MDVI Vol. 40 No.1 Tahun 2013: 8-12 Artikel Asli ANALISIS PENGARUH NILAI INDEKS BAKTERI TERHADAP SELULARITAS DAN RASIO MIELOID ERITROID SUMSUM TULANG PASIEN KUSTA Alwi Mappiasse Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Hasanuddin/ RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar ABSTRAK Kusta adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Beberapa penelitian menemukan kumpulan basil di dalam sumsum tulang (SST) pada tipe kusta paucibacillary (PB) dan multibacillary (MB). Untuk menganalisis gambaran mikroskopik biopsi aspirasi SST pasien kusta, serta mengetahui hubungan nilai indeks bakterial (IB) dengan perubahan selularitas SST pasien kusta dan pengaruh IB terhadap indeks morfologi (IM), dilakukan penelitian case control study. Sampel terdiri atas pasien kusta baru atau sebagai kontrol dalam pengobatan dan yang telah release from control (RFC). Dilakukan biopsi aspirasi SST, kemudian dianalisis gambaran mikroskopisnya. Sel SST pada pasien kusta meningkat yaitu eosinofil 12,4%, megakariosit 5,8%, sel retikulum 5,6%, plasma 5,5% dan monosit 5%. Selularitas pasien kusta 63%, terdapat peningkatan signifikan terhadap kontrol 47% (p<0,05). Distribusi IB pada pasien kusta adalah mean 2 dan rasio myeloid : eritroid (M:E) 2,6 % serta selularitas sel SST 63%. Terdapat hubungan bermakna antara IB dengan rasio M:E dan selularitas (0 < 0,05) pada pasien kusta Analisis mikroskopis SST pasien kusta MB menunjukkan rasio M:E meninggi, persentase sel SST pasien kusta meningkat. (MDVI 2013; 40/1:8-12) Kata kunci: kusta, Mycobacterium leprae, sumsum tulang ABSTRACT Leprosy is a chronic infectious disease caused by Mycobacterium leprae. Several studies have found a collection of bacilli present in the bone marrow on the paucibacillary (PB) and multibacillary (MB) types of leprosy. A case control study to analyze the microscopic features of aspiration biopsy from the bone marrow the corelation to the bacterial index (BI) with changes in bone marrow cellularity in leprosy patients, and to determine the corelation of BI to the morphology index (MI), was conducted. The sample consists of new leprosy patients or in treatment and patients that have been released from control (RFC). Bone marrow aspiration biopsy was then performed and the microscopic image was analyzed. The bone marrow in the group of patients with leprosy have increased: eosinophils 12.4%, megakariosit 5.8%, reticulum cells 5.6%, plasma 5.5% and monocytes 5%. Bone marrow cellularity in leprosy patients was 63%, a significant increase from 47% in the control group (p <0.05). The mean distribution of BI in leprosy patients is 2, the myelo-erythroid (M:E) ratio is 2.6%, and bone marrow cellularity 63%. There is a significant association between BI with the M:E ratio and cellularity (0 <0.05) in leprosy patients. Microscopic analysis of bone marrow in MB leprosy patients showed elevated M:E ration and increased percentage of SST cells. (MDVI 2013; 40/1:8-12) Keywords: leprosy, Mycobacterium leprae, bone marrow Korespondensi: Jl. Perintis Kemerdekaan Km.11, Tamalanrea, Makassar, 90245 Telp. 0411-584877 Pes. 117 Email: [email protected], [email protected] 8 A Mappiasse Pengaruh nilai IB terhadap selularitas dan rasio M:E pada kusta PENDAHULUAN Penyakit kusta masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diperkirakan jumlah kasus baru kusta di dunia pada tahun 2005 sekitar 296.499.1 Dalam kurun waktu lima tahun (2000-2005), keadaan penyakit kusta di Indonesia tidak mengalami perubahan, ini terlihat dari angka tahun 2000 sebanyak 24.152 kasus dan tahun 2005 sebanyak 21.537. Jumlah pasien kusta di Sulawesi Selatan didapatkan sebanyak 1.787 pada akhir Maret 1999 dan akhir Desember 2006 tercatat 1650 orang, dengan prevalensi 2.24/10.000 penduduk,2 dan di kota Makassar terdapat sebanyak 74 pasien. Tingginya temuan pasien yang infeksius menjadi alasan utama untuk pemutusan rantai penularan untuk dapat menurunkan insidens. 