HUBUNGAN ANTARA PLOTTING DENGAN RELASI ANTAR WARGA DSP Disusun oleh: Lauren Justicia (@laurn_jstc) C1599969 Jurusan Exorcist Durmstrang Institute and Persona RP 2016 DAFTAR ISI Kata Pengantar Bab I – Latar Belakang Bab II – Pembahasan Bab III – Kesimpulan Daftar Pustaka Kata pengantar Sebelum kita berjalan lebih dalam, marilah kita panjatkan puji dan syukur atas segala berkat dan penyertaannya selama proses pembuatan Tugas Akhir ini, mulai dari awal hingga selesai segala isinya. Semoga saja, tugas akhir ini bisa menjadi pedoman dan inspirasi bagi semua murid DSP. Karya ilmiah ini dibuat untuk memenuhi syarat kelulusan, yaitu tugas akhir. Karya ilmiah ini pun tak hanya sebagai syarat kelulusan belaka, melainkan juga sebagai salah satu jalan untuk memahami muridmurid melalui cara mereka berinteraksi, dimana salah satu interaksi yang paling sering dilakukan adalah plotting. Beserta dengan karya ilmiah ini pula, saya hendak mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan tugas akhir ini, yaitu: 1. Erald sensei selaku kepala sekolah DSP 2. Asher sensei selaku kepala sekolah saya dulu di xZa sebelum merger. 3. Adriell sensei selaku pembina tugas akhir saya. 4. Hiro sensei dan Neued sensei selaku headmasters saya di Katzenaugen. 5. Zafran sensei dan Profs Jake selaku headmasters saya saat pertama kali di Katzenaugen. 6. Para sensei yang sudah mengajar saya sejak grade 1 sampai grade 6 ini, yang namanya tak bisa saya sebutkan satu persatu. 7. Teman-teman exorcist, terutama meister Aria. 8. Teman-teman di Katzenaugen, baik yang masih bertahan maupun yang sudah drop out. Harapan saya, semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat bagi semua yang membaca, tak hanya terbatas bagi pihak DSP saja. Terutama bagi DSP, karya ilmiah ini ditulis atas pengamatan dalam kegiatan kelas, dan karena itu semoga saja karya ilmiah ini bisa bermanfaat bagi para sensei dan profs maupun para murid untuk memahami satu sama lain. Saya juga menyadari masih banyak kesalahan dan opini pribadi dalam karya ilmiah ini. Karena itu, saya hendak memohon maaf apabila terdapat kekurangan atau kata-kata yang kurang berkenan di hati. Kiranya hal-hal itu dimaklumi dan menjadi pembelajaran lagi untuk kita semua kedepannya. Wynegard Town, 24 Januari 2016 Tertanda, Lauren Justicia Bab I Latar belakang Durmstrang Institute-Persona RP adalah sekolah para twitter-roleplayer. Disini, para RP-er menjadi murid akademi. Murid-murid ini akan didampingi oleh para profs dan sensei yang menjadi bapak-ibu guru mereka. Para murid bisa mengikuti kelas, berinteraksi dengan sesama murid, guru, dan staf, seperti kegiatan sekolah pada umumnya. Durm-Sona sendiri merupakan gabungan tiga buah konsep, yaitu : Asrama Durmstrang (Harry Potter) Shin Megami Tensei (Persona) series Fatal Frame-Ao No Exorcist Untuk masuk ke DSP, cukup mengisi sebuah kontrak yang telah disediakan. Setelah kontrak tersebut dikirim ke bagian Sorting Knife, calon murid akan diberi ID. ID ini digunakan untuk pendataan, absen kelas, ujian, dan mengetahui seberapa banyak crystal yang dimiliki. Model kontrak DSP Setelah mendapat ID dan asrama, para calon siswa yang sudah menjadi siswa resmi berhak mengikuti semua kelas dalam jadwal DSP. Selama satu minggu. Selama satu minggu inilah, para siswa akan memikirkan mereka akan masuk ke jurusan apa – Wizards (A), P-user (B), atau Excorcist (C). Jika mereka sudah menentukan jurusannya, para siswa akan melapor ke perfect mereka dan mereka tinggal mengikuti kelas sesuai jurusan mereka sampai lulus. Selain kelas-kelas biasa dan ekstrakurikuler, ada juga kegiatan lainnya, seperti explore, DSNo, dan klub jurusan. Dari kegiatan-kegiatan ini, tentu kita bisa melihat kalau sebagian besar, bahkan hampir semua kegiatan ini membutuhkan kerjasama dan komunikasi yang baik. Disinilah karakter siswa dibutuhkan, bagaimana mereka berbicara, bersikap, dan memahami satu sama lain. Bagaimana keaktifan mereka di kelas, ketanggapan mereka akan tugas yang diberikan, juga akan