8 BAB II Teknik Pembelajaran Tutorial dan Kemandirian Belajar A

advertisement
BAB II
Teknik Pembelajaran Tutorial dan Kemandirian Belajar
A. Deskripsi Pustaka
1. Teknik Pembelajaran Tutorial
a. Pengertian Teknik Pembelajaran Tutorial
Teknik adalah metode atau sistem mengerjakan sesuatu. Di dalam
proses belajar mengajar, teknik diartikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengiplementasikan metode secara spesifik. Teknik
harus konsisten dengan metode.1 Menurut Syahraini Tambak, guru pun
dapat bergonta - ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang
sama.2
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasasilitas, perlengkapan, dan
prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan
tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi bukubuku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video
tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas,
perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal,
metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian. 3
Pada hakikatnya pembelajaran itu berlaku cara membelajarkan
siswa atau membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong
oleh
kemampuannya
teraktualisasikan
dalam
sendiri
untuk
kurikulum
1
mempelajarai
sebagai
apa
kebutuhan
yang
siswa.4
Isriani Hardini, Dewi Puspitasari, Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep, &
Implementasi), Familia ( Group Relasi Inti Media), Yogyakarta, 2012, hal. 40
2
Syahraini Tambak, Pendidikan Agama Islam Konsep Metode Pembelajaran PAI, Graha
Ilmu, Yogyakarta, 2014, hal. 111
3
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hal. 57
4
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan PAI Di Sekolah,
Bandung, Remaja Rosdakarya, 2008, hal. 145
8
9
Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Misalnya penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah
siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang
tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode
ceramah pada kelas yang jumlah siswa terbatas. Demikian pula,
dengan penggunaan diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada
kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswa nya
tergolong pasif. Dalam hal ini guru pun dapat bergonta-ganti teknik
meskipun dalam koridor metode yang sama. 5
Macam-macam teknik penyajian itu adalah teknik penyajian
diskusi, kerja kelompok, penemuan, simulasi, unit teaching, sumbang
saran, inquiri, eksperimen, demonstrasi, karya wisata, kerja lapangan,
cara kasus, cara sistem regu, latihan tubian, dan ceramah. 6
Jadi, teknik pembelajaran adalah suatu cara yang dilakukan guru
untuk menjalankan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran
dan disesuaikan dengan keadaan atau kondisi siswa dalam kelas.
b. Ciri-ciri Pembelajaran, meliputi7 :
1) Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk siswa dalam suatu
perkembangan tertentu.
2) Terdapat mekanisme, langkah-langkah, metode dan teknik yang
direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3) Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik.
4) Adanya
aktivitas
siswa
merupakan
syarat
mutlak
bagi
berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
5) Tindakan guru yang cermat dan tepat.
5
Syahraini Tamb ak, Op. Cit, hal. 111
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2011, hal. 67
7
Sobry Sutikno, Metode & Model-Model Pembelajaran Menjadikan Proses Pembelajaran
Lebih Variatif, Aktif, Inovatif, Efektif dan Menyenangkan, Holistica, Lombok, 2014. hal. 14 - 19
6
10
6) Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan siswa dalam proporsi
masing - masing.
7) Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
8) Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk atau hasil.
c. Prinsip- prinsip Pembelajaran
Prinsip dikatakan juga landasan. Untuk mewujudkan proses
pembelajaran yang efektif, maka pelaksanaan proses pembelajaran
harus memenuhi :
1) Pembelajaran berfokus pada siswa, artinya orientasi pembelajaran
terfokus pada siswa. Siswa menjadi subjek pembelajaran, dan
kecepatan belajar siswa yang tidak sama perlu diperhatikan.
2) Menyenangkan. Siswa merasa aman, nyaman, betah, dan asyik
mengikuti pembelajaran.
3) Interaktif. Adanya hubungan timbal balik antara guru dengan
siswa, antar siswa.
4) Prinsip motivasi, yaitu dalam belajar diperlukan motivasi –
motivasi yang dapat mendorong siswa untuk belajar. Dengan
prinsip ini, guru harus berperan sebagai motivator siswa dalam
belajar. Guru memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Siswa
terlibat dalam setiap peristiwa belajar sedang dilakukan, misalnya
aktif bertanya, mengerjakan tugas, dan aktif berdiskusi.
5) Mengembangkan kreativitas, dan kemandirian siswa. Proses
pembelajaran harus dapat memberikan ruang yang cukup bagi
perkembangan kreatifitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat,
dan perkembangan fisik dan psikologis siswa.
6) Pembelajaran terpadu, maksudnya pengelolaan pembelajaran
dilakukan secara integratif. Semua tujuan pembelajaran berupa
kemampuan dasar yang ingi dicapai bermuara pada suatu tujuan
akhir, yaitu mencapai kemampuan dasar lulusan.
11
7) Memberikan penguatan dan umpan balik. Dalam situasi tertentu,
guru memberikan pujian atau memperbaiki respon siswa. Namun
tetap menjaga suasana agar siswa berani berpendapat.
8) Prinsip perbedaan individual, yaitu setiap siswa memiliki
perbedaan-perbedaan
dalam
berbagai
hal,
seperti
watak,
intelegensi, latar belakang keluarga, ekonomi, sosial, dan lain-lain.
Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran, guru dituntut
memperhintung perbedaan – perbedaan itu. Guru memberikan
pengayaan bagi siswa yang berkemampuan lebih dan remedial bagi
siswa yang berkemampuan kurang atau mengalami kesulitan –
kesulitan belajar.
9) Prinsip pemecahan masalah, yaitu dalam belajar siswa perlu
dihadapkan pada
situasi –
situasi
bermasalah dan guru
membimbing siswa untuk memecahkannya.
10) Memanfaatkan aneka sumber belajar. Guru menggunakan berbagai
sumber belajar yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan
lingkungan.
11) Memberi keteladanan. Guru memberikan keteladanan dalam
bersikap, bertindak, dan bertutur kata baik di dalam maupun di luar
kelas.
12) Mengembangkan kecakapan hidup. Tumbuhnya kempetensi siswa
dalam memecahkan atau menyelesaikan masalah kehidupan seharihari, termasuk berkomunikasi dengan baik dan efektif, baik lisan
maupun tulisan, mencari informasi dan berargumentasi secara
logis.
13) Prinsip belajar sambil mengalami, yaitu dalam mempelajari
sesuatu, apabila ynag berhubungan dengan ketrampilan haruslah
melalui pengalaman langsung. Seperti ketika belajar menulis, maka
siswa harus menulis, belajar berpidato harus melaui praktik
berpidato.
12
14) Menumbuhkan budaya akademis, nilai-nilai kehidupan, dan
pluralism. Terbangunnya suasana hubungan siswa dan guru yang
saling menerima, menghargai, akrab, terbuka, hangat, dan penuh
empati, tanpa membedakan latar belakang dan status sosial
ekonomi.
15) Mengembangkan kerjasama dan kompetisi untuk mencapai
prestasi. Guru mengembangkan kemampuan bekerja sama melalui
kerja kelompok, dan kemampuan berkompetisi melalui kerja
individual, untuk memperoleh hasil optimal bukan untuk saling
menjatuhkan.
16) Belajar tuntas (mastery learning), maksudnya pembelajaran
mengacu pada ketuntasan belajar kemampuan dasar melalui
pemecahan masalah. Setiap individu dan kelompok harus
menuntaskan satu kemampuan dasar, baru belajar kekemampuan
dasar berikutnya.
d. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran
Ada dua faktor yang mempengaruhi dalam proses pembelajaran
yaitu : faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor –
faktor yang berkaitan pribadi guru sebagai pengelola kelas. Guru harus
dapat melaksanakan proses pembelajaran. Oleh sebab itu guru harus
memiliki persiapan mental, kesesuaian antar tugas dan tanggung
jawab, penguasaan bahan, kondisi fisik, dan semangat dalam bekerja.
Faktor eksternalnya adalah kondisi yang timbul atau datang dari
luar pribadi guru, antara lain keluarga, dan lingkungan pergaulan di
masyarakat.
Faktor
lingkungan alam,
lingkungan sosial,
lingkungan sekolah.
e. Pengertian Tutorial
Pengertian tutorial menurut beberapa pendapat :
dan
13
1) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tutorial adalah
pembimbingan kelas oleh seorang pengajar (tutor) untuk seorang
mahasiswa atau sekelompok mahasiswa. 8
2) Menurut Daryanto mendefinisikan tutorial adalah belajar dengan
guru pembimbing.9
3) Menurut Ridwan Abdullah Sani
Tutorial adalah terjadinya
siswa.
interaksi dua arah antara tutor dan
10
4) Menurut Oemar Hamalik
Tutorial diartikan sebagai bimbingan pembelajaran dalam bentuk
pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi
agar para siswa belajar secara efisien dan efektif.
Pemberian
bantuan
berarti
membantu
siswa
dalam
mempelajari materi modul. Petunjuk berarti memberikan julukan
cara belajar secara efisien dan efektif. Arahan berarti mengarahkan
para siswa untuk mencapai tujuan masing-masing modul. Motivasi
berarti menggerakkan kegiatan para siswa dalam mempelajari
modul,
mengerjakan tugas-tugas, dan mengikuti penilaian.
