PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI STRUKTUR MEDAN GALOIS Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika Oleh LAMHOT 983114015 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI untuk Keluargaku dan Tanti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, Mei 2007 Penulis LAMHOT PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRAK Untuk setiap bilangan prima p, terdapat medan berhingga berorder p, yaitu Zp. Galois menyatakan bahwa medan berhingga berorder pangkat bilangan prima dapat dikonstruksi jika dapat ditemukan polinomial taktereduksi berderajat positif atas Zp. Pada kenyataannya, dapat ditemukan polinomial taktereduksi berderajat positif atas Zp. Maka untuk setiap bilangan prima p dan setiap bilangan bulat positif n, selalu dapat dikonstruksi medan Galois berorder pn, dinotasikan dengan GF(pn). Lebih khusus, untuk suatu bilangan prima p dan suatu bilangan bulat positif n, terdapat satu dan hanya satu medan Galois berorder pn. Dan banyaknya submedan dari medan Galois GF(pn) adalah banyaknya bilangan bulat positif yang membagi n. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT There exists a finite field of order p, namely Zp, for any prime p. According to Galois, a finite field of order a power of a prime could be constructed if an irreducible polynomial of positive degree over Zp could be found. In fact, an irreducible polynomial of positive degree over Zp can be found. Thus for any prime p and any positive integer n, a Galois field of order pn, denoted by GF(pn), can be constructed. In particular, for some prime p and some positive integer n, there is one and only one Galois field of order pn. And the number of subfields of Galois field GF(pn) is the number of positive integers that divide n. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PRAKATA Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kemampuan yang telah diberikan-Nya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini mulai dari mempersiapkan bahan, mendapatkan ide, mengolah kreativitas, hingga terbentuknya skripsi ini menjadi sebuah karya ilmiah. Maka dengan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Romo Frans Susilo sebagai Pembimbing skripsi dan akademik. Terima kasih atas koreksi-koreksinya yang indah, juga ketelitiannya yang memberikan banyak masukan kepada penulis. 2. Bapak Aris Dwiatmoko sebagai Dekan FMIPA yang selalu menjadi bapak bagi mahasiswa-mahasiswanya. 3. Bapak Y.G. Hartono sebagai Kaprodi Matematika yang siap setiap saat menjadi mediator bagi mahasiswa, juga banyak memberikan diskusi yang baik. 4. Ibu Any Herawati yang memberikan banyak koreksi dan masukan kepada penulis. 5. Bapak Andy Rudhito yang memberikan banyak koreksi dan masukan kepada penulis. 6. Perpustakaan USD dan Sekretariat FMIPA yang banyak membantu mengolah data dan kepentingan penulis. 7. Keluargaku tercinta yang dengan sabar mendampingi penulis selama mengikuti pendidikan hingga selesai. Curahan kasih sayang, doa, dan bekal moral yang diberikan sungguh menjadi pegangan hidup bagi penulis. 8. Bapak Y. Suroto dan Ibu Harum Juwita yang selalu memberikan semangat kepada penulis. 9. Dik Tanti yang selalu mendampingi penulis dengan doa dan kebersamaan. Suka duka yang telah kami alami bersama memberikan banyak pelajaran berharga kepada penulis. 10. Adik-adikku Reni, Adi Nugroho, dan Vanda yang memberikan banyak senyum dan kelucuan sebagai penghibur kepada penulis. 11. Sahabat-sahabatku yang memberikan banyak kenangan. 12. Pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tak ada gading yang tak retak, demikian pula skripsi ini tidak akan pernah menjadi sempurna. Namun demikian penulis bersyukur karena telah ikut berpartisipasi dalam mencerdaskan bangsa. Kesempatan yang penulis dapatkan sungguh sangat berharga dan penulis berharap kelak dapat ambil bagian dalam mengembangkan pendidikan. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat. Yogyakarta, Mei 2007 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ABSTRAK ABSTRACT PRAKATA DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Masalah 1 1.2. Perumusan Masalah 1 1.3. Tujuan Penulisan 1 1.4. Metode Penulisan 2 1.5. Sistematika Pembahasan 2 BAB II GRUP DAN GELANGGANG 3 2.1. Operasi Biner 3 2.2. Grup dan Teorema Lagrange 4 2.3. Gelanggang dan Medan 20 2.4. Bilangan Bulat Modulo n 28 2.5. Ideal dan Teorema Isomorfisma 32 2.6. Polinomial 47 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III STRUKTUR MEDAN GALOIS 72 3.1. Perluasan Medan 72 3.2. Ruang Vektor 87 3.3. Medan Galois 93 BAB IV PENUTUP DAFTAR PUSTAKA 109 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori Galois merupakan salah satu teori besar dan elegan dalam aljabar abstrak. Teori ini diberi nama demikian sebagai penghargaan atas ide dan hasil kerja dari seorang matematikawan muda berkebangsaan Perancis, Evariste Galois (1811−1832). Teorema Fundamental Galois masih menjadi topik menarik dalam banyak diskusi saat ini. Karena merupakan teori besar, ruang lingkup teori Galois cukup luas. Salah satunya adalah teori Galois pada medan berhingga (kemudian disebut sebagai medan Galois) yang menjadi pembicaraan dalam tulisan ini. Diawali dengan dibuktikannya Zp = {[0], [1], [2], …, [p − 1]} medan, kemudian dapat dikonstruksi medan dengan 4 elemen, sampai pada akhirnya dapat dikonstruksi medan dengan p n elemen untuk setiap bilangan prima p dan setiap bilangan bulat n > 1. Pertanyaan menarik untuk ditanyakan adalah berapa banyak medan dengan pn elemen? Apakah ada medan berhingga lainnya selain medan dengan pn elemen? Dan hal utama untuk diselidiki pada struktur suatu sistem aljabar adalah berapa banyak submedan dari medan dengan pn elemen? 1.2. Perumusan Masalah Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Sifat-sifat dasar apa saja yang terdapat dalam medan Galois? 2. Apa kaitan medan Galois dengan teori Galois? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 1.3. Tujuan Penulisan Tujuan tulisan ini adalah untuk mengenal lebih jauh teori medan yang sudah dipelajari dalam perkuliahan dan memperkenalkan medan Galois. Selain itu tulisan ini juga mendeskripsikan beberapa konsep berkaitan dengan teori Galois. 1.4. Metode Penulisan Penyusunan skripsi ini murni menggunakan metode studi pustaka. 1.5. Sistematika Pembahasan Umumnya sebuah karya ilmiah, setiap pokok bahasan disusun secara sistematis. BAB II membahas operasi biner, teori grup, teori gelanggang dan medan, bilangan bulat modulo n, polinomial, dan homomorfisma gelanggang. Pembuktian beberapa teorema dalam bab ini menggunakan teori himpunan dan teori bilangan yang cukup mendasar, sehingga diasumsikan sudah dikenal dengan baik. Kemudian BAB III yang merupakan bab inti, mencakup perluasan medan, ruang vektor, dan medan Galois. Pembahasan tentang perluasan medan diuraikan cukup cermat sehingga diharapkan pemahaman tentang medan dapat menjadi maksimal. Untuk menjaga materi tulisan yang padat tetapi juga tidak terlalu banyak pembahasan, diasumsikan juga topik ruang vektor sudah dikenal dengan baik. Tetapi penulis tetap membuktikan beberapa teorema yang dianggap perlu. Dan pembahasan medan Galois berikut sifat-sifatnya dibuat dalam suatu kesatuan pokok bahasan. Agar tidak terkesan kaku, bentuk-bentuk pernyataan dalam BAB II dan BAB III disajikan bervariasi. Akhirnya BAB IV sebagai penutup, berisi poin-poin penting secara keseluruhan serta mengulas secara singkat hasil kerja dari Galois. Penulis juga berusaha memberikan contoh-contoh penjelasan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II GRUP DAN GELANGGANG 2.1. Operasi Biner Operasi biner pada himpunan takkosong B adalah aturan yang mengaitkan setiap dua anggota dalam B dengan tepat satu anggota dalam B. Lebih tepatnya, operasi biner pada B adalah sebuah pemetaan µ : B × B → B. Berarti µ memetakan (mengawankan) setiap anggota pasangan terurut (x, y) dari anggota-anggota dalam B dengan suatu anggota µ(x, y) dalam B. Elemen (anggota) µ(x, y) dinyatakan dalam bentuk x ∗ y. Karena x ∗ y ∈ B untuk x, y ∈ B, maka himpunan B dikatakan bersifat tertutup terhadap operasi ∗. Selanjutnya himpunan B yang dilengkapi dengan operasi biner ∗ ditulis (B, ∗). Contoh 2.1.1. Pada himpunan semua bilangan real R, operasi-operasi penjumlahan, pengurangan, dan perkalian adalah operasi-operasi biner sebab jika a ∈ R dioperasikan dengan b ∈ R, masing-masing menghasilkan tepat satu a + b, a – b, ab dalam R. Sedangkan operasi pembagian bukanlah operasi biner pada R, karena hasil bagi a b tidak terdefinisi untuk b = 0. Contoh 2.1.2. Jika ∗ didefinisikan dengan m ∗ n = mn untuk setiap bilangan bulat positif m dan n, maka ∗ adalah operasi biner pada himpunan semua bilangan bulat positif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 2.2. Grup dan Teorema Lagrange Dalam membicarakan sistem aljabar, tidak ada aturan untuk mulai dari mana dulu. Namun idealnya dimulai dari grup. Kemudian sistem aljabar lainnya seperti gelanggang, daerah integral, dan medan hanyalah memperluas definisi sebelumnya. Definisi 2.2.1. Himpunan (G, ∗) disebut grup jika dan hanya jika memenuhi sifat-sifat (i) operasi biner (disingkat operasi) ∗ bersifat asosiatif, yaitu (a ∗ b) ∗ c = a ∗ (b ∗ c), (ii) ∀a, b, c ∈ G terdapat elemen identitas eG ∈ G dengan sifat x ∗ eG = eG ∗ x = x, ∀x ∈ G (iii) setiap elemen x ∈ G mempunyai invers x−1 ∈ G dengan sifat x−1 ∗ x = x ∗ x−1 = eG. Definisi 2.2.2. Operasi ∗ dikatakan bersifat komutatif jika dan hanya jika a ∗ b = b ∗ a, ∀a, b ∈ G. Grup (G, ∗) disebut grup komutatif jika dan hanya jika operasi ∗ bersifat komutatif. Contoh 2.2.1. Himpunan semua bilangan bulat (Z, +) adalah grup sebab semua sifat dalam Definisi 2.2.1 dipenuhi. Dan karena a + b = b + a untuk setiap a, b ∈ Z, maka grup Z adalah grup komutatif. Himpunan semua bilangan bulat positif (N, +) bukan grup sebab tidak mempunyai elemen identitas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 Definisi 2.2.3 (Pangkat Suatu Elemen). Misalkan G grup dan x ∈ G, maka untuk n ∈ Z didefinisikan (i) x0 = eG. (ii) Jika n > 0, maka xn = xn−1 ∗ x. (iii) Jika n < 0, yaitu n = −m dengan m > 0, maka xn = (x−1)m. Teorema 2.2.1. (i) Hukum Kanselasi Jika a ∗ b = a ∗ c, maka b = c untuk setiap a, b, c dalam grup G. Demikian juga jika b ∗ a = c ∗ a, maka b = c. (ii) Penyelesaian Tunggal dalam Persamaan Linear Jika x ∗ a = b, maka x = b ∗ a −1 untuk setiap a, b dalam grup G. Juga jika a ∗ x = b, maka x = a −1 ∗ b. (iii) Ketunggalan Identitas Grup G hanya mempunyai satu elemen identitas. (iv) Ketunggalan Invers Setiap elemen dalam grup G mempunyai tepat satu invers. (v) Sifat-sifat Invers Jika G grup, maka untuk setiap a, b ∈ G berlaku 1. (a ∗ b)−1 = b −1 ∗ a−1. 2. eG−1 = eG. 3. (a −1)−1 = a. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 (vi) Hukum Eksponen Jika G grup dan a ∈ G, maka untuk m, n ∈ Z berlaku 1. a m ∗ a n = am+n. 2. (a m)n = a mn. BUKTI. (i) Ambil sembarang a, b, c ∈ G sedemikian sehingga a ∗ b = a ∗ c. Maka menurut Definisi 2.2.1(iii), ada a−1 ∈ G sedemikian sehingga a −1 ∗ (a ∗ b) = a −1 ∗ (a ∗ c). Dengan Definisi 2.2.1, didapat b = c. Dengan cara yang sama, jika b ∗ a = c ∗ a maka b = c. (ii) Jika x ∗ a = b, maka dengan Definisi 2.2.1(i) dan (iii), x = (x ∗ a) ∗ a−1 = b ∗ a−1. Dengan cara yang sama, jika a ∗ x = b maka x = a−1 ∗ b. (iii) Misalkan eG dan fG elemen-elemen identitas dalam G. Maka x ∗ eG = eG ∗ x = x dan x ∗ fG = fG ∗ x = x, untuk setiap x ∈ G. Jadi eG = eG ∗ fG = fG. (iv) Ambil sembarang a ∈ G. Misalkan a 1−1 dan a2−1 invers-invers dari a dalam G. Maka a 1−1 ∗ a = a ∗ a1−1 = eG dan a2−1 ∗ a = a ∗ a2−1 = eG. Jadi a1−1 = a1−1 ∗ eG = a1−1 ∗ (a ∗ a2−1) = (a1−1 ∗ a) ∗ a2−1 = eG ∗ a 2−1 = a2−1. (v) 1. (a ∗ b) ∗ (b−1 ∗ a−1) = a ∗ (b ∗ b −1) ∗ a −1 = eG. Jadi b−1 ∗ a−1 invers dari a ∗ b (ketunggalan invers). 2. Menurut Definisi 2.2.1(ii) dan (iii), eG ∗ eG = eG = eG ∗ eG−1. Dengan hukum kanselasi, maka eG = eG−1. 3. Karena a ∗ a −1 = eG untuk setiap a ∈ G, maka a = (a −1)−1. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 (vi) Ambil sembarang m ∈ Z. 1. Dibuktikan dengan Induksi Matematis. Pangkal Untuk n = 0, maka am ∗ an = a m ∗ a 0 = am ∗ eG = am = am+0 = a m+n. Langkah Untuk n > 0, diasumsikan benar untuk n = k, yaitu a m ∗ a k = am+k. Dibuktikan benar untuk n = k + 1. am ∗ ak+1 = a m ∗ a k ∗ a = a m+k ∗ a = am+k+1. Untuk n < 0, misalkan n = −p dengan p > 0. Sehingga a m ∗ an = a m ∗ a−p = a −(−m) ∗ a−p = (a −1)−m ∗ (a −1)p = (a −1)−m+p = a−(−m+p) = a m−p = a m+n. Jadi am ∗ an = a m+n. 2. Dibuktikan dengan Induksi Matematis. Pangkal Untuk n = 0, maka (am)n = (am)0 = eG = a0 = a m0 = a mn. Langkah Untuk n > 0, diasumsikan benar untuk n = k, yaitu (am)k = a mk. Dibuktikan benar untuk n = k + 1. (am)k+1 = (am)k ∗ am = amk ∗ a m = amk+m = a m(k+1). Untuk n < 0, misalkan n = −p dengan p > 0. Maka (am)n = (a m)−p = ((am)−1)p = (a −m)p = a −mp = am(−p) = amn. Jadi (am)n = amn. ■ Grup Z mempunyai takhingga banyak anggota. Himpunan ({0}, +) juga grup, tetapi hanya mempunyai satu anggota. Jadi banyaknya anggota dalam suatu grup dapat berhingga atau takhingga. Banyaknya anggota dalam grup G atau bilangan kardinal G disebut order G. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 Definisi 2.2.4. Misalkan G grup dan H ⊆ G. Himpunan H disebut subgrup dari G (ditulis H ≤ G) jika dan hanya jika (H, ∗) grup di mana ∗ adalah operasi pada G. Definisi 2.2.4 di atas mengatakan bahwa jika H ≤ G, maka (H, ∗) bersifat tertutup, hukum asosiatif berlaku, mempunyai elemen identitas eH = eG (ketunggalan elemen identitas), dan setiap elemen dalam H mempunyai invers. Jelas {eG} dan G merupakan subgrup-subgrup dari G. Teorema 2.2.2 (Uji Subgrup). Jika G grup dan H ⊆ G, maka H ≤ G jika dan hanya jika (i) H ≠ ∅, (ii) (∀h1, h2 ∈ H) h1 ∗ h 2 ∈ H, (iii) (∀h ∈ H) h−1 ∈ H. BUKTI. ( ⇒ ) Jika H ≤ G, maka menurut Definisi 2.2.4, (i), (ii), dan (iii) terpenuhi. ( ⇐ ) Karena H ⊆ G dan berlaku (ii), maka H bersifat tertutup dan berlaku asosiatif. Kemudian jika h ∈ H, maka dari (ii) dan (iii), h ∗ h −1 = eH ∈ H dan h −1 ∈ H. Menurut Definisi 2.2.4, H ≤ G. Teorema 2.2.3. Jika G grup dan a ∈ G, maka 〈a〉 = {an : n ∈ Z} adalah subgrup dari G. ■ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 BUKTI. Karena a 0 = eG, maka eG ∈ 〈a〉 sehingga 〈a〉 ≠ ∅. Ambil sembarang am, a n ∈ 〈a〉 untuk suatu m, n ∈ Z. Maka am ∗ an = am+n ∈ 〈a〉 dan (am)−1 = a−m ∈ 〈a〉. Dari Teorema 2.2.2, 〈a〉 subgrup dari G. ■ Subgrup 〈a〉 di atas dinamakan subgrup siklik dari grup G yang dihasilkan atau dibangun oleh a ∈ G. Teorema berikut menjelaskan apa yang terjadi jika dua elemen pangkat dari a ∈ G sama. Teorema 2.2.4. Jika G grup dan a ∈ G sedemikian sehingga a r = as untuk suatu r, s ∈ Z dengan r ≠ s, maka (i) terdapat bilangan bulat positif terkecil n sedemikian sehingga an = eG, (ii) jika t ∈ Z, maka at = eG jika dan hanya jika n adalah faktor dari t, (iii) 〈a〉 = {eG, a, a2, …, an−1} di mana eG, a, a2, …, an−1 adalah elemen-elemen yang saling berbeda. BUKTI. (i) Jika a r = as dan r > s, maka a r ∗ a−s = eG ⇔ ar−s = eG. Misalkan n = r − s > 0, maka an = eG. Menurut prinsip bilangan bulat, terdapat bilangan bulat positif terkecil n sedemikian sehingga a n = eG. Analog untuk s > r. (ii) ( ⇒ ) Diasumsikan a t = eG. Menurut algoritma pembagian pada bilangan bulat, terdapat dengan tunggal bilangan bulat q, r sedemikian sehingga t = nq + r PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 dengan 0 ≤ r < n. Maka eG = a t = anq+r = anq ∗ a r = (an)q ∗ ar = (eG)q ∗ a r = ar. Padahal dari (i) diketahui bahwa n adalah bilangan bulat positif terkecil sedemikian sehingga a n = eG, maka haruslah r = 0. Ini menunjukkan bahwa t = nq. ( ⇐ ) Jika n adalah faktor dari t, maka t = nw. Jadi at = anw = (an)w = (eG)w = eG. (iii) Ambil sembarang am ∈ 〈a〉 untuk suatu m ∈ Z. Menurut algoritma pembagian pada bilangan bulat, terdapat dengan tunggal bilangan bulat u dan v sedemikian sehingga m = nu + v dengan 0 ≤ v < n. Maka am = anu+v = a nu ∗ a v = (an)u ∗ a v = (eG)u ∗ a v = av. Jadi a m sama dengan tepat salah satu dari a0, a1, a2, …, an−1. Untuk menunjukkan bahwa elemen-elemen a 0, a1, a2, …, a n−1 saling berbeda, misalkan a v = a w di mana 0 ≤ v < n dan 0 ≤ w < n. Jika v ≥ w, maka av−w = eG dengan v − w ≥ 0. Dan menurut (ii), n adalah faktor dari v − w. Tetapi perhatikan bahwa 0 ≤ v − w < n, maka haruslah v − w = 0, yaitu v = w. Demikian juga analog untuk w ≥ v. Jadi 〈a〉 = {eG, a, a2, …, an−1}. ■ Definisi 2.2.5 (Order Elemen). Jika terdapat bilangan bulat positif terkecil n sedemikian sehingga a n = eG, maka n disebut order a dalam grup G, dinotasikan ο(a). Tetapi jika tidak terdapat bilangan bulat positif terkecil yang dimaksud di atas, maka a dikatakan berorder takhingga. Akibat 2.2.5. Jika G grup dan a ∈ G, maka ο(a) = 〈a〉 . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 BUKTI. Jika ο(a) = n, maka menurut Teorema 2.2.4(iii), 〈a〉 = {eG, a, a 2, …, an−1}, sehingga 〈a〉 = n = ο(a). Jika a berorder takhingga, maka tidak terdapat bilangan bulat positif terkecil n sedemikian sehingga a n = eG. Jadi a r ≠ as untuk setiap bilangan bulat r dan s, sehingga 〈a〉 takhingga. ■ Definisi 2.2.6. Jika a ∈ G dan G = 〈a〉, maka grup G disebut grup siklik yang dibangun atau dihasilkan oleh a. Contoh 2.2.2. Grup Z adalah grup siklik yang dihasilkan oleh 1 atau −1. Perhatikan bahwa di sini 1n adalah 1 + 1 + … + 1 = n1. Jika G grup siklik yang dihasilkan oleh a ∈ G, maka setiap elemen dalam G berbentuk a k untuk suatu k ∈ Z. Jika G berorder n, maka G = {eG, a, a2, …, an−1}. Selanjutnya faktor persekutuan terbesar dari k dan n ditulis (k, n). Teorema 2.2.6 (Sifat-sifat Grup Siklik). Jika G grup siklik berorder n yang dihasilkan oleh a ∈ G dan 1 ≤ k < n, maka (i) G grup komutatif. (ii) Setiap subgrup dari G adalah siklik. (iii) ak membangun subgrup berorder n (k , n) . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 (iv) Jika (k, n) = 1, maka ak membangun G. (v) Jika k n , maka G mempunyai tepat satu subgrup berorder k. BUKTI. (i) Ambil sembarang elemen-elemen am, an ∈ G. Maka am ∗ an = a m+n = an+m = an ∗ a m untuk suatu m, n ∈ Z. Menurut Definisi 2.2.2, G grup komutatif. (ii) Ambil sembarang H ≤ G. Jelas H = {eG} adalah subgrup siklik. Jika H ≠ {eG}, maka terdapat a k ∈ H untuk suatu bilangan bulat positif k. Misalkan m adalah bilangan bulat positif terkecil sedemikian sehingga am ∈ H. Selanjutnya akan ditunjukkan H = 〈am〉, yaitu setiap elemen dalam H adalah pangkat dari am. Ambil sembarang b ∈ H, maka b = at untuk suatu t ∈ {0, 1, …, n − 1}. Menurut algoritma pembagian pada bilangan bulat, terdapat dengan tunggal bilangan bulat q, r sedemikian sehingga t = mq + r dengan 0 ≤ r < m. Maka a t = amq+r = (am)q ∗ ar ⇔ ((am)q)−1 ∗ at = ar. Perhatikan bahwa a m, a t ∈ H, sehingga ar ∈ H. Kemudian, karena 0 ≤ r < m dan m adalah bilangan bulat positif terkecil sedemikian sehingga am ∈ H, maka haruslah r = 0. Jadi b = at = amq = (am)q. (iii) Jika G adalah grup siklik berorder n yang dihasilkan oleh a ∈ G, maka a n = eG. Perhatikan bahwa 〈 a k 〉 merupakan bilangan bulat positif terkecil s sedemikian sehingga (a k)s = aks = eG. Menurut Teorema 2.2.4(ii), a ks = eG jika dan hanya jika n ks . Misalkan g = (k, n). Maka menurut sifat bilangan bulat, g adalah kombinasi linear dari k dan n, yaitu g = uk + vn ⇔ 1 = u (k g ) + v(n g ) untuk suatu u, v ∈ Z. Jadi (k g , n g ) = 1. Jika n ks , maka (n g ) (k g ) s . Akibatnya (n g ) s . Ini berarti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 bilangan bulat positif terkecil s adalah n g . Jadi ak membangun subgrup berorder n ( k , n) . (iv) Jika (k, n) = 1, maka dari (iii), 〈 a k 〉 = n 1 = n = G , sehingga 〈ak〉 = G. (v) Jika k n , maka n = ku untuk suatu bilangan bulat positif u dan (u, n) = u. Dari (iii), au membangun subgrup berorder n u = k. Jadi G mempunyai subgrup berorder k. Akan ditunjukkan subgrup berorder k tunggal. Misalkan L dan M subgrup-subgrup berorder k. Maka L = M . Jelas L = M untuk L = M = 1. Dari (ii), L dan M adalah siklik, yaitu L = 〈a r〉 dan M = 〈as〉 untuk suatu bilangan bulat positif r dan s. Karena eG = an, maka a n dalam 〈ar〉 dan 〈as〉. Ini berarti an adalah pangkat dari ar dan as, sehingga r n dan s n . Jadi (r, n) = r dan (s, n) = s. Maka menurut (iii), 〈 a r 〉 = n (r , n ) = n r dan 〈 a s 〉 = n (s, n) = n s . Jadi jika 〈 a r 〉 = 〈 a s 〉 , maka n r = n s ⇔ r = s, sehingga 〈ar〉 = 〈a s〉 atau L = M. ■ Jadi dari teorema di atas, berarti banyaknya subgrup dari grup siklik berhingga G adalah banyaknya bilangan bulat positif yang membagi order G. Selanjutnya Lagrange membuktikan bahwa order subgrup dari grup berhingga harus membagi order grupnya. Dibahas dahulu tentang suatu subhimpunan dari grup yang dinamakan koset. Teorema 2.2.7. Misalkan G grup dan H ≤ G. Jika relasi ∼ pada G didefinisikan dengan a ∼ b jika dan hanya jika b ∗ a −1 ∈ H, maka ∼ adalah relasi ekivalensi pada G. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 BUKTI. Akan dibuktikan ∼ bersifat refleksif, simetris, dan transitif. Karena a ∗ a −1 = eG ∈ H, maka a ∼ a, yaitu ∼ refleksif. Jika a ∼ b, maka b ∗ a−1 ∈ H, sehingga (b ∗ a −1)−1 = a ∗ b−1 ∈ H, yaitu b ∼ a. Berarti ∼ simetris. Jika a ∼ b dan b ∼ c, maka b ∗ a−1 ∈ H dan c ∗ b−1 ∈ H. Maka (c ∗ b −1) ∗ (b ∗ a−1) = c ∗ a −1 ∈ H. Jadi a ∼ c, sehingga ∼ transitif. ■ Kelas-kelas ekivalensi dari ∼ dinamakan koset kanan dari H dalam G. Jika b ∗ a−1 diganti dengan a−1 ∗ b, maka kelas-kelas ekivalensi dari ∼ dinamakan koset kiri dari H dalam G. Akibat 2.2.8 (Bentuk Koset). Misalkan G grup dan H ≤ G. Setiap koset kanan dari H berbentuk Ha = {h ∗ a : h ∈ H} dan koset kiri dari H berbentuk aH = {a ∗ h : h ∈ H}, untuk suatu a ∈ G. BUKTI. Misalkan K adalah koset kanan dari H dalam G, maka K adalah kelas ekivalensi dari ∼ yang memuat suatu elemen a ∈ G, yaitu K = {b ∈ G : a ∼ b} = {b ∈ G : b ∗ a −1 ∈ H}. Selanjutnya akan dibuktikan K = Ha. Ambil sembarang x ∈ K, maka x ∗ a −1 = h ∈ H, sehingga x = h ∗ a ∈ Ha. Kemudian jika x ∈ Ha, maka x = h ∗ a untuk suatu h ∈ H, berarti x ∗ a−1 = h ∈ H, sehingga x ∈ K. Jadi x ∈ K jika dan hanya jika x ∈ Ha untuk ∀x, sehingga K = Ha. Dengan cara yang sama, maka setiap koset kiri dari H dalam G pasti berbentuk aH. ■ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 Lema 2.2.9. Misalkan G grup, H ≤ G dan a, b ∈ G. Maka Ha = Hb jika dan hanya jika b ∗ a−1 ∈ H. BUKTI. ( ⇒ ) Karena b ∈ Hb, yaitu b = eH ∗ b dan Ha = Hb, maka b ∈ Ha. Ini berarti untuk suatu h ∈ H, b = h ∗ a ⇔ b ∗ a−1 = h. Jadi b ∗ a −1 ∈ H. ( ⇐ ) Diasumsikan b ∗ a −1 ∈ H. Akan dibuktikan Ha = Hb. Ambil sembarang elemen dalam Ha katakanlah h ∗ a dengan h ∈ H. Karena b ∗ a −1 ∈ H, maka (b ∗ a −1)−1 = a ∗ b −1 ∈ H, sehingga h ∗ a = (h ∗ a ∗ b−1) ∗ b ∈ Hb. Jadi Ha ⊆ Hb. Untuk sembarang h ∗ b ∈ Hb, maka h ∗ b = (h ∗ b ∗ a−1) ∗ a ∈ Ha. Jadi Hb ⊆ Ha, sehingga Ha = Hb. ■ Misalkan H subgrup dari grup G dan ∼ adalah relasi ekivalensi pada G yang didefinisikan dalam Teorema 2.2.7. Maka kelas-kelas ekivalensi dari ∼ membentuk suatu partisi dari G, yaitu subhimpunan-subhimpunan takkosong dari G yang saling asing (atau saling lepas, tidak saling tumpang tindih) dan G harus merupakan gabungan dari subhimpunan-subhimpunan tersebut. Jadi partisi dari G yang ditimbulkan oleh kelas-kelas ekivalensi dari ∼ terdiri dari koset-koset kanan dari H dalam G. Di bawah ditunjukkan bahwa H berkorespondensi satu-satu dengan setiap kosetnya. Jadi jika G berhingga, maka banyaknya elemen dalam G kelipatan dari banyaknya elemen dalam H. Lema 2.2.10. Jika H subgrup berhingga dari grup G dan a ∈ G, maka Ha = H = aH . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 BUKTI. Didefinisikan µ : H → Ha dengan aturan µ(h) = h ∗ a, ∀h ∈ H. Pemetaan µ terdefinisi dengan baik sebab untuk sembarang h 1, h2 ∈ H dengan h1 = h 2, maka h1 ∗ a = h2 ∗ a, yaitu µ(h 1) = µ(h2). Kemudian jika µ(h 1) = µ(h2), maka h1 ∗ a = h2 ∗ a, sehingga h 1 = h2. Jadi pemetaan µ injektif. Jelas pemetaan µ surjektif sebab jika x ∈ Ha, maka x = h ∗ a untuk suatu h ∈ H. Jadi pemetaan µ bijektif, sehingga H = Ha . Dengan cara yang sama, maka H = aH . Terbukti Ha = H = aH . ■ Teorema 2.2.11 (Teorema Lagrange). Jika G grup berhingga dan H ≤ G, maka order H membagi order G. BUKTI. k Grup G adalah gabungan koset-koset kanan dari H yang saling asing, yaitu G = U Ha i i =1 di mana Hai ∩ Ha j = ∅, i ≠ j. Menurut Lema 2.2.10, Hai = H untuk setiap i. Maka G = Ha1 + Ha2 + … + Hak = H + H + … + H = k H . Jadi G H = k. ■ Akibat 2.2.12. G = eG, ∀a ∈ G. (i) Jika G grup berhingga, maka order a membagi order G dan a (ii) Grup G berorder prima adalah grup siklik yang dihasilkan oleh setiap a ≠ eG ∈ G dan hanya mempunyai subgrup trivial {eG} dan dirinya sendiri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 BUKTI. (i) Dari Akibat 2.2.5, ο(a) = 〈a〉 . Karena 〈a〉 subgrup, maka 〈a〉 membagi G . Jadi ο(a) membagi G . Kemudian dari Teorema 2.2.4(ii), a (ii) G = eG untuk ∀a ∈ G. Diasumsikan G berorder prima p. Pilih a ≠ eG ∈ G. Menurut (i), ο(a) = 〈a〉 = p, sehingga G = 〈a〉. Berarti G grup siklik yang dihasilkan oleh setiap a ≠ eG ∈ G. Kemudian jika H ≤ G, maka haruslah H = 1 atau H = p (Teorema Lagrange). Jadi subgrup-subgrup yang memenuhi hanyalah {eG} dan G. ■ Sudah terbukti jika H ≤ G, maka G = k H . Jadi bilangan k ini adalah banyaknya koset kanan dari H sebab setiap koset kanan dari H mempunyai H elemen. Definisi 2.2.7. Jika G grup dan H ≤ G, maka banyaknya koset kanan dari H dalam G disebut indeks dari H dalam G, dinotasikan (G : H). Definisi 2.2.8. Subgrup N dari grup G disebut subgrup normal (dinotasikan N < G) jika dan hanya jika (∀g ∈ G) (∀n ∈ N) g ∗ n ∗ g −1 ∈ N. Teorema 2.2.13. Misalkan G grup dan N < G. Maka G N = {Na : a ∈ G} adalah grup terhadap operasi • yang didefinisikan dengan Na • Nb = N(a ∗ b) untuk setiap Na, Nb ∈ G N . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 BUKTI. Terlebih dahulu dibuktikan bahwa operasi • dalam G N terdefinisi dengan baik. Ambil sembarang Na1, Na2, Nb1, Nb 2 ∈ G N sedemikian sehingga Na 1 = Na 2 dan Nb1 = Nb2. Akan ditunjukkan N(a 1 ∗ b1) = N(a2 ∗ b2). Jika Na1 = Na2 dan Nb1 = Nb2, maka menurut Lema 2.2.9, a2 ∗ a1−1 = n1 ∈ N dan b 2 ∗ b1−1 = n2 ∈ N untuk suatu n1, n2 ∈ N. Sehingga a2 = n1 ∗ a1 dan b2 = n2 ∗ b 1. Perhatikan bahwa a 2 ∗ b2 = (n1 ∗ a 1) ∗ (n2 ∗ b 1) = n1 ∗ (a 1 ∗ n2 ∗ a1−1) ∗ a1 ∗ b1 = n1 ∗ n3 ∗ a1 ∗ b 1 (N < G) = n4 ∗ (a 1 ∗ b1). Sehingga (a2 ∗ b2) ∗ (a1 ∗ b 1)−1 = n4 ∈ N. Menurut Lema 2.2.9, N(a1 ∗ b 1) = N(a2 ∗ b2). Selanjutnya ambil sembarang Na, Nb, Nc ∈ G N . Maka Na • Nb = N(a ∗ b) ∈ G N sebab G grup. Berarti • bersifat tertutup. Kemudian, (Na • Nb) • Nc = N(a ∗ b) • Nc = N(a ∗ b ∗ c) = Na • N(b ∗ c) = Na • (Nb • Nc). Sehingga • bersifat asosiatif. Terdapat identitas NeG ∈ G N sebab berlaku Na • NeG = N(a ∗ eG) = Na = N(eG ∗ a) = NeG • Na. Akhirnya, Na • Na −1 = N(a ∗ a −1) = NeG = N(a −1 ∗ a) = Na −1 • Na. Dan ini berarti Na−1 invers dari Na. Terbukti G N grup. ■ Perhatikan bahwa operasi pada grup G N tidak terdefinisi jika N bukan subgrup normal dalam G. Jadi G N adalah grup jika N normal dalam G. Dengan perkataan lain, jika N < G maka terdapat grup G N (atau selalu dapat dibentuk grup G N ). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 Definisi 2.2.9. Grup koset-koset kanan dari subgrup normal N dalam grup G (ditulis G N ) disebut grup faktor. Lema 2.2.14. Jika G grup komutatif dan N ≤ G, maka N < G dan G N grup komutatif. BUKTI. Ambil sembarang a ∈ G dan n ∈ N. Maka a ∗ n ∗ a −1 = n ∗ a ∗ a −1 = n ∈ N sebab G grup komutatif. Menurut Definisi 2.2.8, N < G. Dan karena N normal dalam G, maka terdapat grup faktor G N . Selanjutnya ditunjukkan G N komutatif. Ambil sembarang Na, Nb ∈ G N . Maka Na • Nb = N(a ∗ b) = N(b ∗ a) = Nb • Na. Dengan demikian G N grup komutatif. ■ Teorema 2.2.15. Jika G grup berhingga dan N < G, maka G N = G N . BUKTI. Teorema Lagrange telah membuktikan bahwa G = (G : N) N di mana (G : N) adalah indeks dari N dalam G. Maka G N = (G : N) = G N . ■ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 2.3. Gelanggang dan Medan Dalam grup didefinisikan sebuah operasi bersifat umum, dapat berupa operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, komposisi, dan sebagainya. Jadi jika G adalah grup terhadap operasi penjumlahan, maka operasi tersebut yang dipakai. Dalam gelanggang didefinisikan dua buah operasi, yaitu operasi + (penjumlahan) dan operasi ⋅ (perkalian), bahkan kombinasi dari kedua operasi tersebut. Ini membuat gelanggang sedikit lebih sulit daripada grup, tetapi hal ini justru membuat obyek-obyek gelanggang kurang bervariasi dibandingkan grup, dalam arti grup lebih mudah untuk dieksplorasi. Definisi 2.3.1. Himpunan (R, +, ⋅) disebut gelanggang jika dan hanya jika memenuhi sifat-sifat (i) (R, +) grup komutatif, (ii) operasi ⋅ bersifat asosiatif, (iii) kombinasi operasi + dan ⋅ bersifat distributif, yaitu (a + b) ⋅ c = (a ⋅ c) + (b ⋅ c) dan c ⋅ (a + b) = (c ⋅ a) + (c ⋅ b) untuk ∀a, b, c ∈ R. Dari definisi gelanggang di atas, akan diuraikan sifat (i) di mana R adalah grup aditif (grup dengan operasi penjumlahan) yang komutatif. Untuk setiap a, b, c ∈ R, maka sifat asosiatif berarti (a + b) + c = a + (b + c), sifat komutatif berarti a + b = b + a, kemudian elemen identitas adalah 0 di mana a + 0 = a, dan invers aditif dari a adalah −a di mana (−a) + a = 0. Selanjutnya dari definisi pangkat suatu elemen, maka di sini an adalah a + a + … + a = na. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 Definisi 2.3.2. Gelanggang (R, +, ⋅) disebut gelanggang komutatif jika dan hanya jika operasi ⋅ bersifat komutatif. Contoh 2.3.1. Himpunan semua bilangan bulat (Z, +, ⋅), himpunan semua bilangan rasional (Q, +, ⋅), himpunan semua bilangan real (R, +, ⋅), himpunan semua bilangan kompleks (C, +, ⋅) adalah gelanggang-gelanggang komutatif. Gelanggang R merupakan grup aditif. Jika operasi ∗ dalam Teorema 2.2.1 diganti dengan operasi +, maka dalam R berlaku hukum kanselasi aditif, penyelesaian tunggal dari persamaan linear aditif, ketunggalan elemen identitas, ketunggalan invers aditif, sifat-sifat invers aditif, dan hukum eksponen aditif. Proposisi 2.3.1. Misalkan R gelanggang dengan elemen identitas 0 dan a, b, c ∈ R. Maka berlaku (i) 0 ⋅ a = a ⋅ 0 = 0. (ii) a ⋅ (−b) = (−a) ⋅ b = −(a ⋅ b). (iii) (−a) ⋅ (−b) = a ⋅ b. BUKTI. (i) Menurut Definisi 2.3.1, (0 ⋅ a) + (0 ⋅ a) = (0 + 0) ⋅ a = 0 ⋅ a = (0 ⋅ a) + 0. Dengan kanselasi aditif, maka 0 ⋅ a = 0. Dengan cara yang sama, maka a ⋅ 0 = 0. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 (ii) (a ⋅ b) + (a ⋅ (−b)) = a ⋅ (b + (−b)) = a ⋅ 0 = 0. Jadi a ⋅ (−b) adalah invers aditif dari a ⋅ b, yaitu −(a ⋅ b) = a ⋅ (−b). Dengan cara yang sama, maka −(a ⋅ b) = (−a) ⋅ b. (iii) Dari (ii) dan sifat invers aditif, maka didapat (−a) ⋅ (−b) = −(a ⋅ (−b)) = −(−(a ⋅ b)) = a ⋅ b. ■ Definisi 2.3.3. Misalkan R gelanggang dan S ⊆ R. Himpunan S disebut subgelanggang dari R jika dan hanya jika (S, +, ⋅) gelanggang di mana + dan ⋅ adalah operasi pada R. Teorema 2.3.2 (Uji Subgelanggang). Jika R gelanggang dan S ⊆ R, maka S subgelanggang dari R jika dan hanya jika (i) S ≠ ∅, (ii) (∀a, b ∈ S) a + b ∈ S dan a ⋅ b ∈ S, (iii) (∀a ∈ S) −a ∈ S. BUKTI. ( ⇒ ) Definisi 2.3.3. ( ⇐ ) Karena S ⊆ R dan berlaku (ii), maka operasi + dan ⋅ bersifat asosiatif, tertutup, dan kombinasinya bersifat distributif. Jika diambil sembarang a ∈ S, maka dari (ii) dan (iii), a + (−a) = 0 ∈ S dan −a ∈ S. Di sini S grup aditif komutatif sebab operasi + pada R bersifat komutatif. Menurut Definisi 2.3.3, S subgelanggang dari R. ■ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 Definisi 2.3.4. Elemen 1R dalam gelanggang R disebut elemen satuan jika dan hanya jika untuk setiap a ∈ R berlaku a ⋅ 1R = 1R ⋅ a = a. Jika R mempunyai elemen satuan, maka R disebut gelanggang dengan elemen satuan. Jadi elemen satuan merupakan elemen identitas terhadap operasi ⋅. Jika elemen identitas 0 adalah elemen satuan 1R, maka gelanggang R menjadi gelanggang nol {0}. Untuk selanjutnya gelanggang R dengan elemen satuan diasumsikan bukan {0}. Definisi 2.3.5. Misalkan R gelanggang dengan elemen satuan 1R. Elemen u ≠ 0 dalam R disebut unit, jika mempunyai invers multiplikatif u −1 sedemikian sehingga u−1 ⋅ u = u ⋅ u−1 = 1R. Jika setiap elemen taknol dalam R merupakan unit, maka R disebut gelanggang pembagian. Lema 2.3.3 (Ketunggalan Elemen Satuan dan Invers Multiplikatif). Jika R gelanggang pembagian, maka elemen satuan tunggal. Juga invers multiplikatif dari setiap elemen taknol dalam R. BUKTI. Misalkan 1R dan 1 R′ adalah elemen-elemen satuan dalam R sedemikian sehingga a ⋅ 1R = 1R ⋅ a = a dan a ⋅ 1 R′ = 1R′ ⋅ a = a, untuk setiap a ∈ R. Maka 1R = 1R ⋅ 1R′ = 1R′. Kemudian ambil sembarang u ≠ 0 ∈ R. Misalkan u1−1 dan u2−1 adalah invers-invers multiplikatif dari u sedemikian sehingga u1−1 ⋅ u = u ⋅ u1−1 = 1 R dan u2−1 ⋅ u = u ⋅ u2−1 = PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 1R. Karena elemen 1 R tunggal, maka u1−1 = u 1−1 ⋅ 1R = u 1−1 ⋅ (u ⋅ u 2−1) = (u 1−1 ⋅ u) ⋅ u 2−1 = 1R ⋅ u2−1 = u2−1. Terbukti elemen satuan dan invers multiplikatif tunggal. ■ Definisi 2.3.6. Misalkan R adalah gelanggang. Jika terdapat bilangan bulat positif terkecil n sedemikian sehingga na = a + a + … + a = 0 untuk ∀a ∈ R, maka n disebut karakteristik dari R. Jika tidak terdapat bilangan bulat positif terkecil n yang demikian itu, maka R dikatakan berkarakteristik 0. Lema 2.3.4 (Karakteristik Gelanggang dengan Elemen Satuan). Gelanggang R dengan elemen satuan berkarakteristik n jika dan hanya jika n1R = 0. BUKTI. ( ⇒ ) Jika R berkarakteristik n, maka na = 0 untuk ∀a ∈ R. Jadi n1R = 0. ( ⇐ ) Jika diasumsikan n1R = 0, maka na = a + a + … + a = (1 R + 1 R + … + 1R) ⋅ a = (n1 R) ⋅ a = 0 ⋅ a = 0. ■ Selanjutnya definisi gelanggang diperluas lagi untuk mendapatkan struktur baru. Pada gelanggang R sudah didefinisikan R adalah grup aditif komutatif dan ditambahkan sifat asosiatif pada operasi ⋅ dan bersifat distributif (kombinasi + dan ⋅). Kemudian jika R juga merupakan grup multiplikatif (grup dengan operasi perkalian) yang komutatif, maka kita mempunyai struktur baru yang dinamakan medan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 Definisi 2.3.7. Misalkan F adalah gelanggang komutatif dengan elemen satuan. Maka F disebut medan jika dan hanya jika setiap elemen taknol dalam F mempunyai invers multiplikatif. Dari definisi di atas, dapat dikatakan (dengan cara lebih baik) bahwa F adalah medan jika dan hanya jika (i) (F, +) grup komutatif 1. Operasi + bersifat asosiatif dan komutatif. 2. Terdapat elemen identitas 0. 3. Setiap elemen a mempunyai invers −a. (ii) (F#, ⋅) dengan F# = F − {0} grup komutatif 1. Operasi ⋅ bersifat asosiatif dan komutatif. 2. Terdapat elemen satuan 1 F. 3. Setiap elemen u mempunyai invers u−1. (iii) Kombinasi operasi + dan ⋅ bersifat distributif. Contoh 2.3.2. Gelanggang-gelanggang Q, R, dan C semuanya adalah medan. Tetapi gelanggang Z bukan medan sebab unit-unit dalam Z hanyalah −1 dan 1. Definisi 2.3.8. Jika a ≠ 0 dan b ≠ 0 adalah elemen-elemen dalam gelanggang komutatif R sedemikian sehingga a ⋅ b = 0, maka a dan b disebut pembagi nol. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 Definisi 2.3.9. Gelanggang komutatif D dengan elemen satuan disebut daerah integral jika dan hanya jika D tidak memuat pembagi nol (berarti jika a ⋅ b = 0, maka a = 0 atau b = 0 untuk setiap a, b ∈ D). Contoh 2.3.3. Gelanggang komutatif Z merupakan gelanggang dengan elemen satuan yang tidak memuat pembagi nol, sehingga Z adalah daerah integral. Juga gelanggang-gelanggang Q, R, dan C semuanya adalah daerah integral. Definisi 2.3.10. Misalkan a, b, c dalam gelanggang R dengan a ≠ 0. Hukum kanselasi multiplikatif (disingkat kanselasi) dikatakan berlaku dalam R yaitu jika a ⋅ b = a ⋅ c, maka b = c, demikian pula jika b ⋅ a = c ⋅ a, maka b = c. Teorema 2.3.5. Gelanggang komutatif R dengan elemen satuan adalah daerah integral jika dan hanya jika dalam R berlaku kanselasi. BUKTI. ( ⇒ ) Misalkan a ≠ 0 dan a ⋅ b = a ⋅ c. Maka (a ⋅ b) + (−(a ⋅ c)) = a ⋅ (b + (−c)) = 0. Karena R daerah integral dan a ≠ 0, maka haruslah b + (−c) = 0, sehingga b = c. Jadi dalam R berlaku kanselasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 ( ⇐ ) Akan ditunjukkan bahwa jika a ⋅ b = 0, maka a = 0 atau b = 0. Jika a ≠ 0, maka persamaan a ⋅ b = 0 = a ⋅ 0 mengakibatkan b = 0, karena diasumsikan dalam R berlaku kanselasi. Jadi R adalah daerah integral. ■ Sudah dibuktikan bahwa dalam daerah integral berlaku kanselasi. Berikutnya akan dibuktikan bahwa dalam medan juga berlaku kanselasi sehingga setiap medan adalah daerah integral. Teorema 2.3.6. Setiap medan F adalah daerah integral. BUKTI. Ambil sembarang a, b, c ∈ F. Dari Definisi 2.3.7, a ≠ 0 mempunyai invers multiplikatif a−1. Berarti jika a ⋅ b = a ⋅ c, maka b = c. Maka dari Definisi 2.3.10 dan Teorema 2.3.5, F adalah daerah integral. ■ Teorema 2.3.7. Jika D daerah integral, maka D berkarakteristik prima atau 0. BUKTI. Misalkan D berkarakteristik n ≠ 0. Jika n = 1, maka 11D = 1 D ≠ 0. Ini berarti 1 bukan karakteristik dari D (Lema 2.3.4). Akan ditunjukkan bahwa jika n1 D = 0, maka n harus prima. Perhatikan bahwa n1 D = 1 D + 1 D + … + 1 D. Andaikan n bukan prima. Maka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 1 D + 1 D + ... + 1 D = (1 D + 1 D + ... + 1D ) . (1 D + 1 D + ... + 1 D ) , 1 < s < n dan 1 < t < n. 1442443 144 42444 3 144 42444 3 n s t Sehingga jika n1D = (s1D) ⋅ (t1D) = 0, maka s1D = 0 atau t1D = 0 sebab D daerah integral. Ini menunjukkan bahwa D berkarakteristik s atau t. Terdapat suatu kontradiksi dengan D berkarakteristik n. Jadi haruslah n prima. ■ 2.4. Bilangan Bulat Modulo n Hanya ada dua metode standar untuk mengonstruksikan medan, yaitu medan hasil bagi daerah integral (misalnya, medan semua bilangan rasional adalah medan yang dikonstruksi dari daerah integral semua bilangan bulat) dan bilangan bulat modulo prima p (nanti akan ditunjukkan bahwa terdapat medan berhingga berorder p). Medan hasil bagi daerah integral, yaitu medan semua anggotanya direpresentasikan sebagai hasil bagi anggota-anggota dari daerah integral, khusus untuk mengkonstruksi medan takhingga. Karena tulisan ini akan membahas medan Galois (medan berhingga), maka kita akan akrab dengan bilangan bulat modulo p dalam mengoperasikan elemen-elemen dari medan Galois. Definisi 2.4.1. Misalkan n adalah bilangan bulat positif. Bilangan-bilangan bulat a dan b dikatakan kongruen modulo n (ditulis a ≡ b mod n) jika dan hanya jika a − b = kn, k ∈ Z. Teorema 2.4.1. Relasi kongruensi modulo n adalah relasi ekivalensi pada Z, untuk setiap bilangan bulat positif n. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 BUKTI. Akan dibuktikan relasi kongruensi modulo n bersifat refleksif, simetris, dan transitif. Ambil sembarang bilangan-bilangan bulat u, v, w. Karena u − u = 0 = 0n, maka u ≡ u mod n. Jadi relasi bersifat refleksif. Jika u ≡ v mod n, maka u − v = kn, k ∈ Z, sehingga v − u = −kn, −k ∈ Z. Maka v ≡ u mod n. Jadi relasi bersifat simetris. Jika u ≡ v mod n dan v ≡ w mod n, maka u − v = rn dan v − w = sn untuk r, s ∈ Z. Ini berarti (u − v) + (v − w) = rn + sn ⇔ u − w = (r + s)n, r + s ∈ Z, sehingga u ≡ w mod n. Jadi relasi bersifat transitif. ■ Kelas-kelas ekivalensi dari relasi kongruensi modulo n disebut kelas kongruensi mod n. Kelas kongruensi mod n yang memuat suatu a ∈ Z adalah [a] = {b ∈ Z : b ≡ a mod n} = {b ∈ Z : b − a = kn untuk suatu k ∈ Z}. Menurut algoritma pembagian pada bilangan bulat, terdapat dengan tunggal bilangan bulat q dan r sedemikian sehingga a = qn + r dengan 0 ≤ r < n. Ini menunjukkan bahwa a ≡ r mod n dan [a] = [r]. Maka bilangan bulat a kongruen modulo n dengan tepat salah satu bilangan bulat 0, 1, 2, …, n − 1. Misalkan juga [a] = [s] dengan 0 ≤ s < n, maka [r] = [s], sehingga r − s = kn. Karena 0 ≤ r − s < n, maka haruslah r − s = 0, yaitu r = s. Jadi jika r ≠ s, maka [r] ≠ [s], artinya kelas-kelas kongruensi [0], [1], [2], …, [n − 1] saling berbeda. Misalkan Zn menyatakan himpunan kelas-kelas kongruensi mod n, maka Zn = {[0], [1], [2], …, [n − 1]} di mana setiap bilangan bulat terdapat dalam tepat satu kelas kongruensi di atas. Dengan demikian untuk bilangan bulat positif n yang tetap, maka terdapat n kelas kongruensi mod n. Selanjutnya Zn disebut himpunan semua bilangan bulat modulo n. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 Contoh 2.4.1. Untuk n = 3, maka terdapat 3 kelas kongruensi mod 3, yaitu [0] = [−9] = [30] = [18] = {…, −9, −6, −3, 0, 3, 6, 9, …} ⊆ Z [1] = [−2] = [−8] = [28] = {…, −8, −5, −2, 1, 4, 7, 10, …} ⊆ Z [2] = [11] = [47] = [−1] = {…, −7, −4, −1, 2, 5, 8, 11, …} ⊆ Z sehingga Z3 = {[0], [1], [2]}. Teorema 2.4.2. Untuk setiap bilangan bulat positif n, maka Zn adalah gelanggang komutatif dengan elemen satuan terhadap operasi penjumlahan dan perkalian yang didefinisikan dengan [a] + [b] = [a + b] dan [a] ⋅ [b] = [ab] untuk setiap [a], [b] ∈ Zn. BUKTI. Ditunjukkan dahulu kedua operasi terdefinisi dengan baik. Ambil sembarang [a1], [a2], [b1], [b2] ∈ Zn dengan [a1] = [a2] dan [b1] = [b2]. Akan ditunjukkan [a 1 + b1] = [a2 + b2] dan [a1b 1] = [a 2b2]. Karena [a1] = [a2] dan [b1] = [b2], maka a 1 = a2 + sn dan b1 = b2 + tn untuk suatu s, t ∈ Z. Sekarang, a1 + b1 = a2 + s n + b 2 + tn = a2 + b2 + (s + t)n = a2 + b2 + un, u ∈ Z, sehingga (a1 + b1) ≡ (a 2 + b2) mod n, yaitu [a1 + b1] = [a 2 + b2]. Kemudian, a1b 1 = (a2 + sn) (b2 + tn) = (a 2b2) + (a2tn) + (b2sn) + (tnsn) = (a2b 2) + (a 2t + b2s + tsn)n = (a 2b2) + vn untuk suatu v ∈ Z. Maka (a1b1) ≡ (a 2b2) mod n, yaitu [a1b 1] = [a2b 2]. Selanjutnya dibuktikan Zn adalah gelanggang komutatif dengan elemen satuan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 Ambil sembarang [a], [b], [c] ∈ Zn. Jelas kedua operasi bersifat tertutup. Perhatikan bahwa ([a] + [b]) + [c] = [a + b] + [c] = [a + b + c] = [a] + ([b] + [c]) dan ([a] ⋅ [b]) ⋅ [c] = [ab] ⋅ [c] = [abc] = [a] ⋅ ([b] ⋅ [c]). Berarti kedua operasi bersifat asosiatif. Kedua operasi bersifat komutatif, yaitu [a] + [b] = [a + b] = [b + a] = [a] + [b] dan [a] ⋅ [b] = [ab] = [ba] = [b] ⋅ [a]. Kombinasi kedua operasi bersifat distributif, yaitu ([a] + [b]) ⋅ [c] = [a + b] ⋅ [c] = [(a + b)c] = [ac + bc] = [ac] + [bc] = ([a] ⋅ [c]) + ([b] ⋅ [c]) dan [c] ⋅ ([a] + [b]) = [c] ⋅ [a + b] = [c(a + b)] = [ca + cb] = [ca] + [cb] = ([c] ⋅ [a]) + ([c] ⋅ [b]). Elemen identitas adalah [0] sebab [a] + [0] = [a + 0] = [a]. Invers aditif dari [a] adalah [−a] sebab [−a] = [0] + [−a] = [n] + [−a] = [n − a] sehingga [a] + [−a] = [a] + [n − a] = [n] = [0]. Elemen satuan adalah [1] sebab [a] ⋅ [1] = [a1] = [a]. Terbukti Zn adalah gelanggang komutatif dengan elemen satuan. ■ Di atas sudah dibuktikan bahwa Zn gelanggang. Gelanggang Z6 = {[0], [1], [2], [3], [4], [5]} bukan medan sebab [2] dan [3] adalah pembagi nol, yaitu [2] ⋅ [3] = [0]. Mudah dipahami bahwa Z2, Z3, Z5, Z7 tidak mempunyai pembagi nol. Secara umum, teorema berikut membuktikan bahwa Zn adalah medan untuk setiap bilangan prima n. Teorema 2.4.3. Zn adalah medan jika dan hanya jika n prima. BUKTI. ( ⇒ ) Diasumsikan Zn medan dan akan dibuktikan n prima. Andaikan n bukan prima. Maka n = st di mana 1 < s < n dan 1 < t < n. Ini berarti [st] = [s] ⋅ [t] = [n] = [0]. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 Padahal [s] ≠ [0] dan [t] ≠ [0], berarti [s] dan [t] adalah pembagi nol dalam Zn. Kontradiksi dengan Zn medan. Jadi haruslah n prima. ( ⇐ ) Ambil sembarang [a] ≠ [0] dalam Zn dan n prima. Akan ditunjukkan bahwa [a] mempunyai invers multiplikatif. Karena n prima dan n bukan faktor dari a, maka faktor persekutuan terbesar dari n dan a adalah 1. Sehingga dari sifat bilangan bulat, 1 adalah kombinasi linear dari n dan a. Jadi terdapat bilangan bulat r dan s sedemikian sehingga 1 = ra + sn. Berarti 1 ≡ ra mod n. Jadi pada bilangan bulat modulo prima n, [1] = [ra] = [r] ⋅ [a]. Jadi jika n prima, maka [a] ≠ [0] dalam Zn mempunyai invers multiplikatif [r], sehingga Zn medan. ■ 2.5. Ideal dan Teorema Isomorfisma Untuk mengkonstruksi medan nantinya, diperlukan suatu subgelanggang khusus (menjadi salah satu kunci dari tujuan yang hendak dicapai) yang dinamakan ideal. Definisi 2.5.1. Misalkan R adalah gelanggang. Subgelanggang I dari R disebut ideal jika dan hanya jika r ⋅ a ∈ I dan a ⋅ r ∈ I untuk ∀a ∈ I, ∀r ∈ R. Teorema 2.5.1 (Uji Ideal). Misalkan R gelanggang dan I ⊆ R. Maka I ideal dalam R jika dan hanya jika (i) I ≠ ∅, (ii) (∀a1, a2 ∈ I) a1 + (−a2) ∈ I, (iii) (∀a ∈ I) (∀r ∈ R) r ⋅ a ∈ I dan a ⋅ r ∈ I. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 BUKTI. ( ⇒ ) Definisi 2.5.1. ( ⇐ ) Ambil sembarang a, b ∈ I. Maka a + (−a) = 0 sebab R gelanggang dan I ⊆ R. Berarti dari (ii), 0 ∈ I, sehingga I ≠ ∅. Karena 0 ∈ I, maka dari (ii), 0 + (−a) = −a ∈ I. Dan a + (−(−b)) = a + b ∈ I. Kemudian dari (iii), a ⋅ b ∈ I. Menurut Teorema 2.3.2, I subgelanggang dari R. Dari (iii), I ideal dalam R. ■ Teorema 2.5.2. Jika R gelanggang komutatif dengan elemen satuan, maka (a) = {r ⋅ a : r ∈ R} ideal dalam R, untuk ∀a ∈ R. BUKTI. Karena 1 R ∈ R dan a = 1R ⋅ a, maka a ∈ (a), sehingga (a) ≠ ∅. Jika r1 ⋅ a, r2 ⋅ a ∈ (a), maka (r1 ⋅ a) + (−(r2 ⋅ a)) = (r1 + (−r2)) ⋅ a ∈ (a) untuk suatu r1, r2 ∈ R. Jika diambil sembarang r ∈ R, maka r ⋅ (r1 ⋅ a) = (r ⋅ r1) ⋅ a ∈ (a) dan (r1 ⋅ a) ⋅ r = (r1 ⋅ r) ⋅ a ∈ (a) sebab R gelanggang komutatif. Menurut Teorema 2.5.1, (a) ideal dalam R. ■ Definisi 2.5.2. Ideal (a) = {a ⋅ r : r ∈ R} dari gelanggang komutatif R dengan elemen satuan disebut ideal utama yang dihasilkan oleh a ∈ R. Contoh 2.5.1. Untuk n ∈ Z, maka nZ = {nz : z ∈ Z} = (n) adalah ideal utama dalam gelanggang Z. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 Teorema 2.5.3. Gelanggang komutatif R dengan elemen satuan adalah medan jika dan hanya jika ideal dalam R hanyalah {0} dan R. BUKTI. ( ⇒ ) Jelas R mempunyai ideal trivial {0}. Misalkan I ideal taktrivial dalam R. Akan ditunjukkan I = R. Pilih a ≠ 0 ∈ I. Karena diasumsikan R medan, maka untuk setiap x ∈ R, x = a ⋅ (a −1 ⋅ x) ∈ I, sehingga R ⊆ I. Karena I ⊆ R, maka I = R. Terbukti ideal dalam R hanyalah {0} dan R. ( ⇐ ) Ambil sembarang a ≠ 0 dalam R. Akan ditunjukkan bahwa a mempunyai invers multiplikatif. Menurut Teorema 2.5.2, (a) ideal dalam R. Karena a ∈ (a), maka (a) ≠ {0}. Karena diasumsikan ideal dalam R hanya {0} dan R, maka (a) = R, sehingga 1 R ∈ (a), yaitu 1 R = a ⋅ b. Jadi ∃b ∈ R sedemikian sehingga a ⋅ b = 1R. Terbukti R medan. ■ Definisi 2.5.3. Jika R gelanggang komutatif, maka ideal I dalam R disebut ideal prima jika dan hanya jika I ≠ R dan jika a ⋅ b ∈ I, maka a ∈ I atau b ∈ I, untuk ∀a, b ∈ R. Definisi 2.5.4. Jika R gelanggang, maka ideal M ≠ R disebut ideal maksimal jika dan hanya jika tidak terdapat ideal sejati dari R yang memuat M. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 Jika I ideal dalam gelanggang R, maka I subgrup normal dalam grup aditif komutatif R, sehingga dapat dibentuk grup faktor R I dengan operasi penjumlahan dan bersifat komutatif (Lema 2.2.14). Elemen-elemen dalam R I adalah koset-koset kanan dari I dalam R yang berbentuk I + r dengan r ∈ R. Teorema berikut ini menunjukkan bahwa R I adalah gelanggang. Seperti halnya grup faktor, maka syarat supaya R I gelanggang adalah I ideal dalam R. Dengan perkataan lain, jika I ideal dalam R, maka R I gelanggang. Teorema 2.5.4. Jika R gelanggang dan I ideal dalam R, maka R I = {I + r : r ∈ R} adalah gelanggang terhadap operasi penjumlahan dan perkalian yang didefinisikan dengan (I + a) + (I + b) = I + (a + b) (I + a) ⋅ (I + b) = I + (a ⋅ b) untuk setiap I + a, I + b ∈ R I . BUKTI. Sudah ditunjukkan R I grup komutatif terhadap operasi +. Tinggal ditunjukkan operasi ⋅ bersifat tertutup dan asosiatif, dan berlaku hukum distributif. Ditunjukkan dahulu operasi ⋅ pada R I terdefinisi dengan baik, yaitu jika I + a1 = I + a2 dan I + b1 = I + b2, maka I + (a1 ⋅ b1) = I + (a2 ⋅ b2). Jika I + a1 = I + a2 dan I + b 1 = I + b2, maka a 1 = n1 + a2 dan b1 = n2 + b 2 untuk suatu n1, n2 ∈ I. Sekarang, a 1 ⋅ b1 = (n1 + a 2) ⋅ (n 2 + b2) = (n1 ⋅ n2) + (n1 ⋅ b2) + (a2 ⋅ n2) + (a 2 ⋅ b2) = n3 + (a 2 ⋅ b2) di mana n3 = (n 1 ⋅ n2) + (n1 ⋅ b2) + (a2 ⋅ n2). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 Maka (a1 ⋅ b1) + (−(a2 ⋅ b 2)) = n3 ∈ I sebab I ideal. Karena R grup aditif, maka menurut Lema 2.2.9, I + (a1 ⋅ b1) = I + (a2 ⋅ b2). Ambil sembarang I + a, I + b, I + c ∈ R I . Jelas di sini operasi ⋅ pada R I bersifat tertutup. Dan operasi ⋅ pada R I bersifat asosiatif, yaitu ((I + a) ⋅ (I + b)) ⋅ (I + c) = (I + (a ⋅ b)) ⋅ (I + c) = I + ((a ⋅ b) ⋅ c) = I + (a ⋅ (b ⋅ c)) = (I + a) ⋅ (I + (b ⋅ c)) = (I + a) ⋅ ((I + b) ⋅ (I + c)). Selanjutnya, ((I + a) + (I + b)) ⋅ (I + c) = (I + (a + b)) ⋅ (I + c) = I + ((a + b) ⋅ c) = I + ((a ⋅ c) + (b ⋅ c)) = (I + (a ⋅ c)) + (I + (b ⋅ c)) = ((I + a) ⋅ (I + c)) + ((I + b) ⋅ (I + c)). Secara analog, maka (I + c) ⋅ ((I + a) + (I + b)) = ((I + c) ⋅ (I + a)) + ((I + c) ⋅ (I + b)), sehingga dalam R I berlaku hukum distributif. ■ Definisi 2.5.5. Gelanggang R I = {I + r : r ∈ R} disebut gelanggang faktor. Lema 2.5.5. Jika R gelanggang komutatif dan I ideal dalam R, maka R I komutatif. BUKTI. Ambil sembarang I + r1, I + r2 ∈ R I untuk suatu r1, r2 ∈ R. Didapat (I + r1) ⋅ (I + r2) = I + (r1 ⋅ r2) = I + (r2 ⋅ r1) = (I + r2) ⋅ (I + r1). Jadi R I komutatif. ■ Teorema 2.5.6. Jika R gelanggang komutatif dengan elemen satuan dan M ideal dalam R, maka M ideal maksimal jika dan hanya jika R M medan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 BUKTI. ( ⇒ ) Ambil sembarang M + a ∈ R M dengan M + a ≠ M + 0. Maka a ∉ M. Kemudian ditunjukkan bahwa M + a mempunyai invers multiplikatif. Misalkan N = {(r ⋅ a) + m : r ∈ R dan m ∈ M}. Akan dibuktikan bahwa N ideal dalam R. Karena 0 = 0 ⋅ a + 0 ∈ N, maka N ≠ ∅. Jika (r1 ⋅ a) + m1, (r2 ⋅ a) + m2 ∈ N, maka ((r1 ⋅ a) + m1) + (−((r2 ⋅ a) + m2)) = ((r1 + (−r2)) ⋅ a) + (m1 + (−m2)) ∈ N untuk suatu r1, r2 ∈ R dan m1, m2 ∈ M. Untuk sembarang r ∈ R, maka r ⋅ ((r1 ⋅ a) + m1) = ((r ⋅ r1) ⋅ a) + (r ⋅ m1) ∈ N. Dan karena R komutatif, maka ((r1 ⋅ a) + m1) ⋅ r = ((r1 ⋅ r) ⋅ a) + (m1 ⋅ r) ∈ N. Jadi N ideal dalam R (Teorema 2.5.1). Perhatikan bahwa untuk ∀m ∈ M, (0 ⋅ a) + m = m ∈ N. Lagipula a ∉ M tetapi (1 R ⋅ a) + 0 = a ∈ N. Ini menunjukkan bahwa M ⊂ N. Padahal M ideal maksimal dalam R, maka haruslah N = R. Jadi 1 R ∈ N, sehingga 1R = (r ⋅ a) + m. Sekarang, M + 1R = M + ((r ⋅ a) + m) = (M + (r ⋅ a)) + (M + m) = M + (r ⋅ a) = (M + r) ⋅ (M + a). Ini berarti ∃M + r ∈ R M sedemikian sehingga (M + r) ⋅ (M + a) = M + 1R. Terbukti R M medan. ( ⇐ ) Diasumsikan R M medan, akan ditunjukkan M ideal maksimal. Andaikan M bukan ideal maksimal. Maka terdapat ideal N sedemikian sehingga M ⊂ N ⊂ R. Jelas M ideal dalam N, sehingga dapat dibentuk gelanggang faktor N M . Akan dibuktikan N M ideal dalam R M . Jika M + n ∈ N M dengan n ∈ N, maka sembarang M + r ∈ R M dengan r ∈ R, (M + r) ⋅ (M + n) = M + (r ⋅ n) ∈ N M sebab N ideal dalam R. Juga (M + n) ⋅ (M + r) ∈ N M . Jadi N M ideal dalam R M . Dengan demikian {M + 0} ⊂ N M ⊂ R M . Padahal menurut Teorema PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 2.5.3, medan R M hanya memuat ideal-ideal {M + 0} dan R M . Timbul suatu kontradiksi. Jadi haruslah M ideal maksimal. ■ Teorema 2.5.7. Ideal sejati I dalam gelanggang komutatif R dengan elemen satuan adalah ideal prima jika dan hanya jika R I daerah integral. BUKTI. ( ⇒ ) Sudah dibuktikan bahwa jika I ideal dalam R, maka R I gelanggang komutatif. Akan ditunjukkan bahwa jika I ideal prima, maka R I daerah integral. Ambil sembarang I + a, I + b ∈ R I . Jika (I + a) ⋅ (I + b) = I + (a ⋅ b) = I + 0, maka haruslah a ⋅ b ∈ I. Karena I ideal prima, maka a ∈ I atau b ∈ I. Ini menunjukkan I + a = I + 0 atau I + b = I + 0. Terbukti R I daerah integral. ( ⇐ ) Ambil sembarang r1, r2 ∈ R. Jika r1 ⋅ r2 ∈ I, maka I + (r1 ⋅ r2) = I + 0. Karena R I adalah daerah integral, maka jika I + (r1 ⋅ r2) = (I + r1) ⋅ (I + r2) = I + 0, haruslah I + r1 = I + 0 atau I + r2 = I + 0. Ini berarti r1 ∈ I atau r2 ∈ I. Terbukti I ideal prima. ■ Teorema 2.5.8. Setiap ideal maksimal I dalam gelanggang komutatif R dengan elemen satuan adalah ideal prima. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 BUKTI. Jika I ideal maksimal dalam R, maka I ≠ R. Dari Teorema 2.5.6, R I medan. Karena medan adalah daerah integral, maka dari Teorema 2.5.7, I ideal prima. ■ Berikutnya didefinisikan pemetaan gelanggang yang merupakan homomorfisma. Definisi 2.5.6. Misalkan R dan S adalah gelanggang-gelanggang. Maka pemetaan θ : R → S disebut homomorfisma gelanggang jika dan hanya jika θ(a + b) = θ(a) + θ(b) dan θ(a ⋅ b) = θ(a) ⋅ θ(b) untuk setiap a, b ∈ R. Contoh 2.5.2. Didefinisikan θ : Z → Zn dengan aturan θ(a) = [a] untuk setiap a ∈ Z. Maka θ adalah pemetaan dari Z ke Zn. Sekarang, θ(a + b) = [a + b] = [a] + [b] = θ(a) + θ(b). Kemudian, θ(ab) = [ab] = [a] ⋅ [b] = θ(a) ⋅ θ(b). Maka pemetaan θ : Z → Zn adalah homomorfisma gelanggang. Definisi 2.5.7. Misalkan θ : R → S homomorfisma gelanggang. Maka kernel θ (ditulis Ker(θ)) adalah himpunan elemen-elemen r ∈ R sedemikian sehingga θ(r) = 0S. Sedangkan image θ (bayangan homomorfisma dan ditulis Im(θ)) adalah himpunan elemen-elemen s ∈ S sedemikian sehingga s = θ(r) untuk suatu r ∈ R. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 Proposisi 2.5.9. Jika R, S adalah gelanggang-gelanggang dan θ : R → S homomorfisma, maka (i) θ(0 R) = 0 S dan θ(−r) = −θ(r) untuk ∀r ∈ R. (ii) Ker(θ) = {r ∈ R : θ(r) = 0 S} ideal dalam R. (iii) Im(θ) = {s ∈ S : s = θ(r), r ∈ R} subgelanggang dari S. (iv) θ injektif jika dan hanya jika Ker(θ) = {0R}. BUKTI. (i) Karena θ homomorfisma, maka θ(0R) + θ(0 R) = θ(0 R + 0R) = θ(0 R) = θ(0R) + 0S. Dengan kanselasi aditif, maka θ(0 R) = 0S. Kemudian untuk sembarang r ∈ R, maka θ(−r) + θ(r) = θ(−r + r) = θ(0 R) = 0S = −θ(r) + θ(r) sebab S gelanggang. Dengan kanselasi aditif, maka θ(−r) = −θ(r). (ii) Ker(θ) ≠ ∅ sebab 0R ∈ Ker(θ). Ambil sembarang a, b ∈ Ker(θ). Maka θ(a) = 0S dan θ(b) = 0S, sehingga θ(a + (−b)) = θ(a) + θ(−b) = θ(a) + (−θ(b)) = 0 S + 0S = 0S. Ini berarti a + (−b) ∈ Ker(θ). Kemudian jika r ∈ R, maka θ(r ⋅ a) = θ(r) ⋅ θ(a) = θ(r) ⋅ 0S = 0S dan θ(a ⋅ r) = θ(a) ⋅ θ(r) = 0S ⋅ θ(r) = 0S, sehingga r ⋅ a ∈ Ker(θ) dan a ⋅ r ∈ Ker(θ). Menurut Teorema 2.5.1, Ker(θ) ideal dalam R. (iii) Jelas Im(θ) ≠ ∅ sebab 0S ∈ Im(θ) menurut (i). Ambil sembarang s1, s2 ∈ Im(θ) sedemikian sehingga s1 = θ(r1) dan s2 = θ(r2), untuk suatu r1, r2 ∈ R. Maka s1 + s2 = θ(r1) + θ(r2) = θ(r1 + r2) ∈ Im(θ) dan s1 ⋅ s2 = θ(r1) ⋅ θ(r2) = θ(r1 ⋅ r2) ∈ Im(θ) sebab θ homomorfisma dan R gelanggang. Selanjutnya menurut (i), −s1 = −θ(r1) = θ(−r1) ∈ Im(θ). Menurut Teorema 2.3.2, Im(θ) subgelanggang dari S. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 (iv) ( ⇒ ) Jika a ∈ Ker(θ), maka θ(a) = 0S = θ(0R). Karena θ injektif, maka a = 0R, sehingga Ker(θ) = {0R}. ( ⇐ ) Ambil sembarang r1, r2 ∈ R sedemikian sehingga θ(r1) = θ(r2). Maka 0 S = θ(r1) + (−θ(r2)) = θ(r1) + θ(−r2) = θ(r1 + (−r2)). Jadi r1 + (−r2) ∈ Ker(θ). Padahal Ker(θ) = {0R}, ini berarti haruslah r1 + (−r2) = 0R, yaitu r1 = r2. Terbukti θ injektif. ■ Pada Proposisi 2.5.9 telah dibuktikan bahwa jika θ : R → S homomorfisma gelanggang, maka Im(θ) subgelanggang dari S, dan Ker(θ) ideal dalam R. Selanjutnya teorema berikut membuktikan bahwa jika I ideal dalam gelanggang R, maka terdapat suatu pemetaan α : R → R I yang merupakan homomorfisma surjektif sedemikian sehingga Ker(α) = I. Pemetaan ini disebut homomorfisma kanonik. Teorema 2.5.10. Misalkan R gelanggang dan I ideal dalam R. Maka pemetaan α : R → R I dengan aturan α(r) = I + r untuk setiap r ∈ R, adalah homomorfisma surjektif dan Ker(α) = I. BUKTI. Ditunjukkan dahulu pemetaan terdefinisi dengan baik. Ambil sembarang r1, r2 ∈ R sedemikian sehingga r1 = r2. Akan ditunjukkan α(r1) = α(r2). Karena r1 ∈ I + r1, maka r2 = r1 = n + r1 untuk suatu n ∈ I. Di sini r2 + (−r1) = n ∈ I. Dan karena R grup aditif, maka menurut Lema 2.2.9, I + r1 = I + r2, yaitu α(r1) = α(r2). Kemudian akan ditunjukkan α homomorfisma surjektif. Perhatikan bahwa α(r1 + r2) = I + (r1 + r2) = (I + PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 r1) + (I + r2) = α(r1) + α(r2) dan α(r1 ⋅ r2) = I + (r1 ⋅ r2) = (I + r1) ⋅ (I + r2) = α(r1) ⋅ α(r2), sehingga α homomorfisma. Jelas α surjektif sebab jika diambil sembarang s ∈ R I , maka s = I + r dengan r ∈ R, dan α(r) = I + r = s. Selanjutnya ditunjukkan Ker(α) = I. Ker(α) = {r ∈ R : α(r) = I + 0} = {r ∈ R : I + r = I + 0} = {r ∈ R : r ∈ I} = I. ■ Definisi 2.5.8. Jika θ : R → S homomorfisma gelanggang yang bijektif, maka θ disebut isomorfisma gelanggang. Selanjutnya R dan S dikatakan isomorfis (ditulis R ≅ S) jika terdapat suatu isomorfisma dari R ke S. Homomorfisma gelanggang disebut juga pemetaan yang mempertahankan operasi, artinya bayangan dari jumlahan adalah jumlahan bayangan, dan bayangan dari perkalian adalah perkalian bayangan. Beberapa sifat dari homomorfisma (Proposisi 2.5.9) adalah elemen 0 R dipetakan ke elemen 0S (analog, 1R dipetakan ke 1S jika R dan S mempunyai elemen satuan), invers aditif dipetakan ke invers aditif dari bayangan, dan sebagainya. Sedangkan isomorfisma gelanggang, selain mempertahankan operasi (karena homomorfisma), disebut juga pemetaan yang mempertahankan sifat (struktur aljabar) dari R dan S yang saling isomorfis. Dari definisi isomorfisma, jika R dan S isomorfis maka R = S . Proposisi berikut menunjukkan beberapa sifat lain dari isomorfisma. Proposisi 2.5.11. Misalkan θ : R → S isomorfisma gelanggang. (i) Jika R mempunyai elemen satuan, maka S mempunyai elemen satuan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 (ii) Jika R komutatif, maka S komutatif. (iii) Jika R medan, maka S medan. BUKTI. (i) Ambil sembarang θ(r) ∈ S untuk suatu r ∈ R. Karena θ adalah isomorfisma dan R mempunyai elemen satuan 1 R, maka θ(r) = θ(r ⋅ 1R) = θ(r) ⋅ θ(1 R). Dengan cara yang sama, θ(r) = θ(1 R) ⋅ θ(r). Jadi θ(1R) = 1S elemen satuan dalam S. (ii) Jika θ(r1), θ(r2) ∈ S untuk suatu r1, r2 ∈ R, maka θ(r1) ⋅ θ(r2) = θ(r1 ⋅ r2) = θ(r2 ⋅ r1) = θ(r2) ⋅ θ(r1) sebab R komutatif. Jadi S juga komutatif. (iii) Karena R medan, maka untuk ∀a ≠ 0R ∈ R mempunyai invers multiplikatif b ∈ R sedemikian sehingga a ⋅ b = 1R. Karena θ adalah isomorfisma, maka θ(a) ⋅ θ(b) = θ(a ⋅ b) = θ(1R) = 1S. Ini berarti (∀θ(a) ≠ 0S ∈ S) (∃θ(b) ∈ S) θ(a) ⋅ θ(b) = 1S. Dengan demikian S juga medan. ■ Jika R dan S isomorfis, maka semua sifat yang berlaku pada R berlaku pula pada S, demikian juga sebaliknya. Teorema berikut membuktikan bahwa isomorfisma adalah relasi ekivalensi pada himpunan semua gelanggang, sehingga isomorfisma membagi himpunan semua gelanggang ke dalam kelas-kelas ekivalensi, di mana gelangganggelanggang yang saling isomorfis berada dalam kelas yang sama dan mempunyai struktur aljabar yang sama. Teorema 2.5.12. Isomorfisma gelanggang adalah relasi ekivalensi pada himpunan semua gelanggang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 BUKTI. Jelas R ≅ R sebab pemetaan identitas ι : R → R adalah homomorfisma yang bijektif, sehingga ≅ refleksif. Jika R ≅ S, maka terdapat θ : R → S yang merupakan isomorfisma gelanggang. Ini berarti θ−1 : S → R bijektif. Ambil sembarang a, b ∈ S sedemikian sehingga θ−1(a) = x dan θ−1(b) = y. Maka a = θ(x) dan b = θ(y), sehingga a + b = θ(x) + θ(y) = θ(x + y) dan a ⋅ b = θ(x) ⋅ θ(y) = θ(x ⋅ y). Ini berarti x + y = θ−1(a + b) dan x ⋅ y = θ−1(a ⋅ b). Perhatikan bahwa θ−1(a + b) = x + y = θ−1(a) + θ−1(b) dan θ−1(a ⋅ b) = x ⋅ y = θ−1(a) ⋅ θ−1(b), sehingga θ−1 homomorfisma. Jadi S ≅ R, sehingga ≅ simetris. Kemudian, jika R ≅ S dan S ≅ T, maka terdapat isomorfisma α : R → S dan β : S → T. Dengan demikian (β o α) : R → T bijektif. Pemetaan β o α adalah homomorfisma sebab untuk sembarang r, s ∈ R, maka (β o α) (r + s) = β(α(r + s)) = β(α(r) + α(s)) = β(α(r)) + β(α(s)) = (β o α) (r) + (β o α) (s) dan (β o α) (r ⋅ s) = β(α(r ⋅ s)) = β(α(r) ⋅ α(s)) = β(α(r)) ⋅ β(α(s)) = (β o α) (r) ⋅ (β o α) (s). Jadi R ≅ T, sehingga ≅ transitif. Terbukti ≅ adalah relasi ekivalensi. ■ Sudah dibuktikan pada Teorema 2.5.10 bahwa setiap gelanggang faktor dari gelanggang R merupakan bayangan homomorfis dari R. Selanjutnya teorema berikut membuktikan bahwa setiap bayangan homomorfis dari R isomorfis dengan suatu gelanggang faktor dari R, sehingga setiap bayangan homomorfis dari R merupakan gelanggang faktor dari R. Teorema 2.5.13 (Teorema Isomorfisma pada Gelanggang). Jika θ : R → S homomorfisma gelanggang dan Ker(θ) = I, maka R I ≅ Im(θ). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 BUKTI. Didefinisikan α : R I → Im(θ) dengan aturan α(I + r) = θ(r), ∀I + r ∈ R I , r ∈ R. Ditunjukkan terlebih dahulu pemetaan terdefinisi dengan baik. Ambil sembarang I + r1, I + r2 ∈ R I sedemikian sehingga I + r1 = I + r2. Maka r1 = n + r2 untuk suatu n ∈ I. Dan α(I + r1) = θ(r1) = θ(n + r2) = θ(n) + θ(r2) = 0S + θ(r2) = θ(r2) = α(I + r2) sebab θ homomorfisma dan n ∈ Ker(θ). Jadi jika I + r1 = I + r2, maka α(I + r1) = α(I + r2). Pemetaan α homomorfisma sebab α((I + r1) + (I + r2)) = α(I + (r1 + r2)) = θ(r1 + r2) = θ(r1) + θ(r2) = α(I + r1) + α(I + r2) dan α((I + r1) ⋅ (I + r2)) = α(I + (r1 ⋅ r2)) = θ(r1 ⋅ r2) = θ(r1) ⋅ θ(r2) = α(I + r1) ⋅ α(I + r2). Jelas α surjektif sebab jika s ∈ Im(θ), maka s = θ(r) untuk r ∈ R, yang berarti terdapat I + r ∈ R I dan α(I + r) = θ(r) = s. Kemudian untuk membuktikan α pemetaan yang injektif, ekivalen dengan menunjukkan bahwa Ker(α) = {I + 0 R} (Proposisi 2.5.9(iv)). Di sini didapat bahwa Ker(α) = {I + r ∈ R I : α(I + r) = 0 S} = {I + r ∈ R I : θ(r) = 0 S} = {I + r ∈ R I : r ∈ Ker(θ)} = {I + r ∈ R I : r ∈ I} = {I + r ∈ R I : I + r = I + 0R} = {I + 0 R}. ■ Pada Contoh 2.5.2 sebelumnya, telah diperlihatkan bahwa pemetaan θ : Z → Zn adalah homomorfisma. Cukup jelas di sini bahwa θ surjektif, sehingga Im(θ) = Zn. Kemudian, Ker(θ) = {z ∈ Z : θ(z) = [0]} = {z ∈ Z : [z] = [0]} = {k ∈ Z : z ≡ 0 mod n} = {z ∈ Z : z = kn, k ∈ Z} = nZ = (n). Selanjutnya dengan menggunakan Teorema Isomorfisma di atas, maka Z (n) ≅ Im(θ) = Zn. Pada kenyataannya dapat dibuktikan bahwa Z (n) = Zn. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 Teorema 2.5.14. Jika daerah integral D berkarakteristik prima p, maka D memuat subgelanggang yang isomorfis dengan Zp. Jika D berkarakteristik 0, maka D memuat subgelanggang yang isomorfis dengan Z. BUKTI. Didefinisikan pemetaan θ : Z → D dengan aturan θ(n) = n1D untuk setiap n ∈ Z. Jelas aturan pemetaan terdefinisi dengan baik sebab jika m = n, maka m1D = n1D, yaitu θ(m) = θ(n) untuk m, n ∈ Z. Pemetaan θ homomorfisma sebab θ(m + n) = (m + n)1D = m1D + n1 D = θ(m) + θ(n) dan θ(mn) = (mn)1D = (m1 D) (n1D) = θ(m) θ(n). Perhatikan bahwa Ker(θ) = {n ∈ Z : θ(n) = 0} = {n ∈ Z : n1 D = 0}. Jika D berkarakteristik p, yaitu p1 D = 0, maka Ker(θ) = {n ∈ Z : n = kp, k ∈ Z} = (p). Menurut Teorema Isomorfisma, Im(θ) ≅ Z ( p ) ≅ Zp. Ini berarti D memuat subgelanggang yang isomorfis dengan Zp. Jika D berkarakteristik 0, maka Ker(θ) = {0}. Menurut Proposisi 2.5.9(iv), θ injektif, sehingga Im(θ) ≅ Z. Jadi D memuat subgelanggang yang isomorfis dengan Z. ■ Teorema 2.5.15. Jika medan F berkarakteristik prima p, maka F memuat submedan yang isomorfis dengan Zp. BUKTI. Setiap medan F adalah daerah integral. Dari Teorema 2.5.14, F memuat submedan yang isomorfis dengan Zp (sebab Zp medan dan isomorfisma adalah relasi ekivalensi). ■ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 Sedangkan jika medan F berkarakteristik 0, maka F memuat daerah integral B yang isomorfis dengan daerah integral Z. Menurut Teorema Medan Hasil Bagi Daerah Integral (pembuktiannya tidak diberikan di sini), F memuat dengan tunggal submedan (anggota-anggotanya direpresentasikan sebagai hasil bagi anggota-anggota dari B) yang isomorfis dengan medan Q. Jadi medan berkarakteristik 0 memuat submedan yang isomorfis dengan Q. Definisi 2.5.9. Medan-medan Zp dan Q disebut medan prima. Submedan dari medan F yang isomorfis dengan Zp atau Q disebut submedan prima dari F. 2.6. Polinomial Polinomial (suku banyak) memegang peranan penting dalam mempelajari medan. Seperti halnya himpunan, polinomial mudah untuk dipahami tetapi sulit untuk didefinisikan dengan tepat. Dalam kalkulus yang banyak bekerja dengan fungsi, polinomial f(x) di kenal sebagai fungsi bernilai real, dengan x adalah bilangan real. Sebagai contoh, f(x) = 3x2 + 1 dikenal sebagai fungsi bernilai real dalam x di mana koefisien-koefisien 3 dan 1 adalah bilangan-bilangan real. Jadi polinomial f(x) adalah sebuah fungsi dari R ke R. Di atas adalah sebuah contoh polinomial. Misalkan polinomial lain g(x) = x + 5, maka f(x) + g(x) = 3x2 + x + 6, dan katakanlah hasil yang didapat barusan adalah polinomial lainnya h(x). Demikian juga f(x) g(x) = 3x3 + 15x2 + x + 5 adalah polinomial, katakanlah k(x). Jadi dapat dikatakan bahwa f(x), g(x), h(x), k(x) adalah anggota-anggota dari himpunan polinomial-polinomial. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 Dalam tradisi aljabar abstrak, biasanya kita mengijinkan polinomial f(x) dengan koefisien-koefisien bilangan real juga berlaku untuk sembarang gelanggang R. Untuk hal tersebut, hanya dipandang pada koefisien-koefisien dan memperlakukan x hanya sebagai simbol taktentu (indeterminate). Jadi yang merupakan anggota dari R adalah koefisien-koefisien dari polinomial. Nanti ditunjukkan bagaimana suatu gelanggang dapat dikonstruksi yang memuat R dan x. Kemudian dalam bab ini juga ditunjukkan bahwa setiap polinomial menentukan sebuah fungsi polinomial. Ini berarti dalam menentukan akar-akar atau penyelesaian dari persamaan polinomial f(x) = 0, maka x dapat diperlakukan sebagai peubah (variable). Secara umum bentuk polinomial p(x) ditulis dengan p(x) = a0 + a 1x + … + anxn, atau dalam notasi sigma p ( x) = n ∑a x i=0 i i . Kemudian ai disebut koefisien dari p(x) dan aixi disebut suku. Jika a n ≠ 0, maka bilangan bulat taknegatif n disebut derajat dari p(x) (di mana n adalah pangkat tertinggi dari x) dan an disebut koefisien pemimpin. Jika R gelanggang dan ai ∈ R untuk setiap i ≥ 0, maka polinomial p(x) disebut polinomial dalam x dengan koefisien-koefisien dalam R, disingkat polinomial atas R. Himpunan semua polinomial atas gelanggang R dinotasikan dengan R[x]. Polinomial d(x) = a0 disebut polinomial berderajat 0. Polinomial z(x) = 0 disebut polinomial nol dan didefinisikan tidak mempunyai derajat (beberapa mendefinisikan berderajat −1 atau −∞). Polinomial konstan adalah polinomial nol atau polinomial berderajat 0. Jadi jelas semua anggota dalam R adalah polinomial-polinomial konstan, sehingga R ⊆ R[x]. Misalkan juga q(x) = b0 + b1x + … + bmxm, maka p(x) dan q(x) dikatakan sama jika dan hanya jika koefisien-koefisien dari p(x) dan q(x) untuk tiap-tiap xi sama, yaitu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 ai = bi untuk setiap i ≥ 0. Ini berarti suku-suku dengan koefisien 0 dapat diabaikan, seperti polinomial 1 + 0x + 0x2 + 5x3 + 0x4 + 0x7 sama dengan 1 + 5x3. Penjumlahan polinomial p ( x) = n ∑ ai x i dan q ( x) = i=0 m ∑b x i =0 i i didefinisikan dengan k ∑ (a p(x) + q(x) = i =0 i + bi ) x i di mana k lebih besar dari n dan m. Sedangkan perkalian polinomial p(x) dan q(x) didefinisikan dengan i ∑ a s bi − s x i . ∑ i =0 s = 0 n+m p(x) q(x) = Teorema 2.6.1. Jika R gelanggang komutatif dengan elemen satuan, maka R[x] gelanggang komutatif dengan elemen satuan terhadap operasi penjumlahan dan perkalian polinomial. BUKTI. Akan ditunjukkan R[x] gelanggang komutatif dengan elemen satuan. Jelas operasi penjumlahan dan perkalian polinomial tertutup. Ambil sembarang elemen-elemen p(x), q(x), r(x) ∈ R[x]. (p(x) + q(x)) + r(x) = n m r i i i a x + b x + ∑ i ∑ i ∑ ci x i=0 i = 0 i =0 = k r ∑ ( a i + bi ) x i + ∑ c i x i i =0 i =0 = ∑ (a t i =0 i + bi + c i ) x i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 = n k ∑ a i x i + ∑ (bi + ci ) x i i =0 i =0 = n m r ∑ a i x i + ∑ bi x i + ∑ ci x i i =0 i =0 i =0 = p(x) + (q(x) + r(x)). (p(x) q(x)) r(x) = n h ∑ a h x h =0 = n + m i i r l a b ∑ ∑ s i − s x ∑ cl x l =0 i =0 s =0 = n + m+ r n +m+r ∑ i=0 = i s ∑ ∑ ∑ a b i =0 = m r ∑ b j x j ∑ cl x l j=0 l =0 n + m+ r ∑ i =0 s =0 t =0 t s−t ci − s x i ∑ ahb j cl xi h+ j +l =i i s i a ∑ i − s ∑ bt c s −t x t =0 s =0 = n m + r i ∑ a h x h ∑ ∑ b s ci − s x i h =0 i =0 s =0 = n ∑ ah x h h =0 m r j l b x ∑ j ∑ cl x j = 0 l =0 = p(x) (q(x) r(x)). Jadi kedua operasi bersifat asosiatif. p(x) + q(x) = = n m ∑ a i x i + ∑ bi x i = i =0 i =0 m n ∑ bi x i + ∑ ai x i i =0 i =0 k ∑ (ai + bi ) x i = i =0 k ∑ (b i =0 i + ai ) x i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 = q(x) + p(x). p(x) q(x) = = n m ∑ a i x i ∑ bi x i = i =0 i= 0 n+ m i ∑ ∑a b i= 0 s =0 s i− s i x = n+ m i ∑ ∑b a i =0 s =0 s i−s i x m n ∑ bi x i ∑ a i x i i =0 i =0 = q(x) p(x). Jadi kedua operasi bersifat komutatif. (p(x) + q(x)) r(x) = = r r n k m i i i i i ∑ a i x + ∑ bi x ∑ ci x = ∑ (a i + bi ) x ∑ ci x i =0 i =0 i= 0 i =0 i = 0 k +r ∑ i =0 i i ∑ (a s + bs ) ci − s x = s= 0 k +r ∑ i= 0 i i ∑ (a s ci − s ) + (bs ci − s ) x s =0 = k +r i i k +r i i a c ∑ ∑ s i − s x + ∑ ∑ bs c i − s x i =0 s =0 i= 0 s =0 = r r k k i i i i ∑ a i x ∑ ci x + ∑ bi x ∑ ci x i =0 i =0 i =0 i = 0 = r r n m i i i + a x c x b x ci x i ∑ ∑ ∑ ∑ i i i i =0 i =0 i =0 i = 0 = p(x) r(x) + q(x) r(x). Dengan cara yang sama, maka r(x) (p(x) + q(x)) = r(x) p(x) + r(x) q(x), sehingga hukum distributif berlaku. Elemen identitas dalam R[x] adalah polinomial nol sebab p(x) + 0 = (a0 + a1x + … + a nxn) + (0 + 0 + … + 0) = a 0 + a1x + … + a nxn = p(x). Invers aditif dari p(x) adalah −p(x) = (−a0) + (−a 1)x + … + (−an)xn sebab p(x) + (−p(x)) = 0. Dan elemen satuan dalam R[x] adalah polinomial berderajat nol e(x) = 1R sebab p(x) e(x) = (a 0 + a1x + … + a nxn) (1R) = (a01 R) + (a 11R)x + … + (a n1R)xn = (a0 + a 1x + … + anxn) = p(x). ■ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 Pada Teorema 2.6.1 di atas, perhatikan bahwa R[x] gelanggang komutatif jika R gelanggang komutatif dan R[x] gelanggang dengan elemen satuan jika R gelanggang dengan elemen satuan (cara penulisan teorema di atas hanya untuk keperluan praktis). Kemudian jika R adalah daerah integral, maka (∀p(x) ≠ 0, q(x) ≠ 0 ∈ R[x]) p(x) q(x) ≠ 0 sebab koefisien pemimpin dari p(x) dan q(x) masing-masing an dan bm taknol, sehingga anb m ≠ 0 di mana anbm adalah koefisien pemimpin dari p(x) q(x). Jadi jika R daerah integral, maka R[x] daerah integral. Tetapi jika R medan, maka untuk p(x) = x dalam R[x] tidak mempunyai invers multiplikatif sebab tidak terdapat q(x) ∈ R[x] sedemikian sehingga p(x) q(x) = 1R. Dengan demikian jika R medan, maka R[x] daerah integral. Teorema berikut membuktikan algoritma pembagian pada F[x], dan digunakan notasi der(p(x)) untuk derajat polinomial p(x). Teorema 2.6.2 (Algoritma Pembagian pada F[x]). Jika p(x) dan q(x) polinomial-polinomial atas medan F dengan q(x) ≠ 0, maka terdapat dengan tunggal polinomial-polinomial r(x) dan s(x) atas medan F sedemikian sehingga p(x) = q(x) r(x) + s(x) di mana s(x) = 0 atau der(s(x)) < der(q(x)). BUKTI. Misalkan p(x) = a0 + a1x + … + amxm dan q(x) = b 0 + b 1x + … + b nxn. Karena diasumsikan q(x) ≠ 0, maka bn ≠ 0, sehingga der(q(x)) = n. Teorema dibuktikan untuk p(x) ≠ 0 sebab untuk p(x) = 0 trivial. Sehingga am ≠ 0 dan der(p(x)) = m. Dengan Induksi Matematis pada m, akan ditunjukkan terlebih dahulu terdapat polinomial r(x) dan s(x) sedemikian sehingga p(x) = q(x) r(x) + s(x) di mana PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 s(x) = 0 atau der(s(x)) < der(q(x)). Diasumsikan m ≥ n sebab untuk m < n, maka r(x) = 0 dan s(x) = p(x). Pangkal Untuk m = 0, maka p(x) = a 0 dan q(x) = b0. Jadi terdapat r(x) = b0−1a 0 dan s(x) = 0 sedemikian sehingga p(x) = q(x) r(x) + s(x). Langkah Diasumsikan benar untuk polinomial u(x) berderajat < m, yaitu terdapat r1(x) dan s1(x) sedemikian sehingga u(x) = q(x) r1(x) + s1(x) di mana s1(x) = 0 atau der(s1(x)) < der(q(x)). Akan dibuktikan benar untuk polinomial p(x) berderajat m. Misalkan p 1(x) = p(x) + (−ambn−1)xm−n q(x). Maka p1(x) = (a 0 + a1x + … + amxm) + (−a mb n−1)xm−n (b0 + b 1x + … + bnxn) = (a0 + a1x + … + a mxm) + ((−ambn−1b 0)xm−n + (−ambn−1b1)xm−n+1 + … + (−ambn−1bn−1)xm−1 + (−am)xm) = a0 + a1x + (−a mb n−1b0)xm−n + (−a mb n−1b1)xm−n+1 + … + ((−amb n−1bn−1) + am−1)xm−1. Ini berarti der(p1(x)) < m. Menurut asumsi di atas, terdapat r1(x) dan s1(x) sedemikian sehingga p1(x) = q(x) r1(x) + s1(x) di mana s1(x) = 0 atau der(s1(x)) < der(q(x)). Jadi p(x) + (−ambn−1)xm−n q(x) = q(x) r1(x) + s1(x). Dengan demikian p(x) = q(x) ((ambn−1)xm−n + r1(x)) + s1(x). Jadi terdapat r(x) dan s(x) sedemikian sehingga p(x) = q(x) r(x) + s(x) di mana s(x) = 0 atau der(s(x)) < der(q(x)), untuk ∀m ≥ 0. Selanjutnya dibuktikan r(x) dan s(x) tunggal. Misalkan juga ada r2(x) dan s2(x) sedemikian sehingga p(x) = q(x) r2(x) + s2(x) di mana s2(x) = 0 atau der(s2(x)) < der(q(x)). Maka didapat q(x) r(x) + s(x) = q(x) r2(x) + s2(x) atau q(x) (r(x) + (−r2(x))) = s2(x) + (−s(x)). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 Karena der(s2(x) + (−s(x))) ≤ maks {der(s2(x)), der(s(x))} < der(q(x)), maka persamaan di atas dipenuhi hanya jika s2(x) + (−s(x)) = 0, yaitu s2(x) = s(x). Karena q(x) (r(x) + (−r2(x))) = 0 dan F[x] daerah integral, haruslah r(x) + (−r2(x)) = 0, yaitu r(x) = r2(x). Jadi r(x) dan s(x) tunggal. ■ Pada algoritma pembagian di atas, r(x) disebut hasil bagi dan s(x) disebut sisa. Perhatikan bahwa algoritma pembagian di atas berlaku pada F[x] jika F adalah medan. Algoritma pembagian di atas berlaku pada D[x] di mana D adalah daerah integral, jika koefisien pemimpin dari q(x) merupakan unit. Kemudian algoritma pembagian di atas juga berlaku pada R[x] di mana R adalah gelanggang, jika koefisien pemimpin dari q(x) merupakan unit, tetapi r(x) dan s(x) tidak tunggal. Definisi 2.6.1. Elemen a ∈ F disebut pembuat nol (atau akar) dari p(x) = b0 + b 1x + … + bnxn atas medan F jika dan hanya jika p(a) = b0 + b 1a + … + bna n = 0. Teorema 2.6.3 (Teorema Sisa). Misalkan F medan dan a ∈ F. Jika p(x) ∈ F[x], maka terdapat r(x) ∈ F[x] sedemikian sehingga p(x) = (x − a) r(x) + p(a). BUKTI. Jika p(x) ∈ F[x], maka menurut algoritma pembagian pada F[x], terdapat r(x) dan s(x) sedemikian sehingga p(x) = (x − a) r(x) + s(x) di mana s(x) = 0 atau der(s(x)) < 1. Ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 berarti s(x) adalah polinomial konstan. Dengan demikian p(x) = (x − a) r(x) + f untuk suatu f ∈ F, sehingga p(a) = (a − a) r(x) + f = f. Jadi p(x) = (x − a) r(x) + p(a). ■ Teorema 2.6.4 (Teorema Faktor). Jika F medan, maka a ∈ F pembuat nol polinomial p(x) ∈ F[x] jika dan hanya jika p(x) = (x − a) r(x) untuk r(x) ∈ F[x]. BUKTI. ( ⇒ ) Jika a ∈ F dan p(x) ∈ F[x], maka p(x) = (x − a) r(x) + p(a) untuk r(x) ∈ F[x] (Teorema 2.6.3). Karena p(a) = 0, maka p(x) = (x − a) r(x). ( ⇐ ) Jika p(x) = (x − a) r(x), maka p(a) = (a − a) r(x) = 0. ■ Teorema 2.6.5. Jika p(x) ∈ F[x] berderajat n ≥ 1, maka p(x) mempunyai paling banyak n pembuat nol dalam medan F. BUKTI. Teorema akan dibuktikan untuk p(x) yang mempunyai pembuat nol dalam F dengan Induksi Matematis. Sedangkan untuk p(x) yang tidak mempunyai pembuat nol, jelas teorema benar. Pangkal Untuk n = 1, maka p(x) = a 0 + a 1x untuk a0, a 1 ∈ F di mana a1 ≠ 0, hanya mempunyai pembuat nol −a0a1−1 ∈ F. Ini berarti p(x) hanya mempunyai 1 pembuat nol. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 Langkah Diasumsikan teorema benar untuk n = k − 1, yaitu setiap polinomial berderajat k − 1 mempunyai paling banyak k − 1 pembuat nol dalam F. Akan dibuktikan teorema benar untuk n = k. Jika p(x) ∈ F[x] berderajat k dan a ∈ F pembuat nol dari p(x), maka menurut Teorema 2.6.4, p(x) = (x − a) q(x), q(x) ∈ F[x]. Maka q(x) berderajat k − 1, sehingga menurut asumsi di atas, q(x) mempunyai paling banyak k − 1 pembuat nol dalam F. Perhatikan bahwa jika b ∈ F pembuat nol dari p(x), maka b = a atau b adalah pembuat nol dari q(x) (sebab (b − a) q(b) = 0 dan F daerah integral). Ini berarti p(x) mempunyai paling banyak k pembuat nol dalam F. Terbukti p(x) berderajat n ≥ 1 mempunyai paling banyak n pembuat nol dalam F. ■ Teorema 2.6.6. Jika F medan, maka setiap ideal dalam F[x] adalah ideal utama. BUKTI. Misalkan N[x] ideal dalam F[x]. Jelas N[x] = {0} = (0) adalah ideal utama dalam F[x]. Untuk N[x] ≠ {0}, pilih polinomial berderajat minimal m(x) ∈ N[x]. Akan ditunjukkan bahwa N[x] = (m(x)). Jelas (m(x)) ⊆ N[x] sebab jika q(x) ∈ (m(x)), maka q(x) = m(x) n(x) ∈ N[x] untuk suatu n(x) ∈ F[x]. Ambil sembarang p(x) ∈ N[x]. Menurut algoritma pembagian pada F[x], terdapat r(x) dan s(x) dalam F[x] sedemikian sehingga p(x) = m(x) r(x) + s(x) di mana s(x) = 0 atau der(s(x)) < der(m(x)). Maka s(x) = p(x) + (−m(x) r(x)) ∈ N[x] sebab N[x] PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 ideal. Jika s(x) ≠ 0, maka der(s(x)) < der(m(x)). Padahal polinomial berderajat minimal dalam N[x] adalah m(x), maka haruslah s(x) = 0, sehingga p(x) = m(x) r(x) ∈ (m(x)). Jadi N[x] ⊆ (m(x)), sehingga N[x] = (m(x)). Terbukti setiap ideal dalam F[x] adalah ideal utama. ■ Pembuktian Teorema 2.6.6 di atas menunjukkan bahwa jika N[x] ideal dalam F[x], maka N[x] = (m(x)) di mana m(x) polinomial berderajat minimal yang membangun N[x]. Tetapi m(x) tidak tunggal sebab untuk b ≠ 0 ∈ F, maka bm(x) ∈ N[x] dan berderajat sama dengan m(x), sehingga N[x] juga dibangun oleh bm(x). Jika dimisalkan koefisien pemimpin dari m(x) adalah s, maka s−1m(x) ∈ N[x] dan koefisien pemimpin dari s−1m(x) adalah elemen satuan 1F. Jadi hanya ada satu polinomial berderajat minimal dalam N[x] dengan koefisien pemimpin elemen satuan 1 F. Polinomial dengan koefisien pemimpin elemen satuan 1 F disebut polinomial monik. Dengan demikian ideal N[x] dalam F[x] hanya dibangun oleh satu polinomial monik. Dari pengertian di atas, akan didefinisikan faktor persekutuan terbesar dari dua polinomial dalam F[x]. Sedangkan a(x) ≠ 0 ∈ F[x] dikatakan membagi b(x) ∈ F[x] (dinotasikan a ( x ) b ( x) ) jika terdapat c(x) ∈ F[x] sedemikian sehingga b(x) = a(x) c(x). Definisi 2.6.2. Misalkan F medan dan f(x) ≠ 0, g(x) ≠ 0 ∈ F[x]. Polinomial monik d(x) ∈ F[x] disebut faktor persekutuan terbesar dari f(x) dan g(x) jika dan hanya jika (i) d ( x) f ( x) dan d ( x) g ( x) . (ii) Jika h( x) f ( x) dan h( x) g ( x) , maka h( x) d ( x) . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 Seperti halnya faktor persekutuan terbesar dari dua bilangan bulat, faktor persekutuan terbesar dari f(x) dan g(x) dinotasikan dengan (f(x), g(x)). Teorema berikut menunjukkan bahwa faktor persekutuan terbesar dari dua polinomial atas F selalu ada (pada kenyataannya telah diketahui bahwa polinomial 1F faktor dari setiap polinomial). Karena definisi faktor persekutuan terbesar dari dua polinomial menyaratkan polinomial monik, maka hanya ada satu faktor persekutuan terbesar dari dua polinomial dan berbentuk kombinasi linear. Teorema 2.6.7. Misalkan F medan dan f(x), g(x) ∈ F[x] dengan g(x) ≠ 0. Maka terdapat dengan tunggal faktor persekutuan terbesar dari f(x) dan g(x) yang berbentuk a(x) f(x) + b(x) g(x) untuk suatu a(x), b(x) ∈ F[x]. BUKTI. Misalkan I[x] = {r(x) f(x) + s(x) g(x) : r(x), s(x) ∈ F[x]}. Dengan Teorema 2.5.1 akan ditunjukkan I[x] ideal dalam F[x]. Jelas I[x] ≠ ∅. Kemudian, (r1(x) f(x) + s1(x) g(x)) + (−(r2(x) f(x) + s2(x) g(x))) = (r1(x) + (−r2(x))) f(x) + (s1(x) + (−s2(x))) g(x) ∈ I[x]. Selanjutnya, k(x) (r1(x) f(x) + s1(x) g(x)) = (k(x) r1(x)) f(x) + (k(x) s1(x)) g(x) ∈ I[x]. Jadi I[x] ideal dalam F[x] dan I[x] ≠ {0} sebab g(x) ≠ 0 ∈ I[x]. Menurut Teorema 2.6.6, I[x] dibangun dengan tunggal oleh polinomial monik d(x) ∈ F[x], sehingga d ( x) f ( x) dan d ( x) g ( x ) sebab f(x), g(x) ∈ I[x] = (d(x)). Kemudian, karena d(x) ∈ (d(x)) = I[x], maka d(x) = a(x) f(x) + b(x) g(x) untuk suatu a(x), b(x) ∈ F[x]. Dengan demikian jika h( x) f ( x) dan h( x) g ( x) , maka h( x) a ( x) f ( x) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 dan h( x) b ( x) g ( x) , sehingga h( x) a ( x) f ( x) + b ( x) g ( x) atau h( x) d ( x) . Dari Definisi 2.6.2, polinomial monik d(x) adalah faktor persekutuan terbesar dari f(x) dan g(x). ■ Definisi 2.6.3. Misalkan F medan dan f(x), g(x) ∈ F[x]. Polinomial f(x) dan g(x) disebut relatif prima jika dan hanya jika faktor persekutuan terbesar dari f(x) dan g(x) sama dengan 1F. Definisi 2.6.4. Misalkan F adalah medan dan p(x) ∈ F[x] polinomial takkonstan. Maka p(x) disebut polinomial taktereduksi dalam F[x] (atau taktereduksi atas F) jika dan hanya jika tidak terdapat faktorisasi p(x) = f(x) g(x) untuk f(x), g(x) ∈ F[x], dengan der(f(x)) < der(p(x)) dan der(g(x) < der(p(x)). Perhatikan bahwa definisi di atas mengatakan p(x) taktereduksi atas medan F, bukan definisi taktereduksi secara umum. Definisi di atas dapat digeneralisasi untuk daerah integral D, yaitu p ∈ D disebut taktereduksi jika dan hanya jika p bukan unit dan untuk setiap faktorisasi p = qr, q atau r unit dalam D. Jadi p(x) taktereduksi berarti bahwa jika p(x) mempunyai faktorisasi p(x) = f(x) g(x), haruslah salah satunya f(x) atau g(x) berderajat 0. Jelas setiap polinomial linear (berderajat 1) taktereduksi atas F. Tetapi tidak semua polinomial linear dalam daerah integral Z[x] taktereduksi sebab unit-unit dalam Z[x] hanyalah −1 dan 1. Jadi polinomial 4x − 2 ∈ Z[x] bukan polinomial taktereduksi (disebut tereduksi) sebab 4x − 2 = 2(2x − 1), walaupun 2x − 1 berderajat tidak kurang dari derajatnya 4x − 2. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 Definisi taktereduksi (Definisi 2.6.4) di atas juga tergantung pada medan yang didefinisikan. Polinomial x2 − 2 taktereduksi atas Q tetapi tereduksi atas R. Demikian juga polinomial x2 + 1 taktereduksi atas R tetapi tereduksi atas C. Polinomial q(x) ∈ F[x] disebut sekawan dari p(x) ∈ F[x] jika dan hanya jika p(x) = d q(x) untuk suatu d ∈ F. Jadi faktor-faktor dari polinomial taktereduksi hanyalah polinomial berderajat 0 dan sekawannya. Dari Teorema 2.6.4, maka setiap polinomial taktereduksi atas medan F yang berderajat ≥ 2 tidak mempunyai akar dalam F. Kebalikan pernyataan tersebut tidaklah benar. Polinomial x4 + 2x2 + 1 ∈ R[x] tidak mempunyai akar dalam R, padahal x4 + 2x2 + 1 tereduksi atas R di mana x4 + 2x2 + 1 = (x2 + 1) (x2 + 1). Tetapi pernyataan benar untuk polinomial kuadratik (berderajat 2) dan polinomial kubik (berderajat 3). Teorema berikut ini menunjukkannya. Teorema 2.6.8. Jika p(x) ∈ F[x] polinomial berderajat 2 atau 3, maka p(x) tereduksi atas F jika dan hanya jika p(x) mempunyai akar dalam medan F. BUKTI. ( ⇒ ) Jika p(x) tereduksi atas F, maka p(x) = q(x) r(x) dengan der(q(x)) < der(p(x)) dan der(r(x)) < der(p(x)). Jika p(x) berderajat 2 atau 3, maka salah satu faktornya adalah polinomial berderajat 1. Misalkan q(x) berderajat 1, maka q(x) berbentuk x − a untuk suatu a ∈ F. Jadi p(x) = (x − a) r(x), sehingga p(a) = 0. ( ⇐ ) Jika p(x) mempunyai akar b ∈ F, maka dari Teorema 2.6.4, p(x) = (x − b) s(x). Jadi p(x) tereduksi atas F. ■ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 Teorema 2.6.9. Ideal taktrivial (p(x)) dalam F[x] adalah ideal maksimal jika dan hanya jika p(x) taktereduksi atas medan F. BUKTI. ( ⇒ ) Jika (p(x)) ideal maksimal, maka (p(x)) ideal prima (Teorema 2.5.8). Andaikan p(x) ∈ F[x] tereduksi. Maka p(x) = q(x) r(x) untuk q(x), r(x) ∈ F[x] dengan der(q(x)) < der(p(x)) dan der(r(x)) < der(p(x)). Karena setiap polinomial taknol dalam (p(x)) berderajat ≥ der(p(x)), maka q(x) ∉ (p(x)) dan r(x) ∉ (p(x)). Kontradiksi dengan (p(x)) adalah ideal prima, yaitu untuk q(x) r(x) ∈ (p(x)), maka q(x) ∈ (p(x)) atau r(x) ∈ (p(x)). Jadi haruslah p(x) taktereduksi atas F. ( ⇐ ) Misalkan N[x] ideal dalam F[x] sedemikian sehingga (p(x)) ⊂ N[x] ⊂ F[x]. Menurut Teorema 2.6.6, N[x] ideal utama. Jadi N[x] = (g(x)) dengan g(x) ∈ F[x]. Karena p(x) ∈ N[x], maka p(x) = g(x) q(x) untuk suatu q(x) ∈ F[x]. Karena diasumsikan p(x) taktereduksi dalam F[x], maka salah satunya g(x) atau q(x) berderajat 0. Jika g(x) berderajat 0, maka g(x) ∈ F. Misalkan g(x) = d, maka dd−1 = 1 F ∈ (g(x)) sebab (g(x)) ideal. Dengan demikian ∀u(x) ∈ F[x], maka u(x) 1F = u(x) ∈ (g(x)), sehingga F[x] = (g(x)) = N[x]. Sedangkan jika q(x) berderajat 0, maka q(x) ∈ F. Misalkan q(x) = b, maka didapat p(x) = g(x) b, sehingga g(x) = p(x) b−1 ∈ (p(x)). Ini menunjukkan bahwa ∀h(x) ∈ (g(x)), maka h(x) ∈ (p(x)), sehingga (g(x)) = N[x] ⊆ (p(x)). Jadi (p(x)) = N[x]. Terbukti (p(x)) ideal maksimal dalam F[x]. ■ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 Perhatikan bahwa pada pembuktian ( ⇒ ) di atas, sebenarnya (p(x)) tidak perlu ideal maksimal, cukup ideal prima. Teorema 2.6.9 dapat dibagi menjadi dua bagian. Bagian yang pertama adalah jika (p(x)) ideal prima, maka p(x) taktereduksi. Dan bagian yang kedua adalah jika p(x) taktereduksi, maka (p(x)) ideal maksimal. Karena setiap ideal dalam F[x] adalah ideal utama, maka dalam daerah integral F[x] kebalikan Teorema 2.5.8 benar, yaitu setiap ideal prima adalah ideal maksimal. Dengan demikian pernyataan berikut juga benar, ideal taktrivial (p(x)) dalam F[x] adalah ideal prima jika dan hanya jika p(x) taktereduksi atas medan F. Lema 2.6.10 (Lema Euclides pada Polinomial). Misalkan F medan dan p(x) polinomial taktereduksi atas F. Jika p ( x) r ( x)s ( x) dengan r(x), s(x) ∈ F[x], maka p ( x) r ( x) atau p ( x) s( x) . BUKTI. Jika p ( x) r ( x)s ( x) , maka r(x) s(x) ∈ (p(x)). Karena p(x) taktereduksi, maka (p(x)) ideal prima dalam F[x], sehingga r(x) ∈ (p(x)) atau s(x) ∈ (p(x)). Dengan demikian p ( x) r ( x) atau p ( x) s ( x) . ■ Akibat 2.6.11. Misalkan p(x) adalah polinomial taktereduksi atas medan F. Jika p ( x) r1 ( x) ... rn ( x) dengan ri(x) ∈ F[x], maka p ( x) ri ( x) untuk suatu i = 1, …, n. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 BUKTI. Dibuktikan dengan Induksi Matematis pada n ≥ 2. Pangkal Untuk n = 2, teorema benar menurut Lema 2.6.10. Langkah Diasumsikan teorema benar untuk n = k − 1, yaitu jika p ( x) r1 ( x) ... rk −1 ( x) , maka p ( x) ri ( x) untuk suatu i = 1, …, k − 1. Akan dibuktikan teorema benar untuk n = k. Jika p ( x) r1 ( x) ... rk −1 ( x)rk ( x) , maka p ( x) r1 ( x) ... rk −1 ( x) atau p ( x) rk ( x) . Menurut asumsi di atas, jika p ( x) r1 ( x) ... rk −1 ( x) , maka p ( x) ri ( x) untuk suatu i = 1, …, k − 1. Dengan demikian p ( x) ri ( x) untuk suatu i = 1, …, k. Jadi jika p ( x) r1 ( x) ... rn ( x) , maka p ( x) ri ( x) untuk suatu i = 1, …, n. ■ Teorema 2.6.12 (Faktorisasi Polinomial atas Medan). Jika p(x) polinomial atas medan F berderajat n ≥ 1, maka p(x) taktereduksi atas F atau p(x) dapat difaktorkan menjadi polinomial-polinomial taktereduksi atas F. Lebih lanjut, faktorisasi dari p(x) yang berbentuk p ( x) = a [ p1 ( x)]m1 [ p 2 ( x)]m2 ... [ p k ( x)]mk di mana a koefisien pemimpin dari p(x), dan p1(x), …, pk(x) monik, m1, …, mk positif, adalah faktorisasi yang tunggal. BUKTI. Akan ditunjukkan dahulu p(x) taktereduksi atau dapat difaktorkan menjadi polinomialpolinomial taktereduksi dengan Induksi Matematis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 Pangkal Untuk n = 1, maka p(x) = a 0 + a 1x di mana a 1 ≠ 0, adalah polinomial taktereduksi. Langkah Diasumsikan benar untuk polinomial u(x) berderajat < n, yaitu u(x) adalah polinomial taktereduksi atau u(x) dapat difaktorkan menjadi polinomialpolinomial taktereduksi. Akan dibuktikan benar untuk polinomial p(x) berderajat n. Jika p(x) polinomial taktereduksi, maka tidak ada yang perlu dibuktikan. Sekarang jika p(x) polinomial tereduksi, maka p(x) = a(x) b(x) dengan der(a(x)) < der(p(x)) dan der(b(x)) < der(p(x)). Menurut asumsi di atas, a(x) polinomial taktereduksi atau a(x) dapat difaktorkan menjadi polinomialpolinomial taktereduksi. Demikian juga b(x) polinomial taktereduksi atau b(x) dapat difaktorkan menjadi polinomial-polinomial taktereduksi. Maka p(x) adalah perkalian polinomial-polinomial taktereduksi. Terbukti polinomial p(x) berderajat n ≥ 1 adalah polinomial taktereduksi atau p(x) dapat difaktorkan menjadi polinomial-polinomial taktereduksi. Untuk bagian kedua juga dibuktikan dengan Induksi Matematis. Pangkal Untuk n = 1, maka p(x) = ax + b = a (x + a−1b). Langkah Diasumsikan benar untuk polinomial u(x) berderajat < n, yaitu faktorisasi dari u(x) yang berbentuk faktorisasi atas polinomial-polinomial monik taktereduksi adalah faktorisasi yang tunggal. Akan dibuktikan benar untuk polinomial p(x) berderajat n. Misalkan faktorisasi dari p(x) berbentuk a [ p1 ( x)]m1 [ p 2 ( x )]m2 ... [ p k ( x)]mk dan a [q1 ( x)]n1 [q2 ( x)]n 2 ... [qr ( x)]n r di mana a adalah koefisien pemimpin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 dari p(x), dan pi(x), qi(x) polinomial monik taktereduksi, mi, ni positif. Maka a [ p1 ( x)] m1 [ p 2 ( x)]m 2 ... [ p k ( x)]m k = a [q1 ( x)]n1 [q2 ( x)]n 2 ... [qr ( x)]n r . Di sini berarti p1 ( x) [q1 ( x)]n1 [q2 ( x)]n 2 ... [qr ( x)]n r sehingga menurut Akibat 2.6.11, p1 ( x) qi ( x) untuk suatu i. Dapat dipilih q1(x) sedemikian rupa sehingga p1 ( x) q1 ( x) . Karena q1(x) monik taktereduksi, maka faktor-faktor dari q1(x) hanyalah 1F dan q 1(x). Dan karena p 1(x) ≠ 1 F, maka haruslah p1(x) = q1(x). p ( x) = a [ p1 ( x)]m1 −1 [ p 2 ( x )]m2 ... [ p k ( x)] mk p1 ( x) = a [ p1 ( x )]n1 −1 [q2 ( x)]n2 ... [qr ( x)]nr . Jelas der( p ( x) p1 ( x) ) < n sebab p1(x) taktereduksi. Dari asumsi di atas, faktorisasi atas polinomial-polinomial monik taktereduksi dari p ( x) p1 ( x) adalah faktorisasi yang tunggal. Jadi haruslah m1 − 1 = n1 − 1 (yaitu m1 = n1), m2 = n2, …, mk = n r, kemudian k = r dan p 2(x) = q 2(x), …, p k(x) = q r(x). Maka p ( x) = a [ p1 ( x)]m1 [ p 2 ( x)]m2 ... [ p k ( x)]mk adalah faktorisasi yang tunggal. Terbukti faktorisasi dari polinomial p(x) berderajat n ≥ 1 yang berbentuk faktorisasi atas polinomial-polinomial monik taktereduksi adalah faktorisasi yang tunggal. ■ Contoh 2.6.1. Faktorisasi-faktorisasi atas polinomial-polinomial taktereduksi dari 2x2 − 2 ∈ Q[x] adalah (2x + 2) (x − 1), (x + 1) (2x − 2), 2(x + 1) (x − 1), ( 13 x + 1 3 ) (6x − 6), dan sebagainya (ada takhingga banyaknya). Tetapi hanya ada satu bentuk faktorisasi atas polinomial-polinomial monik taktereduksi dari 2x2 − 2, yaitu 2(x + 1) (x − 1). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66 Teorema 2.6.13. Misalkan F medan dan α ∈ F. Didefinisikan pemetaan θ α : F[x] → F dengan aturan θα(a0 + a1x + … + a mxm) = a0 + a1α + … + a mαm m untuk setiap ∑a x i =0 i i ∈ F[x]. Maka θα : F[x] → F adalah homomorfisma. BUKTI. Akan ditunjukkan dahulu aturan pemetaan terdefinisi dengan baik. Ambil sembarang p(x), q(x) ∈ F[x] sedemikian sehingga p(x) = q(x). Misalkan p(x) = a0 + a1x + … + a mxm dan q(x) = b0 + b1x + … + bnxn. Karena p(x) = q(x), maka ai = bi untuk ∀i ≥ 0. θα(a0 + a1x + … + a mxm) = a0 + a1α + … + a mαm = b0 + b1α + … + b nαn = θα(b0 + b1x + … + bnxn). Jadi θα(p(x)) = θα(q(x)). Selanjutnya ditunjukkan θα homomorfisma. n k m θα ∑ a i x i + ∑ bi x i = θα ∑ (a i + bi ) x i i=0 i=0 i = 0 = k ∑ (a i =0 = i + bi )α i m n ∑ a i α i + ∑ bi α i i =0 i =0 m n = θα ∑ a i x i + θα ∑ bi x i . i =0 i=0 n m m + n i θα ∑ a i x i ∑ bi x i = θα ∑ ∑ a s bi − s x i i =0 i = 0 i= 0 s =0 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67 = m+n i= 0 = i ∑ ∑ a b s =0 s i−s i α m n ∑ a iα i ∑ bi α i i =0 i=0 n m = θα ∑ a i x i θα ∑ bi x i . i=0 i =0 ■ Homomorfisma di atas disebut homomorfisma evaluasi pada α. Elemen θα(p(x)) = a 0 + a1α + … + anαn ∈ F dinotasikan dengan p(α). Jadi setiap polinomial p(x) ∈ F[x] menentukan sebuah fungsi polinomial p : F → F, yaitu p : α a p(α) = θα(p(x)). Tentu saja homomorfisma evaluasi berlaku untuk gelanggang R. Contoh 2.6.2. Misalkan F = Q dan homomorfisma evaluasi θ2 : Q[x] → Q. Maka θ2(x2 + x − 6) = θ2(p(x)) = p(2) = 22 + 2 − 6 = 0. Dan θ2(x3 − x − 7) = θ2(q(x)) = q(2) = 23 − 2 − 7 = −1. Teorema 2.6.14. Jika F medan dan p(x) ∈ F[x] taktereduksi, maka F[ x ] ( p ( x)) medan dan memuat submedan yang isomorfis dengan F. BUKTI. Jika p(x) taktereduksi, maka menurut Teorema 2.6.9 dan Teorema 2.5.6, F[ x ] ( p ( x)) medan. Misalkan I = (p(x)). Akan ditunjukkan bahwa N = {I + a : a ∈ F} ⊆ F[ x] I isomorfis dengan F. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 Didefinisikan pemetaan α : F → N dengan aturan α(a) = I + a untuk setiap a ∈ F. Ditunjukkan dahulu bahwa α terdefinisi dengan baik. Ambil sembarang a, b ∈ F sedemikian sehingga a = b. Karena a ∈ I + a, maka b ∈ I + a, sehingga b = n + a untuk suatu n ∈ I. Ini menunjukkan b + (−a) ∈ I, sehingga I + a = I + b, yaitu α(a) = α(b). Pemetaan α homomorfisma sebab α(a + b) = I + (a + b) = (I + a) + (I + b) = α(a) + α(b) dan α(ab) = I + (ab) = (I + a) (I + b) = α(a) α(b). Cukup jelas α surjektif. Selanjutnya dibuktikan α injektif. Jika I + a = I + b, maka a − b ∈ I. Karena setiap elemen taknol dalam I = (p(x)) berderajat ≥ der(p(x)), maka haruslah a − b = 0, yaitu a = b. Jadi α injektif. Dengan demikian N ≅ F. Terbukti F[ x ] ( p ( x)) medan dan memuat submedan yang isomorfis dengan F. ■ Teorema 2.6.15. Misalkan F[x] gelanggang semua polinomial atas medan F dan I ideal yang dibangun oleh p(x) ∈ F[x] berderajat n. Maka setiap elemen dalam F[ x] I dapat diekspresikan dengan tunggal dalam bentuk I + s(x) untuk suatu s(x) ∈ F[x] dengan der(s(x)) < n. BUKTI. Ideal I dibangun oleh p(x), maka I = (p(x)) = {q(x) p(x) : q(x) ∈ F[x]}. Ambil sembarang g(x) ∈ F[x]. Maka menurut algoritma pembagian pada F[x], terdapat r(x), s(x) ∈ F[x] sedemikian sehingga g(x) = p(x) r(x) + s(x) dengan s(x) = 0 atau der(s(x)) < n. Karena I ideal, maka g(x) + (−s(x)) = p(x) r(x) ∈ I, sehingga I + g(x) = I + s(x). Jadi setiap elemen dalam F[ x] I dapat diekspresikan dalam bentuk I + s(x) dengan der(s(x)) < n. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69 Selanjutnya dibuktikan ketunggalan dari I + s(x). Misalkan juga I + u(x) adalah ekspresi dari I + g(x) dengan der(u(x)) < n. Maka I + s(x) = I + u(x). Ini berarti s(x) + (−u(x)) ∈ I = (p(x)). Karena setiap elemen taknol dalam I berderajat ≥ n padahal der(s(x) + (−u(x))) < n, maka haruslah s(x) + (−u(x)) = 0, yaitu s(x) = u(x). ■ Teorema 2.6.15 di atas mengatakan bahwa setiap elemen dalam F[ x] I berbentuk I + s(x) dengan der(s(x)) < n. Jadi untuk I + f(x), I + k(x) ∈ F[ x] I , maka dari bukti Teorema 2.6.15, (I + f(x)) (I + k(x)) = I + (f(x) k(x)) = I + s(x) di mana s(x) adalah sisa dari pembagian f(x) k(x) oleh p(x). Dengan perkataan lain, setiap koset dalam F[ x] I mempunyai representasi tunggal polinomial berderajat < n dalam F[x]. Ini sama halnya elemen-elemen dalam Zn direpresentasikan oleh tepat salah satu bilangan-bilangan bulat 0, 1, 2, …, n − 1. Ini memudahkan kita mengoperasikan elemen-elemen dalam F[ x] I . Akan diberikan contoh-contoh penjelasan maksud tersebut sekaligus menutup bab ini. Contoh 2.6.3. Misalkan F = R dan p(x) = x2 + 1. Maka dengan Teorema 2.6.15, setiap elemen dalam R[ x] I di mana I = (p(x)) = (x2 + 1), berbentuk I + (a + bx) dengan a, b ∈ R. Contoh 2.6.4. Dari Contoh 2.6.3 akan ditunjukkan bahwa R[ x] ( x 2 + 1) isomorfis dengan medan semua bilangan kompleks C. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 Didefinisikan pemetaan α : R[ x] I → C dengan aturan α(I + (a + bx)) = a + bi untuk setiap I + (a + bx) ∈ R[ x] I . Ambil sembarang I + (a + bx), I + (c + dx) ∈ R[ x] I . Jika I + (a + bx) = I + (c + dx), maka menurut Teorema 2.6.15, a + bx = c + dx, sehingga a = c dan b = d. Dengan demikian α(I + (a + bx)) = a + bi = c + di = α(I + (c + dx)). Jadi aturan pemetaan terdefinisi dengan baik. Kemudian ditunjukkan α homomorfisma. α((I + (a + bx)) + (I + (c + dx))) = α(I + ((a + bx) + (c + dx))) = α(I + ((a + c) + (b + d)x)) = (a + c) + (b + d)i = (a + bi) + (c + di) = α(I + (a + bx)) + α(I + (c + dx)). α((I + (a + bx)) (I + (c + dx))) = α(I + ((a + bx) (c + dx))) = α(I + (ac + (ad + bc)x + bdx2)). Perhatikan bahwa ac + (ad + bc)x + bdx2 = bd (x2 + 1) + (ac − bd) + (ad + bc)x. Jadi sisa dari pembagian (a + bx) (c + dx) oleh x2 + 1 adalah (ac − bd) + (ad + bc)x sehingga menurut Teorema 2.6.15, α((I + (a + bx)) (I + (c + dx))) = α(I + ((ac − bd) + (ad + bc)x)) = (ac − bd) + (ad + bc)i = (a + bi) (c + di) = α(I + (a + bx)) α(I + (c + dx)). Ker(α) = {I + (a + bx) ∈ R[ x] I : α(I + (a + bx) = 0} = {I + (a + bx) ∈ R[ x] I : a + bi = 0} (i2 = −1) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 = {I + (a + bx) ∈ R[ x] I : a = b = 0} = {I + 0} = {I}. Menurut Proposisi 2.5.9(iv), pemetaan α injektif. Jika c ∈ C, maka c = a + bi untuk suatu a, b ∈ R. Ini berarti ada I + (a + bx) ∈ R[ x] I dan α(I + (a + bx)) = a + bi = c. Dengan demikian pemetaan α surjektif. Jadi R[ x] ( x 2 + 1) ≅ C. Perhatikan juga karena i ∈ C adalah akar dari x2 + 1, maka (x2 + 1) + x ∈ R[ x] ( x 2 + 1) adalah akar dari x2 + 1. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III STRUKTUR MEDAN GALOIS 3.1. Perluasan Medan Sudah diketahui bahwa polinomial x2 − 2 tidak mempunyai akar dalam Q. Tetapi x2 − 2 mempunyai akar dalam R. Demikian pula contoh klasik lainnya, yaitu polinomial x2 + 1 tidak mempunyai akar dalam R tetapi mempunyai akar dalam C. Padahal sudah diketahui bahwa Q ⊂ R ⊂ C, yang berarti bahwa Q submedan dari R dan C, kemudian R submedan dari C. Maka dalam hal ini R adalah perluasan dari Q, kemudian C adalah perluasan dari Q dan R. Jadi x2 − 2 tidak mempunyai akar dalam Q tetapi mempunyai akar dalam perluasannya, yaitu R dan C. Demikian pula x2 + 1 tidak mempunyai akar dalam R tetapi mempunyai akar dalam perluasannya, yaitu C. Definisi 3.1.1. Medan E disebut perluasan dari medan F jika dan hanya jika E memuat submedan yang isomorfis dengan F. Definisi di atas bersifat lebih umum, dalam arti F submedan dari E merupakan kejadian khusus E perluasan dari F sebab F ≅ F. Pada bab terdahulu telah dibuktikan bahwa medan berkarakteristik prima p memuat submedan yang isomorfis dengan Zp, sedangkan medan berkarakteristik 0 memuat submedan yang isomorfis dengan Q. Jadi medan berkarakteristik p adalah perluasan dari Zp, dan medan berkarakteristik 0 adalah perluasan dari Q. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 Jika medan F isomorfis dengan suatu submedan dari medan E, maka F dikatakan dapat dimasukkan (embedded) ke dalam E, atau submedan dari E tersebut diidentikkan sebagai F. Dengan perkataan lain, dapat diasumsikan F submedan dari E. Jadi untuk selanjutnya dapat diasumsikan Zp submedan prima dari medan berkarakteristik prima p, dan Q submedan prima dari medan berkarakteristik 0. Juga dalam Teorema 2.6.14 dapat diasumsikan F submedan dari medan F[ x] I di mana submedan N = {I + a : a ∈ F} dalam F[ x] I diidentikkan sebagai F. Perhatikan juga bahwa F perluasan dari dirinya sendiri sebab F submedan dari F. Misalkan medan E adalah perluasan dari medan F dan α ∈ E. Maka terdapat homomorfisma evaluasi θα : F[x] → E yang didefinisikan dengan aturan θα(f(x)) = f(α). Jika f(x) = g(x) h(x), maka f(α) = θα(f(x)) = θα(g(x) h(x)) = θα(g(x)) θα(h(x)) = g(α) h(α). Dengan demikian f(α) = 0 jika dan hanya jika g(α) = 0 atau h(α) = 0 (sebab E medan, tidak memuat pembagi nol). Jadi α ∈ E adalah akar dari f(x) jika dan hanya jika α adalah akar dari g(x) atau h(x). Perlu diingatkan kembali bahwa setiap polinomial takkonstan f(x) merupakan polinomial taktereduksi atau faktorisasi atas polinomial-polinomial taktereduksi. Ini berarti dalam setiap faktorisasi dari f(x), terdapat sekurang-kurangnya satu faktor dari f(x) yang merupakan polinomial taktereduksi. Keterangan-keterangan di atas kiranya dapat menjelaskan teorema di bawah ini. Teorema 3.1.1 (Teorema Kronecker). Jika F medan dan f(x) ∈ F[x] polinomial takkonstan, maka terdapat medan E yang memuat F dan suatu akar dari f(x). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 BUKTI. Misalkan f(x) = p(x) q(x) dengan p(x) taktereduksi atas F. Menurut Teorema 2.6.14, F[ x ] ( p ( x)) = E medan yang memuat F. Misalkan I = (p(x)). Akan dibuktikan terdapat α = I + x ∈ E sehingga p(α) = 0. Misalkan p(x) = a0 + a 1x + … + anxn, ai ∈ F. Homomorfisma evaluasi θα : F[x] → E memberikan θα(p(x)) = p(α) = (I + a0) + (I + a1)α + … + (I + an)αn = (I + a0) + (I + a1) (I + x) + … + (I + an) (I + x)n = (I + a0) + (I + a1x) + … + (I + anxn) = I + (a0 + a1x + … + anxn) = I + p(x) = I. Karena I = I + 0 adalah elemen identitas dalam E, maka α ∈ E akar dari p(x). Ini berarti α adalah akar dari f(x). Jadi medan E memuat F dan suatu akar dari f(x). ■ Teorema di atas mengatakan bahwa setiap medan mempunyai perluasan dan setiap polinomial takkonstan mempunyai akar dalam suatu medan. Dari kedua pernyataan tersebut, pemahaman tentang perluasan medan dikaitkan dengan akar dari suatu polinomial. Jadi seperti yang sudah disampaikan di awal bab, medan C dipahami sebagai perluasan dari medan R yang memuat akar dari x2 + 1. Pada Teorema 2.6.5 sudah dibuktikan bahwa polinomial p(x) dalam F[x] yang berderajat n, mempunyai paling banyak n akar dalam medan F. Jelas bahwa p(x) juga mempunyai paling banyak n akar dalam perluasan dari F. Polinomial x3 − x2 + x − 1 mempunyai satu akar dalam R yaitu 1, tetapi tiga akar dalam C yaitu −i, 1, i. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 Polinomial x3 + x2 − 8x − 12 = (x + 2)2 (x − 3) = (x + 2) (x + 2) (x − 3) mempunyai tiga akar dalam Q termasuk akar berulang dari −2 (untuk menentukan akar-akar suatu polinomial digunakan Teorema Faktor). Jadi −2 akar berulang 2, dan 3 akar berulang 1 dari x3 + x2 − 8x − 12, sehingga x3 + x2 − 8x − 12 mempunyai tiga akar dalam R dan C. Definisi 3.1.2. Misalkan medan E perluasan dari medan F. Elemen a ∈ E disebut akar berulang m ≥ 1 dari f(x) ∈ F[x] jika dan hanya jika f(x) = (x − a)m g(x) untuk suatu g(x) ∈ E[x] dengan g(a) ≠ 0. Tampak bahwa Definisi 3.1.2 di atas diturunkan dari Teorema Faktor. Di sini juga berarti b ∈ F adalah akar berulang m dari f(x) ∈ F[x] untuk E = F. Jadi Definisi 3.1.2 bersifat lebih umum, dalam arti berlaku untuk perluasan dari F. Dan pernyataan g(a) ≠ 0 pada definisi di atas ekivalen dengan (x − a)m+1 bukan faktor dari f(x). Definisi 3.1.3. Misalkan medan E perluasan dari medan F. Polinomial f(x) ∈ F[x] dikatakan membelah dalam E[x] (atau membelah atas E) jika dan hanya jika f(x) dapat difaktorkan menjadi polinomial-polinomial linear dalam E[x]. Teorema 3.1.2. Jika f(x) ∈ F[x] berderajat n ≥ 1, maka terdapat medan E yang memuat medan F sedemikian sehingga f(x) membelah atas E. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 BUKTI. Dibuktikan dengan Induksi Matematis. Pangkal Untuk n = 1, maka f(x) linear dan E = F. Langkah Diasumsikan teorema benar untuk n = k − 1. Akan dibuktikan teorema benar untuk n = k. Jika f(x) ∈ F[x] berderajat k, maka dari Teorema Kronecker, terdapat medan E1 yang memuat F dan suatu akar dari f(x), katakanlah a1. Jadi dalam E1[x], f(x) = (x − a1) g(x) untuk suatu g(x) ∈ E1[x] (Teorema Faktor). Maka g(x) berderajat k − 1, sehingga menurut asumsi di atas terdapat medan E yang memuat E1 sedemikian sehingga g(x) membelah atas E. Dengan demikian g(x) dapat difaktorkan menjadi polinomial-polinomial linear dalam E[x]. Ini berarti f(x) adalah perkalian polinomial-polinomial linear dalam E[x]. Jadi f(x) membelah atas E. Terbukti terdapat medan E yang memuat medan F sedemikian sehingga f(x) membelah atas E, untuk ∀n ≥ 1. ■ Perhatikan bahwa jika f(x) dalam F[x] membelah atas medan perluasan dari F (misalkan saja E), maka E memuat semua akar dari f(x) termasuk akar-akar berulang, juga benar untuk kebalikannya (Teorema Faktor). Medan E yang demikian itu disebut medan pembelah (splitting field) dari f(x) atas medan F. Dan Teorema 3.1.2 di atas membuktikan bahwa medan pembelah selalu ada untuk setiap polinomial. Contohnya, C adalah medan pembelah dari polinomial x2 + 1 ∈ R[x] (karena x2 + 1 = (x + i) (x − i) di mana (x + i), (x − i) ∈ C[x]). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 Pada bukti Teorema 3.1.2, medan E dipilih sebagai medan pembelah terkecil dari polinomial f(x) ∈ F[x]. Dari bukti Teorema Kronecker, medan Q[ x] ( x 2 − 2) memuat suatu akar dari polinomial taktereduksi x2 − 2 ∈ Q[x]. Karena x2 − 2 berderajat 2, maka x2 − 2 membelah atas Q[ x] ( x 2 − 2) . Dengan cara yang sama seperti pada Contoh 2.6.4, medan Q[ x] ( x 2 − 2) adalah medan K = {a + b 2 : a, b ∈ Q} ⊂ R ⊂ C. Definisi 3.1.4. Medan perluasan terkecil E dari medan F yang memuat semua akar dari f(x) ∈ F[x] disebut medan pembelah dari polinomial f(x). Definisi di atas menunjukkan bahwa medan pembelah dari polinomial f(x) ∈ F[x] adalah irisan semua medan yang memuat F dan semua akar dari f(x). Lebih lanjut, setiap dua medan pembelah yang ditentukan oleh suatu polinomial saling isomorfis. Dengan perkataan lain, hanya ada satu medan pembelah dari suatu polinomial. Medan pembelah dari polinomial x2 + 1 ∈ R[x] dan anggota-anggotanya berbentuk koset adalah R[ x] ( x 2 + 1) . Dan pada Contoh 2.6.4 telah ditunjukkan bahwa R[ x] ( x 2 + 1) ≅ C. Akan tetapi, untuk pembuktian secara umum ketunggalan medan pembelah dari suatu polinomial, dalam tulisan ini tidak diberikan karena pembuktiannya menggunakan Teorema Perluasan Isomorfisma (ini merupakan bagian permulaan dari teori Galois). Perlu diingatkan bahwa definisi medan pembelah dari suatu polinomial f(x) ∈ F[x] tergantung pada medan F yang didefinisikan. Untuk menjelaskan maksud tersebut, akan dikonstruksi suatu medan. Idenya berdasarkan pada F[x], yaitu himpunan semua PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78 polinomial dalam x atas F. Telah diketahui bahwa F[x] bukan medan melainkan daerah integral yang memuat F dan x. Untuk hal tersebut, gelanggang faktor yang memegang peranan penting dan homomorfisma evaluasi dapat digunakan secara bersama-sama. Misalkan medan E adalah perluasan dari medan F dan α ∈ E. Maka terdapat homomorfisma evaluasi θα : F[x] → E dengan aturan θα(f(x)) = f(α) untuk ∀f(x) ∈ F[x]. Dan Im(θ α) = {f(α) ∈ E : f(α) = θ α(f(x)), f(x) ∈ F[x]} daerah integral dalam E sebab E tidak mempunyai pembagi nol. Maka menurut Teorema Isomorfisma, Im(θα) ≅ F[ x] I di mana I = Ker(θα) ideal dalam F[x]. Perhatikan bahwa α adalah akar dari ∀f(x) ∈ I sebab I = {f(x) ∈ F[x] : θα(f(x)) = f(α) = 0}. Karena setiap ideal dalam F[x] adalah ideal utama (Teorema 2.6.6), maka I = (p(x)) untuk suatu polinomial p(x) ∈ F[x]. Karena Im(θα) daerah integral, maka F[ x] ( p ( x)) juga daerah integral. Akan tetapi ini berlaku hanya jika p(x) = 0 (sebab F[x] (0) ≅ F[x]) atau p(x) taktereduksi (Teorema 2.6.14). Jadi jika p(x) = 0, maka Im(θα) adalah daerah integral yang isomorfis dengan F[x]. Dan menurut Teorema Medan Hasil Bagi Daerah Integral, E memuat dengan tunggal submedan K = { g (α ) h (α ) : g(α), h(α) ∈ Im(θ α), h(α) ≠ 0}. Medan K ini isomorfis dengan medan semua fungsi rasional F(x) = { g ( x) h( x) : g(x), h(x) ∈ F[x], h(x) ≠ 0} dan K medan terkecil yang memuat F dan α. Sedangkan jika p(x) taktereduksi, maka Im(θα) merupakan medan yang isomorfis dengan F[ x] ( p ( x)) . Karena F[ x ] ( p ( x)) adalah medan terkecil yang memuat F dan α di mana α adalah akar dari p(x), maka Im(θα) medan terkecil yang memuat F dan α. Untuk lebih mudahnya (juga dalam kedua kasus p(x) di atas), medan terkecil yang memuat F dan α dinotasikan dengan F(α), yang tertuang dalam definisi di bawah ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 Definisi 3.1.5. Jika E perluasan dari medan F dan α ∈ E, maka F(α) disebut submedan terkecil dari E yang memuat F dan α. Contoh 3.1.1. Misalkan F = R, E = C dan α = i. Karena i merupakan akar dari polinomial taktereduksi x2 + 1 ∈ R[x], maka homomorfisma evaluasi θi : R[x] → C memberikan R(i) = Im(θi) = {θi(k(x)) ∈ C : k(x) ∈ R[x]}. Maka R(i) = C sebab setiap elemen dalam R(i) berbentuk a + bi = θi(a + bx) untuk a, b ∈ R. Definisi 3.1.6. Misalkan medan E perluasan dari medan F dan a ∈ E. Elemen a disebut elemen aljabar atas F jika dan hanya jika f(a) = 0 untuk suatu polinomial monik f(x) ∈ F[x]. Contoh 3.1.2. Bilangan i ∈ C adalah elemen aljabar atas Q dan R sebab i adalah akar dari x2 + 1. Bilangan real 2 adalah elemen aljabar atas Q sebab 2 adalah akar dari x2 − 2. Tetapi bilangan real e dan π bukan elemen aljabar atas Q sebab e dan π bukan akar dari setiap polinomial takkonstan f(x) ∈ Q[x] (pembuktiannya tidak diberikan di sini). Elemen-elemen demikian (yang bukan elemen aljabar) disebut elemen transendental. Misalkan p(x) ∈ F[x] polinomial taktereduksi dan α ∈ E adalah akar dari p(x). Maka jelas α adalah akar dari setiap polinomial takkonstan g(x) ∈ F[x] di mana g(x) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 merupakan hasil perkalian p(x) dengan polinomial lainnya. Sebagai contoh, bilangan kompleks i adalah akar dari polinomial taktereduksi x2 + 1 ∈ R[x], maka i juga adalah akar dari polinomial-polinomial (x2 + 1) (x + 3), (x2 + 1) (x3 − 7x2 + 5), (x2 + 1) h(x). Kemudian untuk suatu r ∈ R, maka r (x2 + 1) adalah polinomial berderajat minimal dari semua polinomial takkonstan atas R yang mempunyai i sebagai akar. Tetapi hanya ada satu polinomial monik berderajat 2 dalam R[x] yang mempunyai i sebagai akar, yaitu polinomial x2 + 1. Lema 3.1.3. Misalkan E adalah medan perluasan dari medan F dan p(x) ∈ F[x] polinomial monik taktereduksi berderajat d yang mempunyai α ∈ E sebagai akar. (i) Jika f(x) ∈ F[x] mempunyai α sebagai akar, maka d ≤ der(f(x)). (ii) Polinomial monik berderajat d dalam F[x] yang mempunyai α sebagai akar hanyalah p(x). BUKTI. (i) Misalkan I = {f(x) ∈ F[x] : f(α) = 0}. Jelas I ideal dalam F[x] sebab terdapat homomorfisma evaluasi θα : F[x] → E di mana Ker(θα) = I ideal dalam F[x]. Jika f(x) ∈ I, maka (f(x), p(x)) = k(x) ∈ I sebab k(x) = f(x) r(x) + p(x) s(x) (Teorema 2.6.7). Karena p(x) polinomial monik taktereduksi, maka polinomial monik yang membagi p(x) hanyalah 1 F dan p(x). Tetapi 1 F ∉ I, maka haruslah k(x) = p(x), sehingga p ( x) f ( x) . Jadi d = der(p(x)) ≤ der(f(x)) untuk ∀f(x) ∈ F[x] yang mempunyai α sebagai akar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81 (ii) Misalkan juga m(x) polinomial monik berderajat d yang mempunyai α sebagai akar. Maka p(x) − m(x) ∈ I, sehingga p(x) − m(x) mempunyai α sebagai akar. Andaikan p(x) − m(x) ≠ 0. Berarti der(p(x) − m(x)) < d, kontradiksi dengan (i). Dengan demikian haruslah p(x) − m(x) = 0, yaitu p(x) = m(x). ■ Proposisi penting di bawah ini merangkum situasi-situasi di atas. Proposisi 3.1.4. Jika E medan perluasan dari medan F dan α ∈ E elemen aljabar atas F, maka (i) terdapat polinomial monik taktereduksi p(x) ∈ F[x] yang mempunyai α sebagai akar, (ii) jika f(x) ∈ F[x] mempunyai α sebagai akar, maka p(x) membagi f(x), (iii) satu-satunya polinomial monik berderajat minimal dalam F[x] yang mempunyai α sebagai akar adalah p(x), (iv) F[ x ] ( p ( x)) ≅ F(α). BUKTI. (i) Jika E perluasan dari F dan α ∈ E, maka θ α : F[x] → E merupakan homomorfisma evaluasi. Karena α adalah elemen aljabar atas F, maka Ker(θα) ≠ {0}. Dan karena setiap ideal dalam F[x] adalah ideal utama, maka Ker(θα) = (p(x)) untuk suatu polinomial monik p(x) ∈ F[x]. Dari Teorema Isomorfisma, F[ x ] ( p ( x)) ≅ Im(θα). Karena Im(θα) daerah integral, maka F[ x] ( p ( x)) juga daerah integral. Menurut Teorema 2.5.7, (p(x)) ideal prima. Dari bukti Teorema 2.6.9, p(x) taktereduksi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82 Karena p(x) ∈ (p(x)) = Ker(θα), maka p(α) = 0. Jadi p(x) adalah polinomial monik taktereduksi yang mempunyai α sebagai akar. (ii) Dari bukti Lema 3.1.3. (iii) Lema 3.1.3. (iv) Karena α adalah akar dari p(x), maka Im(θα) adalah medan terkecil yang memuat F dan α, yaitu Im(θα) = F(α), sehingga F[ x] ( p ( x)) ≅ F(α). ■ Ketunggalan polinomial monik p(x) pada Proposisi 3.1.4 disebut polinomial taktereduksi untuk α atas F (atau polinomial berderajat minimal untuk α atas F). Karena untuk 2 ∈ R adalah elemen aljabar atas Q, maka polinomial monik taktereduksi 2 atas Q adalah x2 − 2. Tetapi polinomial monik taktereduksi dalam R[x] untuk 2 adalah x − 2 sebab x − 2 berderajat minimal dan x − 2 membagi x2 − 2. Polinomial monik taktereduksi dalam R[x] untuk 1 + i adalah x2 − 2x + 2. Proposisi 3.1.5. Misalkan medan E perluasan dari medan F. Jika α ∈ E adalah elemen aljabar atas F dengan p(x) ∈ F[x] polinomial taktereduksi untuk α berderajat n, maka setiap β ∈ F(α) dapat diekspresikan dengan tunggal dalam bentuk β = b 0 + b1α + … + bn−1αn−1 di mana bi ∈ F. BUKTI. Homomorfisma evaluasi θ α : F[x] → E memberikan Im(θα) = {f(α) ∈ E : f(α) = θ α(f(x)) untuk suatu f(x) ∈ F[x]}. Diketahui α adalah elemen aljabar atas F dengan p(x) ∈ F[x] PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83 polinomial taktereduksi untuk α berderajat n. Sehingga F[ x] ( p ( x)) ≅ F(α) = Im(θα) (Proposisi 3.1.4). Perhatikan bahwa setiap elemen dalam F(α) berbentuk polinomial dalam α dengan koefisien-koefisien dalam F. Kemudian dari Teorema 2.6.15, maka setiap koset dalam F[ x] ( p ( x)) dapat diekspresikan dengan tunggal dalam bentuk (p(x)) + s(x) dengan der(s(x)) < n. Ini berarti setiap koset dalam F[ x ] ( p ( x)) dapatlah direpresentasikan dengan tunggal dalam bentuk polinomial s(x) berderajat < n kecuali untuk koset (p(x)) + p(x). Jadi setiap elemen dalam F(α) dapat diekspresikan dengan tunggal dalam bentuk polinomial s(α) berderajat < n kecuali untuk p(α) sebab p(α) = 0. Jadi setiap β ∈ F(α) dapat diekspresikan dengan tunggal dalam bentuk β = b 0 + b 1α + … + bn−1αn−1 di mana bi ∈ F. ■ Hasil-hasil yang sudah didapat dikaitkan sebagai berikut, dalam Contoh 2.6.4 ditunjukkan bahwa R[ x] ( x 2 + 1) ≅ C. Dalam Contoh 3.1.1 ditunjukkan R(i) = C. Dan Proposisi 3.1.4 membuktikan R(i) ≅ R[ x] ( x 2 + 1) . Kemudian dengan Proposisi 3.1.5, elemen-elemen dalam R(i) lebih mudah ditentukan, yaitu R(i) = {a + bi : a, b ∈ R}. Dengan demikian sekarang dengan mudah dapat ditentukan medan pembelah dari polinomial taktereduksi x2 − 2 ∈ Q[x] yang isomorfis dengan medan Q[ x] ( x 2 − 2) , yaitu medan Q( 2 ) = {a + b 2 : a, b ∈ Q} (ini jika dibandingkan dengan cara yang sama seperti pada Contoh 2.6.4, yaitu dengan menunjukkan Q[ x] ( x 2 − 2) isomorfis dengan K = {a + b 2 : a, b ∈ Q}). Dengan demikian, medan semua bilangan kompleks yang sudah kita kenal dengan C = {a + bi : a, b ∈ R} dikonstruksi dari R dengan menggunakan Proposisi 3.1.4 dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84 Proposisi 3.1.5 (juga berpegang prinsip pada Teorema Kronecker). Penggunaan huruf i (berpautan dengan kata imaginary) merupakan suatu tradisi untuk menyatakan akar dari x2 + 1, yaitu i2 + 1 = 0 (yang kemudian didefinisikan i2 = −1). Jika α ∈ F, maka jelas F medan terkecil yang memuat F dan α. Proposisi 3.1.4 dan Proposisi 3.1.5 juga dapat menunjukkannya. Jika α ∈ F, maka polinomial monik taktereduksi dalam F[x] untuk α adalah polinomial linear x − α, sehingga medan terkecil yang memuat F dan α adalah F(α) = {b : b ∈ F} = F. Ini juga berarti F(α) = F adalah medan pembelah dari x − α. Misalkan g(x) ∈ F[x] polinomial taktereduksi berderajat k dan α1, α2, …, αk ∈ E (perluasan dari medan F) adalah akar-akar dari g(x). Dari Proposisi 3.1.4, F[ x ] ( g ( x)) isomorfis dengan F(α1), F(α2), …, F(αk), sehingga F(α1) ≅ F(α2) ≅ … ≅ F(αk). Jadi F[ x ] ( g ( x)) memuat semua akar dari g(x) atau F[ x] ( g ( x)) adalah medan pembelah dari polinomial taktereduksi g(x) ∈ F[x]. Ini berarti bahwa jika α ∈ E adalah akar dari polinomial taktereduksi g(x) ∈ F[x], maka F(α) adalah medan pembelah dari g(x), yaitu medan terkecil yang memuat F dan semua akar dari g(x). Sebelumnya sudah disinggung bahwa medan pembelah dari suatu polinomial tergantung pada medan yang didefinisikan. Medan pembelah dari x2 + 1 ∈ R[x] adalah R(i) = C, tetapi jika x2 + 1 ∈ Q[x], maka medan pembelahnya Q(i) = {a + bi : a, b ∈ Q} (submedan dari C). Artinya, medan terkecil yang memuat Q dan semua akar dari x2 + 1 adalah Q(i). Semua contoh medan pembelah di atas dari polinomial taktereduksi, padahal menurut Teorema 3.1.2, medan pembelah selalu ada untuk setiap polinomial. Berikut ini diberikan contoh-contoh medan pembelah dari polinomial tereduksi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85 Contoh 3.1.3. Akan ditentukan medan pembelah dari x3 − 1 ∈ Q[x]. Karena 1 ∈ Q akar dari x3 − 1 ∈ Q[x], maka x3 − 1 tereduksi dalam Q[x], yaitu (x − 1) faktor dari x3 − 1. Dengan pembagian yang panjang, didapat x3 − 1 = (x − 1) (x2 + x + 1). Dan x2 + x + 1 tidak mempunyai akar dalam Q, sehingga x2 + x + 1 taktereduksi atas Q (Teorema 2.6.8). Jadi Q[ x] ( x 2 + x + 1) medan pembelah dari x2 + x + 1 ∈ Q[x]. Karena 1 ∈ Q ⊂ Q[ x] ( x 2 + x + 1) , maka Q[ x] ( x 2 + x + 1) medan pembelah dari x3 − 1 ∈ Q[x]. Kemudian Proposisi 3.1.4 dan Proposisi 3.1.5 digunakan untuk menentukan medan yang isomorfis dengan Q[ x] ( x 2 + x + 1) . Dengan menggunakan rumus kuadrat yang sudah dikenal, maka w = (−1 + i 3 ) 2 ∈ C merupakan akar dari x2 + x + 1. Dengan demikian Q(w) = {a + bw : a, b ∈ Q} medan yang isomorfis dengan Q[ x] ( x 2 + x + 1) . Karena a, b ∈ Q dan w = (−1 + i 3 ) 2 , maka medan pembelah dari x3 − 1 ∈ Q[x] adalah {c + di 3 : c, d ∈ Q} = Q(i 3 ) ⊂ C (sebab polinomial monik taktereduksi dalam Q[x] untuk i 3 adalah polinomial berderajat 2, yaitu x2 + 3). Contoh 3.1.4. Akan ditentukan medan pembelah dari x4 − x2 − 2 ∈ Q[x]. Polinomial ini tidak mempunyai akar dalam Q tetapi tereduksi atas Q, yaitu x4 − x2 − 2 = (x2 − 2) (x2 + 1). Dari contoh-contoh di atas, maka Q( 2 ) = {a + b 2 : a, b ∈ Q} medan pembelah dari x2 − 2 ∈ Q[x], dan Q(i) = {a + bi : a, b ∈ Q} medan pembelah dari x2 + 1 ∈ Q[x]. Tetapi 2 ∉ Q(i) dan i ∉ Q( 2 ), sehingga Q( 2 ) dan Q(i) kedua-duanya bukan medan pembelah dari x4 − x2 − 2 ∈ Q[x]. Dapat ditunjukkan bahwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86 {a + b 2 + ci + di 2 : a, b, c, d ∈ Q} medan pembelah dari x4 − x2 − 2 ∈ Q[x] (pembuktiannya analog dengan Contoh 3.1.5 di bawah). Pembahasan tentang perluasan medan di atas, yaitu medan pembelah dari suatu polinomial f(x) ∈ F[x] dan submedan terkecil dari medan E yang memuat medan F dan α ∈ E, telah memberikan gambaran tentang medan-medan lainnya selain medan-medan Q, R, dan C yang sudah kita kenal. Medan-medan Q( 2 ) = {a + b 2 : a, b ∈ Q} dan Q(i) = {a + bi : a, b ∈ Q} dapat diperiksa kembali apakah tertutup terhadap operasi penjumlahan, perkalian, dan invers multiplikatif. Jelas kedua medan tertutup terhadap operasi penjumlahan dan perkalian. Invers multiplikatif dari a + b 2 ≠ 0 ∈ Q( 2 ) adalah (a c) − (b c) 2 di mana c = a2 − 2b 2. Invers multiplikatif dari a + bi ≠ 0 ∈ Q(i) adalah (a d ) − (b d )i di mana d = a 2 + b2. Definisi 3.1.5 dapat digeneralisasi. Misalkan elemen-elemen α1, α2, …, αn ∈ E (medan yang memuat medan F). Maka terdapat medan perluasan terkecil dari F yang memuat {α1, α2, …, αn}, ditulis F(α1, α2, …, αn). Jadi suatu medan dapat dihasilkan dari F dan {α1, α2, …, αn}, yaitu dengan mengoperasikan berulang-ulang penjumlahan, perkalian, invers aditif, invers multiplikatif setiap elemen dari F dan {α1, α2, …, αn}. Kemudian jika α1, α2, …, αn merupakan akar-akar dari suatu polinomial f(x) ∈ F[x], maka F(α1, α2, …, αn) adalah medan pembelah dari f(x). Contoh 3.1.5. Akan ditentukan medan perluasan terkecil dari Q yang memuat { 2 , 3 }. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87 Dengan memfokuskan ketertutupan operasi penjumlahan dan perkalian dari 3 , sepertinya Q( 2 , 2 dan 3 ) = {a + b 2 + c 3 + d 6 : a, b, c, d ∈ Q}. Tetapi akan digunakan Proposisi 3.1.4 dan Proposisi 3.1.5 untuk menunjukkannya. Perkalian dari 2 dan 3 adalah 6 , sehingga polinomial monik taktereduksi dalam Q[x] untuk 6 adalah x2 − 6. Dengan Proposisi 3.1.5, maka Q( 6 ) = {a + b 6 : a, b ∈ Q}. Tetapi Q( 6 ) tidak memuat 3 , sehingga Q( 2 , 2 dan 3 . Padahal Q( 2 , 3 ) ≠ Q( 6 ). Misalkan α = 2 + 3 ) harus memuat 2 dan 3 , maka α2 = 5 + 2 6 ⇔ α2 − 5 = 2 6 ⇔ (α2 − 5)2 = 24 ⇔ α4 − 10α2 + 1 = 0. Ini berarti polinomial monik taktereduksi dalam Q[x] untuk 2 + 3 adalah x4 − 10x2 + 1. Dengan Proposisi 3.1.5, maka Q(α) = {e + fα + gα2 + hα3 : e, f, g, h ∈ Q}. Perhatikan bahwa α3 = ( 2 + = (5 + 2 6 ) ( 2 + 3 ) = 11 2 + 9 3 . Maka Q( 2 + 3 )3 3 ) = {a + b 2 + c 3 + d 6 : a, b, c, d ∈ Q} (memuat 2 dan = Q( 2 + 3 ) adalah medan pembelah dari x4 − 5x2 + 6 ∈ Q[x] 3 ). Di sini Q( 2 , 3 ). Dengan demikian haruslah Q( 2 , (juga medan pembelah dari x4 − 10x2 + 1 ∈ Q[x]). Perhatikan juga bahwa Q( 2 , 3) 3) adalah Q( 2 ) ( 3 ) atau Q( 3 ) ( 2 ), yaitu medan terkecil yang memuat medan Q( 2 ) dan 3 , atau medan terkecil yang memuat medan Q( 3 ) dan 2. 3.2. Ruang Vektor Ruang vektor dapat digunakan untuk mempelajari perluasan medan. Diasumsikan topik ruang vektor sudah dikenal dengan baik, di sini hanya diingatkan kembali dan teorema-teorema yang berkaitan dengan perluasan medan saja yang dibuktikan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88 Definisi 3.2.1. Ruang vektor V atas medan F adalah grup komutatif (V, +) bersama dengan operasi perkalian skalar dan dipenuhi (i) ru ∈ V, (ii) rs(u) = r(su), (iii) (r + s)u = (ru) + (su), (iv) r(u + v) = (ru) + (rv), (v) 1Fu = u untuk setiap skalar r, s ∈ F dan setiap vektor u, v ∈ V. Contoh 3.2.1. Jika F medan, maka Fn = F × F × … × F = {(a1, a 2, …, an) : a i ∈ F} merupakan grup komutatif terhadap operasi penjumlahan. Didefinisikan operasi perkalian skalar dengan ru = (ra 1, ra2, …, ran) di mana u ∈ Fn dan r ∈ F. Jelas Fn adalah ruang vektor atas F sebab memenuhi sifat-sifat ruang vektor. Sudah dibuktikan bahwa jika p prima, maka Zp medan, sehingga Z np adalah ruang vektor atas Zp dengan banyaknya elemen dalam Z np adalah p n. Contoh 3.2.2. Misalkan F medan dan F[x] gelanggang semua polinomial atas F. Didefinisikan operasi perkalian skalar dengan rv = r a(x) = r (a 0 + a1x + … + anxn) = (ra0 + ra1x + … + ranxn) di mana a(x) ∈ F[x] adalah vektor dan r ∈ F adalah skalar. Maka F[x] adalah ruang vektor atas F. Sifat-sifat ruang vektor dipenuhi sebab F[x] daerah integral. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89 Contoh 3.2.3. Misalkan medan E perluasan dari medan F. Didefinisikan operasi perkalian skalar dengan rw = ra di mana a ∈ E sebagai vektor dan r ∈ F sebagai skalar. Maka E ruang vektor atas F. Definisi 3.2.2. Subhimpunan W ≠ ∅ dari ruang vektor V disebut subruang dari ruang vektor V jika dan hanya jika W adalah ruang vektor terhadap operasi yang didefinisikan dalam V. Contoh 3.2.4. Himpunan 〈v1, v2, …, vn〉 = {a1v1 + a2v2 + … + anvn : a i∈ F, vi ∈ V} adalah subruang dari ruang vektor V atas medan F. Definisi 3.2.3. Subruang W = 〈v1, v2, …, vn〉 dari ruang vektor V atas medan F disebut subruang yang direntang (atau dibangun) oleh subhimpunan {v1, v2, …, vn} dari V. Dan vektor-vektor v = a 1v1 + a2v2 + … + anvn ∈ W disebut kombinasi linear dari v1, v2, …, vn. Definisi 3.2.4. Misalkan V ruang vektor atas medan F. Vektor-vektor v1, v2, …, vn ∈ V dikatakan bebas linear atas F jika dan hanya jika persamaan a 1v1 + a 2v2 + … + anvn = 0 untuk ∀ai ∈ F, dipenuhi hanya jika a 1 = a2 = … = an = 0. Selainnya disebut takbebas linear atas F, yaitu terdapat sekurang-kurangnya satu ai ≠ 0 ∈ F dan a 1v1 + a 2v2 + … + anvn = 0. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90 Definisi 3.2.5. Misalkan V ruang vektor atas medan F dan v1, v2, …, vn ∈ V. Himpunan {v1, v2, …, vn} disebut basis dari V atas F jika dan hanya jika {v1 , v2, …, vn} merentang V dan vektorvektor v1, v2, …, vn bebas linear atas F. Contoh 3.2.5. Himpunan {(1F, 0, …, 0), (0, 1 F, 0, …, 0), …, (0, …, 0, 1 F)} merupakan basis (disebut basis standar) dari Fn atas F sebab {(1F, 0, …, 0), (0, 1 F, 0, …, 0), …, (0, …, 0, 1F)} merentang Fn dan (1F, 0, …, 0), (0, 1F, 0, …, 0), …, (0, 0, …, 0, 1 F) bebas linear atas F. Dalam ruang vektor dibuktikan bahwa setiap dua basis dari ruang vektor V atas medan F mempunyai banyak vektor yang sama, disebut sebagai dimensi dari V atas F dan ditulis dimF(V). Sebagai contoh, C adalah ruang vektor atas R di mana {1, i} basis dari C atas R sebab {1, i} merentang C dan 1, i bebas linear. Tetapi {−1, i} juga basis dari C atas R. Banyaknya vektor dalam setiap basis dari C adalah 2, yaitu dimR(C) = 2. Kemudian dibuktikan juga bahwa setiap n vektor bebas linear dalam ruang vektor V berdimensi n (terdapat n vektor merentang V) adalah basis dalam V. Jika dimF(V) = n, maka setiap m vektor dari V (m > n) adalah vektor-vektor takbebas linear atas F. Teorema 3.2.1. Misalkan V ruang vektor atas medan F dan v1, v2, …, vn ∈ V bebas linear atas F. Maka setiap elemen (vektor) v ∈ 〈v1, v2, …, vn〉 dapat diekspresikan dengan tunggal dalam bentuk v = a 1v1 + a2v2 + … + anvn, di mana ai ∈ F. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91 BUKTI. Misalkan v mempunyai ekspresi v = a 1v1 + a2v2 + … + anvn = b1v1 + b 2v2 + … + bnvn dengan a i, bi ∈ F. Maka (a1 − b1)v1 + (a2 − b 2)v2 + … + (an − bn)vn = 0. Karena elemenelemen v1, v2, …, vn bebas linear atas F, maka a 1 − b1 = a2 − b2 = … = an − bn = 0, sehingga a 1 = b1, a2 = b2, …, an = bn. ■ Teorema 3.2.2. Jika V ruang vektor berdimensi berhingga atas medan F, maka V mempunyai basis. BUKTI. Misalkan subhimpunan minimal {v1, v2, …, vn} merentang V. Akan ditunjukkan bahwa v1, v2, …, vn bebas linear sehingga {v1, v2, …, vn} basis untuk V. Andaikan v1, v2, …, vn takbebas linear atas F. Maka terdapat a 1 ≠ 0 ∈ F sehingga a1v1 + a2v2 + … + a nvn = 0. Jadi v1 = (−a1−1) (a2v2 + … + anvn). Karena V direntang oleh {v1, v2, …, vn}, maka untuk sembarang v ∈ V, v = b 1v1 + b2v2 + … + bnvn = b1(−a 1−1) (a2v2 + … + anvn) + b 2v2 + … + bnvn. Ini berarti {v2, v3, …, vn} merentang V. Terdapat suatu kontradiksi, karena diasumsikan V direntang oleh subhimpunan minimal {v1, v2, …, vn}. Sehingga haruslah v1, v2, …, vn bebas linear. Terbukti setiap ruang vektor berdimensi berhingga mempunyai basis. ■ Definisi 3.2.6. Dimensi medan perluasan E (sebagai ruang vektor) atas medan F disebut derajat dari E atas F, ditulis [E : F]. Jika [E : F] berhingga, maka E disebut perluasan berhingga. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92 Teorema 3.2.3. Misalkan medan E perluasan dari medan F. Jika α ∈ E elemen aljabar atas F dengan polinomial taktereduksi p(x) ∈ F[x] untuk α berderajat n, maka F(α) adalah perluasan berhingga berderajat n di mana basis dari F(α) atas F adalah {1E, α, α2, …, αn−1}. BUKTI. Jika α ∈ E elemen aljabar atas F dengan polinomial taktereduksi p(x) ∈ F[x] untuk α berderajat n, maka menurut Proposisi 3.1.5, setiap β ∈ F(α) dapat diekspresikan dengan tunggal dalam bentuk β = b0 + b1α + b2α2 + … + bn−1αn−1 di mana bi ∈ F. Jadi setiap elemen β ∈ F(α) kombinasi linear dari 1E, α, α2, …, αn−1, sehingga {1 E, α, α2, …, αn−1} merentang F(α). Akan ditunjukkan bahwa 1 E, α, α2, …, αn−1 bebas linear atas F sehingga {1E, α, α2, …, αn−1} basis dari F(α). Jika b0 + b1α + … + b n−1αn−1 = 0, maka q(α) = 0 untuk suatu q(x) = b 0 + b1x + … + bn−1xn−1 ∈ F[x]. Karena p(x) taktereduksi (berderajat minimal) yang mempunyai α sebagai akar, maka haruslah q(x) = 0. Ini berarti b0 = b1 = … = bn−1 = 0. Dengan demikian 1E, α, α2, …, αn−1 bebas linear. Jadi {1 E, α, α2, …, αn−1} basis dari F(α) atas F, sehingga [F(α) : F] = dimF(F(α)) = n. ■ Sebagai catatan, jika F(α) adalah perluasan berhingga, tidak berarti F(α) adalah medan berhingga. Contohnya, R(i) = C adalah perluasan berhingga berderajat 2 atas R. Definisi 3.2.7. Medan perluasan E dari medan F disebut perluasan aljabar jika dan hanya jika setiap elemen dalam E adalah elemen aljabar atas F. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93 Teorema 3.2.4. Jika medan E perluasan berhingga dari medan F, maka E perluasan aljabar. BUKTI. Karena E perluasan berhingga dari F yaitu [E : F] = n, maka n + 1 elemen dari E takbebas linear atas F. Ini berarti bahwa jika α ∈ E, maka 1E, α, α2, …, αn takbebas linear atas F, yaitu terdapat bi ∈ F tidak semuanya nol sedemikian sehingga b 0 + b 1α + b2α2 + … + bnαn = 0. Dengan demikian α adalah akar dari suatu polinomial q(x) = b 0 + b1x + b2x2 + … + b nxn ≠ 0 ∈ F[x] (kemudian q(x) dikalikan b n−1 ≠ 0 untuk mendapatkan polinomial monik). Terbukti setiap α ∈ E adalah elemen aljabar atas F. ■ 3.3. Medan Galois Sudah diketahui bahwa Zp adalah medan berhingga berorder p jika dan hanya jika p prima. Ini berarti Z4 bukanlah medan. Tetapi terdapat medan berorder 4, tentu saja medan ini bukan Z4 melainkan perluasan dari medan Z2. Medan perluasan dari Z2 ini adalah Z 2[ x] ( p ( x)) di mana p(x) adalah polinomial taktereduksi berderajat 2 atas Z2. Akan ditunjukkan sekarang, bahwa karena 0 dan 1 dalam Z2 (demi kepraktisan, tanda kurung siku dihilangkan) bukan akar-akar dari polinomial p(x) = x2 + x + 1 ∈ Z2[x], maka p(x) taktereduksi atas Z2 (Teorema 2.6.8). Telah ditunjukkan bahwa Z 2[ x] ( p ( x)) medan perluasan dari Z2 dan memuat semua akar dari p(x). Misalkan α ∈ Z 2 [ x] ( p ( x)) akar dari p(x), maka menurut Proposisi 3.1.4, Z 2 [ x] ( p ( x)) isomorfis dengan medan Z2(α), yaitu medan di mana semua elemennya adalah 0 + 0α, 1 + 0α, 0 + 1α, 1 + 1α PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94 (Proposisi 3.1.5). Jadi Z2(α) = {0, 1, α, 1 + α} medan berhingga berorder 4. Tampak bahwa Z2(α) ⊃ Z2. Karena α adalah akar dari p(x) = x2 + x + 1 yaitu α2 + α + 1 = 0, maka α2 = −1 + (−α) = 1 + α (elemen dalam Z2(α) berbentuk polinomial dalam α dengan koefisien-koefisien dalam Z2), sehingga (1 + α)2 + (1 + α) + 1 = 1 + 2α + α2 + 1 + α + 1 = 1 + 2α + 1 + α + 1 + α + 1 = (1 + 1) + (1 + 1) + 2α + 2α = 0 + 0 + 0 + 0 = 0. Jadi α dan 1 + α adalah akar-akar dari x2 + x + 1 ∈ Z2[x]. Di bawah ini tabel lengkap penjumlahan dan perkalian setiap elemen dalam Z2(α). Penghitungan seperti di atas. Tabel 3.1. Tabel Cayley penjumlahan dan perkalian untuk medan Z2(α) 0 1 α + 1+α 0 0 1 α 1+α 1 1 0 α 1+α α α 0 1 1+α α 1 0 1+α 1+α ⋅ 0 1 α 1+α 0 0 0 0 0 1 α 1+α 0 0 0 1 α 1+α α 1 1+α 1 α 1+α Dengan cara yang sama, medan berorder 23 = 8 dapat dikonstruksi dari Z2, dengan polinomial taktereduksi berderajat 3 yaitu x3 + x + 1 ∈ Z2[x]. Semua elemennya adalah 0, 1, α, 1 + α, α2, 1 + α2, α + α2, 1 + α + α2. Dan akar-akar dari x3 + x + 1 ∈ Z2[x] adalah α, α2, α + α2. Polinomial x2 + 1 taktereduksi atas Z3, maka dapat dikonstruksi medan perluasan dari Z3 berorder 3 2 = 9 dan memuat semua akar dari x2 + 1 ∈ Z3[x]. Medan berorder 9 tersebut adalah {0, 1, 2, α, 2α, 1 + α, 1 + 2α, 2 + α, 2 + 2α} dan akar-akar dari x2 + 1 ∈ Z3[x] adalah α dan 2α. Kemudian polinomial x3 + x2 + x + 1 taktereduksi dalam Z3[x], maka dapat dikonstruksi medan berorder 33 = 27. Demikian seterusnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95 Galois menyatakan bahwa medan berorder pn selalu dapat dikonstruksi jika dapat ditemukan polinomial taktereduksi berderajat positif n atas medan Zp. Sekarang, polinomial-polinomial x dan x − 1 taktereduksi atas Z2, maka Z 2 [ x] ( x) dan Z 2 [ x] ( x − 1) semuanya adalah medan berorder 2. Tetapi Z 2 [ x] ( x) ≅ Z2(0) = Z2 dan Z 2 [ x] ( x − 1) ≅ Z2(1) = Z2, sehingga Z 2 [ x] ( x) ≅ Z 2[ x] ( x − 1) . Jadi Z 2[ x] ( x) dan Z 2 [ x] ( x − 1) merupakan medan Z2. Di atas ditunjukkan bahwa Z 2 [ x] ( x 3 + x + 1) medan berorder 8. Di sini Z 2 [ x] ( x3 + x 2 + 1) juga medan berorder 8 sebab x3 + x2 + 1 taktereduksi atas Z2. Misalkan ω ∈ Z 2 [ x] ( x3 + x 2 + 1) adalah akar dari x3 + x2 + 1, maka Z 2 [ x] ( x3 + x 2 + 1) = {0, 1, ω, 1 + ω, ω2, 1 + ω2, ω + ω2, 1 + ω + ω2}. Dengan membuat tabel-tabel Cayley penjumlahan dan perkalian untuk Z 2[ x] ( x3 + x + 1) dan Z 2 [ x] ( x3 + x 2 + 1) di mana penghitungan dilakukan dengan mendefinisikan α3 = 1 + α dan ω3 = 1 + ω2, tampak bahwa Z 2[ x] ( x3 + x + 1) ≅ Z 2 [ x] ( x3 + x 2 + 1) . Hal ini sedikit menggambarkan bahwa setiap dua medan yang berorder pn saling isomorfis untuk suatu bilangan prima p dan suatu bilangan bulat positif n. Lema berikut gambaran lebih lanjut. Lema 3.3.1. Jika F medan berhingga berorder q, maka setiap elemen dalam F adalah akar dari polinomial xq − x. BUKTI. F# = F − {0} adalah grup multiplikatif berorder q − 1. Dengan Akibat 2.2.12, a q−1 = 1 F untuk ∀a ∈ F#. Ini berarti aq = a, sehingga a q − a = 0. Dengan demikian setiap a ∈ F# PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96 adalah akar dari xq − x. Tetapi 0 juga akar dari xq − x. Jadi setiap elemen dalam F adalah akar dari xq − x. ■ Setiap medan berhingga F harus berkarakteristik prima p sebab tidak mungkin F berkarakteristik 0 (memuat submedan prima yang isomorfis dengan Q). Jadi F memuat submedan Zp. Lema 3.3.1 di atas menunjukkan bahwa jika F berorder pn, maka F adalah medan pembelah dari x p − x ∈ Zp[x]. Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa setiap dua n medan pembelah dari x p − x ∈ Zp[x] saling isomorfis untuk suatu bilangan prima p dan n suatu bilangan bulat positif n, sehingga Lema 3.3.1 memberikan gambaran ketunggalan medan berorder p n. Medan berorder pn ini disebut medan Galois, dinotasikan dengan GF(pn), di mana dikonstruksi dari Zp dengan polinomial taktereduksi berderajat positif n atas Zp. Ketunggalan medan Galois berorder pn untuk suatu bilangan prima p dan suatu bilangan bulat positif n, tetap dapat dibuktikan walaupun ketunggalan medan pembelah dari suatu polinomial tidak dibuktikan di sini. Di bawah ini akan dibuktikan bahwa tidak ada medan berhingga lainnya selain medan Galois. Teorema 3.3.2. Jika F medan berhingga, maka F = pn untuk suatu bilangan prima p dan suatu bilangan bulat positif n. BUKTI. Jika F medan berhingga, maka F memuat submedan Zp untuk suatu bilangan prima p. Ini berarti F adalah ruang vektor atas Zp. Jelas F berdimensi berhingga, sehingga dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97 Teorema 3.2.2, F mempunyai basis di mana banyaknya elemen dalam basis tersebut adalah dimensi dari F atas Zp. Misalkan basis dari F atas Zp adalah {v1, v2, …, vn} dengan vi ∈ F adalah vektor-vektor. Maka setiap vektor v ∈ F dapat diekspresikan dengan tunggal dalam bentuk v = b1v1 + b2v2 + … + bnvn sebab v1, v2, …, vn bebas linear (Teorema 3.2.1) dengan b i ∈ Zp. Maka total semua kombinasi linear dari v1, v2, …, vn adalah p n. Jadi medan berhingga F berorder pn. ■ Akan dibuktikan pernyataan Galois bahwa ada medan berorder p n untuk setiap bilangan prima p dan setiap bilangan bulat positif n. Diawali lema-lema pendukung. Lema 3.3.3. Jika F adalah medan berkarakteristik prima p, maka (a + b) p = a p + b p untuk setiap n n n a, b ∈ F dan setiap bilangan bulat positif n. BUKTI. Ambil sembarang a, b ∈ F. Dibuktikan dengan Induksi Matematis. Pangkal Untuk n = 1, maka menurut Teorema Binomial, p p (a + b)p = ap + ap−1b + a p−2b2 + … + bp, 1 2 p = p! i!( p − i)! dengan i 1 ≤ i ≤ p − 1. Karena i! dan (p − i)! kedua-duanya tidak dibagi oleh p tetapi p hanya p! yang dibagi oleh p, maka p membagi bilangan bulat positif . i Jadi jika F berkarakteristik p, yaitu pm = 0 untuk ∀m ∈ F, maka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98 p p! ( p − 1)! p m = m = m = (sp)m = s(pm) = s0 = 0. Dengan i!( p − i )! i!( p − i )! i demikian (a + b)p = ap + b p. Langkah Diasumsikan teorema benar untuk n = k, yaitu (a + b) p = a p + b p . k k k Akan dibuktikan teorema benar untuk n = k +1. ( a + b) p k +1 = (( a + b ) p ) p = ( a p + b p ) p = ( a p ) p + (b p ) p = a p k k k k k Terbukti (a + b) p = a p + b p untuk ∀n ≥ 1. n n n k +1 k +1 + bp . ■ Lema 3.3.4. Misalkan E medan berkarakteristik prima p dan n adalah bilangan bulat positif. Maka g(x) = xq − x dengan q = p n tidak mempunyai akar berulang > 1 dalam E. BUKTI. Jelas 0 akar berulang 1 dari g(x) = xq − x = x (xq−1 − 1). Misalkan a ≠ 0 akar dari g(x) dalam E, maka g(x) = (x − a) h(x). Akan ditunjukkan a bukan akar dari h(x) sehingga g(x) tidak mempunyai akar berulang > 1. Perhatikan bahwa g(x − a) = (x − a)q − (x − a). Karakteristik dari E adalah p, maka dari Lema 3.3.3, g(x − a) = xq + (−a)q − x + a. Karena a q = a dengan q = p n, maka (−a)q + a = 0 untuk setiap p (sebab (−a)q + a = aq + a = a + a = 2a = 0 untuk p = 2, dan (−a)q + a = −aq + a = −a + a = 0 untuk p > 2). Dengan demikian g(x) = g(x − a) = (x − a)q − (x − a) = (x − a) ((x − a)q−1 − 1) dan di sini a bukan akar dari (x − a)q−1 − 1 = h(x). Terbukti g(x) tidak mempunyai akar berulang > 1 dalam E. ■ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99 Teorema 3.3.5 (Eksistensi Medan Galois). Untuk setiap bilangan prima p dan setiap bilangan bulat positif n, terdapat medan berorder pn. BUKTI. Jika g(x) = xq − x ∈ Zp[x] dengan q = p n, maka menurut Teorema 3.1.2, terdapat medan E yang memuat Zp dan semua akar dari g(x). Jadi dalam E[x], g(x) = (x − a1) (x − a2) … (x − aq). Karena E medan berkarakteristik p, maka menurut Lema 3.3.4, a 1, a2, …, aq saling berbeda. Misalkan K = {a ∈ E : g(a) = 0}, maka K = q = pn. Selanjutnya tinggal ditunjukkan bahwa K adalah submedan dari E. Ambil sembarang a, b ∈ K, maka aq = a dan b q = b. Menurut Lema 3.3.3, (a + b)q = a q + bq = a + b, sehingga g(a + b) = 0. Kemudian, (ab)q = aqb q = ab, sehingga g(ab) = 0. Dan g(−a) = (−a)q − (−a) = 0 sebab (−a)q − (−a) = aq + a = a + a = 2a = 0 jika p = 2, dan (−a)q − (−a) = −a q + a = −a + a = 0 jika p > 2. Berarti a + b, ab, −a ∈ K. Karena 1E ∈ K, maka K adalah subgelanggang komutatif dari E dengan elemen satuan. Dan akhirnya, g(a−1) = (a−1)q − a −1 = (aq)−1 − a−1 = a −1 − a−1 = 0, yaitu a −1 ∈ K. Terbukti K medan berorder p n. ■ Di atas sudah dibuktikan terdapat medan berorder q jika dan hanya jika q adalah pangkat bilangan prima. Sebelum membuktikan ketunggalan medan berorder q = pn untuk suatu bilangan prima p dan suatu bilangan bulat positif n, ditunjukkan terlebih dahulu bahwa grup multiplikatif dari setiap medan berhingga adalah grup siklik. Untuk hal tersebut, akan digunakan suatu konsep dalam teori bilangan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100 Didefinisikan fungsi Euler φ(n) dengan φ(1) = 1 dan untuk n > 1, maka φ(n) = banyaknya bilangan bulat positif kurang dari n dan relatif prima terhadap n. Sebagai contoh, φ(18) = 6 sebab bilangan-bilangan bulat positif yang kurang dari 18 dan relatif prima terhadap 18 adalah 1, 5, 7, 11, 13, 17. Teorema 3.3.6. Jika m dan n adalah bilangan-bilangan bulat positif, maka ∑ mn φ(m) = n. BUKTI. Misalkan G = {eG, a, a 2, …, an−1}, yaitu G grup siklik berorder n yang dibangun oleh a. Pernyataan-pernyataan berikut ini adalah aplikasi dari Teorema 2.2.6. Jika m n , maka G mempunyai tepat satu subgrup (dan siklik) H berorder m. Karena elemen berorder m membangun subgrup berorder m, maka elemen-elemen berorder m dalam G semuanya di dalam H. Misalkan H dibangun oleh ab = h. Maka hk berorder m jika k relatif prima terhadap m dengan 1 ≤ k < m. Berarti banyaknya elemen berorder m adalah φ(m). Dan karena order setiap elemen dalam G membagi n (Akibat 2.2.12), maka jelas jumlahan dari φ(m) sama dengan n untuk setiap m yang membagi n, yaitu ∑ mn φ(m) = n. ■ Contoh 3.3.1. Bilangan-bilangan bulat positif yang membagi 18 adalah 1, 2, 3, 6, 9, 18. Jadi φ(1) = 1, φ(2) = 1, φ(3) = 2, φ(6) = 2, φ(9) = 6, φ(18) = 6. Dan φ(1) + φ(2) + φ(3) + φ(6) + φ(9) + φ(18) = 18. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101 Teorema 3.3.7. Subgrup berhingga G dari grup multiplikatif dari medan F adalah siklik. BUKTI. Jika F medan, maka F# = F − {0} adalah grup multiplikatif dari F. Misalkan G ≤ F# berorder n. Akan ditunjukkan bahwa G memuat elemen berorder n sehingga G siklik. Misalkan bilangan bulat taknegatif ψ(m) adalah banyaknya elemen berorder m dalam G. Dibuktikan dahulu pernyataan-pernyataan berikut benar (i) ψ(m) ≤ φ(m) untuk setiap m yang membagi n, (ii) ∑ mn ψ(m) = n, (iii) ∑ mn φ(m) = n. Jika ada elemen h berorder m dalam G, maka h membangun subgrup siklik H berorder m dalam G. Jadi setiap elemen dalam H adalah penyelesaian dari persamaan xm = 1F. Karena G memuat paling banyak m akar dari polinomial xm − 1 F, maka G memuat paling banyak m penyelesaian dari persamaan xm = 1 F. Ini berarti H memuat setiap penyelesaian dari persamaan xm = 1 F. Dengan perkataan lain, elemen-elemen berorder m dalam G semuanya di dalam H. Dari bukti Teorema 3.3.6, H memuat tepat φ(m) elemen berorder m, sehingga ψ(m) = φ(m). Jika tidak ada elemen berorder m, maka ψ(m) = 0. Jadi ψ(m) ≤ φ(m) untuk setiap m yang membagi n. Maka (i) benar. Karena order setiap elemen dalam G membagi n, maka (ii) benar. Dan Teorema 3.3.6 membuktikan (iii). Dari (i), (ii), (iii) menunjukkan bahwa ψ(m) = φ(m) untuk setiap m yang membagi n. Berarti ψ(n) = φ(n) ≥ 1, yaitu G memuat elemen berorder n. Jadi G siklik. ■ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102 Teorema 3.3.8. Jika F medan berhingga, maka grup multiplikatif dari F adalah grup siklik. BUKTI. Teorema 3.3.7 sudah membuktikan bahwa setiap subgrup berhingga dari F# = F − {0} adalah siklik. Karena F# adalah subgrup berhingga dari F#, maka F# siklik. ■ Contoh 3.3.2. Z3# = {1, 2} adalah grup siklik yang dihasilkan oleh 2. Grup K# = {1, α, 1 + α} dari medan K berorder 4 adalah grup siklik yang dihasilkan oleh α dan 1 + α, di mana polinomial taktereduksi berderajat 2 atas Z2 yaitu x2 + x + 1. Akibat 3.3.9. Jika F medan berhingga, maka F = Zp(a) untuk suatu bilangan prima p dan a ∈ F. BUKTI. Jika F medan berhingga, maka F adalah perluasan dari Zp untuk suatu bilangan prima p. Kemudian dari Teorema 3.3.8, F# adalah grup siklik yang dihasilkan oleh a ∈ F. Karena Zp(a) adalah medan yang dihasilkan dari Zp dan a, maka haruslah F = Zp(a). ■ Teorema 3.3.10. Jika K dan L medan-medan berorder pn untuk suatu bilangan prima p dan suatu bilangan bulat n > 0, maka K dan L isomorfis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103 BUKTI. Jika K, L berorder pn untuk suatu bilangan prima p dan bilangan bulat n > 0, maka K, L perluasan berhingga dari Zp. Dari Akibat 3.3.9, maka K = Zp(α) untuk suatu α ∈ K, sehingga α adalah elemen aljabar atas Zp (Teorema 3.2.4). Menurut Proposisi 3.1.4, terdapat polinomial taktereduksi g(x) dalam Zp[x] yang mempunyai α sebagai akar sedemikian sehingga Zp(α) = K ≅ Z p [ x] ( g ( x)) . Perhatikan bahwa g(x) berderajat n sebab [K : Zp] = n dan [Zp(α) : Zp] = der(g(x)) (Teorema 3.2.3). Karena α adalah akar dari xq − x ∈ Zp[x] dengan q = pn (Lema 3.3.1), dan g(x) polinomial taktereduksi untuk α atas Zp, maka g(x) harus membagi xq − x (Proposisi 3.1.4). Di lain pihak, akar-akar dari xq − x semuanya adalah elemen dari L. Maka dalam L[x], xq − x = (x − β1) (x − β2) … (x − βq) di mana βi ∈ L. Dalam L[x], tidak semua (x − βi) relatif prima terhadap g(x) karena jika semua (x − βi) relatif prima terhadap g(x), maka (x − β1) (x − β2) … (x − βq) = xq − x relatif prima terhadap g(x). Kontradiksi dengan g(x) membagi xq − x. Ini berarti (x − βi) dan g(x) mempunyai faktor persekutuan berderajat 1 untuk suatu βi ∈ L. Maka haruslah di sini (x − βi) membagi g(x), yaitu g(x) = (x − βi) h(x) untuk suatu h(x) ∈ L[x], sehingga βi adalah akar dari g(x). Karena g(x) taktereduksi atas Zp, maka dari Proposisi 3.1.4, Zp(βi) ≅ Z p [ x] ( g ( x)) . Dan menurut Teorema 3.2.3, [Zp(βi) : Zp] = der(g(x)) = n. Karena [L : Zp] = n dan homomorfisma evaluasi θ β i : Zp[x] → L menunjukkan bahwa Zp(βi) ⊆ L, maka haruslah L = Zp(βi). Jadi K ≅ Z p [ x] ( g ( x)) ≅ L. ■ Sudah dibuktikan di atas bahwa hanya ada satu medan berorder pn untuk suatu bilangan prima p dan suatu bilangan bulat n > 0. Berikut ini akan dibuktikan sifat lain PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104 dari medan Galois GF(p n), yaitu grup aditif dari GF(pn) untuk suatu bilangan prima p dan suatu bilangan bulat n > 0, isomorfis dengan n-tupel grup aditif Zp × Zp × … × Zp (dapat juga ditulis dengan Zp ⊕ Zp ⊕ … ⊕ Zp, dan disebut jumlahan langsung). Akibat 3.3.11. Grup aditif dari GF(p n) isomorfis dengan Z np = Zp × Zp × … × Zp untuk suatu bilangan prima p dan suatu bilangan bulat n > 0. BUKTI. Menurut Teorema 3.3.10, jika medan-medan K dan L berorder pn untuk suatu bilangan prima p dan suatu bilangan bulat n > 0, maka K dan L isomorfis. Jadi (K, +) dan (L, +) isomorfis sebagai ruang vektor atas Zp. Karena Z np adalah ruang vektor atas Zp di mana Z np = pn, maka (K, +) isomorfis dengan Z np = Zp × Zp × … × Zp. ■ Meskipun bukti eksistensi medan Galois dalam Teorema 3.3.5 tidak menunjukkan konstruksi langsung dari polinomial taktereduksi atas Zp seperti dinyatakan oleh Galois, teorema berikut menunjukkan bahwa polinomial taktereduksi berderajat positif n atas Zp selalu ada. Maka medan Galois selalu dapat dikonstruksi. Tetapi tidak ada rumus umum untuk menghasilkan polinomial taktereduksi berderajat n atas Zp. Teorema 3.3.12. Untuk setiap bilangan bulat n > 0 dan setiap bilangan prima p, terdapat polinomial taktereduksi berderajat n atas Zp. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105 BUKTI. Teorema 3.3.5 membuktikan terdapat medan berorder pn. Dalam bukti Teorema 3.3.10 telah ditunjukkan terdapat polinomial taktereduksi g(x) berderajat n atas Zp. ■ Teorema berikut ini generalisasi dari Teorema 3.3.12 untuk setiap medan berhingga. Teorema 3.3.13. Untuk setiap bilangan bulat n > 0, terdapat polinomial taktereduksi berderajat n atas medan berhingga F. BUKTI. Misalkan F = p m. Maka setiap elemen dalam F adalah akar dari x p − x (Lema 3.3.1). m Kemudian untuk setiap n > 0, terdapat medan E berorder p mn (Teorema 3.3.5). Berarti setiap elemen dalam E adalah akar dari x p − x. Ditunjukkan dahulu bahwa jika a ∈ F, mn maka a adalah akar dari x p − x, yaitu a p = a untuk ∀n. Ambil sembarang a ∈ F. mn mn Dibuktikan dengan Induksi Matematis. Pangkal Untuk n = 1, maka a p = a sebab a adalah akar dari x p − x. m1 m Langkah Diasumsikan benar untuk n = k, yaitu a p = a. mk Akan dibuktikan benar untuk n = k + 1. ap m ( k +1 ) = ap mk pm = (a p ) p = a p = a . mk m m Jadi jika a ∈ F, maka a adalah akar dari x p − x untuk ∀n. Jadi F submedan dari E. mn Karena E = pmn = (pm)n, maka E adalah perluasan berderajat n atas F, yaitu [E : F] = n PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106 (tetapi E adalah perluasan berderajat mn atas Zp). Dengan cara yang sama seperti pada bukti Teorema 3.3.10, maka terdapat polinomial taktereduksi berderajat n atas F. ■ Contoh 3.3.3. Polinomial q(x) = x2 + x + 1 taktereduksi atas Z2. Maka dapat dikonstruksi perluasan dari Z2, yaitu K = {0, 1, α, 1 + α}. Terdapat polinomial taktereduksi berderajat 2 atas K, yaitu r(x) = x2 + x + α (sebab semua elemen dalam K bukan akar dari r(x), di mana penghitungan dapat dilakukan dengan mendefinisikan α2 = 1 + α). Akhirnya, akan dibuktikan sifat utama medan Galois, yaitu banyaknya submedan dari medan Galois GF(pn) adalah banyaknya bilangan bulat positif yang membagi n. Dibuktikan dahulu teorema penting berikut ini. Teorema 3.3.14. Misalkan m, n adalah bilangan-bilangan bulat positif dan p adalah bilangan prima. Maka pm − 1 membagi p n − 1 jika dan hanya jika m membagi n. BUKTI. Menurut algoritma pembagian pada bilangan bulat, terdapat dengan tunggal bilangan bulat q dan r sedemikian sehingga n = mq + r dengan 0 ≤ r < m. Perhatikan bahwa p n = pn + (pn−m + pn−2m + … + pn−m(q−1) + pn−mq) − (pn−m + pn−2m + … + pn−m(q−1) + pn−mq) = pn + (pn−m + pn−2m + … + pn−m(q−1)) − (pn−m + p n−2m + … + pn−m(q−1) + pn−mq) + pn−mq = (p m − 1) (pn−m + pn−2m + pn−3m + … + p n−mq) + pn−mq. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107 Dengan demikian pn − 1 = (p m − 1)d + pn−mq − 1 = (pm − 1)d + (p r − 1) di mana d = (p n−m + p n−2m + pn−3m + … + pn−mq). Jadi pm − 1 membagi p n − 1 jika dan hanya jika p r − 1 = 0 jika dan hanya jika r = 0 jika dan hanya jika m membagi n. ■ Teorema 3.3.15. Misalkan m, n adalah bilangan-bilangan bulat positif dan p, q adalah bilangan-bilangan prima. Maka GF(qm) submedan dari GF(pn) jika dan hanya jika p = q dan m membagi n. BUKTI. ( ⇒ ) Jika GF(qm) submedan dari GF(pn), maka menurut Teorema Lagrange, order grup aditif dari GF(qm) harus membagi order grup aditif dari GF(pn). Jadi q m membagi pn. Karena p, q adalah bilangan-bilangan prima, maka haruslah p = q. Order grup multiplikatif dari GF(p m) harus membagi order grup multiplikatif dari GF(p n), sehingga pm − 1 membagi pn − 1. Menurut Teorema 3.3.14, haruslah m membagi n. ( ⇐ ) Dari Teorema 3.3.5, terdapat medan GF(pm) dan GF(p n) untuk setiap bilangan bulat positif m, n dan setiap prima p. Kemudian jika m n , maka n = mk untuk suatu bilangan bulat k > 0. Dari bukti Teorema 3.3.13, maka GF(p m) submedan dari GF(p mk) = GF(pn). ■ Contoh 3.3.4. Bilangan-bilangan bulat positif yang membagi 12 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 12. Maka GF(212) mempunyai tepat 6 submedan, yaitu GF(2) = Z2, GF(2 2), GF(23), GF(2 4), GF(26), dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108 GF(212). Ketunggalan setiap submedan dijamin Teorema 3.3.10. Submedan-submedan dari GF(2 6) adalah Z2, GF(22), GF(23), dan GF(26). Submedan-submedan dari GF(24) adalah Z2, GF(22), dan GF(24). Submedan-submedan dari GF(2 3) adalah Z2 dan GF(23). Submedan-submedan dari GF(2 2) adalah Z2 dan GF(22). Jadi GF(22) bukan submedan dari GF(23). Juga GF(23) bukan submedan dari GF(24), dan GF(24) bukan submedan dari GF(2 6). Teorema 3.3.15 juga menjamin bahwa Z2 bukan submedan dari Z3, Z5, Z7, Z11, Z13, dan sebagainya. Ini juga berarti bahwa GF(22) bukan submedan dari GF(34), GF(76), GF(1312). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV PENUTUP Dari uraian sebelumnya, maka akan diberikan beberapa poin penting yang menjadi dasar dan berkaitan dengan struktur medan Galois. 1. Setiap medan mempunyai perluasan dan setiap polinomial takkonstan mempunyai akar dalam suatu medan. 2. Medan pembelah selalu ada untuk setiap polinomial. Setiap dua medan pembelah dari suatu polinomial saling isomorfis. 3. Medan berorder p n selalu dapat dikonstruksi dari medan Zp jika dapat ditemukan polinomial taktereduksi berderajat positif n atas Zp. Pada kenyataannya, selalu ada polinomial taktereduksi berderajat n atas Zp. Maka medan berorder p n selalu ada untuk setiap bilangan prima p dan setiap bilangan bulat positif n. 4. Setiap medan berhingga harus berorder p n untuk suatu bilangan prima p dan suatu bilangan bulat positif n. 5. Untuk setiap bilangan bulat positif n, terdapat polinomial taktereduksi berderajat n atas setiap medan berhingga. 6. Polinomial x p + 1 merupakan polinomial tereduksi atas Zp. 7. Setiap dua medan berhingga yang berorder sama saling isomorfis. 8. Setiap elemen dalam medan Galois GF(pn) berbentuk polinomial berderajat < n n dengan koefisien-koefisien dalam Zp. Dan seluruh operasi bekerja pada modulo p(x) di mana p(x) adalah polinomial (monik) taktereduksi berderajat n atas Zp. 9. Setiap elemen dalam GF(p n) adalah akar dari polinomial x p − x . n PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110 10. Grup multiplikatif dari GF(pn) adalah grup siklik berorder pn − 1. 11. Grup aditif dari GF(pn) isomorfis dengan grup aditif Zp × Zp × … × Zp (n-tupel). 12. Banyaknya submedan dari GF(p n) adalah banyaknya bilangan bulat positif yang membagi n. Inti dari Teorema Fundamental Galois sendiri adalah suatu eksplorasi hubungan antara grup semua automorfisma dari medan pembelah E dengan struktur submedan F dari E. Yang menjadi tema sentral dari Teorema Fundamental Galois adalah terdapat suatu cara umum dalam menentukan penyelesaian dari persamaan polinomial f(x) = 0 yang tidak dapat diselesaikan dengan penarikan akar-akar (by radicals) untuk f(x) yang berderajat ≥ 5. Meskipun dalam waktu yang relatif singkat, abstraksi dan hasil kerja dari Galois dianggap sebagai perintis usaha pengembangan aljabar ke dalam satu aktivitas matematika yang lebih spesifik yaitu aljabar abstrak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR PUSTAKA Cameron, P.J. (1998). Introduction to Algebra. New York: Oxford University Press. Durbin, J.R. (1985). Modern Algebra. 2nd Edition. New York: John Wiley & Sons. Fraleigh, J.B. (1996). A First Course in Abstract Algebra. 4th Edition. Reading: Addison-Wesley. Herstein, I.N. (1996). Abstract Algebra. 3rd Edition. Upper Saddle River: Prentice-Hall. McCoy, N.H. (1987). Introduction to Modern Algebra. 4th Edition. Boston: Allyn and Bacon. Rotman, J.J. (1998). Galois Theory. Universitext (UTX). 2nd Edition. New York: Springer-Verlag.