BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penciptaan Dewasa ini perkembangan musik instrumental gitar di Indonesia dapat dikatakan sudah memiliki tempat di khalayak ramai. Beberapa bukti seperti berkembangnya komunitas (khususnya gitar), media cetak, album, merchandise, dan pertunjukan yang difokuskan hanya untuk gitar merupakan penanda bahwa fenomena tersebut sangat menarik untuk direspon oleh para insan akademis. Pertumbuhan industri musik instrumental hampir dapat dirasakan di seluruh kota besar di Indonesia, tidak terkecuali kota Bandung. Tidak dapat dipungkiri jika kota Bandung menyumbangkan banyak musisi yang mempengaruhi perkembangan musik di Indonesia. Sebagai kota kreatif, banyak juga lahir musisi-musisi solo (tidak mempunyai grup band) yang fokus menciptakan lagu-lagu instrumental yang berorientasi gitar, kemudian mereka distribusikan sendiri kepada masyarakat bahkan tidak sedikit juga yang menyebarkannya secara gratis untuk maksud dan tujuan tertentu. Sumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari seniman itu sendiri baik dalam segi musikal maupun segi non musikal. Hal itu pun menjadi acuan utama yang selama bertahun-tahun dijalankan penulis. Terlepas dari proses pembelajaran musik penulis di Jurusan Seni Musik Unpas, terdapat beberapa musisi dunia yang memberi pengaruh dalam gaya bermusik penulis. Salah satunya adalah karya dari Neil Zaza yang berjudul Baroque Sky, menurut penulis potongan- 1 potongan kalimat dari pada karya Neil Zaza ini sangat easy listening (mudah dipahami dan mudah diingat) bagi pendengar. Selain itu penguasaan instrumen serta teknik permainannya memberikan banyak pengaruh kepada penulis dalam menciptakan sebuah komposisi. Salah satu hal yang menginspirasi penulis dalam pembuatan karya ini adalah berangkat dari keresahan yang penulis rasakan, yaitu untuk selalu berfikir positif dalam persoalan kehidupan khususnya di dalam persoalan cinta. Kegagalan yang penulis alami dalam persoalan cinta membuat penulis harus melupakan kegagalan tersebut agar penulis bisa mendapatkan cinta yang baru. Pengalaman yang penulis alami ini dikenal luas oleh khalayak ramai dengan istilah "Move On". Move on adalah kata serapan dari bahasa inggris yang artinya adalah melangkah. Oleh karena itu penulis ingin mengekspresikan kata move on tersebut kedalam sebuah karya musik khususnya instrumental gitar. Selain sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir S1 Jurusan Seni Musik FISS UNPAS Bandung, penulis juga mempunyai keinginan untuk memperkenalkan gaya bermusik penulis kepada masyarakat umum dengan harapan karya musik yang penulis ciptakan dapat dipublikasikan dalam format album instrumental. Keinginan inilah yang senantiasa mendorong penulis untuk terus berkarya dengan segala keterbatasan ilmu dan media pendukung. Ide dan gagasan tersebut penulis kembangkan menjadi suatu karya musik yang diberi judul "Move On!". Karya ini merupakan penggambaran sebuah kondisi penulis dalam upaya untuk tetap berdiri dan melangkah tanpa melihat ke belakang (masa lalu). Penulis berharap judul yang sederhana ini dapat menggambarkan karya ini 2 dengan jelas, sehingga orang lain pun dapat memahami apa yang disampaikan penulis lewat karya ini. 1.2. Tujuan Penciptaan Adapun tujuan karya musik “Move On!” ini adalah sebagai berikut: 1. Mempresentasikan pengalaman penulis kedalam bentuk karya musik. 2. Salah satu syarat mengikuti ujian sidang akhir S1 1.3. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini disajikan dengan maksud untuk memberikan gambaran secara garis besar mengenai isi dari komposisi yang terbagi menjadi lima bab. Masing-masing bab berhubungan satu sama lain akan saling melengkapi dengan rincian sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini mencakup penjelasan singkat penulis tentang latar belakang komposisi, tujuan penciptaan, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN KONSEPTUAL Bab ini berisikan mengenai uraian konsep yang dijadikan landasan penciptaan/komposisi musik. Uraiannya bisa berupa teori atau pun rujukan-rujukan yang bersumber dari buku atau sumber-sumber lain yang telah diakui kebenarannya dan dijadikan acuan atau mendeskripsikan komposisi. 3 landasan ketika menjelaskan/ BAB III PROSES PENCIPTAAN Bab ini berisikan penjelasan tentang ide/gagasan dan konsep garap karya musik "Move On!". BAB IV PROSES PRODUKSI PERTUNJUKAN Bab ini berisikan tentang konsep proses produksi pertunjukan seperti proses latihan, desain panggung, konsep pementasan, tata busana, dan sarana-sarana lainnya yang digunakan dalam pementasan. BAB V PENUTUP Berisikan tentang pengalaman-pengalaman mahasiswa selama pembuatan dan pementasan karya. 4 empiris BAB II LANDASAN KONSEPTUAL 2.1. Acuan Karya Di dalam proses pembuatan karya, seorang komposer pasti mempunyai referensi atau acuan karya yang banyak dipengaruhi oleh musisi-musisi lain karena sebuah karya tidak akan lepas dari apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan oleh seorang komposer. Begitu juga dengan penulis, dalam proses pembuatan komposisi musik “Move On!” penulis banyak dipengaruhi oleh karya-karya dari musisi lain, diantaranya: - Neil Zaza (Zaza, instrumental guitarist) – Baroque Sky - Andy Timmon (ex. Danger Danger, instrumental guitarist) – Cry For you - Andy James (Sacred Mother Tongue, Instrumental guitarist) – Burn It Down “Baroque Sky” merupakan salah satu lagu yang terdapat dalam album instrumental “212” dengan label Melodik. Dirilis pada 12 February 2011 oleh Neil Zaza dan diproduseri oleh Neil Zaza. Lagu ini diisi oleh Neil (Guitar), Walter Cerasani (Bass), Fabio Colella (Drum). (https://en.wikipedia.org/wiki/212_(album) ; diakses pada Rabu, 23 Juni 2015, pukul 13.00 WIB). Secara struktural potongan-potongan melodi maupun ritmis yang terdapat dalam lagu ini banyak menggunakan teknik repetisi sehingga jadi mudah dipahami dan mudah diingat (easy listening). Hal 5 ini sangat menginspirasi penulis untuk membuat sebuah komposisi dengan konsep yang sama yaitu menggunakan teknik repetisi. “Cry for You” merupakan salah satu lagu yang terdapat dalam album instrumental “Ear X-Tacy”. Dirilis pada 1994, lagu ini diisi oleh Andy Timmon (Guitar), Mike Daane (Bass), Mitch Marine (Drum). (https://en.wikipedia.org/wiki/Ear_X-Tacy; di akses pada Rabu, 23 Juni 2015 pukul 13.30 WIB). Penulis mengadopsi teknik permainan drum di bagian intro pada lagu ini menjadi part intro pada lagu “Move On!” dengan sedikit pengembangan yang penulis kembangkan. Gambar 1. Drum part intro komposisi Cry for You (Andy Timmon) Sumber : (Transkrip Pribadi) Gambar 2. Drum part intro komposisi “Move On!” "Burn it Down" merupakan salah satu lagu yang terdapat dalam album instrumental yang bertajuk “Andy James”. Dirilis pada tahun 2011 oleh Andy James. Potongan motif melodi yang terdapat dalam lagu ini merupakan motif melodi yang penulis kembangkan ke dalam komposisi "Move On!" pada bagian bridge. 