Tugas Mata Kuliah Teori Organisasi & Manajemen Pengetahuan Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso MSc Sharing Knowledge Capability pada KPPN Prima Oleh : Fariza Anindya P.056101431.46 MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Manajemen pengetahuan (knowledge management) dalam perkembangannya selalu menjadi perhatian baik oleh para akademisi maupun praktisi bisnis. Pengembangan manajemen pengetahuan ini menjadi penting bagi organisasi terutama perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis yang kompetitif. Untuk itu organisasi memerlukan tools atau cara dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin berkembang secara cepat dan ketat. Menurut Orr dan Perrson dalam Hilmi Aulawi, dkk, 2009, memberikan gambaran bahwa organisasi telah menyadari untuk mampu bersaing dalam kondisi perkembangan pasar yang semakin cepat membutuhkan pengembangan kompetensi dan pengetahuan (knowledge) yang ada dalam organisasi/ perusahaan . Knowledge managament menjadi penting bagi perusahaan karena merupakan aset kunci agar perusahaan memiliki keunggulan kompetitif yang berkesinambungan yang berasal dari dalam organisasi tersebut. Menurut B. Elnath Aldi, 2005, terdapat dua sumber dalam menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan, yaitu External Source (sumber yang berasal dari luar organisasi) dan Internal Source (sumber yang berasal dari dalam organisasi). Sumber yang berasal dari luar organisasi seperti sumber daya alam, teknologi, tenaga kerja dan lainnya. Sedangkan sumber yang berasal dari dalam organisasi yaitu kompetensi karyawan, struktur organisasi, sistem kerja organisasi, kreatifitas untuk menguntungkan organisasi, dan manajemen pengetahuan (knowledge management). Saat ini belum banyak perusahaan dalam memanfaatkan knowledge management sebagai salah satu keunggulan kompetitif yang penting bagi perusahaan, dan yang menjadi lebih penting bahwa knowledge management melekat dalam organisasi dan individu karyawan dalam perusahaan tersebut. 1 Dalam hal ini Kasus knowledge manajemen dicontohkan dalam perusahaan KPPN yaitu kantor pelayanan pembendaharaan Negara dimana dalam upaya mendukung reformasi birokrasi di lingkungan Departemen Keuangan, KPPN mempunyai tugas melayani masyarakat dalam hal pelaksanaan anggaran. Kegiatan utamanya adalah pengelolaan keuangan negara (APBN), baik di sector penerimaan maupun pengeluaran negara. Pembentukan KPPN prima ini diharapkan dapat menghapus citra buruk yang melekat pada instansi pemerintah yaitu proses pekerjaan yang lambat, jalurnya panjang, jorok, dan sarat dengan “uang pelicin” dalam dalam memberikan pelayanan. Untuk dapat melayani masyarakat dengan cepat diperlukan suatu sumber daya manusia yang memahami dengan benar teknis pekerjaan. Pada kenyataannya banyak aturan pembayaran yang harus dikuasai oleh para pegawai KPPN Prima tersebut. Misalnya seorang petugas front office harus menentukan apakah pembayaran dengan beban bantuan luar negeri A bisa dibayarkan secara langsung atau harus melalui tahapan pembayaran. Kegagalan dalam membuat keputusan ini akan menyebabkan terlambatnya pembayaran yang diajukan oleh masyarakat. Dan misi yang diemban oleh KPPN Prima dalam melakukan pelayanan primanya akan tidak sesuai yang diharapkan. Namun demikian, petugas KPPN Prima juga seorang manusia biasa yang memiliki keterbatasan. Tidak mungkin menguasai seluruh pekerjaan yang sangat beragam dalam waktu yang singkat disamping beban kerja yang sangat besar. Disisi lain, apabila petugas front office itu masih harus mencari surat edaran atau petunjuk teknis , akan memakan waktu yang lama. Hal iniakan mengakibatkan terhambatnya proses selanjutnya yang semestinya berjalan dengan cepat. B. Tujuan Pembuatan makalah ini bertujuan untuk lebih mengetahui dan memahami teori knowledge management dan penerapannya dalam bentuk sharing knowledge capability yang diimplementasikan dalam berbagai bentuk yang dapat diterima oleh masing-masing individu. Makalah ini mencoba untuk membahas pendekatan sharing knowledge capability dalam ruang lingkup perusahaan KPPN. