Universitas Gadjah Mada 1 BAB I. SYARAF DAN OTOT

advertisement
BAB I. SYARAF DAN OTOT
A. PENDAHULUAN
Topik kuliah sistem syaraf dan otot ini membahas tentang mekanisme fisiologik kerja
pengaturan syaraf dan otot. Pokok bahasan kuliah ini secara umum dapat digunakan untuk
membantu mahasiswa dalam memahami tentang fungsi normal syaraf dan otot
Topik kuliah ini secara keseluruhan dapat diselesaikan dalam waktu 7 kali tatap muka
(7 jam). Setelah mengikuti pokok bahasan ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
fungsi normal sistem syaraf dan otot
B. PENYAJIAN
Sistem syaraf
Sistem syaraf merupakan bagian tubuh yang berfungsi sebagai koordinator yang
paling utama, karena mengawasi hampir semua fungsi bagian-bagian tubuh, Sistem syaraf
pusat dan sistema syaraf perifer tersusun dari sel syaraf (neuron) dan jaringan penguat.
Jaringan penguat sistema syaraf tepi tersusun terutama dari jaringan ikat dan suatu sel
khusus yang disebut neurolemma atau schwann cell. Neuron tersusun dari badan sel (soma
= cell body) dan dua tonjolan yakni dendrit (yang membawa rangsang ke arah soma) dan
akson (yang membawa rangsang meninggalkan soma). Dendrit dan akson keduanya
disebut serabut syaraf. Kelompok serabut syaraf yang terdapat di dalam otak atau medulla
spinalis sering disebut traktus atau fasciculi, sedangkan serabut syaraf yang terdapat di luar
otak dan medulla spinalis disebut syaraf Kelompok neuron disebut sistema syaraf Sistema
syaraf dapat dibagi menjadi tiga yakni sistem syaraf pusat (CNS), yakni yang terdapat di
dalam otak dan medulla spinalis, sistema syaraf tepi (PNS) yang meliputi syaraf kranialis
yang menyebar dari foramina intervertebralis) dan yang ketiga adalah sistema syaraf
otonom (autonomic nervous system) yang meliputi sistema syaraf simpatik, dan sistema
syaraf parasimpatik.
Refleks
Fungsi sistema syaraf yang utama adalah melakukan refleks. Pacuan yang diterima
oleh organ sensori (reseptor) akan dirambat sepanjang arkus refleks (yang meliputi neuron
sensori atau syaraf aferen dan neuron motor atau syaraf eferen) dan akhirnya akar sampai
ke organ efektor yakni otot dan kelenjar. Mekanisme refleks meliputi tempat asal bagian
yang terangsang, transmisi impuls dan terjadinya aksi refleks, dengan demikian maka untuk
suatu aksi refleks perlu adanya reseptor, sistem konduktorium (syaraf aferen, pusat refleks
(kalau ada) dan syaraf eferen) dan efektor. Suatu gerakan refleks adalah suatu jawaban
Universitas Gadjah Mada
1
yang tidak disadari (automalic response) dari organ efektor (otot atau kelenjar) terhadap
suatu rangsang (stimulus) yang sesuai. Gerakkan refleks yang paling sederhana adalah
rclleks spinal (yakni rellcks yang menipunyai pusat di medulla spinalis), yakni refleks
regangan (myolalic reflex). Refleks ini mempunyai reseptor pada "muscle spindle" otot
quadriceps (proprioreseptor) yang terangsang oleh adanya regangan otot yang mendadak
akibat adanya pukulan pada ligamen yang bertaut pada lutut. Impuls akan merambat
sepanjang syaraf aferen (neuron proprioseptor) menuju ke medulla spinalis, setelah melalui
synaps impuls akan merambat sepanjang syaraf eferen (neuron motor) dan akhirnya akan
memacu serabut otot dari quadriceps femoris untuk berkontraksi (sebagai reseptor). Refleks
ini dikatakan sederhana karena hanya menyangkut 2 neuron. Umumnya pada refleks
sebagai syaraf aferennya adalah syaraf sensori, pusatnya terdapat di otak atau medulla
spinalis, syaraf eferennya adalah syaraf motor sedang efektornya adalah serabut-serabut
otot skelct misalnya refleks sikap, refleks membetulkan sikap, refleks berdiri dsb. Refleks
yang berhubungan dengan regulasi fungsi alat-alat dalam sebagai serabut syaraf aferen
dan eferennya adalah syaraf otonom, sedang efektornya adalah otot polos, otot jantung
atau kelenjar.
