“KESIAPAN INDUSTRI EKPLOITASI SUMBER DAYA ALAM DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN MENYONGSONG AFTA 2003” isu-isu lingkungan. Dan yang ketiga adalah mengenai optimalisasi penggunaan tenaga ahli dan teknologi dalam negeri didalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan. NOKE KIROYAN Presiden Direktur PT Kaltim Prima Coal Dalam konteks penyikapan terhadap kebijakan pemerintah, KPC mempunyai sistem monitoring dan compliance yang ketat. Berbagai peraturan pemerintah, AMDAL dan isu lingkungan global menjadi dokumen kunci bagi KPC dalam penjabaran strategi pengelolaan lingkungannya. Seminar Sehari Nasional Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung Bandung, 24 Februari 2002 Suatu kehormatan bagi saya mendapatkan kesempatan berbicara dalam acara Gelar Peduli Lingkungan II yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan ITB. Atas nama PT. Kaltim Prima Coal, saya menyambut baik diselenggarakannya acara-acara seperti inisebagai wadah untuk saling bertukar pengalaman bagi semua elemen masyarakat yang peduli terhadap lingkungan. Pada kesempatan yang baik ini, saya akan menitik beratkan pembicaraan mengenai dunia pertambangan, khususnya dalam kaitan tanggung jawabnya di dalam isu-isu lingkungan serta peranannya dalam mengembangkan pemahaman tentang Tambang Berwawasan Lingkungan. Bagi KPC, isu lingkungan merupakan permasalahan yang sangat kami perhatikan. Kami sepenuhnya sadar akan arti pentingnya lingkungan bagi kelangsungan usaha dan kami percaya bahwa pengelolaan lingkungan yang baik adalah bagian yang tidak terpisahkan dari prinsip good corporate governance. Kami juga sadar bahwa cadangan mineral tidak bersifat abadi dan ada resiko terhadap lingkungan, sehingga perlu diolah secara ekonomis dan berhati-hati serta dilandasi oleh pertimbangan matang serta pengelolaan yang bertanggung jawab. Secara umum, kebijakan KPC dalam bidang lingkungan sangat jelas, yaitu “the site will protect the natural environment while efficiently managing extraction of natural resources. At every stage of the business, KPC will dilligently apply technically proven and economically feasible environmental protection measures. KPC will comply with all environmental legislation and maintain internationally acceptable standards of environmental protection in all facets of operations”. Keseriusan kami dalam implementasi kebijakan diatas berbuah manis ketika selama tiga tahun berturut-turut KPC dianugrahi Sertifikat Emas Proper Batubara--penghargaan tertinggi dalam bidang manajemen lingkungan--dari Propinsi Kalimantan Timur sejak tahun 2000 hingga 2002. KPC adalah satu-satunya penerima penghargaan ini sejak dilancarkannya program Proper Batubara pada tahun 2000 sampai tahun lalu di wilayah Kalimantan Timur. Ini bukanlah sesuatu yang dengan mudah didapat tanpa kerja keras. Pengelolaan lingkungan di KPC, dengan penuh komitmen, dilandaskan kepada kebijakan perusahaan dalam bidang lingkungan, perundang-undangan lingkungan hidup, serta spesifikasi dan prosedur lingkungan. Ada tiga hal utama yang akan menjadi pembahasan singkat saya kali ini. Yang pertama adalah penyikapan pelaku usaha penambangan terhadap kebijakan pemerintah mengenai lingkungan. Kedua adalah tentang upaya-upaya yang telah dilakukan oleh KPC sebagai pelaku usaha penambangan dalam Oleh karena itu, dalam menyikapi kebijakan pemerintah, KPC juga selalu berupaya proaktif melalui kegiatan praktek, akademik dan diskusi terbuka diantara stakeholders untuk menghasilkan kebijakan yang bersifat holistik namun tetap dapat terlaksana berdasarkan teknologi dalam bidang lingkungan yang mutakhir. Saya yakin bahwa para pelaku industri pertambangan sangat menghormati berbagai keputusan pemerintah dalam bidang lingkungan hidup. Dan berbagai kebijakan ini seyogyanya juga memperhatikan kepentingan industri – tanpa mengorbankan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan – agar dapat lebih berkembang dan memberikan sumbangannya bagi pertumbuhan ekonomi. KPC dengan senang hati akan memberikan berbagai input yang bersifat teknis ataupun memberi rujukan atas hasil-hasil studi independen yang kami