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Pengetahuan Kemampuan untuk berbagi pengetahuan, ide, perspektif, atau solusi antara kolaborator, mewakili keuntungan strategis terbesar. Manajemen Pengetahuan (KM) merupakan proses sistematis memanfaatkan dan pengetahuan individu dan kolektif memanfaatkan tersedia dengan menghubungkan orang ke orang dan orang-orang untuk pengetahuan dan informasi yang mereka butuhkan untuk bertindak secara efektif dan efisien untuk menciptakan pengetahuan baru. KM memfokuskan diri pada tujuan perusahaan seperti meningkatkan penampilan perusahaan, competitive advantage-nya, inovasi, sharing terhadap halhal yang sudah dipelajari, dan perkembangan yang secara terus menerus yang ada di perusahaan. KM dengan organizational learning saling melengkapi satu sama lain. KM juga dapat membantu individu atau group untuk membagi wawasan dan pengetahuan yang ia dapatkan di perusahaan untuk mengurangi pekerjaan yang banyak, menghindari tekanan akibat pekerjaan yang menumpuk, dapat mengurangi waktu yang harus dibuang untuk memberi pelatihan kepada setiap karyawan baru, dan dapat menguasai keadaan perusahaan saat tingkat dan jumlah pengunduran diri sangat banyak terjadi di sebuah perusahaan dan juga untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan pasar. Amrit Tiwana (1999) mendefinisikan knowledge management secara luas dalam arti memanajemeni pengetahuan sebagai “ ...management of organizational knowledge for creating business value and generating a competitive advantage.” Knowledge Management memberikan kemampuan untuk mencipta, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan yang diperlukan dan berguna bagi pencapaian semua jenis tujuan bisnis. Menurut Amrit Tiwana “Knowledge management is the ability to create and retain greater value from core business 3 competencies." Knowledge Management menyelesaikan masalah bisnis particular mencakup penciptaan dan penyebaran barang atau jasa inovatif, mengelola dan memperbaiki hubungan dengan para pelanggan, mitra dan pemasok juga mengadministrasi serta meningkatkan praktek dan proses kerja. Schreiber et al (2000), knowledge management diartikan sebagai sebuah kerangka dan sebuah alat untuk memperbaiki infrastruktur pengetahuan organisasi, yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar kepada orang yang benar di waktu yang benar pula. Menurut Liss (1999) knowledge management adalah proses yang diarahkan untuk mencari tahu pengetahuan pribadi yang dimilki individu dalam suatu organisasi dan mencari cara untuk membuat pengetahuan tersebut dapat dimiliki oleh orang lain. Knowledge sharing atau berbagi pengetahuan mempunyai definisi yaitu proses dimana para individu yang ada dalam organisasi saling berbagi atau mempertukarkan pengetahuan diantara mereka (Hooff dan Ridder dalam Luciana Andrawina, dkk, 2008). Secara umum Knowledge Management dapat didefiniskan sebagai satu set (himpunan) intervesi orang, proses dan tool (teknologi) untuk mendukung proses pembuatan, pembauran, penyebaran dan penerapan pengetahuan. 1. Pembuatan (creation) pengetahuan adalah proses perbaikan dari pengetahuan yang ada melalui proses pengalaman yang ada. Biasanya proses ini terjadi ketika ada deteksi kesalahan dan perbaikannya. 2. Lesson learned merupakan salah satu contoh output dari knowledge creation. 3. Pembauran (assimilation) pengetahuan merupakan proses pengumpulan, penyimpanan pengetahuan yang dibuat dengan pengetahuan yang sudah ada di organisasi/perusahaan. 