berpengaruh besar pada kehidupan sekolah mereka. Semua hal ini bisa kita lihat dalam satu aktivitas yang tidak penah tertulis, tapi sudah jadi kebiasaan : plotting. Secara garis besar, plotting bisa dikatakan sebagai kejadian yang membentuk sebuah jalan cerita sendiri tentang apa yang dilakukan oleh sang tokoh, disini adalah sang roleplayer. Jenis plotting ada banyak; ada canon, crack, action, fluffy, juga smut dan R-18. Plotting bisa dilakukan dengan storyline yang sudah direncanakan, atau tergantung reaksi spontan para pelaku. Di DSP sendiri, biasanya plot dilakukan berdasarkan kelas atau event yang diikuti, quest, atau sekedar plotting biasa tanpa tujuan tertentu. Plotting di DSP pun bukan tipe plot yang direncanakan (kecuali quest), melainkan dari kespontanan para roleplayer dengan mengikuti in character mereka. Meski sedikit, plotting ini juga mempengaruhi reward para murid di kelas. Lantas, apakah hubungan antara kegiatan plotting ini dengan hubungan antar siswa? Bukankah plot hanya sekedar ‘pelengkap’ saat kegiatan di sekolah? Sebesar itukah peran plot? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, saya akan membahas sedikit opini dan pengamatan saya tentang hubungan antara plot dengan hubungan antar siswa ini. Yang saya harapkan dari pengamatan ini adalah, kita sebagai keluarga besar DSP bisa memahami satu sama lain hanya dengan melihat gaya plot atau gaya bicaranya, sehingga tak ada pertikaian yang ditimbulkan karena first impression yang salah. Baik itu bagaimana guru memahami murid, murid memahami gaya mengajar guru, antara murid dengan murid, bahkan antara sensei dan profs pun bisa menjadi semakin harmonis dengan pemahaman ini. Bab II Pembahasan Seperti yang sudah disebutkan diatas, plotting merupakan salah satu bentuk interaksi yang cukup mendominasi kegiatan roleplayer, tidak hanya di DSP tapi juga hampir seluruh dunia roleplay. Dalam plotting, biasanya para roleplayer, atau di DSP bisa menjadi professor, sensei, dan murid, menjadi pelaku dalam sebuah kegiatan. Ada juga yang sekaligus menjadi narrator dalam plottingnya. Bagaimana plotting itu dilakukan? Ada banyak caranya. Rata-rata, plotting dimulai dengan menyebutkan latar tempat dan waktu, lalu dilanjutkan dengan pengenalan atau orientasi. Lalu, perlahan-lahan, plot mulai mengarah ke komplikasi atau tujuan plot. Plot terus berlanjut sampai tujuan plot itu selesai. Diantara narasi, juga sering diselipkan dialog-dialog yang mendukung plot. Plot yang seperti ini terlihat seperti rangkaian sinopsis drama atau cerpen, hanya saja tidak ada klimaks dan cenderung datar. Ada juga cara yang lain lagi, yaitu hanya dengan menyebutkan aksi yang dilakukan. Setiap aksi diawali dan diakhiri dengan tanda bintang atau garis miring. Aksi yang dilakukan cenderung sementara, juga sering diselipkan dialog pendek yang menggambarkan apa yang sedang terjadi atau apa yang dilakukan. Ucapan dalam hati pun juga sering muncul selain dialog. Plot yang seperti ini cenderung simpel dan pendek, namun tetap bisa dimengerti. Baik plot yang cara pertama maupun kedua, keduanya sama-sama sering terpengaruh oleh improvisasi sang roleplayer, terutama roleplay OC (original character). Salah satu hal yang khas tentang plot adalah kita bisa melihat seperti apa seorang roleplayer dari plot yang dilakukannya. Seperti yang sudah disebutkan diatas, plot sering terpengaruh oleh improvisasi sang roleplayer. Improvisasi inilah yang memberi warna tersendiri bagi setiap plot. Bersama dengan gaya plotnya, gaya bahasanya, improvisasi akan menunjukkan kepribadian roleplayernya, apa yang ada di pikirannya, dan sebagainya. Dalam dunia roleplay biasa, hal ini kurang menonjol. Namun di akademi atau sekolah roleplay seperti DSP, hal ini akan menjadi mencolok. Dalam akademi atau sekolah, ada peraturan yang harus diikuti. Baik itu peraturan lisan maupun tertulis, peraturan-peraturan itu akan mengatur kegiatan-kegiatan di DSP supaya berjalan lancar. Setiap orang punya caranya sendiri-sendiri untuk mengikuti