bab iii proses penciptaan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Penciptaan
Dewasa ini perkembangan musik instrumental gitar di Indonesia
dapat dikatakan sudah memiliki tempat di khalayak ramai. Beberapa
bukti seperti berkembangnya komunitas (khususnya gitar), media
cetak, album, merchandise, dan pertunjukan yang difokuskan hanya
untuk gitar merupakan penanda bahwa fenomena tersebut sangat
menarik untuk direspon oleh para insan akademis. Pertumbuhan
industri musik instrumental hampir dapat dirasakan di seluruh kota
besar di Indonesia, tidak terkecuali kota Bandung. Tidak dapat
dipungkiri jika kota Bandung menyumbangkan banyak musisi yang
mempengaruhi perkembangan musik di Indonesia. Sebagai kota
kreatif, banyak juga lahir musisi-musisi solo (tidak mempunyai grup
band)
yang
fokus
menciptakan
lagu-lagu
instrumental
yang
berorientasi gitar, kemudian mereka distribusikan sendiri kepada
masyarakat bahkan tidak sedikit juga yang menyebarkannya secara
gratis untuk maksud dan tujuan tertentu.
Sumber inspirasi yang paling mudah untuk dijadikan landasan
pembuatan karya ialah pengalaman empiris dari seniman itu sendiri
baik dalam segi musikal maupun segi non musikal. Hal itu pun menjadi
acuan utama yang selama bertahun-tahun dijalankan penulis.
Terlepas dari proses pembelajaran musik penulis di Jurusan Seni
Musik Unpas, terdapat beberapa musisi dunia yang memberi
pengaruh dalam gaya bermusik penulis. Salah satunya adalah karya
dari Neil Zaza yang berjudul Baroque Sky, menurut penulis potongan-
1
potongan kalimat dari pada karya Neil Zaza ini sangat easy listening
(mudah dipahami dan mudah diingat) bagi pendengar. Selain itu
penguasaan instrumen serta teknik permainannya memberikan
banyak pengaruh kepada penulis dalam menciptakan sebuah
komposisi.
Salah satu hal yang menginspirasi penulis dalam pembuatan
karya ini adalah berangkat dari keresahan yang penulis rasakan, yaitu
untuk selalu berfikir positif dalam persoalan kehidupan khususnya di
dalam persoalan cinta. Kegagalan yang penulis alami dalam persoalan
cinta membuat penulis harus melupakan kegagalan tersebut agar
penulis bisa mendapatkan cinta yang baru. Pengalaman yang penulis
alami ini dikenal luas oleh khalayak ramai dengan istilah "Move On".
Move on adalah kata serapan dari bahasa inggris yang artinya adalah
melangkah. Oleh karena itu penulis ingin mengekspresikan kata move
on tersebut kedalam sebuah karya musik khususnya instrumental
gitar.
Selain sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir S1
Jurusan Seni Musik FISS UNPAS Bandung, penulis juga mempunyai
keinginan untuk memperkenalkan gaya bermusik penulis kepada
masyarakat umum dengan harapan karya musik yang penulis ciptakan
dapat dipublikasikan dalam format album instrumental. Keinginan
inilah yang senantiasa mendorong penulis untuk terus berkarya
dengan segala keterbatasan ilmu dan media pendukung.
Ide dan gagasan tersebut penulis kembangkan menjadi suatu
karya musik yang diberi judul "Move On!". Karya ini merupakan
penggambaran sebuah kondisi penulis dalam upaya untuk tetap berdiri
dan melangkah tanpa melihat ke belakang (masa lalu). Penulis
berharap judul yang sederhana ini dapat menggambarkan karya ini
2
dengan jelas, sehingga orang lain pun dapat memahami apa yang
disampaikan penulis lewat karya ini.
1.2.
Tujuan Penciptaan
Adapun tujuan karya musik “Move On!” ini adalah sebagai
berikut:
1. Mempresentasikan pengalaman penulis kedalam bentuk karya
musik.
2. Salah satu syarat mengikuti ujian sidang akhir S1
1.3.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini disajikan dengan maksud untuk
memberikan gambaran secara garis besar mengenai isi dari komposisi
yang terbagi menjadi lima bab. Masing-masing bab berhubungan satu
sama lain akan saling melengkapi dengan rincian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mencakup penjelasan singkat penulis tentang
latar belakang komposisi, tujuan penciptaan, dan sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN KONSEPTUAL
Bab ini berisikan mengenai uraian konsep yang dijadikan
landasan penciptaan/komposisi musik. Uraiannya bisa berupa
teori atau pun rujukan-rujukan yang bersumber dari buku atau
sumber-sumber lain yang telah diakui kebenarannya dan
dijadikan
acuan
atau
mendeskripsikan komposisi.
3
landasan
ketika
menjelaskan/
BAB III PROSES PENCIPTAAN
Bab ini berisikan penjelasan tentang ide/gagasan dan
konsep garap karya musik "Move On!".
BAB IV PROSES PRODUKSI PERTUNJUKAN
Bab ini berisikan tentang konsep proses produksi
pertunjukan seperti proses latihan, desain panggung, konsep
pementasan, tata busana, dan sarana-sarana lainnya yang
digunakan dalam pementasan.
BAB V PENUTUP
Berisikan
tentang
pengalaman-pengalaman
mahasiswa selama pembuatan dan pementasan karya.
4
empiris
BAB II
LANDASAN KONSEPTUAL
2.1.
Acuan Karya
Di dalam proses pembuatan karya, seorang komposer pasti
mempunyai referensi atau acuan karya yang banyak dipengaruhi oleh
musisi-musisi lain karena sebuah karya tidak akan lepas dari apa yang
didengar, dilihat, dan dirasakan oleh seorang komposer. Begitu juga
dengan penulis, dalam proses pembuatan komposisi musik “Move
On!” penulis banyak dipengaruhi oleh karya-karya dari musisi lain,
diantaranya:
-
Neil Zaza (Zaza, instrumental guitarist) – Baroque Sky
-
Andy Timmon (ex. Danger Danger, instrumental guitarist) – Cry For
you
-
Andy James (Sacred Mother Tongue, Instrumental guitarist) – Burn
It Down
“Baroque Sky” merupakan salah satu lagu yang terdapat dalam
album instrumental “212” dengan label Melodik. Dirilis pada 12
February 2011 oleh Neil Zaza dan diproduseri oleh Neil Zaza. Lagu ini
diisi oleh Neil (Guitar), Walter Cerasani (Bass), Fabio Colella (Drum).
(https://en.wikipedia.org/wiki/212_(album) ; diakses pada Rabu, 23
Juni 2015, pukul 13.00 WIB).
Secara struktural potongan-potongan melodi maupun ritmis
yang terdapat dalam lagu ini banyak menggunakan teknik repetisi
sehingga jadi mudah dipahami dan mudah diingat (easy listening). Hal
5
ini sangat menginspirasi penulis untuk membuat sebuah komposisi
dengan konsep yang sama yaitu menggunakan teknik repetisi.
“Cry for You” merupakan salah satu lagu yang terdapat dalam
album instrumental “Ear X-Tacy”. Dirilis pada 1994, lagu ini diisi oleh
Andy Timmon (Guitar), Mike Daane (Bass), Mitch Marine (Drum).
(https://en.wikipedia.org/wiki/Ear_X-Tacy; di akses pada Rabu, 23 Juni
2015 pukul 13.30 WIB).
Penulis mengadopsi teknik permainan drum di bagian intro pada
lagu ini menjadi part intro pada lagu “Move On!” dengan sedikit
pengembangan yang penulis kembangkan.
