STRATEGI PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN

advertisement
Kajian Strategi Pengelolaan dan Pemanfaatan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
S
STTR
AN
N
RA
ATTE
EG
GII P
PE
EN
NG
GE
ELLO
OLLA
AA
AN
ND
DA
AN
NP
PE
EM
MA
AN
NFFA
AA
ATTA
S
AN
KA
RIIK
ER
PE
NP
AN
DA
ND
AN
UTTA
AU
ELLA
KE
AK
YA
AY
DA
RD
ER
BE
NA
MB
AN
SU
UM
N
DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
DIREKTORAT KELAUTAN DAN PERIKANAN
Email : [email protected]
[email protected]
ABSTRAK
Kajian ini bertujuan untuk menyusun strategi pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya kelautan dan perikanan yang mengintegrasikan pendekatan kelestarian
untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, yang dapat digunakan sebagai acuan
penyusunan kebijakan operasional dan perencanaan bagi para stakeholders dan
pelaku usaha di bidang kelautan dan perikanan. Metode yang digunakan dalam kajian
ini mencakup pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif yang
digunakan adalah: pertama, pendekatan koridor keberlanjutan (sustainability
corridor approach) yang berbasis pada analisis sistem pemanfaatan sumberdaya
kelautan dan perikanan dalam konteks pengelolaan sumberdaya yang dapat pulih;
kedua adalah pendekatan input-output pembangunan sektor kelautan dan perikanan
yang didasarkan pada analisis terhadap tabel input output. Dari analisis I-O
dilakukan analisis multiplier dalam konteks besaran Incremental Capital Output Ratio
(ICOR) dan Incremental Labor Output Ratio (ILOR). Analisis kualitatif dilakukan
dengan menggunakan pendekatan perencanaan stratejik sebagai derivasi dari hasil
analisis kuantitatif untuk menyusun strategi pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya kelautan dan perikanan.
Berdasarkan hasil kajian, dari tujuh sub-bidang kelautan yaitu perikanan,
pertambangan dan migas, industri maritim, angkutan laut, pariwisata bahari,
bangunan kelautan, dan jasa laut lainnya; ternyata sub-bidang pariwisata dan
perikanan mempunyai nilai ICOR yang lebih rendah dibanding dengan sub-bidang
lainnya. Hal ini berarti bahwa sub-bidang pariwisata dan perikanan merupakan subbidang yang memiliki tingkat resiko investasi yang paling rendah dan efisien. Strategi
pengembangannya dilakukan dengan mengembangkan investasi untuk sarana,
prasarana, dan fasilitas pendukung lainnya yang berwawasan lingkungan; dan
melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaannya. Untuk menyiapkan perannya
yang semakin penting, arah kebijakan makro pembangunan kelautan dan perikanan
ditekankan pada : (1) Menyatukan komitmen politik dari para penentu kebijakan,
mengkaji dan menyusun Undang-Undang Kelautan Nasional yang sinergi dan
terintegrasi sebagai payung hukum pembangunan kelautan dan perikanan Indonesia;
(2) Menentukan dan menetapkan batas-batas wilayah perairan pedalaman, zona
tambahan, dan landas kontinen; (3) Meningkatkan pemahaman geopolitik dan
geostrategis kepada seluruh komponen; (4) Mengembangkan armada laut baik secara
kualitas maupun kuantitasnya dalam konteks menjaga keutuhan NKRI dan kekayaan
sumber daya alam; dan (5) Meningkatkan penanganan kerusakan lingkungan dan
rehabilitasi wilayah pesisir yang terdegradasi, mengembangkan daerah perlindungan,
dan menindak tegas bagi para perusak lingkungan.
Executive Summary >> 1
Kajian Strategi Pengelolaan dan Pemanfaatan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
1. Latar Belakang
Dalam kondisi ketersediaan sumber daya bagi pembangunan yang semakin
terbatas, eksplorasi, pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya yang dimiliki menjadi
penting dan merupakan prioritas perhatian bagi setiap negara. Sebagai negara
kepulauan yang memiliki laut sangat luas, sumber daya kelautan dan perikanan
mempunyai potensi besar untuk dijadikan tumpuan (prime mover) pembangunan
ekonomi berbasis sumber daya alam (resource based economy). Sementara itu, kondisi
empiris menyatakan bahwa pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya ini masih
belum optimal dalam peningkatan pendapatan nasional dan peningkatan kesejahteraan
rakyat.
Bidang kelautan dan perikanan dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan
ekonomi penting karena: (a) kapasitas suplai sangat besar, sementara permintaan terus
meningkat; (b) pada umumnya ouput dapat diekspor, sedangkan input berasal dari
sumber daya lokal; (c) dapat membangkitkan industri hulu dan hilir yang besar,
sehingga menyerap tenaga kerja cukup banyak; (d) umumnya berlangsung di daerah;
dan (e) industri perikanan, bioteknologi dan pariwisata bahari bersifat dapat diperbarui
(renewable resources), sehingga mendukung pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan.
Dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya kelautan dan perikanan
perlu diperhatikan daya dukung dan kemampuan asimilasi wilayah laut, pesisir dan
daratan dalam hubungan ekologis, ekonomis, dan sosial. Kesinambungan ketersediaan
sumber daya ini merupakan kunci dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya
kelautan dan perikanan. Oleh karena itu, Fiedheim (2000) mengingatkan agar semua
negara mampu mengembangkan suatu pola pemanfaatan yang berkelanjutan dan
mempelajari bagaimana mengimplementasikan prinsip pengelolaan kelautan (ocean
management).
