Memahami Orang lain melalui mendengar secara

advertisement
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Sebelumnya ( State of the art )
Pada tahap ini, akan di bahas mengenai penelitian yang sudah di lakukan
sebelumnya dimana terdapat persamaan dan perbedaan yang akan di lihat dari
objek dan metode yang di teliti. Penyusunan penelitian sebelumnya akan di
jabarkan melalui bentuk tabel matrik yang akan memudahkan pembaca dalam
memahaminya.
Tabel 2.1
State of the Art
No
1
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Graham D Bodie (2011)
The Understudied Nature of Listening in
Interpersonal Communication: Introduction
to a Special Issue
2
Wong,
Huerta;
Juan;
Schoech,
Enrique, Experential
Harry
and
Learning
Richard Environments: The Case of Active Listening
(2010 )
3
Learning
Skills
Weger,
Gina
R Active Listening in Peer Interviews: The
Castle, Mellisa C .Emmett Influence of Message Paraphrasing on
4
(2010)
Perceptions of Listening Skill
Sukron Makmun (2013)
Memahami Orang lain melalui mendengar
secara empatik
5
Rita (2012)
Hubungan Kepuasan Kerja dengan Perilaku
Citizenship Organisasional
6
Cecep
Hidayat
Ferdiansyah (2011)
;
Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja
terhadap Kinerja Karyawan
7
1. Graham D Bodie (2011) : The Understudied Nature of Listening in
Interpersonal Communication: Introduction to a Special Issue
Jurnal ini membahas mengenai Listening yang merupakan komponen
penting dari keberhasilan dalam komunikasi interpersonal, dan dimana para
sarjana komunikasi interpersonal telah mengabaikan teori teori dan pentingnya
mendengarkan.
Memang benar kegiatan mendengarkan serasa sulit di lakukan baik di
dunia kerja dan kehidupan sehari hari. Setelah lulus dari sekolah, seseorang
akan masuk ke dunia kerja dan mendapatkan kendala dalam proses Listening.
Maka dari itu di tuntut adanya Active Listening bagi setiap orang baik
para pimpinan perusahaan maupun karyawan yang berada di lapangan kerja.
agar hal itu dapat memudahkan satu sama lain dan berdampak pada kepuasan
kerja bagi diri sendiri dan juga orang lain.
2. Wong, Huerta; Enrique, Juan; Schoech, Richard (2010 ) : Experential
Learning and Learning Environments: The Case of Active Listening
Skills
Penelitian ini membandingkan lingkungan virtual dan tatap muka
pembelajaran dan konsep mendengarkan aktif untuk menguji apakah efektivitas
lingkungan belajar tergantung pada teknik mengajar.
Adanya efektivitas dari dua lingkungan belajar (virtual, face-to-face) dan
dua teknik mengajar (pengalaman, ceramah ditambah diskusi) pada kepuasan,
persepsi keuntungan belajar, dan belajar keterampilan mendengarkan.
Penemuan ini mendukung bahwa baik virtual dan tatap muka adalah teknik
yang dapat mengembangkan keterampilan mendengarkan mengajar.
Lingkungan belajar face-to-face memberikan hasil yang lebih baik
daripada lingkungan belajar virtual hanya ketika teknik experiential learning
yang digunakan. Meskipun studi ini tidak memberikan hasil yang diterapkan
pada populasi umum, menggabungkan sistem virtual learning dengan
pengalaman belajar bisa menjadi analisa yang efektif untuk mendidik siswa.
Sama halnya dengan dunia kerja, efektifitas Active Listening dalam jam
kerja dapat meningkatkan kinerja dibandingkan dengan bekerja melalui virtual.
Bekerja dengan proses virtual dapat membantu seseorang dalam bekerja,
namun harus diimbangi dengan proses face to face sehingga pekerjaan lebih
mudah dilakukan dan akhirnya dapat menghasilkan kepuasan kerja karyawan.
3.
Harry Weger, Gina R Castle, Mellisa C .Emmett (2010) : Active
Listening in Peer Interviews: The Influence of Message Paraphrasing
on Perceptions of Listening Skill
Tidak ada keterampilan komunikasi yang diidentifikasi dengan cara
mendengarkan secara teratur dan aktif dalam program pelatihan di berbagai
disiplin ilmu dan kegiatan. Namun adanya penelitian empiris kecil telah
memeriksa unsur-unsur tertentu dari respon mendengar aktif dalam hal
efektivitas mereka dalam mencapai hasil yang diinginkan antarpribadi.