6 Gambar 3. Part bridge komposisi Burn it Down (Andy James) Sumber : (Transkrip Pribadi) Gambar 4. Part bridge komposisi “Move On!” Selain pengaruh dari karya-karya musik di atas, dalam pembuatan karya musik "Move On!" ini penulis juga didukung oleh ilmu-ilmu yang meliputi teknik dan teori-teori musik sebagai berikut: 2.1.1. Pengertian Komposisi Menurut Kusumawati (2004: ii), komposisi merupakan proses kreatif musikal yang melibatkan beberapa persyaratan, yaitu bakat, pengalaman, dan nilai rasa. Pendapat lain mengatakan komposisi adalah gubahan musik instrumental maupun vokal (Syafiq, 2003: 165). Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa komposisi adalah suatu pengembangan ide musikal dan penggabungan dari elemen-elemen musik melalui pengetahuan, pengalaman, rasa, dan estetika untuk menjadikan sebuah sajian musik yang original. 7 Rasa adalah daya penggerak dan pewarna tingkah laku dan kreasi manusia. Rasa atau sense adalah salah satu dayadaya khusus tubuh manusia, yang dengan apa seseorang menyadari sesuatu melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, sentuhan, pengecap atau gabungan dari dua atau lebih dari indra-indra tersebut (Marianto, 2006 : 43). Dengan rasa seseorang tidak hanya mengartikan realitas seperti apa adanya, tetapi dengan rasa seseorang dapat memilah-milah realitas itu menjadi bagian-bagian yang kemudian memadukannya kembali menjadi sebuah pola baru, yang bagi orang bersangkutan lebih bermakna. Begitu juga dengan komposisi musik, rasa dalam proses kreatif tidak hanya melibatkan perasaan komposernya, namun juga melibatkan perasaan dan keadaan sekitarnya. Pengalaman rasa estetika tidak lepas dari minat yang diberikan pada representasi. 2.1.2. Unsur-Unsur Musik Dalam pembentukan musik secara utuh, unsur-unsur dan struktur musik mempunyai peranan penting dan keterkaitan yang kuat antara satu dan yang lainnya. Pada dasarnya unsur musik dapat dikelompokan menjadi unsur-unsur pokok dan unsur-unsur ekspresi. 1) Unsur Pokok a) Irama Irama adalah urutan rangkaian gerak yang menjadi unsur dalam sebuah musik (Jamalus, 1988: 7). Irama dalam musik terbentuk oleh bunyi dan diam, 8 dengan bermacam-macam lama waktu atau panjang pendeknya, membentuk pola irama, bergerak menurut pulsa dalam ayunan irama. Irama dapat dirasakan dan didengar (Soeaherto, 1975: 51). Irama berhubungan dengan panjang pendeknya not dan berat ringannya tekanan atau aksen pada not, namun demikian oleh teraturnya gerak maka irama tetap dapat dirasakan meskipun melodi diam. Keteraturan gerak ini menyebabkan lagu lebih indah didengar dan dirasakan (Jamalus, 1988: 56). b) Melodi Melodi adalah rangkaian dari beberapa nada atau sejumlah nada yang berbunyi atau dibunyikan secara berurutan (Soeharto, 1992: 1), lebih lanjut Miller (Penerjemah Bramantyo, tanpa tahun: 37) mengatakan bahwa melodi adalah suatu rangkaian nada-nada, serta nada-nada dari melodi membentuk suatu ide musikal yang komplit. Sedangkan Jamalus (1988: 16) berpendapat bahwa melodi adalah susunan rangkaian nada (bunyi dengan getaran teratur) yang terdengar berurutan serta berirama dan mengungkapkan suatu pikiran dan perasaan. Dalam pengertian yang singkat, Ratner (1977: 29) mengatakan bahwa melodi adalah garis dari nada-nada. Melodi dapat naik dan turun, serta melodi juga dapat tetap ditempatnya untuk waktu singkat dan lama dalam 9 suatu nada, serta melodi juga mempunyai wilayah nada yang luas dan sempit. c) Harmoni Harmoni atau paduan nada ialah bunyi gabungan dua nada atau lebih, yang berbeda tinggi rendahnya dan dibunyikan secara serentak. Dasar dari paduan nada tersebut ialah triad (Jamalus, 1988: 90). Paduan nada tersebut merupakan gabungan tiga nada yang terdiri atas satuan nada dasar akor, nada terts dan nada kwint nya. Lebih lanjut Kodijat (1986: 32) mengatakan harmoni adalah selaras, sepadan, bunyi serentak menurut harmoni, yaitu pengetahuan tentang hubungan nadanada dalam akor, serta hubungan antara masing-masing akor. Sedangkan Miller (penerjemah Bramantyo, tanpa tahun: 48) mengatakan bahwa, harmoni adalah elemen musikal yang didasarkan atas penggabungan secara simultan dari nada-nada, sebagaimana dibedakan oleh rangkaian nada-nada dari melodi. Melodi merupakan sebuah konsep horizontal, sedangkan harmoni adalah konsep vertikal. 2) Unsur Ekspresi a) Tempo Tempo adalah kecepatan lagu yang dituliskan berupa kata-kata dan berlaku untuk seluruh lagu dan istilah itu ditulis pada awal tulisan lagu (Soeharto, 1975: 57). Fungsi dari 10 tempo ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam menyanyikan lagu yang ada (Soeharto, 1992: 56). Sementara Miller (penerjemah Bramantyo, tanpa tahun: 24) mengatakan bahwa, tempo adalah sebuah istilah dari bahasa Italia yang secara harfiah berarti waktu, di dalam musik menunjukan pada kecepatan. Macam-macam tanda tempo menurut Miller (penerjemah Bramantyo, tanpa tahun : 24) yaitu : Presto : Sangat Cepat Allegro : Cepat Vivace : Hidup Moderato : Sedang Adante : Agak Lambat Adagio : Lebih lambat dari Adante Lento : Lambat Largo : Sangat Lambat b) Dinamik Dinamik adalah kekuatan bunyi, dan tanda dinamik adalah tanda pernyataan kuat dan lemahnya penyajian bunyi (Soeharto, 1992: 30). Dinamik memainkan peranan yang besar dalam menciptakan ketegangan (tensi) musik. Pada umumnya semakin keras suatu musik, maka semakin kuat ketegangan yang dihasilkan dan sebaliknya, semakin lembut suatu musik maka semakin lemah ketegangannya (Miller, penerjemah Bramantyo, tanpa tahun: 81). 