Reseptor
Berdasarkan kemampuan merubah pacuan menjadi impuls dibedakan atas
mekanoreseptor,
termoreseptor,
kemoreseptor,
dan
radioelektromagnetik
reseptor.
Berdasarkan fungsinya pada mekanoreseptor, terdapat rcseptor rabaan dan tekanan (pada
bibir atas, alat genital luar, mesenterium, submukosa lidah dan mulut). Reseptor kinestetik
(pada kapsula artikulasio), fungsinya mendeteksi posisi dari berbagai bagian tubuh.
Reseptor gelombang suara, terdapat di dalam kokhlea. Reseptor perubahan keseimbangan
terdapat pada makula kanalis semisirkularis. Reseptor yang mendeteksi regangan otot
yakni "muck spindle". Pressoreseptor yang terdapat di jantung dan di paru-paru.
Termoreseptor dibagi dalam reseptor panas dan dingin. Yang tennasuk Kemoreseptor
adalah: Gemma gustatoria yang terdapat di daerah mulut, menerima rangsang kimia asal
makanan. Sel olfaktoria, di daerah hidung, menerima rangsang dalam bentuk gas.
Kemoseptor yang terdapat pada arteria karotis dan arteria karotikus, menerima rangsang
kimia berupa perubahan konsentrasi oksigen darah. Elektromagnetikreseptor antara lain
reseptor yang terdapat di dalam mata yang menerima rangsang berupa cahaya atau sinar.
Berdasarkan lokasi reseptor, secara fisiologik reseptor dibagi menjadi dua kelompok:
Eksteroseptor, yakni rcseptor yang menerima pacu dari luar atau di sekitar tubuh yaitu di
kulit, telinga bagian dalam dan di dalam mata. Interoseptor, yakni reseptor yang menerima
pacu dari dalam tubuh sendiri (proprioseptor) yaitu pada otot, tendo, artikulasio dan alat
vestibularis dan visceroseptor.
Universitas Gadjah Mada
2
Pusat refleks
Pusat refleks berlokasi di berbagai tempat dari sistema syaraf pusat. Pusat refleks
yang terdapat di medulla spinalis umumnya merupakan pusat refleks sederhana. Refleks
yang lebih komplcks pusatnya terdapat di dalam otak. Medulla oblongata mengandung
pusat refleks yang mengkontrol denyut jantung pelebaran dan penyempitan pembuluh
darah, respirasi, proses menelan, muntah, batuk, dan bersin. Pusat refleks yang terdapat di
otak selain berlokasi di medulla oblongata, juga berlokasi di cerebellum (otak kecil) yang
berhubungan dengan lokomosio dan posture; di hipotalamus yang berhubungan dengan
regulasi suhu dan keseimbangan air. Pusat-pusat di hipotalamus mengkontrol beberapa
fungsi antara lain menggigil, aktivitas vasomotor pada pembuluh darah tepi, perkeringatan,
ekskresi urina, ereksi rambut dan bulu (pada burung); dan diberbagai tempat lainnya di
dalam otak misalnya pusat yang berhubungan dengan refleks penyempitan pupil mata dan
refleks terkejut.
Sistem syaraf otonom
Peranan utama dari sistema syaraf otonom adalah memelihara kestabilan lingkungan
bagian dalam tubuh (homeostasis). Sistem syaraf otonom secara anatomis dibedakan
menjadi sistem syaraf simpatis dan parasimpatis. Kedua sistem ini merupakan sistem
syaraf aferen. Kebanyakan organ tubuh diinervasi baik oleh syaraf simpatis maupun
parasimpatis, dan biasanya pengaruh pacuan simpatis berlawanan dengan pengaruh yang
ditimbulkan akibat pacuan parasimpatis. Syaraf eferen yang menginervasi kebanyakkan
organ visceral adalah syaraf otonom. Sebagai syaraf aferennya dapat syaraf somatik
(somatik artinya bagian tubuh di luar atau tidak termasuk organ visceral) atau syaraf
otonom. Sedangkan reseptornya kemungkinan adalah mekanoreseptor, pressoreseptor
atau kemoresptor. Syaraf aferen akan merambatkan impuls ke pusat refleks yang terdapat
di otak atau di medulla spinalis. Impuls yang sampai ke pusat tidak selalu menghasilkan
gerakan refleks sebab ada pula beberapa yang dapat mencapai pusat kesadaran, misalnya
rangsang yang diterima oleh reseptor yang menimbulkan rasa nyeri pada organ visceral,
nausea (keinginan untuk muntah), rasa lapar, rasa kekenyangan dar ingin (kebelet, Jawa)
kencing.
