BAB II Teknik Pembelajaran Tutorial dan Kemandirian Belajar A. Deskripsi Pustaka 1. Teknik Pembelajaran Tutorial a. Pengertian Teknik Pembelajaran Tutorial Teknik adalah metode atau sistem mengerjakan sesuatu. Di dalam proses belajar mengajar, teknik diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengiplementasikan metode secara spesifik. Teknik harus konsisten dengan metode.1 Menurut Syahraini Tambak, guru pun dapat bergonta - ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.2 Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi bukubuku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal, metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian. 3 Pada hakikatnya pembelajaran itu berlaku cara membelajarkan siswa atau membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemampuannya teraktualisasikan dalam sendiri untuk kurikulum 1 mempelajarai sebagai apa kebutuhan yang siswa.4 Isriani Hardini, Dewi Puspitasari, Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep, & Implementasi), Familia ( Group Relasi Inti Media), Yogyakarta, 2012, hal. 40 2 Syahraini Tambak, Pendidikan Agama Islam Konsep Metode Pembelajaran PAI, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2014, hal. 111 3 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hal. 57 4 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan PAI Di Sekolah, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2008, hal. 145 8 9 Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalnya penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswa terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswa nya tergolong pasif. Dalam hal ini guru pun dapat bergonta-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. 5 Macam-macam teknik penyajian itu adalah teknik penyajian diskusi, kerja kelompok, penemuan, simulasi, unit teaching, sumbang saran, inquiri, eksperimen, demonstrasi, karya wisata, kerja lapangan, cara kasus, cara sistem regu, latihan tubian, dan ceramah. 6 Jadi, teknik pembelajaran adalah suatu cara yang dilakukan guru untuk menjalankan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran dan disesuaikan dengan keadaan atau kondisi siswa dalam kelas. b. Ciri-ciri Pembelajaran, meliputi7 : 1) Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk siswa dalam suatu perkembangan tertentu. 2) Terdapat mekanisme, langkah-langkah, metode dan teknik yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3) Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik. 4) Adanya aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan pembelajaran. 5) Tindakan guru yang cermat dan tepat. 5 Syahraini Tamb ak, Op. Cit, hal. 111 Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011, hal. 67 7 Sobry Sutikno, Metode & Model-Model Pembelajaran Menjadikan Proses Pembelajaran Lebih Variatif, Aktif, Inovatif, Efektif dan Menyenangkan, Holistica, Lombok, 2014. hal. 14 - 19 6 10 6) Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan siswa dalam proporsi masing - masing. 7) Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran. 8) Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk atau hasil. c. Prinsip- prinsip Pembelajaran Prinsip dikatakan juga landasan. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif, maka pelaksanaan proses pembelajaran harus memenuhi : 1) Pembelajaran berfokus pada siswa, artinya orientasi pembelajaran terfokus pada siswa. Siswa menjadi subjek pembelajaran, dan kecepatan belajar siswa yang tidak sama perlu diperhatikan. 2) Menyenangkan. Siswa merasa aman, nyaman, betah, dan asyik mengikuti pembelajaran. 3) Interaktif. Adanya hubungan timbal balik antara guru dengan siswa, antar siswa. 4) Prinsip motivasi, yaitu dalam belajar diperlukan motivasi – motivasi yang dapat mendorong siswa untuk belajar. Dengan prinsip ini, guru harus berperan sebagai motivator siswa dalam belajar. Guru memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Siswa terlibat dalam setiap peristiwa belajar sedang dilakukan, misalnya aktif bertanya, mengerjakan tugas, dan aktif berdiskusi. 5) Mengembangkan kreativitas, dan kemandirian siswa. Proses pembelajaran harus dapat memberikan ruang yang cukup bagi perkembangan kreatifitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis siswa. 6) Pembelajaran terpadu, maksudnya pengelolaan pembelajaran dilakukan secara integratif. Semua tujuan pembelajaran berupa kemampuan dasar yang ingi dicapai bermuara pada suatu tujuan akhir, yaitu mencapai kemampuan dasar lulusan. 11 7) Memberikan penguatan dan umpan balik. Dalam situasi tertentu, guru memberikan pujian atau memperbaiki respon siswa. Namun tetap menjaga suasana agar siswa berani berpendapat. 8) Prinsip perbedaan individual, yaitu setiap siswa memiliki perbedaan-perbedaan dalam berbagai hal, seperti watak, intelegensi, latar belakang keluarga, ekonomi, sosial, dan lain-lain. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran, guru dituntut memperhintung perbedaan – perbedaan itu. Guru memberikan pengayaan bagi siswa yang berkemampuan lebih dan remedial bagi siswa yang berkemampuan kurang atau mengalami kesulitan – kesulitan belajar. 9) Prinsip pemecahan masalah, yaitu dalam belajar siswa perlu dihadapkan pada situasi – situasi bermasalah dan guru membimbing siswa untuk memecahkannya. 10) Memanfaatkan aneka sumber belajar. Guru menggunakan berbagai sumber belajar yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan. 11) Memberi keteladanan. Guru memberikan keteladanan dalam bersikap, bertindak, dan bertutur kata baik di dalam maupun di luar kelas. 12) Mengembangkan kecakapan hidup. Tumbuhnya kempetensi siswa dalam memecahkan atau menyelesaikan masalah kehidupan seharihari, termasuk berkomunikasi dengan baik dan efektif, baik lisan maupun tulisan, mencari informasi dan berargumentasi secara logis. 13) Prinsip belajar sambil mengalami, yaitu dalam mempelajari sesuatu, apabila ynag berhubungan dengan ketrampilan haruslah melalui pengalaman langsung. Seperti ketika belajar menulis, maka siswa harus menulis, belajar berpidato harus melaui praktik berpidato. 12 14) Menumbuhkan budaya akademis, nilai-nilai kehidupan, dan pluralism. Terbangunnya suasana hubungan siswa dan guru yang saling menerima, menghargai, akrab, terbuka, hangat, dan penuh empati, tanpa membedakan latar belakang dan status sosial ekonomi. 15) Mengembangkan kerjasama dan kompetisi untuk mencapai prestasi. Guru mengembangkan kemampuan bekerja sama melalui kerja kelompok, dan kemampuan berkompetisi melalui kerja individual, untuk memperoleh hasil optimal bukan untuk saling menjatuhkan. 16) Belajar tuntas (mastery learning), maksudnya pembelajaran mengacu pada ketuntasan belajar kemampuan dasar melalui pemecahan masalah. Setiap individu dan kelompok harus menuntaskan satu kemampuan dasar, baru belajar kekemampuan dasar berikutnya. d. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran Ada dua faktor yang mempengaruhi dalam proses pembelajaran yaitu : faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor – faktor yang berkaitan pribadi guru sebagai pengelola kelas. Guru harus dapat melaksanakan proses pembelajaran. Oleh sebab itu guru harus memiliki persiapan mental, kesesuaian antar tugas dan tanggung jawab, penguasaan bahan, kondisi fisik, dan semangat dalam bekerja. Faktor eksternalnya adalah kondisi yang timbul atau datang dari luar pribadi guru, antara lain keluarga, dan lingkungan pergaulan di masyarakat. Faktor lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan sekolah. e. Pengertian Tutorial Pengertian tutorial menurut beberapa pendapat : dan 13 1) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tutorial adalah pembimbingan kelas oleh seorang pengajar (tutor) untuk seorang mahasiswa atau sekelompok mahasiswa. 