Gambar 1. Drum part intro komposisi Cry for You (Andy Timmon)
Sumber : (Transkrip Pribadi)
Gambar 2. Drum part intro komposisi “Move On!”
"Burn it Down" merupakan salah satu lagu yang terdapat dalam
album instrumental yang bertajuk “Andy James”. Dirilis pada tahun
2011 oleh Andy James.
Potongan motif melodi yang terdapat dalam lagu ini merupakan
motif melodi yang penulis kembangkan ke dalam komposisi "Move
On!" pada bagian bridge.
6
Gambar 3. Part bridge komposisi Burn it Down (Andy James)
Sumber : (Transkrip Pribadi)
Gambar 4. Part bridge komposisi “Move On!”
Selain pengaruh dari karya-karya musik di atas, dalam
pembuatan karya musik "Move On!" ini penulis juga didukung oleh
ilmu-ilmu yang meliputi teknik dan teori-teori musik sebagai berikut:
2.1.1. Pengertian Komposisi
Menurut Kusumawati (2004: ii), komposisi merupakan
proses kreatif musikal yang melibatkan beberapa persyaratan,
yaitu bakat, pengalaman, dan nilai rasa. Pendapat lain
mengatakan komposisi adalah gubahan musik instrumental
maupun vokal (Syafiq, 2003: 165).
Dari beberapa pendapat
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa komposisi adalah
suatu pengembangan ide musikal dan penggabungan dari
elemen-elemen musik melalui pengetahuan, pengalaman, rasa,
dan estetika untuk menjadikan sebuah sajian musik yang
original.
7
Rasa adalah daya penggerak dan pewarna tingkah laku
dan kreasi manusia. Rasa atau sense adalah salah satu dayadaya khusus tubuh manusia, yang dengan apa seseorang
menyadari
sesuatu
melalui
penglihatan,
pendengaran,
penciuman, sentuhan, pengecap atau gabungan dari dua atau
lebih dari indra-indra tersebut (Marianto, 2006 : 43). Dengan
rasa seseorang tidak hanya mengartikan realitas seperti apa
adanya, tetapi dengan rasa seseorang dapat memilah-milah
realitas
itu
menjadi
bagian-bagian
yang
kemudian
memadukannya kembali menjadi sebuah pola baru, yang bagi
orang bersangkutan lebih bermakna.
Begitu juga dengan komposisi musik, rasa dalam proses
kreatif tidak hanya melibatkan perasaan komposernya, namun
juga
melibatkan
perasaan
dan
keadaan
sekitarnya.
Pengalaman rasa estetika tidak lepas dari minat yang diberikan
pada representasi.
2.1.2. Unsur-Unsur Musik
Dalam pembentukan musik secara utuh, unsur-unsur
dan struktur musik mempunyai peranan penting dan keterkaitan
yang kuat antara satu dan yang lainnya. Pada dasarnya unsur
musik dapat dikelompokan menjadi unsur-unsur pokok dan
unsur-unsur ekspresi.
1) Unsur Pokok
a) Irama
Irama adalah urutan
rangkaian gerak yang
menjadi unsur dalam sebuah musik (Jamalus, 1988: 7).
Irama dalam musik terbentuk oleh bunyi dan diam,
8
dengan bermacam-macam lama waktu atau panjang
pendeknya, membentuk pola irama, bergerak menurut
pulsa dalam ayunan irama. Irama dapat dirasakan dan
didengar (Soeaherto, 1975: 51).
Irama berhubungan dengan panjang pendeknya
not dan berat ringannya tekanan atau aksen pada not,
namun demikian oleh teraturnya gerak maka irama tetap
dapat dirasakan meskipun melodi diam. Keteraturan
gerak ini menyebabkan lagu lebih indah didengar dan
dirasakan (Jamalus, 1988: 56).
b) Melodi
Melodi adalah rangkaian dari beberapa nada atau
sejumlah nada yang berbunyi atau dibunyikan secara
berurutan (Soeharto, 1992: 1), lebih lanjut Miller
(Penerjemah Bramantyo, tanpa tahun: 37) mengatakan
bahwa melodi adalah suatu rangkaian nada-nada, serta
nada-nada dari melodi membentuk suatu ide musikal
yang
komplit.
Sedangkan
Jamalus
(1988:
16)
berpendapat bahwa melodi adalah susunan rangkaian
nada (bunyi dengan getaran teratur) yang terdengar
berurutan serta berirama dan mengungkapkan suatu
pikiran dan perasaan.
Dalam pengertian yang singkat, Ratner (1977: 29)
mengatakan bahwa melodi adalah garis dari nada-nada.
Melodi dapat naik dan turun, serta melodi juga dapat
tetap ditempatnya untuk waktu singkat dan lama dalam
9
suatu nada, serta melodi juga mempunyai wilayah nada
yang luas dan sempit.
c) Harmoni
Harmoni atau paduan nada ialah bunyi gabungan
dua nada atau lebih, yang berbeda tinggi rendahnya dan
dibunyikan secara serentak. Dasar dari paduan nada
tersebut ialah triad (Jamalus, 1988: 90). Paduan nada
tersebut merupakan gabungan tiga nada yang terdiri atas
satuan nada dasar akor, nada terts dan nada kwint nya.
Lebih lanjut Kodijat (1986: 32) mengatakan harmoni
adalah selaras, sepadan, bunyi serentak menurut
harmoni, yaitu pengetahuan tentang hubungan nadanada dalam akor, serta hubungan antara masing-masing
akor. Sedangkan Miller (penerjemah Bramantyo, tanpa
tahun: 48) mengatakan bahwa, harmoni adalah elemen
musikal yang didasarkan atas penggabungan secara
simultan dari nada-nada, sebagaimana dibedakan oleh
rangkaian nada-nada dari melodi. Melodi merupakan
sebuah konsep horizontal, sedangkan harmoni adalah
konsep vertikal.
2) Unsur Ekspresi
a) Tempo
Tempo adalah kecepatan lagu yang dituliskan
berupa kata-kata dan berlaku untuk seluruh lagu dan
istilah itu ditulis pada awal tulisan lagu (Soeharto, 1975:
57).
Fungsi
dari
10
tempo
ini
dimaksudkan
untuk
mempermudah dalam menyanyikan lagu yang ada
(Soeharto, 1992: 56). Sementara Miller (penerjemah
Bramantyo, tanpa tahun: 24) mengatakan bahwa, tempo
adalah sebuah istilah dari bahasa Italia yang secara
harfiah berarti waktu, di dalam musik menunjukan pada
kecepatan.
Macam-macam
tanda
tempo
menurut
Miller
(penerjemah Bramantyo, tanpa tahun : 24) yaitu :
Presto
: Sangat Cepat
Allegro
: Cepat
Vivace
: Hidup
Moderato
: Sedang
Adante
: Agak Lambat
Adagio
: Lebih lambat dari Adante
Lento
: Lambat
Largo
: Sangat Lambat
b) Dinamik
Dinamik adalah kekuatan bunyi, dan tanda
dinamik adalah tanda pernyataan kuat dan lemahnya
penyajian
bunyi
(Soeharto,
1992:
30).
Dinamik
memainkan peranan yang besar dalam menciptakan
ketegangan (tensi) musik. Pada umumnya semakin
keras suatu musik, maka semakin kuat ketegangan yang
dihasilkan dan sebaliknya, semakin lembut suatu musik
maka semakin lemah ketegangannya (Miller, penerjemah
Bramantyo, tanpa tahun: 81).
