BAB II TINJAUAN TENTANG KERJASAMA ACFTA A. Konsep Perdagangan Bebas Beberapa dekade belakangan ini, globalisasi ekonomi telah menjadi salah satu isu menarik di luar isu-isu lain seperti isu-isu tentang keamanan dan lingkungan global. Sebagai isu yang paling sering di bahas, globalisasi menjadi sebuah fenomena multifaset (banyak wajah) yang menimbulkan beraneka ragam pandangan dan interpretasi, terutama jika dikaitkan dengan kesejahteraan umat manusia di dunia. Selain itu Globalisasi dalam bidang ekonomi dapat dikatakan sebagai suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara diseluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas territorial negara. Pada hakekatnya, sebuah negara melakukan perdagangan internasional dengan alasan adanya perbedaan pada faktor sumber daya alam maupun manusianya. Hal ini sejalan dengan Ohlin dalam tesisnya yang berjudul Haldens Teori yang ditulis ulang sebagai Interregional dan International trade, yang mengatakan bahwa negara-negara tertentu di dukung secara tidak sebanding oleh faktor-faktor tertentu sehingga memungkinkan mereka dapat memproduksi komoditi yang paling menguntungkan.1 Perdagangan internasional yang dilakukan antar negara sering dibatasi oleh berbagai pajak negara, biaya tambahan yang diterapkan pada barang ekspor impor, dan 1 Walter S. Jones,Logika Hubungan Internasional, kekuasaan Ekonomi-Politik Internasional, dan Tatanan Dunia 2, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993 juga regulasi non tarif pada barang impor.2 Dan kemudian muncul sebuah perdagangan internasional yang menjadi cara baru bagi negara-negara di dunia untuk melakukan kerjasama dalam perdagangan. Perdagangan ini disebut perdagangan bebas atau Free Trade. Perdagangan bebas ini telah diberlakukan di banyak negara, khususnya negara berkembang. Perdagangan bebas pertama kali dilakukan oleh Amerika serikat dan Eropa. Hal ini dilakukan untuk membuka pasar mereka dan menjual produk mereka di wilayah yang lebih luas. Lahirnya pasar bebas dipelopori oleh kaum, liberalis. Dalam hal ini kaum liberalis mengusahakan masyarakat yang bebas berpikir, pembatasan kekuasaan baik itu dari pemerintah atau agama, penegakan hukum, pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi dasar yang mendukung usaha pribadi yang relatif bebas dan suatu sistem pemerintah yang transparan, yang didalamnya hak-hak kaum minoritas dijamin.3 Dalam hal ini kaum liberalis beranggapan bahwa setiap orang berhak mendapatkan kebebasan dalam menjalani kehidupannya dalam sebuah negara, dan memiliki kebebasan untuk berusaha dan melakukan interaksi dalam perekonomian. Jadi dalam sebuah negara setiap warganya dapat ikut serta dalam kegiatan ekonomi, khususnya perdagangan baik itu domestik ataupun yang melintas batas negara. Perdagangan bebas dapat juga dikatakan sebagai perdagangan terbuka atau perdagangan antar negara berdasarkan hukum keunggulan komperatif.4 Terbuka dalam artian bahwa negara menghapus berbagai aturan yang mengontrol dan membatasi perdagangan, yaitu: 2 Ibid Apridar, Ekonomi Internasional-Sejarah Teori, Konsep dan Permasalahan dalam Aplikasinya, Yogyakarta, Graha Ilmu.2009 4 Martin Griffiths and Terry O’collaghan, International Relation: The key concept, London: Routledge.2002 3 1. Tarif. 2. Peraturan-peraturan. 3. Standar-standar tertentu, legislasi, ukuran-ukuran yang diregulasi. 