8 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Minat Setiap individu mempunyai kecenderungan funamental untuk berhubungan dengan sesuatu yang berada dalam lingkungan. Apabila sesuatu itu memberikan kesenangan kepada dirinya, kemudian ia akan berminat terhadap sesuatu itu. Minat timbul apabila individu tertarik kepada sesuatu yang akan dipelajari dirasakan berarti bagi dirinya dan ia pun akan berniat untuk mempelajarinya. Secara bahasa, minat berarti perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas, pelajaran atau objek itu berharga atau berarti bagi individu (Chaplin, 2004:14). Sedangkan menurut istilah, di bawah ini peneliti mengemukakan beberapa pendapat ahli psikologi mengani minat diatas. Menurut Whiterington (1978:124) minat adalah kesadaran seorang bahwa suatu objek, seseorang suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. Minat itu akan timbul, jika suatu objek yang dihadapi seseorang bagi kebutuhan hidupnya. Pendapat lain dikemukakan oleh Winkel (1978:188) bahwa minat diartikan sebagai kecenderungan subjek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasa tertentu dan merasa senang untuk mempelajari materi itu. Jadi menurut pendapatnya, kecenderungan dan kesadaran subjek yang sudah menetap dalam dirinya akan menyebabkan timbulnya minat dan merasa senang mempelajari materi yang telah diberikan. Selanjutnya, Alisuf Sabri mengatakan bahwa minat adalah suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat ini erat kaitannya denga perasaan terutama perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu. Orang yang berminat terhadap sesuatu berarti ia sikapnya senang terhadap sesuatu itu. Siswa yang berminat terhadap pelajaran akan tampak terus tekun belajar. 9 Crow & Crow sebagaimana dikutip dari buku Abd. Rachman Abror (1993:112), mengatakan bahwa minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong cenderungan atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan ataupun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain, minat dapat menjadi penyebab kegiatan dan partisipasi dalam kegiatan. Minat mengandung unsur kognisi (menganal), emosi (peasaan), dan konasi (kehendak). Unsur kognisi, yaitu minat dadahului pengalaman dan informasi menganal objek yang dituju oleh minat tersebut. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih terhadap subjek tersebut. Menurut Bimo Walgito, minat adalah suatu perhatian yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut dengan apa yang menjadi melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas meimilih (Ramayulis, 1998:175). Secara umum minat dapat diartikan sebagai suatu kecendeungan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu. Minat juga diartikan sebagai sikap positif anak terhadap aspekaspek lingkungan. Ada juga yang mengartikan minat sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan menikmati suatu aktivitas desertai dengan rasa menguasai individu seara mendalam untuk tekan melakukan suatu aktivitas. Aspek minat terdiri dari aspek kognitif dan afektif. Aspek kognitif berupa konsep positif terhadap suatu objek dan berpusat pada manfaat dari objek tersebut. Aspek afektif nampak dalam rasa suka atau tidak senang dan kepuasan pribadi terhadap objek tersebut (Sandjaja, 2011:2-3). 10 Minat merupakan gambaran sesuatu dan ingin memiliki kecenderungan tertentu. Minat juga diartikan suatu moment dari kecenderungan yang terarah secara intensif pada suatu tujuan atau objek yang dianggap penting. Objek yang menarik perhatian dapat membentuk minat karena adanya dorongan dan kecenderungan untuk mengetahui, memperoleh, atau menggali dan mencapainya. Skinner (1997) mengemukakan bahwa minat selalu berhubungan dengan objek yang menarik individu, dan objek yang menarik adalah yang dirasakan menyenangkan. Apabila seseorang mempunyai mina terhadap suatu objek, maka minat tersebut akan mendorong seseorang untuk berhubungan lebih dekat dengan objek