11
Macam-macam
dinamik
menurut
Miller
(penerjemah Bramantyo, tanpa tahun: 80) yaitu:
Fortissimo
: Sangat keras
Forte
: Keras
Mezzo Forte
: Agak keras
Mezzo Piano
: Agak lembut
Piano
: Lembut
Pianissimo
: Sangat Lembut
Tidak seperti tempo yang dapat dibatasi atau
ditentukan dengan pasti dan tepat dengan petunjuk
metronom, dinamik merupakan nilai-nilai yang relatif
tidak ada tingkatan yang mutlak untuk piano dan forte.
c) Warna Nada
Warna nada ialah ciri khas bunyi yang terdengar
bermacam-macam, yang dihasilkan oleh bahan sumber
bunyi yang berbeda-beda, dan yang dihasilkan oleh cara
memproduksi
nada
yang
bermacam-macam
pula
(Jamalus, 1988: 40).
2.1.3. Bentuk Musik
Kata bentuk diartikan sebagai bangun, rupa, sistem,
wujud yang ditampilkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988:
135), sementara struktur diartikan sebagai susunan serta
hubungan antara unsur-unsur musik dalam suatu lagu,
sehingga menghasilkan sebuah komposisi lagu yang bermakna.
12
Masing-masing bagian tersebut akan diteliti menurut tema,
harmoni dan tanda dinamik.
Dalam musik, bentuk berdasarkan susunan rangka lagu
yang ditentukan menurut bagian-bagian kalimatnya (Banoe,
2003: 151). Sebuah karya musik yang mempunyai struktur frase
dan struktur periode adalah bagian-bagian yang luas atau
panjang dari struktur musik. Dalam proses analisis sebuah
karya musik, bentuk dibagi dalam:
1) Bentuk lagu satu bagian, terdiri atas satu buah kalimat saja
(A). Banyak ditemui dalam komposisi lagu anak.
2) Bentuk lagu dua bagian, adalah lagu yang terdiri dari dua
kalimat utuh yang berbeda. Sehingga jika ada kalimat yang
diulang secara utuh belum termasuk lagu dua bagian (A B).
3) Bentuk lagu tiga bagian adalah terdapatnya tiga kalimat
kontras atau berbeda dari satu dan yang lainnya (A B C).
4) Bentuk nyanyian (song form) apabila satu dari sebuah
bentuk tiga bagian yang sederhana diulang (A A B A),
struktur demikian dikenal dengan bentuk nyanyian (song
form), karena banyaknya lagu rakyat yang memiliki struktur
ini, atau dikenal dengan nama binner melingkar (rounded
binary).
Apabila dalam sebuah karya musik tidak terdapat
pengulangan yang sama, baik dari tema, motif, maupun
kalimatnya disebut bentuk tidak beraturan. Biasanya dijumpai
dalam karya-karya musik modern dan kontemporer. Keterangan
bentuk lagu tersebut telah mencakup dalam semua karya
musik, artinya setiap karya musik akan mempunyai bentuk
seperti keterangan tersebut.
13
2.1.4. Teori Desain
Prinsip-prinsip desain merupakan cara kerja yang
digunakan
oleh
seorang
komposer
dalam
mewujudkan
komposisinya. Cara-cara itu bersifat estetis-psikologis. Artinya,
cara itu dapat menghadirkan keindahan pada komposisi atau
karya musik yang diciptakan, dan cara itu umum dijumpai dalam
berbagai hal yang tergolong ekstramusikal. Winold
dalam
Robby R Meka (Diktat Ilmu Bentuk dan Analisis, 2011)
membedakan cara-cara tersebut menjadi 4, yaitu repetisi,
kontras, variasi dan return.
1. Repetisi
merupakan
ulangan
langsung
pernyataan
(statement) atau material musikal pokok yang diperkenalkan
sebelumnya.
2. Kontras merupakan presentasi material musikal baru, yang
tidak berhubungan dengan material asli.
3. Variasi merupakan prinsip ketiga yang berposisi diantara
repetisi dan kontras; dengan variasi, sejumlah aspek
karyanya berubah, tetapi kita masih mampu mengenal
keasliannya.
4. Return merupakan pemakaian kembali material pernyataan
sesudah adanya material kontras dan/atau variasi.
2.1.5. Pengertian Tangga Nada
Allen Winold dan John Rehn (1971: 206) berpendapat
bahwa tangga nada adalah susunan titi nada yang berturut-turut
dari urutan nada rendah ke nada tinggi atau nada tinggi ke nada
rendah.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
nada sebagai bagian dari tangga nada merupakan bunyi yang
14
memiliki tinggi rendah yang pada dasarnya merupakan getaran
yang teratur dan dibakukan. Sebagai contoh, nada A yang
dipakai saat ini ditentukan memiliki frekuensi 440 Hz/second.
Hal ini berarti bahwa dalam satu detik terjadi getaran sebanyak
440 kali. Saat ini yang dipakai dalam sistem nada internasional
ada 12 nada pokok yang sudah dibakukan yaitu C - C# - D - D#
- E - F - F# - G - G# - A - A# dan B. Nada-nada tersebut dapat
disusun menjadi sebuah tangga nada dengan menentukan satu
nada
sebagai
tonika
dan
memasukan
interval-interval
pembentuk tangga nada. Secara garis besar tangga nada dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Tangga nada Diatonik
Menurut Allen Winold (1971: 206) tangga nada
adalah satu nada (tonic) yang berurutan ke tujuh nada
lainnya secara berurutan (tonic, super tonic, median,
subdominant, dominant, submediant, leading tone, octave).
Tangga nada diatonik adalah sebuah sistem tangga nada
yang masing-masing nada dalam tangga nada tersebut
mempunyai jarak 1 tone (whole tone) dan jarak ½ tone
(semitone/halftone) secara bervariasi. Tangga nada diatonik
memiliki 7 nada pokok dan masing-masing nada pokok
tersebut memiliki hubungan keluarga harmoni. Selain itu,
nada-nada pokok tersebut juga bisa disusun menjadi akorakor dalam keluarga harmoni (Byrnside, 1985: 33). Secara
garis besar tangga nada diatonik memiliki 2 jenis yaitu:
a) Tangga Nada Mayor
Wyatt (1988: 11) menjelaskan bahwa tangga nada
mayor disebut juga tangga nada diatonik, yang berarti
15
terdiri dari tujuh buah nada dalam lambang alpabet yang
disusun dengan rangkaian jarak nada tertentu (whole
step and half). Pernyataan tersebut mengacu pada
gambar 2.1. dengan whole step adalah jarak 1, dan half
adalah jarak ½. Tangga nada disusun ke atas atau ke
bawah dimulai dari nada tonika sampai oktaf dengan
interval antar nadanya dari bawah ke atas adalah 1 - 1 ½ - 1 - 1 -1 - ½. Misalnya dalam tangga nada C Mayor
(mayor natural) berikut ini:
Gambar 5. Tangga nada mayor natural (C Mayor)
Sumber: (Transkrip Pribadi)
b) Tangga nada Minor
i.
Tangga Nada Minor Asli
Wyatt (1998: 43) mengatakan bahwa tangga
nada minor dibentuk dari rangkaian jarak nada whole
step (1) dan half step (½) dengan komposisi jarak
nadanya 1 - ½ - 1 - 1 - ½ - 1 - 1. Berikut contoh
dalam tangga nada A minor natural:
Gambar 6. Tangga nada minor natural (A Minor)
Sumber: (Transkrip Pribadi)
16
Mengacu pada gambar di atas bahwa tangga
nada minor natural merupakan tangga nada yang
memiliki 8 nada yang disusun mulai dari nada tonika
sampai oktaf dengan interval nadanya dari bawah ke
atas adalah 1 - 1/2 - 1 - 1 - 1/2 - 1 - 1. Maka nada
yang tersusun dalam tangga nada minor asli /
natural (A minor asli) adalah A - B - C - D - E - F - G A' tanpa ada nada yang mendapat tanda aksidental
(♯ atau ♭).
ii.