Bimbingan berarti membantu para siswa memecahkan masalahmasalah belajar. 11
Masalah belajar adalah masalah yang menghambat atau
mengganggu
proses
belajar
atau
pencapaian
tujuan
belajar.12Bantuan tutorial seringkali merupakan jalan terakhir,
namun ketika guru dapat membuat ini ada atau membimbing siswa
8
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa
Indonesia,Balai Pustaka,Jakarta,1995. hal.1090
9
Daryanto,Belajar dan Mengajar,Y rama, Bandung, 2010, hal.74
10
Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran,Bumi Aksara, Jakarta, 2013, hal. 159
11
Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA,Sinar
Baru Algensindo, Bandung, 2009, hal. 73
12
Martin Handoko & Theo Riyanto,Bimbingan & Konseling Di Sekolah, KANISIUS,
Yogyakarta, 2010, hal.42
14
kepada sumber-sumber rujukan luar sepeti itu, maka ini sangat
membantu bagi banyak siswa. 13
f. Fungsi Tutorial
Fungsi Tutorial Meliputi14 :
1) Intruksional, yakni melaksanakan proses pembelajaran agar para
siswa belajar mandiri melalui modul yang telah ditetapkan.
2) Diagnosis-bimbingan yakni membantu para siswa mengalami
kelemahan, kekuatan, kelambanan, masalah dalam mempelajari
modul berdasarkan hasil penilaian, baik formatif, maupun sumatif,
sehingga siswa siswa mampu membimbing diri sendiri.
3) Personal, yakni memberikan keteladanan kepada siswa seperti
penguasaan materi modul, cara belajar, sikap dan perilaku yang
secara tak langsung menggugah motivasi belajar mandiri dan motif
berprestasi.
g. Tujuan Tutorial
Kegiatan tutorial bertujuan untuk15 :
1) Untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan para siswa sesuai
dengan yang dimuat modul - modul : melakukan usaha-usaha
pengayaan materi yang relevan.
2) Untuk meningkatkan ketrampilan siswa tentang cara memecahkan
masalah, mengatasi kesulitan atau hambatan agar mampu
membimbing diri sendiri.
3) Untuk meningkatkan kemampuan siswa tentang cara belajar
mandiri dan menerapkannya pada masing-masing modul yang
sedang dipelajari.
h. Bidang Kegiatan Tutorial
Bidang kegiatan tutorial mencakup 16 :
13
J. Wlodkowski&Judith H. Jaynes, Motivasi Belajar, Cerdas Pustaka, Depok, 2004, hal.
112
14
Oemar Hamalik, Sistem Pembelajaran Jarak Jauh dan Pembinaan Ketenagaan, Trigenda
Karya, 1994,hal. 158-160
15
Ibid. hal. 159
16
Ibid. hal. 160
15
1) Pemantapan, yaitu memantapkan pengetahuan yang telah dimiliki
oleh siswa sesuai dengan modul yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Pengayaan, yakni memperluas pengetahuan dan pengalam siswa
sehingga hal-hal yang dipelajari dari mudul menjadi lebih jelas,
luas, dan terpadu.
3) Bimbingan, yaitu membantu siswa dalam mengatasi kesulitan dan
pemecahan masalah.
i. Jenis - Jenis Tutorial
Menurut Sobry Sutikno, Jenis-jenis tutorial ada 3 yaitu17 :
1) Tutorial Konsultasi. Dalam metode ini siswa dan guru bertemu
secara teratur. Pada pertemuan itu siswa membaca sebuah kertas
karya dan mempertahankan isinya terhadap sanggahan guru. Cara
ini memberikan kesempatan kepada siswa yang berbakat untuk
memperdalam pengertiannya mengenai topik tulisan, dan untuk
menambah ketrampilan sebagai ilmuan. Keberhasilan strategi ini
tergantung pada kecakapan tutor serta persiapan yang baik dari
siswa. Tanpa itu semua, tutorial konsultasi tidak ada manfaatnya.
2) Tutorial Kelompok. Tutorial ini diadakan untuk menggunakan
tenaga staf pengajar dengan efisien dalam usaha membantu para
siswa yang kurang berbakat. Kualitas tutorial kelompok
dapat
ditingkatkan dengan menjaga supaya diskusi-diskusi senantiasa
berpusat pada topiknya, dan tutor berperan sebagai penasehat,
bukan sebagai penilai. Yang sangat penting ialah pihak tutor dan
pihak siswa kedua - duanya harus mengadakan persiapan dengan
baik untuk setiap pertemuan.
3) Tutorial Pratikum. Tutorial ini biasa diadakan dengan kelompok
atau perorangan untuk membelajarkan ketrampilan psikomotor di
laboratorium, bengkel kerja, dan sebagainya.
17
Sobry Sutikno Op. Cit, hal . 48
16
Menurut Oemar Hamalik, pelaksanaan Tutorial dapat juga
dilaksanakan dalam bentuk klasikal, kelompok dan individual,
yaitu 18:
1) Tutorial Klasikal
Pada dasarnya, tutorial didasarkan atas seseorang tutor
dengan satu orang siswa. Artinya disini terjadi interaksi dua
arah antara tutor dan siswa.19Oleh karena itu, tutorial klasikal
merupakan pemberian bantuan bantuan kepada individu secara
sekaligus pada waktu yang sama. Oleh karena itu, tutorial
klasikal merupakan pemberian bantuan kepada individu secara
sekaligus pada waktu yang sama.
2) Tutorial Kelompok (TK)
Pada dasarnya, tutorial kelompok sama dengan tutorial
klasikal, yaitu seorang tutor membimbing sekelompok siswa
yang terdiri atas lima atau tujuh orang siswa sekaligus pada
waktu yang sama. Pendekatan tutorial kelompok menitik
beratkan
kegiatan
bimbingan
individu-individu
dalam
kelompok.
3) Tutorial Individu
Metode itu dianggap metode belajar yang ideal, karena satu
orang tutor berhadapan dengan satu orang siswa. Metode ini
memiliki metode lainnya, terutama dalam hal pengembangan
keterampilan dan pengetahuan konseptual. Hubungan satu
orang dengan satu orang memungkinkan guru atau tutor
mendiagnosis kesulitan-kesulitan dan kelemahan-kelemahan
siswa secara cermat dan teliti.
18
19
Oemar Hamalik, Op. Cit, hal.166
Ridwan Abdullah Sani, Op. Cit, hal. 159
17
j. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tutorial
Kelebihan metode tutorial meliputi20 :
1) Siswa memperoleh pelayanan pembelajaran secara individual
sehingga permasalahan spesifik yang dihadapinya dapat dilayani
secara spesisif pula.
2) Seorang siswa dapat belajar dengan kecepatan yang sesuai dengan
kemampuanya tanpa harus dipengaruhi oleh kecepatan belajar
siswa yang lain atau lebih dikenal dengan istilah Self Paced
Learning.
Kelemahan metode tutorial meliputi:
1) Sulit dilaksanakan dalam pembelajaran klasikal karena guru harus
melayani siswa dalam jumlah yang banyak sehingga memerlukan
waktu dan pengaturan tahapan mengajar yang khusus.
2) Jika tetap akan dilaksanakan, diperlukan teknik mengajar dalam
tim atau team teaching dengan pembagian tugas diantara anggota
tim, seorang guru mengajar secara klasikal, dan seorang guru
lainnya atau asisten melaksanakan tutorial bagi siswa yang
memerlukan. Namun penerapan team teaching ini berakibat
peningkatan biaya untuk membayar honorarium guru karena
bertambahnya jumlah guru yang melayani kelas tersebut.
3) Apabila tutorial ini dilaksanakan untuk melayani siswa dalam
jumlah banyak, diperlukan kesabaran dan keluasan pemahaman
guru tentang materi yang dipelajari siswa, karena besar
kemungkinan permasalahan belajar yang dihadapi siswa bervariasi
antara satu dengan lainnya.
20
Abdurrakhman Ginting, Esensi Praktis Belajar & Pembelajaran, Humaniora, Bandung,
2012, hal. 79-80
18
k. Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Tutorial :
Langkah – langkahnya yaitu 21:
1) Langkah Perencanaan
a) Pelajari modul dengan seksama dan
identifikasi bagian -
bagian yang sulit dari isi modul tersebut.
b) Susun strategi bimbingan paling efektif untuk membantu agar
siswa yang menghadapi kesulitan bisa mempelajari bagian
yang sulit dengan lebih mudah.
2) Langkah Persiapan
a) Siapkan bahan ajar tambahan atau suplemen seperti variasi
contoh-contoh penyelesaian soal dan atau tahapan-tahapan
penyelesaian soal yang sistematis.
b) Gunakan contoh penyelesaian soal - soal sederhana dan mudah
sebagai jembatan menuju latihan penyelesaian soal-soal yang
lebih sulit.
