PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TYPE STAD

advertisement
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TYPE STAD DENGAN MEDIA VCD
A. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah mata pelajaran yang diajarkan mulai dari tingkat SD sampai
sekolah tingkat menengah. Sampai saat ini matematika masih dianggap mata pelajaran
yang sulit, membosankan, bahkan menakutkan. Anggapan ini mungkin tidak berlebihan
selain mempunyai sifat yang abstrak, pemahaman konsep matematika yang baik sangatlah
penting karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasarat pemahaman konsep
sebelumnya.
Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk memilih model
pembelajaran berikut media yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi
tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat
keterkaitan yang erat antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru
mempunyai tugas untuk memilih model dan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan
materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan.
Sampai saat ini masih banyak ditemukan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa di
dalam mempelajari matematika. Salah satu kesulitan itu adalah memahami konsep pada
pokok bahasan Kesebangunan Bangun Datar. Akibatnya terjadi banyak kesulitan siswa
dalam menjawab soal-soal baik soal-soal ulangan harian, ulangan umum, dan soal-soal
UAN yang berhubungan dengan Kesebangunan Bangun Datar.
Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) matematika merupakan mata
pelajaran yang bersifat abstrak, sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat
mengupayakan metode yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa.
Untuk itu diperlukan model dan media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk
mencapai kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
Dalam mengajar matematika banyak sekali guru matematika yang menggunakan
waktu pelajaran dengan kegiatan membahas tugas-tugas, lalu memberi pelajaran baru dan
1
memberi tugas lagi. Pembelajaran seperti di atas yang rutin dilakukan hampir tiap hari
dapat dikategorikan sebagai 3M,
yaitu membosankan,
membahayakan dan merusak
seluruh minat siswa. Apabila pembelajaran seperti ini terus dilaksanakan maka kompetensi
dasar dan indikator pembelajaran tidak akan dapat tercapai secara maksimal. Selain itu
pemilihan media yang tepat juga sangat memberikan peranan dalam pembelajaran.
Selama ini media pembelajaran yang dipakai adalah alat peraga yang terbuat dari
tripleks-tripleks. Tetapi seiring dengan berkembangnya teknologi, media pembelajaran
tersebut kurang menarik perhatian dan minat siswa. Untuk itu diperlukan suatu media
pembelajaran yang dapat lebih menarik perhatian dan minat siswa tanpa mengurangi
fungsi media pembelajaran secara umum.
Berdasarkan uraian di atas perlu kiranya dikembangkan suatu tindakan yang dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa berupa penerapan pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan media VCD untuk memberikan kesempatan kepada siswa
dalam mengemukakan gagasan-gagasan terhadap pemecahan suatu masalah dalam
kelompoknya masing-masing.
Pemilihan media pembelajaran dengan menggunakan VCD dikarenakan akhir-akhir
ini di lingkungan akademis atau pendidikan penggunaan media pembelajaran yang
berbentuk VCD bukan merupakan hal yang baru lagi. Penggunaan media pembelajaran
matematika yang berbentuk VCD memungkinkan digunakan dalam berbagai keadaan
tempat, baik di sekolah maupun di rumah; serta yang paling utama adalah dapat memenuhi
nilai atau fungsi media pembelajaran secara umum.
B. PEMBAHASAN
1. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Terdapat bermacam-macam pembelajaran kooperatif salah satunya adalah
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) yang
dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam
Slavin, 2008) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan
pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan
utama sebagai berikut;
2
a.
Penyajian kelas
Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan penyajian kelas. Penyajian kelas
tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing.
b.
Kegiatan kelompok
Siswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan saling membantu
sesama anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan menyelesaikan
permasalahan yang diberikan.
c.
Kuis (Quizzes)
Kuis adalah tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk mengetahui
keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Hasil tes digunakan sebagai hasil
perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan dan keberhasilan
kelompok.
d.
Skor kemajuan (perkembangan ) individu
Skor kemajuan individu ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan
pada beberapa jauh skor kuis terkini yang melampui rata-rata skor siswa yang lalu.
e.
Penghargaan kelompok
Penghargaan keompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing kelompok.
Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor kemajuan kelompok
diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-masing kelompok sehingga
diperoleh skor rata-rata kelompok.
Tabel 1. Langkah-langkah proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD
No
1.
Tahap
Tahap
pendahuluan
a.
Tingkah Laku Guru
Guru memberikan informasi kepada siswa tentang
materi yang akan mereka pelajari, tujuan pembelajaran
dan pemberian motivasi agar siswa tertarik pada materi.
b. Guru membentuk siswa kedalam kelompok yang sudah
direncanakan.
c.
Mensosialiasakan kepada siswa tentang modell
pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa
3
mengenal dan memahamimya.
2.
Tahap
d. Guru memberikan apersepsi yang berkaitan dengan
materi yang akan dipelajari.
a. Guru mendemonstrasikan konsep atau keterampilan
pengembangan
secara aktif dengan menggunakan media VCD.
b. Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) sebagai
bahan diskusi kepada masing-masing kelompok.
c. Siswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan LKS
bersama kelompoknya.
d.
Guru memantau kerja dari tiap kelompok dan
membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
3
Tahap
penerapan
a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS dengan
waktu yang ditentukan, siswa diharapkan bekerja secara
individu tetapi tidak menutup kemungkinan mereka
saling bertukar pikiran dengan anggota yang lainnya.
b. Setelah siswa selesai mengerjakan soal lembar jawaban,
kemudian dikumpulkan untuk dinilai.
Kunci keberhasilan di dalam penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah
persiapan guru dalam:
1. memilih materi yang ada pada Standar Isi dengan melihat pengetahuan prasyarat
siswa;
2. memilih materi yang ada pada Standar Isi dengan melihat minat siswa;
3. memilih materi yang ada pada Standar Isi dengan memungkinkan untuk
dilakukannya kuis yang dapat diujikan dan di skor dengan tepat;
4. menyusun tugas untuk anggota masing-masing kelompok sehingga setiap anggota
kelompok harus menyelesaikan tugas masing-masing dengan bertanggung jawab
untuk kelompok masing-nasing. Selain itu juga para anggota masing-masing
kelompok harus saling mendengarkan dan mengungkapkan pendapat masingmasing kelompok secara ikhlas;
4
5. membimbing
bijaksana
agar siswa dapat berkomunikasi dengan kelompok lain secara
sehingga
melalui
pembelajaran
kooperatif
tipe
STAD,
dapat
dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa dapat saling
berbagi kemampuan, belajar berfikir kritis, menyampaikan pendapat, memberi
kesempatan,
menyalurkan
kemampuan,
membantu
belajar,
serta
menilai
kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain anggota kelompok.
2. Media Pembelajaran
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media
pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran.
Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan
ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media.
Bentuk-bentuk stimulus bisa dipergunakan sebagai media diantaranya adalah hubungan
atau interaksi manusia; realita; gambar bergerak atau tidak; tulisan dan suara yang
direkam. Kelima bentuk stimulus ini akan membantu pembelajar untuk memahami apa
yang disampaaikan guru.
Namun demikian masalah yang timbul tidak semudah yang dibayangkan. Pengajar
adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk merealisasikan kelima bentuk stimulus
tersebut dalam bentuk pembelajaran.
Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat.
Media
pembelajaran harus meningkatkan motivasi pembelajar. Penggunaan media mempunyai
tujuan memberikan motivasi kepada pembelajar. Selain itu media juga harus merangsang
pembelajar mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar
baru Media yang baik juga akan mengaktifkan pembelajar dalam memberikan tanggapan,
umpan balik dan juga mendorong siswa untuk melakukan praktek-praktek dengan benar.
Terdapat berbagai jenis media belajar (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/), diantaranya
