PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TYPE STAD DENGAN MEDIA VCD A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah mata pelajaran yang diajarkan mulai dari tingkat SD sampai sekolah tingkat menengah. Sampai saat ini matematika masih dianggap mata pelajaran yang sulit, membosankan, bahkan menakutkan. Anggapan ini mungkin tidak berlebihan selain mempunyai sifat yang abstrak, pemahaman konsep matematika yang baik sangatlah penting karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasarat pemahaman konsep sebelumnya. Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk memilih model pembelajaran berikut media yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan yang erat antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru mempunyai tugas untuk memilih model dan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Sampai saat ini masih banyak ditemukan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa di dalam mempelajari matematika. Salah satu kesulitan itu adalah memahami konsep pada pokok bahasan Kesebangunan Bangun Datar. Akibatnya terjadi banyak kesulitan siswa dalam menjawab soal-soal baik soal-soal ulangan harian, ulangan umum, dan soal-soal UAN yang berhubungan dengan Kesebangunan Bangun Datar. Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak, sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan metode yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa. Untuk itu diperlukan model dan media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator pembelajaran. Dalam mengajar matematika banyak sekali guru matematika yang menggunakan waktu pelajaran dengan kegiatan membahas tugas-tugas, lalu memberi pelajaran baru dan 1 memberi tugas lagi. Pembelajaran seperti di atas yang rutin dilakukan hampir tiap hari dapat dikategorikan sebagai 3M, yaitu membosankan, membahayakan dan merusak seluruh minat siswa. Apabila pembelajaran seperti ini terus dilaksanakan maka kompetensi dasar dan indikator pembelajaran tidak akan dapat tercapai secara maksimal. Selain itu pemilihan media yang tepat juga sangat memberikan peranan dalam pembelajaran. Selama ini media pembelajaran yang dipakai adalah alat peraga yang terbuat dari tripleks-tripleks. Tetapi seiring dengan berkembangnya teknologi, media pembelajaran tersebut kurang menarik perhatian dan minat siswa. Untuk itu diperlukan suatu media pembelajaran yang dapat lebih menarik perhatian dan minat siswa tanpa mengurangi fungsi media pembelajaran secara umum. Berdasarkan uraian di atas perlu kiranya dikembangkan suatu tindakan yang dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa berupa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengemukakan gagasan-gagasan terhadap pemecahan suatu masalah dalam kelompoknya masing-masing. Pemilihan media pembelajaran dengan menggunakan VCD dikarenakan akhir-akhir ini di lingkungan akademis atau pendidikan penggunaan media pembelajaran yang berbentuk VCD bukan merupakan hal yang baru lagi. Penggunaan media pembelajaran matematika yang berbentuk VCD memungkinkan digunakan dalam berbagai keadaan tempat, baik di sekolah maupun di rumah; serta yang paling utama adalah dapat memenuhi nilai atau fungsi media pembelajaran secara umum. B. PEMBAHASAN 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terdapat bermacam-macam pembelajaran kooperatif salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 2008) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan utama sebagai berikut; 2 a. Penyajian kelas Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan penyajian kelas. Penyajian kelas tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing. b. Kegiatan kelompok Siswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan saling membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan. c. Kuis (Quizzes) Kuis adalah tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Hasil tes digunakan sebagai hasil perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan dan keberhasilan kelompok. d. Skor kemajuan (perkembangan ) individu Skor kemajuan individu ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada beberapa jauh skor kuis terkini yang melampui rata-rata skor siswa yang lalu. e. Penghargaan kelompok Penghargaan keompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor kemajuan kelompok diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-masing kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok. Tabel 1. Langkah-langkah proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD No 1. Tahap Tahap pendahuluan a. Tingkah Laku Guru Guru memberikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan mereka pelajari, tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi agar siswa tertarik pada materi. b. Guru membentuk siswa kedalam kelompok yang sudah direncanakan. c. Mensosialiasakan kepada siswa tentang modell pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa 3 mengenal dan memahamimya. 