Tangga nada Minor Harmonis
Brandt (1980 : 174) "The Harmonic Minor
scales structure consist of minor second between
degrees 2-3, 5-6, and 7-1, major second between
degrees 1-2, 3-4, and 4-5, and augmented second
between
degrees
6-7".
Pernyataan
tersebut
mengacu pada gambar dibawah ini, minor second
berarti jarak ½ dan major second berarti jarak 1
dan augmented second berarti berjarak 1 ½ .
Berikut contoh dalam tangga nada A minor
harmonis.
Gambar 7. Tangga nada A minor harmonis
Sumber: (Transkrip Pribadi)
17
Pernyataan seperti diatas didefinisikan dalam
bahasa
yang
lebih
lugas
(musictheorysources.com)
yang
oleh
Burstein
menyatakan
bahwa, tangga nada minor harmonis adalah hampir
sama dengan nada-nada pada tangga nada minor
asli, namun pada nada yang ke-7 nya dinaikan 1
semitone (setengah nada) agar menjadi leading
tone.
iii.
Tangga nada Minor Melodis
Brandt (1980 : 149) mengatakan bahwa,
tangga nada minor melodis adalah sama dengan
tangga nada minor asli yang nada ke-6 dan ke-7
nya dinaikan 1 semitone (setengah nada) untuk naik
(ascending), dan kembali menjadi minor asli saat
turun (descending). Nada-nada yang tersusun
dalam tangga nada minor melodis natural (A minor
melodis) adalah sebagai berikut:
Gambar 8. Tangga nada A minor melodis (ascending)
Sumber: (Transkrip Pribadi)
Gambar 9. Tangga nada A minor melodis (descending)
Sumber: (Transkrip Pribadi)
18
2) Tangga Nada Pentatonik
Dalam kamus musik Pono Banoe (2003 : 330)
dijelaskan bahwa pentatonik adalah rangkaian 5 nada,
sedangkan Pentatonic Scale adalah tangga nada pentatonik
yaitu rancangan sebuah tangga nada yang terdiri dari 5
nada
berjenjang.
Ada
beberapa
jenis
tangga
nada
pentatonik yang mendominasi karya musik di dunia ini,
namun dalam pembahasan ini akan di batasi dengan 2 jenis
tangga nada pentatonik yang diambil dari tangga nada
diatonic yaitu pentatonik mayor dan minor.
a) Pentatonik Mayor
Formula dari nada pentatonik mayor adalah 1 - 2 - 3 - 5 6 - 1'.
Gambar 10. Tangga nada pentatonik mayor natural (C pentatonik
mayor)
Sumber: (Transkrip Pribadi)
b) Pentatonik Minor
Formula dari nada pentatonik minor adalah 1 - 3♭- 4 - 5
- 7♭- 1'
Gambar 11. Tangga nada pentatonik minor natural (A pentatonik
minor)
Sumber: (Transkrip Pribadi)
19
2.1.6. Interval
Dalam musik ada yang dinamakan dengan Interval.
Interval adalah sebuah jarak dari nada satu ke nada yang
lainnya, baik jarak nada ke atas maupun nada ke bawah (Karl
Edmund dalam ilmu harmoni, 2014: 28). Interval memiliki
beberapa nama dan ciri khas, yaitu:
1) Prim
: Jarak nada yang sama
Contoh
: C ke C
Kesan
: Kompak, Polos
2) Sekon
: satu dengan dua.
Contoh
: C ke D
Kesan
: melangkah
3) Terts
: jarak nada satu dengan tiga.
Contoh
: C ke E (besar), atau C ke E♭ (kecil)
Kesan
: Cerah (terts besar), sempit, gelap, sedih, (terts
kecil)
4) Kwart
: jarak nada satu dengan empat.
Contoh
: C ke F
Kesan
: selaras
5) Kwint
: jarak nada satu dengan lima.
Contoh
: C ke G
Kesan
: selaras
6) Sekst
: jarak nada satu dengan enam.
Contoh
: C ke A
Kesan
: meyakinkan
7) Septim
: jarak nada satu dengan tujuh.
Contoh
: C ke B
Kesan
: keterlaluan dan ingin diselesaikan
20
8) Oktaf
: jarak nada satu dengan delapan.
Contoh
: C ke C’ (oktaf tinggi)
Kesan
: megah, meyakinkan
2.1.7. Teknik Permainan
Seseorang memerlukan teknik untuk bermain musik,
bukan hanya perasaan dan pemikiran saja yang digunakan.
Teknik dalam bermain musik memerlukan waktu yang tidak
singkat untuk mendapatkan teknik yang bagus.
Menurut Banoe (2003: 409), teknik permainan adalah
cara atau teknik sentuhan pada alat musik atas nada tertentu
sesuai petunjuk atau notasinya, seperti : legato, staccato,
accent, bend, glisando, dan sebagainya. Menurut Kurniasari
(2012: 11), teknik permainan merupakan cara atau petunjuk
yang digunakan dalam memainkan suatu alat musik untuk
memainkan atau mempertunjukan sebuah karya musik sesuai
notasinya dengan benar sehingga menghasilkan suatu karya
musik dengan komposisi yang harmonis.
Dalam pembahasan ini penulis hanya menggunakan
teknik permainan seperti :
a. Legato lebih dikenal sebagai sebutan slur dan dibagi
menjadi dua teknik yaitu slur turun dan slur naik
(Wicaksono, 2010: 5). Berikut penulisan legato dalam
notasi balok :
Gambar 12. Legato
21
b. Glisando adalah teknik permainan musik dengan cara
menggelicirkan satu nada ke nada lain yang berjarak
jauh secara berjenjang, baik jenjang diatonic maupun
jenjang chromatic (Banoe, 2003: 166). Dalam permainan
gitar elektrik glisando dimainkan dalam satu senar untuk
menghasilkan nada menyeret secara lembut dan halus.
Gambar 13. Glisando
c. Vibrato adalah bergetar, dengan gelombang getaran
menurut pilihan pemain atau sesuatu nada tertentu
(Banoe, 2003: 403). Vibrato merupakan teknik tangan kiri
dengan menggerakan jari tangan kiri yang menekan
pada satu nada, dan menggerakan maju dan mundur
secara
cepat
sehingga
menimbulkan
suara
yang
bergetar.
d. Harmonic adalah teknik yang dapat menghasilkan pitch
yang sangat tinggi dan sulit atau bahkan tidak mungkin
dijangkau hanya dengan memainkan nada-nada pada
fret gitar seperti pada umumnya. (Wicaksono, 2010: 6).
e. Arpeggio adalah akor yang dimainkan not per not secara
berurutan dalam pola tertentu (Kristianto, 2007: 7).
f. Bending adalah teknik permainan gitar elektrik dimana
ada nada yang dimainkan, senarnya dinaikan hingga
nadanya mencapai nada pada fret berikutnya dengan
1
1
interval, 2 , 1 , 1 2 .
22
2.2.
