tugas 1BAB I rangkuman

advertisement
TUGAS RANGKUMAN
BUKU ETIKA BISNIS
MANUEL G. VELASQUEZ
Dosen Pengajar :
Iga Aju Nitya Dharmani, SE,. MM.
Oleh :
Riau Ega Agata S. / 01210070
FAKULTAS EKONOMI/MANAJEMEN
UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA
TAHUN AJARAN 2014/2015
BAB I .......................................................................................... 4
1.1 Hakikat Etika Bisnis ........................................................... 4
1.1.1 Moralitas ...................................................................................................................... 4
1.1.2 Etika ............................................................................................................................. 6
1.1.3 Etika Bisnis .................................................................................................................. 6
1.2 Perkembangan Moral dan Penalaran Moral ................... 7
1.2.1 Penalaran Moral ........................................................................................................... 7
1.2.2 Menganalisa Penalaran Moral ..................................................................................... 8
BAB I
1.1 Hakikat Etika Bisnis
Menurut kamus, istilah etika memiliki beragam makna yang berbeda. Salah
satu maknanya adalah : “prinsip tingkah laku yang mengatur individu atau
kelompok.”
Makna kedua mengenai etika adalah sebuah kajian moralitas. Para ahli etik
menggunakan istilah kimia untuk mengacu terutama pada pengkajian moralitas, sama
seperti ahli kimia menggunakan istilah kimia untuk mengacu pada pengkajian unsurunsur subsansi kimia. Meskipun etika berkaitan dengan moralitas, namun tidak sama
persis dengan moralitas. Etika adalah semacam penelaahan baik aktivitas penelaahan
maupun hasil-hasil penelaahan itu sendiri, sedangkan moralitas merupakan subyek.
1.1.1 Moralitas
Moralitas didefinsikan sebagai pedoman yang dimiliki individu atau
kelompok mengenai apa itu benar dan salah, atau baik dan jahat.
Contoh kasus :
B.F. Goodrich, pemanufaktur komponen kendaraan pesawat terbang,
memenangkan kontrak militer untuk mendesain, menguji dan memproduksi rem
pesawat A7D, sebuah pesawat baru yang sedang didesain Angkatan Udara. Untuk
mengonversi berat, Goodrich menjamin bahwa rem yang diproduksinya tidak
melebihi berat 106 pound, terdiri atas empat piringan kecil atau “rotor”, dan mampu
menghentikan pesawat dalam jarak tertentu. Kontrak tersebut secara potensial sangat
menguntungkan bagi perusahaan sehingga para manajer sangat berminat untuk
mencipakan rem yang “bermutu”, yaitu dengan sukses dapat lolos ter dan mampu
menghentikan pesawat seperti yang diharapkan. Kermit Vandivier, seorang karyawan
Goodrich, mendapatkan tugas untuk bekerja sama dengan para insinyur Goodrich
untuk membuat laporan tentang tes rem tersebut, yang tidak akan dipersoalkan
pemerintah dan mungkin tidak perlu diulang. Namun sayang, tulis vandivier
kemudian, ketika rem kecil itu diuji linings pada permukaan rotor berulang kali
“terhapus” sebab tidak terdapat luas permukaan yang mencukupi untuk menghentikan
pesawat sehingga menyebabkan panas yang berlebih dan merusak Linings.
Namun supervisor berkata kepadanya bahwa rem tersebut tetap akan
diloloskan walaupun masih terdapat adanya masalah. Setelah dilakukan beberapa tes,
Vandivier diminta untuk membuat laporan yang menyatakan bahwa rem tersebut
lolos uji. Jika itu dilakukan maka Vandivier akan memanipulasi data tes karena yang
terjadi tidak demikian adanya. Vandivier berada dalam sebuah keputusan yang sulit,
disatu sisi, jika tidak membuat laporan tersebut, maka orang lain akan ditunjuk untuk
membuat laporan tersebut, potensi dia dipecat atau mengundurkan diri akan sangat
besar sedangkan dia telah mendapatkan semua yang dia butuhkan dari perusahaan,
mulai dari gaji besar, masa depan yang cerah, dan tercukupinya kehidupan seharihari, tetapi jika meloloskan tes uji rem tersebut yang bisa dikatakan sebuah penipuan
A7D, akan terjadi masalah dikemudian hari yang dapat membahayakan nyawa orang
lain.
Namun tagihan-tagihan tidak dibayar dengan kepuasan personal, begitu pula
rumah tidak dibayar dengan prinsip-prisip etis. Setelah melakukan perbincangan
dengan eksekutif senior yang ditugaskan di proyek tersebut dia mendapat arahan
untuk tetap melakukan pembuaatan laporan itu. Sehingga dia memutuskan untuk
menerima dan membuat laporan tersebut terlepas apa yang akan terjadi di kemudian
hari.