Namun, dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya kelautan dan
perikanan di Indonesia selama ini, banyak isu-isu mendesak yang perlu mendapat
perhatian, antara lain: pertambahan jumlah penduduk di wilayah pesisir yang cukup
pesat dan memerlukan sumber daya kelautan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya;
masih banyaknya praktek pemanfaatan sumber daya perikanan yang merusak dan
illegal; tidak seimbangnya pemanfaaatan sumberdaya antar kawasan dan antar jenis
sumber daya; adanya pemahaman yang sempit dalam implementasi otonomi daerah
serta belum lengkapnya peraturan operasional; dan belum sinerginya pemanfaatan
sumber daya kelautan dan perikanan dalam satu kesatuan kebijakan dan perencanaan
yang komprehensif.
Dengan memperhatikan kondisi dan permasalahan yang dihadapi, maka
diperlukan inovasi dan strategi kebijakan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber
daya kelautan dan perikanan, mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan yang
seharusnya memiliki wawasan kelautan dalam pembangunan nasional.
Executive Summary >> 2
Kajian Strategi Pengelolaan dan Pemanfaatan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
2. Tujuan
Kajian ini ditujukan untuk menyusun strategi pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya kelautan dan perikanan yang mengintegrasikan pendekatan kelestarian
dan manfaat sosial ekonomi, yang dapat dipakai sebagai acuan umum penyusunan
kebijakan operasional dan perencanaan bagi para stakeholders dan pelaku usaha di
bidang kelautan dan perikanan.
Manfaat dari kajian ini adalah tersusunnya konsep rumusan strategi
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan sebagai acuan di
tingkat operasional bagi semua pihak.
Lingkup kajian ini mencakup beberapa fokus, yaitu: (1) identifikasi lingkup
sumber daya kelautan dan perikanan; (2) perumusan strategi makro investasi usaha di
bidang kelautan dan perikanan; dan (3) penyusunan strategi makro pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan
3. Metodologi
3.1. Kerangka Analisis
Pembangunan kelautan dan perikanan merupakan pembangunan berbasis
sumberdaya alam (resources-based development) yang dilakukan secara optimal dan
berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam konteks ini, maka
target pembangunan kelautan dan perikanan harus diupayakan tetap dalam koridor
berkelanjutan secara ekonomi, ekologi, dan sosial. Oleh karena itu analisis target
dalam studi ini dilakukan dengan pendekatan sistem dalam kerangka keberlanjutan
(sustainability corridor) sebagai dasar pemikirannya. Sustainability corridor adalah
sebuah daerah interval yang digunakan sebagai “koridor” bagi keberlanjutan sebuah
sistem (Moffat, 2001). Keterkaitan antar sub sistem dalam analisis tersebut
sebagaimana gambar berikut.
Sub Sistem
Perikanan Laut
Pemanfaatan
saat ini
Ekosistem
Sumber Daya
Kelautan dan
Perikanan
Daya Dukung
Ekosistem
Jasa dan
Produksi
Kelautan dan
Perikanan
Sub Sistem
Perikanan Darat
Sub Sistem
Pariwisata Bahari
Sub Sistem
Pertambangan dan
Energi (mineral)
Analisis
Sistem
Dinamik
Target
Pembangunan
Kelautan dan
Perikanan
Analisis
Input output
Sub Sistem
Tarnsportasi Laut
Sub Sistem Jasa
Kelautan
Gambar 1. Kerangka Analisis Target Pembangunan Kelautan dan Perikanan
Executive Summary >> 3
Kajian Strategi Pengelolaan dan Pemanfaatan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Kegiatan kajian ini menitikberatkan pada pembangunan perikanan dan
kelautan yang berbasis sumber daya alam sehingga dihasilkan suatu rancangan strategi
kelautan yang terdiri dari strategi pemanfaaatan, investasi, dan pengelolaan sumber
daya kelautan dan perikanan.
3.2. Metoda Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam kajian ini menggunakan analisis kuantitatif
dan analisis kualitatif :
a. Analisis kuantitatif, dengan menggunakan: (a) pendekatan keberlanjutan
(sustainability corridor approach) yang berbasis pada analisis sistem dinamis
(dynamic system); dan (b) pendekatan pembangunan ekonomi berdasarkan subbidang prioritas serta keterkaitan dari masing-masing sub-bidang dengan
analisis input-output dengan menggunakan tabel I-O Indonesia tahun 2000
(BPS, 2003). Selanjutnya dilakukan analisis incremental capital output ratio
(ICOR) dan Incremental Labor Output Ratio (ILOR) untuk mengetahui
dampak investasi dan tenaga kerja yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi.
Nilai ICOR yang kecil menunjukkan tingkat efisiensi investasi yang tinggi,
sedangkan nilai ILOR yang besar menunjukkan efisiensi penyerapan tenaga
kerja yang besar.
b. Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan pendekatan perencanaan
stratejik sebagai derivasi dari hasil analisis kuantitatif. Dalam konteks ini ada
dua fokus utama yang akan menjadi pusat analisis kualitatif, yaitu: (1) aspek
desentralisasi di bidang perikanan dan kelautan sebagai implementasi dari
semangat otonomi daerah dalam pengelolaan serta pemanfaatan sumber daya
kelautan dan perikanan; dan (2) penyusunan strategi pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan.
Desk Study/
Conten Analysis
Content
t
“Target”
Pembangunan
KP
Identifikasi
Potensi
Sumberdaya
KP
Overlay
Analysis
Input-Output
Analysis
Identifikasi
Permasalahan
Pembangunan
SektorKP
Qualitative
Analysis
System
Dynamic
Analysis
Perumusan
Kebijakan
Pembangunan
KP
Strategi
Investasi
Rancangan
Strategi
Pembangunan
KP
Strategi
Pemanfaatan
Strategi
Pembangunan
KP
Strategi
Pengelolaan
Ruang Lingkup
Sektor KP
Content
Analysis
Ocean
Outlook
Kebijakan
Desentralisasi
Legal and Institutional
Analysis
Gambar 2: Pendekatan Studi Penyusunan Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Executive Summary >> 4
Kajian Strategi Pengelolaan dan Pemanfaatan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
3.3. Data
Data yang digunakan didalam kajian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui diskusi dengan nara sumber baik dari kalangan pemerintah,
masyarakat maupun akademis, serta pengumpulan data dan informasi melalui survei
lapangan. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur dan kepustakaan berupa
buku, laporan, dan makalah-makalah yang terkait strategi pengelolaan sumber daya
kelautan dan perikanan.