3,4 Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronik, disebabkan oleh Mycobacterium leprae (M. leprae) yang ditandai dengan perubahan dan kelainan khas. Penyakit ini berbeda dengan kelainan yang diakibatkan oleh penyakit infeksi lain, hal yang unik terlihat pada infeksi M. leprae. Gambaran klinis dan perubahan histopatologis terdapat di kulit dan saraf perifer. Selama periode bakteremia yang terjadi pada semua tipe kusta, dampaknya yang berbeda pada setiap organ. Secara klinis identifikasi lesi dapat dilihat pada mata, mukosa hidung, mukosa bukal, palatum, laring, dan testis.5-10 Penelitian pada pasien kusta tipe lepromatosa (LL), yang dalam klasifikasi Word Health Organization (WHO) tahun 1982 termasuk tipe multibasiler (MB),3,4,11 mendapatkan mikrogranuloma pada glandula adrenal serta organ sistem retikulo-endotelial, yaitu hati, limpa, limfonodus, dan sumsum tulang (SST). Beberapa peneliti melaporkan adanya kumpulan basil di dalam makrofag, dan banyak basil hidup bebas di dalam SST pada tipe paucibacillary (PB) dan multibacillary (MB).5,12-17 Keberadaan M. leprae di SST mungkin menyebabkan kelainan pada hematopoesis. Sebanyak 64% pasien kusta tipe LL yang masih aktif dan terdapat M. leprae dalam SST memperlihatkan hemoglobin kurang dari 9 gr %. Sumsum tulang diduga sebagai tempat persistensi yang akhirnya bertanggung jawab terhadap terjadinya relaps kusta. Penyakit infeksi granulomatosa akan mempengaruhi selularitas dan rasio mieloid dan eritroid (M:E) SST.5,6,18,19 Pemeriksaan SST bagi setiap Gambar 1.Selularitas SST kelompok kontrol (Wright-Giemsa x 100) pasien kusta dapat dipertimbangkan sebagai suatu pemeriksaan tambahan. TUJUAN PENELITIAN Menganalisis gambaran mikroskopik biopsi aspirasi SST pasien kusta serta mengetahui hubungan antara nilai IB dengan perubahan selularitas SST pada pasien kusta, dan mengetahui pengaruh IB terhadap rasio MI. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan case control study. Pengambilan sampel dilakukan pada dua kelompok, yaitu pasien kusta baru atau yang sementara diobati dan kelompok kontrol. Tempat penelitian di Rumah Sakit Kusta Daya, Makassar, dilaksanakan pada awal Maret sampai 31 Maret 2000. Kriteria inklusi: 1. Pasien kusta tipe MB (WHO-1987), 2. Pasien baru atau yang sementara diobati selama kurang atau satu bulan 3. Bersedia menjadi relawan penelitian, 4. keadaan umum kesan baik. Kontrol dipilih dari komunitas yang memenuhi kriteria release from control (RFC). Kriteria eksklusi adalah pasien kusta PB, telah berobat lebih dari satu bulan, dan pasien kusta dengan komplikasi penyakit lain . HASIL PENELITIAN Selama periode pengumpulan sampel mulai awal Maret sampai 31 Maret 2000, di Rumah Sakit Kusta Daya telah dirawat 17 orang pasien kusta tipe MB yang sementara dalam pengobatan dan 8 orang bersedia dilakukan penelitian. Dari 17 orang yang memenuhi kriteria RFC dan sementara menjalani rehabilitasi pasca kusta, sebanyak 5 orang bersedia mengikuti penelitian ini. Responden kedua kelompok mengisi persetujuan tindak medik sebelum dilakukan tindakan biopsi aspirasi SST. Hasil pemeriksaan SST kelompok kontrol dan pasien kusta dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 2. Selularitas SST pasien kusta (67%) (Wright-Giemsa x 100) 9 MDVI Vol. 40 No.1 Tahun 2013: 8-12 Tabel 1. Distribusi jenis dan selularitas sel-sel sumsum tulang pada pasien kusta Umur & (thn)/ Jenis kelamin N=8 Mean (%) 1 2 3. 