PENGARUH TINGKAT FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA TERHADAP PRODUKTIVITAS RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum schamach ) PADA TANAH ULTISOL EFFECT of LEVELS MYCORHIZA ARBUSKULAR ON PRODUCTIVITY of MINI ELEPHANT GRASS (Pennisetum purpureum schamach) ON THE ULTISOL Reza Prabudi 1, Nevy Diana Hanafi2, Ma’ruf Tafsin2 1. Mahasiswa Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara 2. Staff Pengajar Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRACT This study aimed to examined the growth of Mini Elephant Grass (Pennisetum purpureum schamach) on the ultisol by utiliting different levels of mycorrhiza arbuscular (FMA). The experiment was conducted at the Agricultural Faculty, Universitas Sumatera Utara started on October 2012 to February 2013. The design used in the study was completely randomized design ( CRD ). Treatments consists of level mycorrhizal arbuscular P0 = 0 g FMA/polybag ( control ), P1 = 10 g FMA/polybag, P2 = 20 g FMA/polybag and P3 = 30 g FMA/polybag . The variable were studied were plant height, number of tillers, fresh production, dry matter production, and root biomass of Mini Elephant Grass (Pennisetum purpureum scamach).The results showed that the highest high grass was in treatment P3 (135.00 cm) and the lowest was in treatment P1 (105.60 cm), the highest number of grass tillers was in the treatment P2 and P3 (12.60 clumps) and the lowest was in treatment P0 (6.80 clumps), the highest fresh production of grass was in treatment P3 (238.08 g) and the lowest was in treatment P0 (193.84 g), the highest dry matter production was in treatment of P2 (25.22 g) and the lowest was in treatment P1 (17.30 g), while for the highest roots biomass of grass was in treatment P3 (111.33 g) and the lowest was in the P0 treatment (46.95 g ). The conclusion was level mycorrhiza arbuscular in treatment P3 ( level 30 g / polybag ) showed the best results in productivity mini elephant grass ( Pennisetum purpureum schamach ). While the treatment P0 ( control ) showed the worst results in productivity mini elephant grass ( Pennisetum purpureum schamach ) during the study. Keywords : Mini Elephant Grass, Mycorrhiza Arbuscular, Ultisol , Mini Elephant Grass Productivity ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat pertumbuhan rumput gajah mini (Pennisetum purpureum Schamach ) pada tanah ultisol dengan pemberian berbagai tingkat Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA). Penelitian dilaksanakan di Lahan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Juni sampai dengan Oktober 2012. Rancangan yang dipakai dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan level mikoriza arbuskula terdiri dari P0 = 0 g FMA/polybag (kontrol), P1 = 10 g FMA/polybag, P2 = 20 g FMA/polybag dan P3 = 30 g FMA/polybag. Parameter yang diteliti adalah tinggi tanaman, jumlah anakan, produksi bahan kering, dan biomasa akar rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum Schamach). Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa tinggi rumput yang tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (135,00 cm) dan yang terendah terdapat pada perlakuan P1 (105,60 cm), jumlah anakan rumput tertinggi terdapat pada perlakuan P2 dan P3 (12,60 rumpun) dan yang terendah terdapat pada perlakuan P0 (6,80 rumpun), produksi bahan segar rumput tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (238,08 g) dan yang terendah terdapat pada perlakuan P0 (193,84 g), produksi bahan kering rumput tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (25,22 g) dan yang terendah pada perlakuan P1 (17,30 g), sedangkan untuk biomasa akar rumput yang tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (111,33 g) dan yang terendah terdapat pada perlakuan P0 (46,95 g). Kesimpulannya adalah pemberian dosis mikoriza arbuskula pada perlakuan P3 (level 30 g/polybag) menunjukkan hasil yang paling baik pada produktivitas rumput gajah mini (pennisetum purpureum schamach). Sedangkan perlakuan P0 (kontrol) menunjukkan hasil yang paling buruk pada produktivitas rumput gajah mini (pennisetum purpureum schamach) selama penelitian. Kata kunci: Rumput Gajah Mini, Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA), Tanah Ultisol, Produktivitas Rumput Gajah Mini PENDAHULUAN Dewasa ini jumlah populasi ternak ruminansia semakin meningkat setiap tahunnya, khususnya pada ternak sapi. Berdasarkan hasil pendataan sapi potong, sapi perah dan kerbau (PSPK) 2011, populasi sapi potong