aturan,kebiasaan, dan norma tersebut. Cara mereka mengikuti aturan inilah yang menunjukkan kepribadian murid, sensei, atau profesornya. Apakah ia pendiam, supel, pemalu, perfeksionis, dan lain sebagainya. Kepribadian ini semakin terlihat saat mereka plotting dengan orang lain. Bagaimana sikapnya kepada senior, sikapnya kepada para guru, sikapnya pada teman sebaya, junior, atau teman dekat, mungkin bisa berbeda-beda. Contohnya, seorang murid yang sangat sopan pada gurunya, ternyata sangat suka becanda dengan sahabatnya. Atau ada juga yang supel dengan gurunya, tapi kaku dengan temannya. Bisa juga ada yang pendiam, sampai-sampai dengan siapapun gayanya selalu sama. Singkatnya, plotting bisa menunjukkan kepribadian dan sifat roleplayernya. Pengaruhnya dalam Interaksi di Sekolah (Analisis) Seringkali, kita mendapati dikalangan murid, bahkan kadang-kadang juga dikalangan sensei dan professor, ada pertikaian antara dua orang atau lebih. Pertikaian ini, salah satu penyebabnya adalah first impression atau kesan pertama yang salah. Bukan tak mungkin kalau seseorang, sebut saja A, tiba-tiba menyinggung perasaan B, karena A berpikir kalau B itu begini, begitu. Saat B ingin minta maaf atau sekedar bicara, B tidak sengaja membuat A tambah tidak suka padanya karena B membuat A merasa lebih direndahkan, bahasa B terlalu kasar, dan alin sebagainya. Biasanya, masalah ini bisa selesai jika salah satu pihak mau mengerti atau ditengahi oleh orang yang lebih senior, contohnya headmaster, headmistress, atau principal. Namun, jika memang tak tertolong lagi, bukan tak mungkin kalau ada salah satu yang dikeluarkan dari sekolah, bahkan bisa saja semua pihak yang terlibat di drop out. Tentu hal ini sangat disayangkan. Karena, biasanya, jika ada yang dikeluarkan seperti ini, akan tercipta semacam ‘perang dingin’ antara pihak-pihak yang berselisih. Tak apa jika bisa diperbaiki lagi hubungannya, tetapi kalau tidak? Disinilah kemampuan mereka yang lebih dewasa dan harusnya mengayomi bawahannya akan dipertanyakan, seperti para sensei, professor, headmaster-headmistress, principal, bahkan juga perfect dan vice perfectnya. Padahal, kalau diteliti lagi, kebanyakan masalah tersebut dimulai dari perbedaan pandangan, pendapat, atau prinsip. Jika perbedaan ini dibarengi dengan first impression yang salah seperti yang disebutkan diatas dan tidak ada pengertian antara pihak-pihak yang berselisih, jadilah perselisihan. Kalau hanya terjadi satu-dua kali, itu adalah hal yang wajar. Tapi kalau sampai berkali-kali, apalagi kalau orangnya sama, tentu tidak bisa lagi ditolerir lagi. Nah, disinilah plotting akan berperan. Saat pertama kali berkenalan dengan orang baru, ada baiknya kita mencoba berbicara dengan dia. Bagaimana bahasanya, gayanya? Lihat juga bagaimana dia berinteraksi dengan orang lain. Mungkin dia orangnya pemalu kepada yang lebih tua, tapi menganggap juniornya adalah adik kandungnya? Atau mungkin terbalik, atau yang lain lagi? Melalui plottingnya, kita bisa melihat seperti apa dia dan menarik kesimpulan sendiri dia orangnya seperti apa. Dan jangan berhenti disitu – dengan kesimpulan yang kita dapat tadi, kita harus mencoba mengerti dia. Terutama dari yang lebih senior kepada yang lebih junior, sehingga para senior ini bisa mengayomi adik-adiknya. Begitu juga dari yang lebih junior kepada yang lebih senior, supaya bisa mengerti kakak-kakaknya dan belajar untuk mengayomi juga nantinya. Bukan tidak mungkin, hanya dengan membaca plotnya, berbagai macam kesalah pahaman bisa dihindari. Apa Kata Mereka? (Survey) Atas dasar analisis tadi, saya mengadakan survey kecil-kecilan di kalangan para murid. Total pertanyaan yang diajukan adalah lima pertanyaan, dengan jumlah total responden 13 orang (9 orang menjawab semua pertanyaan,3 orang hanya dua pertanyaan pertama,1 orang hanya menjawab satu pertanyaan pertama). Berikut ini adalah pertanyaan sekaligus jawaban yang diberikan Di pertanyaan pertama, ada yang menjawab kalau seseorang ramah padanya, ia juga akan ramah. Begitu