BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Perusahaan Berdasarkan buku Profile Company (update January 2012) di library Chevron Rumbai, sebelumnya PT. Chevron Pacific Indonesia bernama PT. Caltex Pacific Indonesia. PT. Caltex Pacific Indonesia (CPI) adalah perusahaan yang memakai sistem kontraktor bagi hasil (Production Sharing Contract) dari salah satu unit usaha perusahaan minyak milik Amerika dengan nama Chevron Corporation. PT. CPI merupakan salah satu unit bisnisnya di bawah wilayah Indo Asia Business Unit yang memiliki wilayah beroperasi di Propinsi Riau. Pada awal sejarahnya dimulai bulan Maret 1924, di mana pada waktu itu dilakukan upaya pencarian minyak oleh tim geologi Chevron Corporation (saat itu bernama Standard Oil Company of CaliforniaSOCAL) yang dipimpin oleh Emerson M. Butterworth di daerah Sumatera, Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan Wilayah Papua. Kemudian pada tahun 1930, pemerintahan Hindia Belanda menyetujui permintaan Standard Oil Company of California (SOCAL) untuk memperoleh hak eksplorasi dengan cara menunjuk SOCAL sebagai minority partner dari perusahaan yang didirikan oleh pemerintahan Hindia Belanda pada Bulan 37 36 Juni 1930 dengan nama NV Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM) untuk melakukan eksplorasi di Papua. Pada tahun 1935, NPPM mendapat tawaran daerah seluas 600.000 ha di Sumatera Bagian Tengah yang belum layak dieksplorasi dan dianggap kurang memberikan harapan. Walaupun bukan daerah yang dikehendaki SOCAL, namun tawaran tersebut diterima juga. Kemudian pada tahun 1936, Chevron dan TEXACO Inc. mendirikan kelompok perusahaan minyak bersama yang dinamakan California Texas Petroleum Corporation (CALTEX). Akhirnya pemberian kontrak Caltex di Propinsi Riau pun dimulai dengan diterimanya tawaran Pemerintahan Hindia Belanda tersebut. Setelah dilakukan eksplorasi Geofisika pada Juni 1937, maka pengeboran perdana pada area Kubu-1 (1938-April 1939) pun dilakukan dan hasil diperoleh adanya temuan indikasi gas di Rantaubais. Daerahdaerah migas yang ditemukan adalah: 1. Sebanga (Agustus 1936) sebagai sumur perdana 2. Rantaubais (November 1940) 3. Duri (1941) Maka ditandatangani kontrak 5A untuk daerah Rokan I (2 April 1941) dengan pemasangan mercubor pertama di Minas-1, di mana pada waktu itu Indonesia diperintah oleh pendudukan Jepang. 37 Namun pada masa itu terjadi Perang Dunia II yang menyebabkan terhentinya seluruh kegiatan eksplorasi minyak dan meninggalkan peralatan pengeboran seharga US$ 1 Juta. Pada tahun 1944, dengan memanfaatkan peralatan yang ditinggalkan sebelumnya, tentara Jepang menyelesaikan pengeboran eksplorasi Minas 1 pada lokasi yang sebelumnya dipilih dan dipersiapkan oleh Caltex. Ini merupakan satusatunya sumur WILDCAT di Indonesia selama Perang Dunia II dengan kedalaman minyak 2623 ft (787,5 m). Setelah perang Dunia II pada tahun 1957, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk menasionalisasikan perusahaan penghasil minyak di Indonesia yang dimiliki oleh Belanda. Walaupun perintah Presiden Soekarno terbatas hanya untuk perusahaan penghasil minyak Belanda, namun secara tidak langsung keputusan itu mengancam kedudukan Caltex sebagai salah satu perusahaan penghasil minyak asing terbesar di Indonesia. Pada tahun 1950-an Caltex telah menginvestasikan modalnya lebih dari US$50 Juta di Indonesia. Selain itu ditemukan ladang minyak di Minas yang terbukti memiliki potensi sebagai penghasil minyak terbesar di dunia. Menjelang tahun 1958, produksi minyak Caltex telah mencapai 200.000 barel/hari. Lapangan Minas mulai dikembangkan oleh Caltex. Pada tanggal 20 April 1952, Menteri Perekonomian Sumanang, SH meresmikan selesainya proyek pengembangan lapangan Minas yang ditandai dengan pengapalan pertama Minas Crude Oil dari Perawang menuju Pakning di Selat Malaka untuk selanjutnya diekspor ke pasar dunia. 38 Tahun 1957, proyek perluasan I dimulai meliputi pengembangan lapangan Duri, pembangunan jalan raya dan pemasangan pipa saluran minyak dari Minas melintasi rawa ke Dumai. Proyek ini juga mencakup pengembangan stasiun-stasiun pengumpul dan stasiun pompa pusat di Duri, serta kompleks perumahan dan perbengkelan di Duri maupun di Dumai dan diresmikan pada tanggal 15 Juni 1958 oleh Menteri Perindustrian Ir. F.J.Inkiriwang. Sejak saat itu produksi Caltex diekspor melalui Dumai. Dalam rangka proyek perluasan I diselesaikan juga pembangunan jembatan ponton yang melintasi sungai Siak dan menghubungkan Pekan Baru dengan Rumbai Dengan adanya jembatan di atas sungai Siak ini terhubunglah jalan lintas pulau