tersebut, yaitu dengan melakukan aktivitas lebih aktif dan positif demi mencapai sesuatu yang diminatinya. Chaplin (dalam Hastuti, 1993) memberikan definisi minat sebagai suatu pernyataan yang menyatakan bahwa suatu aktivitas, pekerjaan, atau objek itu berharga atau tidak berharga bagi individu. Minat juga merupakan sikap yang berlangsung selektif terhadap objek minatnya. Selain itu, menurut Chaplin minat adalah suatu keadaan motivasi yang menuntun tingkah laku seseorang menuju satu arah atau sasaran tertentu. Di dalam minat itu sendiri terkandung unsur kognitif, emosi, atau afekif dan kemauan atau konatif untuk mencari sesuatu objek tertentu (Law, 1992). Eysenck dan Arnold (dalam Indarto, 1993) menyatakan minat merupakan kecenderungan berperilaku yang pada setiap individu berbeda intensitasnya, karena minat dipengaruhi oleh kebutuhan atau kepentingan individu akan suatu objek itu. Semakin individu membutuhkan atau tertarik terhadap objek minat tersebut, maka besar pula minatnya. Drever (1982) meninjau minat berdasarkan fungsi dan strukturnya. Secara fungsional minat merupakan suatu jenis pengalaman perasaan yang dianggap bermanfaat dan diasosiasikan dengan perhatian pada suatu objek tertentu. Dari beberapa teori di atas, peneliti mencoba untuk memakai pernyataan seorang yang bernama Winkel (1978:188) bahwa minat diartikan sebagai 11 kecenderungan subjek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasa tertentu dan merasa senang untuk mempelajari materi itu. Jadi menurut pendapatnya, kecenderungan dan kesadaran subjek yang sudah menetap dalam dirinya akan menyebabkan timbulnya minat dan merasa senang mempelajari materi yang telah diberikan. 2.1.1. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Minat Minat sebagai salah satu pendorong dalam proses belajar tidak muncul dengan sendirinya, akan tetapi banyak faktor yang menimbulkan minat siswa terhadap beberapa mata pelajaran yang diajarkan oleh para guru bidang studi (Winkel, 1978:188) Faktor-faktor tersebut antara lain: a. Minat dapat timbul dari situasi belajar. Minat akan timbul dari suatu yang telah diketahui, dan kita bisa mengetahui sesuatu itu melalui belajar. Karena itu, semakin banyak belajar, semakin luas pula bidang minatnya (Gunarsa, 2003:6). Situasi belajar dan pengajaran yang menarik harus memperhatikan dan mempertimbangkan minat pribadi siswa. Mereka diberi kesempatan untuk dapat giat sendiri, dan bebas berpartsipasi secara aktif selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Mereka diberi kebebasan untuk mencari sendiri, berargumen, dan mencoba untuk memecahkan masalah sendiri, dan guru berperan sebagai pembimbing. b. Minat dapat juga dipupuk melalui belajar. Dengan bertambahnya pengetahuan, minat akan timbul dan bahkan menggiatkan untuk mengenali dan mempelajarinya. Minat juga erat hubungannya dengan dorongan, motif dan respon emosional. c. Pengalaman juga merupakan faktor penting dalam pembentukkan minat. Karena dari pengalaman, dapat diketahui bahwa setiap pekerjaan memerlukan usaha untuk menyelesaikannya. Minat yang timbul 12 berlandaskan kesanggupan dalam bidang tertentu akan mendorong ke usaha yang lebih produktif. Ditambah dengan pengalaman dan pengetahuan, akan mencapai sukses dalam batas-batas kemampuan yang dimiliki. Minat siswa akan bertambah jika ia dapat melihat dan mengalami bahwa dengan bantuan yang dipelajari itu ia akan mencapai tujuan tertentu. d. Bahan pelajaran. Bahan pelajaran dapat mempengaruhi minat siswa, siswa tidak akan belajar sebaik-baiknya apabila dari bahan pelajaran tersebut tidak ada daya tarik baginya, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Pelajaran yang menarik siswa, akan lebih mudah dipelajari dan disimpan olehnya (Slameto, 2010:57). e. Pelajaran dan sikap guru. Pelajaran akan menjadi manarik bagi siswa, jika mereka dapat melihat dan mengetahui adanya hubungan antar pelajaran dengan kehidupan yang nyata yang ada di sekitarnya. Sikap guru yang