BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lagu nenek moyangku seorang pelaut mungkin telah akrab di telinga. Hampir seluruh anak di Indonesia dapat menyanyikan lagu itu dengan lancarnya. Dari liriklirik nya jelas bahwa lagu tersebut menceritakan nenek moyang kita (bangsa Indonesia) adalah pelaut-pelaut pemberani yang tidak gentar mengarungi samudra. Indonesia dikenal sebagai bangsa bahari. Pada masa lalu, kejayaan bahari Indonesia sangat disegani dan terkenal hingga ke mancanegara. Lembaran sejarah membuktikan bahwa aktivitas pelayaran dan perdagangan telah dilakukan antra bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain jauh sebelum masehi. Pada masa itu, kapal-kapal dari Nusantara mampu menjelajah samudera melanglang buana. Penjelajah yang pada akhirnya membuat jalur hubungan transportasi dan perdagangan ke dunia internasional. Berkat kemajuan sektor bahari pula, di Nusantara tumbuh kerajaan-kerajaan besar yang mampu menjamin kesejahteraan penduduk. Secara geografis Bumi Pertiwi Indonesia memiliki luas 7,7 juta Km2, yang terdiri dari lautan sekitar 5,8 juta Km2 (75%) dan daratan sekitar 1,9 juta Km2 (25%). Pada hamparan laut yang luas itu bertaburan pulau-pulau yang jumlahnya begitu banyak, mencapai sekitar 17.480 pulau. negara Kepulauan Indonesia membentang dari sabang (Aceh) di barat (Samudera Hindia) hingga Merauke (Papua) di timur (laut arafura), dan dari pulau Miangas (Sulawesi Utara) di utara (Laut Sulawesi) hingga pulau Rote (Nusa Tenggara Timur) di selatan (Samudera Hindia). sementara itu, panjang garis pantai atau hamparan daerah pesisir indonesia mencapai 95.181 Km, termasuk salah satu bentangan pantai yang terpanjang di dunia. Dengan kondisi dan posisinya itu, sedari dulu nusantara indonesia dikenal sebagai wilayah yang sangat strategis (geostrategis), kaya beragam sumberdaya alam (geoekonomis), serta berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat antar pulau nusantara dan bahkan dengan bangsa-bangsa lainnya (geopolitis). Maka benarlah jika sejak jaman dulu nenek moyang kita sangat arif dalam menyikapi kodrat dan berkat dari Tuhan Yang Maha pengasih dan penyayang tadi dalam membangun diri dengan berpijak dan berkiblat pada kehidupan pulau dan laut. nenek moyang kita berupaya keras untuk mengelola dan mengolah secara terpadu atas segenap potensi kekayaan yang terkandung di dalam daratan (pulau) maupun di lautan. Walhasil, mereka hidup dalam taraf sejahtera bersama ekosistem pulau-laut, baik dalam hubungannya dengan sesama warga masyarakat nusantara maupun dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Kala itu, nenek moyang nusantara Indonesia dikenal, dihormati dan disegani sebagai “masyarakat (bangsa) bahari”. Karakter dan jati diri “bangsa (negeri) bahari” itu pula yang menjadi nafas dan pilar kejayaan beberapa kerajaan nusantara. sebutlah misalnya sriwijaya yang waktu itu dikenal sebagai kerajaan maritim yang kuat di asia Tenggara. Wilayahnya tidak saja meliputi sekujur nusantara, namun juga membentang hingga semenanjung Melayu, Campa (Kamboja) dan Thailand. begitu pula dengan Kerajaan Majapahit yang wilayahnya meliputi seluruh nusantara serta pengaruhnya sampai ke Siam, Campa, India, Filipina dan China. setelah itu Kerajaan samudera pasai dan Kesultanan aceh di barat nusantara, Kerajaan Demak di tengah nusantara, dan Kesultanan Ternate-Tidore yang berada di timur nusantara. Namun sayang, dalam perkembangan selanjutnya, karakter dan jati diri “bangsa (negeri) bahari” tadi dilunturkan oleh bangsa-bangsa asing (eropa) yang datang dan menguasai kekayaan sumberdaya alam nusantara melalui politik perniagaan dan pendudukan (penjajahan). sejak abad ke-16, Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda berebut menguasai jejaring laut nusantara guna mengamankan perniagaan rempah-rempah dan hasil bumi lainnya yang dihasilkan oleh masyarakat nusantara untuk dibawa ke pasar dunia. Praktis sepanjang masa penjajahan (terutama) belanda yang berlangsung sepanjang 3,5 abad, masyarakat nusantara digiring ke paradigma darat untuk menjadi “bangsa agraris”. Mereka sangat sadar bahwa siapa menguasai laut akan menguasai dunia. Maka akibatnya hubungan antar masyarakat nusantara semakin terpisah karena mereka terkotak-kotak di tengah daratan, sementara penjajah belanda bertambah eksis dengan cara menguasai sumberdaya kelautan serta sarana dan prasarana perhubungan laut. Belanda pun dengan pongahnya menguasai perekonomian agraris (perkebunan) dan sumberdaya daratan lainnya (khususnya pertambangan) untuk memperkokoh sumber perekonomian negaranya. Aspek kebaharian itu kemudian membentuk ciri khas bangsa dan Negara Indonesia. Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, dan Makassar bahkan mampu mempersatukan pulau-pulau di Nusantara sehingga terbentuk menjadi satu jaringan pelayaran dan perdagangan untuk periode waktu yang lama. Para pedagang nusantara berjasa menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan perdagangan global. Nenek moyang bangsa Indonesia membuktikan bahwa laut bukanlah penghalang. Dan laut telah menjadi sahabat masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu. Dari pengalaman tersebutlah saya ingin mengangkat topik tersebut untuk saya jadikan sebuah buku yang mampu menjadi media publikasi tentang tokoh-tokoh nenek moyang pelaut beserta ceritanya, lewat buku yang berjudul, “Nenek Moyangku Seorang Pelaut”. 1.2 Lingkup Proyek Tugas Akhir Dalam kaitannya dengan bidang studi Desain Komunikasi Visual, maka lingkup proyek Tugas Akhir saya adalah berupa perancangan buku tentang berbagai tokoh pelaut Indonesia serta pelaut dunia yang pernah singgah atau memiliki hubungan dengan nusantara. Proyek ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada anak-anak tentang sejarah bangsa bahari yang sudah sangat melekat di jiwa bangsa Indonesia.