Dasar Pemikiran
Penulis
menggunakan
musik
sebagai
sarana
untuk
mengungkapkan dan menyampaikan perasaan yang dimiliki kepada
pendengar. Bagi sebagian orang, musik yang membawa perasaan
atau emosi hanya musik yang menggunakan vokal, karena dalam
vokal terdapat bahasa verbal yang bisa dimengerti manusia dengan
mudah. Namun demikian pada kenyataannya semua jenis musik
memiliki emosi dan perasaan tersendiri, tidak hanya musik vokal saja,
namun juga musik instrumental. Dari sinilah penulis mencoba
membuat sebuah lagu dengan konsep musik instrumental untuk
memberikan atau mempengaruhi pendengar dari apa yang penulis
rasakan.
Dalam pembuatan komposisi ini terinspirasi oleh pengalaman
empiris penulis, yaitu kegagalan cinta yang penulis alami. Selain itu
penulis ingin mengekspresikan apa yang penulis rasakan kedalam
sebuah
komposisi
musik
instrumental.
Hal
ini
dikarenakan
keterbatasan penulis dalam mengekspresikan apa yang penulis
rasakan kedalam bahasa verbal.
Di samping itu penulis ingin mengembangkan teknik permainan
gitar kedalam sebuah komposisi, dimana teknik gitar itu meliputi
bending, vibrato, slide, tapping, dan whammy bar, agar sebuah
komposisi dengan menggunakan aspek tersebut terdengar lebih
variatif di samping menggunakan tangga nada saja.
23
BAB III
PROSES PENCIPTAAN
3.1.
Ide/Gagasan
Karya ini merupakan sebuah cerita yang berdasar dari
pengalaman empiris penulis yang kemudian diungkapkan kedalam
sebuah karya musik. Inspirasi dari karya "Move On!" ini berawal dari
timbulnya rasa suka terhadap seorang wanita yang membuat hati dan
perasaan penulis menjadi bergejolak dan semangat. Berbagai upaya
telah dilakukan agar bisa dekat dan menjalin relasi dengannya.
Sampai suatu hari penulis memberikan sebuah lagu sebagai
ungkapan perasaan, namun respon dari wanita tersebut tidak sesuai
dengan yang diharapkan penulis. Setelah itu, penulis merasakan
perasaan bimbang atau biasa disebut dengan galau. Pada akhirnya
penulis menyadari bahwa terlarut dalam kesedihan tidak memberikan
dampak positif. Penulis senantiasa berusaha melupakan kegagalan
yang ada guna mendapatkan sebuah pengalaman cinta yang baru.
Fenomena ini dikenal oleh masyarakat umum dengan istilah move on.
Pengalaman tersebut menjadi sebuah inspirasi sekaligus bentuk
refleksi diri penulis, melihat, dan merasakan segala kemungkinan
mengapa hal ini bisa terjadi. Pemaknaan terhadap kejadian ini
mendorong penulis untuk menjadikan pengalaman ini sebagai ide atau
inspirasi utama dalam penulisan sebuah karya musik.
Selain ide secara non musikal, ide/gagasan musikal pun sangat
mempengaruhi pembuatan karya musik ini. Berbagai referensi lagu
yang penulis dengarkan dapat mengilhami penulis dalam pembuatan
karya musik, baik itu potongan melodi, potongan ritme, ataupun
24
komponen musik lainnya yang terdapat dalam bagian lagu. Setelah
penulis mendapatkan ide/gagasan, penggalan-penggalan kalimat pun
telah terkumpul menjadi satu kesatuan maka terciptalah komposisi
musik "Move On!", yang kemudian diproses dengan menggunakan
media DAW (Digital Audio Workstation). Proses kreatif pembuatan
lagu ini dimulai dengan merekam part-part instrumen seperti gitar,
bass, drum (midi), dan strings. Hal ini penulis lakukan dengan tujuan
untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan.
Di dalam komposisi ini penulis banyak menggunakan tangga
diatonic scale (major scale dan pentatonic scale), karena menurut
penulis suasana yang dibangun dari tangga nada tersebut dapat
mewakili nuansa yang penulis inginkan. Penulis juga memakai
beberapa teknik permainan gitar elektrik yang digunakan seperti;
alternate picking, legato, slide, tapping, whammy bar dan lain
sebagainya.
Komposisi musik "Move On!" yang berdurasi 7:00 menit ini
terdiri dari 5 part yaitu A, A', B, C, B' dan terdapat beberapa part
tambahan seperti intro, bridge, interlude, dan ending. Berikut adalah
susunan part yang terdapat dalam lagu "Move On!":
1. Intro I
9. Bridge II
2. Verse I (A)
10. Interlude I
3. Intro II
11. Interlude II
4. Verse II (A')
12. Bridge III
5. Bridge I
13. Chorus (B')
6. Chorus (B)
14. Ending
7. Intro III
8. Verse III (C)
25
Komposisi ini terdiri dari 206 bar, menggunakan tanda sukat
4
4
dengan tempo 123 Bpm. Pada komposisi ini penulis menggunakan
beberapa instrumen seperti gitar elektrik, bass elektrik, keyboard, dan
set drum. Tangga nada yang dipakai adalah tangga nada Do = A (♯3),
dengan tuning gitar drop D yaitu D-A-D-G-B-E (dari urutan senar
rendah ke senar tinggi). Alasan penulis menggunakan tuning drop D
adalah untuk memudahkan penulis dalam memainkan komposisi ini.
3.2.
Konsep Garap
Ide awal pembuatan dari komposisi ini penulis dapat dari
tangga nada 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 4 (fa), 5 (Sol), 6 (la), 7 (si), 1' (do
oktaf tinggi) di nada dasar Do = A seperti berikut :
Gambar 14. Tangga nada Do = A Komposisi "Move On!"
3.2.1. Intro I
Intro ini diawali dengan permainan gitar sebanyak 4 bar,
yang kemudian diisi oleh penggalan-penggalan melodi pada bar
ke-5 sampai bar ke-16. Progresi akor yang digunakan adalah vi
(F#m) dan VI (D). Melodi yang dimainkan pada bar ke-5 sampai
bar ke-16 menggunakan pedal volume, hal ini bertujuan untuk
mendapatkan ketegangan bunyi dari bunyi lembut menuju bunyi
keras (crescendo). Selain itu dengan ketegangan bunyi tersebut
menimbulkan suasana yang mengambang dalam lagu ini.
Maksud mengambang di sini adalah untuk menggambarkan
suasana awal dimana penulis merasakan kebimbangan.
26
Gambar 15. Part intro I Komposisi “Move On!” Bar 1-8
Gambar 16. Part intro I Komposisi “Move On!” Bar 9-16
27
3.2.2. Part A (Verse I)
Part A terdiri dari 32 bar yang kemudian penulis bagi
menjadi 4 bait. Pada part ini progresi akor masih menggunakan
progresi akor intro yaitu vi (F#m) dan IV (D) yang dimainkan
dengan repetisi. Bait pertama adalah bar 17-24 merupakan
motif melodi awal yang kemudian diolah menggunakan teknik
repetisi pada bait kedua pada bar ke 25-27. Motif melodi pada
bait ketiga (bar 33-40) mengalami variasi melodi dengan
menggunakan interval sekst (1-6) yang terjadi pada nada E-C#,
D-B, C#-A, A-F#, G#-E, dan F#-D. Pada bait keempat (41-48)
terdapat F#m pentatonic scale. Pentatonic minor scale memiliki
formula 1 - 3♭ - 4 - 5 - 7♭ , maka nada pentatonic scale pada
akor F#m adalah F# - A - B - C# - E.