yang pertama di Sumatera, merentang sepanjang 500 km dari Padang ke Dumai. Upaya menasionalisasikan perusahaan minyak asing di Indonesia diatur dalam Undang-undang No. 44 tahun 1960. Berdasarkan Undangundang tersebut, ditetapkan bahwa semua kegiatan penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia hanya dilakukan oleh perusahaan minyak negara (PERTAMINA). Pada tahun 1963, PT. CPI menjadi badan hukum di Indonesia dengan pemilikan saham masing-masing 50% SOCAL dan 50% TEXACO. Pada tahun 1970, proyek perluasan II dimulai yaitu pengembangan lapangan Bangko dan Kota Batam. Dengan berlakunya Undang-undang No. 44 tahun 1960, maka wilayah NPPM yang disebut Rokan I Block dan Rokan II Block seluas 9.030 km2 dikembalikan kepada Pemerintah Republik Indonesia dan kegiatan NPPM kemudian dilanjutkan oleh PT. CPI hingga sekarang.= 39 Perjanjian PT. CPI dengan Perusahaan Negara Pertamina pada bulan September 1963 kemudian memperoleh ratifikasi DPR RI, meliputi Rokan I dan III. Pada tahun 1968 ditambahkan empat area baru (Sebanga, Minas Tenggara, Libo Tenggara, dan Libo Barat Laut), sehingga luas kerja PT. CPI seluruhnya menjadi 9.898 km2. Sejak 1983 PT.CPI berstatus sebagai Kontraktor Bagi Hasil atau Production Sharing Contract (PSC) yang beberapa wilayah konsesinya akan berakhir di tahun 2021. Saat ini kegiatan PT. CPI di Propinsi Riau meliputi kawasan sekitar 31.700km2. Pada bulan Oktober 2005, ketika terjadi penggabungan (Merger) antara Chevron dengan Unocal, PT. Caltex Pacific Indonesia resmi berganti nama menjadi PT. Chevron Pacific Indonesia. Profil Perusahaan Nama Perusahaan : PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA Alamat Perusahaan : Main Office, Kompleks PT CPI Rumbai, Pekanbaru Website : www.Chevron.com Facebook : Chevron Twitter : @Chevron 3.1.2 Visi dan Misi Perusahaan Pada bulan Januari 1992, diadakan sarasehan dengan melibatkan semua jajaran manajemen PT Chevron Pacific Indonesia yang bertujuan 40 mematangkan visi, misi, dan nilai-nilai yang dirumuskan secara tegas dan tertulis. Visi PT. Chevron Pacific Indonesia adalah “To be the global energy company most admired for its people, partnership and performance” (Diakui sebagai sebuah perusahaan kelas dunia yang bertekad untuk mencapai tingkat yang sempurna.) Untuk diakui sebagai perusahaan kelas dunia, PT. Chevron Pacific Indonesia melaksanakan apa yang disebut Continous Quality Improvement (perbaikan kualitas yang berkesinambungan). Sedangkan misi PT. Chevron Pacific Indonesia yang telah dicanangkan adalah “Sebagai mitra usaha Pertamina, PT. Chevron Pacific Indonesia secara efektif akan mencari dan mengembangkan sumberdaya minyak dan gas bumi untuk kesejahteraan bangsa Indonesia dan kepentingan pemegang saham”. Enam nilai pokok yang harus dijunjung tinggi segenap pimpinan dan karyawan PT. Chevron Pacific Indonesia adalah: 1. Memenuhi semua perundangan dan peraturan yang berlaku. 2. Menjunjung standar etika yang paling tinggi. 3. Memperlakukan karyawan sebagai sumber daya yang paling berharga. 4. Memelihara lingkungan yang sehat dan aman bagi karyawan, kontraktor, dan keluarganya. 41 5. Menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung pengembangan masyarakat. Menjadikan peningkatan mutu yang berkesinambungan sebagai falsafah hidup. 3.1.3 Logo Perusahaan Gambar 3.1: Logo Chevron (Data Base PT CPI, 2012) 3.2 Struktur Organisasi Sejak tanggal 11 Maret 1995, PT. CPI memberlakukan struktur organisasi baru yakni dari bentuk departemen menjadi Strategic Bussiness Unit (SBU) yang bersifat tim kerja sehingga dalam perusahaan seakan-akan ada perusahaanperusahaan kecil. Dalam SBU ini dibentuk unit-unit yang beranggotakan orangorang dengan disiplin ilmu dan keahlian tertentu. Dalam unit ini setiap anggota diarahkan pada kerja sama tim sebagai suatu kelompok kerja. Dengan demikian 42 dalam setiap unit terdapat sumber daya yang cukup untuk melakukan bisnis sendiri. Dengan manajemen sistem SBU ini, otonomi tiap unit menjadi makin besar (desentralisasi) sehingga diharapkan tercipta sistem kerja yang efektif. Pada awal 2002, unit pendukung produksi teknis dan unit pengelolaan lingkungan kerja yang tadinya SBU diganti menjadi Operating Unit (OU) sebagai akibat mergernya Chevron dan Texaco yang lebih dikenal dengan Indonesian Business Unit (IBU). Mulai tahun 2005 struktur organisasi PT. CPI mulai berubah lagi. Kepemimpian PT. CPI dipegang oleh seorang President Director yang berkedudukan di Jakarta. Sedangkan kepemimpinan di Sumatera dipegang oleh seorang Executive Director. Dengan struktur organisasi suatu perusahaan, maka dapat dilihat ruang lingkup kekuasaan, tugas-tugas dan hubungan yang satu dengan yang lainnya dalam organisasi PT. Chevron Pacific Indonesia sebagai perusahaan besar dengan struktur yang luas dan kompleks tetapi luwes, cepat tanggap agar dapat mengantisipasi setiap perubahan keadaan yang sangat mendesak sekalipun dan sekaligus memberi peluang yang besar bagi karyawan untuk berkembang serta berprestasi. 