Penelitian ini melaporkan percobaan yang dirancang untuk menguji
adanya pengaruh elemen tertentu dari respon mendengarkan secara aktif, yaitu,
parafrase pesan. Seratus delapan puluh mahasiswa berpartisipasi dalam
wawancara di mana mereka menerima baik refleksi lalu diparafrasekan dan
adanya pengakuan sederhana dalam menanggapi pendapat mereka.
Hasil analisa data menunjukkan bahwa parafrase pesan dikaitkan dengan
daya tarik sosial pendengar tetapi tidak terkait dengan kepuasan percakapan
atau persepsi perasaan yang dimengerti oleh peserta.
Hal ini berkaitan pula dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai
Active Listening dimana parafrase pesan juga akan mempengaruhi kegiatan
mendengar, dan termasuk dalam bagian proses Active Listening yang nantinya
akan membentuk puas atau tidaknya seorang karyawan dalam bekerja.
4.
Sukron Makmun (2013) : Memahami Orang lain melalui mendengar
secara empatik
Jurnal
ini
membahas
bagaimana
mengembangkan
keterampilan
mendengarkan empati untuk memahami orang lain. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa salah satu keterampilan saat ini dibutuhkan oleh manusia
dan sering luput dari perhatian adalah keterampilan mendengarkan empatik.
Dapat dikatakan bahwa kegagalan dalam komunikasi dapat disebabkan
oleh kurangnya keterampilan yang memadai dalam hal ini. Oleh karena itu,
dengan mengembangkan keterampilan empati kegagalan komunikasi dapat
terungkap dan mendengarkan kesalahpahaman dapat dihindari dan perselisihan
dapat dihilangkan. Melalui mendengar dan memahami orang lain.
Persamaan dari jurnal ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
dengan adanya proses mendengar dan juga berhubungan dengan memahami
lawan komunikasi. Baik itu mendengarkan secara empatik ataupun secara aktif,
dapat membuat lawan bicara akan merasa nyaman dan tentunya seseorang
dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang memang mutlak
dibutuhkan dalam membangun kerja sama dengan orang lain.
Jika seseorang mendengarkan aktif, maka cenderung juga berempati dan
membuat seorang karyawan mampu untuk menyampaikan pesan dengan cara
dan sikap yang memudahkan lawan bicara yaitu pimpinan perusahaan untuk
menerima pesan yang disampaikan. Oleh karena itu, berusaha untuk mengerti
adalah prinsip benar yang dimanifestasikan di banyak bidang kehidupan.
Seorang pendengar yang aktif dan empatik dapat membaca hal yang
sedang terjadi secara mendalam dan cepat. Ia dapat menerima dan mengerti
orang lain sehingga orang lain merasa aman untuk membuka hal yang
menutupi permasalahan mereka sebenarnya. Usaha untuk mengerti orang lain
adalah satu investasi yang akan membawa keberuntungan yang besar buat kita.
5.
Rita (2012) : Hubungan Kepuasan Kerja dengan Perilaku Citienship
Organisasional
Kepuasan kerja merupakan perhatian utama organisasi untuk mencapai
keefektifan kinerja. Setiap anggota memiliki perilaku citizenship pada kegiatan
yang dikerjakannya.Kepuasan kerja diyakini berhubungan dengan perilaku para
karyawan. Tujuan penelitian ini menganalisa pengaruh kepuasan kerja pada
perilaku citizenship organisasional.
Penelitian mengenai kepuasan kerja ini mengambil sampel Lembaga
Swadaya Masyarakat di Jawa. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hasil
yang berbeda dengan teori dan penelitian yang lain karena terkait situasi dan
kompleksitas organisasi atau obyek. Dan akhirnya pembayaran akan kepuasan
kerja berpengaruh positif terhadap perilaku citizenship organisasional.
