Makalah Pendidikan Musik pada Anak BAB I PENDAHULUAN Pendidikan musik merupakan sebuah disiplin ilmu yang tidak terlalu baru sebagai bagian dari disiplin psikologi dan musikologi. Tetapi di Indonesia pendidikan musik masih dirasa sebagai disiplin ilmu yang masih baru. Walaupun demikian, penelitian-penelitian mengenai pendidikan musik ataupun penelitian mengenai musik implikasinya terhadap pendidikan, telah banyak dihasilkan. Hal ini merupakan sebuah gambaran kepedulian dan konsistensi para pendidik musik yang sedang tumbuh pada konsep holistik tentang musik, tidak hanya aspek motorik dan afeksi saja tetapi juga aspek kognisi. Kepekaan akan suara dimulai sejak dalam kandungan. Menurut para ahli, bayi di uterus sejak memasuki bulan keempat atau kelima mulai bereaksi terhadap suara, baik suara di dalam tubuh maupun dari luar kandungan. Memperdengarkan musik atau suara lain yang menyenangkan bagi bayi yang masih di dalam kandungan ternyata bisa menstimulasi sistem pendengaran mereka dan berpengaruh positif pada respons mereka terhadap musik dan suara-suara lain setelah mereka lahir. Jauh sebelum anak-anak mampu mengucapkan kata-kata yang dapat dimengerti, orang tua bisa memperkenalkan inti komunikasi dan hubungan sosial kepada mereka dengan cara mendukung serta mendorong mereka untuk mengembangkan keterampilan berbahasa. Karena kepekaan akan musik dan unsur-unsurnya (ritme, pitch (tinggi rendahnya nada) dan timbre (warna suara)) berkembang dengan kecepatan yang sama seperti berbicara, musik dapat menjadi alat bantu yang ampuh untuk mengembangkan kepekaan akan suara dan keterampilan berbahasa. Kecepatan anak-anak menghafal lagu-lagu populer dan jingle-jingle iklan di TV menunjukkan manfaat menggabungkan musik dengan bahasa verbal maupun nonverbal. Tanpa kita sadari musik dapat membantu kita semua, baik anak-anak maupun dewasa, untuk menyimpan sejumlah besar informasi. 1.1. LATAR BELAKANG Menikmati musik memang kegiatan yang paling mengasyikkan. Musik ternyata mempengaruhi perkembangan IQ (Intelligent Quotion) dan EQ (Emotional Quotion) seseorang. Seorang anak yang telah dibiasakan mendengarkan musik dari sejak kecil maka kecerdasan emosional dan intelegensinya akan lebih berkembang dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik. Anak yang sering mendengarkan musik tingkat kedisiplinannya lebih baik dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik. Musik dapat menjadikan anak pintar terutama di bidang logika matematika dan bahasa. Keindahan musik adalah kata-kata yang menyatu dengan nada, sehingga anak memiliki keinginan yang kuat untuk bergabung di dalamnya dan tanpa disadari anak turut berdendang dengan kata-katanya sendiri misalnya dengan menyanyikan ba..ba..ba..ba..ba, mengetuk-ngetukkan atau menjentik-jentikan jari-jari tangan atau mengangguk-anggukkan kepala setiap kali mendengar irama musik dan sebagainya. Tapi keinginan untuk mengikuti lagu yang ia dengar, akan mendorongnya untuk berlatih terus menerus. Musik juga dapat membantu anak yang kurang pandai berbicara untuk menyalurkan perasaan dan emosi yang terpendam. Bermain musik dapat memicu kepintaran kinestetis atau kepintaran gerak tubuh dan mengurangi stress anak. Jadi bila anak sedang suntuk atau kesal, dengan bermain musik atau mendengar musik beberapa menit, pasti akan menyegarkan otak si anak. Musik mampu mempengaruhi perkembangan intelektual anak dan bisa membuat anak pintar bersosialisasi. Alunan musik memberikan manfaat pada perkembangan intelektual anak, bahkan didalam kandunganpun dianjurkan memperdengarkan musik kepada anak. Ketertarikan anak pada permainan musik berawal dari mendengarkan musik, dengan