lakukan, sehingga semua output kebijakan pemerintah dapat mengakomodir kepentingan berbagai pihak dengan lebih maksimal. Yang kami harapkan dari kebijakankebijakan pemerintah ini adalah keterlibatan pelaku usaha didalam proses pembuatan keputusan. Diskusi yang transparan dan komunikasi dua arah yang baik akan mampu mempertemukan kepentingan semua pihak. Kita sadari bersama bahwa dampak terhadap lingkungan akibat kegiatan pertambangan batubara antara lain adalah perubahan terhadap bentang alam, kualitas tanah, geo-hidrologi daerah, kualitas udara, flora dan fauna serta terjadinya erosi dan sedimentasi, juga pencemaran akibat hydrocarbon. Untuk meminimumkan dampak lingkungan tersebut, maka setiap usaha pertambangan diwajibkan untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang tertuang dalam dokumen RKL/RPL. Dalam kerangka ini, KPC telah mengembangkan sebuah sistem manajemen lingkungan untuk mengakomodir kebutuhan usaha pertambangan berwawasan lingkungan. Ada 9 elemen utama yang terintegrasi di dalam sistem manajemen lingkungan KPC, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kebijakan lingkungan Pengintegrasian sumber-sumber manajemen lingkungan kedalam struktur manajemen Rencana manajemen lingkungan yang komprehensif Audit lingkungan tahunan Pelaporan isu-isu lingkungan kepada senior management secara periodik Pelaporan insiden-insiden yang signifikan Pelatihan dan penelitian Induksi karyawan tentang isu-isu lingkungan Anggaran tahunan untuk program pengelolaan dan pemantauan lingkungan secara komprehensif Secara garis besar, sistem manajemen lingkungan KPC tersebut bersumber pada 5 isu/aktifitas utama, yaitu: yaitu rehabilitasi, kontrol air asam tambang, kontrol sedimen, pengelolaan hydrokarbon dan pengelolaan limbah. Halaman 1/2 Rehabilitasi lokasi bekas pertambangan di KPC secara umum ditujukan untuk pemulihan ekosistem hutan yang secara bertahap kemudian berkembang menuju kepada ekosistem semula. KPC saat ini menerapkan kebijakan rehabilitasi progresif. Ini berarti bahwa area yang terganggu akan direhabilitasi segera setelah hal itu memungkinkan. Ini ditujukan agar pemulihan kondisi yang terganggu dapat dilakukan dengan cepat. Sejak dimulainya operasi penambangan sampai dengan bulan Agustus 2002, lebih dari 1740 hektar lahan bekas tambang telah direhabilitasi. Satu langkah besar dalam peningkatan kualitas rehabilitasi yang berhasil dilakukan KPC adalah diperkenalkannya Geographical Information System sejak tahun 2001. Sistem ini mampu melakukan pencatatan yang akurat terhadap semua aspek rehabilitasi, baik yang mencakup rencana rehabilitasi, quality control data, maupun pekerjaan-pekerjaan revegetasi. Secara periodik sistem ini selalu di update untuk menjamin tersedianya data yang paling mutakhir. lain yang mendapat perhatian besar dari top level management KPC adalah pengendalian air asam tambang. Beberapa jenis batuan lapisan penutup mengandung mineralmineral sulfida yang bila bereaksi dengan oksigen yang ada di udara akan menghasilkan asam. Isu Untuk kepentingan ini telah lama dilaksanakan program yang disebut overburden management, yang intinya memisahkan lapisan batuan non-acid forming (NAF) dan potencially acid forming (PAF). Pengelolaan air asam tambang kemudian dilakukan berdasarkan sifat alami dari lapisan batuan tersebut diatas. Berdasarkan masukan dari sejumlah ahli independen, strategi yang diterapkan oleh KPC merupakan praktek terbaik yang bertaraf internasional. Pengelolaan sedimen juga menjadi salah satu isu utama bagi KPC. Meskipun secara alami karakter sungai (waterways) di iklim tropis cenderung mengandung sedimen, namun KPC menyadari pentingnya untuk mencegah semakin besarnya endapan sedimen di sungai akibat aktifitas tambang. KPC menggunakan tiga pendekatan utama dalam pengelolaan sedimen, yaitu stabilisasi footprint tambang lewat rehabilitasi permanen maupun sementara, pembangunan struktur manajemen air/drainage (salah satunya dengan menggunakan ban bekas, suatu teknologi ramah lingkungan--makalah lengkap tentang hal ini akan disampaikan di sesi berikutnya oleh rekanrekan dari Departemen Environment-KPC), serta