2. Tahap d. Guru memberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. a. Guru mendemonstrasikan konsep atau keterampilan pengembangan secara aktif dengan menggunakan media VCD. b. Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) sebagai bahan diskusi kepada masing-masing kelompok. c. Siswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan LKS bersama kelompoknya. d. Guru memantau kerja dari tiap kelompok dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan. 3 Tahap penerapan a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS dengan waktu yang ditentukan, siswa diharapkan bekerja secara individu tetapi tidak menutup kemungkinan mereka saling bertukar pikiran dengan anggota yang lainnya. b. Setelah siswa selesai mengerjakan soal lembar jawaban, kemudian dikumpulkan untuk dinilai. Kunci keberhasilan di dalam penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah persiapan guru dalam: 1. memilih materi yang ada pada Standar Isi dengan melihat pengetahuan prasyarat siswa; 2. memilih materi yang ada pada Standar Isi dengan melihat minat siswa; 3. memilih materi yang ada pada Standar Isi dengan memungkinkan untuk dilakukannya kuis yang dapat diujikan dan di skor dengan tepat; 4. menyusun tugas untuk anggota masing-masing kelompok sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugas masing-masing dengan bertanggung jawab untuk kelompok masing-nasing. Selain itu juga para anggota masing-masing kelompok harus saling mendengarkan dan mengungkapkan pendapat masingmasing kelompok secara ikhlas; 4 5. membimbing bijaksana agar siswa dapat berkomunikasi dengan kelompok lain secara sehingga melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD, dapat dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa dapat saling berbagi kemampuan, belajar berfikir kritis, menyampaikan pendapat, memberi kesempatan, menyalurkan kemampuan, membantu belajar, serta menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain anggota kelompok. 2. Media Pembelajaran Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Bentuk-bentuk stimulus bisa dipergunakan sebagai media diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia; realita; gambar bergerak atau tidak; tulisan dan suara yang direkam. Kelima bentuk stimulus ini akan membantu pembelajar untuk memahami apa yang disampaaikan guru. Namun demikian masalah yang timbul tidak semudah yang dibayangkan. Pengajar adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk merealisasikan kelima bentuk stimulus tersebut dalam bentuk pembelajaran. Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Media pembelajaran harus meningkatkan motivasi pembelajar. Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada pembelajar. Selain itu media juga harus merangsang pembelajar mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru Media yang baik juga akan mengaktifkan pembelajar dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong siswa untuk melakukan praktek-praktek dengan benar. Terdapat berbagai jenis media belajar (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/), diantaranya ; a) Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik, b) Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya, c) Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya, d) Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya. 5 Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media. Hubbard mengusulkan sembilan kriteria untuk menilainya. Kriteria pertamanya adalah biaya. Biaya memang harus dinilai dengan hasil yang akan dicapai dengan penggunaan media itu. Kriteria lainnya adalah ketersedian fasilitas pendukung seperti listrik, kecocokan dengan ukuran kelas, keringkasan, kemampuan untuk dirubah, waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh yang ditimbulkan, kerumitan dan yang terakhir adalah kegunaan. Semakin banyak tujuan pembelajaran yang bisa dibantu dengan sebuah media semakin baiklah media itu. Kriteria di atas lebih diperuntukkan bagi media konvensional. Thorn mengajukan enam kriteria untuk menilai multimedia interaktif. Kriteria penilaian yang pertama adalah kemudahan navigasi. Sebuah program harus dirancang sesederhana mungkin. Kriteria yang kedua adalah kandungan kognisi, kriteria yang lainnya adalah pengetahuan dan presentasi informasi. Kedua kriteria ini adalah untuk menilai isi dari program itu sendiri, apakah program telah memenuhi kebutuhan pembelajaran, si pembelajar atau belum. Kriteria keempat adalah integrasi media di mana media harus mengintegrasikan aspek dan ketrampilan yang harus dipelajari. Untuk menarik minat pembelajar program harus mempunyai tampilan yang artistik maka, estetika juga merupakan sebuah kriteria. Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi secara keseluruhan. Program yang dikembangkan harus memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh pembelajar. Sehingga pada waktu seorang selesai menjalankan sebuah program dia akan merasa telah belajar sesuatu. 