4. Pembatasan-pembatasan terhadap aliran kapital dan investasi.5 Sedangkan keunggulan komparatif yang dimaksudkan merupakan kuunggulan suatu negara atau kawasan dam memproduksi barang tertentu apabila biaya sosial untuk memproduksi barang tersebut lebih rendah dari pada dilakukan oleh negara atau kawasan lain atau dengan kata lain negara sebaiknya mengekspor produk yang dapat diproduksi lebih efisien dari yang diproduksi oleh negara lain yang mengimpr barang-barang yang biaya produksinya relative lebih mahal.6 Perdagangan dilakukan oleh dua negara atau lebih diberlakukan dengan membebaskan tariff dan saling bertukar barang yang dinilai memiliki keunggulan di negara tersebut. Dalam hal ini, setiap negara dapat membuat barang apa saja yang menjadi kebutuhan penduduknya. Namun, dalam wilayah produksi terdapat perbedaan barang yang dinilai dari segi biaya produksi. Barang-barang yang memiliki biaya produksi rendah itulah yang akan diekspor kenegara lain sebagai komoditi unggulan, sedangkan barang-barang yang memiliki biaya produksi mahal dibandingkan harga dunia, maka akan dilakukan impor dari negara lainnya sehingga biaya yang dikeluarkan seimbang dengan nilai barang yang diekspor keluar negeri ataupun yang menghasilkan keuntungan. 5 Anup Shah, keepentingan Utama Globalisasi, The Institute Of Global Justice & Lembaga Pembebasan, Jakarta :Media dan Ilmu Sosial. 2004 6 Tumpal Rumapea, Kamus Lengkap perdagngan Internasional, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000 Kerjasama perdagangan yang dilakukan kedua negara kemudian mengalami perubahan dan membentuk sebuah kesepakatan yang terdiri dari beberapa negara dan membentuk sebuah area untuk perdagangan bebas yang dilaksanakan oleh negara-negara yang termasuk di dalam keanggotaannya. Negara-negara yang tergabung di dalam kerjasama ini akan membebaskan tarif bagi barang-barang yang masuk ke negaranya begitupun sebaliknya. Perdagangan yang dilakukan ini tentu saja telah berbeda dengan kerjasama yang hanya dilakukan oleh dua negara saja. Karena terdapat beberapa negara yang akan melakukan perdagangan didalam kesepakatan dan juga dalam jumlah ekspor dan impor pun jauh berbeda. Dalam pelaksanaanya perdagangan bebas bebas dalam sebuah area, akan saling bertukar barang yang juga merupakan keunggulan dari negara lain. Jika pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan keunggulan komparatif yang diharapkan, maka setiap negara dapat memperoleh keuntungan lebih besar dari biaya ekspor ataupun impor. Hal ini disebabkan karna harga sebuah barang bergerak dari domestik ke wilayah dunia, yang mengalami kerugian akan mengurangi jumlah penjualan mereka sedangkan yang mengalami keuntungan akan semakin mendapatkan keuntungan akibat berkurangnya kuantitas dari pihak yang mengalami kekalahan. Sehingga keuntungan yang diperoleh melebihi biaya ekspor ataupun impor.7 Perdangangan bebas memberikan manfaat lain bagi pelaku perdagangan maupun konsumen. Tiga manfaat yang diberikan perdagangan bebas yakni: 7 Martin Griffiths and Terry O’collaghan, op.cit, 1. Perdagangan memupuk persaingan terbuka. 2. Perdagangan mempromosikan pilihan konsumen, memberikan akses konsumen untuk melihat varian barang yang lebih banyak dari yang biasanya mereka beli. 3. Perdagangan terbuka mengurangi kekurangan barang tertentu. 8 Persaingan terbuka yang diberikan pasar bebas, akan menguntungkan pihak-pihak yang memiliki kualitas dan harga menunjang, begitupun sebaliknya. Selain itu persaingan yang ada dapat juga produsen terus berusaha menghasilkan yang terbaik, dan hal tersebut dapat menguntungkan konsumen. Pilihan yang lebih banyak akan memberikan kepuasan kepada konsumen untuk memilih barang yang berkualitas tinggi dengan harga yang memuaskan. Perdagangan bebas juga akan menutupi kekurangan sebuah negara dalam hal produk yang tidak dapat diproduksi ataupun kurang diproduksi di sebuah negara. Perdagangan bebas diyakini dapat memberikan manfaat dan keuntungan dari segi manapun, baik itu bagi negara, produsen maupun konsumen apabila dilaksanakan sesuai dengan prinsip perdagangan bebas. Dalam hal ini prinsip keunggulan komparatif tentu saja harus dilaksnakan. Dimana setiap negara harus memisahkan antara