diperlihatkan kepada siswa ketika mengajar memegang peranan penting dalam membangkitkan minat dan perhatian siswa. Guru yang tidak disukai murid akan sukar merangsang timbulnya minat dan perhatian siswa (Singer, 1987:78). f. Cita-cita, suatu dorongan yang besar pengaruhnya dalam belajar. Cita-cita merupakan pusat dari bermacam-macam kebutuhan, yang biasanya kebutuhan itu disentralisasikan pada cita-cita itu, sehingga dorongan tersebut mampu memobilisasikan energi psikis untuk belajar (Suryakarta, 1995:254). Yang kemudian akan menimbulkan minat belajar yang tinggi. Bagi siswa yang memiliki cita-cita, maka minat belajarnya akan lebih daripada minat siswa yang lain yang tidak mempunyai cita-cita. Ia akan terdorong terus untuk belajar guna mencapai cita-cita. g. Motivasi. Minat seseorang akan semakin tinggi bila disertai motivasi, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Menurut Tampubolon (1993:41) yang mengatakan minat merupakan perpaduan antara keinginan yang dapat berkembang jika ada motivasi . 13 Seorang siswa akan memperdalam ilmu pengetahuan tentang seni musik, tentu akan terarah minatnya unutk membaca buku-buku tentang seni musik, mendiskusikannya dan lain-lain. h. Keluarga. Orang tua adalah orang yang terdeka dalam keluarga. Oleh karena itu sangat besar pengaruhnya dalam menentukan minat seorang siswa terhadap pelajaran. Sebagaimana yang dikatakan Abdul Rachman Abror bahwa “Tidak semua siswa memulai studi baru karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap bidang pelajaran tersebut, karena pengaruh dari gurunya, teman sekitar dan orang tuanya.” a. Faktor Internal 1) Niat, niat merupakan titik sentral yang pokok dari segala bentuk perbuatan seseorang. 2) Rajin dan kesungguhan dalam belajar seseorang akan mempermudah sesuatu yang dikehendaki dengan cara maksimal dalam menuntut ilmu tentunya dibutuhkan kesungguhan belajar yang matang dan ketekunan yang intensif pada diri orang tersebut. 3) Motivasi, motivasi merupakan dalah satu faktor yang mempengaruhi minat seseorang karena adanya dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan. 4) Perhatian, minat timbul bila ada perhatian dengan kata lain minat merupakan sebab akibat dari perhatian, karena perhatian itu merupakan pengarahan tenaga jiwa yang ditujukan kepada suatu objek yang akan menimbulkan perasaan suka. 5) Sikap terhadap guru dan pelajaran, sikap positif dan perasaan senang terhadap guru dan pelajaran tertentu akan membangkitkan dan mengembangkan minat siswa, sebaliknya sikap memandang mata pelajaran terlalu sulit atau mudah akan memperlemah minat belajar siswa ( Shaleh, 2003: 265). 14 b. Faktor Eksternal 1) Keluarga, adanya perhatian dukungan dan bimbingan dari keluarga khususnya orang tua akan memberikan motivasi yang sangat baik, bagi perkembangan minat anak. 2) Guru dan fasilitas sekolah, faktor guru merupakan faktor yang penting pada proses belajar mengajar, cara guru menyajikan pelajaran dikelas dan penguasaan materi pelajaran yang tidak membuat siswa malas, akan mempengaruhi minat belajar siswa. Demikian pula sarana dan fasilitas yang kurang mendukung seperti buku pelajaran, ruang kelas, laboratorium yang tidak lengkap dapat mempengaruhi minat siswa begitu juga sebaliknya. 3) Teman sepergaulan, sesuai dengan masa perkembangan siswa yang senang membuat kelompok belajar dan banyak bergaul dengan kelompok yang diminati, teman sepergaulan yang ada di sekelilingnya berpengaruh terhadap minat belajar anak. Sebaliknya bila teman bergaulnya tidak ada yang bersekolah atau malas maka minat belajar anak akan berkurang atau malas. 4) Media masa, kemajuan teknologi seperti VCD, Telepon, HP, Televisi, Internet dan media masa lainya seperti buku bacaan , majalah, dan surat kabar, semuanya dapat mempengaruhi minat belajar siswa. Jika siswa menggunakan media tersebut untuk membantu proses belajar mengajar maka akan berkembang, tetapi bila waktu belajarnya dipakai untuk menonton TV atau digunakan yang lain yang tidak semestinya tentunya akan berdampak negatif. 