PENYISIHAN SENYAWA ORGANIK LIMBAH AIR TERPRODUKSI PADA REAKTOR BATCH MENGGUNAKAN BAKTERI INDOGENOUS DAN PENAMBAHAN NUTRISI Syarif Hidayat1 dan Edwan Kardena2 Program Studi Magister Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha No. 10 Bandung 40132 [email protected], [email protected] Abstrak : Air terproduksi merupakan air produk sampingan yang terbawa ke permukaan pada saat pengambilan minyak dan gas bumi, termasuk didalamnya adalah air formasi, air injeksi, dan bahan kimia yang ditambahkan untuk pengeboran atau untuk proses pemisahan minyak atau air. Air terproduksi ini dapat mencemari lingkungan apabila tidak ditangani dengan baik. Pada penelitian ini akan dikaji mengenai penyisihan Chemical Oxygen Demand (COD) sebagai senyawa organik yang terdapat pada limbah air terproduksi dengan menggunakan bakteri indogenous yang berasal dari lokasi fasilitas pengolahan limbah air terproduksi TOTAL E&P. Bakteri ini di isolasi dari inlet WWTP, unit DAF (Biofilm/slime), endapan/Lumpur WWTP, Outlet WWTP. Kinetika pertumbuhan bakteri dilakukan untuk mengetahui afinitas bakteri terhadap limbah air terproduksi. Dari kinetika pertumbuhan bakteri didapat bahwa bakteri mix culture campuran dari berbagai tempat memiliki afinitas yang paling tinggi dibanding dengan bakteri yang lainnya dengan nilai Ks dan µmaks masing-masing sebesar 196,894 mg/l dan 0,621. Pada percobaan selanjutnya dilakukan degradasi senyawa organik dengan variasi perbandingan C:N:P. Variasi percobaan yang dilakukan adalah rasio C:N:P = 860:1:0,012, rasio C:N:P = 100:2:1, rasio C:N:P = 100: 6:1, rasio C:N:P = 100:10:1, dan rasio C:N:P = 100:20:1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kondisi optimum untuk penyisihan senyawa organik ini adalah pada saat rasio C:N:P = 100:10:1, dengan nilai laju pertumbuhan spesifik (µ), laju kematian (µd), persentase penyisihan senyawa organik, dan Yield (Y) masing masing sebagai berikut 3,46/hari, 0,12/hari, 88,21% dan 0,30 mgVSS/mgCOD. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa bakteri indogenous dapat digunakan dalam penyisihan senyawa organik, namun demikian nitrogen dan fospor menjadi faktor pembatas bakteri indogenous dalam mendegradasi senyawa organik. Kata kunci :air terproduksi, bakteri indigenous, pengolahan biologi, senyawa organik, ratio C:N:P PENDAHULUAN Industri minyak dan gas merupakan salah satu industri yang berpotensi menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Salah satu hasil dari kegiatan di industri minyak dan gas yang berpotensi menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan adalah air terproduksi (Oilfield Produced Water). Air terproduksi merupakan air produk sampingan yang terbawa ke atas pada saat pengambilan minyak dan gas bumi, termasuk didalamnya air formasi, air injeksi, dan bahan kimia yang ditambahkan untuk pengeboran atau untuk proses pemisahan minyak atau air (Permenlh No.19, 2010). Sekitar 80% dari total volume limbah yang dihasilkan oleh industri minyak dan gas merupakan air terproduksi (Hayes, 2010). Kuantitas dan karakteristik dari air terproduksi ini sangat bergantung pada metode proses produksi minyak bumi dan gas yang digunakan dan formasi alami sumur pengeboran minyak (Veil et al, 2004 dalam Hayes dan Arthur, 2004). Kuantitas air terproduksi ini akan semakin meningkat setiap tahunnya seiring dengan semakin lamanya sumur pengeboran tersebut digunakan (Khatib, 2007). Menurut Khatib dan Verbeek (2002), pada tahun 1999 rata-rata air teproduksi yang dihasilkan diseluruh dunia adalah 210 juta barrel per hari, jumlah ini merupakan 3 kali lipat dari jumlah produksi minyak didunia. Berbagai