Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c896681944d3210493eb3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa dapat dilakukan dengan pembelajaraan kooperatif, dimana Menurut Holubec dalam Nurhadi, model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dan mencapai tujuan belajar (Nurhadi, dkk, 2004:60). Menurut Johson dalam Lie mengatakan bahwa pada umumnya hasil penelitian dari penggunaan model pembelajaran kooperatif akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik dari pada suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah misahkan siswa (Lie, 2002:7). Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Biologi kelas VII SMP Negeri 24 Kota Jambi, dimana dalam wawancara tersebut diperoleh banyak informasi mengenai kemampuan kognitif siswa. Dalam wawancara tersebut disarankan oleh guru Biologi untuk memberikan tindakan kepada siswa kelas VII, karena berdasarkan catatan guru tersebut kelas VII dalam kegiatan model pembelajaran siswanya masih pasif dalam hal berinteraksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa. Observasi dengan melihat model pembelajaran yang dilakukan oleh guru bidang studi Biologi selama tiga kali pertemuan di kelas VII dan hasil wawancara kepada 5 orang siswa mengenai pemahaman materi gejala alam biotik dan abiotik setelah proses belajar mengajar selesai. Maka, berdasarkan hasil pengamatan dan 1 Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c896681944d3210493eb3 2 wawancara kepada siswa saat model pembelajaran diterapkan di kelas, didapatkan bahwa pembelajaran Biologi di kelas VII, yang salah satunya menjadi sampel adalah menggunakan metode ceramah atau pembelajaran transfer informasi yaitu memindahkan secara utuh pengetahuan guru ke pikiran siswa ternyata kurang berpengaruh pada kemampuan pemahaman siswa pada materi gejala alam biotik dan abiotic yang sifatnya hanya sesaat bukan pemahaman permanen. Dalam pembelajaran ini guru mencoba memfokuskan pada upaya menuangkan pengetahuan yang dimiliki guru sebanyak mungkin kepada siswa. Waktu yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi Gejala alam biotik dan abiotik hanya 2x45 menit, kemudian memberikan rumusan pokok dan penjelasan seperlunya kepada siswa, setelah itu dilanjutkan dengan latihan-latihan soal yang terdapat di buku paket. Pada saat guru menjelaskan materi siswa hanya mendengarkan, sebagian siswa-siswa yang duduk dibelakang terlihat ramai dan bergurau dengan temannya. Mereka berbicara sendiri dan tidak mendengarkan penjelasan guru. Apabila mereka diawasi oleh guru bidang studi, maka siswa tersebut seolah-olah sedang mendengarkan penjelasan guru dengan membuka-buka buku paketnya dan serius memperhatikan pelajaran. Sebagian siswa juga ada yang mendengarkan penjelasan guru dengan mencocokkan catatan yang ditulis oleh guru di papan tulis dengan buku paket yang mereka miliki. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa hanya sebatas menanyakan bagaimana cara menyelesaikan jawaban soal yang ada dalam buku paket. Siswa lebih terfokus dengan latihan-latihan soal pada buku paket saja. Guru diharapkan untuk memberikan arahan yang tepat kepada siswa supaya dapat Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c896681944d3210493eb3 3 menghubungkan pemahaman materi gejala alam biotik dan abiotik yang sedang dipelajari dengan permasalahan yang ada dalam kehidupan nyata yang terkait dengan gejala alam biotik dan abiotik. Guru kurang mengajak siswa untuk melakukan diskusi dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk saling bertukar pendapat antar siswa dalam mempelajari materi Gejala alam biotik dan abiotik. Guru melakukan hal tersebut karena ingin menyelesaikan materi dan takut tidak dapat menyampaikan seluruh materi. Hasil wawancara berikutnya mengenai nilai rata-rata kemampuan kognitif siswa pada materi sebelumnya didapatkan bahwa nilai rata-rata ulangan harian siswa untuk kelas VII rendah dan jauh dari KKM sekolah yaitu 7,5. Hasil ulangan tersebut didapatkan nilai rata-rata siswa kelas VII adalah sebesar 53,46, dengan uraian bahwa siswa yang nilainya di atas KKM hanya 11 siswa atau (29 %), sedangkan nilai siswa yang di bawah KKM sebanyak 23 siswa atau (71%) dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 34 orang. Sehingga hampir seluruh kelas VII harus mengikuti ujian perbaikan ulang untuk mata pelajaran Biologi pada ulangan harian satu.Keadaan ini harus segera diberikan perhatian yang lebih untuk kelas VII karena dengan nilai ulangan harian yang rendah akan berdampak pada kemampuan kognitif yang begitu rendah dan dampak tersebut dapat berkelanjutan sampai pada jenjang berikutnya. Berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara dapat diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan model pembelajaran yang didasarkan atas kerja kelompok, yang menuntut keaktifan siswa untuk saling bekerjasama dan membantu dalam menyelesaikan masalah atau tugas yang diberikan oleh guru. Melalui model pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk bekerjasama Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c896681944d3210493eb3 4 secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya. Kerjasama yang dimaksud dalam model pembelajaran kooperatif adalah setiap anggota kelompok harus saling membantu menguasai bahan ajar. Bagi siswa yang mempunyai kemampuan tinggi harus membantu siswa yang berkemampuan rendah agar dapat menguasai materi yang sedang dipelajari sehingga kelompoknya dapat berhasil karena penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Oleh karena itu setiap anggota kelompok harus mempunyai tanggung jawab penuh terhadap kelompoknya. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe Two Stay Two Stray (TSTS), dimana pemilihan tipe Two Stay Two Stray (TSTS) karena model tersebut memiliki kelebihan yaitu keterlibatan siswa sangat besar dalam proses pembelajaran. Guru hanya berperan sebagai fasilitator, artinya tidak ada campur tangan guru yang terlalu jauh dalam penyampaian materi terhadap siswa. Dari sini siswa diharapkan mampu berperan aktif dalam diskusi untuk memecahkan masalah dari materi yang dipelajarinya. Kemampuan akademik siswa yang heterogen dimanfaatkan sebagai acuan untuk membentuk kelompok belajar kooperatif. Tahapan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) adalah persiapan, presentasi guru, kegiatan kelompok, presentasi kelas dan evaluasi. Dalam tahapan kegiatan kelompok tersebut siswa diberi kesempatan untuk saling diskusi atau bertanya jawab dengan temannya. Seperti yang telah diketahui bahwa anggota dalam kelompok disusun berdasarkan kemampuan akademik. Hal ini dimaksudkan agar siswa yang berkemampuan akademik tinggi dapat membagikan pengetahuannya kepada teman yang berkemampuan rendah dan sedang. Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c896681944d3210493eb3 5 Dalam model pembelajaran ini siswa akan melakukan diskusi dan tanya jawab dalam kelompok. Biasanya siswa merasa malas atau takut apabila disuruh bertanya kepada guru. Tetapi dengan adanya pembagian kelompok seperti diatas mungkin siswa akan lebih enak untuk bertanya atau bertukar pikiran dengan teman sekelompoknya. Sehingga mereka akan mendapatkan kejelasan terhadap apa yang disampaikan oleh temannya. Selain itu siswa juga diberi kesempatan untuk bertamu ke kelompok lain, hal ini bertujuan agar siswa tidak hanya mendapatkan wawasan dari kelompoknya sendiri melainkan mendapatkan tambahan wawasan dari kelompok lainnya sehingga siswa bisa berbagi pengalaman, wawasan maupun pengetahuan tentang konsep Biologi yang sedang dipelajari. Dengan adanya kegiatan ini siswa yang berkemampuan sedang dan rendah tidak perlu hanya bergantung kepada guru tetapi dapat belajar secara mandiri maupun kelompok untuk saling bertukar fikiran dengan teman sekelasnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Berdasarkan uraian tersebut, maka sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa, peneliti merasa perlu melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa Kelas VII Pada Materi Gejala alam biotik dan abiotik Di SMP Negeri 24 Kota Jambi “. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dengan latar belakang masalah di atas maka dapat rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c896681944d3210493eb3 6 Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa kelas VII pada materi Gejala alam biotik dan abiotik di SMP Negeri 24 Kota Jambi? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada materi gejala alam biotik dan abiotik di kelas VII SMP Negeri 24 Kota Jambi dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS). 1.4 Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru apabila mengalami permasalahan yang sama pada pembelajaran terhadap siswa untuk memperbaiki proses pembelajaran Biologi dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS). Beberapa kegunaan dari penelitian ini antara lain: a. Manfaat Praktis 1) Bagi Guru Hasil dari penelitian tindakan kelas ini, guru akan mendapatkan masukan mengenai kegiatan pembelajaran yang terjadi di kelas sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menetapkan kebijakan sekolah di masa yang akan datang. Dimana kebijakan yang akan diambil tersebut sangat berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas serta di sekolah. Hal Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c896681944d3210493eb3 7 ini selaras dengan fungsi penelitian sebagai fungsi evaluasi, yaitu menilai kebaikan, kelayakan, atau kebermanfaatan suatu praktik (Syamsudin AR, dkk, 2006: 8) Jika kegiatan pembelajaran di kelas dapat dimaksimalkan serta semakin ditingkatkan mutunya, maka sekolah diharapkan akan menjadi guru lebih baik di masa yang akan datang. Selain itu, kekurangan-kekurangan yang terjadi selama kegiatan pembelajaran yang berlangsung sebelumnya dapat menjadi pelajaran berharga yang memberikan sumbangan besar dalam pengembangan KBM. 2) Bagi Siswa Bagi siswa sendiri, penelitian ini memberikan pengalaman baru dalam mencoba serta mengaplikasikan model pembelajaran bidang studi Biologi pada materi gejala alam biotik dan abiotik. Dengan mengaplikasikan model pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stay (TSTS), yang sesuai dengan materi pelajaran Biologi. Sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik. Hasil yang diharapkan, tidak hanya terjadi pengajaran tetapi pembelajaran. b. Manfaat Teoritis 1) Bagi pengembangan ilmu pengetahuan Dengan adanya penelitian mengenai keterampilan menulis ini, diharapkan mampu menjadi salah satu sumbangan kecil dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang makin semarak. Meskipun dalam siswaan penelitian ini masih terdapat banyak sekali kekurangan, namun diharapkan penelitian ini Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c896681944d3210493eb3 8 dapat menjadi salah satu bahan yang saling melengkapi serta memeriahkan khazanah ilmu pengetahuan yang sudah ada. 1.5 Definisi Operasional a. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) adalah proses pembelajaran dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. b. Kemampuan kognitif dalam penelitian ini adalah nilai siswa berdasarkan tes yang diberikan pada akhir tindakan setiap siklus. c. Gejala alam biotik adalah peristiwa yang terjadi akibat proses kehidupan makhluk hidup. Gejala alam biotik juga diartikan suatu keadaan lingkungan di sekitar kita yang ditunjukkan oleh keadaan makhluk hidup, contohnya, hama tanaman merajalela dan oleh keadaan benda tak hidup. Contohnya, gunung meletus.