28
Gambar 17. Part A bait pertama komposisi “Move On!” Bar 1724
Gambar 18. Part A bait kedua komposisi “Move On!” 25-32
29
Gambar 19. Part A bait ketiga komposisi “Move On!” Bar 33-40
Gambar 20. Part A bait keempat Komposisi “Move On!” Bar
41-48
30
3.2.3. Intro II
Part yang terdiri dari 8 bar ini (bar 49-56) merupakan
pengembangan dari part Intro I, di mana pada bagian
melodinya terjadi variasi melodi. Progresi akor yang digunakan
pada part ini adalah vi (F#m) - vi (F#m) - IV (D) - ii (Bm).
Gambar 21. Part Intro II komposisi “Move On!” Bar 49-56
31
3.2.4. Part A' (Verse II)
Part ini terdiri dari 8 bar dimulai pada bar 57-64, progresi
akor yang digunakan sama seperti pada intro II yaitu vi (F#m) vi (F#m) - IV (D) - ii (Bm). Pada part ini terdapat motif melodi
yang menggunakan sistem pedal tone pada nada E (senar 1),
terjadi ketika pergerakan motif melodi naik (ascending) yang
dimulai pada nada E (senar 2) dan dibunyikan bersamaan
dengan nada E pada senar 1 sehingga terjadi interval yaitu E-E
(prim), F#-E (septim kecil), G#-E (sekst kecil), A-E (kwint), B-E
(kwart), C#-E (terst), D-E (sekon), E'-E (oktaf).
Gambar 22. Part A' komposisi “Move On!” Bar 57-64
32
3.2.5. Bridge I
Berikutnya adalah part bridge I, part ini terdiri dari 16 bar
dimulai dari bar 65-80. Pada bar 65-68 adalah motif utama dari
part ini yang kemudian diolah dengan menggunakan teknik
repetisi pada bar ke 73-76. Pada bar 71-72 terdapat harmoni
melodi dengan menggunakan interval terst. Progresi akor yang
digunakan adalah IV (D) - V (E) - vi (F#m) - vi (F#m), IV (D) - ii
(Bm) - vi (F#m) - V (E), yang dimainkan dengan arpeggio. Pada
akor ke V (E) bagian akhir mengalami pembalikan akor tingkat 1
(nada bass menjadi G#), karena pada bar berikutnya adalah
part chorus dan dimulai dengan akor I (A), maka pergerakan
nada bass menjadi naik yaitu F# (vi) - G# (V6) - A (I).
Gambar 23. Part Bridge I komposisi “Move On!” Bar 65-72
33
Gambar 24. Part Bridge I komposisi “Move On!” Bar 73-80
3.2.6. Part B (Chorus)
Part ini adalah part chorus yang merupakan tema inti dari
lagu ini, terdiri dari 16 bar dimulai pada bar 81-96. Pada part ini
melodi dimainkan dengan menggunakan interval terst, kwart,
dan oktaf oleh gitar 2 sehingga membentuk harmoni yang
berbeda-beda.
Part chorus ini akan diolah dengan teknik
repetisi pada bar 173-188 (part B'), namun terdapat pola ritmik
pada gitar dan perubahan beat pada drum, pada part B ritmik
gitar
yang
digunakan
adalah
not
♩
1
(4 )
kemudian
1
dikembangkan menjadi not ♫ ( 8 ) pada part B’. Progresi akor
yang digunakan adalah I (A) - V (E) - vi (F#m) - V (E) - IV (D)
diulang sebanyak dua kali.
34
Gambar 25. Part Chorus komposisi “Move On!” bar 81-88
35
Gambar 26. Part Chorus komposisi “Move On!” bar 89-96
36
3.2.7. Intro III
Part ini adalah pengantar sebelum masuk ke part C
(verse III), progresi akor yang digunakan adalah I (A) - V (E) - IV
(D) - V (E) dimainkan dengan arpeggio dan menggunakan
sistem pedal tone dimana pada masing-masing akor terdapat
nada yang ditahan yaitu nada A.
Gambar 27. Part Intro III komposisi “Move On!” bar 97-100
3.2.8. Part C (Verse III)
Part ini adalah pengembangan dari part bridge I, namun
beat yang dimainkan cukup pelan. Part ini terdiri dari 16 bar
dimulai pada bar 101-106. Progresi akor yang digunakan
adalah vi (F#m) - IV (D) - Vsus4 (Esus4) - V (E) dan terdapat
akord F diminished (F - G# - B - D) pada bait kedua yaitu untuk
menjembatani akor V (E) ke akor vi (F#m). Ketika iringan melodi
menjumpai akor F diminished maka nada F# pada melodi
dinaturalkan menjadi Nada F♮. Alasannya adalah karena nada
F yang dinaturalkan termasuk dalam chord tones F diminished.
37
Gambar 28. Part C komposisi “Move On!” bar 101-108
38
Gambar 29. Part C komposisi “Move On!” bar 109-116
3.2.9. Bridge II
Part yang terdiri dari 8 bar ini dimulai pada bar 117-124
memiliki progresi akor ii (Bm) - I/iii (A/C#) - IV (D) - I/iii (A/C#) - ii
(Bm) - I/iii (A/C#) - IV (D) - V (E) dimainkan dengan arpeggio.
Terdapat juga beberapa teknik gitar yang dimainkan seperti
bending, alternate picking, vibrato, dan pinch harmonic. Motif
melodi pada bar 121-122 menggunakan interval kwint (1-5), dan
39
terdapat harmoni melodi dengan nada terst (3 rd) dari motif
melodi tersebut. Pada bar 123-124 terdapat brocken chord DM7
(D - F# - A - C#) yang dimainkan dengan bentuk sekuens.
Gambar 30. Part Bridge II komposisi “Move On!” bar 117-124
3.2.10. Interlude I
Bagian ini terdiri dari 8 bar dimulai dari bar 125-132, dan
terdapat beberapa teknik permainan gitar seperti; bending (B),
release bending (Rb), tapping, dan whammy bar (dive bomb).
40
Progresi akor yang digunakan adalah vi (F#m) - IV (D) - I (A) - V
(E) diulang sebanyak dua kali, namun pada akor ke V (E)
bagian akhir mengalami pembalikan akor 1 sehingga pada nada
tersebut nada bassnya berganti menjadi nada terst (E/G#).
Gambar 31. Part Interlude I komposisi “Move On!” bar 125-132
3.2.11. Interlude II & Bridge III
Motif melodi dan iringan pada part interlude II merupakan
tema ke dua dari lagu ini, terdiri dari 8 bar dimulai pada bar 133140. Progresi akor yang digunakan adalah IV (D) - V (E) - vi
(F#m) - vi (F#m), IV (D) - ii (Bm) - vi (F#m) - V (E). Selanjutnya
41
adalah bridge III yang merupakan bentuk repetisi dari interlude
II, pada bar 141-148 diawali dengan permainan piano, lalu
masuk kembali pada iringan gitar (repetisi bar 133-140), pada
bar 165-172 masih merupakan repetisi interlude II namun motif
melodi yang dimainkan dinaikkan satu oktaf.
Gambar 32. Part Interlude II komposisi “Move On!” bar 133140
42
Gambar 33. Pola iringan piano part Bridge III komposisi “Move
On!” bar 141-148
Gambar 34. Part Bridge III komposisi “Move On!” Bar 149-156
43
Gambar 35. Part Bridge III komposisi “Move On!” Bar 157-162
Gambar 36. Part Bridge III komposisi “Move On!” Bar 163-170
44
3.2.12. Coda / Ending
Bagian ini merupakan bagian akhir (klimaks) dari lagu ini.
