ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KUSTA Joni Haryanto Program Studi Ilmu Keperawatan FIK UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA 2009 PENDAHULUAN Latar Belakang – Penyakit kusta mikroorganisme intraseluler masalah kesehatan dunia. Mycobacterium leprae PGL-1 »« sel B monosit makrofag sel Scwhann sel plasma Ig. MDT dan ANTIGEN PROTEIN MDT Bacteriostatic Bacteriocide Ekspresi Ag. Protein M MHC Klas II Limfosit T Limfosit T Tc, Th, Ts dan Tr Limfosit mensekresi beberapa sitokin Penghasil IFN-γ dan IL-10 IFN-γ IL-10 IL-10 Limfosit T (Th0) Limfosit T (Th1) Limfosit T (Tc) Sel NK Limfosit T (Th2) Monosit Makrofag Limfosit B menginhibisi Th1 & sel NK sitokin Manifestasi klinis penyakit kusta Manifestasi klinis penyakit kusta Kejadian Kusta Reaktif Kejadian reaksi tipe 1 ditemukan setelah 2 ~ 6 bulan pengobatan MDT-WHO mempunyai resiko terjadi reaktif sebanyak 23,5% lebih. Reaksi Tipe 1 Reaksi Tipe 2 Delayed Type Hypersensitivity Immune Complexs CMI Imunopatogenesis Reaksi Kusta Tipe 1 akibat MDT masih belum jelas Reaksi Kusta Tipe ENL Reaksi Kusta Tipe Reversal Kusta di Dunia Daerah tropik & subtropik. Jumlah kusta dunia 888.340 orang pada tahun 1977. Sekarang 800.000 /th kasus baru Di Indonesia (1 – 3 per 10.000) penduduk . Frekuensi terbanyak terdapat pada kelompok umur produktif yaitu 15 ~ 29 tahun. Kunjungan Kusta Di RSU Dr. Soetomo Surabaya Kunjungan penderita kusta di RSU Dr Soetomo Surabaya baik di rawat jalan dan rawat inap sebanyak 3353 orang Tipe Kusta Kriteria WHO PB MB Total Tipe Kusta Kriteria Ridley & Jopling Kunjungan Σ Lama Baru TT 197 17 214 BT 174 15 189 BB 1137 98 1235 BL 964 83 LL 600 68 3072 281 1047 668 3353 Rumusan Masalah Pernyataan masalah – Aktivitas peran sub-set sel Th penderita kusta nonreaktif dan reaktif yang mendapatkan MDT belum jelas Pertanyaan masalah – Apakah terdapat aktivitas Th-1 pada tipe kusta nonreaktif dan reaktif yang mendapatkan MDT ? – Apakah terdapat aktivitas Th-2 pada tipe kusta nonreaktif dan reaktif yang mendapatkan MDT ? Tujuan Penelitian Tujuan umum – Mengungkap perbedaan aktivitas peran sub-set sel Th penderita kusta non-reaktif dan reaktif yang mendapatkan MDT. Tujuan khusus – – – Membuktikan aktivitas Th-1 pada tipe kusta nonreaktif dan reaktif yang mendapatkan MDT ? Membuktikan aktivitas Th-2 pada tipe kusta nonreaktif dan reaktif yang mendapatkan MDT ? Membuktikan perbedaan aktivitas peran sub-set sel Th penderita kusta non-reaktif dan reaktif yang mendapatkan MDT. Manfaat Penelitian Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Pemecahan masalah pembangunan Pemecahan masalah imunopatobiologi dari kusta reaktif yang mendapat MDT. Menjadi dasar penentuan terapi kusta reaktif yang rasional Memberikan kontribusi terhadap pencegahan terjadinya kefatalan kusta reaktif yg mendapatkan MDT Ditemukannya aktivitas peran masing-masing subset sel Th kusta reaktif sehingga memudahkan penentuan terapi secara pasti shg biaya dpt ditekan. Pengembangan kelembagaan Eksistensi divisi imunopatobiologi Untuk pengembangan riset imunopatobiologi MDT Kerangka Konseptual PGL-1 Ml Sel host Protein ML M Leprae fragmented Th0 APC Th1 (IL-2), IFN- Th2 Sel B IL-4, IL-5 IFN- Sel plasma IL-10 