Pusat pengontrol sistema syaraf otonom.
Pusat refleks dalam otak yang berhubungan dengan aktivitas syaraf otonom meliputi
pusat-pusat yang terdapat di brain stein reticular formation (B.S.R.F), hipothalamus, korteks
cerebri dan cerebellum. Dari pusat-pusat yang ada di otak tadi, maka akan keluar impuls
yang merambat sepanjang syaraf otonom menuju ke organ-organ yang diinervasi. BSRF
mengandung pusat-pusat yang mengkontrol respirasi, kardiovaskularisasi, mikturisi
Universitas Gadjah Mada
3
(mengencing), salivasi, lakrimasi (keluarnya air mata), vomitus (muntah), pembesaran dan
pengecilan pupil; dan kontraksi pilomotor. Pusat dalam BSRF mengirimkan impuls ke organ
yang dikontrol melewati syaraf otonom. Hipothalamus merupakan pusat regulasi aktvitas
syaraf otonom. Hipothalamus menerima syaraf aferen dari brain stem dan telensephalon
yang membawa informasi dari reseptor, sedang hipothalamus menjabarkan informasi yang
diterima. Kemudian dari hipothalamus akan dihasilkan modifikas yang diperlukan untuk
memelihara fungsi organ visceral. Modifikasi ini akan keluar dari hipotalamus berupa impuls
yang merambat sepanjang syaraf otonom (ingat, hipotalamus juga berfungsi sebagai
kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon yang berkerja terhadap organ viseral).
Korteks cerebri juga mengkontrol aktivitas beberapa syaraf otonom, antara lain terhadap
respirasi, denyut jantung , tekanan darah, lambung, tekanan dalam kandung kemili dan
perkeringatan. Sebagai syaraf eferen yang membawa impuls yang memacu korteks cerebri
adalah syaraf otonom yang tergabung dalam traktus kortikospinalis (lihat mengenai
medulla spinalis). Cerebellum mengkonrol regulasi pacuan simpatik maupun parasimpatik
yang mengakibatkan vasodilatasi dan/ atau vasokonstriksi.
Pengaruh syaraf otonom terhadap organ yang diinervasi
Sistema syaraf otonom menginervasi otot polos, otot jantung dan sel-sel kelenjar.
Peranan kedua macam syaraf ini pada hewan yang sedang tidak bekerja adalah secara
konstan mengatur kerja tiap organ agar tetap normal. Sedangkan pada hewan yang
sedang melakukan kerja yang berlebihan maka aktivitas sistem syaraf simpatis nampak
jelas, yakni denyut jantung dan tekanan darah akan naik, terjadi vasokonstriksi di daerah
kulit dan ginjal dibarengi dengan terjadinya vasodilatasi pada otot skelet. Di samping itu
juga terjadi bronkhodilatasi dan vasodilatasi paru-paru, sehingga jumlah oksigen yang
masuk ke dalam peredaran darah akan naik; dan medulla dari kelenjar adrenal menjadi
aktif. Dengan demikian pada waktu hewan sedang melakukan pekerjaan yang berlebihan
akan terjadi mobilisasi energi dan naiknya produksi palms. Apabila hewan kembali normal
maka sistema syaraf parasimpatis mulai aktif, antara lain melambatkan denyut jantung dan
proses penimbunan energi.
