Penetasan Telur dan Perawatan Larva Ikan Lele

advertisement
PENETASAN TELUR DAN PERAWATAN LARVA IKAN LELE
tuh.
Nadjmi Abulias
Fakultas Biologi UNSOED Punrokerto
E-mail amie-staO5@yahoo. co. id
:
I.
PENDAHULUAN
Hasil pemijahan ikan adalah telur terbuahi yang selanjutnya akan brekembang
menjadi embrio dan akhirnya menetas menjadi larva. Apabila telur tersebut tidak dibuahi
maka akan mati dan membusuk. Menurut Effendi (1997), lama waktu perkembangan
sampaitelur menetas menjadi larva tergantung pada spesies ikan dan suhu. Semakin tinggi
suhu air media penetasan telur maka waktu proses penetasan menjadi semakin singkat.
Akan tetapi, pada masing-masing spesies ikan memilikisuhu optimum yang berbeda-beda.
II.
PENETASAN TELUR IKAN LELE
lnduk ikan lele yang telah memijah akan mengeluarkan telumya pada keesokan harinya
dan telur tersebut merupakan output dari aktivitas pemijahan ikan. Telur ikan lele yang telah
terbuahi ditandai dengan wama telur kuning cerah kecoklatan, sedangkan telur-{elur yang
tidak terbuahi Frwama putih pucat atau putih susu. Lama waktu perkembangan hingga telur
menetas menjadi larva tergantung pada jenis ikan dan suhu. Pada ikan lele, membutuhkan
waktu 18 -24jam dari saat pemijahan (Dardiani dan Sary, 2010).
Telur ikan lele bersifat melekat (adesrf) kuat pada substrat, karena telur ikan lele
tersebut memiliki lapisan pelekat pada dinding cangkangnya dan akan meniadi aKif ketika
terjadi kontak dengan air, sehingga dapat menjadi rusaUkoyak ketika dicoba untuk dicabut.
Kekuatan pelekatan tersebut akan menjadi berkurang sejalan dengan perkembangan telur
(embnogenesr$ hingga menetas.
Oleh karena itu, untuk mengurangi
faktor
kerusakan/kegagalan telur dalam proses penetasan, induk ikan lele yang telah memijah
diangkat dan dimasukkan ke dalam wadah pemeliharaan induk kembali (Dardiani dan Sary,
2010).
Telur membutuhkan oksigen untuk kelangsungan hidupnya. Oksigen masuk ke dalam
telur secara difusi melalui lapisan permukaan cangkang telur, oleh karena itu media
penetasan telur harus memiliki kandungan oksigen yang melimpah yaitu > 5 mg/liter
(Murtidjo, 2001). Oksigen tersebut dapat diperoleh melalui beberapa cara, yaitu: (1)
memberikan aerasi dengan bantuan aerator; (2) menciptakan arus laminar dalam media
bio.unsoed.ac.id
penetasan telur; (3) mendekatkan telur kepermukaan air, karena kandungan oksigen paling
tinggi berada dibagian paling dekat dengan permukaan air.
Alxilia.*
2O 1 5
:
? en&a.a*v Tehtr d.a'w ? era,tt
ah*v Larvat
lkq,+v Lelpt
?aqel
Sdain oks{}en, untrk keperluan perkembangan, diperlukan energi yang berasal dari
kunirg tdur gdk sac) dan kemudian butir minyak (oil globule\. Oleh karena itu, kuning telur
tenrs rnenyusut sejalan dengan perkembangan embrio. Energi yang terdapat dalam kuning
telur berpindah ke organ tubuh embrio. Sementara itu, embrio terus berkembang dan
membesar sehingga menjadi rongga telur menjadi penuh dan tidak sanggup untuk
mewadahinya, maka dengan kekuatan pukulan dari dalam oleh sirip pangkal ekor,
cangkang telur pecah dan embrio lepas
dari
kungkungan menjadi larva pada saat itulah
telur menetas menjadi larva (Effendie, 2004).
Menurut Dardiani dan Sary (2010), untuk memperlancar proses penetasan, media
penetasan telur harus diusahakan terbebas dari mikroorganisme. Kondisi tersebut dapat
ditempuh melalui beberapa upaya, yaitu:
1)
mengendapkan air untuk media penetasan telur selama3
-7
hari sebelum digunakan;
2) menambahkan zat ant'ljamur seperti methylen blue, kedalam media penetasan;
3) menyaring dan menyinari air yang akan digunakan untuk penetasan dengan
menggunakan sinar utkaviolet (UV) ;
4l
menggunakan air yang bersumber dari mata air atau sumur.
III.