8 2) Menurut Daryanto mendefinisikan tutorial adalah belajar dengan guru pembimbing.9 3) Menurut Ridwan Abdullah Sani Tutorial adalah terjadinya siswa. interaksi dua arah antara tutor dan 10 4) Menurut Oemar Hamalik Tutorial diartikan sebagai bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar para siswa belajar secara efisien dan efektif. Pemberian bantuan berarti membantu siswa dalam mempelajari materi modul. Petunjuk berarti memberikan julukan cara belajar secara efisien dan efektif. Arahan berarti mengarahkan para siswa untuk mencapai tujuan masing-masing modul. Motivasi berarti menggerakkan kegiatan para siswa dalam mempelajari modul, mengerjakan tugas-tugas, dan mengikuti penilaian. Bimbingan berarti membantu para siswa memecahkan masalahmasalah belajar. 11 Masalah belajar adalah masalah yang menghambat atau mengganggu proses belajar atau pencapaian tujuan belajar.12Bantuan tutorial seringkali merupakan jalan terakhir, namun ketika guru dapat membuat ini ada atau membimbing siswa 8 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Balai Pustaka,Jakarta,1995. hal.1090 9 Daryanto,Belajar dan Mengajar,Y rama, Bandung, 2010, hal.74 10 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran,Bumi Aksara, Jakarta, 2013, hal. 159 11 Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA,Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2009, hal. 73 12 Martin Handoko & Theo Riyanto,Bimbingan & Konseling Di Sekolah, KANISIUS, Yogyakarta, 2010, hal.42 14 kepada sumber-sumber rujukan luar sepeti itu, maka ini sangat membantu bagi banyak siswa. 13 f. Fungsi Tutorial Fungsi Tutorial Meliputi14 : 1) Intruksional, yakni melaksanakan proses pembelajaran agar para siswa belajar mandiri melalui modul yang telah ditetapkan. 2) Diagnosis-bimbingan yakni membantu para siswa mengalami kelemahan, kekuatan, kelambanan, masalah dalam mempelajari modul berdasarkan hasil penilaian, baik formatif, maupun sumatif, sehingga siswa siswa mampu membimbing diri sendiri. 3) Personal, yakni memberikan keteladanan kepada siswa seperti penguasaan materi modul, cara belajar, sikap dan perilaku yang secara tak langsung menggugah motivasi belajar mandiri dan motif berprestasi. g. Tujuan Tutorial Kegiatan tutorial bertujuan untuk15 : 1) Untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan para siswa sesuai dengan yang dimuat modul - modul : melakukan usaha-usaha pengayaan materi yang relevan. 2) Untuk meningkatkan ketrampilan siswa tentang cara memecahkan masalah, mengatasi kesulitan atau hambatan agar mampu membimbing diri sendiri. 3) Untuk meningkatkan kemampuan siswa tentang cara belajar mandiri dan menerapkannya pada masing-masing modul yang sedang dipelajari. h. Bidang Kegiatan Tutorial Bidang kegiatan tutorial mencakup 16 : 13 J. Wlodkowski&Judith H. Jaynes, Motivasi Belajar, Cerdas Pustaka, Depok, 2004, hal. 112 14 Oemar Hamalik, Sistem Pembelajaran Jarak Jauh dan Pembinaan Ketenagaan, Trigenda Karya, 1994,hal. 158-160 15 Ibid. hal. 159 16 Ibid. hal. 160 15 1) Pemantapan, yaitu memantapkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa sesuai dengan modul yang telah dipelajari sebelumnya. 2) Pengayaan, yakni memperluas pengetahuan dan pengalam siswa sehingga hal-hal yang dipelajari dari mudul menjadi lebih jelas, luas, dan terpadu. 3) Bimbingan, yaitu membantu siswa dalam mengatasi kesulitan dan pemecahan masalah. i. Jenis - Jenis Tutorial Menurut Sobry Sutikno, Jenis-jenis tutorial ada 3 yaitu17 : 1) Tutorial Konsultasi. Dalam metode ini siswa dan guru bertemu secara teratur. Pada pertemuan itu siswa membaca sebuah kertas karya dan mempertahankan isinya terhadap sanggahan guru. Cara ini memberikan kesempatan kepada siswa yang berbakat untuk memperdalam pengertiannya mengenai topik tulisan, dan untuk menambah ketrampilan sebagai ilmuan. Keberhasilan strategi ini tergantung pada kecakapan tutor serta persiapan yang baik dari siswa. Tanpa itu semua, tutorial konsultasi tidak ada manfaatnya. 2) Tutorial Kelompok. Tutorial ini diadakan untuk menggunakan tenaga staf pengajar dengan efisien dalam usaha membantu para siswa yang kurang berbakat. Kualitas tutorial kelompok dapat ditingkatkan dengan menjaga supaya diskusi-diskusi senantiasa berpusat pada topiknya, dan tutor berperan sebagai penasehat, bukan sebagai penilai. Yang sangat penting ialah pihak tutor dan pihak siswa kedua - duanya harus mengadakan persiapan dengan baik untuk setiap pertemuan. 3) Tutorial Pratikum. Tutorial ini biasa diadakan dengan kelompok atau perorangan untuk membelajarkan ketrampilan psikomotor di laboratorium, bengkel kerja, dan sebagainya. 17 Sobry Sutikno Op. Cit, hal . 48 16 Menurut Oemar Hamalik, pelaksanaan Tutorial dapat juga dilaksanakan dalam bentuk klasikal, kelompok dan individual, yaitu 18: 1) Tutorial Klasikal Pada dasarnya, tutorial didasarkan atas seseorang tutor dengan satu orang siswa. Artinya disini terjadi interaksi dua arah antara tutor dan siswa.19Oleh karena itu, tutorial klasikal merupakan pemberian bantuan bantuan kepada individu secara sekaligus pada waktu yang sama. Oleh karena itu, tutorial klasikal merupakan pemberian bantuan kepada individu secara sekaligus pada waktu yang sama. 2) Tutorial Kelompok (TK) Pada dasarnya, tutorial kelompok sama dengan tutorial klasikal, yaitu seorang tutor membimbing sekelompok siswa yang terdiri atas lima atau tujuh orang siswa sekaligus pada waktu yang sama. Pendekatan tutorial kelompok menitik beratkan kegiatan bimbingan individu-individu dalam kelompok. 3) Tutorial Individu Metode itu dianggap metode belajar yang ideal, karena satu orang tutor berhadapan dengan satu orang siswa. Metode ini memiliki metode lainnya, terutama dalam hal pengembangan keterampilan dan pengetahuan konseptual. Hubungan satu orang dengan satu orang memungkinkan guru atau tutor mendiagnosis kesulitan-kesulitan dan kelemahan-kelemahan siswa secara cermat dan teliti. 18 19 Oemar Hamalik, Op. Cit, hal.166 Ridwan Abdullah Sani, Op. Cit, hal. 159 17 j. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tutorial Kelebihan metode tutorial meliputi20 : 1) Siswa memperoleh pelayanan pembelajaran secara individual sehingga permasalahan spesifik yang dihadapinya dapat dilayani secara spesisif pula. 2) Seorang siswa dapat belajar dengan kecepatan yang sesuai dengan kemampuanya tanpa harus dipengaruhi oleh kecepatan belajar siswa yang lain atau lebih dikenal dengan istilah Self Paced Learning. Kelemahan metode tutorial meliputi: 1) Sulit dilaksanakan dalam pembelajaran klasikal karena guru harus melayani siswa dalam jumlah yang banyak sehingga memerlukan waktu dan pengaturan tahapan mengajar yang khusus. 2) Jika tetap akan dilaksanakan, diperlukan teknik mengajar dalam tim atau team teaching dengan pembagian tugas diantara anggota tim, seorang guru mengajar secara klasikal, dan seorang guru lainnya atau asisten melaksanakan tutorial bagi siswa yang memerlukan. Namun penerapan team teaching ini berakibat peningkatan biaya untuk membayar honorarium guru karena bertambahnya jumlah guru yang melayani kelas tersebut. 3) Apabila tutorial ini dilaksanakan untuk melayani siswa dalam jumlah banyak, diperlukan kesabaran dan keluasan pemahaman guru tentang materi yang dipelajari siswa, karena besar kemungkinan permasalahan belajar yang dihadapi siswa bervariasi antara satu dengan lainnya. 20 Abdurrakhman Ginting, Esensi Praktis Belajar & Pembelajaran, Humaniora, Bandung, 2012, hal. 79-80 18 k. Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Tutorial : Langkah – langkahnya yaitu 21: 1) Langkah Perencanaan a) Pelajari modul dengan seksama dan identifikasi bagian - bagian yang sulit dari isi modul tersebut. b) Susun strategi bimbingan paling efektif untuk membantu agar siswa yang menghadapi kesulitan bisa mempelajari bagian yang sulit dengan lebih mudah. 2) Langkah Persiapan a) Siapkan bahan ajar tambahan atau suplemen seperti variasi contoh-contoh penyelesaian soal dan atau tahapan-tahapan penyelesaian soal yang sistematis. b) Gunakan contoh penyelesaian soal - soal sederhana dan mudah sebagai jembatan menuju latihan penyelesaian soal-soal yang lebih sulit. 