Sabrine dan Asep | Wanita 23 Tahun dengan Eritroderma et causa Obat Herbal Tradisional Wanita 23 Tahun dengan Eritroderma et causa Obat Herbal Tradisional Sabrine Dwigint, Asep Sukohar Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Eritroderma atau dermatitis eksoliatif ditandai eritema universalis dan disertai adanya skuama melibatkan lebih 90% luas seluruh permukaan tubuh. Pasien wanita, usia 23 tahun datang dengan keluhan kulit mengelupas di seluruh permukaan tubuh sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya pasien datang dengan keluhan lemah, letih, dan lesu. Pasien menggunakan obat tradisional herbal kemudian timbul bercak kemerahan menyebar secara merata pada seluruh tubuh disertai adanya rasa gatal dan diikuti adanya skuama. Tatalaksana khusus diberikan obat kortikosteroid sistemik metilprednisolon 2x16 mg, antihistamin oral cetirizine 2x10 mg, salep benosone 10 mg dan vaseline 40 gr/hari. Kata kunci: eritema, eritroderma, obat tradisional herbal Female 23 Years Old with Erythroderma et causa Traditional Herbal Medicine Abstract Erythroderma of eksfolliative dermatitis is diffuse erythema and scalling of the skin involving more than 90 percent of the total body skin surface area. A Female patient, aged 23 years old, came with skin peeling on the entire body surface since two months ago. At first, patient came with weakness, fatigue, and lethargy. Patien taking traditional herbal medicine then raised the erytema accompanied by itching and spread throughout the body followed by scaling. Specifically management are given medication systemic corticosteroid methylprednisolone 2x16 mg, oral antihistamine cetirizine 2x10 mg, benosone 10 mg and vaseline 40 g/day. Keywords: erytema, erythroderma, traditional herbal medicine Korespondensi: Sabrine dwigint, S.Ked., alamat Jl. Soemantri Brodjonegoro, Pondok Arbenta, Bandar Lampung, 081296490068, email [email protected] Pendahuluan Eritroderma atau dermatitis eksfoliativa adalah suatu kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema universalis yaitu 90100%, disertai dengan pembentukan skuama pada hampir atau di seluruh tubuh.1 Walaupun merupakan sebuah gangguan kulit yang jarang, penyakit ini merupakan penyakit yang kronis, etiologinya cukup banyak dan prognosisnya tidak begitu baik. Insidensi eritroderma sangat bervariasi berkisar dari 0,9 sampai 71 kasus setiap 100.000 populasi.2,3 Hasil penelitian ini relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian di RSUD dr. Soetomo Surabaya, yaitu 30 kasus eritroderma (1,2%) dari 2538 seluruh jumlah pasien di Poliklinik Kulit dan Kelamin.4 Hasil penelitian ini juga lebih rendah dari penelitian di RS Sina Provinsi Khuzestan Iran, didapatkan 85 kasus eritroderma (1,37%) dari 6210 seluruh jumlah pasien di Poliklinik Kulit dan Kelamin.5 Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun wanita namun paling sering eritroderma terjadi pada pria dengan rasio 2:1 sampai 4:1, dengan onset usia rata-rata 40-61 tahun. Eritroderma juga dapat terjadi pada J Medula Unila | Volume 5 | Nomor 1 | Mei 2016 | 126 HP semua usia. Saat ini, insidensi eritroderma semakin meningkat.2,6,7 Diagnosis eritroderma secara klinis tidak sulit yaitu didapatkannya eritema dengan skuama lebar, sedang atau halus yang terletak di hampir atau seluruh tubuh dan menetap. Hal yang sering menyulitkan adalah menentukan etiologi dari eritroderma tersebut.1,2,8 Pada banyak kasus, eritroderma umumnya disebabkan kelainan kulit yang ada sebelumnya (misalnya psoriasis atau dermatitis atopik), cutaneous T-cell lymphoma (CTCL) atau reaksi obat.9,10 Insidens erupsi obat alergi mencapai 2,66% dari total 27.726 pasien dermatologi selama setahun. Erupsi obat alergi terjadi pada 2-3% pasien yang dirawat di rumah sakit, tetapi hanya 2% yang berakibat fatal.11,12 Untuk dapat menentukan penyebab yang menjadi dasar timbulnya eritroderma diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik. Apabila penyebab timbulnya eritroderma