11 Macam-macam dinamik menurut Miller (penerjemah Bramantyo, tanpa tahun: 80) yaitu: Fortissimo : Sangat keras Forte : Keras Mezzo Forte : Agak keras Mezzo Piano : Agak lembut Piano : Lembut Pianissimo : Sangat Lembut Tidak seperti tempo yang dapat dibatasi atau ditentukan dengan pasti dan tepat dengan petunjuk metronom, dinamik merupakan nilai-nilai yang relatif tidak ada tingkatan yang mutlak untuk piano dan forte. c) Warna Nada Warna nada ialah ciri khas bunyi yang terdengar bermacam-macam, yang dihasilkan oleh bahan sumber bunyi yang berbeda-beda, dan yang dihasilkan oleh cara memproduksi nada yang bermacam-macam pula (Jamalus, 1988: 40). 2.1.3. Bentuk Musik Kata bentuk diartikan sebagai bangun, rupa, sistem, wujud yang ditampilkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988: 135), sementara struktur diartikan sebagai susunan serta hubungan antara unsur-unsur musik dalam suatu lagu, sehingga menghasilkan sebuah komposisi lagu yang bermakna. 12 Masing-masing bagian tersebut akan diteliti menurut tema, harmoni dan tanda dinamik. Dalam musik, bentuk berdasarkan susunan rangka lagu yang ditentukan menurut bagian-bagian kalimatnya (Banoe, 2003: 151). Sebuah karya musik yang mempunyai struktur frase dan struktur periode adalah bagian-bagian yang luas atau panjang dari struktur musik. Dalam proses analisis sebuah karya musik, bentuk dibagi dalam: 1) Bentuk lagu satu bagian, terdiri atas satu buah kalimat saja (A). Banyak ditemui dalam komposisi lagu anak. 2) Bentuk lagu dua bagian, adalah lagu yang terdiri dari dua kalimat utuh yang berbeda. Sehingga jika ada kalimat yang diulang secara utuh belum termasuk lagu dua bagian (A B). 3) Bentuk lagu tiga bagian adalah terdapatnya tiga kalimat kontras atau berbeda dari satu dan yang lainnya (A B C). 4) Bentuk nyanyian (song form) apabila satu dari sebuah bentuk tiga bagian yang sederhana diulang (A A B A), struktur demikian dikenal dengan bentuk nyanyian (song form), karena banyaknya lagu rakyat yang memiliki struktur ini, atau dikenal dengan nama binner melingkar (rounded binary). Apabila dalam sebuah karya musik tidak terdapat pengulangan yang sama, baik dari tema, motif, maupun kalimatnya disebut bentuk tidak beraturan. Biasanya dijumpai dalam karya-karya musik modern dan kontemporer. Keterangan bentuk lagu tersebut telah mencakup dalam semua karya musik, artinya setiap karya musik akan mempunyai bentuk seperti keterangan tersebut. 13 2.1.4. Teori Desain Prinsip-prinsip desain merupakan cara kerja yang digunakan oleh seorang komposer dalam mewujudkan komposisinya. Cara-cara itu bersifat estetis-psikologis. Artinya, cara itu dapat menghadirkan keindahan pada komposisi atau karya musik yang diciptakan, dan cara itu umum dijumpai dalam berbagai hal yang tergolong ekstramusikal. Winold dalam Robby R Meka (Diktat Ilmu Bentuk dan Analisis, 2011) membedakan cara-cara tersebut menjadi 4, yaitu repetisi, kontras, variasi dan return. 1. Repetisi merupakan ulangan langsung pernyataan (statement) atau material musikal pokok yang diperkenalkan sebelumnya. 2. Kontras merupakan presentasi material musikal baru, yang tidak berhubungan dengan material asli. 3. Variasi merupakan prinsip ketiga yang berposisi diantara repetisi dan kontras; dengan variasi, sejumlah aspek karyanya berubah, tetapi kita masih mampu mengenal keasliannya. 4. Return merupakan pemakaian kembali material pernyataan sesudah adanya material kontras dan/atau variasi. 2.1.5. Pengertian Tangga Nada Allen Winold dan John Rehn (1971: 206) berpendapat bahwa tangga nada adalah susunan titi nada yang berturut-turut dari urutan nada rendah ke nada tinggi atau nada tinggi ke nada rendah. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa nada sebagai bagian dari tangga nada merupakan bunyi yang 14 memiliki tinggi rendah yang pada dasarnya merupakan getaran yang teratur dan dibakukan. Sebagai contoh, nada A yang dipakai saat ini ditentukan memiliki frekuensi 440 Hz/second. Hal ini berarti bahwa dalam satu detik terjadi getaran sebanyak 440 kali. Saat ini yang dipakai dalam sistem nada internasional ada 12 nada pokok yang sudah dibakukan yaitu C - C# - D - D# - E - F - F# - G - G# - A - A# dan B. Nada-nada tersebut dapat disusun menjadi sebuah tangga nada dengan menentukan satu nada sebagai tonika dan memasukan interval-interval pembentuk tangga nada. Secara garis besar tangga nada dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: 1) Tangga nada Diatonik Menurut Allen Winold (1971: 206) tangga nada adalah satu nada (tonic) yang berurutan ke tujuh nada lainnya secara berurutan (tonic, super tonic, median, subdominant, dominant, submediant, leading tone, octave). Tangga nada diatonik adalah sebuah sistem tangga nada yang masing-masing nada dalam tangga nada tersebut mempunyai jarak 1 tone (whole tone) dan jarak ½ tone (semitone/halftone) secara bervariasi. Tangga nada diatonik memiliki 7 nada pokok dan masing-masing nada pokok tersebut memiliki hubungan keluarga harmoni. Selain itu, nada-nada pokok tersebut juga bisa disusun menjadi akorakor dalam keluarga harmoni (Byrnside, 1985: 33). Secara garis besar tangga nada diatonik memiliki 2 jenis yaitu: a) Tangga Nada Mayor Wyatt (1988: 11) menjelaskan bahwa tangga nada mayor disebut juga tangga nada diatonik, yang berarti 15 terdiri dari tujuh buah nada dalam lambang alpabet yang disusun dengan rangkaian jarak nada tertentu (whole step and half). Pernyataan tersebut mengacu pada gambar 2.1. dengan whole step adalah jarak 1, dan half adalah jarak ½. Tangga nada disusun ke atas atau ke bawah dimulai dari nada tonika sampai oktaf dengan interval antar nadanya dari bawah ke atas adalah 1 - 1 ½ - 1 - 1 -1 - ½. Misalnya dalam tangga nada C Mayor (mayor natural) berikut ini: Gambar 5. Tangga nada mayor natural (C Mayor) Sumber: (Transkrip Pribadi) b) Tangga nada Minor i. Tangga Nada Minor Asli Wyatt (1998: 43) mengatakan bahwa tangga nada minor dibentuk dari rangkaian jarak nada whole step (1) dan half step (½) dengan