mencapai 14,8 juta ekor, sapi perah 597,1 ribu ekor dan kerbau 1,3 juta ekor. (Direktorat Jendral Peternakan, 2011). Penyediaan tanaman pakan ternak memiliki peranan penting dalam perkembangan ruminansia baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Ternak ruminansia lebih banyak mengkonsumsi pakan hijauan dari seluruh pakan yang dikonsumsinya. Permasalahan yang timbul dalam upaya penyediaan pakan hijauan yang berkualitas baik maupun kuantitas yang cukup dan tersedia sepanjang tahun yaitu rendahnya produktifitas lahan yang digunakan. Ketersediaan pakan ternak, khususnya hijauan masih merupakan masalah yang sulit diatasi terutama pada musim kemarau. Lahan untuk hijauan pakan ternak juga semakin berkurang karena tergeser oleh penggunanan lahan pemukiman dan tanaman pangan. Hal ini menyebabkan pemanfaatan lahan-lahan kurang subur seperti tanah ultisol harus ditingkatkan untuk media tanam hijauan pakan ternak (Nursyamsi, et. al., 1997). Tanah Ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur dan memiliki tingkat kemasaman yang cukup tinggi (pH 5,5), tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial, asalkan dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala tersebut, misalnya dengan pemupukan dan penambahan bahan-bahan organik, misalnya mikoriza arbuskula (Ilham, 2007). Keuntungan yang diharapkan dari penggunaan mikoriza ini kaitannya dengan pertumbuhan, kualitas dan produktivitas tanaman hijauan. Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dapat membantu akar tanaman dalam penyerapan unsur hara makro dan mikro terutama fosfat, meningkatkan penyerapan air oleh tanaman dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap cekaman kekeringan. Fungi ini juga menghasilkan zat pengatur tunmbuh (hormon) yang dapat menstimulasi pertumbuhan tanaman (Husna et. al., 2007). Diharapkan dengan adanya penelitian ini, produksi Hijauan Makanan Ternak (HMT) dapat meningkat, sehingga kebutuhan pakan ternak khususnya ruminansia dapat terpenuhi secara maksimal. Tanah ultisol yang merupakan tanah marginal pun akan lebih baik kualitasnya dengan penggunaan Mikoriza Arbuskula. Hal ini disebabkan karena Mikoriza Arbuskula dapat membantu penyerapan hara oleh tanaman dan menstimulasi pertumbuhan tanaman serta dapat memperbaiki sifat tanah ultisol tersebut. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Oktober 2012 sampai bulan Februari 2013. Bahan dan Alat Penelitian Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput gajah mini (Pennisetum purpureum schamach). Rumput ini diperoleh dari Laboratorium Sei Putih, Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) yang diperoleh dari Laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB) dan tanah ultisol yang diperoleh dari Desa Kuala Bekala Kelurahan Simalingkar Kecamatan Pancur Batu deli serdang. Alat Alat yang digunakan antara lain : polybag plastik ukuran 5 kg sebagai wadah tanah untuk menanan hijauan, timbangan sebagai alat untuk menimbang berat tanah yang akan dimaukkanke dalam polybag, meteran sebagai alat untuk menghitung tinggi tanaman, ayakan tanah sebagai alat untuk memisahkan tekstur tanah yang kasar dan yang halus, gunting sebagai alat untuk memotong hijauan pada saat trimming, pisau sebagai alat untuk memotong hijauan pada saat penanaman dan masa panen serta oven sebagai alat untuk mengoven hijauan pada saat trimming dan panen, hal ini dilakukan untuk mengetahui produksi BK hijauan. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan lima ulangan, perlakuan yang diberikan yaitu perbedaan dosis mikoriza. Perlakuan tersebut adalah sebagai berikut: P0 = 0 gram CMA (kontrol)/polybag P1 = 10 gram CMA /polybag P2 = 20 gram CMA/polybag P3 = 30 gram CMA/polybag. Penelitian ini terdiri atas 20 satuan percobaan. Penelitian ini dilakukan di lahan dengan menggunakan polybag. Dalam 1 polybag digunakan 5 kg tanah. Model linear yang akan digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan model rancangan sebagai berikut: Yij = µ + Ti + €ij Dimana: Yij : data yang disebabkan pengaruh perlakuan pada taraf ke-i dan ulangan ke-j µ : rataan atau nilai tengah Ti : efek dari perlakuan pada taraf ke-i €ij : efek error dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Peubah yang Diamati 1. Pertumbuhan Tinggi Vertikal Tanaman (cm) Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi dengan cara mengatupkan seluruh daun keatas dengan tangan sampai tegak lurus kemudian dilakukan pengukuran secara vertikal pada bagian tanaman yang paling tinggi dari permukaan tanah. Tanah tanaman diukur setiap 1 minggu sekali. 