4. Hasil Kajian dan Analisis
Bidang Kelautan yang mencakup tujuh sub-bidang yaitu: (1) perikanan; (2)
pertambangan dan migas; (3) industri maritim; (4) angkutan laut; (5) pariwisata
bahari; (6) bangunan kelautan; serta (7) jasa laut lainnya, diarahkan sebagai penghasil
devisa negara. Dilihat dari kontribusi produk domestik bruto (PDB) yang dihitung
berdasarkan harga konstan, bidang kelautan menunjukan kecendrungan yang terus
meningkat. Pada tahun 1995 PDB Kelautan sebesar 12,37 % dan pada tahun 2002
meningkat menjadi 22,36 % dari PDB nasional (PKSPL IPB). Dari ke tujuh subbidang usaha tersebut, pertambangan dan migas memberikan kontribusi PDB pada
tahun 2002 sebesar 9,38 % terhadap PDB nasional, kemudian diikuti oleh sub-bidang
perikanan, pariwisata, industri maritim, angkutan laut, bangunan laut, dan jasa
kelautan lainnya. Sub-bidang perikanan pada tahun 1995 kontribusinya pada PDB
nasional sebesar 1,43 % dan meningkat menjadi 2,69 % pada tahun 2002.
Tabel 1. Distribusi Prosentase Produk domestik Bruto Bidang Kelautan
tahun 1995-1998 atas Harga Konstan
N
o.
Sub Bidang
Kelautan
1.
2.
3.
Perikanan
Pertambangan
Industri Maritim
-Pengilangan
Minyak Bumi
-LNG
-Industri maritim
lainnya
Angkutan Laut
Pariwisata Bahari
Bangunan Kelautan
Jasa Kelautan
Lainnya.
Jumlah PDB
Sektor Kelautan
Jumlah PDB
Nasional
4.
5.
6.
7.
Prosentase ( %) Produk Domestik Bruto
1995
1996
1997
1998
1999
2001
2002
1,54
4,16
1,51
4,01
1,99
3,85
2,45
4,65
2,31
7,23
2,29
10,02
2000
2,30
9,17
2,69
9,38
1,05
1,03
1,58
1,40
1.20
1,22
1,59
1,89
0,99
0,70
1,11
0,73
1,49
0,90
1,88
1,20
1,08
1,10
1,03
1,07
1,10
1,08
1,12
1,10
0,83
0,79
0,74
0,97
0,86
0,73
0,65
0,78
1,08
0,86
1,08
1,56
1,55
2,21
1,50
1,19
1,51
1,53
1,22
1,15
1,58
1,44
1,08
1,10
1,46
1,61
1,10
1.09
1,64
2,24
1,34
1,23
12,37
11,41
14,39
18,13
18,63
20,05
20,50
22.63
100
100
100
100
100
100
100
100
Sumber : data BPS diolah,2000
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi bidang kelautan, tiga hal yang perlu
dilakukan: (a) memperluas dan memperbesar diversifikasi pemanfaatan sumberdaya
kelautan; (b) meningkatkan efisiensi yang mencakup alokasi usaha yang optimum; dan
(c) memperbesar investasi dengan memberi dorongan kepada sub-bidang yang
Executive Summary >> 5
Kajian Strategi Pengelolaan dan Pemanfaatan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
mempunyai ICOR yang relatif rendah (sub-bidang pariwisata bahari, dan perikanan),
seperti dapat dilihat pada tabel 2. di bawah.
Tabel 2. : Nilai ICOR Bidang Kelautan berdasarkan tabel I-O
No.
1.
2.
3.
Sub Bidang Kelautan
Perikanan
Pertambangan
Industri Maritim
-Pengilangan Minyak Bumi
-LNG
-Industri maritim lainnya
4.
Angkutan Laut
5.
Pariwisata Bahari
6.
Bangunan Kelautan
7.
Jasa Kelautan Lainnya.
Sumber: (Perhitungan PKSPL-IPB, 2004)
ICOR
berdasarkan
Tabel IO 1995
3,42
3,64
3,56
3,81
3,10
4,01
3,52
ICOR
berdasarkan
Tabel IO 2000
3,31
3,71
3,39
3,67
2,92
4,02
3,34
Sub-bidang Pariwisata Bahari. Dari 17,508 pulau di seluruh Indonesia,
diidentifikasikan terdapat 36 kawasan pusat pertumbuhan dengan jumlah pulau yang
dapat dikembangkan sebanyak 4.557 pulau. Dari jumlah tersebut telah teridentifikasi
146 pulau yang diprioritaskan untuk dikembangkan. Dalam bidang kelautan,
pariwisata bahari mempunyai ICOR terkecil yaitu sebesar 2,92 yang berarti memiliki
tingkat resiko investasi yang paling rendah dan efisien. Selain itu, dari hasil analisis IO, pariwisata bahari memiliki indeks derajat penyebaran (IDP) dan indeks derajat
kepekaan (IDK) tertinggi masing-masing sebesar 1,57 dan 1,51, sehingga sangat
potensial untuk dikembangkan. Dalam jangka pendek pengembangan wisata bahari
masih mengalami kendala internal yakni adanya konflik sosial budaya, dan kepastian
hukum dalam investasi di bidang ini masih belum kondusif.
