RAPAT KOORDINASI KELITBANGAN TAHUN 2016 MATERI KOMISI II : KELEMBAGAAN BADAN LITBANG DAERAH A. KONDISI SAAT INI Dewasa ini keberadaan lembagaLitbang di daerah menjadi penting dan strategis.Terdapat alasan normatif atas pernyataan tersebut sehubungan dengan ditetapkannya undang-undang (UU) No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, khususnya pasal tentang perangkat daerah.Pasal 209 dan 219 mengamanatkan tentang pembentukan Badan sebagai perangkat daerah. Badan dimaksud ditujukan untuk melaksanakan fungsi penunjang urusan pemerintahan yang meliputi perencanaan, keuangan, kepegawaian, pendidikan dan pelatihan dan penelitian pengembangan.Dengan demikian dalam rangka melaksanakan fungsi penelitian dan pengembangan harus dibentuk Badan Litbang Daerah.Di pasal 373 dan Pasal 374 dinyatakan bahwa penelitian dan pengembangan merupakan salah satu instrumen fasilitasi dalam rangka melakukan pembinaan penyelenggaraan pemerintahan daerah.Lebih jauh di pasal 388 menyebutkan peran lembaga penelitian dan pengembangan dalam penilaian inovasi daerah. Berbeda dengan pengaturan di bawah UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah yang mengatur mengenai perangkat daerah.Di UU 32 tersebut, Pasal 120 ayat (1) dinyatakan bahwa Perangkat daerah provinsi terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah. (2) Perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan. Di Pasal 125 (1) Lembaga teknis daerah merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik berbentuk badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah. (2) Badan, kantor atau rumah sakit umum daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh kepala badan, kepala kantor, atau kepala rumah sakit umum daerah yang diangkat oleh kepala daerah dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah. (3) Kepala badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui Sekretaris Daerah. Perbedaan pengaturan mengenai perangkat daerah tersebut terasa kentara tatkala di UU N0 23 menyatakan dengan jelas tentang Badan yang melaksanakan fungsi penunjang sementara di UU 32 hanya dinyatakan dalam dengan Lembaga Teknis Daerah.Lebih lanjut sebagaimana amanat UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada Bab VIII dalam pasal-pasal terkait Pembentukan Badan Penelitian dan Pengembangan dapat dirujuk beberapa pasal.Sebagaimana Pasal 208 ayat (1) Kepala Daerah dan DPRD dalam menyelenggarakan Urusan Pemerintahan dibantu oleh Perangkat Daerah. Selanjutnya Pasal 209 untuk kabupaten/kota dinyatakan bahwa perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas : Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat, Dinas, Badan dan Kecamatan. Terkait dengan perangkat daerah yang berbentuk badan diamanatkan pada Pasal 219 bahwa badan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 209 ayat (1) huruf e dan ayat (2) huruf e dibentuk untuk melaksanakan fungsi penunjang urusan pemerintahan yang menjadi 1 | Komisi II kewenangan daerah meliputi perencanaan, keuangan, kepegawaian serta pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan serta fungsi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sehubungan dengan hal itu fungsi pembentukan Badan disebutkan dengan nyata dan jelas. Oleh karena lingkup penunjang urusan pemerintahan disebutkan dengan jelas dalam Undang-Undang maka keempat badan tersebut harus ada di struktur pemerintahan daerah. Hal itu sama dengan beberapa kementerian yang telah secara jelas disebutkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Kementerian tersebut harus ada sepanjang UUD 1945 tersebut belum dirubah atau diganti. Oleh karenanya keberadaan Badan Penelitian dan Pengembangan merupakan conditio sine qua none by law(sesuatu yang harus ada berdasarkan