Dimana perlu dilakukan penelitian yang lain tentang faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Berdasarkan hasil penelitian di atas, adanya factor factor
yang akan menghilangkan sisi dari kepuasan kerja itu sendiri baik dari perilaku
pekerja, komunikasi di dalam kerja, dan juga berpengaruh pada Active
Listening di tempat kerja.
6.
Cecep Hidayat ; Ferdiansyah (2011) : Pengaruh Motivasi dan
Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan
Pada jurnal terakhir mengenai kepuasan kerja mengungkapkan bahwa
seberapa besar pengaruh motivasi kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja
karyawan baik secara parsial maupun simultan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi kerja dan
kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan.
Berdasarkan penelitian di atas, kepuasan kerja dapat di hasilkan apabila
pekerja memiliki motivasi yang kuat. Kepuasan kerja tidak akan tercapai
apabila pekerja tidak mendapatkan motivasi yang cukup untuk meningkatkan
kinerja di perusahaan, begitupula dengan perusahaan Benindo ini yang
mengalami kendala pada kepuasan kerja dari karyawan – karyawannya.
1.2
Landasan Konseptual
2.2.1
Komunikasi
Sebelum membahas Active Listening dan kepuasan kerja lebih
jauh, perlunya menjabarkan beberapa pengertian mengenai komunikasi.
Komunikasi merupakan proses sosial dimana individu individu
menggunakan simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan
makna dalam lingkungan mereka. (West & Turner, 2009 : 5)
Weaver berpendapat bahwa komunikasi adalah semua prosedur
dimana pikiran seseorang dapat mempengaruhi orang lain. (Ardianto &
Q-Anees, 2011 : 17) .
Berdasarkan kedua teori menurut ahli di atas, maka dapat di
ambil kesimpulan bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana
terdapat dua orang / lebih yang saling memberikan interaksi baik secara
verbal maupun nonverbal dan memberikan dampak pada lawan
komunikasi nya.
Keterkaitan teori komunikasi dalam pembahasan ini dikarenakan
komunikasi merupakan kebutuhan dasar untuk berinteraksi dengan
orang lain, terutama di tempat kerja. Dan siapapun dalam perusahaan
dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan baik.
Seperti yang sudah diungkapkan oleh West & Turner mengenai
definisi komunikasi, pimpinan perusahaan akan mengkomunikasikan
berbagai macam hal yang akan mendukung kegiatan kerja di
perusahaan. Begitu pula dengan karyawan yang harus melakukan hal
yang sama agar alur komunikasi perusahaan menjadi lancar.
Selain itu komunikasi adalah bagian dari cara yang dilakukan
dalam Active Listening
yang baik dan sangat bermanfaat dalam
mempertahankan kepuasan kerja karyawan PT Benindo Ekakarya
Sempurna. Komunikasi yang baik sangat mendukung perusahaan dalam
melaksanakan Listening yang baik.
2.2.1.1 Bentuk dan Cara Komunikasi
Secara luas, Komunikasi memiliki berbagai macam bentuk yang
semuanya bergantung pada segi kita memandangnya, yaitu :
(Nurjaman & Umam, 2012 : 41)
1. Penyampaian Pesan
Komunikasi dapat dilakukan secara lisan dan tertulis atau
elektronik
2. Kemasan pesan
Komunikasi dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal.
3. Kemasan keresmian
Komunikasi dapat di kategorikan sebagai komunikasi formal
dan nonformal.
4. Pasangan komunikasi,
Komunikasi dapat dilihat sebagai Komunikasi Intrapersonal dan
Komunikasi Interpersonal
Purwanto juga meringkas bahwa ada dua bentuk dasar
komunikasi yang lazim digunakan dalam dunia bisnis, yaitu
komunikasi verbal dan nonverbal. ( Purwanto, 2006 : 5)
Menurut bentuk bentuk komunikasi yang sudah dipaparkan,
terdapat hubungan mengenai komunikasi verbal dan nonverbal
lebih jauh, sehingga penelitian dapat dilakukan lebih lanjut.
Cara berkomunikasi dalam bukunya (Ruben & Stewart, 2013 :
62-66 ) diungkapkan dengan 4 cara, yaitu :
1. Pesan Penglihatan
2. Pesan Sentuhan
3. Pesan Penciuman dan Pengecapan
4. Pesan Pendengaran
2.2.2
Proffesional Image
Proffesional Image banyak diketahui oleh masyarakat namun
bahwasanya pengertian yang muncul biasanya tertuju pada kalangan
manajer atau pun pekerja kantoran kelas atas. Padahal, istilah
“professional image” ini berlaku untuk semua kalangan dari tingkat
atas sampai yang paling bawah.