barang yang memiliki keunggulan yang tinggi dan yang rendah. Sehingga dapat terlihat barang yang akan di ekspor ataupun barang yang akan di impor dari negara lainnya. Sehingga terjadi kesetaraan dan menghasilkan keuntungan yang lebih besar. B. Kerjasama ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) 8 Ibid Kerjasama ekonomi dan perdagangan ASEAN semakin mengalami pertumbuhan yang pesat terutama sejak masuknya China sebagai mitra wicara ASEAN pada bulan Juli 1996. Keputusan untuk menciptakan kerjasama perdagangan bebas di antara semua negara Asia Tenggara dan Cina mulai muncul sebagai tanggapan terhadap usulan yang diajukan oleh perdana menteri Cina waktu itu, Zhu Rongji, pada pertemuan puncak ASEAN keenam, pada November 2000, setahun kemudian pada pertemuan puncak ASEAN kelima yang diadakan di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, Perdana Menteri Zhu menekankan pentingnya bagi ASEAN dan China untuk fokus terhjadap bentuk-bentuk kerjasama, serta berusaha untuk mempromosikan pembentukan ACFTA. Hal ini dicetuskan perdana Menteri Zhu dalam pidatonya yang berjudul: Penguatan Kerjasama Asia Timur dan Mempromosikan Pembangunan Bersama (Strengthening East Asian Cooperation and Promotion Common Development). Pada bulan November 2002, selama dilangsungkannnya Pertemuan Puncak Kedelapan, di Phnom penh, Kamboja, para pemimpin ASEAN dan China menandatangani kerangka kesepakatan kerjasama Ekonomi Menyeluruh antara ASEAN dan Republik Rakyat Cina (Framework Agreement on Comperehensive Economic Cooperation between ASEAN and The people’s Republic of China.9 Secara keseluruhan kerangka kerjasama ini mengikat komitmen dari ASEAN dan Cina untuk memperkuat kerjasama ekonomi diantara kedua belah pihak. ASEAN dan Cina menyetujui dibentuknya ACFTA dalam dua tahapan waktu yaitu: tahun 2010 dengan negara pendiri ASEAN, yang meliputi Thailand, Malaysia, 9 Danil Pambudi dan Alexander C. Chandra, Garuda Terbelit Naga : Dampak Kesepakatan Perdagangan Bebas Bilateral ASEAN-China Terhadap Perekonomian Indonesia. Jakarta:Institute Global For Justice. 2006 Hal 29 Singapura, Indonesia, dan Filipina, dan pada tahun 2012 dengan kelima Negara anggota baru ASEAN yakni Brunai Darussalam, Vietnam, Kamboja, Laos, dan Myanmar. Gagasan pembentukan ACFTA untuk pertama kalinya disepakati dalam Konfrensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-7 di Bandar Sri Bengawan, pada November 2011. ketika itu, ASEAN menyetujui pembentukan ACFTA dalm waktu 10 tahun yang dirumuskan dalam ASEAN-China Framework Agreement on Economic Cooperation yang di sahkan pada KTT ASEAN berikutnya di Phonm Penh, Kamboja, November 2002.10 Kesepakatan tersebut ditandatangani Perdana Menteri China Zhu Rongji dengan para pemimpin ASEAN. kesepakatan tersebut antara lain: 1. Membangun kawasan perdagangan bebas dalam jangka waktu sepuluh tahun berupa penghapusan tarif dan hambatan-hambatan lainnya. 2. Perundingan kawasan perdagangan bebas ASEAN-China dengan potensi pasae sebanyak 1,7 milyar penduduk dan nilai produk domestic bruto antara US$ 1,5 trilyun US$ 2 trilyun; akan dimulai pada 1 juli 2003 bersamaan dengan pelaksanaan perdagangan bebas (AFTA). 3. Menyepakati kerangka perjanjian kerjasama ekonomi komperehensif, dimana untuk senior ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura, pasar bebas akan mulai berlaku pada tahun 2010. Sementara untuk negara anggota ASEAN lainnya, yaitu Vietnam, Kamboja, Laos dan Myanmar mulai berlaku 2015. 10 Ibid 4. ASEAN dan Cina akan mengurangi hambatan tarif dan non tarif secara progresif terhadap perdagangan barang sementara secara bebas bersamaan untuk melangkah pada upaya perdagangan bebas bagi produk jasa. 5. ASEAN dan Cina sepakat membangun rezim investasi yang terbuka dan komperehensif, yang didukung prosedur imigrasi yang lebih mudah. Cina akan memberikan perlakuan tarif yang menguntungkan bagi tiga negara miskin ASEAN, yaitu Kamboja, Laos, dan Myanmar. 