Sub-bidang Perikanan. Analisis variable catch per unit effort (CPUE) pada perikanan
tangkap dapat menunjukan kinerja pemanfaatan sumber daya perikanan sesuai daya
dukung. Secara nasional CPUE menunjukan angka positif yang berarti penangkapan
ikan masih dapat dilaksanakan, namun untuk beberapa wilayah pengelolaan perikanan
(WPP) seperti di laut Jawa dan selat Malaka telah terjadi penangkapan berlebih (over
fishing). Dari hasil simulasi untuk 10 tahun mendatang, produksi perikanan tangkap
secara keseluruhan akan menurun, sehingga perlu upaya optimalisasi penangkapan,
dan perlunya dilakukan pengurangan serta rasionalisasi jumlah armada tangkap.
Sementara itu, perikanan budidaya untuk 5 tahun mendatang akan mengalami
kenaikan rata-rata sebesar 4 % per-tahun dari total produksi. Pada tahun 2009
diperkirakan total produksi perikanan budidaya sebesar 1,5 juta ton. Selain itu, pada
perikanan budidaya setiap tahun menunjukan trend peningkatan dalam volume ekspor,
luas lahan, dan konsumsi masyarakat. Dalam hal pengembangan perikanan budidaya
perlu diperhatikan pentingnya daya dukung lingkungan dan ketersediaan pakan yang
berasal dari ikan.
Sub-bidang Pertambangan dan Migas. Indeks ICOR sebesar 3,71 menunjukkan
bahwa investasi di sektor ini memiliki tingkat resiko yang paling besar. Dalam jangka
pendek sampai jangka menengah peranan pertambangan dan migas masih sangat besar
terhadap bidang kelautan, namun dengan berkurangnya sumber minyak bumi,
Executive Summary >> 6
Kajian Strategi Pengelolaan dan Pemanfaatan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
peranannya akan berkurang apabila tidak ada intervensi teknologi. Diperkirakan
cadangan migas yang ada hanya dapat dimanfaatkan untuk kurun waktu 19 tahun lagi,
namun liquid natural gas (LNG) untuk jangka panjang masih memiliki peranan yang
sangat penting sebagai sumber energi. Pengembangan energi di masa mendatang
diarahkan pada sumber daya terbarukan dan diversifikasi energi seperti; penggunaan
energi pasang surut/gelombang laut, angin, panas bumi/laut/matahari, dan
pengembangan energi yang berasal dari bahan pangan.
Sub-bidang Industri Maritim. Penurunan indeks ICOR industri maritim dari 3,59
menjadi 3,39 menunjukkan bahwa pengembangan industri maritim masih sangat
menjanjikan, mengingat dalam industri maritim tersebut termasuk pula kegiatan
pengilangan migas, dan industri perikanan. Pengembangannya selama ini belum
optimal, dan masih memerlukan inovasi kebijakan pemerintah. Industri perikanan
berbasis masyarakat memiliki dampak terhadap peningkatan ekonomi rakyat yang
sangat besar, mengingat struktur armada perikanan tangkap Indonesia lebih dari 80 %
didominasi oleh “armada semut” yaitu kapal-kapal penangkapan dengan tonase di
bawah 10 gross ton. Industri perikanan dengan skala yang lebih besar, terpadu, serta
padat modal selama ini dikelola secara tidak profesional dan mengakibatkan 200
BUMN/BUMD perikanan bangkrut.
Sub-bidang Angkutan Laut. Adanya penurunan indeks ICOR yang cukup besar dari
3,87 menjadi 3,61 menunjukkan bahwa angkutan laut cukup efisein untuk
dikembangkan. Namun, pengembangan angkutan laut perlu sinergi dengan sub-bidang
bangunan kelautan, dan dalam pengembangannya agar peran swasta diberikan porsi
yang lebih besar.
Sub-bidang Bangunan kelautan. Dengan indeks ICOR sebesar 4,02 berarti bahwa
peningkatan investasi untuk bangunan laut efisien tetapi belum prioritas. Namun,
mengingat bangunan laut terkait dengan pembangunan pelabuhan, dermaga, platform,
yang sangat penting bagi pengembangan suatu wilayah, maka pengembangan
bangunan laut dalam konteks ekonomi sangat bergantung pada kelayakannya.
Sub-bidang Jasa Kelautan lainnya. Indeks ICOR turun dari 3,53 menjadi 3,34 yang
menunjukkan bahwa jasa kelautan masih cukup potensial untuk dikembangkan
walaupun memerlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang kelautan.
Sementara itu, implementasi otonomi dan desentralisasi masih diartikan sebagai
pelimpahan kewenangan administrasi dalam birokrasi kepemerintahan, dan belum
mencakup mekanisme dan pendekatan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam
serta pentingnya peranan institusi lokal. Selain itu, pendapatan daerah yang berasal
dari bagi hasil sumber daya non-migas (seperti perikanan) sangat kecil dibandingkan
dengan migas, walaupun persentase penerimaan untuk daerah besar, sebagaimana
diatur dalam UU. No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah.
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah antara lain mengatur wilayah
laut sebagai berikut : 12 mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke
arah perairan kepulauan untuk provinsi, dan 1/3 dari wilayah kewenangan provinsi
Executive Summary >> 7
Kajian Strategi Pengelolaan dan Pemanfaatan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
untuk kabupaten/kota. Kewenangan daerah untuk mengelola wilayah laut meliputi :
(1) eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut; (2) pengaturan
administratif; (3) pengaturan tata ruang; (4) penegakan hukum terhadap peraturan
yang dikeluarkan oleh daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh
Pemerintah; (5) ikut serta dalam pemeliharaan keamanan; dan (6) Ikut serta dalam
pertahanan kedaulatan negara. Mencermati UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 25 tahun 2000, otonomi masih diartikan
sebagai kewenangan hanya berada di tangan pemerintah daerah, baik provinsi
maupun kabupaten/kota, sehingga otonomi belum mencakup “kewenangan rakyat”
yang mencakup kesetaraan, demokratisasi, desentralisasi, dan partisipasi semua pihak
baik pemerintah maupun masyarakat.