Fungsi sistema syaraf otonom pada berbagai tempat dalam tubuh
Di daerah kepala, apabila pada kelenjar lakrimalis adanya pacuan syaraf
parasimpatis menyebabkan vasodilatasi dan sekresi isi sel-sel kelenjar, sedang apabila
ada pacuan syaraf simpatis akan menyebabkan vasokonstriksi dan menurunnya sekresi isi
kelenjar.; Pada otot siliaris, apabila ada pacuan pada syaraf parasimpatis menyebabkan
terjadinya akomodasi lensa untuk melihat benda dekat, sedangan pacuan syaraf simpatis
menyebabkan akomodasi lensa untuk melihat jauh. Di daerah Thoraks: apabila pada
Universitas Gadjah Mada
4
jantung ada pacuan syaraf parasimpatis menghambat fungsi sedangkan pacuan syaraf
simpatis mempercepat fungsi jantung; apabila pada paru-paru ada pacuan syaraf
parasimpatis menyebabkan bronkhi berkonstriksi dan vasodilatasi, sedangkan pacuan
syaraf simpatis menyebabkan terjadinya vasokonstriksi dan bronkhi berdilatasi. Di daerah
abdominal: adanya pacuan syaraf parasimpatis menimbulkan kontraksi otot polos pada
dinding traktus gastrointestinal termasuk dinding rumen dan vesika fellea; Otot spingter
berelaksasi; Terpacunya sekresi kelenjar-kelenjar daerah abdominal; sedangkan pacuan
syaraf simpatis menimbulkan vasokonstriksi; Otot polos dinding traktus digestivus termasuk
rumen dan vesika fellea berelaksasi; Otot polos pada lien berkontraksi;. Menaikkan sekresi
hormon yang dihasilkan oleh medulla kelenjar adrenalis; Menghambat sekresi kelenjar
lambung. Di daerah Pelvis: pacuan syaraf parasimpatis akan menimbulkan efek Otot-otot
polos yang terdapat pada vesika urinaria dan kolon berkontraksi; spingter anal dan otot-otot
polos spingter vesika urinaria berelaksasi; terjadi ereksi, dan vasodilatasi pada penis;
vasodilatasi uterus, oviduk, dan vagina; vasodilatasi dan kelenjar prostata melakukan
sekresi. Pacuan syaraf simpatis menimbulkan vasokonstriksi secara umum; Otot polos
dinding vesika, kolon, dan rektum berelaksasi; Spingter anal, otot polos lambung dan
intestinum, otot polos vagina dan oviduk berkontraksi; terjadi ejakulasi; timbul
vasokonstriksi dan sekresi kelenjar postata. Di daerah Kulit. Pacuan syaraf simpatis
menimbulkan efek vasokonstriksi, kontraksi otototot pilomotor yang menyebabkan
berdirinya rambu dan terpacunya sekresi kelenjar keringat.
Sistem syaraf pusat
Sistema syaraf pusat tersusun dari otak dan medulla spinalis. Pada otak yaitu pada
bagian brain stem, medulla oblongata, pons, mesencephalon, diencephalon (hipothalamus,
thalamus dan epithalamus), dan ganglia basalis, cerebellum, dan korteks cerebri.
Medulla oblongata merupakan pusat-pusat yang mengatur proses digesti, respirasi,
srikulasi, mikturisi (pengeluaran air seni).
Pons merupakan pusat pneumotaksis dan pusat konstriktor kandung kencing.
(sebagai pengatur respirasi dan mikturisi).
Mesenchepalon mengandung pusat rclaksasi dan konstriksi vesika urinaria (mengatur
mikturisi).
Hipothalamus sangat erat hubungannya dengan kesempumaan fungsi berbagai alat
tubuh yang diatur oleh syaraf otonom. Di dalam hipotalamus pars posterior berlokasi pusat
mekanisme yang mengatur aktvitas seluruh sistema simpatis. Hipotalamus pars anterior
dan medial is mengandung pusat-pusat yang mempengaruhi integrasi parasimpatis
(penyesuaian akivitas organ-organ yang diinervasi oleh syaraf parasimpatis). Disamping itu
di dalam hipothalamus ditemukan pusat regulasi panas/suhu tubuh. Pusat-pusat yang ada
Universitas Gadjah Mada
5
di dalam hipotalamus kerjanya tergantung kepada pengaturan yang dilakukan oleh
thalamus, korpus striatum dan korteks cerebri. Impuls yang bertanggung jawab terhadap
rabaan, panas, dingin, sensori setempat (khususnya rasa nyeri), cita rasa, sensibilitas
proprioseptif, penglihatan dan pendengaran diterima oleh berbagai nuklei yang terdapat di
dalam thalamus untuk kemudian diteruskan ke corteks cerebri.
Epitalamus terdiri dari epiphisis atau pineal body dan habenula. Pada vertebrata tinggi
epiphisis diduga sebagai kelenjar cndokrin, sedangan habenula sebagai pusat penghubung
pembau.
Cerebellum tersusun dari archicerebellum dan paleocerebellum, dan neocerebellum.