Dalam kasus Goodrich, keyakinan Vandivier bahwa yang benar itu baik dan
membahayakan hidup orang lain itu salah dan keyakinannya bahwa integritas itu baik
dan ketidakjujuran itu buruk, merupakan pedoman moral yang dia pegang. Kita dapat
menebak bahwa dia mungkin berkeyakinan bahwa laporan harus ditulis dengan tata
bahasa yang bagus, bahwa dipecat dari pekerjaan yang bergaji bagus, menyenangkan
dan menantang telah terbayang sebelum membuat laporan yang jujur, dan bahwa
semuanya telah sesuai dengan hokum. Norma tentang tata bahasayang bagus,
pekerjaan yang bergaji bagus, menyenangkan dan menantang, dan hokum pemerintah
juga merupakan standar. Akan tetapi,standar-standar ini bukan standar moral. Kasus
Vandivier juga menunjukkan bahwa kita sering memilih standar nonmoral daripada
standar moral.
Para ahli etika mengajukan lima ciri yang berguna untuk menentukan hakikat
standar moral. Yaitu :
1. Standar moral berkaitan dengan persoalan yang kita anggap akan merugikan
secara serius atau benar-benar akan menguntungkan manusia.
2. Standar moral ditetapkan atau diubah oleh keputusan dewan otoritatif tertentu.
Standar hokum dan legal dibuat oleh otoritas pembuat undang-undang atau
keputusan pemilih.
3. Standar moral harus lebih diutamakan daripada nilai lain termasuk
“khususnya?” kepentingan diri.
4. Secara umum, standar moral berdasarkan pada pertimbangan yang tidak
memihak
5. Standar moral diasosiasikan dengan emosi tertentu dan kosakata tertentu.
Standar moral, dengan demikian, merupakan standar yang berkaitan dengan
persoalan yang dianggap mempunyai konsekuensi serius, didasarkan pada penalaran
yang baik bukan otoritas, melampaui kepentingan diri, didasarkan pada pertimbangan
yang tidak memihak, dan pelanggarannya diasosiasikan dengan perasaan bersalah
dan malu dan dengan kosakata moral tertentu.
1.1.2 Etika
Etika adalah merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan
standar moral masyarakat, yang mempertanyakan bagaimana standar-standar
diaplikasikan dalam kehidupan dan apakah standar ini masuk akal atau tidak masuk
akal.
1.1.3 Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benardan
salah. Studi ini berkosentrasi pada standar moral dan bagaimana standar itu
diterapkan ke dalam sistem dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk
memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-
orang yang ada di dalam organisasi. Studi ini tidak hanya mencakup analisis norma
moral dan nilai moral, namun juga berusaha mengaplikasikan kesimpulankesimpulan analisis tersebut ke beragam institusi, teknologi, transaksi, aktivitas, dan
usaha-usaha yang kita sebut bisnis.
1.2 Perkembangan Moral dan Penalaran Moral
Berdasarkan riset yang telah dilakukan Psikolog Lawrence Kohlberg selama
lebih dari 20 tahun, ada 6 tingkatan yang teridentifikasi dalam perkembangan
kemampuan seseorang untuk berhadapan dengan isu-isu moral. Kohlberg
mengelompokkan tahapan perkembangan moral menjadi tiga tingkat, yang
diantaranya adalah :
Level Satu: Tahap Prakonvensional
Tahap Satu: Orientasi hukuman dan ketaatan
Tahap Dua: Orientasi Instrumen dan Relativitas
Level Dua: Tahap Konvensional
Tahap Tiga: Orientasi Kesesuaian Interpersonal
Tahap Empat: Orientasi Hukum dan Keteraturan
Level Tiga: Tahap Postkonvensional, Otonom, atau Berprinsip
Tahap Lima: Orientasi Kontrak Sosial
Tahap Enam: Orientasi Prinsip Etis Universal
1.2.1 Penalaran Moral
Penalaran moral mengacu pada proses penalaran dimana perilaku, institusi,
atau kebijakan, dinilai sesuai atau melanggar standar moral. Penalaran moral selalu
melibatkan dua komponen mendasar: (a) Pemahaman tentang yang dituntut, dilarang,
dinilai atau disalahkan oleh standar moral yang masuk akal; dan (b) bukti atau
informasi yang menunjukkan bahwa orang, kebijakan institusi, atau perilaku tertentu
mempunyai ciri-ciri standar moral yang menuntut, melarang, menilai, dan
menyalahkan.
1.2.2 Menganalisa Penalaran Moral
Ada beberapa kriteria yang digunakan para ahli etika untuk mengevaluasi
kelayakan penalaran moral. Pertama dan terutama, penalaran moral harus logis.
Analisis penalaran moral menuntut logika argumen yang digunakan untuk menyusun
penilaian moral telah diteliti secara ketat, asumsi moral dan faktual yang tidak
dikatakan telah dibuat secara eksplisit, dan baik asumsi maupun premis-premisnya
diperlihatkan dan terbuka terhadap kritik.
Kedua, bukti faktual yang dikutip untuk mendukung penilaian harus akurat,
relevan, dan lengkap. Ketiga, standar moral yang melibatkan penalaran moral
seseorang harus konsisten. Standar-standar itu harus konsisten satu sama lain dan
dengan standar dan keyakinan lain yang diyakini seseorang. Inkonsistensi antar
standar moral seseorang dapat disingkap dan dikoreksi dengan mencermati situasi
dimana standar moral tersebut menghadapi hal-hal yang bertentangan.
Download