undang-undang). Hanya saja yang diatur dalam undang-undang tersebut adalah varian dari bentuk organisasi atau type.Type dari kelembagaan ditentukan berdasarkan penentuan beban kerja dengan didasarkan kepada jumlah penduduk, luas wilayah, kemampuan keuangan daerah dan cakupan tugas. Dalam kaitan itu undang-undang membagi badan menjadi Type A, B dan C. Berbeda dengan pembentukan badan lain yang tidak diamanatkan dengan jelas sebagaimana Pasal 219 huruf e, katakanlah sebagai contoh Badan Ketahanan Pangan maka pembentukan wadahnya harus meminta persetujuan dari Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat. Hal itu merujuk seperti permintaan persetujuan sebagaimana diatur pada Pasal 212 UU 23 Tahun 2014 yang secara mutatis mutandis diterapkan untuk pasal 219 huruf e. Secara teori penafsiran undang-undang, Sudikno Mertokusumo mengartikan tafsir restriktif sebagai cara tafsir dengan cara pembatasan penafsiran sesuai dengan kata, yang mana kata tersebut sudah mempunyai makna tertentu. Apabila suatu norma sudah dirumuskan secara jelas (expresis verbis), maka penafsiran yang bersifat kompleks tidak lagi dibutuhkan. Tafsir norma tersebut harus dicukupkan (iktifa’) dengan makna yang jelas tersebut. Oleh karena itu Badan Penelitian dan Pengembangan merupakan Badan yang harus diwadahi oleh Pemerintah.Badan penelitian dan Pengembangan dapat melaksanakan banyak penelitian dan pengkajian guna merumuskan kebijakan yang menunjang urusan penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Pada tingkatan kebijakan, kini semakin disadari bahwa daerah memegang kunci dalam pembangunan.Keberadaan pelaku kelitbangan merupakan daya dorong perubahan yang penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menopang rekomendasi kebijakan pembangunan.Kebijakan otonomi daerah yang telah ditetapkan dalam menjalankan roda pengelolaan pemerintahan daerah, memungkinkan peningkatan nilai tambah sumber daya daerahnya secara lebih bermakna sesuai dengan prioritas dan kepentingan setempat.Untuk itu segenap potensi kelitbangan dan pelaku kelitbangan perlu dikerahkan secara efektif dan efisien dalam merumuskan kebijakan daerah dengan tidak melupakan untuk meyelaraskan dengan perkembangan yang terjadi pada tingkat nasional dan global. Namun hingga saat ini, peraturan pelaksanaan pembentukan organisasi perangkat daerah yaitu PP No 41 Tahun 2007 sedang dalam proses revisi, sehingga dipandang perlu untuk memberikan saran dalam aturan Revisi PP tersebut untuk memastikan kelembagaan Litbang yang berdiri sendiri sesuai dengan amanat UU No 23 Tahun 2014. 2 | Komisi II Meskipun dalam perkembangan draft RPP tentang Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang diketahui sampai saat ini bahwa dalam pengaturan Dinas untuk urusan wajib telah ada pengaturan sebagaimana Pasal 29 yang berbunyi “Dalam hal intensitas urusan pemerintahan wajib yang terkait pelayanan dasar tidak memenuhi syarat/kriteria untuk menjadi dinas, maka urusan pemerintahan tersebut tetap dibentuk dan diwadahi dalam dinas tipe C”. Dengan demikian hal yang sama untuk memastikan agar Badan Litbang dapat berdiri sendiri maka aturan pasal tersebut berlaku pula untuk pembentukan Badan Litbang yang setidak-tidaknya berbentuk tipe C. Bahkan dapat saja ditawarkan saran mengenai kelembagaan litbang dengan model organisasi yang sesuai dengan lingkup tugas, fungsi dan karateristik tugas fungsinya.Model organisasi Miskin Struktur Kaya Fungsi.Sebagaimana yang diketahui bahwa Organisasi adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua atau lebih orang yang bekerja bersama-sama dalam suatu bentuk yang ditetapkan untuk mencapai sejumlah tujuan. Handoko (1999) membagi organisasi kepada beberapa model yaitu 1.Fungsional, 2.divisional/struktural, 3. Matriks, 