PERAWATAN LARVA IKAN LELE
Larva merupakan salah satu stadia paling kritis dalam siklus hidup ikan. Beberapa
faktor yang menyebabkan pemeliharaan larva memiliki tingkat kesulitan yang paling tinggi
dalam pembenihan ikan antara lain adalah:
1) larva memiliki tubuh dan bukaan mulut yang kecil, sehingga dalam pemberian pakan
dan pengelolaan lingkungannya relatif sulit;
2)
larva membutuhkan pakan alami, sementara itu kegiatan ltultur pakan alami juga
mengalami tingkat kesulitan yang cukup tinggi.
Oleh karena itu, perlu diperhatikan
faktor
faktor yang mendukung dalam
keberhasilan pemeliharaan larva, seperti padat penebaran pemeliharaan larva, pengelolaan
{
kualitas air dan pemberian pakan yang benar.
Larva yang telah menetas biasanya benlrrarna hijau dan berkumpuldidasar bak
penetasan. Untuk menjaga kualitas air, maka sebaiknya selama pemeliharaan dilakukan
pergantian air setiap 2han sekali sebanyak 50
- 70 o/o. Pergantian air ini dimaksudkan
untuk
membuang kotoran, seperti sisa cangkang telur atau telur yang tidak menetas dan mati.
bio.unsoed.ac.id
Kotoran tersebut apabila tidak dibuang akan mengendap dan membusuk di dasar perairan
yang menyebabkan timbulnya penyakit dan menyerang larva. Pembuangan kotoran tersebut
dilakukan secara
Abii'a*-2o
15
hati- hati agar larva tidak stress
: Pentu*a* Telt* ila'w?qa natuw tsl'a'
atau tidak ikut terbuang bersama kotoran.
Ikarv Lde'
?age2
Larva ikan lele hasil penetasan memiliki bobot minimal 0,05 gram dan panjang tubuh
0,75
-
1 cm, serta belum memiliki bentuk morfologi yang definitif (seperti induknya). Larva
tersebut masih membawa cadangan makanan dalam bentuk kuning telur dan butir minyak.
Cadangan makanan tersebut dimanfaatkan untuk proses perkembangan organ tubuh,
khususnya untuk keperluan pemangsaan (feeding), seperti sitip, mulut, mata dan saluran
pencernaan. Kuning telur tersebut biasanya akan habis dalam waktu 3 hari, sejalan dengan
proses prkembangan organ tubuh larva. Oleh karena itu, larva ikan lele baru akan diberi
pakan setelah umur 4 hari (saat cadangan makanan didalam tubuhnya habis). Pakan yang
dibedkan berupa pakan yang memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut larva agar
larva ikan lebih mudah dalam mengkonsumsi pakan yang diberikan, pakan ikan juga
bergerak sehingga mudah dideteksi dan dimangsa oleh larva, mudah dicerna dan
mengandung nutrisi yang tinggi.
Salah satu contoh pakan yang diberikan pada saat larva ikan lele tersebut berumur 4
hari adalah emulsi kuning telur. Pada saat lele berumur 6 hari, maka dapat diberikan pakan
berupa Daphnia sp (kutu air), Tubifex sp (cacing sutra) atau Aftemra sp. Pakan tersebut
diberikan secara adlibitum dengan frekuensi 5 kali dalam sehari dan agar tidak mengotori air
pemeliharaan, maka diusahakan tidak ada pkan yang tersisa.
IV.
PENUTUP
Penetasan telur merupakan salah satu kegiatan pembenihan yang bertujuan untuk
mendapatkan larva. Keberhasilan penetasan telur dan pemeliharaan larva akan sangat
menentukan keberhasilan kegiatan pembenihan
ikan. Oleh karena itu, perlu ketelatenan
dan kecermatan dalam melakukan penetasan telur dan perawatan larva ikan lele agar
produksinya optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Dardiani dan l.R. Sary. 2010. Mata Diklat 4 Manajemen Penetasan Telur dan Pemeliharaan
Lar$a. Pusat Pengembangan Dan PemberdayaanPendidik dan Tenaga Kependidikan.
Pertanian Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan.
Departemen Pendidikan Nasional
Elfendi Ml. 1979. Metode BiologiPerikanan. Yayasan Dewi $ri. Bogor.
Effendi, l. 2Oo4.. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Murtidjo BA. 2001. Beberapa Metode Pembenihan lkan Air Tawar. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
bio.unsoed.ac.id
Alwlia'tc
2O 7 5
:
? eneh+a'w
Tdnr
d,o,'w
?qa*l ahav Latla' Ikatu
Lelzt
?aqe/3
Download