IL-6 Komplemen + Ag-Ab Kompleks GM-CSF M Granuloma (RR) TNF- PMN (ENL) . Non-MDT . MDT ROS PGL-1 M leprae Lisosim M leprae M leprae M lepr ae Sel host Protein ML PGL-1 Sel host Protein ML Protein ML APC M Leprae fragmented Th0 M Leprae fragmented M Leprae fragmented Th1 Th0 (IL-2), IFN- APC Sel B (IL-2), IFN- IL-10 IFN- Sel plasma Th1 IL-6 GM-CSF Komplemen + Ag-Ab Kompleks Th2 Sel B Sel plasma IL-10 IFN- IL-6 GM-CSF M TT Histamin Bradikinin TNF- BT BB BL Spektrum klinis kusta LL M Granuloma (RR) Komplemen + Ag-Ab Kompleks TNF- Histamin Bradikinin PMN (ENL) Aktivitas peran sub-set sel Th penderita kusta non-reaktif dan reaktif • Reaksi reversal Dikarenakan oleh reaksi hipersensitivitas tipe IV, maka rerata proporsi limfosit T penghasil IFN-γ lebih banyak dibandingkan tipe non reaktif, sdgkn rerata proporsi limfosit T penghasil IL10 tidak terdapat aktivitas pada tipe BL non-reaksi (71.61%) dg tipe BL reaktif ENL (69,96%). • Reaksi ENL Merupakan hipersensitivitas humoral, dimana peran Ag-Ab kompleks dg aktivitas komplemen, shg disebut hipersensitivitas tipe III. Keadaan ini menunjukan aktivitas Th1 dan Th-2 scr bersama dpt menimbulkan migrasi PMN dari arteriol, adanya sel edema, sweling serat elastis dan makrofag berkonsentrasi pada tempat tertentu. Patofisiologi Ilmu yang mempelajari fungsi yang berubah atau terganggu, sehingga timbul gejala dan tanda. • Kondisi penyakit yg dpt menimbulkan fungsi tubuh terganggu / berubah • Proses penyakit : – – – – – Infeksi Inflamasi Neoplasia Jejas / trauma Kelelahan Imunologi • Mekanisme kejadian munculnya gejala dan tanda penyakit secara spesifik Konsep Penyakit • Penyakit – Penyimpangan dari keadaan normal – Perubahan dalam individu yg menyebabkan parameter kesehatan berubah / diluar batas normal • Tolok ukur biologis – Kemampuan individu untuk memenuhi tuntutan-tuntutan yg terdapat pada tubuhnya. – Kemampuan menyesuaikan tuntutan / perubahan dalam lingkungan eksternal dalam rangka mempertahankan lingkungan internal yg tetap Manusia • Merupakan suatu sistem (pernapasan, integumen, kardiovaskuler, persyarafan, dll) – – – – Sub sistemnya ada jaringan Sub-sub sistem ada organ Sub-sub-sub sistem ada sel Didalam ada organel sel Semua Perlu Hidup dan Sehat • Merupakan (Bio-Psiko-Sosio-Spiritual-Kultural) – Tidak ada unsur manusia tersebut yang berdiri sendiri. – Semua saling keterkaitan • Merupakan subyek mater keperawatan • Bagaimana sehat – sakit itu terjadi ? Manusia = Organisma Sel = Unit terkecil Organisma Biologimolekuler = Senyawa Pembentuk Sel Proses • Ciri Organisma : Keperawatan – – – – Metabolisme Tumbuh – kembang Homeostasis Reproduksi Hidup Sehat Optimal Nurse Berarti Perawat Harus : • Mengetahui perjalanan penyakit sampai tingkat biologimolekuler • Bisa menangguanginya Etiologi • Penetapan sebab atau alasan dari suatu fenomena deseases • Agent penyebab penyakit (deseases) • Contoh : Mikobakterium leprae – Adalah agent penyebab penyakit kusta – Faktor etiologi lain seperti : • • • • Umur Keadaan gizi Pekerjaan Kebiasaan yg mempermudah sakit yaitu merokok dll Kejadian Deseases Faktor yang dapat menimbulkan deseases Agent Bagaimana : Nurse !? Host Enviromen t • Agaknya semua respon 3 faktor tersebut mempunyai