FESES BERLENDIR DAN BERDARAH N A M A : I VA N A E S T E R KELOMPOK: 11 B MIND MAPPING Feses Berlendir dan Berdarah Epidemiologi Gejala Klinis dan Patofisiologi Diagnosis Tata Laksana Prognosis dan Edukasi EPIDEMIOLOGI EPIDEMIOLOGI • Di dunia sekurangnya 200 juta kasus dan 650.000 kematian terjadi akibat disentri basiler pada anak-anak dibawah umur 5 tahun. Hasil penelitian yang dilakukan dibeberapa rumah sakit di Indonesia dari Juni 1998 sampai dengan November 1999, dari 3848 orang penderita diare berat, ditemukan 5% ETIOLOGI DISENTRI • • • • Faktor lingkungan Faktor makanan & minuman Faktor malabsorpsi Faktor infeksi : 1. amoeba (Entamoeba hystolitica) 2. basiler (Shigella Disentri) Disentri Amoebica Disentri Bacilaris Penyebab Entamoeba Histolitika Shigela Disentri Dimulai Tidak dengan tiba-tiba dan Dengan hebat dan tiba-tiba hebat Panas Tidak ada Ada Buang Air Tidak sering kali, tidak banyak Terlalu Besar sering, lebih banyak darah dan lender dan baunya darah, lender dan nanah, tidak amat busuk bau busuk. Berjangkitnya Tidak berat dan tidak secara Hebat dan sering secara wabah wabah Diagnosa Dapat dengan mikroskop Menghendaki pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium. Prognosis Pada penyakit tergantung pada endokrin Pada bentuk penyakit kematian dasarnya. Pada penyebab obat- mendapat obatan tergantung kemampuan Pada menghindari pemakaian obat. kema berat tinggi, pengobatan bentuk sedang angka kecuali dini. angka GEJALA KLINIS DAN PATOFISIOLOGI INVASI BAKTERI KE SEL M SEL FAGOSIT DAN MAKROFAG APOPTOSIS TRANSIT BAKTERI KE SITOPLASMA SEL EPITEL KONTROL POLIMERISASI MONOMER BAKTERI MULTIPLIKASI INVASI MELUAS SEL EPITEL MUKOSA TERBENTUK LESI AKTIVASI SEL IMUN LEUKOSIT DAN HIPERSEKRESI MUKUS Shigella sp Invasi membran sel epitel usus Multiplikasi & menyebar (cell to cell) Shigella menghasilkan toksin shiga Merusak dinding sel dan menggangu fungsi absorbsi Sel dan makrofag apoptosis Pelepasan mediator inflamasi dan aktivasi leukosit Kenaikan leukosit 1. DIARE Faktor yang berperan thdp timbulnya diare: MO masuk ke dlm tubuh MO masuk dan menetap di mukosa usus halus Menghasilkan toksin (Enterotoksige nik) Merusak mukosa usus (Enterovasif) ENTEROTOKSIGENIK Menghasilkan toksin (Enterotoksigen ik) Toksin akan melekat pada mukosa usus halus Meningkatka n aktivitas NAD+ Meningkatkan Siklik AMP Menstimulasi sekresi Cl(+ Air, HCO3-, K, Na+) DIAR E ENTEROVASIF Merusak mukosa usus (Enterovasif) Menstimulasi sel PMN ke tmpt infeksi Ulkus fokal Menstimulasi makrofag fagositik MO dikelilingi p/ vakuol fagositik Membran sel dilisiskan o/ MO MO masuk ke membran sel Menstimula si sitokin Sel-sel tidak dapat menyerap makanan dgn baik Sel-sel tidak dapat menyerap makanan dgn baik Tek. Osmotik intralumen meningkat Menarik cairan plasma ke lumen Cairan melebihi kemampuan reabsorbsi kolon Kandungan air di feses 2. FESES DISERTAI DENGAN DARAH Mikroorganism e menembus lapisan muskularis mukosa Kerusakan jadi luas sekali Ulkus saling berhubungan dan terbentuk sinus dibawah mukosa Bersarang di submukosa Bisa melebar ke lateral sepanjang sumbu usus Membuat kerusakan yang luas di mukosa usus Ulkus Mikroorganisme ditemukan dalam jumlah besar di dasar dan dinding ulkus Karena peristaltik usus, mikroorganisme