6. ASEAN dan China sepakat untuk mempererat kerjasama di lima sektor prioritas, yaitu pertanian, teknologi, komunikasi, informasi, pengembangan sumber daya manusia, investasi dan pembangunan sepanjang sungai Mekong. 7. Dalam jangka waktu 10 tahun bagi terwujudnya perdagangan bebas ASEANCina, Cina menawarkan lebih awal sektor-sektor pertanian tertentu. Paket ini akan dilaksanakan pada tahun 2004. 8. Penyelengaraan KTT Sub-regional pertama negara-negara sekitar sungai Mekong (Great Mekhong Sub-regional) di antara Vietnam, kamboja, Myanmar, Laos, Thailand, serta provinsi Yunan di China Selatan dimaksudkan untuk mengejar ketertinggalan perkembangan dikawasan ini. 9. ASEAN-Cina sepakat untuk mengeksplorasi bidang-bidang baru serta mengembangkan langkah-langkah peningkatan kerjasama untuk memfasilitasi integrasi anggota-anggota ASEAN baru, yaitu Vietnam, Kamboja, Myanmar dan Laos untuk menjembatani ketertinggalan negara-negara tersebut. Kerangka persetujuan Comperehensive Economic Cooperation berisi tiga elemen yaitu liberalisasi, fasilitas, dan kerjasama ekonomi.11 Ketiga elemen tersebut terlihat secara umum dalam perjanjian kerjasama ekonomi antara ASEAN dan China tersebut. Dan jika dilihat secara khusus, terdapat enam komponen penting dalam krangka kesepakatan atas kerjasama ekonomi menyeluruh antara ASEAN dan Cina, termasuk: 1. Perdagangan dan langkah-langkah fasilitasnya (meliputi berbagai isu seperti penghapusan hambata-hambatan non tarif, adanya kesepakatan mengenai standard an penilaian prosedur sektor jasa). 2. Bantuan teknis dan pengembangan kapasitas bagi negara-negara anggota ASEAN yang baru (atau negara-negara CLMV, termasuk Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam). 3. Adanya langkah-langkah promosi perdagangan yang konsisten dengan peraturan-peraturan dalam WTO. 4. Perluasan kerjasama dalam bidang keuangan, pariwisata, pertanian, pengembangan sumber daya manusia, dan hak kekayaan intelektual dan lainlain. 5. Pembentukan kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-Cina (ACFTA) dalam jangka waktu sepuluh tahun, dan diberikannya perlakuan khusus dan berbeda terhadap negara-negara CLMV (ASEAN 6, termasuk Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, diharapkan dapat menyelesaikan proses penurunan tarif mereka pada tahun 2010. Sementara itu, 11 Vica Herawati, Analisis pengaruh ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA) Terhadap Kinerja Keuangan Yang Dilihat Dari Penjualan Pada UKM Tekstil Di pekalongan, Skripsi, Universitas Diponegor, 2010. negara-negara CLMV diberikan lima tahun tambahan, atau hingga 2015, untuk melakukan hal serupa). 6. Pembentukan lembaga-lembaga yang tepat antara ASEAN dan Cina untuk melaksanakan kerangka kerjasama di antara kedua belah pihak.12 Dalam penandatanganan kerangka kesepakatan kerjasama ekonomi ASEANChina ini terdapat beberapa tujuan, yaitu: 1. Memperkuat dan meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan, dan investasi antara negara-negara anggota. 2. Meliberalisasi secara progresif dan meningkatkan perdagangan barang dan jasa menciptakan suatu sistem yang transparan dan untuk mempermudah investasi. 3. Menggali bidang-bidang kerjasama yang baru dan mengembangkan kebijaksanaan yang tepat dalam rangka kerjasama ekonomi antara negaranegara anggota. 4. Memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dari para anggota ASEAN baru (Cambodia, Laos, Myanmar, dan Vietnam-CLMV) dan menjembatani kesenjangan pembangunan ekonomi di antara negara-negara anggota.13 Awal tahun 2010 dimulai dengan pemberlakuan ACFTA atau ASEAN-China Free TradeArea. Pro dan kontra mengenai pemberlakuan ACFTA marak diperbincangkan. Sebagian masyarakat menganggap ACFTA sebagai tantangan bagi Indonesia untuk maju, namun sebagian lainnya menganggap ACFTA sebagai suatu kerugian besar bagi industri- 12 Daniel Pembudi dan Alexander C. Chandra, op.cit,hal 54-55 Direkorat kerjasama Regional, Ditjen Kerjasama perdagangan Internasional, ASEAN-China Free Trade Area, Jakarta, 2010, hal.2 13 industri dalam negeri. ACFTA merupakan kesepakatan antara negara-negara anggota ASEAN dengan cina untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan atau mengurangi hambata-hambatan perdagangan barang baik tarif ataupun non tarif, peningkatan akses kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para pihak ACFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan Cina. 1. Persetujuan Perdagangan Barang Dalam ACFTA disepakati akan dilaksanakan liberalisasi penuh pada tahun 2010 bagi ASEAN 6 dan Cina, serta tahun 2015 untuk serta Kamboja, Laos, Vietnam, dan Myanmar. A. Program Penurunan Tarif Bea Masuk `Dilakukan melalui 3 Tahap, yaitu:14 Tahap I: Early Harvest Program (EHP) Tahap II: Normal Track I dan II Tahap III: Sensitive / Highly Sensitive list Program penurunan tarif kerangka Perdagangan Bebas ASEAN dan Cina, dilakukan secara bertahap dimulai pada 1 januari 2004 untuk EHP dan menjadi 0% pada januari 2006, kemudian dimulai tanggal 20 Juli 2005 untuk Normal Track, yang menjadi 0% pada tahun 2010, dengan fleksibiltas pada produk-produk yang akan menjadi 0% pada tahun 2012.15 14 Gusmadi Bustami. Laporan Timnas PPI (laporan Perundingan Perdagangan Internasional) Pdf. Februari direktur jenderal kerjasama perdagangan Internasional., semester II-Tahun 2009 hal.49. 15 Pusat kebijakan pendapatan negara-badan kajian fiskal http://PenjelasanUmumTarif.html di akses tanggal 10 September 2016 Produk-produk dalam kelompok sensitive, akan dilakukan penurunan tariff mulai tahun 2012s, dengan penjadwalan bahwa maksimun tarif bea masuk pada tahun 2012 adalah 20% dan akan menjadi 0-5% mulai tahun 2018. Prouk-produk Highly Sensitive akan dilakukan penurunan tarif bea masuk pada tahun 2015, dengan maksimun tarif bea masuk pada tahun 2015 sebebsar 50%. Jadi tidak benar kalau ada pemahaman penurunan dan penghapusan tarif bea masuk dalm Perdagangan Bebas ASEAN dan China dilakukan serentak atas seluruh produk mulai 20 juli 2005.16 a. Tahap I: Early Harvest Program terdiri dari:17 Produk-produk dalam Chapter 01 sampai dengan Chapter 08 yaitu: Binatang Hidup, Ikan, Tumbuhan, Sayuran, kecuali Jagung Manis danBuah-Buahan. Jumlah kelompok ehP ini 530 pos tarif (HS 10 digit). Produk-produk spesifik yang ditentukan melalui kesepakatan Bilateral, antara lain Kopi, Minyak Kelapa/CPO, Coklat, barang dari Karet dan Perabotan. Jumlah kelompok EHP ini 47 pos tarif (HS 10 digit). Penurunan tariff dimulai pada tanggal 1januari 2004 dan akan menjadi 0% pada 1 januari 2006. 16 17 Gusmadi Bustami. Op.cit. Ibid Adapun modalitas penurunan tarif untuk EHP sebagai berikut. Tabel 1. Modalitas Penurunan Tarif EHP Product Existing MFN Category Tariff Rates (X) Tarif Rates 1 Januari 1 Januari 1 Januari 2004 2005 2006 1 X > 15% 10% 5% 0% 2 5% ≤ X ≤ 15% 5% 0% 0% 3 X < 5% 0% 0% 0% Legal enactment penuruan dan penghapusan tariff untuk EHP telah dilakukan melalui: 1. SK MENKEU Nomor: 355/KMK.01/2004 tanggal 21 Juli 2004 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk atas Impor Barang Dalam Kerangka EHP ASEAN-China Free Trade Area (FTA). 