mendengarkan musik akan melatih fungsi otak anak yaitu berhubungan dengan daya nalar dan intelektual anak. Musik dapat mengoptimalkan perkembangan intelektual anak dan musik juga bisa membuat anak jadi cerdas sekaligus kreatif, musik juga dapat membangun rasa percaya diri dan kemandirian. Ada beberapa manfaat yang dapat diambil apabila anak distimulus dengan musik sejak dalam kandungan, yaitu: 1) Anak jadi lebih mudah menyerap masukan 2) Kepekaan terhadap alam menjadi lebih baik sebab mendengarkan dan merasakan musik lewat perasaan sehingga menggugah kepekaannya 3) Memberikan kesenangan dan membantu anak mempelajari berbagai keterampilan yang perlu dikuasai anak atau yang sesuai dengan bakat anak 4) Membantu anak untuk mengekspresikan dan mengembangkan kreatif anak 5) Anak mampu mengendalikan emosinya, perasaan sedih atau senang dapat dicurahkan melalui musik dan lagu. 6) Imajinasi anak bisa berkembang lewat syair lagu. Musik klasik sangat bagus untuk mengembangkan imajinasi kreatif anak 7) Membangun perasaan pada anak memberi banyak pengalaman seni kreatif. Contohnya, menari, menggambar sesuai dengan irama musik yang didengar oleh anak. Musik dapat menentukan suasana hati yang menggairahkan anak untuk membuat sesuatu 8) Apresiasi anak pada musik juga akan tumbuh dan berkembang dalam diri anak. Kalau apresiasi sudah tumbuh, maka ia bisa menganalisa nada. 9) Musik dapat merangsang otak anak 10)Musik memberi pengaruh positif dalam hal persepsi emosi 11)Musik dapat meningkatkan perkembangan motoriknya, termasuk upaya anak saat belajar merangkak, berjalan, melompat dan lari. 1.2. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana cara yang efektif mengajarkan musik pada anak usia dini ? 2. Apasaja fator yang menjadi penghambat dalam mengajarkan musik pada anak usia dini 3. Apasaja faktor pendorong sehingga anak mau belajar musik ? 1.3. MAKSUD DAN TUJUAN Musik adalah bahasa universal. Apa pun latar belakang kita, musik mampu menjembatani perbedaan budaya dan perbedaan-perbedaan lainnya. Inilah pentingnya kita mengajarkan bahasa universal ini pada anak. Musik memiliki nilai positif yang membantu perkembangan anak sejak dini. Berikut ini beberapa alasan perlunya memperkenalkan atau mengajarkan anak bermain musik: a. Meningkatkan kemampuan otak anak -Meningkatkan daya ingat -Membantu anak bersosialisasi d -Meningkatkan kepercayaan diri -Meningkatkan kesabaran f -Mmbantu anak terhubung dengan orang lain -Bentuk ekspresi yang terbaik -Mengajarkan disiplin i. -Mendorong kreativitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Pentingnya Pendidikan Seni Musik Depdiknas, (2006:611) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengemukakan tentang SK dan KD pendidikan seni, budaya, dan keterampilan menjelaskan bahwa pendidikan seni musik sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural. Pada bahasan ini dikaitkan dengan pendidikan seni musik. Multilingual bermakna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Sifat multikultural mengandung makna pendidikan seni menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya Nusantara dan Mancanegara. Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup secara beradab serta toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk. Pendidikan seni musik merupakan pendidikan yang memberikan kemampuan mengekspresikan dan mengapresiasikan seni secara kreatif untuk pengembangan kepribadian siswa dan memberikan sikap-sikap atau emosional yang seimbang. Seni musik membentuk disiplin, toleran, sosialisasi, sikap demokrasi yang meliputi kepekaan terhadap lingkungan. Dengan kata lain pendidikan seni musik merupakan mata pelajaran yang memegang peranan penting untuk membantu pengembangan individu siswa yang nantinya akan berdampak pada pertumbuhan akal, fikiran, sosialisasi, dan emosional. 