2.1.2. Macam-Macam Minat Minat dapat digolongkan menjadi beberapam macam, antara lain berdasarkan timbulnya minat dan berdasarkan arah minatnya. 1. Berdasarkan timbulnya, minat dibedakan menjadi dua yaitu: a. Minat primitif 15 Minat primitif adalah minat yang timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan makanan, perasaan enak, atau nyaman, kebebasan beraktivitas dan seks. b. Minat sosial Minat sosial adalah minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita. Misalnya, minat belajar individu punya pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan akan lebih menghargai orang-orang terpelajar dan pendidikan tinggi, sehingga hal ini dapat menimbulkan minat individu untuk belajar dan berprestasi agar mendapat penghargaan dari lingkungan, hal ini mempunyai arti yang sangat penting bagi harga dirinya. 2. Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a. Minat intrinsik Minat intrinsik adalah minat yang berlangsung berhubungan dengan aktivitas sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar. Misalnya seseorang melakukan kegiatan belajar, karena memang pada ilmu pengetahuan atau karena memang senang membaca, bukan karena ingin mendapatkan pujian atau pengargaan. b. Minat ekstrinsik Minat ekstrinsik adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuan sudah tercapai ada kemungkinan minat tersebut hilang. Misalnya seorang yang belajar dengan tujuan agar menjadi juara kelas ( Shaleh, 2003:265).. 2.1.3. Fungsi Minat dalam Belajar Dalam proses belajar, minat merupakan salah satu faktor psikologis yang penting dalam belajar, minat memounyai pengaruh yang cukup besar dalam belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak akan melakukan seuatu. Misalnya, seseorang anak menaruh minat terhadap bidang studi seni musik, maka ia akan berusaha untuk mengetaui lebih banyak tentang seni terutama seni musik. 16 Fungsi minat besar sekali terhadap kegiatan belajar, karena minat mempunyai andil yang sangat besar dalam menunjang keberhasilan. Seseorang akan memetik hasil belajarnya ketika ia berminat terhadap sesuatu yang ias pelajari dan dengan sendirinya ia akan menunjukkan keaktifan dalam mengikuti pelajaran. Sebagaimana yang dikatakan oleh William Jamaes (1980) melihat bahwa “minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa” (Usman, 2010:27). Minat merupakan faktor pendorong bagi anak didik dalam melaksanakan usahanya untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Dengan demikian, jelas terlihat bahwa minat sangat penting dalam pendidikan karena merupakan sumber usaha anak didik (Sumartaman, 1983:29) Minat mendorong seseorang untuk melakukan suatu perkerjaan. Minat akan mengarahkan dalam memilih macam pekerjaan yang akan dilakukan. Minat juga akan mengarahkan seseorang terhadap apa saja yang disenangi dan dikerjakannya. Dengan demikian, kewajiban sekolah dan para guru untuk menyediakan lingkungan yang dapat merangsang minat siswa terhadap proses belaja mengajar. Guru harus pintar-pintar menarik minat siswa agar kegiatan belajar mengajar memuaskan. Dengan adanya minat proses belajar mengajar akan berjalan lancar dan tujuan pendidikan akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Karena minat sangat penting peranannya dalam pendidikan, maka yang haus mempunyai minat bukan hanya siswaa, melainkan guru yang harus mempunyai minat untuk mengajar. Karena, kesiapan keduanya merupakan penunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar. 2.1.4. Pengukuran Minat Ada beberapa alasan bagi seorang guru perlu mengadakan pengukuran terhadap minat anak-anak. Antara lain adalah sebagai berikut: a. Untuk meningkatkan minat anak-anak. Setiap guru mempunyai kewajiban untuk meningkatkan minat anak-anak. Minat merupakan komponen yang penting dalam kehidupan pada umumnya dan dalan pendidikan ataupun 17 dalam pengajaran khususnya. Guru yang mengabaikan