Dimulai pada bar 189-206. Part ini merupakan variasi repetisi
dari part B dan B’ (chorus) karena pola iringan melodi dan akor
yang digunakan hampir sama. Pada bar 190 terdapat unison
yang dimainkan bersamaan dengan instrumen lainnya.
Gambar 37. Part Ending komposisi “Move On!” Bar 189-196
45
Gambar 38. Part Ending komposisi “Move On!” Bar 197-204
46
Gambar 39. Part Ending komposisi “Move On!” Bar 205-206
3.3.
Pembahasan
Lagu “Move On!” ini merupakan sebuah komposisi yang
tercipta
atas
pengalaman
priabadi
penulis.
Di
dalam
proses
pembuatan lagu ini penulis menggunakan metode rekomposisi atau
mengembangkan sebuah komposisi yang sudah ada. Hal tersebut
dapat meliputi akor, motif melodi, motif ritmis, iringan maupun ritmis
yang digunakan dalam iringan sebuah lagu.
Dalam proses penciptaan lagu in penulis tidak luput dari
beberapa pengaruh ataupun karya musik yang ada sebagai acuan
penulis. Lagu yang menjadi acuan dalam pembuatan komposisi ini
adalah “Cry for You” ciptaan Andy Timmons, “Baroque Sky” ciptaan
Neil Zaza, & “Burn it Down” ciptaan Andy James. Tidak hanya sebuah
karya musik yang diciptakan, beberapa gitaris dunia seperti Steve Vai,
Joe Satriani, John Petrucci pun turut mempengaruhi penulis dalam
berkarya dan mengembangkan permainan gitar penulis. Sehingga
dalam pembuatan karya “Move On!” terdapat beberapa teknik gitar
yang cukup variatif seperti; bending, vibrato, whammy bar,slide,
tapping, legato,alternate picking,dan sweep picking.
47
3.3.1. Etika Kekomposisian
1. Notasi Perspektif
Notasi Perspektif adalah penjelasan dari notasi yang
digunakan oleh penulis didalam pembuatan komposisi “Move
On!” dengan menggunakan parameter musik umumnya seperti;
melodi, akor, harmoni, ritme, dan lain-lain.
a) Melodi
Melodi yang penulis gunakan dalam pembuatan komposisi
ini menggunakan diatonic scale dan pentatonic scale.
b) Akor
Akor yang digunakan pada komposisi ini menggunakan akor
Mayor, minor dan diminished. Tidak jarang juga penulis
menggunakan
akor-akor
pembalikan
(inversi)
agar
memberikan kesan yang harmonis dari lagu yang telah
penulis ciptakan.
c) Harmoni Melodi
Harmoni melodi yang digunakan pada komposisi ini adalah
harmoni 3rd dan 4th , dan oktaf.
d) Tempo
Tempo yang digunakan adalah 123 Bpm.
e) Sukat
4
Sukat yang digunakan adalah 4.
f) Tonalitas
Tonalitas yang digunakan dalam lagu ini adalah Do = A
(3♯).
48
2. Genre Musik / Gaya Permainan
Genre musik yang penulis gunkan pada karya ini adalah
genre rock. Musik rock adalah genre musik populer yang mulai
diketahui secara umum pada pertengahan tahun '50-an.
Akarnya berasal dari rhythm and blues, musik country dari
tahun '40 dan '50-an serta berbagai pengaruh lainnya.
Selanjutnya, musik rock juga mengambil gaya dari berbagai
musik lainnya, termasuk musik rakyat (folk music), jazz dan
musik klasik.
Bunyi khas dari musik rock sering berkisar sekitar gitar
listrik atau gitar akustik, dan penggunaan back beat yang
sangat kental dengan rhythm section degan gitar bass, drum,
dan keyboard seperti organ, piano, lalu synthesizer. Di samping
gitar atau keyboard, saxophone kadang digunakan sebagai
instrument musik solo.
Pada akhir tahun '60-an dan awal '70-an, musik rock
berkembang menjadi beberapa jenis yang bercampur dengan
musik folk (musik daerah di Amerika) menjadi folk rock, dengan
blues menjadi blues-rock dan dengan jazz, menjadi Jazz
rock/fusion. Pada tahun '70-an, rock menggabungkan pengaruh
dari soul, funk, dan musik latin. Juga pada tahun '70-an, rock
berkembang menjadi berbagai subgenre (sub kategori) seperti
soft rock, glam rock, heavy metal, hard rock, progressive rock,
dan punk rock. Sub kategori rock yang mencuat pada tahun '80an termasuk New Wave, hardcore punk, dan alternative rock.
Pada tahun '90-an terdapat grunge, Britpop, indie rock dan nu
metal.
(sumber
:
http://id.wikipedia.org/wiki/Musik_rock,
unduh pada tanggal 11 Oktober 2015, pukul 20.00 wib)
49
di
BAB IV
PROSES PRODUKSI PERTUNJUKAN
4.1.
Proses Latihan
Sebelum memulai sesi latihan penulis harus menentukan
pemain pendukung yang akan membantu dalam pementasan,
diantaranya adalah:
1. Iman K (Guitar), Seni Musik UNPAS 2011.
2. Ovi Madia (Bass), Seni Musik UNPAS 2011.
3. Fajar Maulana Siddiq (Drum, sequencer), Seni Musik UNPAS
2011.
4. Dian (Add: Acoustic Guitar), Seni Musik UNPAS 2013.
5. Riyan N (Add: Shaker), Seni Musik UNPAS 2010.
6. Divo (Add: Vocal), Seni Musik UNPAS 2010.
Setelah menentukan pemain yang akan membantu dalam
pementasan karya “Move On!”, penulis membagikan materi musik
berupa data audio dalam format mp3 kepada masing-masing
pendukung. Penulis memberikan rentang waktu selama 1 bulan
kepada para pendukung untuk mempelajari komposisi “Move On!”
dan karya lainnya sebelum memulai proses latihan di studio. Hal ini
penulis lakukan agar masing-masing pendukung dapat lebih fokus
untuk mempelajari materi musik yang penulis berikan, sehingga dapat
memainkannya dengan baik dan tidak memakan waktu terlalu lama
ketika proses latihan di studio tengah berlangsung.
50
Setelah menghafalkan materi lagu, barulah proses latihan di
studio dimulai. Proses latihan ini dilakukan di studio Escape Jl. Jendral
Ahmad Yani, Bandung. Alasan penulis memilih studio Escape sebagai
tempat proses latihan adalah peralatan yang baik dan memadai, serta
telah menjadi tempat latihan rutin yang dilakukan penulis setiap
minggu.
Adapun alasan memilih para pendukung tersebut untuk
membantu kelancaran dalam pementasan penulis adalah hubungan
antar pemain sudah terjalin dengan baik, karena pernah bermain di
dalam sebuah band yang sama sebelumnya.
4.2.