4 5 6 7 8 25/ P 11/ P 26/ L 32/ P 27/ L 24/ L 30/ L 34/ P 12.6 3.6 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8 12.6 3.6 1.8 3.6 3.6 18.9 6.3 2.1 4.2 2.1 2.1 2.1 16.8 6.3 4.2 4.2 2.1 20.0 5.0 2.5 2.5 5.0 2.5 2.5 15.0 2.5 2.5 5.0 5.0 27.0 4.5 4.5 2.2 6.8 6.8 2.2 8.8 2.2 2.2 2.2 2.2 18.9 2.7 2.7 5.4 2.7 2.7 2.7 10.8 2.7 2.7 2.7 2.7 20.9 4.2 3.1 1.7 5.1 4.9 1.9 12.3 3.6 1.9 3.6 3.2 18.2 5.0 2.2 2.2 4.7 1.9 2.2 10.0 2.5 2.5 2.5 2.5 19.5 7.0 2.6 3.6 2.1 2.1 2.1 13.3 3.8 1.9 3.8 3.8 19.5 4.7 2.6 2.9 3.7 3.1 2.1 12.4 3.4 2.4 3.4 3.1 22.7 15.5 18.4 16.6 19.9 15.9 19.4 18.1 18.3 ERY Pronormoblast Basophilic Polychromatophilic Orthochromatic 22.3 6.7 6.7 6.7 2.2 15.2 2.5 5.1 5.1 2.5 18.2 3.0 6.1 6.1 3.0 16.4 2.7 2.7 5.5 5.5 19.8 3.3 6.6 6.6 3.3 23.1 6.8 6.8 7.2 2.3 18.7 , 2.7 3.0 6.4 6.6 24.1 5.0 7.5 5.8 5.8 19.7 4.0 5.5 6.1 3.9 Lymphocytes Plasma cells Monocytes Megakaryocytes Reticulum cells M: E ratio 8.2 4.1 4.1 8.2 4.1 2.1 4.7 9.4 4.7 4.7 9.4 3.3 5.5 5.5 5.5 5.5 5.5 2.9 10.1 5.0 5.0 5.0 5.0 3.1 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0 2.5 6.3 4.0 4.4 7.4 4.9 2.1 10.8 5.5 5.5 5.5 5.5 2.5 4.8 4.8 4.8 4.8 4.8 2.5 7.0 5.5 5.0 5.8 5.6 2.6 67 56 60 69 58 67 57 70 63 Jenis sel (Total) % NS Myeloblasts Promyelocyes Myelocytes Metamyelocytes Band Segmented EOS Myelocytes Metamyelocytes Band Segmented B dan MC Cellularity of cells. Keterangan: NS= neutrophilic series; EOS= eosinophilic series; ME= myeloid and erythroid. series; BMC= basophils and mast cell; Ery= erythrocytic Grafik 1. Distribusi jenis sel-sel sumsum tulang pada pasien kusta dengan kelompok kontrol. Keterangan: NS= neutrophilic series; EOS= eosinophilic series; BMC= basophil and mast cell; Ery=erythrocytic series; Lyrnpho= lymphocytes; P= plasma cells; Mono= monocytes; Mega= megakaryocytes; R= reticulum cells; ME= ME ratio; c= cellularity of cells. 10 A Mappiasse Pengaruh nilai IB terhadap selularitas dan rasio M:E pada kusta Grafik1 menunjukkan distribusi sel SST pada kelompok pasien kusta meningkat pada seri basofil dan sel mas (18,3%) dan yang menurun adalah limfosit (7%). Berturutturut sel-sel yang meningkat dibandingkan dengan kontrol adalah seri eosinofil 12,4%, megakariosit 5,8%, sel retikulum 5,6%, sel plasma 5,5%, dan monosit 5%. Selularitas kelompok pasien kusta (63%) meningkat signifikan terhadap kelompok kontrol (47%) (p<0.05) Tabel 3. Hubungan indeks bakteri dengan rasio M:E dan selularitas SST pada pasien kusta. Pasien (N = 8) Bacterial index Mean No Cells (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 2.0 1.0 1.5 2.0 1.5 2.0 1.5 2.0 2 1. M:E ratio 2.1 3.3 2.9 3.1 2.5 2.1 2.5 2.5 2.6 2. Cellularity of cells 67 56 60 69 58 67 57 70 63 P<0.05 Rata-rata (mean) distribusi IB pada kelompok pasien kusta adalah 2, dan rasio M:E 2,6%, serta selularitas SST 63%. Terdapat hubungan yang bermakna antara BI dengan rasio M:E dan selularitas SST (P< 0,05) pada pasien kusta. PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan case control study yang dilakukan terhadap 8 pasien kusta tipe MB, yang masih dalam pengobatan kurun waktu satu bulan. Walaupun kusta diketahui sebagai penyakit kulit yang dapat dicegah dengan menemukan pasien baru, namun masih merupakan sumber penyakit yang tidak jarang berakibat cacat fisik dan kematian.20,21 Analisis terhadap SST pasien kusta menunjukkan mean rasio M:E meningkat secara bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol. Secara teori peningkatan rasio M:E terdapat pada keadaan infeksi, leukemia mielogenosa, atau hipoplasia eritroid dan bergantung pada jumlah sel SST. Pada penelitian ini tidak terlihat kelainan maturasi inti maupun sitoplasma. Maturasi inti dan sitoplasma pada keadaan normal akan terlihat seimbang. Ketidakseimbangan terjadi, misalnya pada sitoplasma