hal ini tidak akan berhasil di dlam kegiatan belajar mengajar. b. Memelihara minat baru yang timbul. Apabila anak-anak menunjukan minat yang kecil, maka merupakan tugas bagi guru untuk memelihara minat terseut. Anak yang baru masuk ke suatu sekolah mungkin belum begitu banyak menaruh minat terhadap akivitas-aktivitas tertentu. Dalam hal ini, guru wajib memperkenalkan kepada anak-anak aktivitas tersebut. c. Mencegah timbulnya minat terhadap al-hal yang tidak baik. Oleh karena itu , sekolah adalah suatu lembaga yang menyiapkan akan-anak untuk hidup di dalam masyarakat. Maka, sekolah harus mengembangkan aspek-aspek ideal agar anak-anak menjadu anggota masyarakat yang baik. Dalam keadaan ertentu anak-anak sering menaruh minat terhadap hal-hal yang tidak baik yang terdapat dilar sekolah di dalam masyarakat yang jauh dari ideal. Dalam keadaan demikian sekolah melalui guru hendaknya memberantas minat anak yang tertuju kepada hal yang tidak baik, dengan adanya metode positif yang mengalihkan tersebut ke dalam hal yang baik. d. Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak tentang lanjutan studi atau pekerjaan yang cocok baginya. Walaupun minat bukan merupakan indikasi yang pasti, tentang sukses tidaknya anak dalam pendidikan yang akan datang dalam jabatan (Sumartaman, 1983:225). 2.1.5. Metode Pengukuran Minat Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk mengadakan pengukuran minat. Dibawah ini akn diuraikan metode-metode pengukuran tersebut. a. Observasi Pengukuran minat dengan metode observasi mempunyai keuntungan karena dapat mengamati minat anak-anak dalam kondidi yang wajar dan tidak dibuat-buat. Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi, baik dalam kelas maupun diluar kelas. Pencatatan hasil observasi dapat dilakukan selama observasi berlangsung. b. Interview 18 Interview baik dipergunakan untuk mengukur minat anak-anak, sebab biasanya anak akan gemar memperbincangkan hobinya dan aktivitas lain yang menarik hatinya. Pelaksanaan interview ini biasanya lebih baik dilakukan dalam situasi yang baik tidak formal, sehingga percakapan akan dapat berlangsung lebih baik. Misalnya dalam percakapan sehari-hari di luar jam pelajaran, dengan mengadakan kunjungan rumah dan sebagainya. Guru dapat memperoeh informasi tentang minat anak dengan menanyakan kegiatan apa yang dilakukan oleh anak setelah pulang sekolah. c. Kuesioner Dengan mempergunakan kuesioner guru dapat melakukan pengukuran terhadap sejumlah anak sekaligus. Dengan demikian, apabila dibandingkan dengan interview dan observasi, kuesioner ini jauh lebih efisien dalam penggunaan waktu. Isi pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner pada prinsipnya tidak berbeda dengan pertanyaan interview. Jadi, dalam kuesioner guru dapat menanyakan tentang kegiatan yang dilakukan anak diluar sekolah. d. Inventori Inventori adalah suatu metode untuk mengadakan pengukuran atau penilaian yang sejenis dengan kuesioner, yaitu sama-sama merupakan daftar pertanyaan secara tertulis. Perbedaannya ialah dalam kuesioner responden menulis jawaban yang relatif sedangkan pada inventoru responden memberi jawaban dengan memberi lingkaran , tanda chek (v), mengisi nomor atau tanda-tanda lain yang berupa jawaban yang singkat terhadap sejumlah pertanyaan yang lengkap (Nurkancana & Sumartaman. 1983:13). 3.1. Seni Dalam Pendidikan Dalam konsepsi pendidikan, secara teoritik gambaran tentang manusia Indonesia telah tertuang secara jelas dalam rumusan tujuan pendidikan Nasional Indonesia yakni manusia seutuhnya. Pendidikan seni dalam dunia pendidikan 19 memiliki keterkaitan dengan paham progresif yang mementingkan kebebasan, keaktifan dan kreatifitas. Sebab karakteristik kegiatan seni tidak lepas dari sifat tersebut. Sehingga melalui pendidikan seni diharapkan dapat melahirkan generasi yang kreatif, memiliki akal dan kehalusan budi dalam mengantisipasi perubahan yang terjadi di masyarakat. Apabila dicermati, seni memiliki