Konsep Pementasan
Setelah penulis melewati proses latihan penulis pun harus
membuat konsep pementasan. Pada pementasan TA ini penulis akan
membawakan 8 buah lagu yaitu 7 lagu ciptaan penulis dan 1 lagu
cover yang akan dimainkan dengan format combo (band). Pada 7 lagu
ciptaan penulis akan bermain gitar solo sebagai pemeran utama dalam
band, namun pada lagu ke 4 (If..) dan lagu ke 5 (One Day) penulis
akan ditemani dengan 2 additional player yaitu pemain gitar akustik
dan pemain shaker, dan pada akhir pementasan penulis akan berduet
dengan vokalis dengan membawakan lagu dari salah satu band
ternama yang sudah di kenal di dunia. Berikut adalah list lagu yang
akan dibawakan dalam pementasan tugas akhir:
1. Ivan F Devota - Ambience Of Dissonance
2. Ivan F Devota - Runaway
3. Ivan F Devota - My way
4. Ivan F Devota - If... (Song For You)
51
5. Ivan F Devota - One Day
6. Ivan F Devota - I will...
7. Ivan F Devota - Move On (TA)
8. AC/DC Band - Highway To Hell
4.2.1. Tata Pentas (Panggung)
Tata panggung atau bisa disebut juga dengan scenery
atau
pemandangan
latar
belakang
(background)
adalah
suasana seputar gerak laku diatas panggung dan semua
elemen-elemen visual, atau yang terlihat oleh mata yang
mengitari talent dalam pementasan. Dalam pementasan TA ini
Penulis berencana menggunakan lahan parkir kampus UNPAS
IV yang bertempat di Jl. Dr. Setiabudhi no.193, Sukasari,
Bandung, sebagai tempat pertunjukan resital. Panggung yang
akan digunakan adalah jenis panggung terbuka (open air stage)
yang sudah tersedia dihalaman kampus, karena ukuran
panggung yang tersedia di halaman tidak cukup untuk
mengcover instrumen yang ada, maka penulis akan mendekor
ulang panggung agar dapat memiliki ruang gerak antar pemain
pendukung yang bermain diatas panggung. Berikut adalah
denah
panggung
yang
penataannya :
52
akan
penulis
gunakan
dengan
Gambar 40. Desain Panggung
Sumber: (Transkrip Pribadi)
Keterangan :
1.
Drum & pengiring
5.
Additional Guitar
2a.
Amplifier Guitar 2
6.
Additional Shaker
2b.
Gitar pengiring
7.
Additional Vocal
3a.
Amplifier Bass
8.
Sound Monitor
3b
Bass pengiring
9a.
Speaker P.A L
4a.
Amplifier Guitar 1 L
9b.
Speaker P.A R
4b.
Amplifier Guitar 1 R
4.2.2. Tata Suara
Tata Suara adalah suatu teknik pengaturan peralatan
suara atau bunyi pada suatu acara pertunjukan, pertemuan,
rapat dan lain-lain. Tata suara memainkan peranan penting
dalam suatu pertunjukan langsung dan menjadi satu bagian tak
53
terpisahkan dari tata panggung dan bahkan acara pertunjukan
itu sendiri. Tata suara erat kaitannya dengan pengaturan
penguatan
suara
mengabaikan
Pengaturan
agar
kualitas
tersebut
bisa
dari
terdengar
suara-suara
meliputi
kencang
yang
pengaturan
tanpa
dikuatkan.
michrophone,
prosesor dan efek suara, pengaturan konsul mixer, kabel-kabel,
Audio Power amplifier dan speaker-speaker-nya. Maka aspekaspek yang dibutuhkan penulis untuk pementasannya adalah:

1 unit stack amplifier, digunakan penulis

1 unit stack amplifier, digunakan gitar pengiring

1 unit bass amplifier, digunakan bass pengiring

1 set drum

Sound monitor

Microphone (dynamic)

Audio mixer (digital)

Audio power amplifier

PA speaker / loudspeaker
4.2.3. Tata Busana (Kostum pentas)
Kostum merupakan salah satu aspek penting di dalam
dunia pertunjukan. Kostum menjadi identitas tersendiri bagi
pemain musik di samping permainan musiknya. Bagi penonton,
kostum merupakan hal pertama yang dinilai dari penampilan
seorang performer. Semakin menarik penampilan seorang
performer, maka semakin besar pula ketertarikan penonton
untuk menyaksikan pertunjukannya.
54
Dalam pementasan ini, penulis menggunakan gaya
busana semi formal, dengan menggunakan atasan kemeja
hitam, dan bawahan celana jeans baik bagi dirinya sendiri
maupun bagi para pendukungnya. Hal ini didasarkan pada
komposisi musik yang penulis mainkan, yang mana komposisi
ini diciptakan dalam nuansa musik yang bergenre rock
sehingga gaya busana tersebut dirasa cukup pantas untuk
digunakan dalam pementasan komposisi ini.
55
BAB V
PENUTUP
Dalam membuat sebuah komposisi musik, referensi dan pengalaman
empiris seorang komposer sangatlah mempengaruhi bentuk dan warna dari
komposisi yang dibuat. Demikian halnya dengan apa yang penulis alami,
pengalaman mendengar dan mengapresiasi berbagai jenis musik sangat
membantu memperkaya pengetahuan dan wawasan penulis ketika harus
mengembangkan sebuah ide. Selain dari itu, ilmu yang didapat selama
proses
perkuliahan
pun
sangat
membantu
penulis,
terutama
yang
menyangkut analisis dan proses memahami sebuah komposisi orang lain.
Sehingga hasil analisa dan pemahaman tersebut membantu dan mendorong
penulis untuk terus berkarya.
Penulis akan menguraikan beberapa hal yang berkaitan dengan
pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya. Pada komposisi “Move On!”
ini penulis menggunakan beberapa teknik yang umum dipakai oleh para
gitaris diantaranya; alternate picking, legato, tapping, bending, dan lain
sebagainya. Tuning yang dipakai pun menggunakan tuning drop D (D-A-D-GB-E). Komposisi ini juga terdiri dari 5 part yaitu A (verse I) - A' (verse II), - B
(chorus), C (verse III), B' (Chorus), dan terdapat beberapa part tambahan
diantaranya, intro, bridge, interlude dan ending. Komposisi yang terdiri dari
206 bar ini menggunakan tonalitas do = A (♯3).
Dalam proses ini, penulis banyak menemukan hal-hal baru, seperti;
teori (pengolahan motif), metode-metode (revisi), dan lainnya. Tentunya hal
ini sangat bermanfaat bagi penulis, terutama sebagai pembelajaran agar
penulis dapat lebih giat lagi dalam mencari sumber informasi yang kemudian
dijadikan referensi dalam menciptakan sebuah karya. Selain itu, penulis juga
56
mendapatkan banyak pelajaran dari percobaan–percobaan yang penulis
lakukan selama proses pembuatan karya ini, karena di dalam setiap
percobaan tersebut, penulis menemukan kesalahan–kesalahan yang menjadi
pelajaran dan sarana introspeksi diri bagi penulis. Penulis mendapatkan
pengalaman melalui apresiasi terhadap karya–karya musisi sebelumnya, dari
hasil apresiasi tersebut penulis mengerti bahwa di dalam pembuatan karya
seni sebuah ketulusan dan kejujuran adalah hal yang sangat penting.
Ketulusan seorang musisi mampu menciptakan karya seni yang indah,
meskipun harus mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran. Dengan kejujuran
seorang musisi akan mampu menciptakan sebuah karya seni yang orisinil
dan dapat dipertanggung jawabkan, bukan sekedar mengikuti kemauan atau
permintaan orang lain. Selain itu, penulis juga melewati berbagai proses
revisi, yaitu perbaikan ide-ide musikal sesuai dengan tujuan yang ingin
penulis capai.
Inti dari semuanya adalah hasil akhir bukanlah sebuah tolak ukur
keberhasilan penulis, melainkan seluruh proses yang telah dilalui untuk
mendapatkan hasil akhir. Dengan proses itulah penulis mendapatkan banyak
pelajaran yang mendewasakan dan menjadikan pribadi penulis lebih baik
dimasa yang akan datang, Amin.
57
Download