komposisi jarak nadanya 1 - ½ - 1 - 1 - ½ - 1 - 1. Berikut contoh dalam tangga nada A minor natural: Gambar 6. Tangga nada minor natural (A Minor) Sumber: (Transkrip Pribadi) 16 Mengacu pada gambar di atas bahwa tangga nada minor natural merupakan tangga nada yang memiliki 8 nada yang disusun mulai dari nada tonika sampai oktaf dengan interval nadanya dari bawah ke atas adalah 1 - 1/2 - 1 - 1 - 1/2 - 1 - 1. Maka nada yang tersusun dalam tangga nada minor asli / natural (A minor asli) adalah A - B - C - D - E - F - G A' tanpa ada nada yang mendapat tanda aksidental (♯ atau ♭). ii. Tangga nada Minor Harmonis Brandt (1980 : 174) "The Harmonic Minor scales structure consist of minor second between degrees 2-3, 5-6, and 7-1, major second between degrees 1-2, 3-4, and 4-5, and augmented second between degrees 6-7". Pernyataan tersebut mengacu pada gambar dibawah ini, minor second berarti jarak ½ dan major second berarti jarak 1 dan augmented second berarti berjarak 1 ½ . Berikut contoh dalam tangga nada A minor harmonis. Gambar 7. Tangga nada A minor harmonis Sumber: (Transkrip Pribadi) 17 Pernyataan seperti diatas didefinisikan dalam bahasa yang lebih lugas (musictheorysources.com) yang oleh Burstein menyatakan bahwa, tangga nada minor harmonis adalah hampir sama dengan nada-nada pada tangga nada minor asli, namun pada nada yang ke-7 nya dinaikan 1 semitone (setengah nada) agar menjadi leading tone. iii. Tangga nada Minor Melodis Brandt (1980 : 149) mengatakan bahwa, tangga nada minor melodis adalah sama dengan tangga nada minor asli yang nada ke-6 dan ke-7 nya dinaikan 1 semitone (setengah nada) untuk naik (ascending), dan kembali menjadi minor asli saat turun (descending). Nada-nada yang tersusun dalam tangga nada minor melodis natural (A minor melodis) adalah sebagai berikut: Gambar 8. Tangga nada A minor melodis (ascending) Sumber: (Transkrip Pribadi) Gambar 9. Tangga nada A minor melodis (descending) Sumber: (Transkrip Pribadi) 18 2) Tangga Nada Pentatonik Dalam kamus musik Pono Banoe (2003 : 330) dijelaskan bahwa pentatonik adalah rangkaian 5 nada, sedangkan Pentatonic Scale adalah tangga nada pentatonik yaitu rancangan sebuah tangga nada yang terdiri dari 5 nada berjenjang. Ada beberapa jenis tangga nada pentatonik yang mendominasi karya musik di dunia ini, namun dalam pembahasan ini akan di batasi dengan 2 jenis tangga nada pentatonik yang diambil dari tangga nada diatonic yaitu pentatonik mayor dan minor. a) Pentatonik Mayor Formula dari nada pentatonik mayor adalah 1 - 2 - 3 - 5 6 - 1'. Gambar 10. Tangga nada pentatonik mayor natural (C pentatonik mayor) Sumber: (Transkrip Pribadi) b) Pentatonik Minor Formula dari nada pentatonik minor adalah 1 - 3♭- 4 - 5 - 7♭- 1' Gambar 11. Tangga nada pentatonik minor natural (A pentatonik minor) Sumber: (Transkrip Pribadi) 19 2.1.6. Interval Dalam musik ada yang dinamakan dengan Interval. Interval adalah sebuah jarak dari nada satu ke nada yang lainnya, baik jarak nada ke atas maupun nada ke bawah (Karl Edmund dalam ilmu harmoni, 2014: 28). Interval memiliki beberapa nama dan ciri khas, yaitu: 1) Prim : Jarak nada yang sama Contoh : C ke C Kesan : Kompak, Polos 2) Sekon : satu dengan dua. Contoh : C ke D Kesan : melangkah 3) Terts : jarak nada satu dengan tiga. Contoh : C ke E (besar), atau C ke E♭ (kecil) Kesan : Cerah (terts besar), sempit, gelap, sedih, (terts kecil) 4) Kwart : jarak nada satu dengan empat. Contoh : C ke F Kesan : selaras 5) Kwint : jarak nada satu dengan lima. Contoh : C ke G Kesan : selaras 6) Sekst : jarak nada satu dengan enam. Contoh : C ke A Kesan : meyakinkan 7) Septim : jarak nada satu dengan tujuh. Contoh : C ke B Kesan : keterlaluan dan ingin diselesaikan 20 8) Oktaf : jarak nada satu dengan delapan. Contoh : C ke C’ (oktaf tinggi) Kesan : megah, meyakinkan 2.1.7. Teknik Permainan Seseorang memerlukan teknik untuk bermain musik, bukan hanya perasaan dan pemikiran saja yang digunakan. Teknik dalam bermain musik memerlukan waktu yang tidak singkat untuk mendapatkan teknik yang bagus. Menurut Banoe (2003: 409), teknik permainan adalah cara atau teknik sentuhan pada alat musik atas nada tertentu sesuai petunjuk atau notasinya, seperti : legato, staccato, accent, bend, glisando, dan sebagainya. Menurut Kurniasari (2012: 11), teknik permainan merupakan cara atau petunjuk yang digunakan dalam memainkan suatu alat musik untuk memainkan atau mempertunjukan sebuah karya musik sesuai notasinya dengan benar sehingga menghasilkan suatu karya musik dengan komposisi yang harmonis. Dalam pembahasan ini penulis hanya menggunakan teknik permainan seperti : a. Legato lebih dikenal sebagai sebutan slur dan dibagi menjadi dua teknik yaitu slur turun dan slur naik (Wicaksono, 2010: 5). Berikut penulisan legato dalam notasi balok : Gambar 12. Legato 21 b. Glisando adalah teknik permainan musik dengan cara menggelicirkan satu nada ke nada lain yang berjarak jauh secara berjenjang, baik jenjang diatonic maupun jenjang chromatic (Banoe, 2003: 166). Dalam permainan gitar elektrik glisando dimainkan dalam satu senar untuk menghasilkan nada menyeret secara lembut dan halus. Gambar 13. Glisando c. Vibrato adalah bergetar, dengan gelombang getaran menurut pilihan pemain atau sesuatu nada tertentu (Banoe, 2003: 403). Vibrato merupakan teknik tangan kiri dengan menggerakan jari tangan kiri yang menekan pada satu nada, dan menggerakan maju dan mundur secara cepat sehingga menimbulkan suara yang bergetar. d. Harmonic adalah teknik yang dapat menghasilkan pitch yang sangat tinggi dan sulit atau bahkan tidak mungkin dijangkau hanya dengan memainkan nada-nada pada fret gitar seperti pada umumnya. (Wicaksono, 2010: 6). e. Arpeggio adalah akor yang dimainkan not per not secara berurutan dalam pola tertentu (Kristianto, 2007: 7). f. Bending adalah teknik permainan gitar elektrik dimana ada nada yang dimainkan, senarnya dinaikan hingga nadanya mencapai nada pada fret berikutnya dengan 1 1 interval, 2 , 1 , 1 2 . 