4 4. Penyebaran (dissemination) pengetahuan merupakan proses pengambilan dan penyebaran pengetahuan untuk dipergunakan dalam proses pengalaman yang lainnya. Secara sederhana, knowledge merupakan informasi yang digunakan dalam tindakan. Penggunaan informasi ini berkaitan dengan gagasan mengenai informasi yang diperlukan tersedia di suatu tempat pada saat yang tepat, dalam konteks yang tepat dang dengan cara yang cepat dan tepat sehingga setiap orang dapat menggunakannya untuk mendukung pengambilan keputusan setiap saat. Knowledge dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge.acit knowledge merupakan milik perorangan, knowledge konteks yang spesifik yang sulit diformulasikan, dicatat atau diucapkan, dan tersimpan didalam pikiran seseorang. Komponen tacit terutama terbentuk melalui proses trial and error dan dialami dalam praktek. Sedangkan explicit knowledge merupakan komponen knowldge yang dapat dikodekan dan diteruskan dalam bahasa sistematik dan formal seperti dokumen, data base, web dan lain sebagainya. Hanya sebagian kecil dari tacit knowledge yang dapat disusun dalam database, buku, panduan, dokumen dan prensentasi , sebagian besar lainnya tetap berada dalam pikiran seseorang. Hal ini berarti ketika seseorang yang memilki knowledge meninggalkan organisasi berarti seluruh pengetahuan yang dimilki orang tersebut juga ikut meninggalkan organisasi tersebut. Sebaliknya pengetahuan yang dapat disimpan secara explicit akan tetap berada didalam organisasi walaupun seseorang meninggalkan oraganisasi tersebut. Proses penciptaan pengetahuan adalah proses berulang yang merupakan interaksi antara pengetahuan tacit dan explicit. Interaksi dari pengetahuan ini akan menghasilkan suatu pengetahuan baru. Empat langkah pengetahuan ini dikenal dengan model SECI (socialization, externalization ,combination and internalization) Socialization meliputi kegiatan berbagi pengetahuan tacit antar individu biasanya disebarkan melalui kegiatan bersama, berdiskusi bersama. Externalization 5 membutuhkan penyajian pengetahuan tacit ke dalam bentuk yang lebih umum sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Dalam prakteknya, ekternalisasi didukung oleh dua faktor kunci. Pertama , konversi dari tacit ke explicit, kedua menerjemahkan pengetahuan tacit dari para ahli kedalam bentuk yang dapat dipahami, misalnya dokumen. Combination meliputi konversi pengetahuan explicit ke dalam bentuk himpunan pengetahuan explicit yang lebih kompleks. Internalization merupakan konversi dari pengetahuan explicit ke dalam pengetahuan tacit organisasi. Knowledge management (KM) adalah merupakan proses sistematis untuk menemukan, memilih, mengelola, menyaring dan menyajikan informasi dalam suatu cara yang dapat meningkatkan pengetahuan individu dalam suatu lingkungan. KM memungkinkan penciptaan,pencapaian dan penggunaan segala macam knowledge untuk mencapai tujuan bisnis. B. Knowledge Sharing Berbagai definisi diutarakan mengenai pengertian pengetahuan. Pengetahuan bukan merupakan suatu data atau informasi, namun dapat berhubungan dengan keduanya (Davenport dan Prusak, 2000). Pengetahuan didefinisikan sebagai: a fluid mix of framed experience, value, contextual information, and expert insight that provides a framework for evaluating and incorporating new experiences and information. It origins and is applied in the minds of knowers. In organisation, it often becomes embedded not only in documents or repositories buat also in organizational routines, processs, practices, and norms (Davenport dan Prusak, 1998). Knowledge sharing didefinisikan sebagai sebuah pertukaran pengetahuan antar dua individu; satu orang yang mengkomunikasikan pengetahuan, seorang lainnya mengasimilasi pengetahuan tersebut (Jacobson, 2006). Penelitian lain mengartikan 6 knowledge sharing sebagai "the exchange or transfer process of fact, opinions, ideas, theories, princples and model within and between organizations include trial and error, feedback, and mutual adjustment of both the sender and receiver of knowledge" (Szulanski, 1996). Definisi diatas diperluas lagi dengan pernyataan bahwa knowledge sharing merupakan proses dimana individu secara kolektif dan iteratif memperbaiki sebuah pemikiran, gagasan, atau saran sesuai dengan petunjuk pengalaman (West dan Mayer, 1997). Gasasan awalnya dapat dimodifikasi secara progresif atau ditolak secara terus-menerus sampai perspektif bersama muncul. Ireland, Hitt dan Vaidyanath (2002) mendefinisikannya sebagai proses mengembangkan, mentransfer, mengintegrasikan dan menggunakan pengetahuan secara efektif dan efisien. Hooff dan Ridder (2004) memberikan pemahaman mengenai knowledge sharing sebagai proses dimana para individu secara mutual mempertukarkan pengetahuan mereka (tacit and explisit) dan secara terpadu menciptakan pengetahuan baru. Definisi ini memberi gambaran bahwa dlihat dari segi perilaku knowledge sharing terdiri dari dua hal, yaitu: 1. knowledge donating, yaitu bagaimana seseorang mengkomunikasikan model intelektual individu seseorang kepada yang lainnya. 