Selain itu, banyak perusahaan
yang kurang menerapkan
professional image dalam bekerja sehari-hari yang secara otomatis akan
menjatuhkan image perusahaan tersebut.
Katz menyebutkan bahwa citra adalah cara pihak lain memandang
sebuah perusahaan, produk atau jasa, seseorang atau aktivitas.
(Nurjaman & Umam, 2012 : 125).
Mackiewicz percaya bahwa citra korporasi yang kuat adalah aset
yang penting dalam era kompetisi tanpa batas. (Oliver, 2007 : 51)
Menurut pemaparan mengenai citra di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa
citra adalah suatu penilaian dari pihak luar
memandang gambaran pihak dalam perusahaan.
Perusahaan tidak bergantung pada keberhasilan dalam menjual
produk ataupun keberhasilan dalam membangun branding menjadi
terkenal. Namun dituntut pula citra agar mendapat penghargaan dari
eksternal Perusahaan.
Citra perusahaan dapat dibangun berdasarkan pengalaman orang
yang pernah berhubungan dengan perusahaan baik itu mantan
karyawan, supplier, consumer, pemegang saham, dan lainnya. Setiap
perusahaan mempunyai citra yang melekat meskipun terkadang
keberadaan citra itu sendiri tidak disadari.
Citra merupakan suatu hal yang tidak bisa diukur menggunakan
angka karena citra berada pada pikiran seseorang. Keterkaitan citra
professional dalam penelitian ini karena citra juga merupakan bagian
dari dari perusahaan dimana dari Active Listening yang baik juga dapat
memunculkan image yang professional.
2.2.3
Komunikasi Interpersonal
Devito
mendefinisikan
komunikasi
interpersonal
sebagai
penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang
lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan
dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera. (DeVito, 2013 :
43)
Menurut McDavid & Harari dalam buku (Maulana & Gumelar,
2013 : 75) menyatakan
“komunikasi antarpribadi (interpersonal
communication) adalah suatu proses komunikasi yang bersetting pada
objek objek sosial untuk mengetahui pemaknaan suatu stimulus yang
berupa informasi atau pesan.
Rogers dalam Hidayat mengemukakan pula bahwa komunikasi
antarpribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi
dalam interaksi tatap muka beberapa pribadi. (Hidayat D, 2012 : 42)
Menurut ketiga defisini yang di jabarkan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan komunikasi
yang di lakukan bersama seseorang dengan yang lain, dengan cara
menyampaikan dan menerima informasi oleh satu dengan yang lain,
bila di kaitkan dengan proses mendengarkan, komunikasi interpersonal
sangat berperan aktif untuk menghasilkan suatu teknik mendengarkan
yang efektif, sehingga menunjukan pengertian lebih di antara keduanya.
2.2.3.1
Tujuan Komunikasi Interpersonal
Adapun tujuan dari komunikasi interpersonal menurut
Purwanto dalam buku (Sunyoto, 2013 : 60) :
1.
Menyampaikan informasi kepada orang lain
2.
Berbagi pengalaman kepada orang lain
3.
Menumbuhkan simpati
4.
Melakukan kerja sama
5.
Membangkitkan motivasi
Maulana & Gumelar juga memaparkan tujuan dari komunikasi
Interpersonal yang antara lain : (Maulana & Gumelar, 2013 :
75)
1.
Untuk mendapatkan respons / umpan balik. Hal ini
sebagai salah satu tanda efektivitas proses komunikasi.
2.
Melakukan antisipasi setelah mengevaluasi respons/
umpan balik.
3.
Melakukan kontrol terhadap lingkungan sosial, yaitu
dengan melakukan modifikasi perilaku orang lain dengan
cara persuasi.
Dengan adanya komunikasi interpersonal dari pihak pimpinan
dan juga para karyawan dapat terlihat sehingga memudahkan
proses penelitian yang akan dijalankan pada objek yang akan
diteliti.
