TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmorata, Blkr.) Oleh : RINA JURITA P.S.Pi Pendahuluan Betutu (Oxyeleotris marmorata, Blkr.) adalah ikan perairan umum yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, dan merupakan komoditas ekspor. Tingginya harga ikan ini utamanya pasar ekspor, mengakibatkan usaha penangkapan di alam dilakukan secara berlebihan. Kondisi ini terjadi karena pasok kebutuhan pasar sepenuhnya merupakan hasil tangkapan dari perairan umum. Kekhawatiran terjadinya penurunan drastis populasi yang mengarah kepada kepunahan, maka keberhasilan pencapaian teknologi pembenihan merupakan hal yang sangat penting dalam mencegah kepunahan populasi dan memasok benih untuk budidaya. Taksonomi dan Morfologi Adapun sistematika ikan betutu menurut Axelrod (1951) adalah sebagai berikut : Phylum : Chordata Classis : Osteichthyes Ordo : Percomorphodei Familia : Teleotridae Genus : Oxyeleotris Species : Oxyeleotris marmorata. Blkr. Tanda-tanda atau ciri-ciri morfologi spesifik yang dimiliki oleh ikan betutu (Oxyeleotris marmorata. Bikr) adalah bentuk badan bulat panjang seperti torpedo, badan bagian depan bundar dan di bagian belakang agak pipih, kepala rendah, mata besar yang dapat bergerak, dan mulut lebar Pematangan Gonada Induk betutu dengan berat 200-500 gram dipelihara dalam kolam tanah dengan luas 50-300 m2 dan kedalaman air rata-rata 0,5 m. Pakan yang diberikan berupa ikan rucah segar, udang, dan ikan ukuran kecil yang hidup. Jumlah pakan yang diberikan 2% dari bobot total ikan, 1 kali pada sore atau malam hari. Pemijahan Pemijahan dilakukan secara alami atau buatan dengan suntikan hipofisa 1-2 dosis atau ovaprim 0,5 – 0,7 cc/kg bobot badan. Perbandingan kelamin antara jantan dan betina adalah 1 : 1 – 1 : 3. Kolam pemijahan diberi sarang/tempat penempel telur yang terbuat dari asbes atau potongan paralon berdiameter 3 – 4 inci. jarak antar sarang sekitar 2-3 m. Sarang dikontrol pada hari ke 37 setelah penebaran induk untuk melihat keberadaan telur. Apabila sarang telah berisi telur maka dilakukan pencucian dari kotoran untuk ditetaskan di wadah penetasan yang sudah dipersiapkan. Penetasan Wadah penetasan dapat berupa bak fibreglass/akuarium yang dilengkapi aerasi dan pemanas apabila suhu air penetasan lebih rendah dari 25o C. Selain itu wadah dapat berupa hapa ukuran panjang 2 m, lebar 1 m dan tinggi 0.75 m yang diletakan di kolam. Telur menetas sekitar 1-3 hari pada suhu air 25-27 oC. Setelah telur menetas, sarang di ambil dan air penetasan sebaiknya diberi obat pencegah jamur MB atau MG 1-3 ppm selama 24 jam. Perawatan Larva Dan Benih Larva umur 2 hari ditebar ke wadah pendederan pada sore hari dengan kepadatan 30 ekor/l. Pendederan terkontrol dilakukan dalam wadah atau bak volume 500-1000 l, sampai masa kritis larva terlewati yaitu umur 14-21 hari atau diteruskan sampai benih mencapai ukuran 1-3 gram/ekor. Pakan awal larva pada saat kuning telur habis (umur 2-3 hari setelah menetas) adalah pakan alami jenis Coelastrum sp. sampai umur 5 hari. Selanjutnya secara bertahap diberikan rotifera sampai umur 19 hari. Umur 20 - 30 hari larva betutu diberi pakan artemia dan moina. Kemudian pada umur 30 – 60 hari dapat diberikan larva chironomus. Ukuran benih pada umur 60 hari berkisar antara 5 - 7 cm atau 3 - 5 g/ekor yang siap dipanen.