dua aspek yang berguna bagi manusia, yakni aspek produk dan aspek prosesnya. Aspek pertama aspek produk atau karya seni bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup manusia karena dengan menghayati karya seni seseorang dapat memahami kemungkinan cara baru dalam berfikir, merasakan dan membayangkan. Dengan demikian karya seni memiliki banyak informasi tentang kehidupan. Manfaat seni yang kedua yakni proses berkarya seni. Di dalam proses kegiatan berkesenian terjadi beberapa aktivitas fisik dan psikologis yang dapat merangsang potensi-potensi pada diri manusia untuk berkembang baik pertumbuhan fisik maupun mentalnya. Oleh sebab itu seni berperan dalam pendidikan guna mencapai tujuan sesuai dengan karakter dan potensi yang dimiliki oleh seni. Sebagaimana yang diuraikan sebelumnya, telah disepakati bahwa pelajaran kesenian memiliki kedudukan penting sebagai bagian dari sistem Pendidikan Nasional. Namun masih banyak kalangan masyarakat belum memahami mengapa itu penting. Masih banyak kalangan pengelolah pendidikan belum memahami bagaimana melaksanakan pendidikan seni yang efektif bagi perkembangan siswa. Selain itu masih banyak guru belum mengetahui bagaimana mengajarkan kepada siswa dan yang sangat memprihatinkan adalah banyak pemegang kebijakan dalam dunia pendidikan belum mengetahui bagaimana pentingnya seni dalam mencapai tujuan pendidikan. Seperti apa yang diungkapkan ki hadjar maupun oleh peneliti dari dunia barat sesungguhnya sangat penting sebagai suatu strategi dalam tujuan pendidikan, yaitu perkembangan kepribadian siswa menjadi lebih utuh karena kegiatan seni mengimbangi perkembangan logika dengan memperkuat kepekaan rasa, emosi dan imajinasi sebagai bagian mental manusia yang menjadikan manusia menjadi lebih manusiawi. 20 3.2. Tujuan Pendidikan Seni Tujuan pendidikan seni terdiri dari apresiasi seni, wawasan seni, kritik seni dan kegiatan produktif. Di Indonesia tujuan pendidikan seni khususnya pendidikan seni si Sekolah Menengah Atas dan Sederajat adalah: 1. Mengembangkan kepekaan rasa 2. Mengembangkan kreativitas 3. Mengembankan cita rasa estetis 4. Mengembangkan etika 5. Mengembangkan cita rasa estetis 6. Mengembangkan etika 7. Mengembangkan kesadaran sosial 8. Mengembangkan kesadaran kultural 9. Mengembangkan rasa cinta terhadap kebudayaan Indonesia. Kepekaan rasa dan cita rasa estetis dapat menjadi satu kelompok wilayah kepekaan emosional dan rasa yang berhubungan dengan estetik. Kemudian kesadaran kultural, cinta budaya Indonesia, kesadaran sosial dapat timbul jika siswa memiliki kepekaan dan kritis dalam melakukan apresiasi terhadap hasil seni dan budaya. Sehingga tujuan ini merupakan dampak dari kepekaan dan apresiasi. Etika memiliki korelasi dengan kepekaan estetik karena keduanya merupakan suatu kebaikan; Etika adalah kebaikan perilaku dan estetika adalah kebaikan penampilan. Kemampuan kreatif sangat berbeda dengan kepekaan rasa, karena kreatif lebih pada wilayah kemampuan berimajinasi sehingga mendapatkan gagasan-gagasan baik untuk pemecahan masalah atau memang sebagai gagasan murni tentang sesuatu yang belum pernah ada. Dalam konteks pendidikan seni, hasil seni dan budaya dapat dijadikan sebagai materi pembelajaran untuk dihayati, dianalisa dan selanjutnya sebagai pijakan dalam menciptakan seni dan budaya yang baru dengan tidak meninggalkan ciri dan budaya yang telah ada. Selain sebagai landasan penciptaan, hasil seni budaya bangsa dapat pula dijadikan sebagai media untuk mengasah kepekaan yang berhubungan dengan estetika. Jadi hasil-hasil peradaban bangsa Indonesia yang 21 telah ada sangat penting utnuk diperhatikan, diresapi, dihayati baik nilai filosofi kehidupan dan keindahan yang tersimpan di dalamnya. 