merupakan kegagalan sintesis hemoglobin dan bila tejadi di inti merupakan anemia megaloblastik. Keadaan bizarre atau pematangan displastik dapat disebabkan oleh berbagai obat. Hasil analisis selularitas SST pasien kusta berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol. Perbedaan ini digunakan untuk menganalisis hubungan IB dengan rasio M:E dan selularitas sel SST pada pasien kusta. Secara umum penyakit infeksi merupakan penyebab hiperselularitas SST, khususnya penyakit infeksi granulomatosa, keadaan ini merupakan upaya respons imun yang berakibat meningginya sel SST dan ratio M:E pada pasien kusta tipe MB. 13,22,23 Distribusi sel SST pada kelompok pasien kusta meningkat pada seri basofil dan sel mas, sedangkan yang menurun adalah limfosit. Berturut-turut sel yang meningkat dibandingkan dengan kontrol adalah seri eosinofil, megakariosit, sel retikulum, dan monosit. Selularitas kelompok pasien kusta meningkat signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Perubahan jumlah sel di SST merupakan respons imun terhadap innate maupun adaptive immunity. Penelitian ini dibatasi pada uji dan analisis mikroskopis, hasilnya memperlihatkan sel, misalnya monosit, meningkat, sedangkan walaupun limfosit menurun tetapi tidak terlalu rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Respons imun selular pada kusta bertujuan untuk mengeliminasi kuman M. leprae yang hidup dan berkembang di dalam sel tubuh. Penghancuran M. leprae dalam makrofag terjadi sebagai hasil kerjasama antara makrofag dan limfosit-T.1,5,6,,9,21,24 Peningkatan sel plasma dapat terjadi sebagai respons imun humoral selama infeksi M. leprae. Pada orang normal atau sehat titer IgM lebih rendah dibandingkan dengan pasien kusta. Hubungan indeks bakteri dengan sel SST, termasuk rasio M:E dan selularitas SST, terdapat perbedaan bermakna antara pasien kusta dengan kelornpok kontrol. Selularitas dapat berbeda, bergantung pada usia seseorang dan tempat pengambilan sampel. Secara umum penyakit infeksi granulomatosa akan memberikan gambaran selularitas SST berupa peningkatan jumlah sel, mielodisplasia, hambatan pada retikuloendotelial, hematopoesis megaloblastik, sel granulomatosa, dan infittrasi makrofag. Keadaan ini dapat menyebabkan penekanan terhadap sistem imun yang akan berakibat meningginya prevalensi infeksi kusta pada daerah endemis. Gambaran IB dalam kurun waktu pengobatan satu bulan tidak memperlihatkan efek pengobatan yang cepat. Secara teori penurunan IB berkaitan dengan tipe kusta. Pada kusta tipe MB yang belum mendapat pengobatan, IB (5-6) dan akan berkurang satu per tahun bila mendapat pengobatan. Turunnya IB sesuai spektrum, dari 1 - 2 pada tipe BT dan 0 pada tipe TT. Selularitas SST merupakan rasio antara jumlah set hemopoetik total dengan jumlah ruang SST. 11 MDVI KESIMPULAN Dari studi analisis SST dapat disimpulkan bahwa analisis mikroskopis SST pasien kusta tipe MB yang telah mendapat pengobatan selama satu bulan menunjukkan rasio M:E agak meninggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Perbandingan persentase antara sel SST pasien penyakit kusta dengan kelompok kontrol lebih tinggi, yaitu pada seri basofil dan sel mast, seri eosinofil, megakariosit, sel retikulum, sel plasma, dan monosit. Selularitas sel SST kelompok pasien dengan kelompok kontrol berbeda secara bermakna, terdapat hubungan yang bermakna antara BI dengan rasio M:E dan selularitas SST pada pasien kusta. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada Prof. Dr. dr. Muh. Dali Amiruddin, Sp.KK(K) atas segala asupannya dalam tulisan ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Walker SL, Lockwood DN. The clinical and immunological feature of leprosy. Brit Med Bull. 2006; 77-78: 103-21. 