4.Tim, 5.Jaringan. Masing-masing model memiliki keunggulan dan kekurangan diantaranya Model Fungsional.Keunggulanmodel fungsional yaitu penggunaan sumberdaya yang efisien artinya lebih ekonomis, spesialisasi keterampilan yang mendalam, orang dikelompokkan dalam fungsi yang sama, kemajuan karier secara fungsional, panduan dan pengendalian dari manajemen tertinggi, koordinasi lebih kuat dalam fungsi-fungsi, penyelesaian masalah teknis yang berkualitas. Sedangkan kekuranganfungsional adalah komunikasi lintas departemen fungsional kurang baik, respon yang lemah terhadap perubahan lingkungan dan kurang inovatif, keputusan terkonsentrasi pada hirarki puncak sehingga pengambilan keputusan lambat, tanggungjawab di lingkup fungsional tersebar sehingga sulit menunjuk siapa yang bertanggungjawab, pemahaman tentang tujuan organisasi keseluruhan terbatas, pendidikan dan pelatihan SDM kurang dilaksanakan. Model divisional seperti kondisi lembaga litbang saat ini, memiliki keunggulan dalam unit-unit dikelompokkan ke dalam bidang/divisi yang terbagi secara sendiri dan terpisahpisah berdasarkan pada kesamaan produk, program, atau daerah geografis. Perbedaan keterampilan merupakan dasar pengelompokan, dan bukannya kesamaan keterampilan, respon dan fleksibiliti terhadap lingkungan lebih cepat, memperhatikan kebutuhan konsumen, koordinasi yang tinggi lintas departemen fungsional, adanya tanggung jawab yang jelas, tujuan organisasi keseluruhan dipahami karena tujuan divisi merupakan bagian totalitas sistem, pelatihan dan keterampilan SDM harus dilaksanakan. Sedangkan kekurangannyaadalah : duplikasi sumberdaya lintas divisi, kurang pendalaman teknis dan spesialisasi dalam divisi-divisi, lemahnya kendali sumberdaya menajemen tinggi, kompetensi SDM cenderung rendah. Model matriks merupakan kombinasi antara struktur dan fungsional dengan rentang kendali divisional dan fungsional diimplementasikan secara simultan satu sama lainnya dalam lembaga yang sama. Kelebihan dari model ini adalah penggunaan sumberdaya yang lebih efisien dibandingkan pada hirarki tunggal, respon dan daya tanggap terhadap permasalah lingkungan cepat, pengembangan keterampilan manajemen umum dan spesialis saling melengkapi, kerja sama interdisiplin, ketersediaan ahli untuk seluruh divisi, perluasan tugas-tugas bagi para personil. Sedangkan kekurangannya adalah rendahnya kepatuhan dan beban dari rantai kendali, konflik tinggi antara dua sisi matriks, banyak pertemuan daripada 3 | Komisi II tindakan, menekankan pada keterampilan human relations, dominasi kekuatan oleh salah satu sisi matriks Model yang ke 4 adalah model organisasi Tim, yaitu organisasi membentuk serangkaian tim untuk menyelesaikan tugas-tugas khusus dan untuk mengkoordinasikan departemen-departemen utama. Terdapat keunggulan dari model Tim yaitu : punya beberapa keunggulan struktur fungsional, mengurangi hambatan antar departemen, meningkatkan kompromi, mengurangi waktu untuk merespon, keputusan lebih cepat diambil, moril yang lebih baik, antusiasme dari keterlibatan personil, mengurangi biaya administrasi rutin. Sedangkan kelemahan model Tim adalah loyalitas ganda dan rentan konflik, waktu dan sumberdaya lebih banyak untuk pertemuan, desentralisasi tidak terencana. Yang terakhir adalah model jaringan dimana organisasi menjadi suatu pusat yang kecil, terhubung secara elektronis dengan organisasi lainnya yang melakukan fungsi-fungsi vital. Model organisasi ini memiliki keunggulandiantaranya : daya saing lebih tinggi, fleksibilitas tenaga kerja dalam menghadapi tantangan, mengurangi biaya administratif. Sedangkan model jaringan memilikikelemahan yaitu tidak ada pengendalian langsung, dapat kehilangan bagian organisasi, loyalitas personil rendah. Penentuan model organisasi