2.2.4
Komunikasi Verbal and Nonverbal
2.2.4.1
Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal merupakan salah satu bentuk
komunikasi yang lazim digunakan dalam dunia bisnis untuk
menyampaikan pesan pesan bisnis kepada pihak lain baik
secara tertulis maupun lisan. Bentuk komunikasi verbal
memiliki struktur yang teratur dan terorganisasi dengan baik,
sehingga tujuan penyampaian pesan – pesan bisnis dapat
tercapai dengan baik. ( Purwanto, 2006 : 5 )
Proses penyampaian informasi secara lisan yang
dinamakan berbicara. Pada kenyataannya, bahasa merupakan
fungsi utama menjadi alat untuk mengekspresikan berbagai
macam perasaan dan alat komunikasi. Semua perasaan yang
didapatkan diekspresikan melalui ucapan ucapan.
Menurut Nurjaman & Umam, Komunikasi verbal
sebagai alat komunikasi dengan masyarakat, bahasa dapat
memperlancar pergaulan, memperluas hubungan, melahirkan
gagasan dan idem menambah pengetahuan dan juga untuk
menyampaikan informasi. (Nurjaman & Umam, 2012 : 55)
Sebenarnya pada saat melakukan komunikasi, seseorang
bukan hanya menyampaikan pesan yang bersifat verbal,
namun juga menyampaikan pesan secara nonverbal. Kualitas
proses komunikasi verbal akan menjadi lebih jelas apabila
diimbangi dengan kiat kiat dari komunikasi nonverbal.
2.2.4.2
Komunikasi Nonverbal
Kesadaran akan komunikasi nonverbal penting bukan hanya
untuk kemampuan bertahan, tetapi juga untuk memahami
kebutuhan, perasaan, emosi dan pemikiran orang lain. Di
dalam bukunya (Iriantara & Syaripudin, 2013 : 85) , kiat kiat
dalam komunikasi nonverbal, yaitu :
1. Sentuhan
Sentuhan sangat efektif digunakan, dalam menggunakan
sentuhan, lawan bicara akan mendapatkan rasa nyaman.
2. Postur dan gerak tubuh
Lawan bicara menggunakan postur untuk memperjelas
topic yang dibahas dan memfokuskan perhatian. Postur
dan gerak tubuh digunakan untuk menunjukan sikap,
suasana hati, setuju atau tidak setuju, rasa ingin tahu,
keramahan. Dalam hal ini seorang pimpinan perusahaan
dapat menilai komunikasi yang terjalin dari gerak tubuh
dan postur karyawan.
3. Ekspresi wajah
Diperlihatkan saat berbicara dan menyimak pembicaraan
akan menginformasikan siapa dan bagaimana seseorang
pada lawan bicaranya.
4. Kontak mata
Kontak mata penting dalam komunikasi. Tatapan mata
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keseriusan dan
juga kebohongan.
5. Intonasi Suara dan Gaya bicara
Dalam hal ini, penting menekankan pada intonasi suara
karena dipergunakan untuk menilai komunikasi seseorang.
6. Cara berpakaian
Apa yang melekat pada tubuh dapat menginformasikan
siapa dan bagaimana seseorang terhadap yang lainnya.
Karyawan
akan
memperhatikan
secara
detail
cara
berpakaian dari para pimpinan, begitupula dengan
pimpinan perusahaan. Cara berpakaian merupakan salah
satu indikator rasa percara diri dan kredibilitas seseorang,
meski penampilan dari luar memang tidak selalu menjamin
kualitas pengetahuan seseorang.
Selain adanya kiat kiat nonverbal, Maulana & Gumelar
memaparkan beberapa klasifikasi perilaku nonverbal, yaitu :
(Maulana & Gumelar, 2013 : 80-81 )
1. Body Motion
Adanya gesture ( gerak isyarat ), gerakan tubuh,
pernyataan air muka, perilaku / gerakan mata.
2. Physical Characteristic ( karakteristik fisik )
Adanya tanda tanda fisik yang tak bergerak, seperti bau
badan, berat, tinggi, dan lainnya
3. Teaching Behavior
Perilaku perilaku dalam kontak dengan orang lain seperti
usapan, salaman, dan lainnya
4. Paralanguage
Hal hal yang berhubungan dengan lisan/bahasa.suara,
termasuk kualitas bahasa, seperti tekanan suara.
