RTL SKPP Daring Kabupaten Sumedang 2020 Dewasa ini pengawasan dalam pelaksanaan pemilu menjadi lebih kompleks, hal tersebut mengingat adanya wabah pandemic yang secara langsung dan tidak langsung merubah pola interaksi di masyarakat yang cenderung membatasi interaksi hingga pada akhirnya sebagian beralih kearah digital. Dengan demikian pengawasan pun ranahnya menjadi lebih luas selain harus mengawasi kerawanan diluar jaringan pengawasan pun harus dilakukan dalam jaringan yang dapat berlangsung lebih masiv dengan adanya kemudahan penggunaan teknologi. Namun hal tersebut dapat menjadi kekuatan juga dalam hal melakukan eduksi terhadap masyarakat luas namun harus dibarengi dengan sosialisasi yang terorganisir mengingat tidak semua khususnya di Kabupaten Sumedang memiliki akses terhadap teknologi yang memadai. Seperti keterbatasan jaringan hingga kepemilikan gawai yang tidak menyeluruh. Sementara disisi lain isu-isu strategis dalam indicator kerawanan pemilu di Pilkada serentak masih sangat perlu untuk ditanggulangi. Belajar dari Pemilu serantak pada tahun 2019 yang menelan banyak korban jiwa dari sisi penyelenggara pemilu, kondisi pemilu yang marathon ditambah kurangnya keterlibatan pemuda dalam penyelenggaraan pemilu. Berdasarkan data dari KPU pada pemilu 2019 tercatat sebanyak 894 petugas KPPS dilaporkan meninggal dan 5.175 petugas mengalami sakit, angka tersebut merupakan jumlah yang sangat besar. Salah satu penyebab tragedy tersebut kurang adanya keterlibatan pemuda dalam proses demokrasi sehingga aktoraktor penyelenggara didominasi oleh golongan tua yang notabene sudah berumur lanjut dan kesehatan yang kurang sebaik pemuda. Pada hal demokrasi terjadi pula paradoks perencanaan terkait partisipasi public, dalam perencanaan partisifatif pada umumnya actor yang terlibat didominasi oleh mereka dengan latar belakang keilmuan yang relative rendah. Kasarnya mereka yang punya waktu untuk mengurusi perencanaan ditingkat akar rumput atau dilevel bawah diisi oleh pengangguran sementara actor intelektual kerapkali disibukan dengan rutinitas kerjanya. Hal ini yang menjadi tantangan tersendiri dalam proses demokrasi dimana partisipasi public perlu ditingkatkan baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara normative penyelenggaraan pemilu dituntut untk dapat berlangsung secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Hal tersebut dapat terealisasi jika adanya system yang dapat memfasilitasi keterlibatan public yang maksimal baik secara kuantitas maupun kualitas. Berikut analisa kondisi eksisting yang dapat menjadi dasar dalam penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL) SKPP Daring 2020: 1. Strenghs (Kekuatan), kader SKPP yang dapat diberdayakan di daerahnya masing-masing. 2. Weeknesses (Kelemahan), masyarakat yang masih sangat perlu untuk diedukasi serta kondisi bentang alam dan morfologi kota yang terkadang menyulitkan sehingga dalam penyelenggaraannya perlu persiapan yang matang. 3. Opportunities (Peluang), tingginya penggunaan media digital dapat menjadi peluang dalam melakukan edukasi terhadap masyarakat. 4. Threats, peluang kerawanan pemilu masih membayangi dalam setiap penyelenggaraan pemilu. Terkait kondisi tersebut berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mewujudkan pemilu yang ideal: 1. Pemberdayaan kader SKPP didaerahnya masing-masing sehingga masyarakat dapat diedukasi dengan maksimal, dengan hal tersebut pun dapat menangulangi kelemahan dalam penyampaian informasi. 2. Pemberdayaan kader SKPP tersebut harus didukung dengan regulasi dan kelembagaan yang jelas sehingga dalam melakukan edukasi dengan maksimal dan dapat diterima di masyarakat dengan baik serta dapat terkoneksi dengan petugas pengawasan lainnya di semua jenjang. 3. Mengadakan sosialisasi melalui media digital baik berupa infografis maupun video sesuai dengan trend masa kini yang cenderung kearah digital. Adapun rencana tindak lanjut yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut: 1. Konsolidasi peserta SKPP dengan Bawaslu Sumedang 2. Edukasi masyarakat baik melalui media maupun secara tatap muka langsung