Dalam konteks kelembagaan, property right (private, public/state, communal)
merupakan institusi sosial yang penting dalam pertumbuhan ekonomi dan
perlindungan terhadap sumber daya alam. Dalam prakteknya untuk kepentingan
pembangunan ekonomi, public property right dan private property right lebih
dominan dibanding communal property right yang tujuannya lebih memberikan hakhak eksklusif terhadap suatu komunitas yang di dalamnya mengandung konvensi
sosial, norma, aturan-aturan yang ditegakan secara legal, dan prosedur-prosedur yang
mengatur pemanfaatannya. Oleh karena itu, kelembagaan dalam konteks desentralisasi
dan otonomi pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan harus dilihat sebagai
bentuk pengelolaan bersama pada level global, nasional, regional dan lokal. Khusus di
level lokal, pengelolaan bersama harus mempertimbangkan hak masyarakat lokal,
hukum adat, institusi dan kearifan lokal dalam masyarakat sebagai wujud partisipasi
dan kemandirian masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan.
Kebijakan Makro Pembangunan Kelautan dan Perikanan
Pembangunan kelautan dan perikanan secara berkelanjutan memerlukan keterpaduan
pembangunan pada masing-masing sektor. Kebijakan komprehensif di bidang kelautan
dan perikanan yang meletakkan prinsip keadilan (equity), demokratisasi dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat tersebut menjadi sebuah kebutuhan yang
mendesak. Dalam rangka meningkatkan semangat keterpaduan pembangunan kelautan
dan perikanan, arah kebijakan makro pembangunan bidang Kelautan dan Perikanan
adalah sebagai berikut:
(1) Menyatukan komitmen politik dari para penentu kebijakan dalam
mengedepankan pembangunan kelautan dan perikanan dan perlu menyusun
Undang-Undang Kelautan Nasional yang sinergi dan terintegrasi.
(2) Menentukan dan menetapkan batas-batas wilayah perairan pedalaman,
sehingga kapal dari negara lain tidak diperbolehkan melewati perairan tersebut
tanpa kecuali.
(3) Menentukan dan menetapkan batas-batas perairan zona tambahan (12-24 mil
laut), sehingga pemerintah Indonesia dapat melaksanakan kewenangan untuk
mengontrol pelanggaran terhadap aturan-aturan di bidang bea dan cukai,
keuangan, karantina kesehatan, pengawasan imigrasi dan menjamin
pelaksanaan hukum.
(4) Merevisi UU No 5 Tahun 1983 tentang ZEEI karena adanya perubahan titik
pangkal perairan Indonesia, seperti yang tercantum dalam PP No 38 Tahun
Executive Summary >> 8
Kajian Strategi Pengelolaan dan Pemanfaatan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
2002 Daftar Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan
Indonesia. Dengan demikian berbagai bentuk pelanggaran yang terjadi di
wilayah ZEEI dapat ditindak sesuai dengan ketentuan tersebut.
(5) Mengkaji, menetukan dan menetapkan landas kontinen Indonesia di luar 200
mil sampai 350 mil. Hasil kajian ini dapat dijadikan dasar dalam pengajuan
klaim ke Komisi Landas Kontinen PBB sebelum tanggal 16 November 2009.
(6) Meningkatkan pemahaman pentingnya laut dari aspek geopolitik dan
geostrategis kepada seluruh komponen. Selain itu juga armada pengamanan
laut perlu di perkuat dan ditambah baik kualitas maupun kuantitasnya dalam
kaitannya untuk menjaga keutuhan NKRI dan keutuhan sumber daya alam.
(7) Mengatasi masalah kerusakan lingkungan di wilayah pesisir, dilakukan
rehabilitasi lahan pesisir yang sudah terdegradasi, memperluas daerah-daerah
perlindungan bagi spesies yang langka dan menindak tegas para perusak
lingkungan.
Strategi Investasi, Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan
Strategi pemanfaatan diturunkan dari beberapa kaidah pemanfaatan
berkelanjutan (sustainable uses), sesuai dengan koridor keberlanjutan sumber daya
alam kelautan dan perikanan yang menjadi topik bahasan. Sedangkan strategi investasi
terkait dengan strategi pemanfaatan sumber daya alam kelautan dan perikanan yang
menjadi basis bagi perhitungan nilai investasi yang diperlukan. Dalam konteks ini,
nilai investasi dianalisis berdasarkan keluaran indeks ICOR (Incremental Capital
Output Ratio) dan dikombinasikan dengan beberapa sumber lainnya. Sementara itu,
strategi pengelolaan dikaitkan dengan rejim pengelolaan sumberdaya alam kelautan
dan perikanan, termasuk aspek desentralisasi pengelolaan sumberdaya kelautan dan
perikanan.
A. Strategi Investasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Berdasarkan nilai ICOR, pariwisata bahari dan perikanan memiliki nilai yang kecil
di bandingkan dengan 5 (lima) sub-bidang lainnya, yaitu : Jasa kelautan lainnya,
Transportasi/Angkutan laut, Industri Bahari, Pertambangan, dan Bangunan
Kelautan. Nilai ICOR perikanan dan pariwisata bahari yang kecil ini berarti
mempunyai resiko yang kecil dalam pengembangan investasi. Oleh karena itu,
strategi investasi dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan hanya
memfokuskan pada dua sub-bidang ini.