43 Gambar 3.2: Struktur Organisasi Pusat PT CPI (Sumber : (Data Base PT CPI, 2012) 44 Gambar 3.3: Struktur Organisasi Government & Public AFF Pusat (Sumber : Database PT CPI, 2012) 45 Gambar 3.4: Struktur Organisasi Government & Public AFF Sumatera Area (Sumber : Database PT CPI, 2012) 46 Gambar 3.5: Struktur Organisasi Government & Public AFF Rumbai (Sumber : Database PT CPI, 2012) 3.3 Lokasi dan Daerah Operasi Daerah kerja PT. CPI yang memiliki daerah eksplorasi seluas 10.000 km2 dikenal dengan nama “Kanggaroo Block” terletak di Kabupaten Bengkalis. Selain mengerjakan daerah sendiri, PT CPI juga bertindak sebagai operator bagi Calasiatic/Chevron dan Topco/Taxaco (C&T) perusahaan dimiliki oleh Chevron dan Texaco. Perjanjian C&T yang pertama berdasarkan Perjanjian Blok A, sebagai Blok D, serta Blok C pada tahun 1968 diserahkan kembali kepada Pemerintahan RI. Pengembalian daerah-daerah berikutnya dilakukan pada tahun 1973 dan 1978, sehingga kini tersisa 8314 km2 atau kira-kira 67,4% luas 47 semula. Pada Bulan Agustus 1971, C&T menandatangani Perjanjian Coastal Plains Pekanbaru Block seluas 21.975 km2. Kemudian pada bulan Januari 1975, menandatangani Perjanjian Mountain Front Kuantan Block seluas 6865 km2. Setelah dilakukan pengembalian beberapa bagian daerah kerja secara bertahap, sekarang Coastal Plain Pekanbaru tinggal 9.996 km2. Di tahun 1979 - 1991, C&T menandatangani lima perjanjian: a. Tahun 1979, Perjanjian Patungan (Join Venture) dengan Pertamina (Jambi Selatan blok B) seluas 5.826 km2 sudah dikembalikan keseluruhnya tahun 1988. b. Tahun 1981, KPS Singkarak Blok seluas 7.163 km2 di Sumatera Barat (telah dikembalikan seluruhnya pada Juni 1984) c. Tahun 1981, KPS Langsa Blok seluas 7.080 Km2 di Selat Malaka di Lepas Pantai Sumatera Utara dan Daerah Istimewa Aceh (juga telah dikembalikan seluruhnya pada Mei 1986). d. Tahun 1991, KPS Nias Blok seluas 16.116 km2. e. Perpanjangan Kontrak Karya ke dalam bentuk KPS untuk Siak Blok seluas 8.314 km2 berlaku 20 tahun sejak 28 November 1993. 3.3.1 Pembagian Distrik Untuk pengolahan wilayah yang cukup luas, maka PT. CPI membagi daerah operasinya menjadi distrik-distrik yaitu: a. Distrik Jakarta 48 Merupakan kantor pusat tempat kedudukan President & Chairman of The Managing Board untuk wilayah Indonesia b. Distrik Rumbai Merupakan kantor pusat yang menangani berbagai kegiatan untuk Seluruh wilayah Sumatera. c. Distrik Minas Merupakan lapangan penghasilan minyak jenis Sumatran Light Crude d. Distrik Duri Merupakan lapangan penghasil minyak terbesar bagi PT. CPI dan terdapatnya Duri Steam-Flat e. Distrik Dumai Merupakan pelabuhan bagi PT. CPI utnuk melakukan pengapalan minyak mentah untuk dieksport. f. Distrik Kalimantan Merupakan wilayah operasi baru bagi PT.CPI semenjak unocal bergabung dengan chevron. 49 Gambar 3.6: Daerah Operasi CPI di Sumatera (Sumber : Database PT CPI, 2012) 3.4 Bahan Baku dan Produk PT. Chevron Pacific Indonesia secara bisnis hanya bergerak di bidang eksploitasi minyak bumi. Cakupan eksploitasi adalah mulai dari evaluasi kandungan reservoir hingga memproduksinya dari dalam perut bumi. Produk yang dihasilkan oleh PT. CPI adalah minyak mentah yang akan dipasarkan di beberapa negara untuk pengolahan lebih lanjut. 3.4.1 Sarana Penunjang Operasi Sarana-sarana penunjang operasi PT. CPI antara lain: 50 a. Pembangkit tenaga listrik di Duri, Central Duri danMinas (21 generator turbin gas berkapasitas 390 MW) serta saluran transmisi dan distribusi listrik sepanjang 1.300 km dengan menggunakan sistem Hotline Maintenance yang memungkinkan dilakukannya perbaikan pada saluran-saluran listrik tegangan tinggi tanpa memutuskan aliran listrik. b. Empat buah dermaga khusus Dumai (dua diantaranya mampu melayani kapal-kapal tangki berbobot mati 150.000 ton). c. Komplek tangki penyimpanan dengan kapasitas 5,8 juta barel. d. Dua jalur pipa saluran masing-masing berdiameter 90 cm dan 75 cm pada jalur Minas-Dumai dan Bangko-Dumai. e. Saluran microwave UHF yang menghubungkan ke empat distrik, serta suatu sistem telepon dan komunikasi radio HF/VHF/UHF untuk seluruh kegiatan lapangan. f. Pemanfaatan empat saluran Sistem Komunikasi Satelit Domestik