2.2. Pengertian Seni Musik Para pakar telah banyak mengemukakan pengertian atau defenisi tentang seni musik menurut pemahaman mereka, akan tetapi pada modul ini diharapkan mahasiswa dapat membuat pengertian atau defenisi menurut pemikiran sendiri dengan mengacu kepada pendapat yang telah dikemukakan oleh para pakar. Sudarsono (1992:1) Seni musik adalah ungkapan rasa indah manusia dalam bentuk suatu konsep pemikiran yang bulat, dalam wujud nada-nada atau bunyi-bunyi lainnya yang mengandung ritme dan harmoni, serta mempunyai bentuk dalam ruang waktu yang dikenal oleh diri sendiri atau manusia lain dalam lingkungan hidupnya, sehingga dapat dimengerti dan dinikmatinya. Rien (1999:1) Suatu hasil karya dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik, yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu, dan ekspresi. Jamalus (1991:1) Suatu karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik, yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk atau struktur lagu, dan ekspresi sebagai satu kesatuan. Lagu atau komposisi musik baru itu merupakan hasil karya seni jika diperdengarkan dengan menggunakan suara (nyanyian) atau dengan alat-alat musik. Pendidikan seni musik merupakan suatu proses pendidikan yang membantu pengungkapan ide/gagasan seseorang yang ditimbulkan dari gejala lingkungan dengan mempergunakan unsur-unsur musik, sehingga terbentuknya suatu karya musik yang tidak terlepas dari rasa keindahan 2.3. Karakteristik Seni Musik Pendidikan seni musik lebih menekankan pada pemberian pengalaman seni musik, yang nantinya akan melahirkan kemampuan untuk memanfaatkan seni musik pada kehidupan sehari-hari. Pendidikan Seni musik diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan siswa, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.” Ø Pendekatan “Belajar dengan Seni” Pendekatan ini menekankan pada proses pemerolehan dan pemahaman pengetahuan yang didapatkan dengan kegiatan seni musik misalnya siswa belajar menyanyikan lagu Indonesia Raya, maka dengan mempelajari lagu tersebut siswa dapat mengetahui dan memahami sikap apa yang terdapat pada lagu. Siswa seharusnya tahu tentang apa yang diceritakan lagu, dan dari pengetahuan tersebut mereka bisa mengambil suatu kesimpulan bahwa lagu Indonesia Raya mengingikan terwujudnya sikap cinta tanah air, kebanggaa terhadap tanah air, dan sikap mempertahankan tanah air, serta menanamkan jiwa patriotis. Ø Pendekatan “Belajar Melalui Seni” Pendekatan ini menekankan pada pemahaman emosional yang tercermin ke dalam penanaman nilainilai atau sikap yang terbentuk melalui kegiatan berkesenian. Seperti dalam menyanyikan sebuah lagu, dituntut untuk membuat keteraturan tempo/ketukan. Apabila kita tidak bisa mengikuti tempo tersebut, maka lagu yang dibawakan menjadi kacau atau tidak teratur. Jadi melalui bernyanyi akan tertanam sikap disiplin yang tinggi untuk membuat keteraturan. Ø Pendekatan Belajar tentang Seni” Penekanan ini lebih menekankan pada pembelajaran tentang penguasaan materi seni musik yang tergambar pada unsur-unsurnya seperti irama, birama, notasi, melodi, tangga nada, bentuk/struktur lagu, ekspresi (tempo, dinamik, dan warna). 2.4. Ruang Lingkup Seni Musik Pendidikan seni musik secara garis besar terdiri dari 2 (dua) aspek yang saling berkaitan. Aspek tersebut adalah unsur ekspresi dan unsur apresiasi. Unsur ekspresi meliputi cara penyampaian atau penampilan seni musik yang berdasarkan proses penguasaan materi seni musik yang dipelajari, sedangkan unsur apresiasi adalah sikap untuk menghargai dan memahami karya musik yang ada. Ruang lingkup pendidikan seni musik mencakup kemampuan untuk menguasai olah vokal seperti dasardasar teknik bernyanyi, memainkan alat musik, dan apresiasi musik. 