3) Langkah Pelaksanaan
a) Identifikasi
siswa
yang
menghadapi
kesulitan
dalam
memahami modul yang telah diberikan berikut bagian yang
dirasakan sulit difahami. Hindarkan langkah ini dari kesan
mempermalukan siswa didepan teman sekelasnya.
b) Laksanakan tutorial dengan menggunakan bahan dan langkahlangkah yang telah disiapkan.
4) Langkah Evaluasi dan Penutupan
a) Lakukan tanya jawab untuk menyakinkan bahwa siswa yang
bersangkutan telah mengatasi kesulitan belajarnya dan
memahami materi yang sedang dipelajari.
b) Beri tugas mandiri, termasuk mempelajari rujukan tambahan
jika ada, dengan tujuan memantapkan dan memperluas
pemahamannya tentang materi yang dipelajari.
21
Ibid,.hal. 80
19
Jadi teknik pembelajaran tutorial adalah cara guru memberikan
bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami materi pelajaran baik secara individu maupun secara
kelompok guna mencapai hasil belajar yang maksimal.
2. Kemandirian Belajar Siswa
a. Pengertian Kemandirian Belajar Siswa
Dalam
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
dituliskan
bahwa
”kemandirian adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa
tergantung pada orang lain”.22 Chabib Thoha mengungkapkan bahwa
kemandirian adalah bentuk sikap terhadap objek dimana individu
memiliki independensi yang tidak berpengaruh terhadap orang lain.
23
Erikson yang dikutip Desmita menyatakan :
“Kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orang tua
dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari
identitas
ego,
yaitu
merupakan
perkembangan
ke
arah
individualitas yang mantap dan berdiri sendiri. Kemandirian
biasanya ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri,
kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab,
mampu menahan diri, membuat keputusan-keputusan sendiri, serta
mampu mengatasi masalah tanpa dari pengaruh orang lain.” 24
Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan
untuk membangun inisiatif guru yang bertujuan untuk membangun
inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah
pada perencanaan belajar mandiri oleh siswa dengan bantuan guru.
Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian
dari kelompok kecil. 25
22
Tim Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 1989, hal. 555
23
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996, hal.
121
24
Desmita,Psikologi Perkembangan Peserta Didik, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,
2012, hal. 185
25
Ngalimun, Strategi Pembelajaran,Aswaja Pressindo, Sleman Yogyakarta, 2014 hal. 12
20
Menurut Abdul Majid, kelebihan dari belajar mandiri adalah
membentuk
siswa
yang
mandiri
dan
bertanggung
jawab.
Kekuranganya adalah siswa belum dewasa, sulit menggunakan
pembelajaran mandiri. 26
Siswa belajar mandiri tidak dimaksudkan dengan belajar agar bisa
mandiri tetapi belajar secara mandiri, dan mandiri disini tidak
dimaksudkan murid - murid belajar secara individual bahkan
sebaliknya, situasi dibina untuk belajar secara individual bahkan
ditanamkan rasa kebersamaan, kesadaran untuk bekerja sama, serta
mampu membedakan seseorang sebagai personal dan seseorang
sebagai pendapat orang itu.
Belajar bersama dan belajar dalam satu kelas penuh bisa
ditingkatkan dengan aktivitas belajar mandiri. Ketika siswa dapat
belajar dengan caranya sendiri, maka siswa dapat mengembangkan
kemampuan untuk memfokuskan diri dan merenung. Bekerja dengan
caranya sendiri juga memberi sisa kesempatan untuk memikul
tanggung jawab pribadi atas apa yang mereka pelajari. 27
Macam-macam cara anak belajar mandiri yaitu : sepenuhnya
bekerja / berusaha sendiri, sedikit dibantu orang dewasa, sedikit
dibantu orang dewasa pada awal akan bekerja, terus-menerus meminta
pertolongan meskipun tidak langsung menyatakan permintaan dengan
lisan. 28
Untuk lebih jelasnya bahwa belajar mandiri dalam hal ini lebih
menekankan penciptaan dan pemanfaatan situasi, situasi belajar yang
direncanakan murid. Disini hanya dapat diterapkan bentuk situasi
dalam belajar mandiri. Bagi pedagogik situasi itu adalah jalan keluar
dan sekaligus sebagai tujuan, setiap pendidik dalam situasinya masing-
26
Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014
hal.145
27
Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif,Nusamedia,
Bandung, 2004, hal, 209
28
Wasty Soemanto,Psikologi Pendidikan,PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006, hal. 169
21
masing memberikan struktur dan bentuk gambarannya. Pendidikan
untuk kemandirian menimbulkan situasi belajar mandiri sebagai
tujuan.
b. Ciri-Ciri Kemandirian
Menurut Chabib Thoha, ciri dari sikap kemandirian dapat
dirumuskan dalam delapan ciri yaitu
29
:
1) Mampu berfikir secara kritis, kreatif dan inovatif
2) Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain
3) Tidak lari atau menghindari masalah
4) Memecahkan masalah dengan berfikir yang mendalam
5) Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta
bantuan orang lain
6) Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain
7) Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan
8) Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.
c. Prinsip-Prinsip Mandiri Dalam Belajar
Menurut beberapa pendapat tentang prinsip mandiri belajar antara
lain:
1) Menurut Daryanto tentang prinsip-prinsip mandiri dalam belajar
sebagai berikut30 :
a) Belajar harus dengan rencana yang teratur
b) Belajar harus dengan disiplin diri
c) Belajar harus dengan minat/ perhatian
d) Belajar harus dengan pengertian
e) Belajar harus diselingi dengan rekreasi sederhana yang
bermanfaat
f) Belajar harus dengan tujuan yang jelas.
29
30
Chabib Thoha, Op. Cit, hal. 123-124
Daryanto , Op. Cit, hal. 25
22
2) Sedang menurut Sri Anitah W 31
Ada 7 prinsip belajar mandiri adalah sebagai berikut:
a) Siswa belajar untuk dirinya sendiri.
b) Siswa mempunyai ukuran untuk mengontrol atas kegiatan
belajarnya sendiri. Siswa mungkin memilih dimana belajar, apa
yang dipelajari, bagaimana belajar, dan kapan belajar.
c) Siswa memiliki tanggung jawab untuk menentukan konteks
belajar, mendiagnosis kebutuhan belajar secara pribadi,
mengidentifikasi sumber-sumber belajar, dan menentukan
waktu untuk belajar serta langkah belajar.
d) Siswa mungkin mengembangkan rencana kegiatan belajarnya
sendiri.
e) Kebutuhan individu berbeda dikenal respons yang tepat, dibuat
untuk kebutuhan khusus siswa secara individual.
f) Kegiatan belajar siswa didukung. diperluas atau dikurangi,
dengan sumber-sumber belajar dan panduan belajar.
g) Peranan pengajar berubah dari guru atau penyampai informasi
ke pengelola proses belajar.
d. Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian 32
Adapun faktor yang mepengaruhi kemandirian dapat dibedakan
menjadi dua arah yaitu : (a) faktor dalam dari dan (b) faktor dari luar.
Faktor dari dalam diri anak antara lain adalah faktor kematangan
usia dan jenis kelamin. Anak semakin tua usia cenderung semakin
mandiri, dan ada kecenderungan anak laki – laki lebih mandiri dari
pada anak perempuan. Di samping itu intelegensi anak juga
berpengaruh terhadap kemandirian anak.
Adapun faktor dari luar yang mempengaruhi kemandirian anak
adalah (a) faktor kebudayaan, dan (b) pengaruh terhadap anak
31
Sri Anitah W, Strategi Pembelajaran di SD, Universitas Terbuka, Jakarta, 2011, hal.
12.24-12.26
32
Chabib Thoha, Op. Cit, hal. 124 - 125
23
Faktor kebudayaan sebagaimana yang dikemukakan oleh Muser
yang dikutip Chabib Thoha bahwa kemandirian dipengaruhi oleh
kebudayaan. Masyarakat yang maju dan kompleks tuntutan hidupnya
cenderung mendorong tumbuhnya kemandirian disbanding dengan
masyarakat yang sederhana.
Adapun pengaruh keluarga terhadap kemandirian anak adalah
meliputi aktivitas pendidikan dalam keluarga, kecenderungan cara
mendidik anak, cara memberikan penilaian kepada anak, bahkan
sampai kepada cara hidup orang tua berpengaruh terhadap kemandirian
anak.
e. Manfaat Belajar Mandiri, Meliputi 33:
1) Belajar Aktif
Belajar mandiri apabila dirancang secara tepat, meningkatkan
pendekatan yang lebih aktif dalam belajar. Siswa mengadopsi
pendekatan ini dengsn lebih dalam, lebih memahami materi dari
pada mengingat kembali apa yang dipelajari. Siswa meningkat
dalam kemampuan berfikir dan tidak sekedar mengingat apa yang
dipelajari.
2) Kebutuhan Individual Siswa
Siswa bukan suatu kelompok yang homogen. Siswa memiliki caracara
yang
berbeda.