3) Langkah Pelaksanaan a) Identifikasi siswa yang menghadapi kesulitan dalam memahami modul yang telah diberikan berikut bagian yang dirasakan sulit difahami. Hindarkan langkah ini dari kesan mempermalukan siswa didepan teman sekelasnya. b) Laksanakan tutorial dengan menggunakan bahan dan langkahlangkah yang telah disiapkan. 4) Langkah Evaluasi dan Penutupan a) Lakukan tanya jawab untuk menyakinkan bahwa siswa yang bersangkutan telah mengatasi kesulitan belajarnya dan memahami materi yang sedang dipelajari. b) Beri tugas mandiri, termasuk mempelajari rujukan tambahan jika ada, dengan tujuan memantapkan dan memperluas pemahamannya tentang materi yang dipelajari. 21 Ibid,.hal. 80 19 Jadi teknik pembelajaran tutorial adalah cara guru memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran baik secara individu maupun secara kelompok guna mencapai hasil belajar yang maksimal. 2. Kemandirian Belajar Siswa a. Pengertian Kemandirian Belajar Siswa Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dituliskan bahwa ”kemandirian adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada orang lain”.22 Chabib Thoha mengungkapkan bahwa kemandirian adalah bentuk sikap terhadap objek dimana individu memiliki independensi yang tidak berpengaruh terhadap orang lain. 23 Erikson yang dikutip Desmita menyatakan : “Kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari identitas ego, yaitu merupakan perkembangan ke arah individualitas yang mantap dan berdiri sendiri. Kemandirian biasanya ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat keputusan-keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa dari pengaruh orang lain.” 24 Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif guru yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh siswa dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil. 25 22 Tim Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hal. 555 23 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996, hal. 121 24 Desmita,Psikologi Perkembangan Peserta Didik, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2012, hal. 185 25 Ngalimun, Strategi Pembelajaran,Aswaja Pressindo, Sleman Yogyakarta, 2014 hal. 12 20 Menurut Abdul Majid, kelebihan dari belajar mandiri adalah membentuk siswa yang mandiri dan bertanggung jawab. Kekuranganya adalah siswa belum dewasa, sulit menggunakan pembelajaran mandiri. 26 Siswa belajar mandiri tidak dimaksudkan dengan belajar agar bisa mandiri tetapi belajar secara mandiri, dan mandiri disini tidak dimaksudkan murid - murid belajar secara individual bahkan sebaliknya, situasi dibina untuk belajar secara individual bahkan ditanamkan rasa kebersamaan, kesadaran untuk bekerja sama, serta mampu membedakan seseorang sebagai personal dan seseorang sebagai pendapat orang itu. Belajar bersama dan belajar dalam satu kelas penuh bisa ditingkatkan dengan aktivitas belajar mandiri. Ketika siswa dapat belajar dengan caranya sendiri, maka siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk memfokuskan diri dan merenung. Bekerja dengan caranya sendiri juga memberi sisa kesempatan untuk memikul tanggung jawab pribadi atas apa yang mereka pelajari. 27 Macam-macam cara anak belajar mandiri yaitu : sepenuhnya bekerja / berusaha sendiri, sedikit dibantu orang dewasa, sedikit dibantu orang dewasa pada awal akan bekerja, terus-menerus meminta pertolongan meskipun tidak langsung menyatakan permintaan dengan lisan. 28 Untuk lebih jelasnya bahwa belajar mandiri dalam hal ini lebih menekankan penciptaan dan pemanfaatan situasi, situasi belajar yang direncanakan murid. Disini hanya dapat diterapkan bentuk situasi dalam belajar mandiri. Bagi pedagogik situasi itu adalah jalan keluar dan sekaligus sebagai tujuan, setiap pendidik dalam situasinya masing- 26 Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014 hal.145 27 Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif,Nusamedia, Bandung, 2004, hal, 209 28 Wasty Soemanto,Psikologi Pendidikan,PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006, hal. 169 21 masing memberikan struktur dan bentuk gambarannya. Pendidikan untuk kemandirian menimbulkan situasi belajar mandiri sebagai tujuan. b. Ciri-Ciri Kemandirian Menurut Chabib Thoha, ciri dari sikap kemandirian dapat dirumuskan dalam delapan ciri yaitu 29 : 1) Mampu berfikir secara kritis, kreatif dan inovatif 2) Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain 3) Tidak lari atau menghindari masalah 4) Memecahkan masalah dengan berfikir yang mendalam 5) Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain 6) Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain 7) Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan 8) Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. c. Prinsip-Prinsip Mandiri Dalam Belajar Menurut beberapa pendapat tentang prinsip mandiri belajar antara lain: 1) Menurut Daryanto tentang prinsip-prinsip mandiri dalam belajar sebagai berikut30 : a) Belajar harus dengan rencana yang teratur b) Belajar harus dengan disiplin diri c) Belajar harus dengan minat/ perhatian d) Belajar harus dengan pengertian e) Belajar harus diselingi dengan rekreasi sederhana yang bermanfaat f) Belajar harus dengan tujuan yang jelas. 29 30 Chabib Thoha, Op. Cit, hal. 123-124 Daryanto , Op. Cit, hal. 25 22 2) Sedang menurut Sri Anitah W 31 Ada 7 prinsip belajar mandiri adalah sebagai berikut: a) Siswa belajar untuk dirinya sendiri. b) Siswa mempunyai ukuran untuk mengontrol atas kegiatan belajarnya sendiri. Siswa mungkin memilih dimana belajar, apa yang dipelajari, bagaimana belajar, dan kapan belajar. c) Siswa memiliki tanggung jawab untuk menentukan konteks belajar, mendiagnosis kebutuhan belajar secara pribadi, mengidentifikasi sumber-sumber belajar, dan menentukan waktu untuk belajar serta langkah belajar. d) Siswa mungkin mengembangkan rencana kegiatan belajarnya sendiri. e) Kebutuhan individu berbeda dikenal respons yang tepat, dibuat untuk kebutuhan khusus siswa secara individual. f) Kegiatan belajar siswa didukung. diperluas atau dikurangi, dengan sumber-sumber belajar dan panduan belajar. g) Peranan pengajar berubah dari guru atau penyampai informasi ke pengelola proses belajar. d. Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian 32 Adapun faktor yang mepengaruhi kemandirian dapat dibedakan menjadi dua arah yaitu : (a) faktor dalam dari dan (b) faktor dari luar. Faktor dari dalam diri anak antara lain adalah faktor kematangan usia dan jenis kelamin. Anak semakin tua usia cenderung semakin mandiri, dan ada kecenderungan anak laki – laki lebih mandiri dari pada anak perempuan. Di samping itu intelegensi anak juga berpengaruh terhadap kemandirian anak. Adapun faktor dari luar yang mempengaruhi kemandirian anak adalah (a) faktor kebudayaan, dan (b) pengaruh terhadap anak 31 Sri Anitah W, Strategi Pembelajaran di SD, Universitas Terbuka, Jakarta, 2011, hal. 12.24-12.26 32 Chabib Thoha, Op. Cit, hal. 124 - 125 23 Faktor kebudayaan sebagaimana yang dikemukakan oleh Muser yang dikutip Chabib Thoha bahwa kemandirian dipengaruhi oleh kebudayaan. Masyarakat yang maju dan kompleks tuntutan hidupnya cenderung mendorong tumbuhnya kemandirian disbanding dengan masyarakat yang sederhana. Adapun pengaruh keluarga terhadap kemandirian anak adalah meliputi aktivitas pendidikan dalam keluarga, kecenderungan cara mendidik anak, cara memberikan penilaian kepada anak, bahkan sampai kepada cara hidup orang tua berpengaruh terhadap kemandirian anak. e. Manfaat Belajar Mandiri, Meliputi 33: 1) Belajar Aktif Belajar mandiri apabila dirancang secara tepat, meningkatkan pendekatan yang lebih aktif dalam belajar. Siswa mengadopsi pendekatan ini dengsn lebih dalam, lebih memahami materi dari pada mengingat kembali apa yang dipelajari. Siswa meningkat dalam kemampuan berfikir dan tidak sekedar mengingat apa yang dipelajari. 