; a) Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik, b) Media Audial :
radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya, c) Projected still media : slide;
over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya, d) Projected motion media : film,
televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
5
Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media. Hubbard
mengusulkan sembilan kriteria untuk menilainya. Kriteria pertamanya adalah biaya. Biaya
memang harus dinilai dengan hasil yang akan dicapai dengan penggunaan media itu.
Kriteria lainnya adalah ketersedian fasilitas pendukung seperti listrik, kecocokan dengan
ukuran kelas, keringkasan, kemampuan untuk dirubah, waktu dan tenaga penyiapan,
pengaruh yang ditimbulkan, kerumitan dan yang terakhir adalah kegunaan. Semakin
banyak tujuan pembelajaran yang bisa dibantu dengan sebuah media semakin baiklah
media itu. Kriteria di atas lebih diperuntukkan bagi media konvensional. Thorn
mengajukan enam kriteria untuk menilai multimedia interaktif. Kriteria penilaian yang
pertama adalah kemudahan navigasi. Sebuah program harus dirancang sesederhana
mungkin. Kriteria yang kedua adalah kandungan kognisi, kriteria yang lainnya adalah
pengetahuan dan presentasi informasi. Kedua kriteria ini adalah untuk menilai isi dari
program itu sendiri, apakah program telah memenuhi kebutuhan pembelajaran, si
pembelajar atau belum. Kriteria keempat adalah integrasi media di mana media harus
mengintegrasikan aspek dan ketrampilan yang harus dipelajari. Untuk menarik minat
pembelajar program harus mempunyai tampilan yang artistik maka, estetika juga
merupakan sebuah kriteria. Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi secara
keseluruhan. Program yang dikembangkan harus memberikan pembelajaran yang
diinginkan oleh pembelajar. Sehingga pada waktu seorang selesai menjalankan sebuah
program dia akan merasa telah belajar sesuatu.
3. Media Pembelajaran Matematika
Menurut H.W. Fowler ( dalam Suyitno, 2000:1) matematika adalah ilmu yang
mempelajari tentang bilangan dan ruang yang bersifat abstrak. Sehingga untuk menunjang
kelancaran pembelajaran disamping pemilihan metode yang tepat juga perlu digunakan
suatu media pembelajaran yang sangat berperan dalam membimbing abstraksi siswa .
Adapun nilai atau fungsi khusus media pendidikan matematika antara lain; a)
Untuk
mengurangi
atau
menghindari
terjadinya
salah
komunikasi;
b)
Untuk
membangkitkan minat atau motivasi belajar siswa; c) Untuk membuat konsep matematika
yang abstrak, dapat disajikan dalam bentuk konkret sehingga lebih dapat dipahami,
6
dimengerti dan dapat disajikan sesuai dengan tingkat-tingkat berpikir siswa.(Suyitno,
2000:37)
Jadi salah satu fungsi media pembelajaran matematika adalah untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa. Sedangkan motivasi dapat mengarahkan kegiatan belajar,
membesarkan semangat belajar juga menyadarkan siswa tentang proses belajar dan hasil
akhir. Sehingga dengan meningkatnya motivasi belajar siswa dapat meningkatkan hasil
belajarnya pula (Dimyati, 1994:78-79).
4. Penggunaan VCD (Video Compact Disc) dalam Pembelajaran Matematika
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, berkembang pula
jenis-jenis media pembelajaran yang lebih menarik dan dapat digunakan baik di sekolah
maupun di rumah. Salah satunya adalah media pembelajaran yang berbentuk VCD (Video
Compact Disc).
Penggunaan VCD (Video Compact Disc) dapat digunakan sebagai
alternatif pemilihan media pembelajaran matematika yang cukup mudah untuk
dilaksanakan. Hal ini dikarenakan akhir-akhir ini di lingkungan akademis atau pendidikan
penggunaan media pembelajaran yang berbentuk VCD bukan merupakan hal yang baru
lagi dan dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah.
Penggunaan media pembelajaran matematika yang berbentuk VCD memungkinkan
digunakan di rumah karena VCD player sekarang ini sudah bukan merupakan barang
mewah lagi dan dapat ditemukan hampir disetiap rumah siswa.
5.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan
bertanya dan membahas suatu masalah.
b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan
penyelidikan mengenai suatu masalah.
c. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan
berdiskusi.
d. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan
kebutuhan belajarnya.
e. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif
dalam diskusi.
7
f. VCD yang digunakan dapat membantu pemahaman siswa terhadap materi yang
disajikan
g. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa
menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.
6. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
a. Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan
mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang
berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.
b. Tidak setiap sekolah memiliki sarana dan pra sarana yang menunjang pembelajaran
menggunakan kooperatif learning type STAD dengan media VCD
c. Guru harus pandai-pandai memilih VCD yang terpat yang dapat digunakan dalam
pembelajaran
d. Tidak semua materi dalam matematika tersedia dalam bentuk VCD pembelajaran
yang inter aktif
C. PENUTUP
Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk memilih model
pembelajaran berikut media yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi
tercapainya tujuan pembelajaran.
Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media.
Bentuk-bentuk stimulus bisa dipergunakan sebagai media diantaranya adalah hubungan
atau interaksi manusia; realita; gambar bergerak atau tidak; tulisan dan suara yang
direkam. Kelima bentuk stimulus ini akan membantu pembelajar untuk memahami apa
yang disampaikan guru.
Untuk dapat meningkatkan pemahaman dan motivasi belajar diperlukan strategi
/model serta yang tepat yang dapat memberikan stimulus kepada siswa untuk lebih
memahami apa yang mereka pelajari
8
Dari uraian di atas jelaslah bahwa pembelajaran Kooperatif type STAD dengan
menggunakan VCD merupakan alternative yang dapat dipilih guru dalam dalam upaya
meningkatkan pemahaman dan keaktipan belajar siswa.
9
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, Mudjiono. (1994). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Direktorat
Jenderal
Perguruan Tinggi Depdikbud.
Pandoyo. (1992). Strategi Belajar Mengajar. Semarang:IKIP Semarang Press.
Robert E. Slavin. (2008). Cooperative Learning. Teori dan Praktek. Bandung : Nusa
Media
Suharsimi Arikunto.(2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara
Suyitno Amin, Pandoyo, Hidayah Isti, Suhito, Suparyan.( 2000). Dasar-dasar dan Proses
Pembelajaran Matematika I. Semarang:Pendidikan Matematika FMIPA UNNES
Sudrajat, akhmad. (2008). Jenis-Jenis Media Pembelajaran. http ://akhmadsudrajat.
wordpress.com/
Yitnosumarto, Santoyo. (1990). Dasar-Dasar Statistika. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
____________________(2010). Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG dan MGMP
Matematika. \\ E \ PTK SMP\ ….\PTK.Guru pdf
10
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN.
(RPP- 2)
A.
SATUAN PENDIDIKAN
: SMPN 5 Purwakarta
MATA PELAJARAN
: MATEMATIKA
KELAS/SEMESTER
: IX (sembilan) / I (SATU)
ALOKASI WAKTU
: 6 x 40 menit [ 3 pertemuan]
Standar Kompetensi
Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah
B.
Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga yang sebangun dan kongruen
C. Indikator
1. Membedakan pengertian sebangun dan kongruen dua segitiga,
2.Mengidentifikasi sisi yang yang sebanding dengan menuliskan panjang sisi
yang
bersesuaian.dari dua segitiga sebangun
3.Menjelaskan sifat-sifat dua segitiga sebangun dan kongruen
4.Menentukan perbandingan sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dan menghitung
panjangnya
D.
Tujuan Pembelajaran
Pertemuan 1
Setelah mendiskusikan LK, peserta didik diharapkan dapat:
11
a. Membedakan pengertian sebangun dan kongruen dua segitiga
b. Menuliskan perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian dari dua segitiga sebangun
c Menghitung panjang salah satu sisi dari dua segitiga yang sama dan
sebangun
Pertemuan 2
Setelah mendiskusikan LK, peserta didik diharapkan dapat:
a. Menyebutkan syarat – syarat dua segitiga kongruen
b. Membuktikan dua segitiga kongruen berdasarkan syarat-syaratnya
Pertemuan 3
Setelah mendiskusikan LK, peserta didik diharapkan dapat:
a. Menentukan perbandingan sisi dua segitiga sebangun dan menghitung panjangnya
E. Bahan Ajar
1. Kesebangunan bangun datar
2. Bangun datar sebangun dan kongruen
3.
Segitiga-segitiga sebangun dan kongruen
F. Pendekatan/Model/Metode.
G.
Pendekatan
: CTL
Model
: STAD
Metode
: Diskusi
Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan pertama [2 x 40 menit]
Pengkondisian
Waktu
Siswa
(menit)
Pengelolaan Pembelajaran
1. Pendahuluan :
12
a Sebagai apersepsi, Guru mengecek kehadiran siswa
b. Motivasi : Diberikan tentang pentingnya mempelajari materi
10’
Klasikal
kesebangunan bangun datar.
c.Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan Inti