2. Jumlah Anakan (rumpun) Anakan rumput yang dihitung adalah anakan yang muncul dari dalam tanah atau tumbuh pada rhizoma batang sesuai perlakuan. Jumlah anakan diukur setiap satu minggu sekali. 3. Produksi Bahan Segar dan Kering (g) Produksi bahan segar diperoleh dari penimbangan seluruh daun dan batang rumput segar tanpa penegeringan yang dipanen pada tiap pemotongan dan tipa perlakuan. Produksi bahan kering diperoleh dari produksi bahan segar dari setiap pemotongan umur 4 minggu, setelah pemotongan dilakukan penimbangan tiap petak percobaan. Dari penimbangan tersebut akan didapatkan data dari produksi segar. Kemudian sampel dioven untuk mendapatkan bobot kering. 4. Biomassa Akar (g) Biomassa adalah jumlah bahan organik yang diproduksi oleh organisme (tumbuhan) per satuan unit area pada suatu saat. Biomassa bisa dinyatakan dalam ukuran berat, seperti berat kering dalam satuan gram, atau dalam kalori. Oleh karena kandungan air yang berbeda setiap tumbuhan, maka biomassa di ukur berdasarkan berat kering. Unit satuan biomassa adalah g per m2 atau ton per ha. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman (cm) Rataan tinggi (cm) rumput selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini.. Rataan tinggi rumput (cm) tertinggi pada pemotongan I terdapat pada perlakuan P2 yaitu sebesar 63,00 cm dan yang terendah pada perlakuan P1 yaitu sebesar 53,20 cm. Hasil analisis keragaman tinggi rumput pada pemotongan I menunjukkan perbedaan yang nyata, dapat dilihat pada (Lampiran 1) sehingga dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Rataan tinggi rumput pada perlakuan P2 (63,00 cm) berbeda nyata (p<0,05) lebih tinggi dibandingkan perlakuan P1 dan P3. Sedangkan perlakuan P0 (58,20 cm), P3 (54,60 cm) dan P1 (53,20 cm) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap Tabel 2. Rataan Tinggi (cm) Rumput schamach) Selama Penelitian. tinggi tanaman gajah. Gajah Mini (Pennisetum purpureum Ulangan Perlakuan rumput Total IV Rataan I II III V P₀ P₁ 56.00 41.00 62.00 54.00 57.00 53.00 58.00 63.00 58.00 55.00 291.00 266.00 58.20ab 53.20b P₂ 55.00 57.00 67.00 52.00 60.00 55.00 63.00 54.00 70.00 55.00 315.00 273.00 63.00a 54.60b P₀ P₁ 85.00 60.00 82.00 90.00 75.00 50.00 70.00 53.00 90.00 55.00 402.00 308.00 80.40ab 61.60b P₂ 53.00 90.00 85.00 90.00 90.00 408.00 81.60ab 91.00 85.00 90.00 160.00 90.00 516.00 103.20a 125.00 98.00 120.00 161.00 118.00 88.00 142.00 87.00 132.00 94.00 637.00 528.00 127.40tn 105.60tn 85.00 123.00 123.00 125.00 125.00 581.00 116.20tn 128.00 115.00 124.00 178.00 130.00 675.00 135.00tn 934.00 1101.00 978.00 1143.00 1044.00 5200.00 1040.00 77.83 91.75 81.50 95.25 87.00 433.33 86.67 Pemotongan I P₃ Pemotongan II P₃ Pemotongan III P₀ P₁ P₂ P₃ Total Rataan Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05). tn = tidak berbeda nyata Rataan tinggi rumput pada pemotongan II yang tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu 103,20 cm dan yang terendah terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 61,60 cm. Hasil analisis keragaman terhadap tinggi rumput pada pemotongan II menunjukkan perbedaan yang nyata, dapat dilihat pada (Lampiran1) sehingga dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Rataan tinggi rumput pasa pemotongan III yang tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (135,00 cm) dan yang terendah terdapat pada perlakuan P1 (105,60 cm). Perlakuan P3 (103,20cm) yaitu dengan dosis mikoriza sebanyak 30 g menunjukkan hasil yang berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan P1 (61,60 cm) tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan P0 dan P2. Perlakuan P3 menunjukkan hasil terbaik pada tinggi rumput gajah mini pemotongan II yaitu dengan rataan sebesar 103,20 cm. Pemberian mikoriza memberikan hasil yang positif pada pertumbuhan rumput gajah, khususnya pada tinggi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gianina dan Diem (1982), yang menyatakan bahwa pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan secara umum dinyatakan bahwa tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa mikoriza. Penyebab utama adalah mikoriza secara efektif dapat meningkatkan unsur hara, baik unsur hara makro maupun mikro. Selain dari pada itu akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan tidak tersedia bagi tanaman. Rataan tinggi tanaman pada pemotongan III yang tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar 135,00 