tidak dapat ditemukan atau tidak tepat, maka penanganan yang akan diberikan juga tidak tepat, sehingga penyakit tersebut Sabrine dan Asep | Wanita 23 Tahun dengan Eritroderma et causa Obat Herbal Tradisional dapat bertambah berat dengan berbagai akibat antara lain: hilangnya kemampuan dalam pengaturan suhu tubuh yang dapat mengakibatkan hipotermia atau hipertermia, anemia, penurunan protein total tubuh dan albumin serum, kegagalan jantung dan kematian karena gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.2,3,12 Kasus Pasien wanita, usia 23 tahun datang dengan keluhan kulit mengelupas di seluruh permukaan tubuh sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya pasien datang ke Rumah Sakit Abdoel Muluk dengan keluhan lemah, letih, dan lesu. Pasien menggunakan obat herbal yaitu obat cina yang berisi sari bit yang dibeli langsung di toko obat untuk menghilangkan keluhan tersebut. Saat 4 jam setelah minum obat timbul bercak kemerahan berukuran sebesar ujung jarum yang menyebar secara merata pada seluruh tubuh. Bercak kemerahan disertai adanya rasa gatal. Rasa gatal timbul 5 jam setelah minum obat herbal. Bercak kemerahan yang disertai rasa gatal tersebut berubah warna menjadi bercak kehitaman setelah 8 jam. Rasa gatal dirasakan setiap hari oleh pasien. Rasa gatal tersebut menyebabkan pasien menggaruk-garuk di daerah yang gatal, menimbulkan sisik dan mengelupas. Garukan tersebut menimbulkan luka yang baru sehingga kulit semakin mengelupas. Pasien juga mengatakan bahwa rambutnya semakin menipis akibat rontok sejak 1 bulan lalu. Saat ini pasien tidak menjalani pengobatan apapun. Pasien mendapatkan salep di Rumah Sakit Abdoel Muluk untuk mengurangi keluhan pasien. Keluhan pasien berkurang. Pasien dipulangkan dan obat diteruskan. Saat pasien dipulangkan, bekas sisik dan gatal belum sembuh sempurna. Satu minggu yang lalu, pasien datang kembali dengan keluhan letih, lemah dan lesu. Pasien memberikan kembali obat tradisional herbal kemudian 4 jam setelah minum obat herbal pasien menjadi demam. Demam yang naik turun dan lebih sering terjadi pada malam hari. Demam hanya turun ketika diberi obat penurun panas. Pasien juga merasakan adanya rasa menggigil ketika demam terjadi. Rasa gatal dirasakan oleh pasien bertambah parah, oleh karena itu pasien datang ke Rumah Sakit Abdoel Muluk untuk mengurangi keluhan tersebut. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi meningkat 130 x/menit, suhu 37.9 0C dan laju pernapasan 20 x/menit. Status generalis didapatkan asites abdomen dan edema pada kedua ekstremitas bawah. Toraks dalam batas normal. Pada status dermatologis regio generalisata tampak makula eritema yang berbatas tidak tegas di sertai erosi, ekskoriasi, tampak skuama halus disekitarnya. Hasil dari pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar hemoglobin 9.5 gr/dl, leukosit 25790/µl, trombosit 226000/µl, eritrosit 3.1 juta/µl, Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) 43 mg/dl, Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) 17mg/dl, ureum 15 mg/dL, kreatinin 0.9 mg/dl, protein total 5.1 g/dl, albumin 1.7 g/dl, globulin 3.4 g/dl dan gamma GT 105 u/l. Pasien ini ditatalaksana dengan tatalaksana umum dan tatalaksana khusus. Pada tatalaksana umum yaitu memberi tahu penyakit yang diderita pasien dari penyebab, faktor risiko sampai dengan penggunaan obat yang akan diberikan, diberikan diet tinggi protein, pemantauan tanda vital dan, memberikan edukasi pada pasien untuk tidak menggaruk terlalu keras pada bagian kulit yang mengalami lesi. Pada tatalaksana khusus setelah dikonsultasikan dengan dokter spesialis kulit dan kelamin, pasien diberikan obat kortikosteroid sistemik metilprednisolon 2x16 mg, antihistamin oral cetirizine 2x10 mg, salep benosone 10 mg dan vaseline 40 gr/hari. Gambar 1. Kaki pasien J Medula Unila | Volume 5 | Nomor 1 | Mei 2016 | 125 Sabrine dan Asep | Wanita 23 Tahun dengan Eritroderma et causa Obat Herbal Tradisional Gambar 2.Wajah pasien Gambar 3. Tangan pasien Gambar 4. Perut pasien eritroderma Pembahasan Kelainan yang mutlak harus ada pada eritroderma adalah eritema, sedangkan skuama tidak selalu terdapat, misalnya pada eritroderma karena alergi obat secara sistemik, pada mulanya tidak disertai skuama, kemudian pada stadium penyembuhan timbul skuama. Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas, karena bercampur oleh hiperpigmentasi. Eritema berarti terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke kulit meningkat sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya pasien merasa dingin dan menggigil. Bila suhu badan meningkat, kehilangan panas juga meningkat. Pengaturan suhu terganggu. Kehilangan panas menyebabkan hipermetabolisme dan J Medula Unila | Volume 5 | Nomor 1 | Mei 2016 | 126 peningkatan laju metabolisme kompensator dan peningkatan laju metabolisme dasar.1,2 Gejala klinis yang didapatkan pada eritroderma adalah demam (65%), pruritus (36%), limfadenopati (18%), edema fasial (6%), edem tungkai (10%).12-13 Penelitian Li dan Zeng (2012) ditemukan gejala menggigil.4,7 Pada anamnesis ditemukan bercak kemerahan yang terjadi 4 jam setelah minum obat tradisional herbal berukuran sebesar ujung jarum yang menyebar secara merata pada seluruh tubuh. Tanda ini khas pada pasien dengan eritroderma karena tempat predileksinya hampir mengenai seluruh tubuh.1,2 Pasien juga memiliki keluhan demam yang disertai menggigil. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan adanya takikardi yaitu 130 x/menit pada pasien. Takikardi ditemukan hampir seluruh pasien eritroderma karena adanya peningkatan aliran darah dan kehilangan cairan yang disebabkan kehilangan dari barier epidermis. Hal tersebut diatas mendukung dasar pengakkan diagnosis eritroderma. Pada pemeriksaan fisik abdomen ditemukan adanya asites, hepar dan lien sulit di raba. Pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan kedua ekstremitas bagian bawah edem. Edema sering terjadi, kemungkinan disebabkan oleh pergeseran cairan ke ruang ekstravaskuler.1 Pada eritroderma biasanya diadapatkan hasil laboratorium yaitu anemia ringan, hipoalbuminemia, hipoproteinemia, kenaikan LED eosinofilia, dan ketidakseimbangan elektrolit.2,12,13 Pada kasus didapatkan anemia ringan, hipoalbuminemia dan hipoproteinemia. Pada eritroderma, tidak dibutuhkan diagnosis banding, hanya membandingkan kausa dari eritroderma tersebut.1,2 Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat disingkirkan penyebab lain dari timbulnya penyakit ini. Tidak adanya riwayat psoriasis, limfoma, leukemia, pemfigus, pitiriasis rubra pilaris, liken planus, dermatofitosis dan skabies. Kasus ini dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium yaitu eritroderma karena alergi obat tradisional herbal. Saat ini, obat-obatan memiliki persentase yang signifikan dengan terjadinya eritroderma. Obat-obatan yang sering menyebabkan eritroderma adalah calcium canal blocer, antiepilepsi, antibiotik (penisilin, Sabrine dan Asep | Wanita 23 Tahun dengan Eritroderma et causa Obat Herbal Tradisional vankomisin, sulfonamid), alopurinol, emas, litium, cimetidin dan dapson.1,12 Obat herbal merupakan salah satu obat yang juga menyebabkan eritroderma. Penelitian XiaoYing Yuan et. al (2010) melaporkan bahwa terdapat 64,3% kasus eritroderma yang disebabkan oleh obat herbal tradisional. 2,3,15 Tujuan dari talaksana eritroderma adalah mempertahankan keseimbangan cairan serta elektrolit dan mencegah infeksi. Suhu kamar yang nyaman harus dipertahankan karena pasien tidak memiliki kontrol termolegulasi yang normal sebagai akibat dari fluktuasi suhu karena vasodilatasi dan kehilangan cairan lewat evaporasi. Keseimbangan cairan dan elektrolit harus dipertahankan karena terjadinya kehilangan air dan protein yang cukup besar dari permukaan kulit.17 Penatalaksanaan lini pertama (sebelum ditentukan etiologi) secara topikal dengan oatmeal baths, wet dressing, kortikosteroid potensi rendah. Obat sistemik dengan antihistamin