Peserta didik membentuk kelompok sesuai dengan
panduan guru

Peserta didik diajak menyaksikan tayangan VCD
pembelajaran mengenai segitiga-segitiga sebangun
dan kongruen

Kelompok
55’
Dengan berdiskusi dalam kelompok, peserta didik
membahas pengertian sebangun dan kongruen dua
segitiga serta dapat menghitung salah satu sisi dari
dua segitiga sebangun (demokrasi, percaya diri,
kreatif, inovatif)

Kelompok/peserta didik mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas dan kelompok/peserta didik
lain memberi tanggapan (demokrasi, percaya diri,
kreatif, inovatif, menghargai oranglain)

Guru memberi penguatan tentang perbedaan
sebangun dan kongruen dua segutiga

Peserta didik mengerjakan latihan.dari buku
pegangan , halaman.8, no1-3.
3. Penutup

Peserta didik diarahkan untuk membuat
rangkuman

Evaluasi (soal terlampir)

Tugas Terstruktur (PR hlaman8-9 no1-3)
15’
13
Pertemuan Kedua [ 2 x 40 menit]
Pengkondisian
Waktu
Siswa
(menit)
Klasikal
10’
Kelompok
5’
Pengelolaan Pembelajaran
1. Pendahuluan :
a. Peserta didik mengingat kembali pengertian sebangun dan
kongruen dua segitiga
b. Guru menjelaskan pentingnya menguasi materi ini
2. Kegiatan Inti


Peserta didik berada dakam kelompoknya
Setelah menyaksikan tayangan VCD pembelajaran peserta
didik bediskusi dalam kelompok, mempelajari syarat-syarat
dua segitiga kongruen dan bagaimana membuktikan dua
segitiga kongruen berdasarkan syarat-syaratnya (demokrasi,
percaya diri)
Peserta didik diberi kesempatan untuk
menanyakan/membahas hal-hal yang tidak dimengerti
dalam diskusi kelompok/kelas (menghargai pendapat orang
lain)
Peserta didik mengerjakan soal-soal pada LK (kreatif)


15’
3. Penutup


15’
Peserta didik membuat ringkasan materi dengan bantuan
guru
Peserta didik mengerjakan soal evaluasi (soal terlampir)
15’
Tugas Terstruktur
Siswa mengerjakan latihan soal pada bukupegangan siswa,hal.15
no.1-3 di rumah
14
20’
Individu
H.
Sumber dan Alat Belajar
Sumber : Buku paket, LK,VCD
Alat
: Contoh bangun datar
Penilaian
Penilaian
Indikator
Teknik
1. Membedakan pengertian
sebangun dan kongruen
dua segitiga
Bentuk
Tes
Isian
Tes
Isian
2. Menuliskan sisi-sisi yang
bersesuaian yang
sebanding dari dua segitiga
sebangun
Instrumen
1.Sebutkan perbedaan dua segitiga .
Sebangun dan kongruen
2.Perhatikan gambar berikut!
C
3. Menghitung panjang salah
satu sisi dari dua segitiga
15
R
sama dan sebangun
A
B
P
Q
∆ABC dan ∆PQR sebangun. Tuliskan sisisisi bersesuaian yang sebanding!
Tes
Isian
3.
Q
U
T
P
S
4.Menyebutkan syarat-syarat
dua segitiga kongruen
R
∆ PQR dan ∆ STU sama dan sebangun
jika panjang PR = 2 cm, PQ= 3 cm dan TU
= 4 cm tentukan panjang : a. ST dan b.
QR
5.Membuktikan dua segitiga
kongruen
6.Menghitung salah satu sisi
dari dua segitiga sebangun
4. Sebutkan syarat-syarat dua segitiga
kongruen
5.
16
D
C
A
B
Buktikan ∆ABD dan ∆BCD sama dan
sebangun (konruen) sertakan
alasannya!
6.
Tes
lisan
6
Tes
Hitung nilai x !
Isian
4
15
Isian
17
Tes
Penskoran [untuk tes]
No.
Kunci Jawaban
Skor
1
Perbedaaan sebangun dan kongruen dari dua
segitiga adalah sebangun sama bentuknya saja
sedangkan kongruen sama bentuk dan ukuranya
10
2
AB:PQ= AC:PR=BC:QR
10
3
a.ST = 2 cm dan QR = 4 cm
10
6 : 10 = x : 15
20
10 x = 6 x 15
18
x = 90 : 10
x = 9 cm
Nilai Tes  Jumlah skor yang diperoleh
Mengetahui
Purwakarta, Juli 2012
Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran
H.Ade Nandang Suryana,S.Pd,M.Pd
Dwi Rachmayani,S.Pd
Nip.19620730 198302 1 002
Nip.19691021 199203 2 006
19
20
Download