Adopsi
pendekatan
belajar
mandiri
meningkatkan kebutuhan tersebut untuk dikenal dan mengikuti
keinginan siswa dalam hal penguasaan materi, strategi belajar, dan
kemampuan belajar. Siswa dapat memilih metode belajar atau
pendekatan yang dirasa terbaik baginya. Siswa dapat membaca
bahan secara cepat, apabila telah memahaminya dan membutuhkan
waktu yang lebih banyak apabila sesuatu itu baru atau
menantangnya. Dalam pencapaian belajar, siswa bekerja dengan
sumber-sumber bahan yang sesuai sampai mencapai tingkat
penguasaan tertentu.
33
Sri Anitah W, Op. Cit, hal. 12. 26
24
3) Motivasi Siswa
Belajar mandiri menjadikan siswa lebih bertanggung jawab atas
kegiatan belajarnya dan berpartisipasi lebih besar dalam proses
belajar. Hal ini mengajar siswa untuk memilih taraf studi yang
sesuai. Dengan demikian siswa akan merasa memiliki kegiatan
belajar tersebut dan berpengaruh positif terhadap motivasi belajar.
4) Peranan Pengajar
Pengajar yang berperan sebagai pengelola kegiatan belajar diterima
dengan baik dan konsisten dengan pendekatan belajar mandiri.
Peran pemgajar tersebut dapat dikembangkan kearah hubungan
yang baik dengan siswa sehingga menimbulkan rasa percaya yang
lebih besar antara guru dan siswa. Banyak guru yang merasa sangat
senang dengan peranan tradisionalnya sebagai penyedia informasi,
sedangkan sebagian yang lain memposisikan kemampuan dalam
hal pengembangan materi atau sumber belajar, suatu peranan yang
juga dihargai.
3. Kelas
a. Pengertian Kelas
Kelas merupakan sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari guru. Kelas bukanlah wujud
ruangan, melainkan sekelompok siswa yang sedang belajar. Kelompok
orang yang sedang belajar bisa saja di lapangan, lab, workshop dan
lain-lain. 34 Jadi dapat dipahami bahwa kelas yang menjadi titik
tekannya ialah sekelompok orang yang belajar bukan ruangannya.
b. Jenis Kelas
Menurut Kanisius, ada empat jenis kelas yaitu 35 :
34
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, PT. Raja PersadaGrafindo, Jakarta,
1996, hal. 17
35
Kanisius (Anggota IKAPI), Pengelolaan Kelas yang Dinamis, Yogyajarta, 2007, hal. 4142
25
1) Jenis kelas yang selalu gaduh
Guru harus bergelut sepanjang hari untuk menguasai kelas, tetapi
tidak berhasil sepenuhnya.
Petunjuk dan ancaman sering
diabadikan, dan hukuman kadang tidak efektif.
2) Jenis kelas yang terlalu gaduh, tetapi suasananya lebih positif
Guru mencoba untuk membuat sekolah sebagai tempat
yang menyenangkan bagi siswanya dengan memperkenalkan
permaian dan kegiatan yang menyenangkan, membaca cerita, serta
menyelenggarakan kegiatan kesenian dan pameran kerajinan siswa.
Akan tetapi, jenis kelas ini juga masih menimbulkan masalah.
Banyak siswa kurang memberi perhatian dikelas dan tugas-tugas
sekolah tidak diselesaikan kurang baik atau tugas tersebut
dikerjakan secara acak-acakkan. Hal ini dapat terjadi walaupun
guru memberi kegiatan akademik yang minimal dan mencoba
semaksimal
mungkin
agar
kegiatan
akademik
tersebut
menyenangkan.
3) Jenis kelas yang tenang dan disiplin
Guru telah menciptkan banyak aturan maupun meminta
agar aturan tersebut dipatuhi. Pelanggaran langsung dicatat dan
diikuti dengan peringatan tegas, dan bila perlu disertai dengan
hukuman. Guru sering menghabiskan banyak waktu dengan
melakukan hal ini karena ia dengan cepat dapat memerhatikan
bentuk pelanggaran. Ia tampak berhasil menamkan disiplin karena
siswa biasanya patuh. Akan tetapi, suasana kelas menjadi tidak
nyaman. Ketenangan yang demikian hanya tampak dipermukaan
saja karena ketika guru meninggalkan kelas, kelas akan menjadi
gaduh dan kacau.
4) Jenis kelas yang menggelinding sendirinya
Guru mengahabiskan sebagian besar waktunya untuk
mengajar dan untuk menegakkan disiplin. Siswa mengikuti
pelajaran dan menyelesaikan tugas dengan kemauanya sendiri
26
tanpa harus dipelototi oleh guru. Siswa yang tampak terlibat dalam
tugas pekerjaan saling berinteraksi sehingga suara muncul dari
beberapa tempat yang bersamaan. Akan tetapi, suara tersebut dapat
dikendalikan dan para siswa menjadi giat serta tidak saling
mengganggu, guru memberi sedikit peringatan dan kelas menjadi
tenang atau kondusif.
c. Pengelolaan Kelas
Maju tidaknya dunia pendidikan tertentu tidak bisa dilepaskan dari
peran guru. Namun, peran guru disini bukan sekedar aktivitas
mengajarkan materi pelajaran kepada siswa. Perlu diperhatikan juga
bagaimana cara mengajar yang efektif dan baik, disamping
pengelolaan kelas yang memadai. 36Intinya adalah bagaimana guru
dapat mengorganisasi dan mengelola kelas secara efektif, dengan
kriterium keberhasilan, antara lain diukur dengan minimnya perilaku
menyimpang
dari
kalangan
siswa.
Dengan
kata
lain,
jika
diorganisasikan dan dikelola secara efektif, kelas akan berjalan secara
smoothly dengan minimum perilaku menyimpang dari kalangan
siswa. 37
Kelas diorganisasikan sedemikian rupa. Siswa, guru bidang studi,
guru kelas, dan wali kelas berada dalam kondisi sinergis. Setiap
kegiatan dikelas dilakukan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi yang cermat. Kepada siswa pun, ditanamkan apa tugas pokok
dan fungsinya, siapa mengerjakan apa, dan siapa bertanggung jawab
kepada siapa.
Tugas guru di dalam kelas sebagian besar adalah membelajarkan
siswa dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal. Kondisi
belajar yang optimal dapat dicapai jika guru mampu mengatur siswa
dengan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang
36
Salman Rusydie, Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas, DIVA Press, Jogjakarta, 2011,hal.
24
37
Sudarwan, Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2002,179 - 180
27
menyenangkan untuk mencapai tujuan pelajaran. Pengaturan berkaitan
dengan penyampaian pesan pengajaran (intruktional), atau dapat pula
berkaitan dengan penyediaan kondisi belajar (pengelolaan kelas).
Menurut Wina Sanjaya Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikanya manakala terjadi hal-hal yang dapat menganggu
suasana pembelajaran. 38
Keberhasilan guru melaksanakan kegiatan pembelajaran tidak saja
menuntut kemampuan menguasai materi pelajaran, strategi dan metode
mengajar, menggunakan media atau alat pembelajaran. Tetapi guru
melaksanakan tugas profesioanalnya dituntut kemampuan lainnya,
yaitu menyediakan atau menciptakan situasi dan kondisi belajar yang
kondusif dan menyenangkan yang memungkinkan kegiatan belajar
mengajar bisa berjalan dengan baik sesuaiperencanaan dan mencapai
tujuan sesuai yang dikehendaki. Kondisi kelas yang kondusif dan
menyenangkan dapat terwujud jika guru mampu mengatur susasana
pembelajaran, mengkondisikan siswa untuk belajar dan memanfaatkan
atau menggunakan sarana pengajaran serta dapat mengendalikkannya
alam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pelajaran. 39
Kondisi proses belajar mengajar yang berlangsung optimal ini
harus merencanakan dan diusahakan oleh guru secara segaja agar dapat
dihindarkan kondisi atau situasi yang merugikan/mengganggu (usaha
pencegahan) dan mengembalikan kepada kondisi yang diharapkan
(optimal) bilamana hal-hal yang merusak atau mengganggu suasana
pembelajaran disebabkan oleh tingkah laku siswa yang menyimpang
didalam kelas (usaha kuratif). Usaha guru dalam menciptakan kondisi
belajar yang optimal dikenal dengan pengelolaan kelas.
38
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana
Prenada Media Group, 2013, hal. 44
39
Syaiful Sagala,Administrasi Pendidikan Kontemporer, CV Alfabeta, Bandung,2000,
hal.83 - 84
28
Pengelolaan kelas sangatlah penting dilakukan karena biar
pembelajaran menjadi efektif dan efisien. Menurut Joni yang dikutip
Syaiful Sagala pengelolaan kelas menunjukkan kepada kegiatan-
kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal
bagi terjadinya proses belajar mengajar. Sebagai pemberian dasar serta
penyiapan kondisi bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif,
pengelolaan kelas menunjukkan kepada pengaturan orang yaitu
terutama adalah siswa sebagai siswa maupun pengaturan fasilitas.
Fasilitas disini mencakup pengertian yang luas mulai dari ventilasi
udara, penerangan, kebersihan ruang kelas, tempat duduk, papan tulis,
ruang kelas, halaman sekolah, sampai dengan perencanaan program
belajar mengajar yang tepat dan pelayanan belajar. Pengaturan kondisi
pendukung belajar dapat dikerjakan secara optimal maka proses belajar
berlangsung secara optimal pula. Tetapi bila tidak dapat disediakan
secara optimal tentu saja menimbulkan gangguan terhadap belajar
mengajar.