3. Media Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler ( dalam Suyitno, 2000:1) matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bilangan dan ruang yang bersifat abstrak. Sehingga untuk menunjang kelancaran pembelajaran disamping pemilihan metode yang tepat juga perlu digunakan suatu media pembelajaran yang sangat berperan dalam membimbing abstraksi siswa . Adapun nilai atau fungsi khusus media pendidikan matematika antara lain; a) Untuk mengurangi atau menghindari terjadinya salah komunikasi; b) Untuk membangkitkan minat atau motivasi belajar siswa; c) Untuk membuat konsep matematika yang abstrak, dapat disajikan dalam bentuk konkret sehingga lebih dapat dipahami, 6 dimengerti dan dapat disajikan sesuai dengan tingkat-tingkat berpikir siswa.(Suyitno, 2000:37) Jadi salah satu fungsi media pembelajaran matematika adalah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Sedangkan motivasi dapat mengarahkan kegiatan belajar, membesarkan semangat belajar juga menyadarkan siswa tentang proses belajar dan hasil akhir. Sehingga dengan meningkatnya motivasi belajar siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya pula (Dimyati, 1994:78-79). 4. Penggunaan VCD (Video Compact Disc) dalam Pembelajaran Matematika Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, berkembang pula jenis-jenis media pembelajaran yang lebih menarik dan dapat digunakan baik di sekolah maupun di rumah. Salah satunya adalah media pembelajaran yang berbentuk VCD (Video Compact Disc). Penggunaan VCD (Video Compact Disc) dapat digunakan sebagai alternatif pemilihan media pembelajaran matematika yang cukup mudah untuk dilaksanakan. Hal ini dikarenakan akhir-akhir ini di lingkungan akademis atau pendidikan penggunaan media pembelajaran yang berbentuk VCD bukan merupakan hal yang baru lagi dan dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah. Penggunaan media pembelajaran matematika yang berbentuk VCD memungkinkan digunakan di rumah karena VCD player sekarang ini sudah bukan merupakan barang mewah lagi dan dapat ditemukan hampir disetiap rumah siswa. 5. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu: a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah. b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah. c. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi. d. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya. e. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi. 7 f. VCD yang digunakan dapat membantu pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan g. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain. 6. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu: a. Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda. b. Tidak setiap sekolah memiliki sarana dan pra sarana yang menunjang pembelajaran menggunakan kooperatif learning type STAD dengan media VCD c. Guru harus pandai-pandai memilih VCD yang terpat yang dapat digunakan dalam pembelajaran d. Tidak semua materi dalam matematika tersedia dalam bentuk VCD pembelajaran yang inter aktif C. PENUTUP Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk memilih model pembelajaran berikut media yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Bentuk-bentuk stimulus bisa dipergunakan sebagai media diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia; realita; gambar bergerak atau tidak; tulisan dan suara yang direkam. Kelima bentuk stimulus ini akan membantu pembelajar untuk memahami apa yang disampaikan guru. Untuk dapat meningkatkan pemahaman dan motivasi belajar diperlukan strategi /model serta yang tepat yang dapat memberikan stimulus kepada siswa untuk lebih memahami apa yang mereka pelajari 8 Dari uraian di atas jelaslah bahwa pembelajaran Kooperatif type STAD dengan menggunakan VCD merupakan alternative yang dapat dipilih guru dalam dalam upaya meningkatkan pemahaman dan keaktipan belajar siswa. 9 DAFTAR PUSTAKA Dimyati, Mudjiono. (1994). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Depdikbud. Pandoyo. (1992). Strategi Belajar Mengajar. Semarang:IKIP Semarang Press. Robert E. Slavin. (2008). Cooperative Learning. Teori dan Praktek. Bandung : Nusa Media Suharsimi Arikunto.(2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Suyitno Amin, Pandoyo, Hidayah Isti, Suhito, Suparyan.( 2000). Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang:Pendidikan Matematika FMIPA UNNES Sudrajat, akhmad. (2008). Jenis-Jenis Media Pembelajaran. http ://akhmadsudrajat. wordpress.com/ Yitnosumarto, Santoyo. (1990). Dasar-Dasar Statistika. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. ____________________(2010). Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG dan MGMP Matematika. \\ E \ PTK SMP\ ….