disesuaikan dengan tujuan dan derajat tugas, fungsi dan kewenangan tertentu sehingga dapat sejalan dan mencapai apa yang menjadi tujuan organisasi. Akan tetapi dalam penataan organisasi perangkat daerah sebagaimana diamanatkan UU No 23 Tahun 2014, bentuk dan model organisasi agaknya diseragamkan.Hanya saja perbedaan yang dilakukan lebih kepada kategorisasi organisasi yang dikenal dengan tipe kecil, sedang dan besar. Meskipun demikian kapasitas organisasi tidaklah bersandar semata hanya pada bentuk dan model.Kapasitas organisasi merupakan rencana dan langkah yang diambil dalam kaitan dengan bagaimana organisasi dapat menampilkan kinerja terbaiknya.Dalam konteks inilah organisasi Badan Litbang Daerah dibentuk sesuai dengan tugas dan fungsinya yang memiliki karakteristik kerja tersendiri khususnya dalam melakukan kerja-kerja kelitbangan guna merumuskan alternatif kebijakan untuk digunakan dan dilaksanakan pemerintah dan pemerintah daerah. Pada dasarnya,penguatan Badan Penelitian dan Pengembangan menjadi penting untuk diperjuangkan sehingga segala sesuatu yang terkait dengan kemajuan pembangunan daerah bisa dilakukan perkiraan sesuai dengan potensi, hambatan dan kendala yang ada. Pada saat ini tidak semua Badan penelitian dan pengembangan yang ada memiliki kemampuan tinggi dalam rangka melaksanakan tugas-tugas penelitian dan pembangunan.Dari sisi organisasi, belum semua fungsi litbang diwujudkan dalam bentuk badan litbang daerah. Dari 34 provinsi hanya 21 provinsi yang sudah terbentuk, sedangkan lainnya masih digabungkan dengan badan lain seperti, Bappeda dan Badan Lingkungan Hidup (sumber : BPP Kemendagri, 2015). Untuk penamaan (nomenklatur) unit kerja juga masih beragam. Oleh karena itu perlu disarankan untuk menjadi pedoman ke depan sebagai berikut : 4 | Komisi II RANCANGAN STRUKTUR ORGANISASI BALITBANGDA (EXERCISE TYPE-A) Terdiri dari Sekretariat dan 4 (empat) Bidang. SEKRETARIAT Sub- Bagian Perencanaan Sub- Bagian Keuangan Sub-Bagian Tata Usaha BIDANG LITBANG PEMERINTAHAN DAERAH Sub-Bidang Kelembagaan Sub-Bidang Aparatur Sub-Bidang Urusan Pemerintahan Daerah BIDANG LITBANG SOSIAL DAN KEMASYARAKATAN Sub-Bidang Sosial dan Budaya Sub-Bidang Pemberdayaan Masyarakat Sub-Bidang Pembangunan Desa BIDANG LITBANG EKONOMI DAN PEMBANGUNAN DAERAH Sub-Bidang Ekonomi Daerah Sub-Bidang Keuangan dan Aset Daerah Sub-Bidang Pembangunan Daerah BIDANG LITBANG INOVASI DAERAH Sub-Bidang Kelembagaan dan SDM Inovasi Daerah Sub-Bidang Pengembangan IPTEK Daerah Sub-Bidang Pemanfaatan Inovasi Daerah RANCANGAN STRUKTUR ORGANISASI BALITBANGDA (EXERCISE TYPE-B) Terdiri dari Sekretariat dan 3 (tiga) Bidang. SEKRETARIAT Sub- Bagian Perencanaan Sub- Bagian Keuangan Sub-Bagian Tata Usaha BIDANG LITBANG PEMERINTAHAN DAERAH BIDANG LITBANG INOVASI DAN PEMBANGUNAN BIDANG LITBANG SOSIAL BUDAYA RANCANGAN STRUKTUR ORGANISASI BALITBANGDA (EXERCISE TYPE-C) Terdiri dari Sekretariat dan 2 (dua) Bidang. SEKRETARIAT - Sub- Bagian Perencanaan Sub- Bagian Keuangan Sub-Bagian Tata Usaha BIDANG LITBANG PEMERINTAHAN DAERAH BIDANG LITBANG INOVASI DAN PEMBANGUNAN 5 | Komisi II Sementara pada saat ini, beberapa kelemahan mendasar lainnya dari badan penelitian dan pengembangan yang masih relevan untuk dicarikan solusi melalui rakornas ini adalah : Pertama, terbatasnya sumberdaya manusia peneliti (SDM fungsional peneliti). Rasio jumlah peneliti terhadap jumlah penduduk di Indonesia tergolong kecil, hanya 4,7 per 10 ribu penduduk. Berbeda jauh dengan negara tetangga Malaysia, yang tersedia 18 peneliti per 10 ribu penduduk.Sedangkan di negara-negara maju hampir mencapai 80 peneliti per 10 ribu penduduk.Demikian halnya dengan jumlah peneliti di instansi pemerintah, yang juga belum memadai untuk mendukung kegiatan litbang. Sebagai contoh Kementerian