2) Kebutuhan Individual Siswa Siswa bukan suatu kelompok yang homogen. Siswa memiliki caracara yang berbeda. Adopsi pendekatan belajar mandiri meningkatkan kebutuhan tersebut untuk dikenal dan mengikuti keinginan siswa dalam hal penguasaan materi, strategi belajar, dan kemampuan belajar. Siswa dapat memilih metode belajar atau pendekatan yang dirasa terbaik baginya. Siswa dapat membaca bahan secara cepat, apabila telah memahaminya dan membutuhkan waktu yang lebih banyak apabila sesuatu itu baru atau menantangnya. Dalam pencapaian belajar, siswa bekerja dengan sumber-sumber bahan yang sesuai sampai mencapai tingkat penguasaan tertentu. 33 Sri Anitah W, Op. Cit, hal. 12. 26 24 3) Motivasi Siswa Belajar mandiri menjadikan siswa lebih bertanggung jawab atas kegiatan belajarnya dan berpartisipasi lebih besar dalam proses belajar. Hal ini mengajar siswa untuk memilih taraf studi yang sesuai. Dengan demikian siswa akan merasa memiliki kegiatan belajar tersebut dan berpengaruh positif terhadap motivasi belajar. 4) Peranan Pengajar Pengajar yang berperan sebagai pengelola kegiatan belajar diterima dengan baik dan konsisten dengan pendekatan belajar mandiri. Peran pemgajar tersebut dapat dikembangkan kearah hubungan yang baik dengan siswa sehingga menimbulkan rasa percaya yang lebih besar antara guru dan siswa. Banyak guru yang merasa sangat senang dengan peranan tradisionalnya sebagai penyedia informasi, sedangkan sebagian yang lain memposisikan kemampuan dalam hal pengembangan materi atau sumber belajar, suatu peranan yang juga dihargai. 3. Kelas a. Pengertian Kelas Kelas merupakan sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru. Kelas bukanlah wujud ruangan, melainkan sekelompok siswa yang sedang belajar. Kelompok orang yang sedang belajar bisa saja di lapangan, lab, workshop dan lain-lain. 34 Jadi dapat dipahami bahwa kelas yang menjadi titik tekannya ialah sekelompok orang yang belajar bukan ruangannya. b. Jenis Kelas Menurut Kanisius, ada empat jenis kelas yaitu 35 : 34 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, PT. Raja PersadaGrafindo, Jakarta, 1996, hal. 17 35 Kanisius (Anggota IKAPI), Pengelolaan Kelas yang Dinamis, Yogyajarta, 2007, hal. 4142 25 1) Jenis kelas yang selalu gaduh Guru harus bergelut sepanjang hari untuk menguasai kelas, tetapi tidak berhasil sepenuhnya. Petunjuk dan ancaman sering diabadikan, dan hukuman kadang tidak efektif. 2) Jenis kelas yang terlalu gaduh, tetapi suasananya lebih positif Guru mencoba untuk membuat sekolah sebagai tempat yang menyenangkan bagi siswanya dengan memperkenalkan permaian dan kegiatan yang menyenangkan, membaca cerita, serta menyelenggarakan kegiatan kesenian dan pameran kerajinan siswa. Akan tetapi, jenis kelas ini juga masih menimbulkan masalah. Banyak siswa kurang memberi perhatian dikelas dan tugas-tugas sekolah tidak diselesaikan kurang baik atau tugas tersebut dikerjakan secara acak-acakkan. Hal ini dapat terjadi walaupun guru memberi kegiatan akademik yang minimal dan mencoba semaksimal mungkin agar kegiatan akademik tersebut menyenangkan. 3) Jenis kelas yang tenang dan disiplin Guru telah menciptkan banyak aturan maupun meminta agar aturan tersebut dipatuhi. Pelanggaran langsung dicatat dan diikuti dengan peringatan tegas, dan bila perlu disertai dengan hukuman. Guru sering menghabiskan banyak waktu dengan melakukan hal ini karena ia dengan cepat dapat memerhatikan bentuk pelanggaran. Ia tampak berhasil menamkan disiplin karena siswa biasanya patuh. Akan tetapi, suasana kelas menjadi tidak nyaman. Ketenangan yang demikian hanya tampak dipermukaan saja karena ketika guru meninggalkan kelas, kelas akan menjadi gaduh dan kacau. 4) Jenis kelas yang menggelinding sendirinya Guru mengahabiskan sebagian besar waktunya untuk mengajar dan untuk menegakkan disiplin. Siswa mengikuti pelajaran dan menyelesaikan tugas dengan kemauanya sendiri 26 tanpa harus dipelototi oleh guru. Siswa yang tampak terlibat dalam tugas pekerjaan saling berinteraksi sehingga suara muncul dari beberapa tempat yang bersamaan. Akan tetapi, suara tersebut dapat dikendalikan dan para siswa menjadi giat serta tidak saling mengganggu, guru memberi sedikit peringatan dan kelas menjadi tenang atau kondusif. c. Pengelolaan Kelas Maju tidaknya dunia pendidikan tertentu tidak bisa dilepaskan dari peran guru. Namun, peran guru disini bukan sekedar aktivitas mengajarkan materi pelajaran kepada siswa. Perlu diperhatikan juga bagaimana cara mengajar yang efektif dan baik, disamping pengelolaan kelas yang memadai. 36Intinya adalah bagaimana guru dapat mengorganisasi dan mengelola kelas secara efektif, dengan kriterium keberhasilan, antara lain diukur dengan minimnya perilaku menyimpang dari kalangan siswa. Dengan kata lain, jika diorganisasikan dan dikelola secara efektif, kelas akan berjalan secara smoothly dengan minimum perilaku menyimpang dari kalangan siswa. 37 Kelas diorganisasikan sedemikian rupa. Siswa, guru bidang studi, guru kelas, dan wali kelas berada dalam kondisi sinergis. Setiap kegiatan dikelas dilakukan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang cermat. Kepada siswa pun, ditanamkan apa tugas pokok dan fungsinya, siapa mengerjakan apa, dan siapa bertanggung jawab kepada siapa. Tugas guru di dalam kelas sebagian besar adalah membelajarkan siswa dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal. Kondisi belajar yang optimal dapat dicapai jika guru mampu mengatur siswa dengan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang 36 Salman Rusydie, Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas, DIVA Press, Jogjakarta, 2011,hal. 24 37 Sudarwan, Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2002,179 - 180 27 menyenangkan untuk mencapai tujuan pelajaran. Pengaturan berkaitan dengan penyampaian pesan pengajaran (intruktional), atau dapat pula berkaitan dengan penyediaan kondisi belajar (pengelolaan kelas). Menurut Wina Sanjaya Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikanya manakala terjadi hal-hal yang dapat menganggu suasana pembelajaran. 38 Keberhasilan guru melaksanakan kegiatan pembelajaran tidak saja menuntut kemampuan menguasai materi pelajaran, strategi dan metode mengajar, menggunakan media atau alat pembelajaran. Tetapi guru melaksanakan tugas profesioanalnya dituntut kemampuan lainnya, yaitu menyediakan atau menciptakan situasi dan kondisi belajar yang kondusif dan menyenangkan yang memungkinkan kegiatan belajar mengajar bisa berjalan dengan baik sesuaiperencanaan dan mencapai tujuan sesuai yang dikehendaki. Kondisi kelas yang kondusif dan menyenangkan dapat terwujud jika guru mampu mengatur susasana pembelajaran, mengkondisikan siswa untuk belajar dan memanfaatkan atau menggunakan sarana pengajaran serta dapat mengendalikkannya alam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pelajaran. 39 Kondisi proses belajar mengajar yang berlangsung optimal ini harus merencanakan dan diusahakan oleh guru secara segaja agar dapat dihindarkan kondisi atau situasi yang merugikan/mengganggu (usaha pencegahan) dan mengembalikan kepada kondisi yang diharapkan (optimal) bilamana hal-hal yang merusak atau mengganggu suasana pembelajaran disebabkan oleh tingkah laku siswa yang menyimpang didalam kelas (usaha kuratif). Usaha guru dalam menciptakan kondisi belajar yang optimal dikenal dengan pengelolaan kelas. 38 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Prenada Media Group, 2013, hal. 44 39 Syaiful Sagala,Administrasi Pendidikan Kontemporer, CV Alfabeta, Bandung,2000, hal.83 - 84 28 Pengelolaan kelas sangatlah penting dilakukan karena biar pembelajaran menjadi efektif dan efisien. Menurut Joni yang dikutip Syaiful Sagala pengelolaan kelas menunjukkan kepada kegiatan- kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Sebagai pemberian dasar serta penyiapan kondisi bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif, pengelolaan kelas menunjukkan kepada pengaturan orang yaitu terutama adalah siswa sebagai siswa maupun pengaturan fasilitas. Fasilitas disini mencakup pengertian yang luas mulai dari ventilasi udara, penerangan, kebersihan ruang kelas, tempat duduk, papan tulis, ruang kelas, halaman sekolah, sampai dengan perencanaan program belajar mengajar yang tepat dan pelayanan belajar. Pengaturan kondisi pendukung belajar dapat dikerjakan secara optimal maka proses belajar berlangsung secara optimal pula. Tetapi bila tidak dapat disediakan secara optimal tentu saja menimbulkan gangguan terhadap belajar mengajar. 