teknologi digunakan untuk mengolah limbah air terproduksi ini diantaranya adalah gravity based separation – flotation, separation technique based on filtration, dan biological process treatment. Biological process treatment merupakan salah satu teknologi yang biasa digunakan dalam pengolahan air buangan. Seperti contoh lumpur aktif dapat menyisihkan total petroleum hydrocarbon yang terlarut dalam air terproduksi sebesar 99% dengan umur lumpur selama 20 hari, koefisien kinetik (Y) sebesar 0,69 mg/MLSS, laju kematian (kd) 0,01, laju pertumbuhan spesifik (k) 0,44, konsentrasi substrat (Ks) 2 mg/l dan laju pertumbuhan maksimum µmaks sebesar 0,27 per hari (Tellez et al, 2007). Selain itu penggunaan lumpur aktif dengan biological aerated filter (BAF) mampu manyisihkan minyak 76,3%-80,3%, COD 31,6%-57,9%, BOD 86,3%-96,3%, dan suspended solid 76,4%-82,7% (Delin et al, 2007). 1 Dari penelitian-penelitian sebelumnya dapat dilihat bahwa biological process treatment merupakan salah satu teknologi yang masih dapat dikembangkan untuk digunakan dalam pengolahan air terproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh penambahan nutrisi terhadap bakteri indogenous dalam mendgradasi senyawa organik. sebagai sumber nitrogen dan fosfor untuk mikroorganisme. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah Volatile Suspended Solid (VSS) yang diasumsikan sebagai bakteri dan Chemical Oxygen Demand (COD). HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteri yang digunakan untuk mendegradasi senyawa organik air limbah terproduksi ini merupakan bakteri hasil isolasi dari fasilitas pengolahan limbah air terproduksi, yaitu (1) Inlet WWTP, (2) Unit DAF (Biofilm/slime), (3) Endapan/Lumpur WWTP, (4) Outlet WWTP. METODE PENELITIAN Sumber limbah air terproduksi yang digunakan pada penelitian ini berasal dari kilang minyak Central Processing Unit milik TOTAL E&P, mikroorganime yang digunakan merupakan hasil isolasi yang dilakukan di fasilitas pengolahan limbah air terproduksi yaitu (1)Inlet WWTP, (2)Unit DAF (Biofilm/slime), (3)Endapan/Lumpur WWTP, (4)Outlet WWTP . Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah Media Standard Basal Salts (SBS) cair dan Media Standard Basal Salts (SBS) Padat. Media ini gunakan untuk isolasi dan pertumbuhan bakteri. Isolasi bakteri dilakukan dengan mencampur air/lendir/lumpur yang diambil dari fasilitas pengolahan air terproduksi dengan media SBS cair yang disterilkan. Dari media SBS cair bakteri ditanam kedalam media SBS padat. Sebelum digunakan sebagai bakteri pendegradasi bakteri hasil isolasi diadaptasikan terhadap limbah air terproduksi dengan menginokulasikan sebanyak 10% v/v kultur murni kedalam media SBS cair yang telah ditambah dengan limbah air terproduksi sebanyak 20% v/v yang sebelumn ya telah disterilkan dalam autoclave. Penentuan kinetika pertumbuhan bakteri dilakukan dengan cara pendekatan persamaan monod yang ditunjukkan pada Persamaan 1 (Schulz, 1994). Dalam kinetika pertumbuhan ini akan dicari nilai µmaks dan Ks dengan cara melinierisasikan persamaan monod tersebut menjadi persamaan lineweaver-burk yang ditunjukkan pada Persamaan 2 (Schulz, 1994). Gambar 1. Kurva pertumbuhan bakteri hasil isolasi pada saat pengadaptasian terhadap limbah air terproduksi Pada Gambar 1. dapat dilihat bahwa terdapat dua fase eksponensial dalam kurva pertumbuhan bakteri hasil isolasi, yaitu fase eksponensial 1 terjadi pada rentang waktu 2-6 jam waktu pengamatan dan fase eksponensial 2 pada rentang waktu 10-14 jam waktu pengamatan. Menurut (Alexander, 1999) pada fase eksponensial 1, bakteri menggunakan sumber karbon dari yeast extract