22 2.2. Dasar Pemikiran Penulis menggunakan musik sebagai sarana untuk mengungkapkan dan menyampaikan perasaan yang dimiliki kepada pendengar. Bagi sebagian orang, musik yang membawa perasaan atau emosi hanya musik yang menggunakan vokal, karena dalam vokal terdapat bahasa verbal yang bisa dimengerti manusia dengan mudah. Namun demikian pada kenyataannya semua jenis musik memiliki emosi dan perasaan tersendiri, tidak hanya musik vokal saja, namun juga musik instrumental. Dari sinilah penulis mencoba membuat sebuah lagu dengan konsep musik instrumental untuk memberikan atau mempengaruhi pendengar dari apa yang penulis rasakan. Dalam pembuatan komposisi ini terinspirasi oleh pengalaman empiris penulis, yaitu kegagalan cinta yang penulis alami. Selain itu penulis ingin mengekspresikan apa yang penulis rasakan kedalam sebuah komposisi musik instrumental. Hal ini dikarenakan keterbatasan penulis dalam mengekspresikan apa yang penulis rasakan kedalam bahasa verbal. Di samping itu penulis ingin mengembangkan teknik permainan gitar kedalam sebuah komposisi, dimana teknik gitar itu meliputi bending, vibrato, slide, tapping, dan whammy bar, agar sebuah komposisi dengan menggunakan aspek tersebut terdengar lebih variatif di samping menggunakan tangga nada saja. 23 BAB III PROSES PENCIPTAAN 3.1. Ide/Gagasan Karya ini merupakan sebuah cerita yang berdasar dari pengalaman empiris penulis yang kemudian diungkapkan kedalam sebuah karya musik. Inspirasi dari karya "Move On!" ini berawal dari timbulnya rasa suka terhadap seorang wanita yang membuat hati dan perasaan penulis menjadi bergejolak dan semangat. Berbagai upaya telah dilakukan agar bisa dekat dan menjalin relasi dengannya. Sampai suatu hari penulis memberikan sebuah lagu sebagai ungkapan perasaan, namun respon dari wanita tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan penulis. Setelah itu, penulis merasakan perasaan bimbang atau biasa disebut dengan galau. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa terlarut dalam kesedihan tidak memberikan dampak positif. Penulis senantiasa berusaha melupakan kegagalan yang ada guna mendapatkan sebuah pengalaman cinta yang baru. Fenomena ini dikenal oleh masyarakat umum dengan istilah move on. Pengalaman tersebut menjadi sebuah inspirasi sekaligus bentuk refleksi diri penulis, melihat, dan merasakan segala kemungkinan mengapa hal ini bisa terjadi. Pemaknaan terhadap kejadian ini mendorong penulis untuk menjadikan pengalaman ini sebagai ide atau inspirasi utama dalam penulisan sebuah karya musik. Selain ide secara non musikal, ide/gagasan musikal pun sangat mempengaruhi pembuatan karya musik ini. Berbagai referensi lagu yang penulis dengarkan dapat mengilhami penulis dalam pembuatan karya musik, baik itu potongan melodi, potongan ritme, ataupun 24 komponen musik lainnya yang terdapat dalam bagian lagu. Setelah penulis mendapatkan ide/gagasan, penggalan-penggalan kalimat pun telah terkumpul menjadi satu kesatuan maka terciptalah komposisi musik "Move On!", yang kemudian diproses dengan menggunakan media DAW (Digital Audio Workstation). Proses kreatif pembuatan lagu ini dimulai dengan merekam part-part instrumen seperti gitar, bass, drum (midi), dan strings. Hal ini penulis lakukan dengan tujuan untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan. Di dalam komposisi ini penulis banyak menggunakan tangga diatonic scale (major scale dan pentatonic scale), karena menurut penulis suasana yang dibangun dari tangga nada tersebut dapat mewakili nuansa yang penulis inginkan. Penulis juga memakai beberapa teknik permainan gitar elektrik yang digunakan seperti; alternate picking, legato, slide, tapping, whammy bar dan lain sebagainya. Komposisi musik "Move On!" yang berdurasi 7:00 menit ini terdiri dari 5 part yaitu A, A', B, C, B' dan terdapat beberapa part tambahan seperti intro, bridge, interlude, dan ending. Berikut adalah susunan part yang terdapat dalam lagu "Move On!": 1. Intro I 9. Bridge II 2. Verse I (A) 10. Interlude I 3. Intro II 11. Interlude II 4. Verse II (A') 12. Bridge III 5. Bridge I 13. Chorus (B') 6. Chorus (B) 14. Ending 7. Intro III 8. Verse III (C) 25 Komposisi ini terdiri dari 206 bar, menggunakan tanda sukat 4 4 dengan tempo 123 Bpm. Pada komposisi ini penulis menggunakan beberapa instrumen seperti gitar elektrik, bass elektrik, keyboard, dan set drum. Tangga nada yang dipakai adalah tangga nada Do = A (♯3), dengan tuning gitar drop D yaitu D-A-D-G-B-E (dari urutan senar rendah ke senar tinggi). Alasan penulis menggunakan tuning drop D adalah untuk memudahkan penulis dalam memainkan komposisi ini. 3.2. Konsep Garap Ide awal pembuatan dari komposisi ini penulis dapat dari tangga nada 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 4 (fa), 5 (Sol), 6 (la), 7 (si), 1' (do oktaf tinggi) di nada dasar Do = A seperti berikut : Gambar 14. Tangga nada Do = A Komposisi "Move On!" 3.2.1. Intro I Intro ini diawali dengan permainan gitar sebanyak 4 bar, yang kemudian diisi oleh penggalan-penggalan melodi pada bar ke-5 sampai bar ke-16. Progresi akor yang digunakan adalah vi (F#m) dan VI (D). Melodi yang dimainkan pada bar ke-5 sampai bar ke-16 menggunakan pedal volume, hal ini bertujuan untuk mendapatkan ketegangan bunyi dari bunyi lembut menuju bunyi keras (crescendo). Selain itu dengan ketegangan bunyi tersebut menimbulkan suasana yang mengambang dalam lagu ini. Maksud mengambang di sini adalah untuk menggambarkan suasana awal dimana penulis merasakan kebimbangan. 