“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN IPS TERPADU DI SMP” (Disampaikan dalam Seminar Nasional Pendidikan, tanggal 5 Mei 2012) Oleh : Purwati Nengsih/NIM 117925419 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan melalui proses pembelajaran sebaiknya dapat memenuhi fungsi dan tujuan pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam BAB II pasal 3 UU Sisdiknas/No. 20/2003, yaitu pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang dmokratis serta bertanggung jawab. Sejak tahun pelajaran 2006/2007 mulai diberlakukan kurikulum baru bagi SMP berupa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompotensi Kelulusan (SKL). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Salah satu yang melatarbelakangi kurikulum tersebut adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, yang menjangkau berbagai lapisan masyarakat yang menuntut setiap orang memiliki berbagai keunggulan dan mampu bersaing pada tingkat nasional maupun internasional. KTSP (2006) yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan, memiliki tujuh prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan silabus pengetahuan sosial berdasarkan kompetensi, yakni : (1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan , dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, (2) Beragam dan terpadu, (3) Tanggap terhadap Ilmu Pengetahuan Teknologi dan seni, (4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan, (5) Menyeluruh dan berkesinambungan, (6) Belajar sepanjang hayat, (7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diterapkan sekarang ini untuk mata pelajaran IPS merupakan perpaduan dari beberapa disiplin ilmu sosial antara lain : Sosiologi, Geografi, Ekonomi, dan Sejarah, menuntut guru IPS Terpadu untuk lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan proses pembelajaran. Namun diketahui bahwa terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan KTSP. Salah satu kendala utama adalah kurangnya antusias siswa untuk belajar , siswa lebih cenderung menerima apa saja yang disampaikan oleh guru, diam dan enggan dalam mengemukakan pertanyaan maupun pendapat. Hal ini dikarenakan oleh pembelajaran yang dilakukan oleh guru cenderung menggunakan metode pembelajaran konvensional yakni ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran, materi pelajaran yang dianggap sulit, proses pembelajaran yang monoton dan kurang variatif, dan guru kurang kreatif dalam menyampaikan materi. Pola belajar yang monoton dan materi yang kurang menarik menjadi salah satu penyebab ketertarikan siswa terhadap pelajaran IPS Terpadu sangat kurang. Untuk menghilangkan imej atau pandangan siswa bahwa mata pelajaran IPS Terpadu membosankan, mengantuk dan 1 menjemukan maka seorang guru IPS Terpadu harus mempunyai variasi dalam menggunakan metode mengajar setiap kali tatap muka dengan siswa di kelas. Model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif dengan tipe Two Stay two Stray (TSTS). Model pembelajaran kooperatif tumbuh dari suatu tradisi pendidikan yang menekankan berpikir dan latihan bertindak demokratis, pembelajaran aktif, perilaku kooperatif, dan menghormati perbedaan dalam masyarakat multibudaya. Dalam pelaksanaannya pembelajaran kooperatif dapat merubah peran guru dari peran terpusat pada guru ke peran pengelola aktivitas kelompok kecil. Sehingga dengan demikian peran guru yang selama ini monoton akan berkurang dan siswa akan semakin terlatih untuk mengerjakan berbagai permasalahan, bahkan permasalahan yang dianggap sulit sekalipun. Salah satu alternatif untuk membuat pelajaran lebih efektif dan menyenangkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS). Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dalam bahasa Indonesia “Dua tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992. Dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan umur dan memungkinkan setiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain.(Miftahul Huda, 2011:140). Tipe ini sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran IPS Terpadu karena teknik ini menuntut siswa untuk berkomunikasi, bekerja sama dan bertanggung jawab dalam kelompok karena setiap siswa mempunyai tugas dan tanggung jawab masing –masing. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, untuk mengatasi hal tersebut diperlukan metode-metode pembelajaran yang tepat dan penggunaan media pembelajaran yang menarik dan atraktif. Salah satu alternatif untuk pengajaran tersebut adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif(Cooperative Learning) dengan tipe Two Stay Two Stray (TSTS). Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah: Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dalam pembelajaran IPS Terpadu di SMP? B. PEMBAHASAN 1. Model Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Pembelajran kooperatif atau Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2007:15). Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan social (Social Skill) termasuk interpersonal skill. (Yatim Riyanto,2010:267). Dalam model pembelajran 2 kooperatif akan membentuk suatu sikap atau perilaku kebersamaan dalam belajar dimana keberhasilan kelompok sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok. Model pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu siswa belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan-keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Dalam model pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu belajar satu sama lainnya. Kelompok-kelompok tersebut beranggotakan siswa dengan hasil belajar tinggi, rata-rata, dan rendah, laki-laki dan perempuan, dan siswa penyandang cacat bila ada.(Mohammad nur, 2011:1) Dari uraian diatas dapat disimpulkan Pembelajaran Kooeperatif merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, di mana siswa belajar dan bekerja sama dengan siswa lainnya baik secara individu maupun kelompok. Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. b. Prinsip-prinsip dan Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Ada lima prinsip yang mendasari pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) Positive interdependence (saling ketergantungan positif) artinya adanya saling ketergantungan positif yakni anggota kelompok menyadari pentingnya kerjasama dalam pencapaian tujuan. 2) Face to face interaction artinya antar anggota berinteraksi dengan saling berhadapan. 3) Individual accountability artinya setiap anggota kelompok harus belajar dan aktif memberikan kontribusi untuk keberhasilan kelompok. 4) Use of collaborative/social skill artinya harus menggunakan keterampilan kerjasama dan bersosialisasi. Agar siswa mampu berkolaborasi perlu adanya bimbingan guru. 5) Group processing (pemprosesan kelompok) artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja secara efektif. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : 1) Kelompok dibentuk dengan siswa kemampuan tinggi, sedang, rendah. 2) Siswa dalam kelompok sehidup semati. 3) Siswa melihat semua anggota mempunyai tujuan yang sama. 4) Membagi tugas dan tanggung jawab sama. 5) Akan dievaluasi untuk semua. 6) Berbagi kepemimpinan dan keterampilan untuk bekerja bersama. 7) Diminta mempertanggungjawabkan individual materi yang ditangani. ( Yatim Riyanto, 2010:266). 3 c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Sintak (langkah-langkah) model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase yaitu: (Agus Suprijono, (2011:65) FASE-FASE PERILAKU GURU Fase 1: Present goals and set Menjelaskan tujuan pembelajaran dan Menyampaikan tujuan dan mempersiap mempersiapkan peserta didik siap belajar kan peserta didik Fase 2: Presetant information Mempresentasikan informasi kepada Menyajikan informasi peserta didik secara verbal Fase 3: Organize students into learning Memberikan penjelasan kepada peserta teams. didik tentang tata cara pembentukan tim Mengorganisir peserta didik ke dalam belajar dan membantu kelompok tim-tim belajar melakukan transisi yang efisien. Fase 4: Assist team work and study Membantu tim-tim belajar selama peserta Membantu kerja tim dan belajar didik mengerjakan tugasnya Fase 5: Test on the materials Menguji pengetahuan peserta didik Mengevaluasi mengnai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6: Provide recognition Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha Memberikan pengakuan atau dan prestasi individu maupun kelompok. penghargaan 2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray a. Pengertian tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe Two Stay Two Stray ( TSTS), “Dua tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992 dan biasa digunakan bersama dengan model Kepala Bernomor (Numbered Heads Together)). Two Stay Two Stay berasal dari bahasa Inggris yang berarti “dua tinggal dua tamu”. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil informasi dengan kelompok lain (Isjoni, 2007). Struktur Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya. b. Ciri-ciri tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif Tipe Two Stay Two Stray ( Dua Tinggal Dua Tamu ), yaitu: 1) Satu kelompok beranggota 4 siswa. 2) Beri tugas untuk berdiskusi. 3) Setelah selesai , dua siswa bertamu ke kelompok lain. 4 4) 5) Dua siswa yang tinggal menginformasikan hasil diskusinya kepada dua tamunya Tamu kembali ke kelompok dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. (Yatim Riyanto, 2010:277) c. Langkah-langkah tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu) yaitu: 1) Siswa bekerja sama dengan kelompok berempat sebagaimana biasa. 2) Guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama. 3) Setelah selesai, 2 anggota dari masing-masing kelompok diminta meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua anggota dari kelompok lain. 4) Dua orang yang “tinggal” dalam kelompok bertugas mensharing informasi dan hasil kerja mereka ke tamu mereka. 5) “Tamu” mohon diri dan kembali ke kelompok yang semula dan melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain. 6) Setiap kelompok lalu membandingkan dan membahas hasil pekerjaan mereka semua. (Miftahul Huda, 2011:141) Dalam Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa. Siswa di ajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar. d. Manfaat dan Tujuan tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Melihat langkah-langkah dalam pelaksanaan teknik pembelajaran manfaat two staytwo stray, siswa mendapatkan banyak manfaat antara lain: 1) siswa dalam setiap kelompok mendapatkan informasi sekaligus dari dua kelompok yang berbeda 2) siswa belajar untuk mengungkapkan pendapat kepada siswa lain 3) siswa dapat meningkatkan prestasi dan daya ingatnya 4) siswa dapat meningkatkan kemapuan berpikir kritis 5) siswa dapat meningkatkan kemmapuan berkomunikasi dengan siswa lainnya, dan 6) meningkatkan hubungan persahabatan. 5 Dalam model pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa. e. Kelebihan tipe two stay two stray Adapun kelebihan tipe two stay-two stray adalah sebagai berikut: 1) memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menentukan konsep sendiri dengan cara memecahkan masalah 2) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreatifitas dalam melakukan komunikasi dengan tema sekelompoknya 3) membiasakan siswa untuk bersikap terbuka terhadap teman 4) meningkatkan motivasi belajar siswa, dan 5) membantu guru dalam pencapaian pembelajaran, karena langkah pembelajaran kooperatif mudah diterapkan di sekolah. f. Kelemahan tipe two stay two stray Adapun kelemahan tipe two stay-two stray adalah sebagai berikut: 1) diperlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan diskusi; 2) seperti kelompok biasa, siswa yang pandai menguasai jalannya diskusi, sehingga siswa yang kurang pandai memiliki kesempatan yang sedikit untuk mengeluarkan pendapatnya; 3) yang tidak terbiasa belajar kelompok merasa asing dan sulit untuk bekerjasama. 3. Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian terdahulu tentang model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray : a. Dalam Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Universitas Negeri Semarang (Unnes) Januari 2011 oleh N.Ismawati, dan N.Hindarto dengan judul ” Penerapan model Pembelajaran Kooperatif dengan pendekatan struktural Two Stay Two Stray untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA” Dalam penelitian ini dipaparkan penerapan model pembelajaran Kooperatif dengan pendekatan struktural Two Stay Two Stray pada pembelajaran fisika , hasil belajar kognitif siswa mengalami peningkatan yaitu 88% pada siklus 1 menjadi 98 % pada silkus II. Selain itu model pembelajaran Kooperatif dengan pendekatan struktural Two Stay Two Stray dapat meningkatkan afektif dan psikomotorik siswa yaitu mencapai 95% dan 93%. Dengan demikian penerapan model pembelajaran Kooperatif dengan pendekatan struktural Two Stay Two Stray a dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas X-3 SMAN 1 Boja. Model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural Two Stay Two Stray dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa, mampu memotivasi siswa lebih aktif serta mampu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga siswa merasa nyaman dan menjadi termotivasi untuk belajar. 