4. Idealitas Jumlah Siswa Dalam Balajar Di Kelas
Idealnya, metode yang hendak diterapkan dalam kelas harus
mempertimbangkan jumlah siswa yang hadir, rasio guru dan siswa agar
proses
pembelajaran
menjadi
efektif.
Ukuran kelas
menentukan
keberhasilan, terutama pengelolaan kelas dan penyampaian materi. 40
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa mutu pengajaran akan
tercapai apabila jumlah siswa tidak terlalu banyak. Dinegara maju seperti
inggris, 48 % universitas menerapkan ukuran kelas dengan jumlah
mahasiswa 20 orang, 78 % fakultas teknik mempunyai mahasiswa antara
11 sampai 15 orang.41Pada sekolah dasar, umumnya mereka menerima
siswanya maksimal 40 orang, dan sekolah lanjutan maksimal 30 orang.
40
42
Nur Hamiyah dan Mohammad Jauhar, Strategi Belajar Mengajar Di Kelas, Jakarta,
Prestasi Pustaka Raya, 2014. hal. 178
41
Hamdani, Op. Cit, hal. 156
42
Abdul Majid, Srategi pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, , Bandung , 2013, hal. 112
29
Menurut Jamal Ma`mur Asmani, kapasitas maksimum ruang kelas 32
siswa.43Idealnya jumlah kelas dalam belajar dikelas pada sekolah lanjutan
berjumlah 24 orang.44
Keberhasilan seorang siswa dalam menangkap dan memahami
mata pelajaran yang mereka pelajari sungguh sangat ditentukan oleh
suasana yang kondusif, dalam hal ini membutuhkan kecakapan para guru
dalam mengelola dan menatanya. 45Dalam pembelajaran, pentingnya fokus
dan konsentrasi siswa akan sangat menentukan keberhasilan dalam
memahami instruksi dan materi yang di ajarkan. Akan tetapi apa yang
akan terjadi ketika siswa belum siap dengan semuanya. Terdapat
keragaman siswa dalam gaya belajar dan pemahaman siswa yang berbeda.
Hal inilah yang harus dapat difahami dan dimengerti oleh setiap tenaga
pendidik.46
5. Pembelajaran Mata Pelajaran PAI
a.
Pengertian Pembelajaran Mata Pelajaran PAI
Belajar merupakan aktivitas interaksi aktif individu terhadap
lingkungan sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Sementara itu,
pembelajaran adalah penyediaan kondisi
terjadinya
proses
belajar
pada
diri
yang
mengakibatkan
siswa.47Didalam
proses
pembelajaran bukan hanya mengalihkan pengetahuan kepada para
siswa, tetapi yang paling penting lagi adalah bagaimana mereka dapat
membuat makna bagi diri mereka sendiri dalam memahami materi. 48
Pendidikan Agama Islam merupakan proses penenaman nilai-nilai
Ke-Islam-an yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunah. Pendidikan
Agama Islam juga merupakan “usaha sadar dan terencana untuk
43
Jamal Ma`mur Asmani, Op. Cit, hal. 142
Hamdani, Op. Cit, hal. 156
45
Salman Rusydie, Op. Cit, hal. 24
46
https://dadanirsyada.wordpress.com/page/2/, diakses pada tanggal, 18 Desember 2015
47
Ridwan Abdullah Sani, Op. Cit, hal. 40
48
Hamruni, Pembelajaran Berbasis Edutaiment Landasan Teori dan Metode-metode
Pembelajaran Aktif menyenanagkan (PAIKEM), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013, hal. 168
44
30
menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan
mengamalkan ajaran Islam melalui kegitan bimbingan pengajaran dan
latihan”). Pendidikan Agama Islam, yang pada hakikatnya merupakan
proses itu, dalam pengembangannya dimaksut sebagai rumpun mata
pelajaran yang diajarkan di sekolah maupun perguruan tinggi. 49
Menurut Muhaimin, Pendidikan agama Islam (Islamic studies)
diartikan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan
dengan agama Islam dengan perkataan lain adalah usaha sadar dan
sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara
mendalam tentang seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan
agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah, maupun
praktik pelaksanaanya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari
sepanjang sejarahnya. 50
Menurut Zakiyah Darajat yang dikutip Abdul Majid, Pendidikan
Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh siswa
agar senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara
menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat
mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup 51
Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan
pendidik dalam mempersiapkan siswa untuk menyakini, memahami,
dan mengamalkan ajaran Islam
melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, atau pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.52
Azizy yang dikutip Abdul Majid mengemukakan bahwa esensi
pendidikan, yaitu adanya proses transfer nilai, pengetahuan, dan
ketrampilan dari generasi tua kepada generasi muda agar generasi
muda mampu hidup. Oleh karena itu, ketika kita menyebut pendidikan
49
Nazarudin, Menejemen Pembelajaran, Teras, Yogyakarata, 2007, hal. 12.
Muhaimiin dkk, Kawasan Dan Wawasan Studi Islam, Kencana, Jakarta, 2005, hal. 1
51
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2014, hal. 11-12
52
Ibid,.hal. 13
50
31
Islam, maka akan mencakup dua hal, (a) mendidik siswa untuk
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau Akhlak Islam, (b) mendidik
siswa-siswi untuk mempelajari materi ajaran Islam – subjek berupa
pengetahuan tentang ajaran Islam.
Munculnya anggapan-anggapan yang kurang menyenagkan tentang
pendidikan agama, seperti Islam diajarkan lebih pada hafalan (padahal
Islam penuh dengan nilai-nilai) yang harus di praktikkan; pendidikan
agama lebih
ditekankan pada hubungan formalitas antara hamba
dengan Tuhannya; penghayatan nilai-nilai agama kurang mendapat
penekanan dan masih terdapat sederet respon kritis terhadap
pendidikan agama. Hal ini disebabkan oleh penilaian kelulusan siswa
dalam pelajaran agama diukur dengan beberapa banyak hafalan dan
mengerjakan ujuian tertulis di kelas yang dapat didemonstrasikan oleh
siswa.
Memang pola pembelajaran tersebut
bukanlah khas pola
pendidikan agama. Pendidikan secara umum pun diakui oleh para ahli
dan pelaku pendidikan negara kita yang juga mengidap masalah yang
sama. Masalah besar dalam pendidikan selama ini adalah kuatnya
dominasi pusat dalam penyelenggaraan pendidikan sehingga yang
muncul uniform-sentralistik kurikulum, model hafalan dan monolog,
materi
ajar
yang
banyak,
serta
kurang
menekankan
pada
pembentukkan karakter bangsa.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara keseluruhannya
terliput dalam lingkup Al-Qur`an dan Al-Hadits, keimanan, akhlak,
fiqih/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang
lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT,
diri sendiri, sesame manusia, makhluk lainnya maupun lingkungan
(hablun minallah wa hablun minannas).
Dengan demikian pembelajaran pendidikan agama islam dapat
diartikan sebagai upaya membuat siswa dapat belajar, mendorong
32
belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus menerus mempelajari
agama islam secara menyeluruh yang mengakibatkan beberapa
perubahan yang relatif tetap dalam tingkah laku seseorang baik
kognitif, afektif, psikomotorik. 53
b.
Tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan Agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan dan pengalaman siswa tentang agama Islam
sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.54
Pendidikan Agama Islam di sekolah / madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan, pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman
siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya berbangsa
bernegara
serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih
tinggi. 55
Pendidakan Agama Islam baik makna maupun tujuannya haruslah
berpacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan
melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penenaman nilai-nilai ini
juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasahah) di dunia bagi
anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan
(hasanah) di akhirat kelak.56
Jadi, dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa Tujuan
Pendidikan Agama Islam yaitu untuk meningkatkan pemahaman,
penghayatan, pengamalan, dan keimanan dengan melalui penanaman
nilai-nilai ajaran Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang
53
Muhaimin, Op. Cit, hal. 147
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam,Kalam Mulia, Jakarta, 2005, hal. 22
55
Abdul Majid, , Op. Cit, hal. 16
56
Abdul Majid, Op. Cit, hal. 18
54
33
bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
c.
Pengorganisasian Bidang Studi PAI
Dalam struktur program madrasah, pengajaran agama islam dibagi
menjadi empat buah bidang studi, yatu:
1) Bidang studi Aqidah Akhlak
Suatu bidang yang mengajarkan dan membimbing siswa
untuk dapat mengetahui, memahami dan menyakinio aqidah Islam
serta dapat memebntuk dan mengamalkan tingkahlaku yang baik
yang sesuai dengan ajaran islam. 57
Fungsi studi Aqidah Akhlak yaitu 58:
a. Mendorong agar siswa menyakini dan mencintai aqidah islam
b. Mendorong siswa untuk benar – benar yakin dan taqwa kepada
Allah.
c. Mendorong siswa untuk menyukuri nikmat Allah.
d. Menumbuhkan pembentukkan kebiasaanberakhlak mulia dan
beradat kebiasaaan yang baik.