5. Proxemics
Penggunaan jarak atau pendekatan
6. Artifac
Penggunaan
lipstik,
parfum,
kacamata,
wig,
dan
sebagainya.
7. Environmental factor
Penggunaan perabotan, dekorasi interior, lampu, dan
sebagainya.
Pada objek penelitian yang diteliti, para pekerja dan pimpinan
menggunakan bantuan komunikasi nonverbal. Komunikasi ini memang
memakan waktu dalam memahaminya, namun dengan bantuan dari
aspek aspek nonverbal, maka seseorang akan lebih mudah dan lebih
cepat dalam memahami komunikasi yang diberikan lawan bicara.
2.3.1
Listening
Mendengarkan adalah salah satu ketrampilan di tempat kerja.
Perusahaan yang mendengarkan secara efektif selalu mendapatkan
informasi dan biasanya akan jauh dari kesulitan. Mendengarkan secara
efektif sangat penting dalam proses membangun kepercayaan baik dari
antar perusahaan lain maupun antar individu,
Di dalam jurnalnya, (Elsevier, 2005 : 159) “Listening is
an active process in which attentive focus on salient
acoustic features in auditory tasks can influence
receptive field properties of cortical neurons”
( Mendengarkan adalah proses aktif di mana perhatian fokus pada fitur
akustik penting dalam tugas-tugas pendengaran dapat mempengaruhi
sifat lapangan reseptif neuron kortikal )
2.3.1.1 Tujuan Listening
Untuk menjadi pendengar yang baik, seseorang dapat
memvariasikan cara mendengarkan agar sesuai dengan situasi
yang di hadapi. Terdapat 4 aspek dalam mendengarkan:
(Goodall, Goodall, & Schiefelbein, 2010 : 82)
1.
Mendengarkan informasi
Ketika seseorang mendengarkan suatu isi pembicaraan,
maka hal hal yang di butuhkan adalah informasi yang akan
menyebabkan pemahaman. Pada tahap ini, seseorang perlu
memahami, bukan mengevaluasi suatu pembicaraan.
Fokus pada informasinya saja.
2.
Mendengarkan kritis
Mendengarkan kritis adalah kemampuan pendengar untuk
memusyawarahkan
apa
yang
dikatakan
dengan
memfokuskan pada logika , alasan , dan sudut pandang si
pembicara. Adanya pertanyaan untuk menyelidiki sudut
pandang dan kredibilitas si pembicara.
3.
Mendengarkan refleksi Diri
Pendengar
merefleksikan
pada
bagaimana
yang
disampaikan, dan menaruhnya pada kehidupan. Dengan
merenungkan apa yang dikatakan dan bagaimana hal itu
akan mempengaruhi si pendengar , bergerak lebih dekat ke
mendengarkan sadar. Pendengar akan mendengarkan
untuk mencerminkan identitas di tempat kerja, tujuan
pribadi kita, pemahaman kita tentang sebuah isu atau
masalah, dan kepekaan.
4.
Mendengarkan sadar
Pendengar menjadi terbuka akan point point dari
pandangan si speaker.
Mengembangkan keterampilan
mendengarkan sadar harus menjadi tujuan bagi siapa pun
dalam bisnis. Bahkan, dalam banyak situasi bisnis kita
menemukan bahwa mendengarkan adalah tugas setiap
orang. Seberapa baik seseorang mendengarkan dalam
situasi ini, tingkat di mana kita mendengarkan, dan hasil
dari mendengarkan kita semua akan memiliki dampak
langsung pada kesuksesan .
Ross Jay mengemukakan terdapat tujuan lain dari
mendengarkan dengan saksama, yaitu : ( Jay, 2007 : 107 )
1. Mencengah
terjadinya
kesalahan
akibat
kesalahpahaman atau komunikasi yang buruk
2. Membantu seseorang memahami apa yang sedang
terjadi.
3. Memungkinkan seseorang membaca apa yang tersirat
ketika seseorang berbicara
4. Membuat
pendengar.
orang
lain
merasa
positif
terhadap
Keterampilan mendengarkan harus dipelajari dan ditekankan
pada aktifitas bekerja, karena menjadi pendengar yang baik
tidak hanya bermanfaat bagi pekerja, namun begitu pula
dengan pimpinan perusahaan, agar dapat mempertahankan
perusahaannya.