3.2.1. Pendekatan Pembelajaran Seni Pendekatan pembelajaran merupakan suatu konsep awal bagaimana melakukan pembelajaran agar dapat efektif. Pendekatan merupakan suatu perbuatan yang dilakukan lebih luas dibandingkan dengan metode pembelajaran, pendekatan pembelajaran bersifat umum. Imajinasi kreatif adalah kegiatan pengembangan kreativitas menekankan kepada perkembangan imajinasi dalam memunculkan gagasan sebagai dasar pemecahan masalah. Aspek ini terdiri dari beberapa jenis yaitu: 1. Fluency, yakni kelancaran munculnya gagasan bermula dari suatu rangsangan persepsi visual atau auditory. Hal yang penting dalam kegiatan ini adalah kebebasan dalam berfikir, mengutamakan jumlah yang banyak dan memiliki relevansi dengan apa yang ditanggapi. 2. Flexibility, yaitu keluwesan dalam berfikir, mampu merubah dan menyesuaikan dengan kondisi yang dihadapi, mampu memberikan sudut pandang yang berbeda dan alternatif lain dalam menyelesaikan masalah. 3. Elaboration, yakni kemampuan mengembangkan, melengkapi, memperkaya dan memperjelas hal-hal yang masih sederhana menjadi sesuatu kesatuan yang lengkap dan harmonis. 4. Asosiatif, yakni kemampuan berfikir imajinatif berdasarkan suatu rangsangan visual maupun auditory dan menghubungkan sumber rangsang tersebut dengan sesuatu yang lain. 5. Analog, yakni mengandaikan sesuatu dengan sesuatu lain namun memiliki persamaan dalam beberapa hal. 3.3. Pembelajaran Seni Musik Seni Musik merupakan ungkapan batin yang dinyatakan dengan irama nada yang melodis. Melodi seni musik adalah suara, karena itu pengamatan seni musik adalah pengamatan auditif (Bastomi, 1992). Pendidikan kesenian, sebagaimana 22 yang dinyatakan Ki Hajar Dewantara, merupakan salah satu faktor penentu dalam membentuk kepribadian anak, karena pendidikan seni di sekolah dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan dalam membentuk jiwa dan kepribadian. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, pembelajaran seni musik sangat memberi konstribusi yang besar dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Pembelajaran seni musik merupakan pembelajaran yang memberikan kemampuan mengekspresikan dan mengapresiasikan seni secara kreatif untuk perkembangan kepribadian siswa dan memberikan sikap-sikap atau emosional yang seimbang. Seni musik membentuk disiplin, toleran, sosialisasi, sikap demokrasi yang meliputi kepekaan terhadap lingkungan. Dengan kata lain pembelajaran seni musik merupakan individu siswa yang nantinya akan berdampak para pertumbuhan akal, pikiran, sosialisasi dan emosional. Pembelajaran seni musik di sekolah mempunyai tujuan : 1) memupuk rasa seni pada tingkat tertentu dalam diri tiap anak melalui perkembangan kesadaran musik, tanggapan terhadap musik, kemampuan mengungkapkan melalui musik, sehingga memungkinkan anak mengembangkan kepekaan terhadap dunia sekelilingnya; 2) mengembangkan kemampuan menilai musik melalui intelektual dan artistik sesuai dengan budaya bangsanya; 3) dapat dijadikan bekal untuk melanjutkan studi pendidikan musik yang lebih tinggi (Jamalus, 1998:91) 3.3.1. Pengertian Musik Musik adalah cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai suara kedalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami manusia (Banoe.2003:288). Menurut Jamalus (1988:1) musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik, yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk/struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan. Senada dengan Jamalus, menurut Soeharto (1992:86) seni musik adalah “pengungkapan gagasan melalui bunyi yang unsure dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni dengan unsur pendukung berupa bentuk, sifat, dan warna bunyi”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas,2001) menyatakan musik adalah nada atau suara yang 23 disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan ( terutama yang menggunakan alat-alat yang menghasilkan bunyi). Menurut Hardjana (2003:111) Musik adalah permainan waktu dengan mengadopsi bunyi sebagai materinya. Musik adalah waktu dalam bunyi. Dalam musik, waktu adalah ruang – bunyi adalah substansinya. Didalam ruang waktu itulah bunyi-bunyi bergerak. 