2. Modul Pengendalian Penyakit Kusta. Pusat Latihan Kusta Nasional Makassar 2008. 3. Amiruddin MD. Ilmu penyakit kusta. Makassar: Hasanuddin University Press; 2003. 4. Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2006. 5. Job CK. Pathology of leprosy. Dalam: Leprosy. Hasting RC, Opromella DV, penyunting. Edisi ke-2. New York: Churchill Livingstone: 1994. h.193-224. 6. Scollard DM, Adams LB, Gillis TP, Krahenbuhl JL, Truman RW, Williams DL. The continuing challenges of leprosy. Clin Microbiol Rev. 2006; 19(2): 338-381. 7. Antunes SLG, Chimelli LM, Rabello ET, Valentin VC, Corte Real S, Sarno EN, et al. An immunohistochemical, clinical and electroneuromyographic correlative study of the neural markers in the neuritic form of leprosy. Braz J Med Biol Res. 2006; 39(8): 1071-1081. 8. Wichitwechkarn J, Karnjan S, Shuntawuttisettee S, Sornprasit C, Kampirapap K, and Peerapakorn S. Detection of Mycobacterium leprae infection by PCR. J Clin Microbiol. 1995; 33(1): 45-49. 9. Kaplan G, Cohn ZA. Hansen’s disease as a research model. Bull NY Acad med. 1984; 60(7): 712-721. 12 Vol. 40 No.1 Tahun 2013: 8-12 10. Gawkrodger DJ. Dermatology: An Illustrated colour text. Elsevier Health Sciences; 2002. 11. Dharmendra. Classification of leprosy. Dalam Hastings RC, Opromella DV, penyunting. Edisi ke-2. New York: Churchill Livingstone: 1994. h.179-92. 12. Sasiain MC, de la Barrera S, Minnucci F, Valdez R, de Elizalde de Bracco MM, and Balina LM. T-Cell-Mediated Cytotoxity against Mycobacterium Antigen-Pulsed Autologous Macrophages in Leprosy Patients. Infect Immun. 1992; 60(8): 3389-3395. 13. Hyun BH, Gulati GL, Ashton JK, penyunting. Color atlas of clinical hematology.New York – Tokyo: Igaku-Shoin Ltd: 1986. 14. Ridley DS, Jopling W.H. Classification of leprosy according to immunity. A five-group system. Int J Leprosy. 1966; 34(3): 255-272. 15. Klioze AM, Ramos-Caro FA. Visceral leprosy. Int J Dermatol. 2000; 39(9): 641-658. 16. Verhagen C, Faber W, Klatser P, Buffing A, Naafs B, Das P. Immunohistological analysis of in situ expression of mycobacterial antigens in skin lesion of leprosy patients across the histophatological spectrum Association of Mycobacterial lipoarabinomannan (LAM) and Mycobacterium leprae phenolic glycolipid-I (PGL-I) with leprosy reactions. Am J Pathol. 1999; 154(6): 1793-804. 17. Marolia J, Mahadevan PR. Superoxide production from macrophage of leprosy patients after stimulation with Mycobacterium leprae. J Biosci. 1987; 12(3): 273-79. 18. Nigam PK, Kumar P, Pathak N, Mittal S.. Fine needle aspiration cytology in reactional and non-reactional lepros. Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2007; 73(4): 247-9. 19. Myrvang B, Godal T, Ridley DS, Froland SS, Song YK. Immune responsiveness to Mycobacterium Laprae and other mycobacterial antigens throught the clinical and histopathological spectrum of leprosy. Clin exp Immunol. 1973; 14(4); 541-53. 20. Pieroni F, Stracieri AB, Moraes DA, Paton EJ, Saggioro FP, Barros GM. Et al. Six cases of leprosy associated with allogenic hematopoetic SCT. Bone Marrow Transplant. 2007; 40(9); 859-63. 21. Bryceson A, Pfaltzgraff RE. Leprosy. Edisi ke-2. Edinburg: Churchill Livingstone; 1990. 22. Nelson DA, Davey FR. Hematopoiesis. Dalam: Henry JB, Tomar RH, Washinton JA, Threatte GA .Penyunting. Clinical diagnosis and management by laboratory methods. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders Co; 1991. h. 599-601. 23. Karcher DS, Frost AR. The bone marrow in human immunodeficiency virus (HIV)-related disease. Morphology and clinical correlation. Am J Clin Pathol. 1991; 95(1): 63-71. 24. Agusni I. Perkembangan terbaru imunopatogenesis penyakit kusta. MDR. 1998; 25(4 S): 328-88.