sementara sel menyiapkan enzim untuk mengurai sumber karbon kedua, hal seperti ini disebut dengan istilah diauxie. Untuk mengetahui afinitas bakteri terhadap limbah air terproduksi maka dilakukan kinetika pertumbuhan bakteri. Hasil perhitungan laju pertumbuhan spesifik maksimum (µ maks ) dan konstanta kejenuhan Monod (Ks) mengunakan Lineweaver-Burk plot di tampilkan pada Tabel 1. ………………………Persamaan 1 …………… Persamaan 2 Percobaan ini dilakukan dalam reaktor bacth. Sampel limbah air terproduksi yang digunakan sebanyak 300 ml untuk setiap variasi percobaan. Bakteri yang dimasukkan sebagai inokulum adalah 20% v/v. sampel diinkubasi selama 4 (empat) hari, dan dianalisa setiap 6-12 jam sekali. Variasi percobaan yang dilakukan adalah (1) C:N:P = 860:10:0,12 (2) variasi C:N:P = 100:2:1 (3) variasi C:N:P = 100:5:1 (4) Variasi C:N:P = 100:10: 1(5) variasi C:N:P = 100:20:1. Penambahan (NH4)2SO4 dan K2HPO4 dilakukan Tabel 1. Nilai konstanta jenuh substrat (Ks) dan laju pertumbuhan maksimum (µ maks) bakteri hasil isolasi. 2 No. Bakteri Ks (mg/l) µmak (/jam) 1 Mix Culture 196,894 0,621 2 Inlet WWTP 241,94 0,527 3 Unit DAF 238,39 0,566 4 Endapan 343,87 0,409 5 Outlet 210,1 0,769 1400 600 1200 500 sCOD (mg/l) 1000 400 800 300 600 200 400 100 200 0 0 0 12 24 36 48 60 72 84 96 Waktu (Jam) sCOD VSS (d) C:N:P = 100:10:1 1600 500 sCOD (mg/l) 1000 400 800 300 600 200 400 500 1200 400 1000 800 300 600 200 400 100 200 100 200 0 0 0 0 0 0 12 24 36 48 60 72 84 1400 500 400 1000 800 300 600 200 400 100 200 0 0 48 60 72 84 96 Waktu (Jam) sCOD VSS (b) C:N:P = 100:2:1 1600 600 1400 500 400 1000 800 300 600 VSS (mg/l) sCOD (mg/l) 1200 200 400 100 200 0 0 0 12 24 36 48 60 72 84 96 Waktu (Jam) sCOD 60 72 84 96 VSS Variasi percobaan yang akan dilakukan adalah variasi rasio perbandingan C:N:P. Pada penelitian ini variasi yang dilakukan adalah (1) Variasi C:N:P = 860:1:0,12 (2) variasi C:N:P = 100:2:1 (3) variasi C:N:P = 100:6:1 (4) Variasi C:N:P = 100:10: 1 (5) variasi C:N:P = 100:20:1. Pada Gambar 2. terlihat bahwa fase adaptasi bakteri mix culture hasil isolasi berlangsung sangat singkat dan langsung menuju pada fase eksponensialnya. Hal ini menandakan bahwa bakteri mix culture langsung menggunakan senyawa organik yang ada dalam limbah air terproduksi sebagai substratnya. Pada Tabel 2. Dapat dilihat bahwa kondisi optimum dalam penyisihan senyawa organik limbah air terproduksi adalah pada saat rasio C:N:P sebesar 100:10:1. Pada kondisi ini laju pertumbuhan spesifik, laju kematian, persentase penyisihan COD, dan Yield masing masing sebesar 3,46 /hari, 0,144/hari, 88,21 %, dan 0,30 mgVSS/mgCOD. VSS (mg/l) sCOD (mg/l) 1200 36 48 Gambar 2. Profil penurunan Chemical Oxygen Demand (COD) dan pertumbuhan bakteri terhadap waktu pada berbagai variasi C:N:P 600 24 36 (e) C:N:P = 100:20:1 VSS (a) C:N:P = 860:10:0,12 12 24 sCOD 1600 0 12 Waktu (Jam) 96 Waktu (Jam) sCOD (mg/) VSS (mg/l) 1200 600 1400 sCOD (mg/l) 600 VSS (mg/l) 1400 VSS (mg/l) Pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa bakteri mix culture memiliki tingkat afinitas tertinggi dibanding dengan konsorsium yang lain, hal ini ditunjukan dengan nilai Ks yang paling rendah.. Nilai Ks bakteri mix culture adalah 196,894 mg/l. Hal ini berarti bahwa dengan konsentrasi substrat sebesar 196,894 mg/l, bakteri mampu tumbuh dengan laju pertumbuhan spesifik sebesar ½ dari laju pertumbuhan maksimumnya (µ m ). Jika konsentrasi substrat berada dibawah 196,894 mg/l maka laju pertumbuhan akan mengalami penurunan atau tumbuh dengan laju yang rendah. VSS (c) C:N:P = 100:5:1 3 Tabel 2. Nilai laju pertumbuhan spesifik (µ), laju kematian (µ d), persetase