6 b. c. Dalam Jurnal kependidikan dasar Volume 1, Nomor 2, Februari 2011 oleh Cici Indriyani dengan judul” Peningkatan kualitas pembelajaran IPS dengan model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray pada siswa kelas IV SD Tambakaji 05 Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang” Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS. Hal ini ditunjukkan dari hasil pengamatan pada silkus I rata-rata keterampilan guru 2,8 masuk dalam kategori baik dan siklus II rata-rata aktivitas guru 3,3 dengan katagori sangat baik. Model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata 2,85 masuk dalam kategori baik dan siklus II rata-rata aktivitas siswa 3,22 dengan kategori sangat baik. Model pembelajaran kooperatif teknik two stay-two stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai rata-rata pada siklus I 70 dan 79 pada siklus II. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I adalah 69% dengan kategori baik dan pada siklus II menjadi 82% masuk dalam kategori baik. Nilai rata-rata hasil belajar sudah baik karena sebanyak 82% siswa sudah mengalami ketntasan belajar sesuai Nilai KKM mata pelajaran IPS SD Tambakaji yaitu 65. Dengan demikian Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS, meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama Islam Volume 01, Nomor 01, Juni 2010, oleh Ita Qomariyah - Lailatul Badriyah SMA Al-Muniroh, Gresik dengan judul “ Upaya Peningkatan Keterampilan Berargumentasi Pendidikan Agama Islam dengan Metode Two Stay Two Stray pada Siswa Kelas XI di SMA Al-Muniroh Ujung Pangkah Gresik “ Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama 3 siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan two stay two stray memiliki dampak positif dalam meningkatkan keterampilan berargumentasi siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu ratarata siklus I (6,2%) dan siklus II (8,6%). Sedangkan penggunaan metode Two Stay Two Stray di SMA Al-Muniroh Ujung Pangkah Gresik termasuk kategori cukup baik, hal ini dapat dilihat dari hasil persentase yang diperoleh sebesar 49,3% dan keterampilan berargumentasi siswa menunjukkan persentase sebesar 41,7%. Bertitik tolak dari hasil penelitian yang relevan diatas, ada panduan apabila strategi pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray diimplementasikan sesuai dengan langkahlangahnya, karena akan dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS Terpadu, meningkatkan aktivitas belajar siswa, dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dan mampu memotivasi siswa lebih aktif serta mampu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga siswa merasa nyaman dan menjadi termotivasi untuk belajar IPS Terpadu. 7 C. PENUTUP Model pembelajaran kooperatif dengan tipe Two Stay Two Stray merupakan kelompok belajar dalam kelas dimana siswa dibagi dalam kelompok kecil (4 orang) yang siap membagi informasi kepada kelompok lain dan juga mencari informasi dari kelompok lain. Dalam tipe Two Stay Two Stray siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Kelebihan tipe Two Stay Two Stray (TSTS) adalah siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Kekurangan tipe pembelajaranTwo Stay Two Stray (TSTS) adalah teknik ini membutuhkan persiapan yang matang karena proses belajar mengajar dengan tipe Two Stay Two Stray (TSTS) membutuhkan waktu yang lama dan pengelolaan kelas yang optimal. D. DAFTAR PUSTAKA Agus S, 2011, Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Yatim R, 2010, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta, Kencana Prenada Media Group. Huda, Miftahul, 2011,Cooperative Learning Metode,Teknik, Struktur Dan Model Penerapan Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Isjoni,2007, Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok, Bandung, Alfabeta, Nur, Mohammad, 2011,Model Pembelajaran Kooperatif, Surabaya, Pusat Sain Dan Matematika Sekolah Unesa. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. http://ejournal.Sunan-ampel-ac.id/index.php/article/view/365/302, diunduh tanggal 25 Januari 2012. http://journal.unnes.ac.id, diunduh bulan Desember 2011 http:www.google.co.id/#.q=jurnal+pendidikan+metode+two+stay+two hl=id&prmd=imvns&ei, diunduh tanggal 30 April 2012 stray & http://ptkguru.com/?darmajaya=index&daryono=base&action=listmenu&skins=1&id=49 4&tkt=2 diunduh tanggal 3 Mei 2012 8