4. Idealitas Jumlah Siswa Dalam Balajar Di Kelas Idealnya, metode yang hendak diterapkan dalam kelas harus mempertimbangkan jumlah siswa yang hadir, rasio guru dan siswa agar proses pembelajaran menjadi efektif. Ukuran kelas menentukan keberhasilan, terutama pengelolaan kelas dan penyampaian materi. 40 Para ahli pendidikan berpendapat bahwa mutu pengajaran akan tercapai apabila jumlah siswa tidak terlalu banyak. Dinegara maju seperti inggris, 48 % universitas menerapkan ukuran kelas dengan jumlah mahasiswa 20 orang, 78 % fakultas teknik mempunyai mahasiswa antara 11 sampai 15 orang.41Pada sekolah dasar, umumnya mereka menerima siswanya maksimal 40 orang, dan sekolah lanjutan maksimal 30 orang. 40 42 Nur Hamiyah dan Mohammad Jauhar, Strategi Belajar Mengajar Di Kelas, Jakarta, Prestasi Pustaka Raya, 2014. hal. 178 41 Hamdani, Op. Cit, hal. 156 42 Abdul Majid, Srategi pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, , Bandung , 2013, hal. 112 29 Menurut Jamal Ma`mur Asmani, kapasitas maksimum ruang kelas 32 siswa.43Idealnya jumlah kelas dalam belajar dikelas pada sekolah lanjutan berjumlah 24 orang.44 Keberhasilan seorang siswa dalam menangkap dan memahami mata pelajaran yang mereka pelajari sungguh sangat ditentukan oleh suasana yang kondusif, dalam hal ini membutuhkan kecakapan para guru dalam mengelola dan menatanya. 45Dalam pembelajaran, pentingnya fokus dan konsentrasi siswa akan sangat menentukan keberhasilan dalam memahami instruksi dan materi yang di ajarkan. Akan tetapi apa yang akan terjadi ketika siswa belum siap dengan semuanya. Terdapat keragaman siswa dalam gaya belajar dan pemahaman siswa yang berbeda. Hal inilah yang harus dapat difahami dan dimengerti oleh setiap tenaga pendidik.46 5. Pembelajaran Mata Pelajaran PAI a. Pengertian Pembelajaran Mata Pelajaran PAI Belajar merupakan aktivitas interaksi aktif individu terhadap lingkungan sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Sementara itu, pembelajaran adalah penyediaan kondisi terjadinya proses belajar pada diri yang mengakibatkan siswa.47Didalam proses pembelajaran bukan hanya mengalihkan pengetahuan kepada para siswa, tetapi yang paling penting lagi adalah bagaimana mereka dapat membuat makna bagi diri mereka sendiri dalam memahami materi. 48 Pendidikan Agama Islam merupakan proses penenaman nilai-nilai Ke-Islam-an yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunah. Pendidikan Agama Islam juga merupakan “usaha sadar dan terencana untuk 43 Jamal Ma`mur Asmani, Op. Cit, hal. 142 Hamdani, Op. Cit, hal. 156 45 Salman Rusydie, Op. Cit, hal. 24 46 https://dadanirsyada.wordpress.com/page/2/, diakses pada tanggal, 18 Desember 2015 47 Ridwan Abdullah Sani, Op. Cit, hal. 40 48 Hamruni, Pembelajaran Berbasis Edutaiment Landasan Teori dan Metode-metode Pembelajaran Aktif menyenanagkan (PAIKEM), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013, hal. 168 44 30 menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegitan bimbingan pengajaran dan latihan”). Pendidikan Agama Islam, yang pada hakikatnya merupakan proses itu, dalam pengembangannya dimaksut sebagai rumpun mata pelajaran yang diajarkan di sekolah maupun perguruan tinggi. 49 Menurut Muhaimin, Pendidikan agama Islam (Islamic studies) diartikan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam dengan perkataan lain adalah usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah, maupun praktik pelaksanaanya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sepanjang sejarahnya. 50 Menurut Zakiyah Darajat yang dikutip Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh siswa agar senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup 51 Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam mempersiapkan siswa untuk menyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.52 Azizy yang dikutip Abdul Majid mengemukakan bahwa esensi pendidikan, yaitu adanya proses transfer nilai, pengetahuan, dan ketrampilan dari generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu, ketika kita menyebut pendidikan 49 Nazarudin, Menejemen Pembelajaran, Teras, Yogyakarata, 2007, hal. 12. Muhaimiin dkk, Kawasan Dan Wawasan Studi Islam, Kencana, Jakarta, 2005, hal. 1 51 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hal. 11-12 52 Ibid,.hal. 13 50 31 Islam, maka akan mencakup dua hal, (a) mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau Akhlak Islam, (b) mendidik siswa-siswi untuk mempelajari materi ajaran Islam – subjek berupa pengetahuan tentang ajaran Islam. Munculnya anggapan-anggapan yang kurang menyenagkan tentang pendidikan agama, seperti Islam diajarkan lebih pada hafalan (padahal Islam penuh dengan nilai-nilai) yang harus di praktikkan; pendidikan agama lebih ditekankan pada hubungan formalitas antara hamba dengan Tuhannya; penghayatan nilai-nilai agama kurang mendapat penekanan dan masih terdapat sederet respon kritis terhadap pendidikan agama. Hal ini disebabkan oleh penilaian kelulusan siswa dalam pelajaran agama diukur dengan beberapa banyak hafalan dan mengerjakan ujuian tertulis di kelas yang dapat didemonstrasikan oleh siswa. Memang pola pembelajaran tersebut bukanlah khas pola pendidikan agama. Pendidikan secara umum pun diakui oleh para ahli dan pelaku pendidikan negara kita yang juga mengidap masalah yang sama. Masalah besar dalam pendidikan selama ini adalah kuatnya dominasi pusat dalam penyelenggaraan pendidikan sehingga yang muncul uniform-sentralistik kurikulum, model hafalan dan monolog, materi ajar yang banyak, serta kurang menekankan pada pembentukkan karakter bangsa. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara keseluruhannya terliput dalam lingkup Al-Qur`an dan Al-Hadits, keimanan, akhlak, fiqih/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesame manusia, makhluk lainnya maupun lingkungan (hablun minallah wa hablun minannas). Dengan demikian pembelajaran pendidikan agama islam dapat diartikan sebagai upaya membuat siswa dapat belajar, mendorong 32 belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus menerus mempelajari agama islam secara menyeluruh yang mengakibatkan beberapa perubahan yang relatif tetap dalam tingkah laku seseorang baik kognitif, afektif, psikomotorik. 53 b. Tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) Pendidikan Agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.54 Pendidikan Agama Islam di sekolah / madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan, pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya berbangsa bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi. 55 Pendidakan Agama Islam baik makna maupun tujuannya haruslah berpacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penenaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasahah) di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak.56 Jadi, dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa Tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan, pengamalan, dan keimanan dengan melalui penanaman nilai-nilai ajaran Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang 53 Muhaimin, Op. Cit, hal. 147 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam,Kalam Mulia, Jakarta, 2005, hal. 22 55 Abdul Majid, , Op. Cit, hal. 16 56 Abdul Majid, Op. Cit, hal. 18 54 33 bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. c. Pengorganisasian Bidang Studi PAI Dalam struktur program madrasah, pengajaran agama islam dibagi menjadi empat buah bidang studi, yatu: 1) Bidang studi Aqidah Akhlak Suatu bidang yang mengajarkan dan membimbing siswa untuk dapat mengetahui, memahami dan menyakinio aqidah Islam serta dapat memebntuk dan mengamalkan tingkahlaku yang baik yang sesuai dengan ajaran islam. 