26 Gambar 15. Part intro I Komposisi “Move On!” Bar 1-8 Gambar 16. Part intro I Komposisi “Move On!” Bar 9-16 27 3.2.2. Part A (Verse I) Part A terdiri dari 32 bar yang kemudian penulis bagi menjadi 4 bait. Pada part ini progresi akor masih menggunakan progresi akor intro yaitu vi (F#m) dan IV (D) yang dimainkan dengan repetisi. Bait pertama adalah bar 17-24 merupakan motif melodi awal yang kemudian diolah menggunakan teknik repetisi pada bait kedua pada bar ke 25-27. Motif melodi pada bait ketiga (bar 33-40) mengalami variasi melodi dengan menggunakan interval sekst (1-6) yang terjadi pada nada E-C#, D-B, C#-A, A-F#, G#-E, dan F#-D. Pada bait keempat (41-48) terdapat F#m pentatonic scale. Pentatonic minor scale memiliki formula 1 - 3♭ - 4 - 5 - 7♭ , maka nada pentatonic scale pada akor F#m adalah F# - A - B - C# - E. 28 Gambar 17. Part A bait pertama komposisi “Move On!” Bar 1724 Gambar 18. Part A bait kedua komposisi “Move On!” 25-32 29 Gambar 19. Part A bait ketiga komposisi “Move On!” Bar 33-40 Gambar 20. Part A bait keempat Komposisi “Move On!” Bar 41-48 30 3.2.3. Intro II Part yang terdiri dari 8 bar ini (bar 49-56) merupakan pengembangan dari part Intro I, di mana pada bagian melodinya terjadi variasi melodi. Progresi akor yang digunakan pada part ini adalah vi (F#m) - vi (F#m) - IV (D) - ii (Bm). Gambar 21. Part Intro II komposisi “Move On!” Bar 49-56 31 3.2.4. Part A' (Verse II) Part ini terdiri dari 8 bar dimulai pada bar 57-64, progresi akor yang digunakan sama seperti pada intro II yaitu vi (F#m) vi (F#m) - IV (D) - ii (Bm). Pada part ini terdapat motif melodi yang menggunakan sistem pedal tone pada nada E (senar 1), terjadi ketika pergerakan motif melodi naik (ascending) yang dimulai pada nada E (senar 2) dan dibunyikan bersamaan dengan nada E pada senar 1 sehingga terjadi interval yaitu E-E (prim), F#-E (septim kecil), G#-E (sekst kecil), A-E (kwint), B-E (kwart), C#-E (terst), D-E (sekon), E'-E (oktaf). Gambar 22. Part A' komposisi “Move On!” Bar 57-64 32 3.2.5. Bridge I Berikutnya adalah part bridge I, part ini terdiri dari 16 bar dimulai dari bar 65-80. Pada bar 65-68 adalah motif utama dari part ini yang kemudian diolah dengan menggunakan teknik repetisi pada bar ke 73-76. Pada bar 71-72 terdapat harmoni melodi dengan menggunakan interval terst. Progresi akor yang digunakan adalah IV (D) - V (E) - vi (F#m) - vi (F#m), IV (D) - ii (Bm) - vi (F#m) - V (E), yang dimainkan dengan arpeggio. Pada akor ke V (E) bagian akhir mengalami pembalikan akor tingkat 1 (nada bass menjadi G#), karena pada bar berikutnya adalah part chorus dan dimulai dengan akor I (A), maka pergerakan nada bass menjadi naik yaitu F# (vi) - G# (V6) - A (I). Gambar 23. Part Bridge I komposisi “Move On!” Bar 65-72 33 Gambar 24. Part Bridge I komposisi “Move On!” Bar 73-80 3.2.6. Part B (Chorus) Part ini adalah part chorus yang merupakan tema inti dari lagu ini, terdiri dari 16 bar dimulai pada bar 81-96. Pada part ini melodi dimainkan dengan menggunakan interval terst, kwart, dan oktaf oleh gitar 2 sehingga membentuk harmoni yang berbeda-beda. Part chorus ini akan diolah dengan teknik repetisi pada bar 173-188 (part B'), namun terdapat pola ritmik pada gitar dan perubahan beat pada drum, pada part B ritmik gitar yang digunakan adalah not ♩ 1 (4 ) kemudian 1 dikembangkan menjadi not ♫ ( 8 ) pada part B’. Progresi akor yang digunakan adalah I (A) - V (E) - vi (F#m) - V (E) - IV (D) diulang sebanyak dua kali. 34 Gambar 25. Part Chorus komposisi “Move On!” bar 81-88 35 Gambar 26. Part Chorus komposisi “Move On!” bar 89-96 36 3.2.7. Intro III Part ini adalah pengantar sebelum masuk ke part C (verse III), progresi akor yang digunakan adalah I (A) - V (E) - IV (D) - V (E) dimainkan dengan arpeggio dan menggunakan sistem pedal tone dimana pada masing-masing akor terdapat nada yang ditahan yaitu nada A. Gambar 27. Part Intro III komposisi “Move On!” bar 97-100 3.2.8. Part C (Verse III) Part ini adalah pengembangan dari part bridge I, namun beat yang dimainkan cukup pelan. Part ini terdiri dari 16 bar dimulai pada bar 101-106. Progresi akor yang digunakan adalah vi (F#m) - IV (D) - Vsus4 (Esus4) - V (E) dan terdapat akord F diminished (F - G# - B - D) pada bait kedua yaitu untuk menjembatani akor V (E) ke akor vi (F#m). Ketika iringan melodi menjumpai akor F diminished maka nada F# pada melodi dinaturalkan menjadi Nada F♮. Alasannya adalah karena nada F yang dinaturalkan termasuk dalam chord tones F diminished. 37 Gambar 28. Part C komposisi “Move On!” bar 101-108 38 Gambar 29. Part C komposisi “Move On!” bar 109-116 3.2.9. Bridge II Part yang terdiri dari 8 bar ini dimulai pada bar 117-124 memiliki progresi akor ii (Bm) - I/iii (A/C#) - IV (D) - I/iii (A/C#) - ii (Bm) - I/iii (A/C#) - IV (D) - V (E) dimainkan dengan arpeggio. Terdapat juga beberapa teknik gitar yang dimainkan seperti bending, alternate picking, vibrato, dan pinch harmonic. Motif melodi pada bar 121-122 menggunakan interval kwint (1-5), dan 39 terdapat harmoni melodi dengan nada terst (3 rd) dari motif melodi tersebut. Pada bar 123-124 terdapat brocken chord DM7 (D - F# - A - C#) yang dimainkan dengan bentuk sekuens. Gambar 30. Part Bridge II komposisi “Move On!” bar 117-124 3.2.10. Interlude I Bagian ini terdiri dari 8 bar dimulai dari bar 125-132, dan terdapat beberapa teknik permainan gitar seperti; bending (B), release bending (Rb), tapping, dan whammy bar (dive bomb). 40 Progresi akor yang digunakan adalah vi (F#m) - IV (D) - I (A) - V (E) diulang sebanyak dua kali, namun pada akor ke V (E) bagian akhir mengalami pembalikan akor 1 sehingga pada nada tersebut nada bassnya berganti menjadi nada terst (E/G#). Gambar 31. Part Interlude I komposisi “Move On!” bar 125-132 3.2.11. Interlude II & Bridge III Motif melodi dan iringan pada part interlude II merupakan tema ke dua dari lagu ini, terdiri dari 8 bar dimulai pada bar 133140. Progresi akor yang digunakan adalah IV (D) - V (E) - vi (F#m) - vi (F#m), IV (D) - ii (Bm) - vi (F#m) - V (E). Selanjutnya 41 adalah bridge III yang merupakan bentuk repetisi dari interlude II, pada bar 141-148 diawali dengan permainan piano, lalu masuk kembali pada iringan gitar (repetisi bar 133-140), pada bar 165-172 masih merupakan repetisi interlude II namun motif melodi yang dimainkan dinaikkan satu oktaf. Gambar 32. Part Interlude II komposisi “Move On!” bar 133140 42 Gambar 33. Pola iringan piano part Bridge III komposisi “Move On!” bar 141-148 Gambar 34. Part Bridge III komposisi “Move On!” Bar 149-156 43 Gambar 35. Part Bridge III komposisi “Move On!” Bar 157-162 Gambar 36. Part Bridge III komposisi “Move On!” Bar 163-170 44 3.2.12. Coda / Ending Bagian ini merupakan bagian akhir (klimaks) dari lagu ini. Dimulai pada bar 189-206. Part ini merupakan variasi repetisi dari part B dan B’ (chorus) karena pola iringan melodi dan akor yang digunakan hampir sama. Pada bar 190 terdapat unison yang dimainkan bersamaan