9 10 Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa musik merupakan cabang seni yang timbul dari pikiran dan perasaan manusia yang dapat dimengerti dan dipahami berupa nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama lagu dan keharmonisan sebagai suatu ekspresi diri. 3.3.2 Kemampuan Musikal Kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekayaan (Poerwadarminta,1996:571). Kemampuan berasal dari pembawaan dan dapat diperoleh melalui latihan. Kemampuan yang berasal dari pembawaan disebut kapasitas, sedangkan kemampuan yang didapat karena latihan disebut abilitas. Kemampuan (ability) merupakan kekuatan untuk melakukan tindakan tertentu, baik fisik ataupun mental, baik sebelum maupun setelah mendapat latihan (Simanjuntak,1986:1). Menurut Woodworth (dalam Marwanto:1999) kemampuan (ability) mempunyai tiga arti yaitu : 1) prestasi (achievement), 2) kecakapan (capasity) dan 3) bakat (optitude). Prestasi adalah kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung oleh tes tertentu. Kecakapan adalah kemampuan yang tidak dapat diukur secara langsung. Kecakapan hanya dapat diukur secara tidak langsung melalui pengukuran kecakapan individu yang berkembang karena perpaduan antara kemampuan dasar dan latihan yang intensif serta pengalaman. Sedangkan bakat adalah kualitas psikis yang hanya dapat diukur dengan tes yang sengaja dibuat untuk itu. Dalam hal ini 11 kemampuan berarti prestasi dengan asumsi bahwa kecakapan dan bakat sudah termasuk didalam prestasi. Musik itu sendiri adalah cabang seni yang timbul dari pikiran dan perasaan manusia yang dapat dimengerti dan dipahami berupa nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama lagu dan keharmonisan sebagai suatu ekspresi diri. Nada adalah suatu bunyi yang teratur tinggi rendah frekuensinya. Frekuensi yang dapat didengar oleh telinga manusia normal berada pada rentang frekuensi 20 Hz – 20.000 Hz. Dan 24 sistem penalaan yang sudah ditentukan adalah nada A = 440 Hz (pitch concert). Untuk dapat mengetahui tinggi rendah nada diperlukan solfegio yang baik pula. Sadie (dalam Musa.2010:13) menjelaskan solfegio merupakan istilah yang mengacu pada menyanyikan tangga nada, interval seta latihan-latihan melodi bagi Silaby Solmization, yaitu menyanyikan nada-nada musik dengan menggunakan suku kata. Pada perkembangan selanjutnya solfegio tidak hanya mengacu pada cara menyanyikan saja, tetapi meliputi 3 hal yaitu kemampuan seseorang untuk membaca suatu karya musik (sight reading), kemampuan seseorang untuk mendengar atau menganalisis suatu karya musik (ear training) serta kemampuan seseorang untuk memainkan suatu karya musik (sight singing). Dalam dunia pendidikan seni musik kemampuan seseorang untuk membaca suatu karya musik (sight reading) adalah dimana seseorang dapat mengetahui ritme, melodi, tangga nada, dan harmoni suatu karya 12 musik dengan cara membaca not yang ada pada partitur. Kemampuan mendengar atau menganalis suatu karya musik (ear training) dapat dijelaskan sebagai kemampuan seseorang dalam menganalisa karya musik untuk mengetahui ritme, melodi, tangga nada, dan harmoni dengan cara mendengarkan karya musik tersebut. Sedangkan kemampuan memainkan suatu karya musik (sight singing) adalah dimana seseorang mempunyai kemampuan membaca suatu karya musik (sight reading), dan mempunyai kemampuan mendengar atau menganalisis (ear training) dan mengekspresikan kemampuankemampuan tersebut dengan cara menciptakan dan atau memainkan suatu karya musik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kemampuan musikal adalah suatu prestasi dari usaha atau daya diri sendiri baik yang sudah dilatih maupun belum dilatih untuk mengenali, menganalisa, merasakan tinggi rendah nada dari indera pendengaran dan indera lainnya untuk dapat menganalisa secara perhitungan matematika dan mengkomposisikan dalam unsur-unsur musik yang berupa melodi, harmoni dan ritmis sehingga membentuk satu kesatuan karya lagu yang dapat di mengerti dan dipahami.