pembangunan kolam-kolam sedimen. Pengelolaan hydrokarbon dan limbah untuk aktifitas tambang sebesar KPC juga diberi perhatian khusus. KPC menggunakan lebih dari 500.000 liter bahan bakar solar per hari. Tentu saja hal ini memerlukan penanganan yang seksama. KPC menerapkan aturan-aturan yang ketat terhadap penanganan limbah oli, solar, bensin dan gemuk, yang harus dipatuhi baik oleh KPC maupun para kontraktor. Didalamnya termasuk keharusan pembangunan tanggul untuk semua tangki penyimpanan jumlah besar untuk mencegah tumpahan, penyediaan pemisah oli dengan air di semua bengkel pemeliharaan untuk menangkap semua oli yang terbawa aliran air serta pengumpulan oli bekas untuk diproses di luar lokasi tambang. Perlu disebutkan pula disini bahwa KPC sudah mulai menggunakan oli bekas sebagai salah satu campuran bahan peledak. Ini membuktikan bahwa KPC secara serius selalu mencari cara pengolahan limbah untuk hal-hal yang bermanfaat (reusable). Selain isu-isu lingkungan diatas, KPC juga menaruh perhatian khusus terhadap masalah keanekaragaman hayati. KPC mempunyai komitmen yang besar dalam pengelolaan dan konservasi keanekaragaman hayati di Taman Nasional Kutai. Dukungan KPC meliputi pendanaan bagi rencana-rencana pengelolaan taman, penyediaan data-data satelit untuk tujuan mapping, membantu pengembangan buffer zone antara kota Sangatta dan TNK, pembangunan sarana pembibitan, dll. Kita ketahui bersama bahwa untuk melakukan pengelolaan tambang berwawasan lingkungan perlu pemantauan secara terus menerus atas segala aspek yang dapat berdampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Salah satu upaya pemantauan untuk mendeteksi dini adanya potensi resiko atau terjadinya penyimpangan dari norma-norma penambangan yang aman dari segi ekologi maupun kemasyarakatan adalah audit lingkungan, yang meliputi aspek teknis maupun sosial. Di Indonesia saat ini, yang patut memperoleh perhatian dalam pelaksanaan audit lingkungan adalah masih dominannya posisi perusahaan-perusahaan luar negeri. Selain mahal biayanya dan belum tentu dapat menyentuh segala aspek teknis dan sosial yang khas Indonesia, keadaan ini tidak memberikan peluang optimal bagi pengembangan kemampuan ahli-ahli lingkungan tambang kita sendiri. Memang pada umumnya audit lingkungan oleh perusahaan asing melibatkan tenaga-tenaga ahli Indonesia juga, namun pada umumnya pada tahap pelaksana saja. Perlu kita usahakan agar derajat keahlian bangsa kita meningkat ke taraf yang lebih tinggi, dan untuk itu diperlukan langkah-langkah terencana dengan wawasan jangka panjang. Kemitraan lintas negara dengan sasaran penguatan institusi lokal dan nasional dapat bermanfaat dalam rangka pembentukan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan akan keterampilan serta penguasaan ilmu yang semakin meningkat. Saya optimis, peran lembaga akademis seperti ITB dapat mempercepat pemenuhan kebutuhan ini. Pusat Kajian Lingkungan Tambang Indonesia (PKLTI) di bawah pimpinan Prof. Dr. Asis Djajadiningrat merintis jalan ke arah peningkatan ketrampilan dan pengetahuan bangsa kita dalam pengelolaan lingkungan di kawasan pertambangan. Menurut saya, pengalihan teknologi know-how didalam industri PMA masih perlu diperkaya oleh kontribusi dari pihak akademika seperti ITB. Sehubungan dengan hal tersebut saya akan mengutip perkataan rektor ITB, Bapak Kusmayanto Kadiman, ketika Rio Tinto Indonesia menyerahkan seperangkat komputer kepada Departemen Teknik Pertambangan-ITB. Beliau menolak pemakaian istilah “sumbangan” dan beliau berkata “Rio Tinto melakukan investasi”. Setelah saya pikirkan masak-masak saya membenarkan ucapan Pak Kusmayanto, yang pada waktu itu belum menjadi rektor, karena antara industri dengan perguruan tinggi ada kepentingan timbal balik. Semoga Seminar Nasional Sehari dalam rangka Gelar Peduli Lingkungan II ITB ini dapat mempertemukan kepentingan akademik, industri maupun masyarakat secara keseluruhan. Demikian kewajiban saya sebagai wakil dari industri untuk berbagi wawasan dan pengalaman kepada civitas akademika yang terhormat. Terimakasih atas perhatian Ibu dan Bapak semua. Bandung, 24 Februari 2003 Noke Kiroyan Halaman 2/2