2.5. Fungsi Seni Musik Rien (1999:1) mengemukakan tentang pendapat para pakar pendidikan yang menyatakan bahwa seni musik mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan seorang siswa. Siswa yang berpartisipasi dalam kegiatan seni musik, selain dapat mengembangkan kreativitas, musik juga dapat membantu perkembangan individu, mengembangkan sensitivitas, membangun rasa keindahan, mengungkapkan ekspresi, memberikan tantangan, melatih disiplin dan mengenalkan siswa pada sejarah budaya bangsa mereka. Pendidikan seni musik juga berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi, keseriusan, kepekaan terhadap lingkungan. Untuk menyanyikan atau memainkan musik yang indah, diperlukan konsentrasi penuh, keseriusan, dan kepekaan rasa mereka terhadap tema lagu atau musik yang dimainkan. Sehingga pesan yang terdapat pada lagu atau musik bisa tersampaikan dan diterima oleh pendengar. Berdasarkan beberapa pandangan tentang fungsi pendidikan seni musik bagi siswa yang sejalan dengan pendekatan “Belajar dengan Seni, Belajar Melalui Seni, dan Belajar tentang Seni”, berikut ini dikemukakan secara urut fungsi pendidikan seni musik sebagai sarana atau media ekspresi, komunikasi, bermain, pengembangan bakat, dan kreativitas. Ø Pendidikan seni musik sebagai sarana/media ekspresi Ekspresi merupakan ungkapan atau pernyataan seseorang. Perasaan dapat berupa sedih, gembira, risau, marah, menyeramkan atau sesuai dengan masalah yang dihadapi. Fungsi ini memungkinkan untuk mengeksplorasi ekpresi siswa dalam memunculkan karya-karya baru. Ø Pendidikan seni musik sebagai media komunikasi Ekspresi yang dieksplorasikan akan dikomunikasikan kepada orang lain. Artinya karya-karya seni musik yang dialami siswa dikomunikasikan sehingga pesan yang terdapat dalam karya tersebut bisa tersampaikan pada orang lain. Ø Pendidikan seni musik sebagai sarana bermain Bermain merupakan dunia anak-anak. Anak-anak memerlukan kegiatan yang bersifat rekreatif yang menyenangkan bagi pertumbuhan jiwanya. Bermain sekaligus memberikan kegiatan penyeimbang dan penyelaras atas perkembangan individu anak secara pisik dan psikis. Ø Pendidikan seni sebagai media pengembangan bakat. Setiap siswa memiliki potensi di bidang seni musik yang luar biasa. Pendidikan seni musik di tekankan untuk memberikan pemupukan yang terus menerus sehingga diperlukan upaya efektif untuk menumbuhkan bakat siswa. Ø Pendidikan seni sebagai media kreativitas Kreatif merupakan sifat yang dilekatkan pada diri manusia yang dikaitkan dengan kemampuan atau daya untuk menciptakan. Sifat kreatifitas ini senantiasa diperlukan untuk mengiringi tingkah laku manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya. BAB III PEMBAHASAN MASALAH 3.1. Cara Efektif Mengajarkan Musik Pada Anak Terdapat 3 cakupan pengajaran dimana dengan mengintegrasikan musik, pembelajaran dapat lebih efektif, diantaranya: 1) Belajar Mengenai Informasi Musik dapat digunakan untuk mengingat pengalaman belajar dan informasi. Dalam pembelajaran aktif (active learning experiences), musik mengaktifasi anak secara mental, fisik, emosi yang berdampak pada peningkatan pemahaman materi belajar. Sebagai contoh, ketika guru menceritakan suasana pedesaan atau indahnya sawah ladang, guru dapat memutar musik yang memiliki ciri khas nuansa pedesaan juga sebagai latar. Dengan demikian anak akan lebih mengapresiasi pengalaman imajinatifnya, dan secara emosional akan terbentuk