cm dan yang terendah pada perlakuan P1 yaitu sebesar 105,60 cm. sedangkan P0 (kontrol) menunjukkan rataan tinggi tanaman yang lebih baik jika dibandingkan dengan P1 dan P2 yaitu masing-masing sebesar 127,40 cm, 116,20 cm dan 105,60 cm. Cuaca dan lingkungan sangat berpengaruh pada pertumbuhan rumput gajah mini. Penelitian ini dilakukan pada musim hujan (November – Februari), sehingga menyebabkan beberapa polybag tergenang oleh air hujan hingga menyebabkan perkembangbiakan mikoriza terhambat atau bahkan tidak berkembang sama sekali. Hal ini sesuai dengan pernyataan Smith dan Read (1997), yang menyatakan bahwa mikoriza adalah suatu struktur khas pada sistem perakaran yang terbentuk sebagai manifestasi adanya simbiosis mutualis antara cendawan (myces) dan perakaran (rhiza) dari tumbuhan tingkat tinggi. Berdasarkan struktur dan cara infeksinya pada sistem perakaran inang maka mikoriza dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu ektomikoriza dan endomikoriza. Hubungan antara level pemberian mikoriza arbuskula terhadap tinggi tanaman rumput Gajah Mini dapat dilihat pada Gambar 1. Rataan Tinggi Rumput (cm) 160.00 140.00 y = 10.15x2 - 47.41x + 163.45 R² = 0.9411 120.00 100.00 Pemotongan I Pemotongan II Pemotongan III Poly. (Pemotongan I ) Poly. (Pemotongan II) Poly. (Pemotongan III) y = 10.1x2 - 41.66x + 110.1 R² = 0.9203 80.00 60.00 y = -0.85x2 + 4.15x + 53.25 R² = 0.0512 40.00 20.00 0.00 0g 10 g 20 g 30 g Level Pemberian Mikoriza Arbuskula Gambar 1. Diagram Hubungan antara level pemberian mikoriza arbuskula terhadap tinggi rumput Gajah Mini Dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa level pemberian mikoriza arbuskula sebanyak 30 g/polybag pada pemotongan II dan III memberikan hasil yang terbaik pada tinggi rumput. Gianina dan Diem (1982), menyatakan bahwa pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan secara umum dinyatakan bahwa tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa mikoriza. Penyebab utama adalah mikoriza secara efektif dapat meningkatkan unsur hara, baik unsur hara makro maupun mikro. Selain dari pada itu akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan tidak tersedia bagi tanaman. Jumlah Anakan (rumpun) Anakan rumput yang dihitung adalah anakan yang muncul dari dalam tanah atau tumbuh pada rhizoma batang sesuai perlakuan. Jumlah anakan diukur setiap satu minggu sekali. Dari Tabel 3 dapat kita lihat bahwa rumput gajah dengan rataan jumlah anakan tertinggi pemotongan I terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar 5,80 rumpun dan yang terendah terdapat pada perlakuan P0 (kontrol) yaitu sebesar 1,80 rumpun. Rataan Jumlah Anakan (rumpun) Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum schamach) selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini. Rataan jumlah anakan rumput tertinggi pada pemotongan II terdapat pada perlakuan P2 dan P3 yaitu sebesar 10,40 rumpun dan yang terendah terdapat pada perlakuan 4,80 rumpun. Hasil analisis keragaman jumlah anakan pada pemotongan II menunjukkan perbedaan yang sangat nyata, dapat dilihat pada (Lampiran 3) sehingga dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Tabel 3. Rataan Jumlah Anakan (rumpun) Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum schamach) selama penelitian. Perlakuan Pemotongan I P₀ P₁ P₂ P₃ Pemotongan II P₀ P₁ P₂ P₃ Pemotongan III P₀ P₁ P₂ P₃ Total Rataan Ulangan I II III IV V Total Rataan 2.00 8.00 3.00 6.00 0.00 7.00 7.00 5.00 4.00 1.00 1.00 4.00 2.00 1.00 2.00 8.00 1.00 0.00 7.00 6.00 9.00 17.00 20.00 29.00 1.80 b 3.40 ab 4.00 ab 5.80a 4.00 3.00 8.00 9.00 4.00 5.00 11.00 12.00 7.00 6.00 6.00 10.00 5.00 6.00 13.00 8.00 4.00 8.00 14.00 13.00 24.00 28.00 52.00 52.00 4.80b 5.60b 10.40a 10.40a 7.00 5.00 10.00 12.00 77.00 6.42 6.00 7.00 14.00 13.00 91.00 7.58 7.00 8.00 9.00 13.00 76.00 6.33 8.00 9.00 14.00 11.00 87.00 7.25 6.00 10.00 16.00 14.00 99.00 8.25 34.00 39.00 63.00 63.00 430.00 35.83 6.80b 7.80b 12.60a 12.60a 86.00 7.17 Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05). Dosis mikoriza dan 30 g memberikan pengaruh yang terbaik terhadap pertumbuhan rumput gajah meskipun tanah yang digunakan disini adalah tanah jenis ultisol, yaitu tanah yang kandungan unsur haranya rendah (tanah masam). Karena salah satu manfaat fungi mikoriza arbuskula adalah dapat menghasilkan hormon pertumbuhan pada inangnya, sehingga tanaman bermikoriza dapat tumbuh lebih baik daripada yang tidak bermikoriza. Hal ini sesuai dengan pernyataan Setiadi (1989), yang menyatakan bahwa mikoriza memberikan manfaat bagi tanaman diantaranya adalah: meningkatkan serapan unsur hara, meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan dan memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh seperti auxin, sitokinin, giberelin dan vitamin bagi inangnya. Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dapat bertahan hidup dan bereaksi pada kondisi tanah masam (rendah unsur hara). Hal ini sesuai dengan pernyataan Widada dan Kabirun (1995), yang menyatakan bahwa mikoriza mempunyai peranan yang besar dalam pengelolaan tanah mineral masam tropika. Pada tanah-tanah tersebut ditemukan beberapa spesies mikoriza yang mempunyai ketahanan tinggi terhadap kemasaman dan keracunan Al serta berpotensi besar dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Perlakuan dosis mikoriza 20 g dan 30 g memberikan hasil rataan jumlah anakan tertinggi pada rumput gajah pemotongan III yaitu sebesar 12,60 rumpun dan yang terendah terdapat pada kontrol (P0) atau tanpa perlakuan yaitu sebesar 6,80 rumpun. Ini menunjukkan bahwa rumput gajah mini dapat tumbuh di segala macam kondisi tanah, meskipun hasil pertumbuhannya tidak sama. Rumput gajah mini dikenal sebagai tanaman yang dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang cukup ekstrim. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumarsono, et. al. (2006), yang menyatakan bahwa rumput gajah mini dapat ditanam pada lingkungan hawa panas yang lembab, tetapi tahan terhadap musim panas yang cukup tinggi dan dapat tumbuh dalam keadaan yang tidak seberapa dingin. Rumput ini juga dapat tumbuh dan beradaptasi pada berbagai macam tanah meskipun hasilnya akan berbeda. Perkembang biakan vegetatif dilakukan baik dengan cara membagi rumpun akar dan bonggol maupun dengan stek batang (minimal 3 ruas, 2 ruas terbenam di tanah). Hasil analisis keragaman jumlah anakan pada pemotongan III menunjukkan perbedaan yang sangat nyata, dapat dilihat pada Lampiran 10 sehingga dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan seperti. Rataan jumlah anakan rumput gajah pemotongan III pada perlakuan P3 dan P2 yaitu sebesar 12,60 rumpun berbeda nyata (p<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P0 dan P1. Kemudian pada perlakuan P1 (6,80 rumpun) dan P1 (7,80 rumpun) tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata terhadap jumlah anakan rumput gajah pemotongan III. Hubungan antara level pemberian mikoriza arbuskula terhadap jumlah anakan Rataan Jumlah Anakan Rumput (rumpun) rumput Gajah Mini dapat dilihat pada Gambar 2. 14.00 12.00 10.00 y = -0.25x2 + 3.47x + 3.15 R² = 0.8707 8.00 y = -0.2x2 + 3.16x + 1.4 R² = 0.8585 6.00 4.00 2.00 Pemotongan I Pemotongan II Pemotongan III Poly. (Pemotongan I ) Poly. (Pemotongan II) Poly. (Pemotongan III) y = 0.05x2 + 1.01x + 0.85 R² = 0.9705 0.00 0g 10 g 20 g 30 g Level Pemberian Mikoriza Arbuskula Gambar 2. Hubungan antara level pemberian mikoriza arbuskula terhadap jumlah anakan rumput Gajah Mini Dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa pertumbuhan jumlah anakan rumput gajah mini pada ketiga pemotongan selalu mengalami peningkatan. Jumlah anakan terbanyak diperoleh pada rumput yang diberikan mikoriza sebanyak 30 g/polybag. Gianina dan Diem (1982), menyatakan bahwa pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan secara umum dinyatakan bahwa tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa mikoriza. Penyebab utama adalah mikoriza secara efektif dapat meningkatkan unsur hara, baik unsur hara makro maupun mikro. Selain dari pada itu akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan tidak tersedia bagi tanaman. Susetyo (1980), mengatakan bahwa pemotongan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap produksi bahan segar, bahan kering, jumlah anakan, nilai gizi, daya cerna maupun tingkat konsumsi oleh ternak. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Nasution (1991) bahwa produksi segar hijauan terus mengalami peningkatan seiiring dengan meningkatnya interval pemotongan. Produksi Bahan Segar (g) Produksi segar rumput Gajah Mini diperoleh dengan melakukan penimbangan daun dan batang rumput dalam keadaan segar atau tanpa dilakukan pengeringan pada hasil pemotongan yang dilakukan setiap perlakuan. Rataan produksi bahan segar rumput gajah mini dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Rataan Produksi Bahan Segar (g) Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum schamach) Selama Penelitian. Perlakuan Pemotongan I P₀ P₁ P₂ P₃ Pemotongan II P₀ P₁ P₂ P₃ Pemotongan III I II Ulangan III IV V Total Rataan 61.68 tn 54.80 tn 83.12 tn 77.66 tn 62.50 58.10 76.70 53.00 72.10 62.90 90.80 43.00 57.60 45.20 51.20 66.70 55.40 57.60 69.30 179.20 60.80 50.20 127.60 46.40 308.40 274.00 415.60 388.30 75.30 68.70 99.70 79.50 83.60 78.90 115.20 75.70 67.80 67.10 72.40 84.90 68.80 68.20 82.10 211.60 72.70 68.10 143.30 78.10 368.20 73.64 tn 351.00 70.20 tn 512.70 102.54tn 529.80 105.96tn P₀ P₁ P₂ P₃ Total Rataan 195.30 188.70 230.70 204.50 1392.70 116.06 204.60 212.10 255.20 250.60 1544.70 128.73 187.80 188.50 192.70 203.80 1285.70 107.14 187.80 198.80 205.10 332.10 1716.00 143.00 193.70 189.10 264.40 199.40 1493.80 124.48 969.20 193.84tn 977.20 195.44tn 1148.10 229.62tn 1190.40 238.08tn 7432.90 1486.58 619.41 123.88 Keterangan : tn = tidak berbeda nyata Rataan produksi bahan segar tertinggi pada pemotongan II terdapat pada perlakuan P3 dan yang terendah terdapat pada perlakuan P1 yaitu masing-masing sebesar 105,6 g dan 70,20 g. Gianina dan Diem (1982), menyatakan bahwa pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan secara umum dinyatakan bahwa tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa mikoriza. Penyebab utama adalah mikoriza secara efektif dapat meningkatkan unsur hara, baik unsur hara makro maupun mikro. Selain dari pada itu akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan tidak tersedia bagi tanaman. Dapat dilihat bahwa produksi bahan segar rumput pada pemotongan III menunjukkan hasil yang paling baik jika dibandingkan dengan pemotongan I dan II. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sering rumput di trimming maka pertumbuhannya akan semakin baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Crowder and Chheda (1982), yang menyatakan bahwa interval pemotongan berpengaruh terhadap produksi hijauan, nilai nutrisi, kemampuan untuk tumbuh kembali, komposisi botani dan ketahanan spesies. Ferkuensi pemotongan berlaku, bahwa pada batas tertentu frekuensi yang semakin rendah akan mengakibatkan produksi kumulatif bahan kering semakin tinggi dibandingkan produksi kumulatif oleh pemotongan yang lebih sering. Hubungan antara level pemberian mikoriza arbuskula terhadap produksi bahan segar rumput Gajah Mini dapat dilihat pada Gambar 3. Grafik pada Gambar 3 menunjukkan peningkatan produksi bahan segar rumput pada pemotongan I, II dan III. Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dengan dosis 30 g/polybag memberikan hasil terbaik pada produksi bahan segar rumput Rataan Produksi Bahan Segar Rumput (g) gajah mini (Pennisetum purpureum schamach). 300.00 250.00 200.00 y = 1.715x2 + 8.115x + 181.09 R² = 0.8921 150.00 100.00 50.00 0.00 y = 1.715x2 + 4.355x + 64.335 R² = 0.802 Pemotongan I Pemotongan II Pemotongan III Poly. (Pemotongan I ) Poly. (Pemotongan II) Poly. (Pemotongan III) y = 0.355x2 + 5.851x + 52.025 R² = 0.5504 0g 10 g 20 g 30 g Level Pemberian Mikoriza Arbuskula Gambar 3. Hubungan antara level pemberian mikoriza arbuskula terhadap produksi bahan segar rumput Gajah Mini Rumput gajah mini merupakan tanaman dengan jenis akar yang mampu bersimbiosis dengan Mikoriza Arbuskula, sehingga rumput dapat tumbuh dengan sangat baik pada level pemberian Mikoriza terbanyak (30 g/polybag). Tanaman yang mampu tumbuh pada tempat dengan kondisi tanah yang tidak menguntungkan (ultisol) yaitu jenis tanaman yang akarnya bersimbiosis dengan jamur mikoriza, karena mikoriza mampu membantu tanaman dalam mengambil unsur hara (Noli, et. al., 1999). Wicaksono dan Ricky (2010), dalam penelitiannya dengan level mikoriza 0g, 5g dan 10 g menyatakan bahwa penggunaan mikoriza level 10g memberikan hasil terbaik, yang ditandai dengan tingkat kandungan protein tertinggi dan karbohidrat 22,48%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan Fungi Mikoriza terhadap daya serap nutrient tanah dengan menggunakan indikator jumlah daun, tinggi tanaman, berat umbi, jumlah unbi yang terinfeksi akar serta pengaruhnya terhadap kandungan protein, karbohidrat, lemak dan serat. Produksi Bahan Kering (g) Produksi bahan kering diperoleh dari produksi bahan segar dari setiap pemotongan umur 4 minggu, setelah pemotongan dilakukan penimbangan tiap petak percobaan. Tabel 5. Rataan Produksi Bahan Kering (g) Rumput Mini (Pennisetum purpureum schamach) Selama Penelitian. Perlakuan Ulangan I Pemotongan I P₀ 20.98 P₁ 49.86 P₂ 29.72 P₃ 18.25 Pemotongan II P₀ 28.56 P₁ 24.12 P₂ 25.43 P₃ 29.86 Pemotongan III P₀ 19.35 P₁ 17.34 P₂ 23.54 P₃ 18.89 Total 