2. knowledge collecting, yaitu bagaimana seseorang berkonsultasi kepada pihak lain untuk melakukan model intelektual individu yang dimiliki. 7 BAB III PEMBAHASAN Pada pembahasan kali ini mengangkat kasus dari KNNP prima yakni seperti instansi pemerintah lainnya, dalam masalah kepergawaian DJPb akan dihadapkan pada perubahan jumlah kepegawaian. Baik itu dikarenakan masalah pensiun, meninggal atau pindah dari satu instansi ke instansi lainnya. Pegawai yang telah lama mengabdi pada DJPb, sebagian besar mempunyai pengetahuan yang luas mengenai tata cara pembayaran APBN. Pegawai-pegawai tersebut telah sering mengikuti berbagai pelatihan, seminar, diklat mengenai APBN. Para pegawai tersebut juga berpengalaman dalam hal pencairan dana APBN, dimana pengusaan pengetahuan yang luas sangat membantu mereka dalam bekerja. Berbagai kegiatan telah dilakukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan bagi para pegawai DJPb. Mulai dari kewajiban mengadakan gugus kendali mutu dan pendidikan teknis dasar perbendaharaan bagi pegawai yang baru masuk. Namun, tidak semua permasalahan yang dihadapi di lapangan diajarkan dalam berbagai diklat tersebut. Pengalaman para pegawai senior dalam menghadapi berbagai macam situasi pembayaran dana APBN sangatlah berharga. Pengetahuan yang dimiliki oleh para pegawai senior tersebut hanya dimiliki oleh pegawai tersebut. Apabila ada suatu permasalahan, biasanya pegawai lain akan bertanya kepada orang yang lebih berpengalaman tentang permasalahan tersebut. Bisa dibayangkan apabila suatu saat nanti pegawai yang berpengalaman tersebut meninggal dunia atau pindah ke instansi di luar DJPb. Pengetahuan yang dimiliki pegawai tersebut akan ikut pindah karena tidak adanya suatu sistem yang dapat menyimpan pengetahuan orang tersebut menjadi pengetahuan instansi yang dapat diakses oleh setiap orang yang berkepentingan. 8 Pada saat ini para pegawai KPPN belum secara maksimal memanfaatkan hasil pendidikan dan latihan yang telah diberikan dikarenakan orang-orang yang mengikuti pendidikan dan latihan tidak pernah memberikan ilmu yang telah dipelajarinya kepada orang lain. Begitu pula dengan gugus kendali mutu yang diadakan secara rutin tiap bulan, hanya merupakan komunikasi satu arah dari pimpinan ke bawahan, sehingga hal ini tidak menambah pengetahuan baru bagi para pegawainya, serta hal yang disampaikan biasanya hanya bersifat pengulangan seperti masalah disiplin pegawai, bukan pada teknis pekerjaan. Oleh karena itu salah satu cara untuk menyebarkan pengetahuan bagi para pegawai KPPN baru, adalah dengan cara knowledge sharing. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan syarat tambahan bagi peserta diklat yang akan mengikuti suatu diklat tertentu untuk menyebarkan hasil diklat yang diperolehnya dengan cara mempresentasikannya di depan semua pegawai KPPN, sehingga setiap pegawai KPPN walaupun tidak mengikuti diklat secara langsung dapat menambah pengetahuannya tentang bidang tugas KPPN dari presentasi orang yang mengikuti diklat tersebut. Gugus kendali mutu yang selama ini diadakan, juga kurang terdokumentasi dengan baik, dan tidak diikuti oleh seluruh pegawai. Sebaiknya gugus kendali mutu diadakan dengan suatu nota dinas dari pimpinan yang mewajibkan seluruh pegawai untuk hadir dan berpartisipasi secara aktif. Hal ini bisa dilakukan apabila ada reward and punishment yang jelas. Di mana seorang pegawai akan mengalami penurunan tingkat (grade) dari penghasilan yang diterima apabila tidak mengikuti gugus kendali mutu dan mendapatkan penghargaan kenaikan tingkat apabila secara aktif mau berbagi pengetahuan dalam gugus kendali mutu. Hal yang telah diuraikan di atas harus di dokumentasikasikan dengan baik sehingga pengetahuan yang telah