2.3.1.2 Kendala proses Listening
Beberapa kendala yang terjadi saat berkomunikasi akan
menjadikan proses mendengar menjadi tidak efektif. Kelima
kendala komunikasi saat proses mendengar adalah : (Maulana
& Gumelar, 2013 : 66 – 69 )
1.
Preoccupation
Situasi dimana seseorang sedang sibuk dengan sebuah
urusan lain yang tidak secara langsung berhubungan
dengan topic pembicaraan.
2.
Preconceived Ideas
Berbagai ide atau pemahaman yang sudah terlanjur
medominasi
pemikiran
seseorang.
Mengakibatkan
munculnya penolakan terhadap berbagai input baru ke
dalam pemikiran. Kendala ini berhubungan dengan ego,
tidak nyaman, dan malas.
3.
Talking too much
Seseorang yang terlalu banyak berbicara cenderung
dilatorbelakangi oleh rasa bersalah, takut, khawatir, tidak
nyaman, atau egois.
4.
Thinking of Responses
Kesulitan untuk menjaga kesinambungan pernyataan.
5.
Lack of interest
Seseorang cenderung mengaitkan sesuatu hanya dengan
hal – hal yang di mengerti, jika sesuatu tidak menarik,
maka akan di abaikan. Padahal bisa jadi yang di abaikan
adalah informasi yang penting.
Hambatan komunikasi ialah segala macam bentuk gangguan
yang menghalangi proses komunikasi agar berjalan efektif.
Terdapat faktor lain yang menyebabkan hambatan dalam
berkomunikasi, yaitu : (Maulana & Gumelar, 2013 : 64-65 )
1. Gangguan
Ada dua jenis gangguan yang menjadi penghambat
jalannya komunikasi, yaitu gangguan semantik yaitu
gangguan tentang bahasa dan gangguan mekanik yaitu
gangguan dari saluran komunikasi berupa alat atau media.
2. Kepentingan
Komunikator yang tidak memperhatikan kepentingan
komunikan akan menimbulkan ketidakseimbangan antara
keduanya,
sehingga
komunikan
hanya
akan
mau
melakukan komunikasi apabila ada kepentingan yang
berkaitan dengannya.
3. Motivasi terpendam
Apabila komunikasi sesuai dengan motivasi seseorang
terutama komunikan, maka komunikasi berjalan efektif.
4. Prasangka
Prasangka akan menjadi penghambat komunikasi dan juga
dapat memperburuk keadaan. Tetapi apabila komunikasi
mampu memberi kesan yang baik dan mampu meyakinkan
komunikan, maka komunikasi dapat berjalan efektif.
Sesuai dengan kedua konsep di atas,
maka hal ini dapat
menjadi pedoman bagi para pimpinan agar dapat mengetahui
hal hal apa saja yang menghambat dari proses Listening itu
sendiri agar dapat meminimalisirkan hambatan tersebut.
2.3.1.3
Cara mengatasi kendala Listening
Cara mengatasi kendala - kendala dalam mendengarkan,
menurut , (Goodall, Goodall, & Schiefelbein, 2010 : 84)
1.
Kendalikan
hambatan
terhadap
penerimaan
fisik
sebanyak mungkin.
2.
Hindari mendengar secara selektif. Mencoba berfokus
pada pembicara dan menganalisa apa yang didengar
3.
Pertahankan pikiran yang terbuka. Menghindari setiap
prasangka atau tidak mendengarkan secara defensive
4.
Menguraikan dengan kata sendiri mengenai ide dari
pembicara
5.
Rekam / Tulis informasi ( jangan hanya mengandalkan
daya ingat )
6.
Tingkatkan daya ingat jangka pendek. Dengan cara
mengulang informasi, dan mengatur dalam suatu daftar.
7.
Tingkatkan daya ingat jangka panjang.
Chris Battell dalam bukunya mengemukakan bagaimana
meningkatkan kemampuan mendengarkan untuk menjadi
pendengar yang lebih baik yang dimana membutuhkan
beberapa persiapan mental, yaitu : ( Battell, 2006 : 3 - 4 )
1.