suasana yang lebih dramatis dalam ruang imajinernya. Selain itu beberapa lagu anak populer yang pernah diciptakan juga memuat serangkaian informasi. Informasi ini dikemas sebagai lirik dalam kesatuan melodi dan irama lagu. Dengan demikian anak akan lebih tertarik untuk mempelajari dan dapat dengan mudah mengingat ataupun menghafal informasi tersebut. Contohnya guru dapat mengajarkan rangkaian abjad dengan mengenalkannya lagu anak “ABC” dan lain sebagainya 2) Atensi, Prilaku dan Atmosfir Dengan memutar musik ataupun mengajak bernyanyi bersama pada saat anak akan masuk dan keluar kelas, akan menambah atensinya terhadap pelajaran yang diterima, dan secara otomatis atmosfir belajar akan tercipta. Musik memberi lingkungan yang positif untuk anak berinteraksi, berkomunitas dan bekerjasama. Dengan menyanyikan lagu “ritual” selamat datang atau sampai jumpa bersama-sama, ataupun aktifitas musik secara berkelompok lainnya dapat membangun pengalaman berkomunitas yang baik pada anak. 3 3) Ekspresi Personal Mendengarkan musik sebagai latar berguna dalam menstimulasi ekspresi personal seorang anak dalam kegiatan menulis, seni, gerak/tari, dan lain sebagainya. Memutar musik solo piano baik lagu klasik ataupun pop, akan membantu anak menjadi lebih fokus dalam kegiatan menggambar, mewarnai ataupun menulis dalam waktu yang lama, dibandingkan tanpa mendengarkan musik. Dalam beberapa penelitian, seorang anak yang diperdengarkan musik mampu membuat tulisan dua kali lebih panjang daripada tanpa diperdengarkan musik. Mengajak anak untuk membuat musik sederhana ataupun bunyi-bunyian juga dapat mengembangkan intelegensi anak. Hal ini dikarenakan proses internal anak bekerja dalam mengolah irama ataupun nada. Selain itu, menulis lagu sederhana juga mampu membantu anak dalam mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya. Pada tahun 1983, Howard Gardner, seorang profesor psikologi Universitas Harvard memperkenalkan teori “Multiple Intelligence” (Kecerdasan Majemuk) setelah bertahun-tahun melakukan penelitian. Dalam teorinya beliau mengatakan bahwa kecerdasan seseorang bukanlah bersifat tunggal, namun memiliki kemajemukan dengan bentuk yang berbeda-beda. Kecerdasan itu dikenali sebagai kecerdasan: visual-spasial, linguistik, logikal-matematik, kinestetik-tubuh, interpersonal, intrapersonal, musikal dan naturalis. Kecerdasan musikal anak dapat dikembangkan bila pemanfaatan musik dimasukkan kedalam kurikulum dan digunakan dalam pembelajaran. Semakin anak mendengarkan banyak musik, semakin dia memiliki kemampuan untuk merespon berbagai momen musikal. Sebagai pengajar musik dan praktisi, penulis berpendapat bahwa bila seorang anak mendengar semakin banyak musik dari berbagai jenis musik, semakin mereka mampu memahami, mengapresiasi dan menikmati musik lebih baik. Dari hal tersebut, penulis dapat berkata bahwa metode mengintegrasikan musik dalam pembelajaran tidak hanya meningkatkan efektifitas proses belajar, namun juga berkontribusi dalam mengembangkan kecerdasan musikal. Dari tulisan ini, mungkin kita mendapatkan ide yang menarik. Namun bukan tidak mungkin ada hal yang tidak sesuai dengan gaya mengajar kita. Intinya, dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran kita tidak harus menggunakan/menyajikan musik secara kreatif terus-menerus di dalam kelas. Bahkan satu teknik pemanfaatan musik saja mampu memperkaya dan meningkatkan efektifitas proses belajar. Integrasikanlah musik dalam pembelajaran dengan teknik yang dirasakan cocok dengan gaya mengajar kita. Ketika kita sudah cukup mahir dalam menginetgrasikannya, maka cobalah mengeksplorasi metode lainnya. Antusiasme dan respon positif anak akan menjadi petunjuk keberhasilan kita dalam mendidik dan mengajar. 