Palapa untuk hubungan dengan kantor di Jakarta. g. Layanan teleks dan elektronik mail antara Dumai-Rumbai-Jakarta dengan perusahaan pemegang saham dan perusahaan-perusahaan afiliasi di seluruh dunia melalui Satelit Palapa dan Intelsat. h. Pada akhir tahun 1968, PT. CPI memasang unit pengolah data elektronik yang pertama berupa komputer IBM 360 Model 30 dengan core capacity 64 KBytes, untuk memenuhi tuntutan 51 tersedianya sarana informasi yang akurat dan cepat, serta adanya sistem pengendalian yang efektif dalam segala segi. i. Dumai Remote Entry Shipping System (DRESS) merupakan OnLine Teleprocessing yang pertama diterapkan PT. CPI untuk mengelola pengisian dan pemompaan tangki penyimpanan dan mengatur kapal tangki di Dumai serta menyusun, membuat dan menghasilkan dokumen teleprocessing untuk Crude Movement, Storage, and Shipping. j. Jaringan Komputer yang terdiri dari IBM S/390, micro vax, IBM AS400, Servers dan Workstations. Juga didukung 4500 PC serta WAN/LAN yang berada hampir di setiap kantor yang berada di semua daerah operasi. k. Saat ini sistem komputer dan jaringan Global Information Link dengan berbasis Windows Vista Enterprise SP II Processor Inter Core Duo yang bisa menghubungkan informasi secara langsung dengan semua komputer perusahaan di bawah Chevron Corporation di seluruh dunia. 3.4.2 Sumber Daya Manusia Saat ini, PT Chevron Pacific Indonesia memiliki lebih dari 6000 tenaga kerja yang 98% diantaranya adalah berkebangsaan Indonesia. Sejak tahun 1966 52 PT. CPI telah dipimpin oleh orang Indonesia. Kini, PT. CPI telah melaksanakan proses alih teknologi dan alih keterampilan yang pada dasarnya terdiri dari tiga spek pelatihan, pertukaran dan proses komunikasi antara tenaga kerja Indonesia dan tenaga asing. Program pengembangan sumber daya manusia meliputi kursus keahlian dasar (latihan bahasa Inggris). Latihan teknik (latihan kejuruan di berbagai bidang), dan program pengembangan manajemen (kursus segi-segi manajemen dan latihan khusus para karyawan senior). Untuk menyiapkan tenaga Indonesia menduduki jabatan yang lebih tinggi dan untuk pengalihan teknologi maju dari kedua perusahaan pemegang saham sejumlah tenaga kerja Indonesia tingkat menengah ke atas, setiap tahun mengikuti training sambil bekerja di Amerika Serikat. Kesempatan latihan dan pengembangan karir terus disediakan untuk setiap karyawan. Investasi dalam sumber daya manusia merupakan inti dari filsafat PT. CPI. Sedangkan tugas-tugas dan tanggung jawab Divisi Sumber Daya Manusia: 1. Menjalankan proses srtategi pertumbuhan Sumber Daya Manusia di Perusahaan 2. Pengorganisasian Sumber Daya Manusia guna menjamin kebutuhan operasional dengan kinerja yang tinggi serta produktivitas yang berkesinambungan perusahaan. atau berkelanjutan sesuai dengan harapan 53 3.4.3 Kesejahteraan dan Keselamatan Untuk kesejahteraan karyawan PT. Chevron Pacific Indonesia menyediakan fasilitas antara lain: 1. Tunjangan khusus yang besarnya sesuai dengan daerah kerja dan golongan pekerja. Sifat tunjangan khusus ini adalah bukan merupakan unsur upah pokok. 2. Tunjangan khusus Batam. Tunjangan ini diberikan apabila pekerja dipindahkan secara permanen dan bertempat tinggal di Pulau Batam. Sifat tunjangan ini bukan merupakan unsur dari upah pokok dan besarnya sebagian dari upah pokok. 3. Fasilitas angkutan/kendaraan dari perusahaan yang dipergunakan untuk pergi dan pulang dari kantor ke tempat tinggal. 4. Bantuan pengganti biaya angkutan kecuali pekerja yang memperoleh fasilitas angkutan/kendaraan dari perusahaan. 5. Fasilitas perumahan bagi semua golongan pekerja. 6. Bantuan pengganti biaya perumahan bagi pekerja yang belum mendapat fasilitas perumahan karena terbatasnya fasilitas perumahan perusahaan yang ada, atau kepada pekerja yang atas permintaannya tinggal di luar fasilitas perumahan. 7. Perusahaan akan memberikan bantuan biaya pemeliharaan secara bersih setiap bulan menurut kelas upah pekerja kepada pekerja yang 54 sudah mengambil fasilitas pinjaman kepemilikan rumah dari perusahaan dan tidak menempati rumah perusahaan. 8. Tunjangan Hari Raya Keagamaan. 9. Jaminan selama pekerja sakit. 10. Tunjangan istirahat tahunan. 11. Bantuan perusahaan selama menjalankan ibadah haji, baik berupa ongkos naik haji, biaya pengangkutan ke tempat pemberangkatan ataupun kedatangan dan biaya pengurusan dokumen-dokumen yang diperlukan. 12. Bantuan bersalin bagi pekerja wanita atau istri pekerja yang diakui oleh perusahaan. 13. Perlengkapan kerja berupa pakaian kerja, pakaian seragam, sepatu keselamatan, jas hujan, dan jaket. 