Dalam Negeri RI (Kemendagri), di Kemendagri hanya terdapat sebanyak 176 peneliti yang tersebar di pusat dan daerah (sumber: BPP Kemendagri, 2015). Kedua, dukungan anggaran untuk aktifitas kelitbangan di Indonesia masih tergolong sangat rendah. Dukungan anggaran litbang sangat kecil jika dibandingkan dengan negara sekawasan lainnya seperti Singapura yaitu sebesar 2,6% dari PDB dan Malaysia 0,8% dari PDB. Sedangkan Jepang dan Korea masing-masing mencapai 3,4% dan 3,6% dari PDB. Pada saat yang sama permasalahan anggaran litbang juga menyentuh pada aspek implementasi tunjangan jabatan bagi peneliti berdasarkan Peraturan Presiden No 100 Tahun 2012 yang menyatakan tentang besaran tunjangan peneliti. Kendati demikian faktanya di daerah banyak ditemukan peneliti yang belum dibayarkan tunjangan sesuai dengan aturan tersebut.Masalah yang ditemukan adalah masih lemahnya pemahaman pengelola bidang kepegawaian dan keuangan tentang kewajiban membayar tunjangan sesuai dengan SK Pengangkatan dan besaran tunjangan fungsional Peneliti sesuai aturan tersebut.Oleh karena itu untuk memperjelas pembayaran tunjangan perlu disarankan agar daerah mematuhi ketentuan perundangan tentang pembayaran tunjangan peneliti. Sesuai dengan permasalahan yang digambarkan dalam kondisi di atas dan masalah lainnya dapat disampaikan beberapa rancangan rekomendasi yang perlu mendapatkan masukan dan saran dari peserta rakornas komisi II untuk mendapatkan penyempurnaan. B. RANCANGAN REKOMENDASI KOMISI II 1. Perlu ada ketegasan Mendagri tentang kewajiban pembentukan Balitbangda di Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam bentuk Badan yang diatur dalam PP OPD sesuai amanat UU Nomor 23 Tahun 2014. 2. Perlu diatur pasal yang sama dengan pembentukan Dinas untuk urusan wajib sebagaimana Pasal 29 RPP OPD tentang Pengaturan Badan–Badan. Jika tidak memenuhi syarat untuk tetap dibentuk badan.Sebagai contoh Balitbangda, kalau hasil Skoring tidak memenuhi syarat 400 tetap dibentuk Badan Litbang Daerah dengan klasifikasi Tipe C. 3. Perlu diatur dalam PP tentang OPD mengenai standarisasi nomenklatur perangkat daerah (Balitbangda) provinsi dan kabupaten/kota sesuai Bidang tugas dengan persetujuan instansi induk di pusat. 4. Perlu diatur dalam PP tentang OPD mengenai SOTK Badan Litbang yang berbasis fungsional (organisasi miskin struktur kaya fungsi). 6 | Komisi II 5. Perlu surat Mendagri kepada Menpan RB tentang permohonan penambahan formasi fungsional peneliti untuk menambah jumlah peneliti yang sangat dibutuhkan pusat dan daerah dalam perumusan kebijakan berbasis riset. 6. Perlu penekanan kebijakan Mendagri tentang pengangkatan dan penetapan peneliti sesuai formasi yang ditentukan. 7. Perlu penegasan melalui surat Mendagri kepada Pemerintah Daerah tentang Pemberian Tunjangan Fungsional Peneliti di Pusat dan Daerah secara tepat waktusesuai Perpres 100 Tahun 2012 tentang Tunjangan Fungsional Peneliti. 8. Perlu penegasan melalui surat Mendagri kepada Pemerintah Daerah tentang Penetapan SK pengangkatan peneliti dan kenaikan pangkat/jabatan dilaksankan secara tepat waktu. 9. Lembaga Litbang mengutamakan program/kegiatan prioritas nasional dan daerah. 10. Perlu adanya penegasan ketersediaan Mata Anggaran Kegiatan (MAK)/slot anggaran dalam APBN dan APBD untuk: a. Program :(penelitian, pengkajian, perekayasaan, pengembangan, penerapan dan pengoperasian); b. SDM :(formasi, sertifikasi dan diklat lainnya); c. Manajemen:(Pengusulan, Pengajuan PAK,Pengangkatan menjadi peneliti,Kenaikan Pangkat/Jabatan Fungsional Peneliti). Komisi II Rakornas Litbang 2016 Koordinator/Penanggung Jawab Indrajaya Ramzie Fasilitator Komisi II/Anggota : 1. 2. 3. 4. 5. Djoko Sulistiono Rosmawaty Sidauruk Arif Sulasdiono Heriyandi Roni M. Noval 7 | Komisi II