sedatif, antibiotik sistemik jika terjadi infeksi sekunder, diuretik untuk edema perier, terapi cairan dan elektrolit. Pemberian antihistamin ditujukan untuk mengatasi pruritus. Penatalaksanaan lini kedua dilakukan ketika sudah mengetahi etiologi. Pada eritroderma yang disebabkan obat obatan diberikan kortikosteroid 1-2 mg/kgBB/hari tappering off.2 Pada pasien ini diberikan metilprednisolon 2x16 mg. Pemberian kortikosteroid sudah tepat, karena lesi yang luas dan diharapkan dapat mengurangi gejala. Pemberian cetirizine 2x10 mg sebagai antihistamin nonsedatif sudah tepat karena pasien menyatakan gatal yang dirasakan sangat mengganggu sehingga dapat berkurang dan kebiasaan menggaruk pada pasien dapat berkurang. Pada pasien ini dapat diberikan salep benosone 10 mg sebagai kortikosteroid sistemik dan vaseline 40 gr/hari untuk meningkatkan kelembapan kulit. Pasien juga diberikan edukasi yaitu: daerah yang gatal tidak boleh digaruk, diet cukup protein, dan menjaga kelembapan kulit. Secara umum, prognosis baik pada pasien yang disebabkan oleh reaksi obat, setelah obat penyebab dihindari dan penderita diberikan edukasi.2,3,6 Simpulan Eritroderma bukan merupakan kasus yang sering ditemukan, namun masalah yang ditimbulkan cukup berat. Diagnosis yang ditegakkan lebih awal, cepat, dan baik serta penatalaksanaan yang tepat sangat mempengaruhi prognosis penderita. Daftar Pustaka 1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Dermatosis Eritroskuamosa. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke-6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2011. 2. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke8. USA: McGraw-Hill Companies; 2010. 3. Holden CA, Berth-Jones J. Eczema, lichenification, prungo and erythroderma In: Bums T, Breathnach S, CoxN, Griffiths C, eds. Rook's textbook of dermatology. Edisi ke-8. Oxford: Blackwell science 2010; 17.l55. 4. Earlia N, Nurharini F, Jatmiko AC, Ervianti E. Penderita Eritroderma di Instalasi Rawat Inap Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soctomo Surabaya Tahun 2005-2007. Jurnal Universitas Airlangga. 2009; 21(2):93-101 5. Mapar MA, Roozbeh AH, Hasani MB. Erytroderma in Khuzestan Province, Southwest of Iran. Iran J Dermatol. 2011; 14: 64-7. 6. Callen JP, Hom TD, Mancini AJ, Salache SJ, Schaffer J,V, Schwarz T, et al. Dermatology. Edisi ke-2. Spain: Elsevie; 2008. 7. Li J, Zheng HY. Erythroderma: A clinical and prognostic study. Dermatol. 2012; 225:15462. 8. Rajesh V, Biju V, Vijendran P. Severe cutaneous adverse drug reactions. Med J Armed Forces India. 2013; 69(4):375-83. 9. Khaled A, Sellami A, Fazaa B, Kharfi M, Zeglaoui F, Kamoun MR. Acquired erythroderma in adults: a clinical and prognostic study. J Eur Acad Dermatol Venereol. 2010; 24:781-88. 10. Shimizu H. Shimizu’s textbook of dermatology. Hokkaido: Nakayama Shoten Publishers; 2007. 11. Adithan C. Stevens-Johnson Syndrome. In: Drug Alert Departement of Pharmacology. JIPMER. 2006; 2(1):1-4. J Medula Unila | Volume 5 | Nomor 1 | Mei 2016 | 127 Sabrine dan Asep | Wanita 23 Tahun dengan Eritroderma et causa Obat Herbal Tradisional 12. Kalsy, Jyotika. Erythroderma in children: Clinico-etiological study from Punjab. Indian J Paed Derm. 2013; 14(1):9 13. Hulmani, Manjunath. Clinico-etiological study of 30 erythroderma cases from tertiary center in South India. Indian Derm J. 2014; 5(1):25. 14. Yashika G, Rajeshwari G, Sourabh J, Arun K. A rare case of isoniazid-induced erythroderma. Indian J Pharmacol. 2015; 47(6):682-4 J Medula Unila | Volume 5 | Nomor 1 | Mei 2016 | 128 15. Yuan XY, Guo JY, Dang YP, Qiao L, Liu W. Erythroderma: A clinical-etiological study of 82 cases. Eur J Dermatol. 2010; 20(3): 373-7. 16. R. Dua, G. Sindhwani, J. rawat Exfoliative dermatitis to all four first line oral antitubercular drugs. Indian J Tuberc. 2010; 57(1): 53-56. 17. Parimalan K, Thomas J, Dineshkumar D. Histologic of infantil erythrodermic psoriasis. E-journal Indian Soc Telederm. 2012; 1(6):28-33.