14. Biaya pengobatan dan pemeliharaan bagi pekerja yang mendapatkan kecelakaan kerja. 15. Tunjangan kematian bagi keluarga pekerja. 16. Pelayanan kesehatan gratis, berupa pemeriksaan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan bagi pekerja dan keluarganya. 17. Sarana olahraga, seperti kolam renang, fitness centre, bowling, basket, tennis, golf, dan lain-lain. 55 18. Fasilitas dan tunjangan perjalanan dinas untuk pekerja dan anggota keluarganya yang oleh perusahaan diminat untuk mendampingi/mengikuti pekerjaan tersebut. 19. Pengangkutan untuk bertemu keluarga bagi pekerja yang tinggal di dalam perusahaan dengan status lajang di tempat kerja yang baru. 20. Bantuan pendidikan bagi anak pekerja, berupa beasiswa anak pekerja di Sekolah Menengah Umum dan Perguruan Tinggi. PT. Chevron Pacific Indonesia menekankan untuk selalu mementingkan keselamatan kerja (Occupational Safety) kepada setiap karyawannya. Karyawan harus bekerja dengan penuh kesadaran dan berusaha preventif terhadap segala kemungkinan bahaya yang dapat terjadi setiap saat. PT. Chevron Pacific Indonesia menerapkan pelaksanaan program safety. Program tersebut diarahkan pada tiga sasaran, yaitu human, equipment, dan procedure dimana tiga elemen itu memiliki peran yang sama pentingnya dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman. Penerapan program safety tersebut dilaksanakan mengingat kegiatan produksi PT Chevron Pacific Indonesia mempunyai risiko yang cukup tinggi dan kemungkinan terjadinya kecelakaan sangat besar. Langkah-langkah yang diambil untuk menanamkan kesadaran dan keselamatan kerja bagi karyawannya adalah: 1. Mengadakan latihan rutin tentang keamanan dan keselamtan kerja. 2. Menghilangkan keadaan atau tindakan-tindakan yang berbahaya. 56 3. Mengadakan inspeksi, pengaturan tata ruang yang baik, dan menyediakan prosedur kerja yang tertib. 4. Mencegah dan menghindari terjadinya kecelakaan berarti menekan biaya produksi dalam penggantian alat-alat maupun pemeliharaan akibat kecelakaan kerja. PT. Chevron Pacific Indonesia mempunyai komitmen untuk selalu mematuhi setiap peraturan hukum pemerintah, menjaga standar etika, menyadari bahwa pekerja merupakan sumber daya yang tak ternilai, menjaga lingkungan hidup, dan menopang masyarakat sekitar serta menerapkan perbaikan kualitas kehidupan sebagai filosofinya. PT. Chevron Pacific Indonesia sangat memperhatikan keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungannya. Hal tersebut tertuang dalam filosofinya yaitu “To be recognized as a leader in Safety”. Setelah 17 tahun berproduksi, pada tanggal 4 Mei 1969, lapangan Minas mencapai jumlah produksi akumulatif satu miliar barel yang pertama, dan menjadi lapangan raksasa pertama di Asia di sebelah timur Iran dan ke-22 di Dunia. Hingga akhir tahun 2008, produksi akumulatif lapangan Minas telah melebihi sebelas miliar barel. Minas crude oil digemari oleh negara-negara industri karena kadar belerangnya sangat rendah. Selama tahun 1951-1956, meskipun pengeboran eksplorasi menghasilkan 7 temuan, namun yang berproduksi hanya lapangan Minas dan Duri karena iklim politik RI pada saat itu tidak mendukung 57 penanaman modal. Ada beberapa cara yang dilakukan untuk meningkatkan produksi minyak yang cenderung terus menurun, diantaranya yang dilakukan adalah: 1. Menginjeksi air yang dilakukan di distrik Bekasap 2. Menginjeksi air panas yang dilakukan di distrik Minas dan Zamrud 3. Menginjeksi uap air yang dilakukan di distrik Duri. Teknologi injeksi uap (steam flooding) mulai diterapkan pada tahun 1981 di Lapangan Duri sebagai usaha peningkatan produksi minyak bumi yang mempunyai viskositas yang tinggi. Kegiatan Proyek yang dikenal dengan nama Duri Steam Flood (DSF) ini terus berlangsung dan merupakan proyek injeksi uap terbesar di dunia. Kini area III dan IV tengah berlangsung sistem produksi penginjeksian dengan pola tujuh titik (seven spot pattern) di mana satu sumur injeksi dikelilingi oleh enam sumur produksi yang mana jika telah selesai akan meliputi areal seluas 6.600 Ha. Daerah ini akan dikembangkan secara bertahap menjadi belasan area dengan luas masing-masing 100 sampai 600 Ha. Sampai tahun 1990, PT. CPI telah mengebor 3.660 sumur, 3.094 sumur diantaranya dibor sejak tahun 1966. PT. CPI saat itu masih menggunakan menara bor yang dapat diangkut dengan helikopter namun pada perkembangannya di mana jalan darat sudah banyak dibuat, maka menara bor model angkut darat dipakai untuk pengeboran-pengeboran eksplorasi dan pengembangan. Setiap tahun dapat diselesaikan kira-kira 58 215 hingga 525 sumur eksplorasi dan pengembangan. Hingga akhir tahun 