2) Bidang studi Al – Qur`an Hadits
Merupakan
perencanaan
dan
pelaksanaan
program
pengajaran membaca dan mengartikan atau menafsirkan ayat –
ayat Al-Qur`an dan hadits – hadits tertentu, yang sesuai dengan
kepentingan siswa menurut tingkat – tingkat madrasah yang
bersangkutan, sehingga dapat dijadikan modal kemampuan untuk
mempelajari, meresapi, dan menghayati pokok Al-Qur`an dan
Hadits dan menarik hikmah yang terkandung didalamnya secara
keseluruhan.59
57
Zakiah Daradjat,Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta, 1985, hal. 134
Ibid. hal. 135
59
Ibid. hal. 134
58
34
Fungsi studi Al – Qur`an Hadits yaitu60:
a. Membimbing
siswa
kea
rah pengenalan,
pengetahuan,
pemahaman, dan kesadaran untuk mengamalkan kandungan –
kandungan ayat – ayat suci Al- Qur`an dan Al – Hadits.
b. Menunjang bidang – bidang studi lain dalam kelompok
pengajaran agama islam, khususnya bidang studi aqidah –
akhlak dan syari`ah.
c. Merupakan mata rantai dalam pembinaan kepribadian siswa
kearah pribadi utama menurut norma – norma agama.
3) Bidang Studi Syari`ah
Merupakan pengajaran dan bimbingan untuk mengatahui
Syari`at Islam, yang didalamnya mengandung suruhan atau
perintah – perintah agama yang harus diamalkan dan larangan atau
perintah – perintah agama untuk tidak melakukan sesuatu
perbuatan. Berisi norma – norma hukum, nilai – nilai dan sikap –
sikap yang menjadi dasar dan pandangan hidup seorang muslim,
yang harus dipatuhi dan dasar serta pandangan hidup seorang
muslim, yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh dirinya,
keluarganya, masyarakat lingkungannya. 61
Fungsi Studi Syari`ah yaitu62:
a. Menumbuhkan pembentukkan kebiasaan (habit vorming)
dalam melaksanakan amal ibadah kepada Allah, ketentuan –
ketentuan agama (syariat) dengan ikhlas, dan tuntunan akhlak
yang mulia.
b. Mendorong dan tumbuh dan menebalnya iman.
c. Mendorong tumbuhnya semngat untuk mengolah alam sekitar,
anugerah Allah.
d. Mendorong untuk menyukuri nikmat Allah.
60
Ibid. hal. 135
Ibid. hal. 134
62
Ibid. hal. 135
61
35
e. Mendorong
terlaksananya
ibadah
kepada
Allah
dan
terlaksannaya syari`at islam dan dirinya, keluarganya dan
masyarakat.
f. Sebagai kumpulan pelaksanaan materi syari`at yang bersumber
dari Al- Qur`an dam Al – Hadits.
4) Bidang studi Sejarah Islam
Suatau bidang studi memberikan pengetahuan tentang
sejarah dan kebudayaan islam, meliputi masa sebelum kelahiran
islam, masa Nabi dan sesudahnya, khususnya perkembangan
agama islam di tanah air.
Semua bidang studi itu merupakan suatu keseluruhan yang
tidak bisa dipisah – pisahkan, saling kait berkait dan tunjang
menunjang sehingga mewujudkan suatu pengajaran agama islam
yang bulat dan meyeluruh. Dalam pengertian ini pulalah
pengajaran agama islam dilaksanakan disekolah, walaupun hanya
melalui sebuah bidang studi saja.63
Fungsi studi Sejarah Islam yaitu64:
a. Membantu peningkatan iman siswa dalam rangka pembentukan
pribadi muslim, disamping memupuk rasa kecintaan dan
kekaguman terhadap islam dan kebudayaanya.
b. Memberi bekal kepada siswa dalam rangka melanjutkan
pendidikannya ketingkat yang lebih tinggi atau bekal untuk
menjalani kehidupan pribadi mereka, bila mereka putus
sekolah.
c. Mendukung perkembangan islam masa kini dan mendatang,
disamping meluaskan cakrawala pandangannya terhadap
makna islam bagi kepentingan kebudayaan umat islam.
63
64
Ibid. hal. 134
Ibid. hal. 135
36
d.
Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI)
Ruang lingkup Pendidkan Agama Islam meliputi keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antara65 :
1) Hubungan manusia dengan Allah
2) Hubungan manusia dengan sesama manusia
3) Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
4) Hubungan manusia dengan makluk lain dan lingkungannya.
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama islam
meliputi lima unsur pokok yaitu :
1) Al-Qur`an
2) Aqidah
3) Syari`ah
4) Akhlak
5) Tarikh
e.
Karakteristik Pendidikan Agama Islam (PAI)
Setiap mata pelajaran memiliki ciri khas atau karakteristik
tertentu yang dapat membedakan dengan mata pelajaran lainnya,
tidak
terkecuali
mata
pelajaran
Pendidikan
Agama
Islam.
Karakteristik pendidikan agama islam dimaksud adalah sebagai
berikut ;
1) PAI merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan
melalui ajaran pokok (dasar) yang terdapat agama Islam.
2) Tujuan PAI adalah untuk terbentuknya siswa yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT berbudi pekerti luhur, mengetahui
tentang ajaran pokok agama Islam dan mengamalkan dalam
kehidupan sehari hari serta memiliki pengetahuan yang luas dan
mendalam tentang Islam sehingga memadai baik untuk
kehidupan bermasyarakat maupun untuk melanjutkan kejenjang
lebih tinggi. 66 Dilihat dari tujuan PAI tampak bahwa secara
65
66
Ramayulis, Op. Cit, hal. 22- 23
Nazarudin, Op. Cit, hal. 14
37
emplisit
PAI
memang
lebih
diarahkan
kedalam
yakni
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dalam melaksanakan
praktik atau ritual agama, sedangkan yang berkaitan dengan
penyiapan siswa memasuki kehidupan social, tertama
kaitan
dengan realitas kemajemukan beragama kurang mendapat
perhatian.
Karakteristik PAI, sebagaimana disebut Nasih yang dikutip
Abdul Majid, meliputi67 :
1) PAI mempunyai dua sisi kandungan yakni sisi keyakinan
dan sisi pegetahuan.
2) PAI bersisfat doktrinal memihak dan tidak netral.
3) PAI merupakan pembentukan akhlak yang menekankan pada
pembentukan hati nurani dan penanaman sifat-sifat alamiah
yang jelas dan pasti.
4) PAI
bersifat
fungsional
dan
diarahkan
untuk
menyempurnakan bekal keagamaan siswa.
5) PAI diberikan secara komperhensif.
Dari beberapa karakteristik diatas, peneliti menyimpulkan
bahwa karakteristik PAI adalah Pendidikan Agama Islam tentunya
berdasarkan sumber ajaran agama Islam (Al-Qur’an dan Al-Hadis)
yang mempunyai fungsi dan tujuan yang jelas, diantaranya dapat
menjadikan siswa mempunnyai akhlakul karimah (akhlak yang baik)
dan siswa menjadi kuat secara agama. Pendidikan Agama Islam juga
merupakan
pembentukan
akhlak
yang
menekankan
pada
pembentukan hati nurani dan penanaman sifat-sifat alamiah yang
jelas dan pasti.
67
Abdul Majid, Op. Cit, hal. 19
38
f.
Materi Pendidikan Agama Islam
1)
Aqidah
Kata aqoid, jamak dari aqidah yang berarti kepercayaan,
maksudnya ialah hal – hal yang diyakini oleh orang – orang
islam, artinya mereka menetapkan atas kebenaran seperti yang
disebutkan dalam al – Qur`an dan Hadits Nabi Muhammad.
Konsep dasar dalam agama Islam dikenal dengan istilah
”Aqidah Islamiah atau pokok-pokok kepercayaan Islam yang
mengandung rumusan tentang ”Rukun Iman” yang enam yaitu :
a)
Iman kepada Allah
b)
Iman kepada malaikat-malaikat-Nya
c)
Iman kepada kitab-kitab-Nya
d)
Iman kepada utusan-utusan dan nabi-nabi-Nya
e)
Iman kepada hari akhir
f)
Iman kepada taqdir Tuhan yang baik dan yang buruk. 68
2) Syari’ah
Syariah adalah tata cara pengaturan tentang perilaku hidup
manusia untuk mencapai keridhaan Allah. 69Menurut Mahmud
syaltut yang dikutip Ahmad Falah, syari`ah adalah peraturan yang
diturunkan Allah kepada manusia agar dipedomani dalam
berhubungan dengan Tuhannya, dengan sesamanya, dengan
lingkungannya, dan dengan kehidupannya. 70
g. Fungsi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan agama Islam, baik sebagai proses penanaman
keimanan dan seterusnya maupun sebagai materi (bahan ajar)
memilki fungsi yang jelas. Fungsi agama islam meliputi71 :
68
Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Metodologi Pengajaran Agama,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 88
69
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar Dasar Pendidikan Agama Islam, PT. Bumi Aksara,
Jakarta, 2008, hal. 237
70
Ahmad Falah, Materi dan Pembelajaran Fiqih MTs – MA, Depak, Kudus, 2009, hal. 2
71
Nazarudin , Op. Cit, hal. 19
39
1) Pengembangan
Fungsi PAI sebagai pengembangan adalah meningkatkan
keimanan dan ketakwaan siswa kepada Allah SWT, yang telah
ditanamkan kepada lingkungan keluarga. Pada dasarnya usaha
menanamkan keimanan dan ketakwaan menjadi tanggung jawab
setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berkemampuan untuk
menumbuh kembangkan kemampuan yang ada pada diri anak
melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan
ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
2) Penyaluran
Fungsi PAI sebagai penyaluran adalah untuk menyalurkan
anak-anak yang menyalurkan bakat khusus di bidang agama agar
bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat
dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
3) Perbaikan
Fungsi PAI sebagai perbaikan adalah untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan siswa dalam keyakinan, pemahaman dan
pengalam ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari yang
sebelumnya mungkin mereka memperoleh melalui sumbersumber yang ada di lingkungan keluaraga dan masyarakat.