3.2. Faktor Penghambat Mengajarkan Musik Pada Anak Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar musik pada anak dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebutlah yang mempengaruhi hasil belajar musik pada anak. Berikut akan diuraikan tentang kedua faktor penghambat belajar. 1) Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan biologis serta faktor psikologis. a. Faktor fisiologis dan biologis Masa peka merupakan masa mulai berfungsinya factor fisiologis pada tubuh manusia. Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini dibedakan menjadi 2, yaitu: Ø Keadaan tonus jasmani Keadaan tonus jasmani sangat mempengaruhi aktivitas belajar musik pada anak. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap proses belajar musik. Sedangkan kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar musik yang maksimal. Ø Keadaan fungsi jasmani atau fisiologis Anak yang memiliki kecacatan fisik (panca indera atau fisik) tidak dapat belajar musik secara maksimal. 1. Sulit bergaul karena memiliki perasaan malu dan minder akan kekurangannya, 2. Ada perasaan takut diejek teman, 3. Merasa tidak sempurna dibandingkan dengan teman-teman lain. b. Faktor psikologis Faktor psikologis adalah faktor yang berasal dari keadaan psikologis anak yang dapat mempengaruhi proses belajar musik. Beberapa faktor psikologis utama yang mempengaruhi proses belajar musik pada anak adalah kecerdasan anak, motivasi, minat, sikap dan bakat # Motivasi Motivasi adalah salah satu factor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar musik pada anak. Motivasi yang mendorong anak ingin melakukan kegiatan belajar musik. Para ahli psikologi mendefisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan perilaku seseorang. #Minat Secara sederhana minat merupakan kecenderungan kegairahan yang tinggi atau besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi karena disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keinginan, motivasi, dan kebutuhan #Sikap Sikap anak dalam belajar musik dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran musik, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar musik, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya, berusaha mengembang kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya, berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang dipelajarinya bermanfaat bagi siswa # Bakat Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar musik sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat musik, akan lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya. Selain itu yang menjadi faktor psikologis lainnya adalah disiplin. Disiplin diri adalah kemampuan diri yang kuat untuk mempertahankan diri dari bermacam-macam gangguan dalam belajar. Misal, seorang anak akan tetap belajar walaupun ada acara televisi yang menarik. 1) Faktor Eksternal Selain faktor internal, faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar musik pada anak. Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi faktor lingkungan sosial dan nonsosial (Syah, 2003): L # Lingkungan sosial Lingkungan sosial anak dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar. Linkungan sosial dibagi manjadi tiga, yaitu L # Lingkungan sosial sekolah Faktor-faktor yang dapat menghambat anak belajar di sekolah adalah: a) Metode mengajar Dalam mengajar musik guru memerlukan metode yang cocok. Metode ini dimaksudkan agar materi yang disampaikan oleh guru terasa menarik dan siswa mudah menyerapnya. # Kurikulum yang tepa # Penerapan disiplin # Hubungan siswa dengan guru maupun teman # Sarana dan prasarana b) Lingkungan sosial masyarakat Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa juga mempengaruhi proses belajar musik pada anak. c) Lingkungan keluarga Keluarga merupakan tempat pertama kali anak belajar musik. Oleh karena itu, lingkungan keluarga sangat mempengaruhi proses belajar musik pada anak. d) Teman sebaya Teman sebaya dapat mempengaruhi proses belajar musik pada anak, baik teman sebaya dalam lingkup sekolah maupun tempat tinggal atau masyarakat. 