1990, jumlah produksi PT. CPI sejak tahun 1952 telah mencapai lebih dari tujuh miliar barel, berasal dari 3.237 sumur yang tersebar di 96 lapangan. Program penyuntikan air (water flooding) di Lapangan Minas dimulai tahun 1970. Air yang tersedot waktu pemompaan minyak disuntikkan kembali ke dalam tanah sebanyak tiga juta barel sehari. Proses injeksi air lainnya dilaksanakan di Lapangan KotaBatak sejak tahun 1974 dengan penyuntikan rata-rata 32.000 barel sehari. Sementara itu, terus dikembangkan Enhanced Oil Recovery (EOR) yang lain untuk memungkinkan pengambilan cadangan minyak yang tidak bisa diambil dengan metode primer serta memperbaiki faktor perolehan selain juga untuk menahan merosotnya laju produksi lapangan-lapangan yang mulai menua. Menyusul keberhasilan proyek perintis di 8 Lapangan Duri, pada tahun 1981 dimulai penerapan penyuntikan uap panas di seluruh lapangan Duri. Penyuntikan uap di area 1 kira-kira seluas 1.157 hektar sejak April 1985, di area 2 seluas 247 hektar sejak 1986, di area 3 seluas 1.457 hektar pada tahun 1987 dan pembangunan sarana produksi di area 4 degan seluas 1.140 hektar. Pada tanggal 3 Maret 1990 diresmikan proyek Injeksi Uap (Steam Injection) Duri yang merupakan proyek injeksi uap terbesar di dunia. 59 3.5 Prosedur Yang Berlaku Local Business Development (LBD) PT Chevron Pacific Indonesia (CPI), perusahaan minyak bumi terbesar di Indonesia ini menjalankan filosofi “Tumbuh Dan Berkembang Bersama Masyarakat”. Pada awal produksinya di Riau, CPI memfokukskan kegiatan sosial pada pengembangan infrastuktur di daerah hutan rawa terpencil di area operasinya. Pada tahun 2005, CPI membuat penyesuain program CSRnya untuk mengikuti perkembangan daerah dan perubahan organisasi Chevron Corporation. Program yang sebelumnya disebut dengan CD (community development atau pengembangan masyarakat) ini berganti istilah menjadi CE (community enggament atau pelibatan masyarakat). Program CE merupakan bagian dan bentuk dari kegiatan Corporate Social Responsibility yang terus dikembangkan hingga kini. Local Business Development adalah program yang bertujuan mengembangkan masyarakat lokal dalam bidang ekonomi. Program Bantuan Pengembangan Ternak Untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat PT Chevron Pacific Indonesia memberikan program bantuan pengembangan ternak. Jenis program sudah dilakukan oleh PT Chevron Pacific Indonesia sejak tahun 2001. Program ini memiliki prosedur tersendiri dalam melakukan kegiatannya. Masyarakat diberikan informasi terhadap program ini, dan bagi masyarakat yang ingin mendapatkan program tersebut wajib mengirimkan 60 proposal dan bisnis plannya terhadap kegiatan peternakan yang ingin mereka jalankan. Setelah perusahaan menerima proposal yang masuk maka selanjutnya masuk lah langkah dimana proposal tersebut dipelajari kemudian melakukan survey ke lahan tempat program akan dijalankan. Bentuk bantuan yang akan diberikan ke pada masyarakat nanti adalah pelatihan tentang pertenakan, biaya operasional dan bibit dari hewan ternak tersebut. Perusahaan juga membantu hingga penyaluran hasil ternaknya nanti. Agar berkesinambungan, program bantuan ternak ini bertumpu pada penguatan potensi masyarakat dan mengembangkannya dengan sebaik-baiknya agar mereka bisa mandiri dan, pada gilirannya, membantu anggota masyarakat lainnya yang membutuhkan. 3.6 Metode Penelitian Penelitian permasalahan kualitatif atau memiliki fenomena bertujuan dengan untuk menjelaskan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data-data. Penelitian tidak mengutamakan besarnya sampling atau populasi bahkan apabila samplingnya sangat terbatas sekalipun. Jika data yang sudah terkumpul cukup mendalam dan bisa menjelaskan fenomena atau permasalahan yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lain. Lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas data). (Kriyantono. 2006: 56) 61 3.6.1 Metode Pengumpulan Data 3.6.1.1 Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan pertama di lapangan. Sumber data ini bisa responden atau subjek riset, dari hasil wawancara dan observasi. (Kriyantono. 2006: 41) a. Metode Wawancara Semi-terstruktur (Semistructured Interview) Pada penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan metode wawancara semistrutktur. Dalam wawancara semiterstruktur biasanya pewawancara sudah memiliki daftar pertanyaan tertulis namun memungkinkan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara bebas, yang berhubungan dengan permasalahan. Artinya, wawancara dilakukan secara bebas tapi dengan tetap berada pada koridor pokok permasalahan yang akan ditanyakan dan telah disiapkan sebelumnya. (Kriyantono. 