2. SK MENKEU Nomor 356/KMK.01/2004 tanggal 21 Juli 2004 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk atas Impor Barang dalam kerangka EHP Bilateral IndonesiaChina FTA. Sedangkan untuk produk tearic Acid telah masuk kedalam program EHP dan mulai berlaku penurunan tarifnya pada tanggal 1 Januari 2005 dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 09/PMK.010/2005 tanggal 31 januari 2005. Pada tanggal 1 Januari 2006 tarif bea masuk ke China untuk semua produk-produk yang tercakup dalm Early Harvest Program (EHP) sudah menjadi 0%. Adapun cakupan produk tersebut adalah Chapter -1 sampai dengan 08 (yaitu 01. Live animals; 02. Meat and Edible Meat Offal; 03 Fish; 04 daily products; 05 Other Animal Product;06 Live Tress; 07. Edible Vegetables dan 08. Edible Fruits and Nuts) dengan pengecualian Sweet Corn (HS 07 10 40000). Selain itu untuk menyeimbangkan nilai ekspor Indonesia dan China terhadap produk-produk di atas, disepakati produk-produk EHP yang dinegosiasikan secara Bilateral sebanyak 47 pos tariff (10 digit) antara lain Kopi, Minyak Kelapa (Kopra), Lemak dan Minyak Hewani, Margarine, Bubuk Kakao, (HS 1806.10.00.00), Sabun, Perabotan dari Rotan dan Stearic Acid. b. Tahap II. Normal Track 18 Kategori komoditas yang masuk dalam normal track, tarif MFN nya harus dihapus berdasarkan skedul. Hampir seluruh komoditas masuk dalam kategori ini, kecuali dimintakan pengecualian (dengan demikian masuk kedalam sensitive track). Seluruh negara sudah harus mengurangi tarif menjadi 0-5% untuk 40 komoditas yang ada pada normal track sebelum 1 Juli 2006. Seluruh negara sudah harus mengurangi tarif menjadi 0-5% untuk 60% komoditas yang ada pada normal track sebelum 1 januari 2007. 18 ACFTA dan Indonesia http://www.map.ugm.ac.id./index.php/analisis/64-acfta-dan-indonesia di akses tanggal 10 September 2016 Seluruh negara sudah harus mengurangi tarif menjadi 0-5% untuk 100% komoditas yang ada pada normal track sebelum 1 januari 2010. Maksimum sebanyak 150 tarif dapat diajukan penundaan hingga 1 januari 2012. c. Tahap III: sensitive Track19 Program penurunan tarif dimulai tahun 2012, dengan penjadwalan bahwa untuk produk-roduk sensitive tariff bea masuk maksimun pada tanun 2012 adalah 20%. Selanjutnya di lakukan penghapusan terhadap atas bea masuk produkproduk yang dimaksud, sehingga di mualai tahun 2018 tarif bea masuknya menjadi 0-5%. Program penurunan tariff bea masuk untuk produk-produk highly sensitive, di mulai pada tahun 2015, dengan penjadwalan bahwa pada tahun 2015 tarif bea masuk maksimun 50%.20 Berikut cakupan Produk dalam Sensitive Track Indonesia: Produk-produk dalam sensitive list adalah tariff BM akan diturunkan atau dihapuskan menjadi 0-20% pada tahun 2012 sampai dengan 2017 dan menjadi 0-5% mulai tahun 2018. Sebesar 304 pos tariff (HS 6 digit) yang diantara lain terdiri dari tas kulit, alas kaki, sepatu, kacamata, alat musik, mainan, alat olahraga, alat tulis, besi dan baja, spare part, alat angkut, glosida dan alkaloid nabati dan antibiotic. Produk-produk dalam Highly Sensitive list adalah tarid BM akan diturunkan atau dihapuskan menjadi 0-50% mulai tahun 2015 sebesar 47 pos tariff (HS 6 digit) di antara lain terdiri dari produk pertanian, seperti beras, 19 20 http://blogs.unpad.ac.id/yogix/2010/03/12/bagaimana-mekanisme-acfta-2010/ di akses tanggal 10 September 2016 Ibid gula, jagung dan kedelai, produk industri tekstil dan produk tekstil (ITPT) dan produk otomotif. Produk andalan Indonesia yang oleh China dimasukkan dalam sensitive dan highly sensitive antara lain palm oil dan turunannya (HS 1511), karet alam (HS 4001), playwood (HS 4412). Sebaliknya Indonesia juga memasukkan produk-produk unggulan ekspor Cina ke Indonesia antara lain barang jadi, tas kulit, alas kaki, sepatu sport, kacamata, alat musik, alat olahraga, besi dan baja, spare part. barang-barang palstik, produk pertanian, seperti beras, gula jagung dan kedelai, produk industri tekstil dan produk tekstil (ITPT), produk otomotif, produk ceramic tableware. Tabel 2. Jadwal Penurunan atau Penghapusan Tarif Pada Normal Track antara ASEAN dan China X = Tingkat Tingkat Tarif Preferensial Kawasan Perdagangan Bebas Tarif MFN yang ASEAN-China (tidak melampaui 1 Januari 2010) berlaku 2005 2007 2009 2010 X≥ 20 % 20 12 5 0 15% ≤ x < 20% 15 8 5 0 10% ≤ x < 15% 10 8 5 0 5% ≤ x < 10% 5 5 0 0 0 0 x< 5% Tetap Sumber: Kementerian Republik Indonesia,2010, Kerjasama Perdagangan Bebas ASEAN Dengan Mitra Wicara, Jakarta: Kementerian Republik Indonesia, hal.7. 