Arachicerebellum fungsinya adalah menyesuaikan tonus otot (yang diatur oleh medulla
spinalis) terhadap sikap tubuh sehingga hewan tetap dalam keadaan seimbang meski
posisinya berubah. Paleocerebellum fungsinya menyesuaikan berbagai macam aktivitas
refleks pada otot. Neocerebellum fungsinya menserasikan akivitas motor yang dilakukan
secara sadar.
Dalam korteks cerebri dikenal area sensori dan area motor. Berdasarkan fungsinya
ada beberapa area sensori antara lain: area somestetik; area visual; area auditori; area
olfaktori; .area gustatory. Pada korteks cerebri area motor atau disebut juga pyramidal
motor system.
Medulla spinalis di samping berfungsi sebagai jalan untuk lintasan impuls dari dan ke
otak waktu tubuh melakukan aktivitas, juga melakukan mekanisme refleks yang kompleks,
termasuk modifikasi gerakan refleks yang diatur oleh pusat-pusat yang terdapat di dalam
otak yang secara luas mempunyai efek terhadap aktivitas otot dan gerakan alat-alat dalam.
Aktivitas yang dilakukan oleh SSP medulla spinalis adalah lebih tinggi dibandingkan
dengan yang dilakukan oleh SSP otak.
Otot
Sel otot, seperti neuron dapat dirangsang secara kimia, listrik dan secara mekanik
untuk menimbulkan potensial aksi yang dihantarkan sepanjang membran selnya. Ada 3
jenis otot yaitu otot kerangka, otot jantung dan otot polos.
Otot kerangka merupakan massa yang besar dari otot-otot somatik yang mempunyai
garis-garis melintang yang tersusun dari serabut-serabut otot yang berasal dan berakhir
pada urat tendon. Serabut-serabut otot tersusun dari fibril-fibril, dan fibril dapat dipisahpisahkan dalam filamen. Filamen-filamen terdiri dari berbagai protein kontraktil. Otot
mengandung protein miosin, aktin, tropomiosin, troponin (I, T, dan C). Otot kerangka
secara normal tidak akan berkontraksi bila tidak mendapat perangsangan syaraf, di bawah
pengaturan volunter.
Universitas Gadjah Mada
6
Rangkaian peristiwa pada kontraksi dan relaksasi otot kerangka sbb:
Langkah-langkah pada kontraksi
(1) Pelepasan muatan dari neuron motorik
(2) Pelepasan transmitter (asetilkholin) pada "lempeng ujung" (motor end plate)
(3) Pembangkitan potensial lempeng ujung
(4) Pembangkitan potensial aksi pada serabut-serabut otot
(5) Penyebaran depolarisasi ke dalam sepanjang saluran-saluran
(6) Pembebasan Ca
Ca
2+
2+
dari lepuh-lepuh samping retikulum sarkoplasma dan difusi
ke filamen kasar dan halus
(7) Pengikatan Ca
2+
pada troponin C, membebaskan daerah pengikatan miosin
pada aktin
(8) Pembentukan ikatan melintang antara aktin dan miosin dan pergeseran filamen
halus pada filamen kasar, menyebabkan pemendekan
Langkah-langkah pada relaksasi:
(1) Ca 2+ dipompa kembali masuk ke dalam retikulum sarkoplasma
(2) Pembebasan Ca 2+ dari troponin
(3) Penghentian interaksi antara aktin dan miosin
Hukum all or none mengatakan bahwa apabila suatu serabut otot dirangsang dengan
intensitas rangsang di bawah ambang atau dengan ambang batas maksimal maka serabut
otot tersebut akan berkontraksi maksimal, tapi apabila intensitas rangsangan yang
diberikan tidak ada di batas ambang maka serabut otot tersebut sama sekali tidak akan
berkontraksi.
Apabila pada saat otot berkontraksi, mekanisme kontraktilnya tidak mempunyai masa
refrakter, frekuensi stimulasi menjadi demikan cepatnya, sehingga terjadi penjumlahan
kontraksi maka rangsangan yang berulang sebelum relaksasi menyebabkan aktivasi
tambahan dari elemen-elemen kontraktil dan masing-masing respon individuil berpadu
menjadi satu kontraksi yang bertahan. Respon bertahan ini disebut tetanus/ kontraksi
tetani. Jika tidak ada relaksasi diantara regangan disebut tetanus sempuma.
Kelelahan otot/ fatigue adalah menurunnya kapasitas bekerja. Hal ini terjadi karena
kontraksi otot dapat dipertahankan tergantung tersedianya suplai energi dalam bentuk ATP
dan kalsium bagi filamen protein kontraktil. Apabila ATP total yang tersedia jumlahnya
menurun, tenaga untuk kontraksi menurun juga dan karenanya otot akan semakin
melemah.