2006: 99) Batasan permasalahan dan ruang lingkup yang telah ditentukan sebelumnya dijadikan landasan dalam melakukan wawancara, namun kemudian peneliti dapat mengembangkan pertanyaan sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga dimungkinkan mendapatkan data yang lebih lengkap. 62 Informan atau narasumber pada penelitian ini penulis bagi menjadi 2, yaitu narasumber internal yang merupakan pihak dari perusahaan sebanyak 3 orang dan narasumber eksternal, yaitu dari kalangan masyarakat yang mendapatkan atau terlibat dalam kegiatan Corporate Social Responsibility PT Chevron Pacific Indonesia sebanyak 3 orang. Adapun pihak-pihak dari perusahaan yang akan diwawancara adalah sebagai berikut : 1. Imamul Ashuri, Manager dari Dept Public Government & Public Affair Rumbai PT Chevron pacific Indonesia. Alasan pemilihannya adalah sehubungan dengan posisi beliau sebagai manager yang dapat memberikan pengaruh terhadap penentuan kegiatan Corporate Social Responsibility yang akan dilakukan. Sehingga diasumsikan kredibel dalam memberikan data atau informasi. 2. Sudarman Umar, Government Specialist Staff . Alasan pemilihannya adalah karena beliau adalah karyawan senior di Dept Public Government & Public Affair Rumbai, sehingga pengalaman beliau cukup banyak. Posisi beliau yang berhungan dengan pemerintah terutama untuk kegiatan sosial. Karena kegiatan Corporate Social banyaknya Responsibility kepada masyarakat yang diajukan melalui pemerintah. Oleh 63 sebab itu Sudarman Umar dirasa perlu mendapatkan informasi darinya. 3. Amrizal Amir, Community Engagement (CE) Staff. Alasan pemilihannya adalah sehubungan dengan tugas dari CE yang langsung berhubungan dengan masyarakat. Sehingga sesuai dengan penelitian tentang bagaimana perusahaan menjaga hubungan baik dengan masyarakat. Sehingga Amrizal Amir kredibel dalam memberikan informasi. Sedangkan narasumber eksternalnya adalah sebagai berikut: 1. Denny Satria, masyarakat yang tinggal disekitar lokasi bantuan pengembangan ternak yang dilakukan oleh PT Chevron Pacific Indonesia. Pekerjaannya sebagai seorang pendidik dapat menambah informasi yang baik terhadap hasil penelitian. 2. Rozy Rusade, masyarakat yang mendapat bantuan pengembangan ternak dari PT Chevron Pacific Indonesia. Alasan memilih adalah karena Rozy dapat memberikan pandangan terhadap kegiatan Corporate Social Responsibility yang sedang dilakukan. b. Metode Observasi (Observation) Metode observasi adalah metode dimana peneliti mengamati secara langsung objek yang diteliti. Yang 64 diobservasi adalah interaksi (perilaku) dan percakapan yang terjadi diantara subjek yang diteliti. Sehingga keunggulan metode ini adalah data yang dikumpulkan dalam dua bentuk, interaksi dan percakapan, artinya selain perilaku nonverbal juga mencakup perilaku verbal dari orang-orang yang diamati. Ini mencakup antara lain apa saja yang dilakukan, serta benda-benda apa yang mereka buat atau gunakan dalam interaksi sehari-hari. (Kriyantono. 2006: 108). Jenis observasi partisipasi yang digunakan adalah observasi partisipasi tidak berstruktur, yaitu jenis observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini, yang terpenting adalah pengamat harus menguasai ‘ilmu’ tentang objek yang hendak diamati secara umum. (Ardianto. 2010: 166). Pada penelitian ini, peneliti tidak menjadi bagian langsung dari tim observasi, peneliti hanya ikut dan mengamati secara acak objek observasi. Metode observasi ini memungkinkan peneliti untuk melakukan improvisasi pada objek penelitian sehingga memberi data pendukung tambahan dari objek yang diteliti Peneliti menggunakan metode observasi karena peneliti mendapatkan izin untuk melakukan penelitian dan dilibatkan dalam persiapan atau meeting staff policy government and public affair (PGPA) PT Chevron Pacific Indonesia. Peneliti juga langsung datang kelokasi 65 perusahaan di Propinsi Riau dan juga mendatangi lokasi kegiatan corporate sosial responsibility dari perusahaan. Peneliti melakukan observasi dari bulan Oktober sampai November 2012. Dari observasi yang dilakukan, peneliti melakukan beberapa hal. Yaitu : Ikut serta dalam beberapa kegiatan internal di kantor Department policy government and public affairs. Mengunjungi orang-orang yang menjadi peserta program community relations melalui kegiatan corporate social responsibility dan lokasi yang dijadikan sebagai tempat program tersebut dilakukan. Saat mengunjungi orang-orang tersebut, penulis melakukan wawancara dan foto-foto dokumentasi lokasi-lokasi program yang dilakukan. 