4) Pencegahan
Fungsi PAI sebagai pencegahan adalah untuk menangkal
hal-hal negatif dari lingkungannya atau budaya lain yang dapat
membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya
menuju manusia yang seutuhnya.
5) Penyesuaian
Fungsi
PAI
sebagai
penyesuaian
adalah
untuk
menyesuaikan diri dari lingkungannya, baik lingkunagn fisik
maupun laingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya
sesuai dengan ajaran agama Islam.
40
6) Sumber nilai
Fungsi PAI sebagai sumber nilai memberikan pedoman
untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Jadi
dari
beberapa
keterangan
di
atas
peneliti
menyimpulkan bahwa fungsi pendidiakn PAI adalah sebagai
pengembangan, penyaluran, perbaikan, pencegahan, penyesuaian
dan sumber nilai.
h. Aspek-aspek dalam Pendidikan Agama Islam (PAI)
Masyarakat memandang pendidikan memegang peranan yang
sangat penting dalam menentukan eksistensi dan perkembangan
manusia, khususnya sebagai objek pendidikan itu sendiri. Oleh
karena itu, pendidikan merupakan usaha melestarikan, mengalihkan
serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspek
dan jenisnya sebagai generasi penerus.
Maka dari itu format pendidikan sendiri tidak hanya sekedar
sarana untuk transfer knowledge (menstranfer pengetahuan saja),
akan tetapi bagaimana agar nilai-nilai agama Islam dapat tumbuh
dalam diri siswa. Yang di maksud dengan nilai adalah suatu tipe
kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan
dimana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindaakan atau
mengenai suatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan. 72
Adapun landasan nilai-nilai pokok agama Islam antara lain :
1) Aqidah Islamiah
Masa sekolah bagi anak adalah masa dimana ia sedang
menikmati masa remaja, dalam usia ini, kondisi seseorang
sedang butuh stimulus dan dorongan yang kuat untuk maju.
Karena keingin tahuan sangat relatif besar dan di usia seperti ini,
kondisi
psikisnya
mudah
untuk
dikembangkan.
kebutuhanyang bersifat pragmatif belum begitu nampak.
72
Cahbib Toha Kapita, Op. Cit, hal.. 12
Karena
41
Pada masa ini anak sudah menerima konsep sebab akibat.
Sehubungan dengan itu Al-Quran memberi petunjuk tentang
penanaman keimanan dengan mengagumi pencipta alam semesta.
Langkah selanjuatanya “ bagaimana keimanan yang sudah
ditanamkan tumbuh subur dalam diri anak? Maka anak harus
sering diajarkan dan diberi pengetahuan tentang keimanan.
2) Nilai Ibadah
Menurut bahasa ibadah berarti bakti manusia kepada Allah
SWT , karena didorong dan dibangkitkan oleh aqidah atau
tauhid. Menurut majelis tarjih muhammadiyah, ibadah adalah
upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menaati
segala
perintah-Nya,
menjahui
segala
larangan-Nya
dan
mengamalkan segala yang diizinkannya. 73
Ibadah dibedakan menjadi dua bagian yaitu ibadah umum
dan ibadah khusus. Ibadah umum adalah segala sesuatu yang
diizinkan Allah SWT sedangkan ibadah khusus adalah segala
sesuatu yang telah ditetapkan Allah SWT lengkap dengan segala
rinciannya. Tingkat, dan cara-caranya yang tertentu.
Pendidikan ibadah mencakup segala tindakan dalam
kehidupan sehari-hari, baik yang berhubungan dengan Allah
SWT (mahdhah) seperti shalat, iman, puasa maupun dengan
sesama manusia seperti zakat, kafarat.(ghoiru mahdhah).74
3) Akhlak
Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaqa, yang kata
asalnya khuluqun, yang berarti Perangai,
tabi’at, adat atau
khaldun yang berarti kejadian buatan atau ciptaan. Jadi secara
etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat atau sistem
perilaku yang di buat.75
73
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2012,hal. 82
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah, PT. Pustaka Rizli Putra,
2000, hal. 6
75
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, ,Op. Cit, hal. 198
74
42
Pengertian ini bersumber dari kalimat yang tercantum
dalam Al-Qur’an :
    
Atinya : Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti
yang agung. (Q.S Al-Qalam : 4)76
Selain istilah “akhlak” juga lazim dipergunakan istilah
“etika” perkataan ini berasal dari bahasa yunani “ethos” yang
berarti adat kebiasaan.
Pendekatan etika biasannya lebih mendekati pada aturan
aturan yang berhubungan dengan adat yang sudah menjadi aturan
yang belaku pada kelompok masyarakat tertentu. Selanjutnya
dalam pembicaraan sehari-hari di Indonesia kata moral etika dan
akhlak, mempunyai arti yang sama yaitu budi pekerti, susila atau
pun tingkah laku. Sedangkan dalam pendidikan yang layim
digunakan yaitu akhlak malaupun tidak menutup kemungkinan
penggunanaan kata moral,etika, budi pekerti, tingkah laku, atau
kata-kata lain yang searti dengannya.
Akhlak secara bahasa bisa baik atau buruk tergantung pada
tata nilai yang dipakai sebagai landasannya. Meskipun secara
sosiologis di Indonesia kata akhlak sudah mengandung konotasi
baik. Jadi orang yang berakhlak berarti orang yang berakhlak
baik.
i. Pendekatan yang digunakan dalam Pendidikan Agama Islam
(PAI)
Selain berpijak pada fungsi dan tujuan agama Islam, agar
penanaman nilai-nilai agama Islam dapat berhasil, orang tua atau
siswa harus mendekati pelaksanaan dalam pendekatan pendidikan
agama Islam, ada beberapa pendekatan yang dipakai antara lain :
76
Ibid, hal. 198
43
1) Pendekatan rasional, yaitu, suatu pendekatan dalam proses
pembelajaran yang lebih menekankan pada aspek penalaran.
2) Penedekatan emosioanal adalah upaya untuk mengugah perasaan
siswa dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran
agama budaya bangsa.
3) Pendekatan pengalaman adalah memberikan kesempatan pada
siswa untuk mempratekkan dan merasakan hasi pengalaman
ibadah dalam menghadap tugas-tugas dan masalah dalam
kehidupan.
4) Pendekatan pembiasaan adalah memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bersikap dan berprilaku sesuai dengan ajaran agama
Islam dan budaya bangsa dalam mengahadapi persoalan hidup. 77
Kebiasaan ini terjadi karana prosedur kebiasaan seperti dalam
classical dan operant conditioning.78
j. Pentingnya Pendidikan Agama Islam Bagi Siswa
Seorang bayi yang baru lahir adalah makhluk Allah SWT yang
tidak berdaya dan senantiasa memerlukan pertolongan untuk dapat
melangsungkan hidupnya di dunia ini.
Maha bijaksana Allah SWT yang telah menganugrahkan rasa kasih
sayang kepada sesama ibu dan bapak untuk memelihara anaknya
dengan baik tanpa mengharapkan imbalan. 79
Setiap
orang
tua
berkeinginan
mempunyai
anak
yang
berkepribadian baik, atau setiap orang tua bercita - cita mempunyai
anak yang saleh yang senantiasa membawa harum nama orang tuanya.
Juga anak yang saleh yang senantiasa mendo`akan orang tuanya
merupakan amal baik bagi orang tua yang akan mengalir terusmenerus pahalanya walaupun orang itu sudah meninggal dunia,
sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
77
Nazarudin , Op. Cit, hal. 20
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya,
Banding, 2008, hal. 118
79
Abdul Majid, Op. Cit, hal. 20- 22
78
44
“Jikalau manusia itu sudah meninggal dunia, maka putuslah semua
amalnya, kecuali tiga macam yaitu: shadaqah jariah (yang mengalir
kemanfaatannya) ilmu yang dimanfaatkan, dan anak yang soleh (yang
baik kelakuannya) yang senantiasa mendo`akan terhadap orang tuanya
(untuk keselamatan dan kebahagiaan orang tuanya)”.