3.3. Faktor Pendorong Mengajarkan Musik pada Anak 1) Pemahaman dan Pemaknaan Orang Tua Dalam Memberikan Pendidikan Musik Pada Anak. Sebagai orang tua harus memahami benar apa makna dari memberikan pendidikan musik pada anak sehingga tidak berpendapat bahwa pendidikan musik pada anak adalah merupakan sesuatu yang harus dipaksakan pada anak dan bukan karena keinginan si anak sendiri. Tetapi harus dipahami bahwa pendidikan musik adalah proses memberi pengertian atau pemaknaan kepada si anak agar si anak dapat memahami bagaimana pentingnya belajar musik sehingga ia dapat mengembangkan dirinya secara bertanggung jawab. Proses memberi pengertian atau pemaknaan ini dapat melalui komunikasi maupun teladan/tindakan, contoh : jika ingin anak belajar musik maka orang tua dapat memberi contoh kepada si anak bagaimana cara bernyanyi, memperkenalkan dan memainkan alat musik atau orang tua menciptakan komunikasi dengan si anak yang dialogis dan ketulusan bagaimana pentingnya musik. Apabila kita mengedepankan sikap memerintah, menasehat atau melarang maka langsung ataupun tidak akan berdampak pada sikap anak yang bergaya otoriter dan mau menang sendiri. Kiranya orang tua dapat mengambil pesan moral dari sajak yang ditulis oleh Dorothy Law Nolte dengan judul “Anak Belajar dari Kehidupannya 2) hindari mengancam, membujuk atau menjanjikan hadiah. Dalam mengajarkan musik pada anak jangan memakai cara membujuk dengan menjanjikan hadiah karena hal ini akan melahirkan ketergantungan anak terhadap sesuatu hal baru dia melakukan sesuatu. Hal ini akan mematikan motivasi, kreatifitas, insiatif dan pengertian serta kemandirian mereka terhadap hal-hal yang harus dia kerjakan. Contoh : menjanjikan hadiah kalau dia mau belajar musik, atau mengancam tidak memberi hadiah bila tidak mau belajar musik. 3 3) Faktor internsik Yang mana faktor intern ini muncul dari dirinya sendiri berkat motivasi dirinya dengan berkeinginan untuk belajar musik tanpa ada suruhan atau motivasi dari orang lain, tetapi motivasi itu muncul sendiri dari diri pribadi sendiri. Sebab-sebab faktor intern pendorong belajar ialah : a. Motivasi b. Minat c. Bakat d. Keninginan sendiri untuk lebih maju Dengan sebab-sebab itulah faktor pendorong belajar musik muncul dari faktor intern (dari dalam). Dengan faktor intern inilah anak itu dalam belajar musiknya akan merasa aman, nyaman dan cepat mengerti, karena sifat berkeinginan belajar musiknya itu muncul dari diri sendiri tidak dari orang lain. 4 4) Faktor eksternsik Faktor enkstren ini ialah yang mana faktor pendorong anak dalam belajar musik ini muncul dari bimbingan orang lain atau motivasi muncul dari orang lain, tidak dari diri sendiri. Yang mana faktor pendorong anak ekstern ini muncul dari berbagai pihak yaitu : a. Keluarga Yang mana faktor keluarga yang banyak memberi motivasi kedalam diri anak tesebut selagi keluarga itu keluaga yang peduli kepada pendidikan dan segala macamnya terhadap anak. b. Lingkungan masyarakat Faktor lingkungan masyarakat ini juga bisa memberikan sifat yang buruk dan baik, tetapi kalau lingkungan masyarakat yang baik, bisa mempengaruhi faktor pendorong anak itu untuk lebih giat lagi belajar musiknya. c. Teman