\PTK.Guru pdf 10 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. (RPP- 2) A. SATUAN PENDIDIKAN : SMPN 5 Purwakarta MATA PELAJARAN : MATEMATIKA KELAS/SEMESTER : IX (sembilan) / I (SATU) ALOKASI WAKTU : 6 x 40 menit [ 3 pertemuan] Standar Kompetensi Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah B. Kompetensi Dasar Mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga yang sebangun dan kongruen C. Indikator 1. Membedakan pengertian sebangun dan kongruen dua segitiga, 2.Mengidentifikasi sisi yang yang sebanding dengan menuliskan panjang sisi yang bersesuaian.dari dua segitiga sebangun 3.Menjelaskan sifat-sifat dua segitiga sebangun dan kongruen 4.Menentukan perbandingan sisi-sisi dua segitiga yang sebangun dan menghitung panjangnya D. Tujuan Pembelajaran Pertemuan 1 Setelah mendiskusikan LK, peserta didik diharapkan dapat: 11 a. Membedakan pengertian sebangun dan kongruen dua segitiga b. Menuliskan perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian dari dua segitiga sebangun c Menghitung panjang salah satu sisi dari dua segitiga yang sama dan sebangun Pertemuan 2 Setelah mendiskusikan LK, peserta didik diharapkan dapat: a. Menyebutkan syarat – syarat dua segitiga kongruen b. Membuktikan dua segitiga kongruen berdasarkan syarat-syaratnya Pertemuan 3 Setelah mendiskusikan LK, peserta didik diharapkan dapat: a. Menentukan perbandingan sisi dua segitiga sebangun dan menghitung panjangnya E. Bahan Ajar 1. Kesebangunan bangun datar 2. Bangun datar sebangun dan kongruen 3. Segitiga-segitiga sebangun dan kongruen F. Pendekatan/Model/Metode. G. Pendekatan : CTL Model : STAD Metode : Diskusi Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan pertama [2 x 40 menit] Pengkondisian Waktu Siswa (menit) Pengelolaan Pembelajaran 1. Pendahuluan : 12 a Sebagai apersepsi, Guru mengecek kehadiran siswa b. Motivasi : Diberikan tentang pentingnya mempelajari materi 10’ Klasikal kesebangunan bangun datar. c.Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Kegiatan Inti Peserta didik membentuk kelompok sesuai dengan panduan guru Peserta didik diajak menyaksikan tayangan VCD pembelajaran mengenai segitiga-segitiga sebangun dan kongruen Kelompok 55’ Dengan berdiskusi dalam kelompok, peserta didik membahas pengertian sebangun dan kongruen dua segitiga serta dapat menghitung salah satu sisi dari dua segitiga sebangun (demokrasi, percaya diri, kreatif, inovatif) Kelompok/peserta didik mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan kelompok/peserta didik lain memberi tanggapan (demokrasi, percaya diri, kreatif, inovatif, menghargai oranglain) Guru memberi penguatan tentang perbedaan sebangun dan kongruen dua segutiga Peserta didik mengerjakan latihan.dari buku pegangan , halaman.8, no1-3. 3. Penutup Peserta didik diarahkan untuk membuat rangkuman Evaluasi (soal terlampir) Tugas Terstruktur (PR hlaman8-9 no1-3) 15’ 13 Pertemuan Kedua [ 2 x 40 menit] Pengkondisian Waktu Siswa (menit) Klasikal 10’ Kelompok 5’ Pengelolaan Pembelajaran 1. Pendahuluan : a. Peserta didik mengingat kembali pengertian sebangun dan kongruen dua segitiga b. Guru menjelaskan pentingnya menguasi materi ini 2. Kegiatan Inti Peserta didik berada dakam kelompoknya Setelah menyaksikan tayangan VCD pembelajaran peserta didik bediskusi dalam kelompok, mempelajari syarat-syarat dua segitiga kongruen dan bagaimana membuktikan dua segitiga kongruen berdasarkan syarat-syaratnya (demokrasi, percaya diri) Peserta didik diberi kesempatan untuk menanyakan/membahas hal-hal yang tidak dimengerti dalam diskusi kelompok/kelas (menghargai pendapat orang lain) Peserta didik mengerjakan soal-soal pada LK (kreatif) 15’ 3. Penutup 15’ Peserta didik membuat ringkasan materi dengan bantuan guru Peserta didik mengerjakan soal evaluasi (soal terlampir) 15’ Tugas Terstruktur Siswa mengerjakan latihan soal pada bukupegangan siswa,hal.15 no.1-3 di rumah 14 20’ Individu H. Sumber dan Alat Belajar Sumber : Buku paket, LK,VCD Alat : Contoh bangun datar Penilaian Penilaian Indikator Teknik 1. Membedakan pengertian sebangun dan kongruen dua segitiga Bentuk Tes Isian Tes Isian 2. Menuliskan sisi-sisi yang bersesuaian yang sebanding dari dua segitiga sebangun Instrumen 1.Sebutkan perbedaan dua segitiga . Sebangun dan kongruen 2.Perhatikan gambar berikut! C 3. Menghitung panjang salah satu sisi dari dua segitiga 15 R sama dan sebangun A B P Q ∆ABC dan ∆PQR sebangun. Tuliskan sisisisi bersesuaian yang sebanding! Tes Isian 3. Q U T P S 4.Menyebutkan syarat-syarat dua segitiga kongruen R ∆ PQR dan ∆ STU sama dan sebangun jika panjang PR = 2 cm, PQ= 3 cm dan TU = 4 cm tentukan panjang : a. ST dan b. QR 5.Membuktikan dua segitiga kongruen 6.Menghitung salah satu sisi dari dua segitiga sebangun 4. Sebutkan syarat-syarat dua segitiga kongruen 5. 16 D C A B Buktikan ∆ABD dan ∆BCD sama dan sebangun (konruen) sertakan alasannya! 6. Tes lisan 6 Tes Hitung nilai x ! Isian 4 15 Isian 17 Tes Penskoran [untuk tes] No. Kunci Jawaban Skor 1 Perbedaaan sebangun dan kongruen dari dua segitiga adalah sebangun sama bentuknya saja sedangkan kongruen sama bentuk dan ukuranya 10 2 AB:PQ= AC:PR=BC:QR 10 3 a.ST = 2 cm dan QR = 4 cm 10 6 : 10 = x : 15 20 10 x = 6 x 15 18 x = 90 : 10 x = 9 cm Nilai Tes Jumlah skor yang diperoleh Mengetahui Purwakarta, Juli 2012 Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran H.Ade Nandang Suryana,S.Pd,M.Pd Dwi Rachmayani,S.Pd Nip.19620730 198302 1 002 Nip.19691021 199203 2 006 19 20