Universitas Gadjah Mada
7
Sewaktu otot bekerja, pembuluh darah otot berdilatasi dan arus darah meningkat
sehingga penyediaan 02 meningkat. Kenaikan konsumsi 02 sebanding dengan energi yang
digunakan, dan semua kebutuhan energi dicukupi dengan proses aerobik. Akan tatapi bila
kerja otot sangat berat, resintesis aerobik cadangan energi tidak dapat menutup
penggunaannya. Setelah masa kerja selesai, ekstra 02 digunakan untuk menyingkirkan
kelebihan asam laktat dan memenuhi pencadangan penyimpanan ATP dan kreatin fosfat.
Jumlah ekstra 02 yang dikonsumsi sebanding dengan banyaknya energi yang dibutuhkan
sewaktu kerja melebihi dari cadangan energi. Keadaan ini disebut utang oksigen (oxygen
debt).
Apabila sebagian besar ATP di dalam otot telah dihabiskan, kalsium tidak lagi dapat
dikembalikan ke dalam retikulum sarkoplasma melalui mekanisme pemompaan kalsium.
Oleh karena itu relaksasi tak bisa terjadi, karena filamen aktin dan miosin terikat erat. Hal
ini merupakan suatu kelelahan yang berlebihan atau disebut rigor. Kejadian ini akan
kembali normal bila ada tambahan ATP untuk mengembalikan kalsium ke tubuli
longitudinal. Rigor mortis adalah keadaan rigor tei jadi beberapa jam setelah kematian.
Otot jantung mempunyai garis-garis melintang, tetapi secara fungsional bersifat
sincitium yang berkontraksi secara ritmik tanpa adanya persyarafan dari luar disebabkan
adanya sel-sel pengatur langkah "pacemaker" dalam miokardium yang menimbulkan
impuls secara spontan.
Otot polos tidak mempunyai garis-garis, banyak ditemukan pada organ visceral yang
berongga, secara fungsional bersifat sincitium dan mengandung pacemaker. Otot polos
mempunyai kekhasan membran potensial yang tidak stabil yang memperlihatkan kontraksikontraksi yang terus menerus dan iregular, yang tidak dipengaruhi oleh syaraf. Kontraksi
partial yang bertahan ini dinamakan tonus. Pada otot polos juga terdapa protein kontraktil
yang bertanggung jawab untuk motilitas sel, mitosisi dan gerakan berbagai bentukkan
dalam sel.
Universitas Gadjah Mada
8
C. PENUTUP
Topik pokok bahasan ini secara keseluruhan dapat dipahami intisarinya dengan cara
mahasiswa mengerjakan soal-soal berikut ini:
1.
Sebutkan apa tujuan mempelajari fungsi sistem syaraf dan otot ?
2.
Jelaskan secara garis besar tentang fungsi sistem syaraf
3.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan refleks, dan arkus refleks? sebut macammacam
refleks?
4.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan reseptor? sebutkan macam-macam reseptor,
5.
Jelaskan secara singkat tentang pusat refleks? dan sebutkan fungsinya masingmasing
6.
Jelaskan
secara
singkat
tentang
sistem
syaraf
otonom
(fungsinya,
pusat
pengontrolnya, dan pengaruhnya terhadap organ yang diinervasi)
7.
Jelaskan secara singkat rangkaian peristiwa kontraksi dan relaksasi pada otot
kerangka
8.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan hukum all or none?
9.
Jelaskan secara singkat mengapa terjadi tentang tetanus, kelelahan otot/ fatigue,
oksigen debt, rigor, rigor mortis, tonus?
Agar dapat menilai kemampuan diri dalam memahami setiap materi yang diberikan
dalam setiap pokok bahasan (BAB), maka mahasiswa harus dapat menyelesaikan soalsoal
latihan tersebut. Seadainya ada kesulitan dapat didiskusikan di dalam kuliah dan dapat
melihat kunci cara penyelesaian soal latihan, yaitu dengan mengikuti petunjuk halaman
yang digunakan untuk menyelesaikan soal.
Kunci penyelesaian soal latihan (lihat halaman)
1. (1), 2. (1), 3. (2), 4. (2,3), 5. (3), 6. (4-6), 7. (8-9), 8. (9), 9. (9-10)
Universitas Gadjah Mada
9
Download