sebaya Teman sebaya bisa mempengaruhi anak itu untuk menyukai musik dan akan menjadi motivasi belajar musik, karena berkat teman di sekolah lah yang banyak mempengaruhi anak untuk belajar musik lebih giat. Apabila seseorang mendapat teman sebaya yang menyukai musik, maka motivasi belajar musik anak itu akan lebih baik karena motivasi teman yang baik, begitu pula sebaliknya. BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Pendidikan seni musik merupakan pendidikan yang memberikan kemampuan mengekspresikan dan mengapresiasikan seni secara kreatif untuk pengembangan kepribadian anak dan memberikan sikapsikap atau emosional yang seimbang. Seni musik membentuk disiplin, toleran, sosialisasi, sikap demokrasi yang meliputi kepekaan terhadap lingkungan. Dengan kata lain pendidikan seni musik merupakan mata pelajaran yang memegang peranan penting untuk membantu pengembangan individu siswa yang nantinya akan berdampak pada pertumbuhan akal, fikiran, sosialisasi, dan emosional. Pendidikan seni musik merupakan suatu proses pendidikan yang membantu pengungkapan ide/gagasan seseorang yang ditimbulkan dari gejala lingkungan dengan mempergunakan unsur-unsur musik, sehingga terbentuknya suatu karya musik yang tidak terlepas dari rasa keindahan. Pendidikan seni musik lebih menekankan pada pemberian pengalaman seni musik, yang nantinya akan melahirkan kemampuan untuk memanfaatkan seni musik pada kehidupan sehari-hari. Pendidikan Seni musik diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan siswa, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.” Ruang lingkup pendidikan seni musik mencakup kemampuan untuk menguasai olah vokal seperti dasardasar teknik bernyanyi, memainkan alat musik, dan apresiasi musik. Siswa yang berpartisipasi dalam kegiatan seni musik, selain dapat mengembangkan kreativitas, musik juga dapat membantu perkembangan individu, mengembangkan sensitivitas, membangun rasa keindahan, mengungkapkan ekspresi, memberikan tantangan, melatih disiplin dan mengenalkan siswa pada sejarah budaya bangsa mereka. 4.2. Saran Buat para orang Tua sebaiknya jangan memaksakan kehendak kepada Anak, apakah itu dalam bidang Pendidikan ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Biarkanlah Anak kita berkembang seperti apa adanya yang tentunya dengan penuh perhatian dan bimbingan. Jangan sampai kita sebagai orang tua menjadikan anak sebagai objek keinginan dan ambisi orang tuanya. DAFTAR PUSTAKA 1. Widia Pekerti, dkk. (2005). Metode Pengembangan Seni TK. Jakarta : Universitas Terbuka 2. Atan Hamdju, dan Armilah Windawati. 1986. Pengetahuan Seni Musik untuk SMA, SPG dan Sederajat Jilid I. Jakarta: Mutiara Sumber Widya 3. AT. Mahmud. 1996. Musik Di Sekolah Kami. Jakarta: Depdikbud 4. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BSNP 5. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan. Jakarta: Puskur 6. 2007. Model Penilaian Kelas (SD/MI/SDLB). Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan 7. 2009. Panduan Teknis Festival Kompetensi dan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar Tingkat Nasional. Jakarta 8. Jamalus. 1991. Pendidikan Seni Musik. Jakarta: Depdikbud 9. Oemar Hamalik. 2006. Pendidikan Guru; Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara 10. Rien Safrina. 1999. Pendidikan Seni Musik. Jakarta: Debdikbud 11. Syafii. 2002. Kertakes. Jakarta: Universitas Terbuka 12. Bowman, Cecilia. (1995), 101 Music Games for Children: Fun and Learning with Rhythm and Song, Panta Rhei, Alamada CA. 13. Rasyid, Fathur. (2010), Cerdaskan Anakmu dengan Musik, Diva Press, Yogyakarta. 14. Salim, Djohan. (2009), Psikologi Musik, Best Publisher, Yogyakarta.