Untuk mencapai hal yang diinginkan itu dapat diusahakan melalui
pendidikan, baik pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah
maupun pendidikan di masyarakat. Jadi, pendidikan Agama Islam
adalah ikhtiar manusia dngan jalan bimbungan dan pimpinan untuk
membantu dan mengarahkan fitrah agama si anak didik menuju
terbentuknya kepribadian utama sesuai dengan ajaran agama.
Dengan melihat arti pendidikan Islam dan ruang lingkupnya itu,
jelaslah bahwa dengan pendidikan Islam kita berusaha untuk
membentuk manusia yang berkepribadian kuat dan baik (berakhlak
ulkarimah) berdasarkan pada ajaran agama Islam.
Oleh karena itulah, pendidikan Islam sangat penting sebab dengan
pendidikan Islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar
memimpin dan mendidik anak untuk diarahkan kepada perkembangan
jasmani dan rohani sehingga mampu membentuk kepribadian yang
utama yang sesuai dengan ajaran agama Islam.
Pendidikan agama Islam hendaknya ditanamkan sejak kecil, sebab
pendidikan
pada
masa
kanak-kanak
merupakan
dasar
yang
menentukan untuk pendidikan selanjutnya.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
1. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hanifah dengan judul
“Peningkatan Prestasi Belajar Tahfiz Al-Qur’an Melalui Metode Tutorial
pada Siswa Kelompok B3 TK Islam Plus Assalamah Ungaran Tahun
Pelajaran 2009/2010”memperoleh hasil kesimpulan yaitu :1) Pembelajaran
menghafal surat pada siswa TK Islam Plus Assalamah Ungaran sebelum
menggunakan metode tutorial selalu menemukan kendala, lebih-lebih
45
untuk bisa mencapai target. Artinya tingkat keberhasilannya masih minim,
baik secara individual maupun klasikal. Hal ini bisa dilihat dari data awal
yang diperoleh dari data prestasi sebelum dikenai tindakan, yakni 2,26
untuk nilai rata-rata kelas dan 34,40% dari 31 siswa untuk nilai ketuntasan
belajar, 2) Penggunaan metode tutorial sangat efektif untuk meningkatkan
kemampuan menghafal surat-surat pendek pada siswa kelompok B3 TK
Islam Plus Assalamah Ungaran. Hal ini ditunjukkan oleh hasil analisis dari
nilai rata-rata pada siklus I adalah 2,78; lalu pada siklus II menjadi 2,92,
serta ditunjukkan oleh nilai ketuntasan belajar pada siklus I yakni 78,48
%, pada siklus II meningkat tajam menjadi 92,46 %. Namun demikian,
dalam prakteknya memerlukan waktu yang cukup lama sehingga guru
harus pandai mengelola waktu yang sebaik-baiknya. Penggunaan metode
tutorial dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran,
karena juga dikemas dengan permainan serta aktivitas lainnya sehingga
siswa merasa senang dan tertarik.80
2. Penelitian kedua yang dilakukan oleh Irwansyah dengan judul “Pengaruh
Tutorial Dalam Pembelajaran Gambar Bangunan Di Smk N 3 Yogyakarta”
memperoleh hasil kesimpulan yaitu menunjukkan bahwa metode
pembelajaran tutorial terbukti memberikan pengaruh terhadap hasil belajar
siswa dengan hasil sebagai berikut : 1) nilai rerata yang diperoleh siswa
menggunakan metode pembelajaran non-tutorial dengan basis nilai pada
post-test 1 69,22 dan post-test 5 73,00 dengan peningkatan 3,78 atau
5,46% dan nilai rerata hasil belajar menggunakan metode pembelajaran
tutorial dengan basis nilai pada post-test 1 73,36 dan post-test 5 81,53
dengan peningkatan 8,17 atau 11,14%, 2) hasil perbandingan nilai rerata
metode pembelajaran non-tutorial dengan basis nilai pada post-test 5 73,00
dan metode tutorial dengan basis nilai pada post-test 5 81,53 dengan
peningkatan 8,53 atau 11,68%, (3) terdapat perbedaan yang positif dan
80
Hanifah, Skripsi, “Peningkatan Prestasi Belajar Tahfiz Al-Qur’an Melalui Metode
Tutorial pada Siswa Kelompok B3 TK Islam Plus Assalamah Ungaran Tahun Pelajaran
2009/2010”, http://perpus.iainsalatiga.ac.id/detailDocDig.php?id=384, diakses, pada hari senin,
tanggal 11/04/2016
46
signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan metode
pembelajaran tutorial dengan hasil belajar siswa yang menggunakan
metode pembelajaran non-tutorial pada mata pelajaran Gambar Teknik
Dasar di SMK Negeri 3Yogyakarta.81
3. Penelitian ketiga yang dilakukan oleh
Arif Saifudin dengan judul
“Pengembangan Tutorial Servis Motor untuk Siswa SMK” menghasilkan
kesimpulan yaitu : 1) Video tutorial servis sepeda motor untuk siswa SMK
layak di gunakan setelah melalui uji oleh ahli media dengan nilai
kelayakan 80,2 %, 2) Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar sebelum dan sesudah mengunakan video tutorial servis sepeda
motor dengan kenaikan hasil belajar 18,19% 82
4. Penelitian yang dilakukan oleh Silfia Alfiana dengan judul, “Efektifitas
Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTA)
Dengan metode Qiro`ati Di SMPIT Al-Islam Kudus Tahun Pelajaran 2009
/ 2010” memperoleh hasil kesimpulan yaitu : Pengelolaan kelas yang
dilakukan guru BTQ dalam proses pembelajaran adalah dengan cara
mengelompokkan siswa sesuai jilidnya berdasarkan tes kemampuan awal,
yang dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dan
memutuskan naik tidaknya siswa naik ke jilid berikutnya. Selanjutnya
dalam proses pembelajaran guru sepenuhnya menggunakan metodologi
dari qiro`ati meliputi materi tambahan yang berisi bacaan surat-surat
pendek, do`a sehari-hari, bacaan sholat. Sedangkan penggunaan peraga di
laksanakan secara klasikal dan pembelajaran individual yaitu siswa maju
satu persatu untuk membeaca buku jilid di hadapan guru BTQ.83
81
Irwansyah.Jurnal.“Pengaruh Tutorial Dalam Pembelajaran Gambar Bangunan Di Smk
N 3 Yogyakarta”, http://eprints.uny.ac.id/8615/1/JURNAL.pdf, diakses, pada hari senin, tanggal
11/04/2016
82
Arif Saifudin,Skripsi,“Pengembangan Tutorial Servis Motor untuk Siswa
SMK”,Universitas Negeri Semarang , 2015, http://lib.unnes.ac.id/20377/1/5201409115-s.pdf,
diakses, pada hari senin, tanggal. 11/04/2016
83
Silfia Alfiana, Skripsi, Efektifitas Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran Baca Tulis AlQur`an di SMPIT AL-Islam Kudus Tahun Ajaran 2009 / 2010, STAIN Kudus, Kudus, 2010,hal. 62
47
C. Kerangka Berfikir
Guru adalah faktor penting dalam proses pembelajaran. Disinilah
peran guru sangatlah menentukan guna tercapainya tujuan proses
pembelajaran. Tujuan proses pembelajaran yaitu siswa diharapkan mampu
menyerap ilmu dari mata pelajaran yang disampaikan oleh guru yang
nantinya dapat bermafaat bagi dirinya maupun bagi orang lain, untuk itu
guru sebagai pemegang peranan utama.
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungaan timbal balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Proses pembelajaran tentunya mempunyai tujuan yang hendak dicapai.
Untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran
yang
diharapkan
dalam
pembelajaran pasti dibutuhkan suatu cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu ketepatan dan
pemilihan strategi, metode, dan teknik pembelajaran. Didalam ketepatan
dan pemilihan tersebut, Seorang guru tidak boleh asal menetapkan dan
memilih semauanya sendiri karena hal itu sangat berpengaruh dan
berdampak pada siswa. Hendaknya disesuaikan dengan tujuan yang ingin
dicapai, materi, situasi dan kondisi siswa.
Guru sebagai pembimbing didalam kelas berarti memberikan
bimbingan / bantuan kepada siswa yang membutuhkan bimbingan dan
mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran, sehingga dapat
menumbuhkan kemandirian belajar siswa yang terjadi melalui perubahan
perilaku diantaranya yaitu memiliki tanggung jawab dalam mencapai
tujuan pembelajaran tanpa terlalu banyak bergantung pada orang lain,
disiplin mengerjakan tugas secara tepat waktu, kreatif mencari bahan ajar
sendiri, terjalinnya hubungan sosial yang baik antar sesama teman,
mendapatkan prestasi nilai yang bagus khususnya pada mata pelajaran
PAI, memiliki rasa tanggung jawab, percaya diri atas kemampuan yang
dimilikinya, dan dapat menyelesaikan masalah ketika mengalami kesulitan
belajar
48
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
Proses
Pembelajaran
Siswa
Metode Tutorial
Memahami
Teknik
Pembelajaran
Menumbuhkan
Kemandirian Belajar
Siswa
Kelas
Gemuk
Download