pun sebaliknya. Pada pertanyaan kedua, ada yang menjawab kalau terkadang, sebelum kita pernah bicara atau plotting dengan orang-orang dimasyarakat kita, kita belum mengenal baik orang-orang dimasyarakat kita seperti apa. Jadi, lebih baik diawali sikap sopan. Pada pertanyaan ketiga ini, kebanyakan responden menilai plot seseorang dari tata bahasa, diksi, keseriusan, dan durasi membalas, Salah seorang dari responden mengamati sampai ejaan dan tanda baca pada kalimat plot, juga efektif atau tidaknya kalimat plot. Responden yang menjawab tidak pernah berpendapat kalau plot hanyalah cerita, bukan sesungguhnya orang itu. Di pertanyaan keempat, ada yang berpendapat kalau first impression kita tentang seseorang sebelum plot belum tentu benar. sehingga ia menarik kesimpulan dari plot itu. Beberapa responden juga menyebutkan alasan mereka mengapa mereka menarik kesimpulan, bukan hanya sekedar menilai saja. Ada yang menjawab untuk memudahkan mereka bersosialisasi dengan orang itu, ada yang untuk menentukan seperti apa orang itu dari cara mereka mengendalikan suasana saat plot. Lalu pada pertanyaan kelima, yaitu Orang yang plotnya pendek-pendek, dengan yang plotnya panjang, bagaimana mereka di mata kalian?, dijawab dengan beragam pendapat oleh para responden. Inilah beberapa jawaban mereka: “Kalau pendek, terkesan malas atau bosan plot dengan kita.” “Kalau panjang, ia detail dan rajin. Kalau pendek, orangnya easy-going.” “Tergantung, sesuai kondisi. Yang pendek belum tentu jelek, yang panjang pun belum tentu bagus.” “Yang pendek biasanya kurang bisa mendeskripsikan keadaan atau kurang niat, juga dingin. Kalau yang panjang sebaliknya.” “Biasa saja. Keduanya sama saja.” “Biasanya, yang jawabnya pendek itu akhir-akhirnya drop plot.” Dari jawaban-jawaban diatas, bisa kita ketahui kalau plotting mempunyai pengaruh besar dalam hubungan antar warga DSP, dalam hal ini murid. Pengaruh paling besar adalah dalam hal kesan yang timbul di pikiran para responden, yang secara tidak langsung juga mempengaruhi sikap mereka pada lawan interaksi mereka, contohnya adalah yang lebih baik bersikap sopan dahulu. Apa yang dinilai mereka dalam sebuah plot pun tak terbatas pada hal-hal yang kelihatan jelas seperti tata bahasa, ejaan, atau diksi, tapi juga sampai hal-hal yang hanya bisa dirasakan, seperti keseriusan, suasana, bahkan sampai seberapa panjangnya sebuah plot. Dan dari plot yang mereka lihat ini, mereka juga menarik kesimpulan sendiri. Tentu mereka yang menjawab menarik kesimpulan ini takkan menarik kesimpulan kalau bagi mereka, hal itu bukanlah hal yang penting buat mereka. Dan kesimpulan-kesimpulan yang mereka ambil ini juga tidak hanya menjadi pendapat mereka saja, tapi juga sebagai modal untuk berinteraksi dengan orang itu, supaya kedua belah pihak sama-sama merasa nyaman. Bab III Kesimpulan Melalui pembahasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa: 1. Dalam banyak situasi, plotting menunjukkan kepribadian seseorang. 2. Kesalah pahaman rawan terjadi karena first impression yang salah 3. Bagi kebanyakan murid di DSP, plot merupakan bagian penting yang berpengaruh dalam kehidupan mereka di DSP. 4. Melalui plotting, kita bisa menilai & memahami orang lain, serta meminimalisir perselisihan. Saran saya pribadi, ada baiknya kita sadar kalau kita akan terus bertemu dengan orang baru, dan setiap orang tentu akan berubah. Sehingga, kita harus selalu siap bersikap cerdas untuk menghadapi berbagai macam orang yang bisa saja berbeda dengan kita, Dan satu hal yang juga perlu diingat adalah, kita hidup di masyarakat. Menjaga hubungan baik antar anggota masyarakat, terutama dalam hal ini adalah masyarakat DSP adalah tanggung jawab kita semua. Karena itu, saling memahami, mengerti, dan membawa diri dengan baik bukan hanya tugas satu pihak, melainkan tugas semua orang. DAFTAR PUSTAKA Tugas Akhir tahun-tahun sebelumnya di perpustakaan DSP durmstranginprpschool.weebly.com https://roleplayerthought.wordpress.com/2014/12/20/istilah-dalam-dunia-roleplay/