Pertumbuhan Ikan Pari (Dasyatis kuhlii, Müller & Henle, 1841) di Perairan Selat Makassar Joeharnani Tresnati Ikan Pari (Dasyatis kuhlii, Müller & Henle, 1841) termasuk ikan demersal yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Makassar. Ikan ini ditangkap di perairan Selat Makassar dan didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan, Paotere. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan ikan pari (Dasyatis kuhlii, Müller & Henle, 1841) di Perairan Selat Makassar, meliputi hubungan bobot-panjang dan faktor kondisi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pertumbuhan ikan Pari di daerah tersebut. Analisis sampel dilaksanakan di Laboratorium Biologi Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin. Sampel ikan Pari yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 72 ekor, 29 ekor jantan dan betina 43 ekor. Ikan Pari jantan memiliki kisaran panjang tubuh 415 – 755 mm dengan bobot tubuh 120 – 1240 gr dan ikan Pari betina memiliki kisaran panjang tubuh 320 – 780 mm dengan bobot tubuh 200 – 1800 gr. Kisaran faktor kondisi ikan Pari jantan 0,3458-1,5313 dan ikan Pari betina 0,2101-1,8907. Hubungan bobot panjang tubuh ikan Pari jantan dan betina menunjukkan pola pertumbuhan yang bersifat alometrik negatif, pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan bobot tubuh. Ikan Pari jantan memiliki korelasi kuat antara hubungan bobot dan panjang, sedangkan ikan Pari betina memiliki korelasi sedang. Pertumbuhan ikan Pari betina lebih cepat daripada ikan Pari jantan. Nilai faktor kondisi ikan Pari jantan dan betina menunjukkan bahwa bentuk badannya picak. Kata kunci : Ikan Pari, Dasyatis kuhlii, pertumbuhan, hubungan bobot-panjang, faktor kondisi, picak PENGANTAR Ikan pari (Dasyatis kuhlii, Müller & Henle, 1841) adalah ikan demersal yang potensinya cukup besar di perairan Selat Makassar. Ikan ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Makassar. Ditinjau dari aspek biofisik maupun kimia airnya perairan Selat Makassar memungkinkan untuk spesies ini dapat hidup dan berkembang dengan baik. Oleh karena itu keberadaan spesies ini telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya sebagai sumber pendapatan dan bahan makanan (Anonim, 2011). Ikan pari adalah sejenis ikan yang enak dimakan dan terdapat di seluruh dunia. Ikan ini sekerabat dengan ikan jerung, tetapi tidak seperti ikan jerung yang merupakan pemangsa dengan rahang yang kuat, ikan ini jarang sekali memakan manusia dan mulutnya yang kecil bukanlah ancaman sama sekali. Ikan ini akan menggunakan giginya hanya sebagai satu bentuk mempertahankan diri (Allen, 2000). Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan (2009), menunjukkan adanya peningkatan produksi tangkapan ikan pari yang cukup tinggi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009, produksi ikan pari mencapai lebih kurang 5.186 ton. Hasil analisa di laboratorium menunjukkan bahwa kadar protein ikan pari cukup tinggi yaitu sekitar 72,82%. Kadar lemaknya rendah yaitu 2,48% dan mempunyai kandungan energi sebesar 5990kkal/kg. Kandungan gizinya yang tinggi ini menyebabkan ikan ini termasuk sumber pangan yang perlu dijaga dan dilestarikan untuk menunjang kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Demi keberlanjutan dan pelestariannya maka perlu dilakukan pengelolaan yang baik. Pengelolaan ikan Pari agar lestari dan berkelanjutan membutuhkan data biologi ikan tersebut, dimana hasilnya dapat dijadikan patokan dalam penangkapannya. Berkenaan dengan hal itulah maka perlu dilakukan penelitian mengenai aspek biologi ikan pari, terutama mengenai pertumbuhannya. A. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan ikan Pari meliputi hubungan bobot panjang dan faktor kondisi ikan Pari (D. kuhlii) di Selat Makassar, Sulawesi Selatan. Kegunaan yang didapat dari penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi mengenai pertumbuhan ikan pari (D. kuhlii) di Selat Makassar, Sulawesi Selatan. BAHAN DAN METODA Sampel ikan diperoleh dari hasil tangkapan nelayan di Selat Makassar. Analisis sampel dilaksanakan di Laboratorium Biologi Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mistar yang berketelitian 1 mm untuk mengukur panjang total yang diukur mulai dari ujung paling depan bagian kepala sampai ke ujung terakhir bagian ekor. Timbangan yang berketelitian 10 gr untuk menimbang bobot ikan. Papan preparat untuk meletakkan ikan yang diukur. Kalkulator sebagai alat bantu menghitung dan kamera untuk mendokumentasikan ikan. Kertas label untuk penandaan sampel. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan Pari (Dasyatis kuhlii) sebagai sampel yang diteliti. A. Metode Pengambilan Sampel Sampel ikan pari (D. kuhlii) diperoleh dari hasil tangkapan nelayan yang beroperasi di perairan Selat Makassar, Sulawesi Selatan. Pengambilan sampel dilakukan tiap minggu selama 2 bulan. Jumlah sampel ikan Pari yang diperoleh selama penelitian adalah 72 ekor, yang terdiri dari 29 ekor ikan Pari jantan dan 43 ekor ikan Pari betina. Penentuan jenis kelamin ikan Pari dilakukan dengan cara memperhatikan kehadiran klasper pada setiap inividu. Individu yang memiliki klasper digolongkan sebagai ikan jantan sedangkan yang tidak memiliki klasper adalah betina. B. Analisis Data 1. Hubungan Panjang-Bobot Hubungan panjang bobot ikan pari dianalisis dengan menggunakan rumus yang dikemukakan Hile (1963 dalam Effendie,1997) W = a Lb dimana : W = bobot ikan (g), L = panjang total ikan (mm), a dan b = konstanta. Kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma, sehingga membentuk persamaan garis lurus sebagai berikut: Log W= log a + b log L Setelah melakukan transformasi ke bentuk logaritma terhadap data aslinya, nilai-nilai a dan b dapat diselesaikan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Akyol et al., 2007) dan nilai a yang diperoleh harus di-antilogkan. Apabila b = 3 maka pertumbahan ikan menunjukkan pola pertumbuhan isometris, berarti pertambahan panjang tubuh dan bobot seimbang. Jika nilai b < 3 menunjukkan pola pertumbuhan alometris negatif (alometrik minor), pertambahan panjang tubuh lebih cepat daripada pertambahan bobot tubuh. sebaliknya, jika b > 3 menunjukkan pola pertumbuhan alometris positif (alometrik major), pertambahan bobot tubuh lebih cepat daripada pertambahan panjang tubuh. Untuk menguji koefisien regresi, b = 3 atau tidak, maka dilakukan analisi data uji-t. Nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel. Jika nilai thitung lebih besar daripada ttabel maka b berbeda dengan 3, sebaliknya jika thitung lebih kecil maka b sama dengan 3 (Walpole, 1982). Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel. Kekuatan hubungan bobot dan panjang ikan Pari diukur dengan menggunakan analisis korelasi berikut : r= N(∑ logL ∗ logW) − (∑ logL)(∑ log W) √{N(∑ log 2 L) − (∑ logL)2 } {N(∑ log 2 W) − (∑ logW)2 } Nilai r berada di antara -1 dan +1 (-1≤ r ≥+1). Apabila nilai r = +1, maka dapat dikatakan terdapat hubungan linear sempurna langsung antara jantan dan betina. Apabila nilai r = -1, berarti terdapat hubungan linear sempurna tak langsung antara jantan dan betina. Sebaliknya jika nilai r = 0 menunjukkan tidak terdapat hubungan linear antara jantan dan betina. Kekuatan hubungan korelasi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Interpretasi hubungan korelasi (r) Nilai Koefisian Korelasi (- atau +) Arti 0,00 – 0,19 Korelasi sangat lemah 0,20 – 0,39 Korelasi lemah 0,40 – 0,69 Korelasi sedang 0,70 – 0,89 Korelasi kuat 0.90 – 1,00 Korelasi sangat kuat 2. Faktor kondisi Pada ikan yang pertumbuhannya isometris, rumus faktor kondisi yang digunakan adalah sebagai berikut : π Pl = πΏ3 × 105 dimana: W = Bobot rata-rata ikan yang sebenarnya yang terdapat dalam suatu kelas, L = Panjang rata-rata ikan yang sebenarnya dalam suatu kelas. Pada ikan yang pertumbuhannya alometris, faktor kondisi dihitung dengan menggunakan faktor kondisi relatif atau faktor kondisi nisbi yang memiliki rumus sebagai berikut: ππ Pln= ππΏπ ππ‘ππ’ Pln = dimana : Wb = Bobot tubuh ikan hasil pengamatan, aLb = Hubungan bobot panjang yang diperoleh, ππ π∗ W* = Bobot tubuh ikan dugaan. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hubungan Bobot Panjang Hasil analisis hubungan panjang bobot tubuh ikan pari (D. kuhlii) yang diperoleh dari 72 ekor, yang terdiri dari 29 ekor ikan jantan dan 43 ekor ikan betina dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil analisis hubungan bobot panjang tubuh ikan Pari (Dasyatis kuhli, Muller & Henle, 1841). Parameter Jantan Betina Jumlah sampel (ekor) 29 43 Kisaran panjang total (mm) 415 – 755 320 – 780 Kisaran bobot tubuh (g) 120 – 1240 200 – 1800 Log a −2,1571 −3,0226 Koefisien regresi (b) 1,8233 2,1479 Koefisien korelasi (r) 0,5863 0.8754 Persamaan regresi W = 0,0069 L1,8233 W = 0,0009 L2,1479 Uji t Thitung > Ttabel Thitung > Ttabel Alometris negatif Alometris negatif Tipe pertumbuhan Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa ikan Pari (D. kuhlii) jantan memiliki kisaran panjang tubuh 415 – 755 mm dan bobot tubuh 120 – 1240 gr, sedangkan kisaran panjang tubuh ikan Pari betina 320 – 780 mm dan bobot tubuh 200 – 1800 gr. Perbedaan kisaran panjang dan bobot tubuh disebabkan persaingan makanan yaitu jumlah ikan-ikan lain yang memanfaatkan makanan yang sama dan ketersediaan makanan di perairan Selat Makasar, umur, jumlah antara individu jantan dan betina serta TKG. Menurut Effendie (1997) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah temperatur dan kualitas air, ukuran, umur dan jenis ikan itu sendiri, serta jumlah ikan-ikan lain yang memanfaatkan sumber yang sama. Hasil uji koefisien regresi “b” terhadap 3 menunjukkan bahwa “b” berbeda dengan 3, dimana berdasarkan hasil uji-t diperoleh thitung lebih besar daripada ttabel. Jika nilai thitung lebih besar daripada ttabel maka b berbeda dengan 3, sebaliknya jika thitung lebih kecil maka b sama dengan 3 dikemukakan Walpole (1982). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ikan Pari jantan dan betina adalah alometris negatif, dimana pertumbuhan panjang tubuh lebih cepat daripada pertambahan bobot tubuh. Menurut Effendie (1997), ikan yang memiliki nilai koefisien regresi kurang dari 3, pertambahan panjangnya lebih cepat dibanding pertambahan bobotnya. Nilai koefisien korelasi (r) hubungan bobot panjang ikan jantan (Gambar 2) termasuk korelasi sedang (0,5863) dan untuk nilai koefisien korelasi hubungan bobot panjang ikan betina (Gambar 3) termasuk korelasi korelasi kuat (0,8754). Hal ini sesuai dengan pendapat Andy Omar (2009) yang menyatakan bahwa apabila nilai koefisien korelasi 0,70 – 0,89 menunjukkan korelasi kuat dan apabila nilai koefisien korelasi 0,40 – 0,69 menunjukkan korelasi sedang. Pada Gambar 2 dan 3 dapat dilihat bahwa pertumbuhan ikan Pari betina lebih cepat daripada ikan Pari jantan. 1400 1200 Bobot Tubuh 1000 800 600 400 200 0 0 100 200 300 400 500 600 700 800 Panjang Tubuh Gambar 2. Hubungan logaritma bobot tubuh dan logaritma panjang tubuh ikan Pari (Dasyatis kuhlii) jantan. 2000 1800 1600 Bobot Tubuh 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 Panjang Tubuh Gambar 3. Hubungan logaritma bobot tubuh dan logaritma panjang tubuh ikan (Dasyatis kuhlii) betina. Pari B. Faktor Kondisi Faktor kondisi dari ikan pari (D. kuhlii) berdasarkan jenis kelamin, ukuran panjang dan bobot tubuh dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kisaran dan faktor kondisi ikan Pari (Dasyatis kuhli, Muller & Henle, 1841) berdasarkan jenis kelamin yang didaratkan di TPI Paotere Makassar. Kisaran Kisaran panjang bobot tubuh total (mm) (g) Betina 320-780 Jantan 415-755 Sex Faktor kondisi Kisaran Rataan 200-1800 0,2101-1,8907 1,0291±0,4356 120-1240 0,3458-1,5313 1,0606±0,3795 Berdasarkan Tabel 3, didapatkan nilai faktor kondisi tertinggi ikan Pari jantan (1,5313) terdapat pada ikan dengan panjang total 755 mm dan bobot tubuh 1240 gr. Faktor kondisi terendah ikan pari jantan (0,3458) terdapat pada ikan dengan panjang total 415 mm dan bobot tubuh 280 gr. Nilai faktor kondisi tertinggi ikan Pari betina (1,8907) terdapat pada ikan dengan panjang total 770 mm dan bobot tubuh 1800 gr. Faktor kondisi terendah ikan Pari betina (0,2101) terdapat pada ikan dengan panjang 360 mm dan bobot tubuh 200 gr. Faktor kondisi ikan Pari jantan dan betina berkisar antara 0,2101-1,8907 dan 0,3458-1,5313 dan masuk ke dalam kategori picak. Faktor kondisi ikan Pari