potensi yang sama menimbulkan penyakit. • Dilihat dari sisi manusia penyebab deseases : – Faktor Intrinsik (Endogen) – Faktor Ekstrinsik (Eksogen) Nurse tahu Pathogenesis diseases • Analisa patogenesis – Mengkaitkan proliferasi dan penyebaran agen penyebab dg respon peradangan yg timbul – Mengkaitkan sistem ketahanan tubuh terhadap agen pengrusakan sel-sel jaringan yang sebenarnya. • Manifestasi klinis – Mengetahui pola dan taraf kerusakan yg diakibatkan shg menimbulkan gejala dan tanda spesifik Aspek Yang Perlu Diperhitungkan 1. Diseases bukan suatu peristiwa yang statis 2. Dapat mengarahkan dan merasionalkan terapi keperawatan 3. Dapat untuk menegakkan diagnosis keperawatan Diagnosis Keperawatan • Formulasi – P+E+S – Problem + Etiologi + Sign/Symptom • Contoh – Resiko kerusakan integritas kulit r/t perubahan pd fungsi barier kulit dd eritema, krusta, skuamosa – Gangguan rasa nyaman (nyeri) r/t lesi kulit dd erosi epidermis dan dermis – Gangguan citra tubuh r/t penampilan kulit tidak bagus dd bercak, sikatrik, keloid. – Dll (Problem) Diagnosis Keperawatan • Merupakan Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) • Sedangkan patofisiologi tidak sampai pada permasalahan dalam keperawatan • Dalam patofisiologi keperawatan : – – – – Perlu mengetahui perjalanan penyakit Perlu mengetahui agen penyebab penyakit Perlu mengetahui gejala dan tanda penyakit Perlu mampu mengetahui kebutuhan dasar manusia yang bermasalah WOC = Web of Caution WOC = Web of Caution • Merupakan kerangka konsep dari agen penyebab penyakit sampai timbul gejala dan tanda yang diakhiri munculnya permasalahan keperawatan • Masalah keperawatan – Adalah problem dalan formulasi diagnose keperawatan yaitu gangguan/perubahan KDM – Bisa Aktual, Resiko, Potensial dan Perubahan WoC : 1. Dapat menegakkan diagnose keperawatan secara rasional 2. Dapat menjembatani pembuatan tujuan dan intervensi keperawatan Diagnose Keperawatan – Resiko kerusakan integritas kulit r/t perubahan pd fungsi barier kulit dd mati rasa, krusta, skuamosa – Gangguan rasa nyaman (nyeri) r/t lesi kulit dd erosi epidermis dan dermis – Gangguan citra tubuh r/t penampilan kulit tidak bagus dd bercak, sikatrik, keloid. – Gangguan pola tidur r/t reaksi tubuh thdp obat dd pusing, mual dan rasa terbakar – Kurang pengetahuan r/t program terapi Kamis, 2 April 2009 28 Perencanaan • Tujuan : – Klien dapat mencakup terpeliharanya integritas kulit. – Meredanya gangguan rasa nyaman – Berkembangnya sikap untuk dapat menerima keadaan diri – Diperolehnya pengetahuan tentang perawatan kulit dan tidak ada komplikasi Kamis, 2 April 2009 29 Intervensi • Mempertahankan integritas kulit – Bila kulit sangat sensitif, mandi atau mencuci harus menggunakan air sabun konsentrsi rendah – Pembilasan dg air hangat dan dikeringkan pakai handuk scr perlahan dg pemijatan – Preparat emolien dpt dioleskan utk menjaga kelembaban kulit – Bila tangan klien sangat sensitif, maka kita perlu mengenakan sarung tangan (cosmetic glove) – Menghindar dari cidera termal – Imunitas yg bermasalah akan resiko tjd infeksi kulit . Kamis, 2 April 2009 30 Intervensi • Meredakan ketidaknyamanan – Klien yg sangat sensitif perlu menghindari penggunaan – – – – – – kain wol