(a) Perikanan
Untuk perikanan tangkap, strategi yang diterapkan adalah : (1) hanya diperbolehkan
pada WPP yang masih memiliki potensi dengan memperhatikan kelestarian sumber
daya perikanan (total alowable catch 5,2 juta ton per tahun); (2) Jenis sumber daya
perikanan yang memiliki peluang untuk dimanfaat kan adalah pelagis besar, pelagis
kecil, udang, dan cumi-cumi; (3) pengembangan pemanfaatan sumber daya ikan
diarahkan pada wilayah laut di atas 12 mil (ZEEI); (4) dilaksanakan rasionalisasi
jumlah armada dan relokasi wilayah penangkapan, serta optimalisasi pengelolaan
perikanan; (5) Pengembangan perikanan budidaya diarahkan kepada budidaya yang
Executive Summary >> 9
Kajian Strategi Pengelolaan dan Pemanfaatan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
memiliki nilai ekonomi tinggi seperti: udang, kerapu, kakap, rumput laut, bandeng,
ikan hias, mutiara, kerang-kerangan, nila, emas, gurame, dan patin; mengingat
potensi lahan tambak, kolam, dan perairan laut nasional masih besar; (6)
peningkatan produksi dalam rangka pemenuhan protein hewani, serta peningkatan
nilai tambah produk perikanan.
Pelagis Besar
Pelagis Kecil
Demersal
Tidak ada peluang
Pengembangan
I
Pelagis Besar
Pelagis Kecil
Cumi-cumi
Pelagis Besar
Pelagis Kecil
II
VII
VI
Pelagis Besar
Pelagis Kecil
IX
III
IV
VIII
Pelagis Besar
Demersal
Tidak ada peluang
Pengembangan
Keterangan :
V
Pelagis
Pelagis besar
Demersal
Pelagis Besar
Pelagis Kecil
Cumi-cumi
= tidak ada peluang pengembangan
= Ada Peluang Pengembangan
I, Selat Malaka , II, Laut
Cina Selatan , III, Laut
Jawa , IV,
Selat
Makassar dan Laut Flores, V, Laut Banda, VI,
Teluk Tomini dan Laut
Maluku , VII,Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik , VIII, Laut Arafura IX,
Samudera Hindia
Gambar 3 : Peluang Pengembangan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan berdasarkan WPP
(wilayah pengelolaan perikanan)
(b) Pariwisata Bahari
Strategi pengembangan pariwisata bahari yang diterapkan, mencakup: (1)
mengembangkan investasi untuk sarana, prasarana, dan fasilitas pendukung
lainnya yang berwawasan lingkungan; (2) melibatkan masyarakat lokal dalam
pengelolaan, serta mengembangkan nilai-nilai asli budaya masyarakat lokal; (3)
mengembangkan keragaman aktivitas wisata, dan paket-paket wisata
terpadu/spesifik dan ekslusif; (4) meningkatkan promosi dan pemasaran, (5)
meningkatkan koordinasi sektoral dan lintas sektor serta meningkatkan kerjasama
antar negara; serta (6) mengembangkan data dan sistem informasi kawasan dan
objek pariwisata
B. Strategi Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, strategi pengelolaan pembangunan
kelautan dan perikanan disusun berdasarkan fokus rejim pengelolaan, termasuk dalam
hal ini aspek desentralisasi pengelolaan. Rejim pengelolaan sumber daya kelautan dan
perikanan dapat digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu: rejim pengelolaan berbasis
Executive Summary >>
10
Kajian Strategi Pengelolaan dan Pemanfaatan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
pemerintah (state property regime), berbasis swasta (private property regime) dan
masyarakat (communal property right).
Berikut disajikan matriks pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan
menurut sub-bidang.
Executive Summary >>
11
Ka
Matriks Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Menurut Sub-Bidang
No
1.
Sub-Bidang
Perikanan
Kebijakan
a.
b.
2.
Pariwisata Bahari
3.
Jasa Kelautan
Lainnya
4.
Transportasi/
Angkutan Laut
Menggalakkan perikanan budidaya
yang berdaya saing dan berwawasan
lingkungan.
Memperkuat dan mengembangkan
usaha perikanan tangkap nasional
secara efisien, lestari dan berbasis
kerakyatan.
a.
Meningkatkan pariwisata pulau-pulau
kecil secara berkelanjutan dan berbasis
masyarakat
b. Meningkatkan investasi pembangunan
prasarana dan sarana pariwisata bahari
untuk meningkatkan kualitas pelayanan
terhadap wisatawan baik dalam negeri
maupun mancanegara
Meningkatkan Program Rehabilitasi dan
Konservasi Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan dan Ekosistemnya
a. Meningkatkan armada transportasi
nasional yang melayani pelayaran antar
pulau yang ada di seluruh wilayah
Indonesia dan internasional.
b.
Investasi
Investasi = 8,412 miliar
Penambahan Tenaga Kerja =
0,5819 juta
Investasi = 4,239 miliar
Penambahan Tenaga Kerja =
0,7239 juta
Investasi = 3,307 miliar
Penambahan Tenaga Kerja =
0,1596 juta
Investasi = 6,452 miliar
Penambahan Tenaga Kerja =
0,1987 juta
Mempercepat sertifikasi pelabuhan dan
kapal-kapal internasional yang dimiliki
Indonesia dengan melakukan berbagai
kerjasama dengan negara-negara tujuan
ekspor.
Executive Summary >>
12
Strate
Pemanfaa
Pengembangan pe
pemanfaatan lahan
kawasan laut untuk
Pemanfaatan deng
mempertimbangka
kelestarian sumber
perikanan (TAC =
ton/tahun)
Optimalisasi pema
kawasan pulau kec
berpotensi wisata b
Pemeliharaan kual
lingkungan kelauta
perikanan
Optimalisasi keku
lokal dalam
kontekspeningkata
tambah transportas
Formatted: Swedish (Sweden)
Formatted: Finnish
Formatted: Finnish
Formatted: Swedish (Sweden)
Formatted: Swedish (Sweden)
Ka
No
Sub Bidang
Kebijakan
c.