betina rata-rata lebih besar daripada factor kondisi ikan Pari jantan. Hal ini diduga karena adanya variasi dari kisaran bobot dan kisaran panjang total ikan Pari itu sendiri yang disebabkan oleh perbedaan pola pertumbuhan, umur, jenis kelamin, dan persaingan makanan. Peningkatan nilai faktor kondisi relatif terdapat pada waktu gonad ikan terisi dengan sel kelamin dan mencapai puncaknya sebelum terjadi pemijahan (Effendie, 1997). Nilai faktor kondisi yang diperoleh cenderung meningkat dengan semakin tingginya kamatangan gonad ikan. Pada awal tingkat kematangan gonad, gonad belum mengalami perkembangan. Semakin matang gonad, maka gonad juga semakin berkembang sehingga meningkatkan bobot tubuh ikan. Peningkatan bobot tubuh ikan ini juga meningkatkan factor kondisinya. KESIMPULAN 1. Hubungan bobot panjang ikan pari jantan dan betina menunjukkan pola pertumbuhan yang bersifat alometrik negatif. 2. Pada hubungan bobot dan panjang tubuh ikan pari jantan terdapat korelasi sedang, sedangkan pada ikan pari betina korelasinya kuat. 3. Pertumbuhan ikan pari betina lebih cepat daripada ikan pari jantan. 4. Nilai faktor kondisinya menunjukkan bahwa bentuk badan ikan pari jantan dan betina adalah picak. DAFTAR PUSTAKA Akyol, O., H. Tuncay Kinacigil and Ramazan Sevik. 2007. Lonline fishery and length-weight relationship for selected fish species in Gokova Bay (Aegean Sea, Turkey). Internasional Journal of Natural and selected Sciences 1:1-4 Allen, G. 2000. Marine Fishes Of South and East Asia. A Field Guide For Anglers and Diversi. Western Australia. Andy Omar, S. Bin. 2009. Modul Praktikum Biologi Perikanan. Jurusan Preikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin. Makassar. Anonim.2003.http://www.litbang.kkp.go.id/basisdata/index.php?com=riset&task=view&id=452& PHPSESSID=ff918135e2a33928d8cc4453832faba4 (artikel online, 14 Maret 2011). Anonim. 2011. (Potensi SelatMakassar).http.//www.zwani.com/graphics/welcome (artikel online, 3 Maret 2011). Ayoade, A.A.and A.O.O. Ikulala. 2007. Length-weight relationships, conditions factor and stomach contents of Hemichromis bimaculatus,Sarotherodon melanotheronand Chromidotilapia guentheri (preciformes: Cichilidae) in Eleiyele Lake, Southweatern Nigeria. Rev. Biol. Trop. (Int. J. Trop. Biol) 55 (3-4): 696-697. Bone and Marshall. 1982. Perubahan Jaringan Ginjal dan Gonad Ikan Pari (Dayatis kuhlii, Muller & Henle, 1841) Akibat Toksisitas Logam Seng (Zn). Skripsi. Jurusan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar. Dinas Periakanan dan Kelautan. 2009. Laporan Statistik Perikanan Sulawesi Selatan. Dinas Perikanan dan Kelautan Sulawesi Selata. Makassar. Direktorat Jenderal perikanan. 1979. Buku Pedoman Pengenalan Sumberdaya Perikanan Laut. Bagian I. Jenis-jenis Ikan Ekonomis Penting. Jakarta. Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. Fao, 1971. Pollution An Internasional Problem For Fisheries. Fisheri Resources Division. Rome. Haove, B. V. 1999. Ensiklopedi Indonesia-Seri Fauna. PT.Intermasa, Jakarta Lagler, K.F. 1961. Freshwater Fishery Biology. Second edition WM. C. Brown Co. Dubuque, lowa. Last, P. R. and L. J. V. Compagno. 1997. Perubahan Jaringan Insang dan Hati Ikan Pari Akibat Paparan Logam Timbal (Pb). Skripsi. Jurusan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar. Masriwaty, 2002. Hubungan Panjang Bobot, Faktor Kondisi dan Kebiasaan Makan Ikan Biji Nangka (Parupeneus hepthacantus) di Sekitar Perairairan Pulau Kodingareng Kecamatan Ujung Tanah Jota Makassar. Skripsi. Jurusan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar. Mauck,P.E. and R.C. Summerfelt. 1970. Hubungan Bobot Panjang dan Faktor Kondisi Ikan Gabus (Channa striata, Bloch, 1793) di Danau Tempe, Kabupaten Wajo. Skripsi. Jurusan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar. Romimohtarto, K. dan S. Juwan. 2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota laut. Djambatan. Jakarta. Vanichkul, P. And hongskul. 1968. Hubungan Bobot Panjang dan Faktor Kondisi Ikan Gabus (Channa striata, Bloch, 1793) di Danau Tempe, Kabupaten Wajo. Skripsi. Jurusan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.