penyisihan senyawa organik dan nilai Yield (Y) dari bakteri mix culture No. 1 2 3 4 5 Variasi 860:10:0,12 100:2:1 100:6:1 100:10:1 100:20:1 µd (/hari) µ (/hari) 2,38 3,19 3,31 3,46 2,52 0,144 0,072 0,072 0,024 0,12 Penyisihan COD (%) 57,04 67,35 72,41 88,21 54,28 Yield (mg VSS/mg COD) 0,39 0,24 0,312 0,30 0,49 The 11th Annual International Petroleum Environmental Conference Albuquerque Hilton Hotel. Alburquerque. Pada percobaan rasio C:N:P = 100:20:1 laju pertumbuhan spesifik bakteri mix culture sebesar 2,52/hari, dan laju kematian yang cukup besar jika dibandingkan dengan kondisi yang lain yaitu sebesar 0,12/hari. Selain itu tingkat degradasi senyawa organiknya hanya sebesar 54,28%. Hal ini dikarenakan selain meningkatkan respirasi sel, pemberian senyawa nitrogen dalam jumlah banyak dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu, sumber nutrisi yang mengandung nitrogen tidak dapat diberikan dalam jumlah banyak pada awal proses degradasi karena dapat terakumulasi dalam bentuk nitrit yang bersifat toksik. Keberadaan senyawa toksik ini akan mengganggu proses biodegradasi, karena kehadiran senyawa ini akan mengganggu metabolisme sel mikroorganisme. Khatib, Z., 2007. Produced Water Management: Is it a Future Legacy or a Business Opportunity for Field Development. International Petroleum Technology Conference, 4-6 December 2007, Dubai, U.A.E. Khatib, Z., Verbeek, P., dan Shell., 2002. Water to Value - Produced Water Management for Sustainable Field Development of Mature and Green Fields. SPE International Conference on Health, Safety and Environment in Oil and Gas Exploration and Production, 20-22 March 2002, Kuala Lumpur, Malaysia. Piubeli, F., Grossman, M.T., Garboggini, F.F., and Durrant, L.C., 2012. Enhanched Reduction of COD and Aromatics in Petroleum-Produced Water Using Indigenous Microorganisme and Nutrient Addition. International Biodeterioration and Biodegradation,Vol 68 (2012), Page 78-84. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukan bahwa bakteri indogenous hasil isolasi dari fasilitas pengolahan limbah air terproduksi dapat digunakan untuk penyisihan senyawa organik yang terdapat pada limbah air terproduksi, namun demikian nutrien (Nitrogen dan Fospor) menjadi faktor pembatas bakteri indogenous dalam mendegradasi senyawa organik limbah air terproduksi. Oleh karena itu penambahan nutrisi (Nitrogen dan Fosfor) menjadi sangat penting karena limbah air terproduksi asli tidak memiliki konsentrasi nitrogen dan fosfor yang mencukupi untuk mendukung terjadinya degradasi senyawa organik. Republik Indonesia., 2010. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 19 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Minyak dan Gas Serta Panas Bumi. Indonesia. Schulz. A.R., 1994. Enzyme Kinetics; from Diastase to Multi-Enzime Systems. Cambridge University Press. United State of America Tellez, Gilbert, T., Nirmalakhandan, N., dan GardeaTorresdey, Jorge, L., 2007. Kinetic evaluation of a field-scale activated sludge system for removing petroleum hydrocarbons from oilfield-produced water. Environmental Progress, Volume 24, Issue 1, Pages 96-104, April 2008. Daftar Pustaka Alexander, M., 1999. Biodegradation and Bioremediation. Academica Press, San Diego, USA. Delin, SU., Jianglong, W., Kaiwen, L., dan Ding, Z., 2007. Kinetic Performance of Oilfield Produce Water Treatment by Biological Aerated Filter. Chin.J.Chem.Eng, Vol 15, No. 4, Halaman 591-594. Hayes, T., 2010. Produce Water Management : Chalange and Solution. E&P Center Gas Technology Institute. Hayes, T., dan Arthur, D., 2004. Overview of Emerging Produced Water Treatment technologies. 4