57 Fungsi studi Aqidah Akhlak yaitu 58: a. Mendorong agar siswa menyakini dan mencintai aqidah islam b. Mendorong siswa untuk benar – benar yakin dan taqwa kepada Allah. c. Mendorong siswa untuk menyukuri nikmat Allah. d. Menumbuhkan pembentukkan kebiasaanberakhlak mulia dan beradat kebiasaaan yang baik. 2) Bidang studi Al – Qur`an Hadits Merupakan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran membaca dan mengartikan atau menafsirkan ayat – ayat Al-Qur`an dan hadits – hadits tertentu, yang sesuai dengan kepentingan siswa menurut tingkat – tingkat madrasah yang bersangkutan, sehingga dapat dijadikan modal kemampuan untuk mempelajari, meresapi, dan menghayati pokok Al-Qur`an dan Hadits dan menarik hikmah yang terkandung didalamnya secara keseluruhan.59 57 Zakiah Daradjat,Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta, 1985, hal. 134 Ibid. hal. 135 59 Ibid. hal. 134 58 34 Fungsi studi Al – Qur`an Hadits yaitu60: a. Membimbing siswa kea rah pengenalan, pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran untuk mengamalkan kandungan – kandungan ayat – ayat suci Al- Qur`an dan Al – Hadits. b. Menunjang bidang – bidang studi lain dalam kelompok pengajaran agama islam, khususnya bidang studi aqidah – akhlak dan syari`ah. c. Merupakan mata rantai dalam pembinaan kepribadian siswa kearah pribadi utama menurut norma – norma agama. 3) Bidang Studi Syari`ah Merupakan pengajaran dan bimbingan untuk mengatahui Syari`at Islam, yang didalamnya mengandung suruhan atau perintah – perintah agama yang harus diamalkan dan larangan atau perintah – perintah agama untuk tidak melakukan sesuatu perbuatan. Berisi norma – norma hukum, nilai – nilai dan sikap – sikap yang menjadi dasar dan pandangan hidup seorang muslim, yang harus dipatuhi dan dasar serta pandangan hidup seorang muslim, yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh dirinya, keluarganya, masyarakat lingkungannya. 61 Fungsi Studi Syari`ah yaitu62: a. Menumbuhkan pembentukkan kebiasaan (habit vorming) dalam melaksanakan amal ibadah kepada Allah, ketentuan – ketentuan agama (syariat) dengan ikhlas, dan tuntunan akhlak yang mulia. b. Mendorong dan tumbuh dan menebalnya iman. c. Mendorong tumbuhnya semngat untuk mengolah alam sekitar, anugerah Allah. d. Mendorong untuk menyukuri nikmat Allah. 60 Ibid. hal. 135 Ibid. hal. 134 62 Ibid. hal. 135 61 35 e. Mendorong terlaksananya ibadah kepada Allah dan terlaksannaya syari`at islam dan dirinya, keluarganya dan masyarakat. f. Sebagai kumpulan pelaksanaan materi syari`at yang bersumber dari Al- Qur`an dam Al – Hadits. 4) Bidang studi Sejarah Islam Suatau bidang studi memberikan pengetahuan tentang sejarah dan kebudayaan islam, meliputi masa sebelum kelahiran islam, masa Nabi dan sesudahnya, khususnya perkembangan agama islam di tanah air. Semua bidang studi itu merupakan suatu keseluruhan yang tidak bisa dipisah – pisahkan, saling kait berkait dan tunjang menunjang sehingga mewujudkan suatu pengajaran agama islam yang bulat dan meyeluruh. Dalam pengertian ini pulalah pengajaran agama islam dilaksanakan disekolah, walaupun hanya melalui sebuah bidang studi saja.63 Fungsi studi Sejarah Islam yaitu64: a. Membantu peningkatan iman siswa dalam rangka pembentukan pribadi muslim, disamping memupuk rasa kecintaan dan kekaguman terhadap islam dan kebudayaanya. b. Memberi bekal kepada siswa dalam rangka melanjutkan pendidikannya ketingkat yang lebih tinggi atau bekal untuk menjalani kehidupan pribadi mereka, bila mereka putus sekolah. c. Mendukung perkembangan islam masa kini dan mendatang, disamping meluaskan cakrawala pandangannya terhadap makna islam bagi kepentingan kebudayaan umat islam. 63 64 Ibid. hal. 134 Ibid. hal. 135 36 d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI) Ruang lingkup Pendidkan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara65 : 1) Hubungan manusia dengan Allah 2) Hubungan manusia dengan sesama manusia 3) Hubungan manusia dengan dirinya sendiri 4) Hubungan manusia dengan makluk lain dan lingkungannya. Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama islam meliputi lima unsur pokok yaitu : 1) Al-Qur`an 2) Aqidah 3) Syari`ah 4) Akhlak 5) Tarikh e. Karakteristik Pendidikan Agama Islam (PAI) Setiap mata pelajaran memiliki ciri khas atau karakteristik tertentu yang dapat membedakan dengan mata pelajaran lainnya, tidak terkecuali mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Karakteristik pendidikan agama islam dimaksud adalah sebagai berikut ; 1) PAI merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan melalui ajaran pokok (dasar) yang terdapat agama Islam. 2) Tujuan PAI adalah untuk terbentuknya siswa yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT berbudi pekerti luhur, mengetahui tentang ajaran pokok agama Islam dan mengamalkan dalam kehidupan sehari hari serta memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Islam sehingga memadai baik untuk kehidupan bermasyarakat maupun untuk melanjutkan kejenjang lebih tinggi. 66 Dilihat dari tujuan PAI tampak bahwa secara 65 66 Ramayulis, Op. Cit, hal. 22- 23 Nazarudin, Op. Cit, hal. 14 37 emplisit PAI memang lebih diarahkan kedalam yakni peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dalam melaksanakan praktik atau ritual agama, sedangkan yang berkaitan dengan penyiapan siswa memasuki kehidupan social, tertama kaitan dengan realitas kemajemukan beragama kurang mendapat perhatian. Karakteristik PAI, sebagaimana disebut Nasih yang dikutip Abdul Majid, meliputi67 : 1) PAI mempunyai dua sisi kandungan yakni sisi keyakinan dan sisi pegetahuan. 2) PAI bersisfat doktrinal memihak dan tidak netral. 3) PAI merupakan pembentukan akhlak yang menekankan pada pembentukan hati nurani dan penanaman sifat-sifat alamiah yang jelas dan pasti. 4) PAI bersifat fungsional dan diarahkan untuk menyempurnakan bekal keagamaan siswa. 5) PAI diberikan secara komperhensif. Dari beberapa karakteristik diatas, peneliti menyimpulkan bahwa karakteristik PAI adalah Pendidikan Agama Islam tentunya berdasarkan sumber ajaran agama Islam (Al-Qur’an dan Al-Hadis) yang mempunyai fungsi dan tujuan yang jelas, diantaranya dapat menjadikan siswa mempunnyai akhlakul karimah (akhlak yang baik) dan siswa menjadi kuat secara agama. Pendidikan Agama Islam juga merupakan pembentukan akhlak yang menekankan pada pembentukan hati nurani dan penanaman sifat-sifat alamiah yang jelas dan pasti. 67 Abdul Majid, Op. Cit, hal. 19 38 f. Materi Pendidikan Agama Islam 1) Aqidah Kata aqoid, jamak dari aqidah yang berarti kepercayaan, maksudnya ialah hal – hal yang diyakini oleh orang – orang islam, artinya mereka menetapkan atas kebenaran seperti yang disebutkan dalam al – Qur`an dan Hadits Nabi Muhammad. Konsep dasar dalam agama Islam dikenal dengan istilah ”Aqidah Islamiah atau pokok-pokok kepercayaan Islam yang mengandung rumusan tentang ”Rukun Iman” yang enam yaitu : a) Iman kepada Allah b) Iman kepada malaikat-malaikat-Nya c) Iman kepada kitab-kitab-Nya d) Iman kepada utusan-utusan dan nabi-nabi-Nya e) Iman kepada hari akhir f) Iman kepada taqdir Tuhan yang baik dan yang buruk. 68 2) Syari’ah Syariah adalah tata cara pengaturan tentang perilaku hidup manusia untuk mencapai keridhaan Allah. 69Menurut Mahmud syaltut yang dikutip Ahmad Falah, syari`ah adalah peraturan yang diturunkan Allah kepada manusia agar dipedomani dalam berhubungan dengan Tuhannya, dengan sesamanya, dengan lingkungannya, dan dengan kehidupannya. 70 g. Fungsi Pendidikan Agama Islam (PAI) Pendidikan agama Islam, baik sebagai proses penanaman keimanan dan seterusnya maupun sebagai materi (bahan ajar) memilki fungsi yang jelas. Fungsi agama islam meliputi71 : 68 Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Metodologi Pengajaran Agama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 88 69 Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar Dasar Pendidikan Agama Islam, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hal. 237 70 Ahmad Falah, Materi dan Pembelajaran Fiqih MTs – MA, Depak, Kudus, 2009, hal. 2 71 Nazarudin , Op. Cit, hal. 19 39 1) Pengembangan Fungsi PAI sebagai pengembangan adalah meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa kepada Allah SWT, yang telah ditanamkan kepada lingkungan keluarga. Pada dasarnya usaha menanamkan keimanan dan ketakwaan menjadi tanggung jawab setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berkemampuan untuk menumbuh kembangkan kemampuan yang ada pada diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. 