.D., Chithraprasad, D., Jacob, A., Ananthakrisnan, D.S., Nair, G., Nair, N.S & Isaac, I.M., 2016. Separation of Power-Line Noise Fro Tinnitus Sound, to Aid Medical Diagnoses. Journal homepage : www.elsevier.com/pisc. TKM College of Engineering, Kollam : India PiSC-13; No. of Pages 3. [13] Fredianta, G.D., Huda. E.L.N & Ginting E., 2013. Analisis Tingkat Kebisingan Untuk Mereduksi Dosis paparan Bising di PT. XYZ. Departemen Teknik Industri. Fakultas teknik. Universitas Sumatra Utara : Medan. Jurnal Teknik Industri FT USU Vol. 2, No.1, Mei 2013 pp. 1-8. [8] Wijayanti, M.W., 2014. Hubungan Intensitas Kebisingan Dengan Penurunan Ambang Dengar pada Tenaga Kerja di PT. Putri Indah Pertiwi Desa Pule, Gedong, Pracimantoro, Wonogiri. Naskah Publikasi Ilmiah. Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammaddiyah : Surakarta. [14] Kusmandari, C.D., 2008. Pengaruh Intensitas Kebisingan Pada Proses Sugu dan Proses Ampelas terhadap Penengaran Tenaga kerja di Bengkel Kayu X. Dosen Universitas Bina Darma : Palembang. Jurnal Ilmiah TEKNO Vol. 5, No. 2, Oktober 2008 : 87 – 96. [15] NIOSH, 1998. Criteria for a Recomended Standard Occupational Niose Exposure Revised Criteria 1998. U.S Department of Health and Human Services. Public Health Service. Centers for disease Control and Prevention, National Institute for Occupational Safety and Health Cincinnati, Ohio. US. [10] Fanny, N., 2015. Analisis Pengaruh Kebisingan Terhadap Tingkat Konsentrasi Kerja Pada Tenaga Kerja di Bagian Proses PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. Jurnal APIKES Citra Medika Surakarta, Vol. 5 No. 1 Februari 2015. ISSN : 2086 – 2628. [16] Hariyanto, E., Asmoro, W.A & Dhanardono, T., 2012. Penentuan Tingkat Kebisingan Siang Malam Di Perkampungan Bungurasih Akibat Kegiatan Transportasi Terminal Purabaya Surabaya. Jurusan Teknik Fisika. Jurnal Institut Teknologi Sepuluh November : Surabaya. [11] Iskandar, H.A.M., 2011. Peraturan Menteri tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. [17] Sembiring, E.L & Surbakti, M.S., 2013. Analisis Kebisingan Akibat Arus lalu Lintas di Jalan Gagak Hitam (Ring Road) Medan dan Tingkat Ketergangguan Masyarakat. Departemen teknik Sipil. Jurnal Universitas Sumatra Utara : Medan. [12] Umyati, A., Yadi, Y.H & Anton., 2015. Pengaruh Tingkat Kebisingan Terhadap Gangguan Pendengaran Pada karyawan PT. Citramata Persada Raya Sektor Blasting Painting. Jurusan Teknik Industri. Fakultas Tenik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa : Banten. Seminar Nasional IENACO – 2015. ISSN : 2337 – 4349. [18] Carvalho, L.M.A.D., Gonsalez, E.C.D.M & Lorio, M.C.M., 2016. Speech Perseption in Noise in The Elderly : Interactions Between Cognitive Perfomance, Depressive Symptoms, and Education. Brazilian Journal of Otorhinolaryngology. Universidade Federal de Sao Paulo (UNIFESP). BJORL – 377 ; No. of Pages 6. [9] Choi, W.S., Choi, Y., Hong, S.Y., Kwon, H.W & Jung, C.M., 2016. Turbulence-Induced Noise of A Submerged Cylinder Using A Permeable FW-H Method. International Journal of Naval Architecture and Ocean Engineering xx (2016) 1-8.