dan mandi air hangat Untuk mengurangi gatal, bisa dg melembabkan udara lingkungan dan mempertahankan suhu kamar Perlu memotong kuku krn ada resiko menggaruk Pemberian air pd kompres akan menimbulkan rasa sejuk dan meredakan pruritus Kolaborasi pemberian obat Agar tdk tjd maserasi kulit, mandi dibatasi 20~30 menit saja Terapi rendaman bisa 2 x sehari Kamis, 2 April 2009 31 Intervensi • Mencapai tidur nyenyak – Klien hrs mengikuti jadwal tidur yang teratur – Melaksanakan rutinitas atau ritual sebelum tidur utk memudahkan peralihan dr terjaga ke tidur – Menghindri minuman yg mengandung kafein – Melakukan latihan scr teratur – Jangan tidur bila tidak mengantuk – Segera bangun pada pagi hari – Jangan berupaya tidur sebentar Kamis, 2 April 2009 32 Intervensi tidur lanjut • • • • • • • • • • • Tidak minum alkohol Tidak mengkonsumsi kafein Tidak menggunakan nikotin Latihan fisik rutin Mengurangi snack mengandung karbohidrat Lingkungan kondusif Teknik relaksasi Hipnoterapi Medikasi Stimulasi pendengaran Terapi sirep Kamis, 2 April 2009 33 Intervensi • Meningkatkan penerimaan diri – Perubahan tampilan diri akan berdampak pada citra diri dan akibatnya akan tjd perubahan sosial, bisnis dan aktivitas rekreasi – Membiarkan klien utk mengekspresikan dirinya – Berikan motivasi sewajarnya – Jelaskan keadaan yg sebenarnya dan prognosisnya – Berikan sikap saling percaya dan saling menghargai – Tingkatkan komunikasi Kamis, 2 April 2009 34 Intervensi • Memahami perawatan kulit – Berikan informasi ttg perawatan kulit dg sikap kooperatif dan tdk cemas – Penyampaian informasi perawatan dan pengobatan dpt membesarkan harapan dan menambah kemampuan menggunakan sumberdaya lebih efektif – Penggunaan preparat kosmetik yg tepat dpt membawa manfaat yg banyak – Bila klien deprasi dg penggunaan konseling efektif Kamis, 2 April 2009 35 Intervensi • Pendidikan klien dan pertimbangan perawatan di rumah – Kulit mencerminkan kesehatan umum seseorang – Prinsip nutrisi yg sehat utk kulit – Latihan fisik teratur – Istirahat dan tidur cukup – Program penyuluhan difokuskan pada perawatan kulit – Jelaskan ttg efek samping dan upaya penanggulangannya Kamis, 2 April 2009 36 Intervensi • Memantau dan menangani komplikasi – Jaga kebersihan kulit – Jaga kelembaban kulit – Obat yg diresepkan harus di minum atau dioleskan sesuai dg program pengobatan – Gunakan balutan yg steril dan tdk terkontaminasi Kamis, 2 April 2009 37 Evaluasi • Mempertahankan integritas kulit – Menunjukkan tdk ada erosi kulit – Tidak terjadi iritasi kulit thdp bahan kontak – Emolien tetap dioleskan • Mencapai peredaan gangg rasa nyaman – Program terapi telah dijalankan – Klien nyaman dan tidak mengeluh gatal • Mencapai tidur yg lebih nyenyak – Menyatakan tidur lebih nyenyak – Terlihat wajah lebih segar – Menyatakan merasa lebih sehat Kamis, 2 April 2009 38 Evaluasi • Memperlihatkan peningkatan sikap untuk menerima keadaan diri – Lebih sedikit mengungkapkan kata-kata yang mencela diri – Tidak memberikan perhatian kepada penampilan diri • Mencapai pemahaman terhadap perawatan kulit – Mengucapkan kata-kata mengerti program pengobatan dan perawatan kulitnya – Memperlihatkan kemampuan utk melaksanakan terapi Kamis, 2 April 2009 39