305.90 Rataan 25.49 Keterangan: tn = tidak berbeda nyata Total Rataan 15.45 20.85 21.81 29.81 128.77 151.59 138.79 103.31 25.75 tn 30.32 tn 27.76 tn 20.66 tn 22.98 22.32 23.15 25.15 26.53 21.34 23.11 22.81 121.02 120.53 119.94 129.02 24.20 tn 24.11 tn 23.99 tn 25.80 tn 18.20 16.87 17.86 20.98 284.08 23.67 19.61 18.01 33.06 18.32 270.71 22.56 92.74 86.50 126.12 104.57 1422.90 118.58 18.55b 17.30b 25.22a 20.91ab 284.58 23.72 II III IV V 25.86 16.80 19.23 12.43 45.70 18.78 43.21 17.15 20.78 45.30 24.82 25.67 20.23 29.88 21.67 28.34 22.72 22.87 26.58 22.86 18.52 17.25 31.67 25.33 267.21 22.27 17.06 17.03 19.99 21.05 295.00 24.58 Perlakuan P1 (dosis mikoriza 10 g) pada pemotongan I memiliki rataan produksi bahan kering tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya, yaitu sebesar 30,32 g. Hal ini dikarenakan adanya beda volume air pada waktu penyiraman, sehingga penerimaan akar terhadap air tidak seimbang mengakibatkan adanya perbedaan produksi bahan kering pada rumput. Fitter dan Hay (1991) menyatakan bahwa pada tahap pertumbuhan vegetatif, air digunakan oleh tanaman untuk melangsungkan proses pembelahan dan pembesaran sel yang terlihat dari pertambahan tinggi tanaman, diameter, perbanyakan daun dan petumbuhan akar. Cekaman air menyebabkan penurunan turgor pada sel tanaman dan berakibat pada penurunan proses fisiologi yang mempengaruhi produktivitas rumput termasuk produksi bahan kering rumput. Produksi bahan kering rumput gajah mini tertinggi pada pemotongan II terdapat pada perlakuan P3 yaitu dengan rataan sebesar 25,80 g . Hasil analisis keragaman produksi bahan kering rumput gajah pada pemotongan II dapat dilihat pada Lampiran, hasilnya adalah berbeda tidak nyata sehingga tidak dilanjutkan dengan uji Duncan. Dari Tabel diatas, dapat dilihat bahwa perlakuan P2 merupakan perlakuan dengan produksi bahan kering tertinggi yaitu sebesar 25,22 g dan yang terendah adalah perlakuan P1 yaitu sebesar 17,30 g. Analisis keragaman produksi bahan kering rumput gajah pada pemotongan III dapat dilihat pada Lampiran, hasilnya adalah nyata sehingga dilanjutkan dengan Uji. Rataan produksi bahan kering rumput gajah mini pemotongan III pada perlakuan P2 (25,22 g) berbeda nyata (p<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya P0 dan P1 (18,55 g dan 17,30 g). Sedangkan perlakuan P0, P1 dan P3 tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata terhadap nilai produksi bahan segar rumput gajah mini, yaitu masing-masing sebesar 18,55 g; 17,30 g dan 20,91 g. Kandungan bahan kering pada tiap interval pemotongan terus mengalami perbahan untuk setiap perlakuan. Karena salah satu faktor yang berpengaruh terhadap bahan kering hijauan adalah interval pemotongan (trimming) yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Chowder dan Cheda (1982), yang menyatakan bahwa interval pemotongan berpengaruh terhadap produksi hijauan, nilai nutrisi, kemampuan untuk 38 tumbuh kembali, komposisi botani dan ketahanan spesies. Ferkuensi pemotongan berlaku, bahwa pada batas tertentu frekuensi yang semakin rendah akan mengakibatkan produksi kumulatif bahan kering semakin tinggi dibandingkan produksi kumulatif oleh pemotongan yang lebih sering. Hubungan antara level pemberian mikoriza arbuskula terhadap produksi bahan kering rumput Gajah Mini dapat dilihat pada Gambar 4. Rataan Biomasa Akar Rumput (g) 35.00 30.00 y = -2.915x2 + 12.791x + 16.007 R² = 0.9933 y = 0.4785x2 - 1.9243x + 25.748 R² = 0.9133 25.00 20.00 y = -0.7655x2 + 5.3297x + 12.913 R² = 0.373 15.00 10.00 Pemotongan I Pemotongan II Pemotongan III Poly. (Pemotongan I ) Poly. (Pemotongan II) Poly. (Pemotongan III) 5.00 0.00 0g 10 g 20 g 30 g Level Pemberian Mikoriza Arbuskula Gambar 4. Hubungan antara level pemberian mikoriza arbuskula terhadap produksi bahan kering rumput Gajah Mini Pada grafik diatas dapat kita lihat bahwa produksi bahan kering rumput gajah mini mengalami peningkatan pada pemotongan II dan II. Produksi bahan kering tertinggi diperoleh pada pemberian mikoriza arbuskula sebanyak 30 g/polybag. Gianina dan Diem (1982), menyatakan bahwa pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan secara umum dinyatakan bahwa tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa mikoriza. Penyebab utama adalah mikoriza secara efektif dapat meningkatkan 39 unsur hara, baik unsur hara makro maupun mikro. Selain dari pada itu akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan tidak tersedia bagi tanaman. Biomasa Akar (g) Rataan biomasa akar rumput gajah dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini. Rataan biomasa akar rumput gajah dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 6. Rataan Biomasa Akar (g) Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum schamach). Perlakuan P₀ P₁ P₂ P₃ Total Ulangan I 59.5 35.15 35.87 100.01 230.53 II 67.17 38.19 60.02 89.84 255.22 III 32.14 42.97 68.52 70.62 214.25 IV 33.42 95.12 64.48 158.52 351.54 V 42.54 60.81 40.01 137.67 281.03 Total Rataan 234.77 272.24 268.9 556.66 1332.57 46.95b 54.45b 53.78b 111.33a 266.514 Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05). Rataan biomasa akar rumput gajah tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (dosis mikoriza 30 g) yaitu sebesar 111,33 g dan yang terendah terdapat pada perlakuan P0 (kontrol) yaitu sebesar 46,95 g. Semakin banyak dosis mikoriza yang diberikan pada tanaman, maka kan semakin besar pula bintil akar yang dihasilkan oleh tanaman inangnya tersebut. Ini disebabkan karena fungi mikoriza arbuskula bekerja pada akar inangnya seperti jaringan hifa yang semakin banyak . Hal ini sesuai dengan pernyataan Wicaksono dan Ricky (2010), yang menyatakan bahwa mikoriza memberikan manfaat bagi tanaman diantaranya adalah: 1) meningkatkan serapan unsur hara, 2) meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, 3) kerusakan jaringan 40 korteks akibat kekeringan pada perakaran bermikoriza tidak bersifat permanen, 4) memperluas penyebaran hifa dalam tanah sehingga dapat mengambil air relatif lebih banyak, serta 5) memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh seperti auxin, sitokinin, giberelin dan vitamin bagi inangnya. Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa perlakuan P3 (111,33 g) berbeda nyata dengan perlakuan P0, P1 dan P2. Pada penelitian sebelumnya, Wicaksono dan Ricky (2010), menyatakan bahwa dengan level mikoriza 0g, 5g dan 10 g menyatakan bahwa penggunaan mikoriza level 10g memberikan hasil terbaik pada tanaman kentang (Solanum tuberosum L.), yang ditandai dengan tingkat kandungan protein tertinggi dan karbohidrat 22,48%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan cendawan mikoriza terhadap daya serap nutrient tanah dengan menggunakan indikator jumlah daun, tinggi tanaman, berat umbi, jumlah umbi yang terinfek si akar serta pengaruhnya terhadap kandungan protein, k a r b o h i d r a t , l e m a k d a n s e r a t . Rataan Biomasa Akar Rumput (g) 180 y = 6.1257x2 - 22.354x + 111.01 R² = 0.5029 160 140 120 100 y = -1.9521x2 + 22.538x + 8.308 R² = 0.4974 80 y = 2.8007x2 - 23.571x + 86.86 60 R² = 0.5745 0g 10 g 20 g 30 g Poly. (0 g) Poly. (10 g) Poly. (20 g) Poly. (30 g) 40 2 20y = -7.8414x + 48.323x - 4.932 R² = 0.9954 0 Ulangan I II III IV V G a m b a r 5 . Hubungan antara level pemberian mikoriza arbuskula terhadap biomasa akar rumput Gajah Mini KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dapat meningkatkan produktivitas rumput gajah mini (Pennisetum purpureum schamach). Level mikoriza arbuskula 30 g/polybag menunjukkan hasil yang paling baik terhadap respon tinggi tanaman, jumlah anakan, produksi bahan segar dan biomasa akar rumput gajah mini (Pennisetum purpureum schamach). DAFTAR PUSTAKA AAK., 1993. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius, Yogyakarta. Adrianton, 2010. Pertumbuhan dan Nilai Gizi Tanaman Rumput Gajah Pada Berbagai Interval Pemotongan. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako. Buckman, H. O dan Brady, H. C., 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Husbandry. Longman London and New York. Crowder, L. V. Dan H.R. Cheda, 1982. Tropical Grassland Husbandry. Longman, London. Gohl, B. O., 1981. Tropical Feeds. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome. Gonggo, B. M., Hermawan, B., and Anggraeni, D. 2005. Pengaruh jenis tanaman penutup dan pengolakan tanah terhadap sifat fisika tanah pada lahan alangalang. Jurnal ilmu-ilmu pertanian Indonesia. 7(1):44-55. Guntoro, S., 2006. Membuat Pakan Ternak dari Limbah Perkebunan. PT Agromedia Pustaka, Jakarta. Hamdan, 1996. Aplikasi Berbagai Level Bahan Organik Blotong dan Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Raja (Pennisetum purpoides) Pada Tanah Podzolik Merah Kuning. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Hardjowigeno, S., 1993. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta. Harjadi, S. S., 1983. Pengantar Agronomi. PT Gramedia, Jakarta. Hobir., 2002. Pengaruh selang panen terhadap pertumbuhan dan produksi Nilam. J. Littri. 8: 103-107.