2. Peraturan Nasional Terkait ACFTA 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2004 tanggal 15 Juni 2004 tentang pengesahan Framework Agremeent on Comprehensive Economic Cooperation Between the ASEAN and people’s Republic of China. 2. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 355/kmk.01/2004 tanggal 21 Juli 2004 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk atas impor barang dalam rangka Early Harvest package ASEANChina Free Trade Area. 3. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 57/PMK.010/2005 tanggal 7 Juli 2005 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka Normal track ASEAN-China free Trade Agreement. 4. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 21/PMK.010/2006 tanggal 15 maret 2006 tentang Penetapan Ttarif Bea Masuk dalam rangka Normal Track. 5. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 04/PMK.011/2007 tanggal 25 Januari 2007 tentang perpanjangan penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka Normal Track ASEAN China free Trade Area. 6. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 04/PMK.011/2007 tanggal 22 Mei 2007 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka ASEAN-China Free Trade Area. 7. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 04/PMK.011/2008 tanggal 23 Desember 2008 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka ASEAN-China Freea Trade Area. Penerapan ACFTA menimbulkan banyak kekhawatiran terhadap para pengusaha dan para pelaku industri, terutama industri kecil dan menengah. Untuk mengantisipasi dampak dari implementasi ACFTA, pemerintah secara umum telah menerapkan sepuluh kebijakan, yaitu: 1. Mengevaluasi dan merevisi semua Standar Nasional Indonesia (SNI) yang sudah kadaluarsa dan menerapkannya secara wajib dengan terlebih dahulu menotifikasikan ke WTO. 2. Mengefektifkan fungsi komite Anti-Dumping dan menangani setiap kasus dugaan praktek dumping dan pemberian subsidi secara langsung oleh negara mitra jepang. 3. Mengefektifkan fungsi komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) dalam menanggulangi lonjakan barang impor di pasar dalm negeri. 4. Meningkatkan lobi pemerintah untuk mengamankan ekspor Indonesia antara laindari ancaman dumping an subsidi oleh negara mitra dagang. 5. Mengakselerasi penerapan dari Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2008 tentang fokus ekonomi 2008-2009. 6. Melakukan harmonisasi tarif bea masuk pos tarif untuk produk hulu dan hilir, sehingga diharapkan akan memacu investasi dan daya saing. 7. Mengefektifkan tugas dan fungsi aparat kepabeanan, termasuk mengkaji kemungkinan penerapan jalur merah bagi produk yang rawan akan penyelundupan produk illegal. 8. Membatasi/melarang ekspor bahan baku mentah untuk mencukupi kebutuhan energy bagi industri dalam negeri sehingga dapat mendorong tumbuhnya industri pengolahan ditingkat hulu sekaligus memperkuat daya saing industri lokal. 9. Mempertajam kebijakan Permendag (Peraturan Menteri Perdagangan) No.56 tahun 2008 yang mengatur pembatasan pintu masuk pelabuhan untuk lima produk tertentu yaitu alas kaki, barang elektronik, mainan anak-anak, garmen serta makanan dan minuman.21 Firman Mutakin dan Azisa Rahmaniar Salam, “Dampak Penerapan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) bagi Perdagangan Indonesia’’, Economic review, No. 218, Jakarta: Departemen Perdagangan RI, 2009, hal 8-9 21