2) Penyaluran Fungsi PAI sebagai penyaluran adalah untuk menyalurkan anak-anak yang menyalurkan bakat khusus di bidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain. 3) Perbaikan Fungsi PAI sebagai perbaikan adalah untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan siswa dalam keyakinan, pemahaman dan pengalam ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari yang sebelumnya mungkin mereka memperoleh melalui sumbersumber yang ada di lingkungan keluaraga dan masyarakat. 4) Pencegahan Fungsi PAI sebagai pencegahan adalah untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia yang seutuhnya. 5) Penyesuaian Fungsi PAI sebagai penyesuaian adalah untuk menyesuaikan diri dari lingkungannya, baik lingkunagn fisik maupun laingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. 40 6) Sumber nilai Fungsi PAI sebagai sumber nilai memberikan pedoman untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Jadi dari beberapa keterangan di atas peneliti menyimpulkan bahwa fungsi pendidiakn PAI adalah sebagai pengembangan, penyaluran, perbaikan, pencegahan, penyesuaian dan sumber nilai. h. Aspek-aspek dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) Masyarakat memandang pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan eksistensi dan perkembangan manusia, khususnya sebagai objek pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, pendidikan merupakan usaha melestarikan, mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspek dan jenisnya sebagai generasi penerus. Maka dari itu format pendidikan sendiri tidak hanya sekedar sarana untuk transfer knowledge (menstranfer pengetahuan saja), akan tetapi bagaimana agar nilai-nilai agama Islam dapat tumbuh dalam diri siswa. Yang di maksud dengan nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan dimana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindaakan atau mengenai suatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan. 72 Adapun landasan nilai-nilai pokok agama Islam antara lain : 1) Aqidah Islamiah Masa sekolah bagi anak adalah masa dimana ia sedang menikmati masa remaja, dalam usia ini, kondisi seseorang sedang butuh stimulus dan dorongan yang kuat untuk maju. Karena keingin tahuan sangat relatif besar dan di usia seperti ini, kondisi psikisnya mudah untuk dikembangkan. kebutuhanyang bersifat pragmatif belum begitu nampak. 72 Cahbib Toha Kapita, Op. Cit, hal.. 12 Karena 41 Pada masa ini anak sudah menerima konsep sebab akibat. Sehubungan dengan itu Al-Quran memberi petunjuk tentang penanaman keimanan dengan mengagumi pencipta alam semesta. Langkah selanjuatanya “ bagaimana keimanan yang sudah ditanamkan tumbuh subur dalam diri anak? Maka anak harus sering diajarkan dan diberi pengetahuan tentang keimanan. 2) Nilai Ibadah Menurut bahasa ibadah berarti bakti manusia kepada Allah SWT , karena didorong dan dibangkitkan oleh aqidah atau tauhid. Menurut majelis tarjih muhammadiyah, ibadah adalah upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menaati segala perintah-Nya, menjahui segala larangan-Nya dan mengamalkan segala yang diizinkannya. 73 Ibadah dibedakan menjadi dua bagian yaitu ibadah umum dan ibadah khusus. Ibadah umum adalah segala sesuatu yang diizinkan Allah SWT sedangkan ibadah khusus adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan Allah SWT lengkap dengan segala rinciannya. Tingkat, dan cara-caranya yang tertentu. Pendidikan ibadah mencakup segala tindakan dalam kehidupan sehari-hari, baik yang berhubungan dengan Allah SWT (mahdhah) seperti shalat, iman, puasa maupun dengan sesama manusia seperti zakat, kafarat.(ghoiru mahdhah).74 3) Akhlak Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaqa, yang kata asalnya khuluqun, yang berarti Perangai, tabi’at, adat atau khaldun yang berarti kejadian buatan atau ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat atau sistem perilaku yang di buat.75 73 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2012,hal. 82 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah, PT. Pustaka Rizli Putra, 2000, hal. 6 75 Abu Ahmadi dan Noor Salimi, ,Op. Cit, hal. 198 74 42 Pengertian ini bersumber dari kalimat yang tercantum dalam Al-Qur’an : Atinya : Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Q.S Al-Qalam : 4)76 Selain istilah “akhlak” juga lazim dipergunakan istilah “etika” perkataan ini berasal dari bahasa yunani “ethos” yang berarti adat kebiasaan. Pendekatan etika biasannya lebih mendekati pada aturan aturan yang berhubungan dengan adat yang sudah menjadi aturan yang belaku pada kelompok masyarakat tertentu. Selanjutnya dalam pembicaraan sehari-hari di Indonesia kata moral etika dan akhlak, mempunyai arti yang sama yaitu budi pekerti, susila atau pun tingkah laku. Sedangkan dalam pendidikan yang layim digunakan yaitu akhlak malaupun tidak menutup kemungkinan penggunanaan kata moral,etika, budi pekerti, tingkah laku, atau kata-kata lain yang searti dengannya. Akhlak secara bahasa bisa baik atau buruk tergantung pada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya. Meskipun secara sosiologis di Indonesia kata akhlak sudah mengandung konotasi baik. Jadi orang yang berakhlak berarti orang yang berakhlak baik. i. Pendekatan yang digunakan dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) Selain berpijak pada fungsi dan tujuan agama Islam, agar penanaman nilai-nilai agama Islam dapat berhasil, orang tua atau siswa harus mendekati pelaksanaan dalam pendekatan pendidikan agama Islam, ada beberapa pendekatan yang dipakai antara lain : 76 Ibid, hal. 198 43 1) Pendekatan rasional, yaitu, suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang lebih menekankan pada aspek penalaran. 2) Penedekatan emosioanal adalah upaya untuk mengugah perasaan siswa dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama budaya bangsa. 3) Pendekatan pengalaman adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk mempratekkan dan merasakan hasi pengalaman ibadah dalam menghadap tugas-tugas dan masalah dalam kehidupan. 4) Pendekatan pembiasaan adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersikap dan berprilaku sesuai dengan ajaran agama Islam dan budaya bangsa dalam mengahadapi persoalan hidup. 77 Kebiasaan ini terjadi karana prosedur kebiasaan seperti dalam classical dan operant conditioning.78 j. Pentingnya Pendidikan Agama Islam Bagi Siswa Seorang bayi yang baru lahir adalah makhluk Allah SWT yang tidak berdaya dan senantiasa memerlukan pertolongan untuk dapat melangsungkan hidupnya di dunia ini. Maha bijaksana Allah SWT yang telah menganugrahkan rasa kasih sayang kepada sesama ibu dan bapak untuk memelihara anaknya dengan baik tanpa mengharapkan imbalan. 