disebarkan dapat dinikmati oleh setiap pegawai KPPN yang akan masuk. Hasilnya adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap pegawai KPPN merata, sehingga apabila ada pegawai KPPN yang pindah, 9 pengetahuannya tidak ikut pindah, karena telah terdokumentasi dengan baik. Namun demikian hal ini, hal ini tergantung dari pimpinan yang mampu membuat KPPN menjadi organisasi yang belajar, sehingga dapat memberikan pelayanan yang prima bagi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dengan KPPN Dengan adanya sharing knowledge di KPPN diharapkan KPPN akan dapat memberikan pelayanan dengan mutu yang sempurna yang diberikan oleh KPPN prima, sehingga harapan untuk dapat lebih baik setelah adanya knowledge sharing berupa kewajiban menyampaikan hasil diklat dan kewajiban berpartisipasi aktif dalam gugus kendali mutu. Namun, hal ini perlu didukung oleh pimpinan yang visioner, yang mendukung terciptanya KPPN sebagai organisasi pembelajaran. Dengan peningkatan pengetahuan tersebut, para pegawai KPPN dapat lebih meningkat lagi melakukan pelayanan terhadap penyaluran dana APBN yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Selain itu keuntungan dengan adanya knowledge sharing akan mengefisiensikan anggaran diklat KPPN, karena bila karyawan yang telah diberikan diklat dapat berbagi pengetahuan yang dimiiki untuk dapat memaksimalkan pekerjaan, mengefektif dan mengefisienkan suatu pekerjaan, maka ilmu yang karyawan baru yang baru masuk KPPN akan sama dengan yang telah lama. Karyawan baru akan lebih cepat mengerti apa yang harus mereka kerjakan tanpa harus diberikan diklat terlebih dahulu. Pertukaran ilmu dari yang tidak tahu menjadi tahu merupakan hal yang penting dalam sebuah perusahaan untuk memajukan perusahaan tersebut sehingga tujuan perusahaan akan mudah dicapai. Hal yang penting dari cerita di atas adalah kita harus membuat suatu wadah untuk menampung berbagai knowledge management sehingga walaupun kehilangan orang yang bekerja, perusahaan tidak kehilangan knowledge managementnya, dan karyawan baru bisa cepat menyesuaikan diri. 10 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulannya dari kasus ini adalah pegawai yang memiliki pengetahuan yang lebih mengenai suatu pekerjaan dapat diajarkan langsung kepada karyawan barunya sehingga bila pegawai yang telah lama bekerja di KPPN dan mengundurkan diri, dipindah bagiankan ataupun meninggal dunia, kemampuan atas kemahiran pegawai tersebut dalam pekerjaannya tidak akan hilang sehingga bisa diteruskan oleh pegawai barunya. Kemampuan knowledge sharing akan membuat perusahaan lebih efektif dalam menjalankan perusahaan, sehingga perlu adanya peraturan baru yang diberikan reward atau punishment mengenai karyawan yang telah diberikan diklat wajib membagi pengetahuan tersebut agar kemampuan masing-msing karyawan bisa merata dan tujuan perusahaan dalam meningkatkan mutu pelayanannya tercapai secara efektif dan efisien. B. Saran Saran untuk KPPN adalah diberikan wadah untuk menampung segala kemampuan karawan agawan senior seharar bisa berbagi antar karyawan. Proses knowledge sharing harus didukung antar sesama karyawan dan perusahaan dengan kesadaran akan pentingnya knowledge management hingga dapat membuahkan pengetahuan baru untuk karyawan lain untuk memajuakan kepentingan perusahaan. 11 DAFTAR PUSTAKA Anonim. http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?view=article&catid=25%3Aindustri&id =809%3Aknowledgesharing&tmpl=component&print=1&page=&option=com_content&Itemid=1 4. Diakses 30 september 2011. Aulawi H, etc. 2009. Hubungan Knowledge Sharing Behavior dan Individual Innovation Capability. Jurnal Teknik Industri, Vol. 11, No. 2. pp. 174-187. Estriyanto, Y. dan Sucipto, T. L. A. 2008. Implementasi Knowledge Management Pada APTEKINDO, Pembentukan Sharing Culture Antar Pendidikan Teknologi dan Kejuruan di Indonesia. Konvensi Nasional IV APTEKINDO. Megawan I. 2008. Upaya Peningkatan Pelayanan pada KPPN Prima Melalui Knowledge Management System. http://iatt.kemenperin.go.id/tik/fullpaper/fullpaper36_iwan_megawan.pdf diakses tanggal 30 september 2011. 12