5.
6.
7.
Industri Bahari
Pertambangan
Bangunan Kelautan
Meningkatkan aksesibilitas
dan mobilitas dalam upaya
menjamin kelancaran
pergerakan manusia dan
barang termasuk distribusi
bahan pokok pada sarana dan
prasarana yang telah dibangun
khususnya daerah/pulau
terpencil dan wilayah
perbatasan negara.
a. Mengembangkan dan
memperkokoh industri
penanganan dan pengolahan
serta pemasaran hasil
perikanan.
b. Mengembangkan dan
memperkuat industri
bioteknologi kelautan dan
perikanan.
Pengembangan sumber daya energi
dan mineral mendukung upaya
pembangunan yang berkelanjutan
Strategi
Pemanfaatan
Investasi
Pemenuhan kebutuhan infrastruktur
kelautan dan perikanan berbasis
pada kebutuhan nasional
Formatted: Swedish (Sweden)
Investasi = 13,452 miliar
Penambahan Tenaga Kerja =
0,7239 juta
Optimalisasi nilai tamba
sumberdaya kelautan da
perikanan secara
berkelanjutan
Formatted: Finnish
Formatted: Swedish (Sweden)
Formatted: Swedish (Sweden)
Investasi = 37,256 miliar
Penambahan Tenaga Kerja =
0,3789 juta
Optimalisasi pemanfaat
sumberdaya energi dan
mineral secara berkelanj
Formatted: Swedish (Sweden)
Investasi = 4,484 miliar
Penambahan Tenaga Kerja =
0,2145 juta
Memprioritaskan kegiat
rehabilitasi dan pemelih
sarana dan prasarana
(Infrastruktur) transport
laut termasuk angkutan
keperintisan
Formatted: Swedish (Sweden)
Executive Summary >>
13
Formatted: Swedish (Sweden)
Kajian Strategi Pengelolaan dan Pemanfaatan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
5.
Kesimpulan dan Rekomendasi
5.1 Kesimpulan
1. Bidang kelautan yang mencakup tujuh sub-bidang yaitu: perikanan, pertambangan
dan migas, industri maritim, angkutan laut, pariwisata bahari, bangunan kelautan,
jasa laut lainnya, diarahkan untuk lebih dimanfaatkan dan dikelola secara optimal
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Setiap subbidang mempunyai kebijakan dan strategi yang spesifik sebagai acuan operasional
bagi semua pihak. Strategi yang ditenpuh untuk setiap sub-bidang yang akan
dikembangkan sedikitnya harus mencakup 3 hal, yaitu strategi investasi, strategi
pemanfaatan, dan strategi pengelolaannya.
Formatted: English (U.K.)
2. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi bidang kelautan perlu dilakukan upaya
yang memperluas diversifikasi pemanfaatan sumber daya kelautan, meningkatkan
efisiensi yang mencakup alokasi usaha yang optimum, dan memperbesar investasi
dengan memberi dorongan kepada sub-bidang yang mempunyai ICOR yang relatif
rendah.
Formatted: English (U.K.)
3. Sub-bidang pariwisata bahari dan perikanan mempunyai nilai ICOR yang rendah
dibanding dengan bidang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa berarti bidang
pariwisata dan perikanan merupakan bidang yang efisien dan memiliki tingkat
resiko investasi yang paling rendah dan paling efisien.
Formatted: English (U.K.)
4. Untuk perikanan tangkap, strategi yang diterapkan adalah mengembangkan usaha
perikanan tangkap secara lestari dan efisien, termasuk pengembangan pemanfaatan
sumber daya ikan pada wilayah laut di atas 12 mil (ZEEI); dan menggalakkan
perikanan budidaya, yang diarahkan kepada budidaya yang memiliki nilai ekonomi
tinggi, dan peningkatan nilai tambah produk perikanan.
Formatted: English (U.K.)
5. Strategi pengembangan pariwisata bahari dilakukan melalui pengembangan
investasi untuk sarana, prasarana, dan fasilitas pendukung lainnya yang
berwawasan lingkungan; melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan, dan
meningkatkan promosi dan pemasaran.
6. Arah kebijakan makro pembangunan kelautan dan perikanan ditekankan pada : (1)
Menyatukan komitmen politik dari para penentu kebijakan, mengkaji dan
menyusun Undang-Undang Kelautan Nasional yang sinergi dan terintegrasi sebagai
payung hukum pembangunan kelautan dan perikanan Indonesia; (2) Menentukan
dan menetapkan batas-batas wilayah perairan pedalaman, zona tambahan, dan
landas kontinen; (3) Meningkatkan pemahaman geopolitik dan geostrategis kepada
seluruh komponen; (4) Mengembangkan armada laut baik secara kualitas maupun
kuantitasnya dalam konteks menjaga keutuhan NKRI dan kekayaan sumber daya
alam; dan (5) Meningkatkan penanganan kerusakan lingkungan dan rehabilitasi
wilayah pesisir yang terdegradasi, mengembangkan daerah perlindungan, dan
menindak tegas bagi para perusak lingkungan.
Formatted: Spanish (Spain-Modern
Sort)
Formatted: Spanish (Spain-Modern
Sort)
5.2 Rekomendasi
1. Pembangunan kelautan dan perikanan tidak bersifat parsial, sehingga perlu
dilakukan secara menyeluruh dan terpadu dengan pelibatan seluruh sektor dan
stakeholders, dan dilakukan berdasarkan daya dukung.
Executive Summary >>
14
Formatted: English (U.K.)
Kajian Strategi Pengelolaan dan Pemanfaatan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
2. Untuk mengembangkan produk-produk pariwisata bahari perlu diterapkan model
pengembangan pariwisata berkelanjutan, yang mampu memberi prioritas pada
kualitas lingkungan dan kualitas pengembangan masyarakat lokal. Sementara,
untuk mengembangkan sub-bidang perikanan, perlu adanya sinergi dengan
pengengambangan sub-bidang bangunan kelautan, industri kelautan, dan jasa
kelautan.