79 Setiap orang tua berkeinginan mempunyai anak yang berkepribadian baik, atau setiap orang tua bercita - cita mempunyai anak yang saleh yang senantiasa membawa harum nama orang tuanya. Juga anak yang saleh yang senantiasa mendo`akan orang tuanya merupakan amal baik bagi orang tua yang akan mengalir terusmenerus pahalanya walaupun orang itu sudah meninggal dunia, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: 77 Nazarudin , Op. Cit, hal. 20 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya, Banding, 2008, hal. 118 79 Abdul Majid, Op. Cit, hal. 20- 22 78 44 “Jikalau manusia itu sudah meninggal dunia, maka putuslah semua amalnya, kecuali tiga macam yaitu: shadaqah jariah (yang mengalir kemanfaatannya) ilmu yang dimanfaatkan, dan anak yang soleh (yang baik kelakuannya) yang senantiasa mendo`akan terhadap orang tuanya (untuk keselamatan dan kebahagiaan orang tuanya)”. Untuk mencapai hal yang diinginkan itu dapat diusahakan melalui pendidikan, baik pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah maupun pendidikan di masyarakat. Jadi, pendidikan Agama Islam adalah ikhtiar manusia dngan jalan bimbungan dan pimpinan untuk membantu dan mengarahkan fitrah agama si anak didik menuju terbentuknya kepribadian utama sesuai dengan ajaran agama. Dengan melihat arti pendidikan Islam dan ruang lingkupnya itu, jelaslah bahwa dengan pendidikan Islam kita berusaha untuk membentuk manusia yang berkepribadian kuat dan baik (berakhlak ulkarimah) berdasarkan pada ajaran agama Islam. Oleh karena itulah, pendidikan Islam sangat penting sebab dengan pendidikan Islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar memimpin dan mendidik anak untuk diarahkan kepada perkembangan jasmani dan rohani sehingga mampu membentuk kepribadian yang utama yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Pendidikan agama Islam hendaknya ditanamkan sejak kecil, sebab pendidikan pada masa kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan untuk pendidikan selanjutnya. B. Hasil Penelitian Terdahulu 1. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hanifah dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar Tahfiz Al-Qur’an Melalui Metode Tutorial pada Siswa Kelompok B3 TK Islam Plus Assalamah Ungaran Tahun Pelajaran 2009/2010”memperoleh hasil kesimpulan yaitu :1) Pembelajaran menghafal surat pada siswa TK Islam Plus Assalamah Ungaran sebelum menggunakan metode tutorial selalu menemukan kendala, lebih-lebih 45 untuk bisa mencapai target. Artinya tingkat keberhasilannya masih minim, baik secara individual maupun klasikal. Hal ini bisa dilihat dari data awal yang diperoleh dari data prestasi sebelum dikenai tindakan, yakni 2,26 untuk nilai rata-rata kelas dan 34,40% dari 31 siswa untuk nilai ketuntasan belajar, 2) Penggunaan metode tutorial sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan menghafal surat-surat pendek pada siswa kelompok B3 TK Islam Plus Assalamah Ungaran. Hal ini ditunjukkan oleh hasil analisis dari nilai rata-rata pada siklus I adalah 2,78; lalu pada siklus II menjadi 2,92, serta ditunjukkan oleh nilai ketuntasan belajar pada siklus I yakni 78,48 %, pada siklus II meningkat tajam menjadi 92,46 %. Namun demikian, dalam prakteknya memerlukan waktu yang cukup lama sehingga guru harus pandai mengelola waktu yang sebaik-baiknya. Penggunaan metode tutorial dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, karena juga dikemas dengan permainan serta aktivitas lainnya sehingga siswa merasa senang dan tertarik.80 2. Penelitian kedua yang dilakukan oleh Irwansyah dengan judul “Pengaruh Tutorial Dalam Pembelajaran Gambar Bangunan Di Smk N 3 Yogyakarta” memperoleh hasil kesimpulan yaitu menunjukkan bahwa metode pembelajaran tutorial terbukti memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa dengan hasil sebagai berikut : 1) nilai rerata yang diperoleh siswa menggunakan metode pembelajaran non-tutorial dengan basis nilai pada post-test 1 69,22 dan post-test 5 73,00 dengan peningkatan 3,78 atau 5,46% dan nilai rerata hasil belajar menggunakan metode pembelajaran tutorial dengan basis nilai pada post-test 1 73,36 dan post-test 5 81,53 dengan peningkatan 8,17 atau 11,14%, 2) hasil perbandingan nilai rerata metode pembelajaran non-tutorial dengan basis nilai pada post-test 5 73,00 dan metode tutorial dengan basis nilai pada post-test 5 81,53 dengan peningkatan 8,53 atau 11,68%, (3) terdapat perbedaan yang positif dan 80 Hanifah, Skripsi, “Peningkatan Prestasi Belajar Tahfiz Al-Qur’an Melalui Metode Tutorial pada Siswa Kelompok B3 TK Islam Plus Assalamah Ungaran Tahun Pelajaran 2009/2010”, http://perpus.iainsalatiga.ac.id/detailDocDig.php?id=384, diakses, pada hari senin, tanggal 11/04/2016 46 signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran tutorial dengan hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran non-tutorial pada mata pelajaran Gambar Teknik Dasar di SMK Negeri 3Yogyakarta.81 3. Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Arif Saifudin dengan judul “Pengembangan Tutorial Servis Motor untuk Siswa SMK” menghasilkan kesimpulan yaitu : 1) Video tutorial servis sepeda motor untuk siswa SMK layak di gunakan setelah melalui uji oleh ahli media dengan nilai kelayakan 80,2 %, 2) Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar sebelum dan sesudah mengunakan video tutorial servis sepeda motor dengan kenaikan hasil belajar 18,19% 82 4. Penelitian yang dilakukan oleh Silfia Alfiana dengan judul, “Efektifitas Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTA) Dengan metode Qiro`ati Di SMPIT Al-Islam Kudus Tahun Pelajaran 2009 / 2010” memperoleh hasil kesimpulan yaitu : Pengelolaan kelas yang dilakukan guru BTQ dalam proses pembelajaran adalah dengan cara mengelompokkan siswa sesuai jilidnya berdasarkan tes kemampuan awal, yang dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dan memutuskan naik tidaknya siswa naik ke jilid berikutnya. Selanjutnya dalam proses pembelajaran guru sepenuhnya menggunakan metodologi dari qiro`ati meliputi materi tambahan yang berisi bacaan surat-surat pendek, do`a sehari-hari, bacaan sholat. Sedangkan penggunaan peraga di laksanakan secara klasikal dan pembelajaran individual yaitu siswa maju satu persatu untuk membeaca buku jilid di hadapan guru BTQ.83 81 Irwansyah.Jurnal.“Pengaruh Tutorial Dalam Pembelajaran Gambar Bangunan Di Smk N 3 Yogyakarta”, http://eprints.uny.ac.id/8615/1/JURNAL.pdf, diakses, pada hari senin, tanggal 11/04/2016 82 Arif Saifudin,Skripsi,“Pengembangan Tutorial Servis Motor untuk Siswa SMK”,Universitas Negeri Semarang , 2015, http://lib.unnes.ac.id/20377/1/5201409115-s.pdf, diakses, pada hari senin, tanggal. 11/04/2016 83 Silfia Alfiana, Skripsi, Efektifitas Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran Baca Tulis AlQur`an di SMPIT AL-Islam Kudus Tahun Ajaran 2009 / 2010, STAIN Kudus, Kudus, 2010,hal. 62 47 C. Kerangka Berfikir Guru adalah faktor penting dalam proses pembelajaran. Disinilah peran guru sangatlah menentukan guna tercapainya tujuan proses pembelajaran. Tujuan proses pembelajaran yaitu siswa diharapkan mampu menyerap ilmu dari mata pelajaran yang disampaikan oleh guru yang nantinya dapat bermafaat bagi dirinya maupun bagi orang lain, untuk itu guru sebagai pemegang peranan utama. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungaan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Proses pembelajaran tentunya mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dalam pembelajaran pasti dibutuhkan suatu cara untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu ketepatan dan pemilihan strategi, metode, dan teknik pembelajaran. Didalam ketepatan dan pemilihan tersebut, Seorang guru tidak boleh asal menetapkan dan memilih semauanya sendiri karena hal itu sangat berpengaruh dan berdampak pada siswa. Hendaknya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, materi, situasi dan kondisi siswa. Guru sebagai pembimbing didalam kelas berarti memberikan bimbingan / bantuan kepada siswa yang membutuhkan bimbingan dan mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran, sehingga dapat menumbuhkan kemandirian belajar siswa yang terjadi melalui perubahan perilaku diantaranya yaitu memiliki tanggung jawab dalam mencapai tujuan pembelajaran tanpa terlalu banyak bergantung pada orang lain, disiplin mengerjakan tugas secara tepat waktu, kreatif mencari bahan ajar sendiri, terjalinnya hubungan sosial yang baik antar sesama teman, mendapatkan prestasi nilai yang bagus khususnya pada mata pelajaran PAI, memiliki rasa tanggung jawab, percaya diri atas kemampuan yang dimilikinya, dan dapat menyelesaikan masalah ketika mengalami kesulitan belajar 48 Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Proses Pembelajaran Siswa Metode Tutorial Memahami Teknik Pembelajaran Menumbuhkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas Gemuk