3.6.1.2 Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang didapat dari sumber kedua atau sumber sekunder. Data sekunder memiliki sifat untuk melengkapi data primer, kita dituntut untuk teliti atau menyeleksi data sekunder yang akan digunakan agar jangan sampai data tersebut tidak sesuai dengan tujuan riset kita atau mungkin terlalu banyak. Selain melengkapi, data sekunder juga dapat membantu periset bila data primer terbatas atau sulit diperoleh. (Kriyantono. 2006: 42) 66 Pada penelitian ini, data sekunder yang peneliti gunakan yaitu beberapa buku dan dokumentasi di lapangan terhadap objek yang peneliti anggap dapat melengkapi dan membantu peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini dan dokumentasi perusahaan berupa foto dari kegiatan Corporate Social Responsibility PT Chevron Pacific Indonesia. Dalam penelitian ini, peneliti menambahkan dokumentasi sebagai bahan untuk mendukung data hasil penelitian yang peneliti dapatkan. Sokumentasi tersebut berupa : 1. Foto saat wawancara dengan narasumber 2. Foto hasil-hasil program corporate social responsibility PT Chevron Pacific Indonesia. 3.6.2 Metode Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan teknik sampel snowball sampling. Teknik snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperi bola salju yang menggelinding lama-lama menjadi besar. (Sigiyono, 2009: 219). 67 Penilti mengunakan teknik pengambilan sampel snowball, karena pada penilitian ini menggunakan sumber data dari beberapa informan dalam mendapatkan hasil penelitian yang akurat, maksimal dan valid. 3.6.3 Teknik Validitas data Pada penelitian ini peneliti menggunakan validitas trustworthiness. Validitas trustworthiness yaitu menguji kebenaran dengan kejujuran subjek dalam mengungkap realitas menurut apa yang dialami, dirasakan atau dibayangkan. (Kriyantono, 2006: 71) Peneliti juga menggunakan analisis triangulasi, yaitu dengan menganalisa jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya dengan menggunakan data empiris (sumber data lainnya yang tersedia). (Kriyantono, 2006: 71) Peneliti menggunakan triangulasi metode, karna peneliti mengunakan 3 sumber dalam penelitian, yaitu wawancara dengan pihak internal PT Chevron Pacific Indonesia, dan masyarkat Riau,. Peneliti juga melakukan observasi, triangulasi dan dokumentasi kegiatan Corporate Social Responsibility dari PT Chevron Pacific Indonesia. 3.6.4 Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian kualitatif harus dimulai sejak awal. Data yang diperoleh harus segera dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis. Prosedur analisis data kualitatif dibagi dalam tiga langkah : 68 a. Reduksi Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memfokuskan, mebuang, menyusun data dalam suatu cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan. Sebagaimana pengumpula data berproses, terdapat beberapa bagian selanjutnya dari reduksi data, yaitu membuat rangkuman, membuat tema-tema, membaut gugus-gugus, membuat pemisahan dan menulis memomemo. b. Model data (display data) Kita mendefinisikan model sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan. c. Penarikan/ verifikasi kesimpulan Dari permulaan pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai memutuskan apakah makna sesuatu, mencatat keteraturan, polapola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat dan proposisi-proposisi. (Ardianto. 2010: 223) 3.7 Permasalahan yang ada Pada penelitian ini permasalahan ada pada bagaimana perusahaan melalui kegiatan corporate social responsibility membangun dan menjaga hubungan baik dengan masyarakat. Dimana yang kita ketahui sebelumnya perusahaan 69 tambang seperti Chevron sangat berinteraksi langsung dengan lingkungan masyarakat. Oleh sebab itu kegiatan corporate social responsibility ini dilaksanakan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat di daerah operasi perusahaan. Sehingga selain memberikan citra positif juga untuk perusahaan, masyarakat juga mendapatkan kesejahteraan. 3.8 Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan kerangka berpikir yang sudah penulis susun sebelumnya, penulis akan menganalisa kegiatan Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh PT Chevron Pacific Indonesia dan juga menganalisa data primer dan sekunder yang telah didapat. Kemudian penulis baru dapat mengetahui apakah program Community Relations yang telah dijalankan dapat memberikan relasi yang baik antara perusahaan dan masyarakat. Setelah hal ini semua barulah didapat hasil penelitian dan kesimpulan yang menjawab pokok permasalah dari penelitian.