dengan instrumen lainnya. Gambar 37. Part Ending komposisi “Move On!” Bar 189-196 45 Gambar 38. Part Ending komposisi “Move On!” Bar 197-204 46 Gambar 39. Part Ending komposisi “Move On!” Bar 205-206 3.3. Pembahasan Lagu “Move On!” ini merupakan sebuah komposisi yang tercipta atas pengalaman priabadi penulis. Di dalam proses pembuatan lagu ini penulis menggunakan metode rekomposisi atau mengembangkan sebuah komposisi yang sudah ada. Hal tersebut dapat meliputi akor, motif melodi, motif ritmis, iringan maupun ritmis yang digunakan dalam iringan sebuah lagu. Dalam proses penciptaan lagu in penulis tidak luput dari beberapa pengaruh ataupun karya musik yang ada sebagai acuan penulis. Lagu yang menjadi acuan dalam pembuatan komposisi ini adalah “Cry for You” ciptaan Andy Timmons, “Baroque Sky” ciptaan Neil Zaza, & “Burn it Down” ciptaan Andy James. Tidak hanya sebuah karya musik yang diciptakan, beberapa gitaris dunia seperti Steve Vai, Joe Satriani, John Petrucci pun turut mempengaruhi penulis dalam berkarya dan mengembangkan permainan gitar penulis. Sehingga dalam pembuatan karya “Move On!” terdapat beberapa teknik gitar yang cukup variatif seperti; bending, vibrato, whammy bar,slide, tapping, legato,alternate picking,dan sweep picking. 47 3.3.1. Etika Kekomposisian 1. Notasi Perspektif Notasi Perspektif adalah penjelasan dari notasi yang digunakan oleh penulis didalam pembuatan komposisi “Move On!” dengan menggunakan parameter musik umumnya seperti; melodi, akor, harmoni, ritme, dan lain-lain. a) Melodi Melodi yang penulis gunakan dalam pembuatan komposisi ini menggunakan diatonic scale dan pentatonic scale. b) Akor Akor yang digunakan pada komposisi ini menggunakan akor Mayor, minor dan diminished. Tidak jarang juga penulis menggunakan akor-akor pembalikan (inversi) agar memberikan kesan yang harmonis dari lagu yang telah penulis ciptakan. c) Harmoni Melodi Harmoni melodi yang digunakan pada komposisi ini adalah harmoni 3rd dan 4th , dan oktaf. d) Tempo Tempo yang digunakan adalah 123 Bpm. e) Sukat 4 Sukat yang digunakan adalah 4. f) Tonalitas Tonalitas yang digunakan dalam lagu ini adalah Do = A (3♯). 48 2. Genre Musik / Gaya Permainan Genre musik yang penulis gunkan pada karya ini adalah genre rock. Musik rock adalah genre musik populer yang mulai diketahui secara umum pada pertengahan tahun '50-an. Akarnya berasal dari rhythm and blues, musik country dari tahun '40 dan '50-an serta berbagai pengaruh lainnya. Selanjutnya, musik rock juga mengambil gaya dari berbagai musik lainnya, termasuk musik rakyat (folk music), jazz dan musik klasik. Bunyi khas dari musik rock sering berkisar sekitar gitar listrik atau gitar akustik, dan penggunaan back beat yang sangat kental dengan rhythm section degan gitar bass, drum, dan keyboard seperti organ, piano, lalu synthesizer. Di samping gitar atau keyboard, saxophone kadang digunakan sebagai instrument musik solo. Pada akhir tahun '60-an dan awal '70-an, musik rock berkembang menjadi beberapa jenis yang bercampur dengan musik folk (musik daerah di Amerika) menjadi folk rock, dengan blues menjadi blues-rock dan dengan jazz, menjadi Jazz rock/fusion. Pada tahun '70-an, rock menggabungkan pengaruh dari soul, funk, dan musik latin. Juga pada tahun '70-an, rock berkembang menjadi berbagai subgenre (sub kategori) seperti soft rock, glam rock, heavy metal, hard rock, progressive rock, dan punk rock. Sub kategori rock yang mencuat pada tahun '80an termasuk New Wave, hardcore punk, dan alternative rock. Pada tahun '90-an terdapat grunge, Britpop, indie rock dan nu metal. (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Musik_rock, unduh pada tanggal 11 Oktober 2015, pukul 20.00 wib) 49 di BAB IV PROSES PRODUKSI PERTUNJUKAN 4.1. Proses Latihan Sebelum memulai sesi latihan penulis harus menentukan pemain pendukung yang akan membantu dalam pementasan, diantaranya adalah: 1. Iman K (Guitar), Seni Musik UNPAS 2011. 2. Ovi Madia (Bass), Seni Musik UNPAS 2011. 3. Fajar Maulana Siddiq (Drum, sequencer), Seni Musik UNPAS 2011. 4. Dian (Add: Acoustic Guitar), Seni Musik UNPAS 2013. 5. Riyan N (Add: Shaker), Seni Musik UNPAS 2010. 6. Divo (Add: Vocal), Seni Musik UNPAS 2010. Setelah menentukan pemain yang akan membantu dalam pementasan karya “Move On!”, penulis membagikan materi musik berupa data audio dalam format mp3 kepada masing-masing pendukung. Penulis memberikan rentang waktu selama 1 bulan kepada para pendukung untuk mempelajari komposisi “Move On!” dan karya lainnya sebelum memulai proses latihan di studio. Hal ini penulis lakukan agar masing-masing pendukung dapat lebih fokus untuk mempelajari materi musik yang penulis berikan, sehingga dapat memainkannya dengan baik dan tidak memakan waktu terlalu lama ketika proses latihan di studio tengah berlangsung. 50 Setelah menghafalkan materi lagu, barulah proses latihan di studio dimulai. Proses latihan ini dilakukan di studio Escape Jl. Jendral Ahmad Yani, Bandung. Alasan penulis memilih studio Escape sebagai tempat proses latihan adalah peralatan yang baik dan memadai, serta telah menjadi tempat latihan rutin yang dilakukan penulis setiap minggu. Adapun alasan memilih para pendukung tersebut untuk membantu kelancaran dalam pementasan penulis adalah hubungan antar pemain sudah terjalin dengan baik, karena pernah bermain di dalam sebuah band yang sama sebelumnya. 