dikeluarkan bersama isi ulkus ke rongga usus Dikeluarkan menjadi tinja yang disertai dengan darah Menyerang lagi mukosa usus yang sehat 3. Feses berlendir dan lembek Osmotik cairan meningkat Enterotoksik pada MO Menginvasi sel epitel mukosa kolon Berlendir Feses lembek PATOFISIOLOGI DISENTRI Mikroor ganisme (Shigella spp. atau Entamoeba histolytica) Nekrosi s sel epitel Diaremukosa feces lemb ek, lendir , dara h Lambun g (bertahan dari pH rendah) Infiltrasi sel radang Mual dan muntah Feces berdarah Nyeri Perut dan tenesmus ani Demam Feces berdara h Ileum terminalis atau colon bagian distal Meningka tkan CAMP Hipersekre si cairan di usus Feces berlendi r dan lembek/ cair Invasi ke sel epitel mukosa usus (+) Toksi n MANIFESTASI KLINIS Disentri Basiler 1. Diare lendir + darah 6-24 jam pertama; diare encer tanpa darah; 12-72 jam darah+lender 2. Panas tinggi (39,5-40 ᵒC) 3. Nausea-Vomitting 4. Anoreksia 5. Sakit perut + tenesmus ani 6. Terkadang gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi) Disentri Amoeba 1. Diare lendir + darah 2. Frekuensi BAB < disentri basiler 3. Sakit perut hebat 4. Panas hanya pada 1/3 kasus Selanjutnya dapat timbul gejala dan tanda komplikasi diare akut seperti dehidrasi, gangguan pencernaan dan kekurangan zat gizi. Tanda & Gejala Rotavir us E. Coli (toksin) E. Coli (invasif ) Salmon ella Shigella Kolera Mualmuntah Dari awal - - + jarang sering Panas + - + 38.5°39° + - Nyeri Perut tenesmu s + tenesmu s kram tenesmu s kolik tenesmu s kram kram Sedikit Sedikit Banyak Sifat Tinja Volume Sedang Banyak Frekuens i 510x/hari sering sering sering >10x/har i terus menerus Konsiste nsi Cair Cair Lembek Lembek Lembek Cair Lendir Darah - - + terkadan g sering - Bau - + - busuk +/- amis khas Warna KuningHijau - merahhijau kehijaua n merahhijau Air cucian DIAGNOSIS PENEGAKKAN DIAGNOSIS ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN LABORATORIUM ANAMNESIS 1. DISENTRI BASILER / SHIGELLOSIS • Menyebabkan 3 bentuk diare sebagai keluhan utama: a. Diare dengan tinja yang konsisten lembek disertai darah, lendir. b. Watery diarrhea diare dengan volume yang besar tanpa ada lendir/tinja c. Kombinasi •. Keluhan tambahan: a. Demam/Panas infeksi bakteri b. Nyeri abdomen (sakit perut) - di daerah rektum, kolon descendens, kolon sigmoid. c. Tenesmus ani Keluhan utama dan tambahan terjadi setelah masa inkubasi 2-4 hari (onset) 2. DISENTRI AMUBA / AMEBIASIS • Diagnosis akurat sangat penting 90% bersifat asimptomatik (tidak ada gejala khas) shg perlu pemeriksaan laboratorium yang sesuai. • Keluhan dapat berupa: 1. Diare dengan tinja berdarah, lembek dan berlendir. 2. Frekuensi diare 10 kali/hari. 3. Terdapat nyeri perut dan BB menurun. Gejala klinik Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera Masa tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam Panas + ++ ++ - ++ - Mual muntah Sering Jarang Sering + - Sering Nyeri perut Tenesmus Tenesmus - Tenesmus Kramp kramp kolik + + - - - 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3 hari Sedikit Banyak Sedikit Banyak Sering Sering Terus Nyeri kepala Tenesmus - Lamanya 7. hari >7 hari kramp sakit Sifat tinja Volume Sedang Sedikit Frekuensi 5-10 kali/hari >10 kali/hari Sering Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek menerus Cair Darah - Sering Kadang - + - Bau Langu ± Busuk + Tidak Amis khas Warna Kuning hijau Merah-hijau Kehijauan Tidak Merah-hijau Seperti air berwarna cucian beras PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN DISENTRI • Inspeksi : normal. • Palpasi : turgor menurun karena dehidrasi • Perkusi : hipertimpani indikasi adanya udara bebas yang terdapat di dalam rongga usus. • Auskultasi : hiperperistaltik disebabkan karena adanya radang / obstruksi pada usus. • Nyeri tekan lepas titik Mc Burney : negatif tidak ada indikasi appendisitis PEMERIKSAAN LABORATORIUM PEMERIKSAAN LABORATORIUM DISENTRI BASILER ( SHIGELLOSIS ) 1. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS gambar Shigella dysenteriae • Bahan : - Apusan tinja - Usap dubur dari tukak pada mukosa usus. (paling baik) • Hasil : - Terdapat peningkatan jumlah sel leukosit (neutrofil > 50) dan juga beberapa sel darah. 2. KULTUR DAN ISOLASI BAKTERI Shigella dysenteriae • Merupakan gold standard. • Hasil : bakteri gram negatif, berkoloni dengan permukaan licin, translusen dan konveks. • meragi glukosa tanpa pembentukan gas, tidak meragi laktosa. • Kesulitan jarak dan waktu harus singkat karena bakteri sensitif terhadap perubahan suhu dan pH asam. 3. PEMERIKSAAN LAINNYA A. PCR spesifik dan sensitif B. Enzim Immunoassay mendeteksi toksin melalui tinja. C. Endoscopy -. Gambaran mukosa hemoragik yang terlepas. -. Ulserasi -. Kadang-kadang tertutup eksudat -. Lesi pada distal kolon. GAMBARAN ENDOSCOPY SHIGELLOSIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM DISENTRI AMUBA (AMEBIASIS) 1. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK Entamoeba Hystolitica • Dilakukan paling sedikit 3kali dalam 1 minggu. • Hasil : - Penderita diare : ditemukan sel darah merah dalam sitoplasma sedang berada pada stadium trofozoit. - Penderita Non-diare : terdapat kista berbentuk mutiara • Kesulitan: - Jarak dan waktu - Jumlah tinja tidak cukup - Wadah terkontaminasi - Penggunaan antibiotik 2. SIGMOIDOS COPY DAN COLONOSC OPY • Hasil: - Ulkus yang khas dengan tepi menonjol - Tertutup eksudat kekuningan. - Mukosa usus antar ulkus-ulkus tampak normal 3. PEMERIKSAAN LAINNYA A. Serologi deteksi antibodi -. Membantu menegakkan diagnosis pada kelompok yang tidak tinggal di daerah endemis. -. Hasil : positif bila amuba telah menembus jaringan (invasif) B. Deteksi antigen -. Antigen amuba (Gal/Gal-Nac-Lectin) dapat ditemukan pada tinja. -. Teknik yang praktis, sensitif, spesifik untuk amebiasis intestinal -. Syarat : tinja HARUS segar atau disimpan dalam lemari pendingin. TATA LAKSANA OBAT ANTIDIARE PEMBERIAN MAKANAN REHIDRASI ANTIBIOTIK ANTIMIKRO BA REHIDRASI ORAL • Larutan rehidrasi oral efektif dalam mengobati anak apa pun penyebab diare atau berapa pun kadar natrium serum anak saat terapi. Dehidrasi Ringan 50 mL/kg dalam waktu 4 jam Dehidrasi Sedang 100 mL/kg dalam waktu 6 jam REHIDRASI PARENTERAL • Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer Laktat dengan dosis 100mL/kgBB. USIA CARA PEMBERIAN <1 tahun 1 jam pertama 30cc/kgBB dilanjutkan 5 jam berikutnya70cc/kgBB >1 tahun ½ jam pertama 30cc/kgBB dilanjutkan 2 ½ jam berikutnya 70cc/kgBB. PENGGANTIAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT Jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Cara penghitungan kebutuhan cairan: Kebutuhan cairan: PENGGANTIAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT • Metode Pierce Berdasarkan keadaan klinis: - Dehidrasi ringan: 5% x KgBB - Dehidrasi sedang: 8% x KgBB - Dehidrasi berat: 10% x kgBB PENGGANTIAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT • Metode Goldbeger - Rasa haus tanpa tanda-tanda klinis lain : 2% dari BB - Rasa haus disertai mulut kering, oliguri: 6% dari BB - Tanda-tanda diatas ditambah kelemahan fisik yang jelas, perubahan mental : 7-14% PEMBERIAN MAKANAN Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat kembalinya fungsi usus yang normal termasuk kemampuan menerima dan mengabsorbsi nutrient sehingga memburuknya status gizi dapat dicegah. OBAT ANTIDIARE Obat antimotilita s OBAT ANTIDIA RE Obat antisekreto rik Obat intralum en OBAT INTRALUMEN Obat intralumen yang paling luas digunakan adalah suspensi tanah yang berfungsi sebagai adsorbent. Obat :KAOPECTATE, DONNAGEL. Bulk Forming Fiber efektif sebagai zat penormal tinja hidrofilik Obat : polikarbofil, metilselulosa obat antimotilitas • Opiat dan loperamid sering digunakan sebagai obat antimotilitas untuk pengobatan simtomatik diare ringan. Efek samping : sedasi dan ileus usus Obat antisekretorik • Okteotrid adalah peptide inhitorik (antisekretorik) merangsang penyerapan Na dan Cl serta menghambat sekresi Cl. OBAT ANTIDIARE • Kelompok antisekresi selektif Racecadotril sebagai penghambat enzim enkephalinase. Dosis: 3x1 tab/hari • Kelompok opiat Kodein fosfat, loperamid HCl Dosis: kodein : 15-60 mg 3x sehari loperamid : 2-4 mg 3-4x sehari • Obat yang mengeraskan tinja Atapulgite : 4x2 tab/hari Smectite : 3x1 sachet PEMBERIAN ANTIBIOTIK • Indikasi: Gejala dan tanda diare infeksi seperti: - Demam - Feses berdarah - Leukosit pada feses - Diare pada pelancong - Pasien immunocompromised PEMBERIAN ANTIBIOTIK ANTIMIKROBA PENYEBAB Kolera Shigella dysentery Amoebiasis ANTIBIOTIK PILIHAN Tetracycline 12,5mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehati selama 3 hari Metronidazole 10 mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari ALTERNATIF Erythomycine 12,5mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari Pivmecillinam 20mg/kgBB 4x sehari selama 5 hari Ceftriaxone 50-100mg/kgBB 1x sehari IM selama 25 hari PROGNOSIS DAN EDUKASI PROGNOSIS Prognosis tergantung Etiologi Edukasi Pasien MakanMinum Teratur Minum Obat Teratur Istirahat Cukup Infus Tidak Habis DAFTAR PUSTAKA • Simadibrata M, Daldiyono. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed. VI Jilid II hal. 1901-1902. Jakarta: Interna Publishing. • Lilihata G, Syam AF. 2014. Kapita Selekta Ed. IV Jilid II hal. 584586. Jakarta: Media Aesculapius. • Staf Pengajar Departemen Parasitologi FK UI. 2013. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Badan Penerbit FK UI. • Akmal sya’roni, Disentri Basiler, hal: 2857, Buku IPD Jilid 3 edisi V • Pickering LK. Buku Ajar Pediatri Rudolph Vol 1 Bab Infeksi Bakteri dan Virus: Infeksi Salmonella, Shigella dan E. Coli Enterik 663708 • Offit PA. Buku Ajar Pediatri Rudolph Vol 1 Bab Infeksi Bakteri dan Virus: Gastroenteritis Virus. 719-720 • Askhemazi S dan Cleary TH. Infeksi Salmonella Bab 128 Hal 965970