3. Perlunya memperkuat pengawasan dan pengendalian serta pengembangan
penelitian dan IPTEK dalam pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan.
Executive Summary >>
15
Kajian Strategi Pengelolaan dan Pemanfaatan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto, L. 2003. Desentralisasi Kelautan Plus. Artikel Sinar Harapan, 18 Juli 2003
Baehaqie A. Ernan, R dan M Yamin, 2003 Mengayun Dayung, Menyisir Ombak,
Menggapai Harapan. Perencanaan Pembangunan Berbasis Masyarakat di
Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten Kepulauan Seribu.
Beckmann Benda von F , Keebet von Benda Beckmann dan J. Koning, 2001.
Sumberdaya Alam dan Jaminan Sosial. Pustaka Pelajar. (editor).
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2004. Rencana Program Pembangunan Kelautan
dan Perikanan Transisi Tahun 2005.
Departemen Kelautan dan Perikanan dan PKSPL-IPB. 2001. Studi Tarif Pemanfaatan
Sumberdaya Ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia oleh Kapal Asing.
Laporan Akhir.
Departemen Kelautan dan Perikanan dan PKSPL-IPB. 2001. Penyusunan Rencana
Umum Pembangunan Pulau-pulau Kecil. Laporan Akhir.
Departemen Kelautan dan Perikanan dan PKSPL-IPB. 2001. Identifikasi Permasalahan
Pola Pergeseran Sistem Pengelolaan Dari Rejim Sentralistik Kepada Otonomi
Daerah. Laporan Akhir.
Departemen Kelautan dan Perikanan dan PKSPL-IPB. 2000. Reevaluasi Potensi
Sumberdaya Ikan - Updating Potensi Sumberdaya Ikan Ekonomis Penting.
Laporan Akhir.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pariwisata UGM. 2001. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Wisata
Bahari. Buku II : Program Pengembangan.
Dirjen Perikanan Departemen Pertanian dan PKSPL-IPB. 1999. Kajian Kebutuhan
Investasi Pembangunan Perikanan dalam Pembangunan Lima Tahun
Mendatang (1993-2003). Laporan Akhir.
Marut, D. K. 2001. Tinjauan Umum Desentralisasi dan Pengelolaan Sumberdaya Alam.
Kumpulan Tulisan dalam buku “Otonomi dam Lingkungan Hidup: Prospek
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Jawa, Papua, Kalimantan, Sumatera,
Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku pada era Otonomi daerah.
Semakin Buruk atau Baik?. Penerbit KHOPALINDO.
Haris, S, M. Pabottingi, Syarif H. Alfitra S. Tri Ratnawati dan Lili, R, 2003.
Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Naskah Akademik dan RUU Usulan
LIPI. Penerbit Pusat Penelitian Politik LIPI, Jakarta.
Executive Summary >>
16
Kajian Strategi Pengelolaan dan Pemanfaatan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Hidayat, S, 2000. Otonomi Daerah dalam Perspektif Perilaku Elit Lokal. Tulisan dalam
buku “ Indonesia menapak Abad 21” Kajian Ekonomi Politik. Penerbit
Millennium Publisher.
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup RI dan PKSPL-IPB. 2001. Kebijakan
Pelestarian Ekosistem Mangrove Sebagai Jalur Hijau Pantai (Green Belt)
Dalam Konteks Otonomi Daerah. Laporan Akhir.
Kent, George and Valencia, Mark J. 1985. Marine Policy in Southeast Asia.
University of California Press, LTD. United States of America.
KHOPALINDO dan JALA, 2002. Membedah Persoalan Nelayan Tradisional Sumatera
Utara. Masyarakat Pinggiran yang Kian Terlupakan.
Soen’an A. D. C, 2000. Persoalan Dalam Pelaksanaan Undang-Undang no. 25 Tahun
1999. Tulisan dalam buku “ Indonesia menapak Abad 21” Kajian Ekonomi
Politik. Penerbit Millennium Publisher.
Puslitbang Oseanologi – LIPI dan PKSPL-IPB. 2000. Kajian Konstribusi Sektor
Kelautan Dalam Pembangunan Nasional. Laporan Akhir..
Puslitbang Oseanologi – LIPI dan PKSPL-IPB. 2000. Konsep Kebijakan, Strategi dan
Rncang Tindak Pengelolaan Terumbu Karang Indonesia. Buku I dan II.
Puslitbang Oseanologi – LIPI dan PKSPL-IPB. 1998. Sejarah Pembangunan Kelautan
di Indonesia.
Puslitbang Oseanologi – LIPI dan PKSPL-IPB. 1998. Strategi Pembangunan Kelautan
di Indonesia.
Puslitbang Oseanologi – LIPI dan PKSPL-IPB. 1998. Rencana Aksi Pembangunan
Berkelanjutan Sumberdaya Pesisir dan Kelautan Indonesia. Buku Utama..
Rustiadi. E, 2001. Perencanaan Wilayah di dalam Menngatasi Kerusakan Lingkungan
dan Disparitas antar Wilayah di Era Otonomi Daerah. Makaah disampaikan
pada serial Diskusi Program Certification, Environment Justice and Natural
Asset yang diselenggarakan oleh Lembaga Alam Tropika Indonesia tanggal
27 Juli 2001 di Perdikan Latin, Situ Gede, Bogor.
Tim Lapera, 2001. Otonomi Pemberian Negara. Kajian Kritis atas Kebijakan Otonomi
Daerah. Penerbit Lapera Pustaka Utama.
Executive Summary >>
17
Formatted: Swedish (Sweden)
Download