4.2. Konsep Pementasan Setelah penulis melewati proses latihan penulis pun harus membuat konsep pementasan. Pada pementasan TA ini penulis akan membawakan 8 buah lagu yaitu 7 lagu ciptaan penulis dan 1 lagu cover yang akan dimainkan dengan format combo (band). Pada 7 lagu ciptaan penulis akan bermain gitar solo sebagai pemeran utama dalam band, namun pada lagu ke 4 (If..) dan lagu ke 5 (One Day) penulis akan ditemani dengan 2 additional player yaitu pemain gitar akustik dan pemain shaker, dan pada akhir pementasan penulis akan berduet dengan vokalis dengan membawakan lagu dari salah satu band ternama yang sudah di kenal di dunia. Berikut adalah list lagu yang akan dibawakan dalam pementasan tugas akhir: 1. Ivan F Devota - Ambience Of Dissonance 2. Ivan F Devota - Runaway 3. Ivan F Devota - My way 4. Ivan F Devota - If... (Song For You) 51 5. Ivan F Devota - One Day 6. Ivan F Devota - I will... 7. Ivan F Devota - Move On (TA) 8. AC/DC Band - Highway To Hell 4.2.1. Tata Pentas (Panggung) Tata panggung atau bisa disebut juga dengan scenery atau pemandangan latar belakang (background) adalah suasana seputar gerak laku diatas panggung dan semua elemen-elemen visual, atau yang terlihat oleh mata yang mengitari talent dalam pementasan. Dalam pementasan TA ini Penulis berencana menggunakan lahan parkir kampus UNPAS IV yang bertempat di Jl. Dr. Setiabudhi no.193, Sukasari, Bandung, sebagai tempat pertunjukan resital. Panggung yang akan digunakan adalah jenis panggung terbuka (open air stage) yang sudah tersedia dihalaman kampus, karena ukuran panggung yang tersedia di halaman tidak cukup untuk mengcover instrumen yang ada, maka penulis akan mendekor ulang panggung agar dapat memiliki ruang gerak antar pemain pendukung yang bermain diatas panggung. Berikut adalah denah panggung yang penataannya : 52 akan penulis gunakan dengan Gambar 40. Desain Panggung Sumber: (Transkrip Pribadi) Keterangan : 1. Drum & pengiring 5. Additional Guitar 2a. Amplifier Guitar 2 6. Additional Shaker 2b. Gitar pengiring 7. Additional Vocal 3a. Amplifier Bass 8. Sound Monitor 3b Bass pengiring 9a. Speaker P.A L 4a. Amplifier Guitar 1 L 9b. Speaker P.A R 4b. Amplifier Guitar 1 R 4.2.2. Tata Suara Tata Suara adalah suatu teknik pengaturan peralatan suara atau bunyi pada suatu acara pertunjukan, pertemuan, rapat dan lain-lain. Tata suara memainkan peranan penting dalam suatu pertunjukan langsung dan menjadi satu bagian tak 53 terpisahkan dari tata panggung dan bahkan acara pertunjukan itu sendiri. Tata suara erat kaitannya dengan pengaturan penguatan suara mengabaikan Pengaturan agar kualitas tersebut bisa dari terdengar suara-suara meliputi kencang yang pengaturan tanpa dikuatkan. michrophone, prosesor dan efek suara, pengaturan konsul mixer, kabel-kabel, Audio Power amplifier dan speaker-speaker-nya. Maka aspekaspek yang dibutuhkan penulis untuk pementasannya adalah: 1 unit stack amplifier, digunakan penulis 1 unit stack amplifier, digunakan gitar pengiring 1 unit bass amplifier, digunakan bass pengiring 1 set drum Sound monitor Microphone (dynamic) Audio mixer (digital) Audio power amplifier PA speaker / loudspeaker 4.2.3. Tata Busana (Kostum pentas) Kostum merupakan salah satu aspek penting di dalam dunia pertunjukan. Kostum menjadi identitas tersendiri bagi pemain musik di samping permainan musiknya. Bagi penonton, kostum merupakan hal pertama yang dinilai dari penampilan seorang performer. Semakin menarik penampilan seorang performer, maka semakin besar pula ketertarikan penonton untuk menyaksikan pertunjukannya. 54 Dalam pementasan ini, penulis menggunakan gaya busana semi formal, dengan menggunakan atasan kemeja hitam, dan bawahan celana jeans baik bagi dirinya sendiri maupun bagi para pendukungnya. Hal ini didasarkan pada komposisi musik yang penulis mainkan, yang mana komposisi ini diciptakan dalam nuansa musik yang bergenre rock sehingga gaya busana tersebut dirasa cukup pantas untuk digunakan dalam pementasan komposisi ini. 55 BAB V PENUTUP Dalam membuat sebuah komposisi musik, referensi dan pengalaman empiris seorang komposer sangatlah mempengaruhi bentuk dan warna dari komposisi yang dibuat. Demikian halnya dengan apa yang penulis alami, pengalaman mendengar dan mengapresiasi berbagai jenis musik sangat membantu memperkaya pengetahuan dan wawasan penulis ketika harus mengembangkan sebuah ide. Selain dari itu, ilmu yang didapat selama proses perkuliahan pun sangat membantu penulis, terutama yang menyangkut analisis dan proses memahami sebuah komposisi orang lain. Sehingga hasil analisa dan pemahaman tersebut membantu dan mendorong penulis untuk terus berkarya. Penulis akan menguraikan beberapa hal yang berkaitan dengan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya. Pada komposisi “Move On!” ini penulis menggunakan beberapa teknik yang umum dipakai oleh para gitaris diantaranya; alternate picking, legato, tapping, bending, dan lain sebagainya. Tuning yang dipakai pun menggunakan tuning drop D (D-A-D-GB-E). Komposisi ini juga terdiri dari 5 part yaitu A (verse I) - A' (verse II), - B (chorus), C (verse III), B' (Chorus), dan terdapat beberapa part tambahan diantaranya, intro, bridge, interlude dan ending. Komposisi yang terdiri dari 206 bar ini menggunakan tonalitas do = A (♯3). Dalam proses ini, penulis banyak menemukan hal-hal baru, seperti; teori (pengolahan motif), metode-metode (revisi), dan lainnya. Tentunya hal ini sangat bermanfaat bagi penulis, terutama sebagai pembelajaran agar penulis dapat lebih giat lagi dalam mencari sumber informasi yang kemudian dijadikan referensi dalam menciptakan sebuah karya. Selain itu, penulis juga 56 mendapatkan banyak pelajaran dari percobaan–percobaan yang penulis lakukan selama proses pembuatan karya ini, karena di dalam setiap percobaan tersebut, penulis menemukan kesalahan–kesalahan yang menjadi pelajaran dan sarana introspeksi diri bagi penulis. Penulis mendapatkan pengalaman melalui apresiasi terhadap karya–karya musisi sebelumnya, dari hasil apresiasi tersebut penulis mengerti bahwa di dalam pembuatan karya seni sebuah ketulusan dan kejujuran adalah hal yang sangat penting. Ketulusan seorang musisi mampu menciptakan karya seni yang indah, meskipun harus mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran. Dengan kejujuran seorang musisi akan mampu menciptakan sebuah karya seni yang orisinil dan dapat dipertanggung jawabkan, bukan sekedar mengikuti kemauan atau permintaan orang lain. Selain itu, penulis juga melewati berbagai proses revisi, yaitu perbaikan ide-ide musikal sesuai dengan tujuan yang ingin penulis capai. Inti dari semuanya adalah hasil akhir bukanlah sebuah tolak ukur keberhasilan penulis, melainkan seluruh proses yang telah dilalui untuk mendapatkan hasil akhir. Dengan proses itulah penulis mendapatkan banyak pelajaran yang mendewasakan dan menjadikan pribadi penulis lebih baik dimasa yang akan datang, Amin. 57