Menilai keterampilan mendengarkan diri sendiri yang
sedang berlangsung untuk mengidentifikasi adanya
bidang untuk perbaikan. Fokus pada area yang dimana
ingin adanya perbaikan.
2.
Mengembangkan kesadaran diri. Menjadi lebih sadar
akan suara internal kita sendiri dalam artian mengontrol
emosi diri sendiri akan memberi dampak besar dari
kemampuan mendengarkan.
3.
Belajar cara untuk melatih diri sendiri. Adanya suara
hati yang memutuskan.
4.
Mengembangkan empati yang lebih besar untuk orang
lain.
Dari konsep yang telah dipaparkan diatas, dapat menjadi
pedoman dalam mengatasi kendala listening dan juga
meningkatkan listening para pimpinan perusahaan sehingga
dapat menganalisa Active Listening dari para pimpinan.
2.3.2
Active Listening
Mendengarkan dengan aktif berarti mendengar untuk memahami
maksud yang di katakan di balik pesan. Menurut Ratna, mendengar
aktif adalah memahami, meyimak secara objektif apa yang
sepenuhnya ingin disampaikan oleh si pembicara. ( Mahdi &
Sulistami, 2006 : 124 )
Menurut jurnal oleh Davidhizar, mendengarkan aktif adalah
strategi yang di sengaja yang dapat memberikan jembatan di seluruh
hambatan budaya, memungkinkan bias budaya yang harus ditangani
secara konstruktif dan membantu agar memastikan semua kebutuhan
terpenuhi. (Davidhizar & Ruth, 2004 : 22)
Apabila tidak mendengarkan dengan aktif, yang terjadi adalah
ketidakmengertian bahasa yang digunakan, sulit dan kurangnya waktu
untuk menerjemahkan pesan dalam bentuk kata kata, atau
mengabaikan komunikasi nonverbal.
Banyak kekurangan dapat dihindari dengan cara mendengarkan
secara aktif. Orang yang mendengarkan dengan aktif harus
mengetahui juga perasaan yang melatarbelakangi pesan itu, artinya
harus dapat mengetahui pesan yang di terima secara keseluruhan.
2.3.2.1 Cara Active Listening
Nurjaman & Umam mengungkapkan beberapa cara dalam
mendengarkan secara aktif., yaitu : (Nurjaman & Umam, 2012
: 60-61 )
1.
Menangkap ungkapan nonverbal
Pada saat mendengarkan aktif, penerima menangkap
isyarat verbal lalu menguraikan sendiri melalui kata kata
tentang pesan yang disampaikan oleh pengirimm dan
mengulang kembali dengan cara sendiri.
2.
Mengecek kembali
Penerima pesan mengecek kembali hal hal yang ada di
balik pesan yang di terimanya untuk mengerti pesan
yang diterima.
3.
Gambaran perilaku
Mengamati orang lain tanpa membuat keputusan tentang
latar belakang, perilaku, dan sifat merupakan upaya
untuk memahami gambaran perilaku dari seseorang.
Setiap orang mempunyai ciri atau tanda yang lain yang
dapat meningkatkan keaktifan mendengarkan.
Mendengar aktif merupakan salah satu kemampuan atau
keterampilan yang dapat meningkatkan efektivitas komunikasi.
Cara meningkatkan kemampuan mendengarkan aktif, yaitu :
( Mahdi & Sulistami, 2006 : 124 )
1.
Sediakan waktu, dengan suasana hati
yang mau
mendengar
2.
Gunakan bahasa tubuh yang tepat.
3.
Hindari terlalu sibuk dengan diri sendiri.
4.
Ajukan pertanyaan
5.
Hindari menginterupsi pembicara
6.
Jangan terlalu banyak bicara
7.
Ciptakan transisi halus antara peran si pembicara dan
pendengar.
Dari kedua sumber mengenai cara mendengarkan aktif,
seseorang akan sangat terbantu jika dapat memahami siapa
yang sedang diajak berbicara. Hal ini dapat terjadi ketika di
perusahaan, yang dimana pimpinan dan pekerja dapat saling
memahami agar tercipta komunikasi yang efektif.
2.3.2.2
Proses Active Listening
Perkembangan
membutuhkan
kemampuan
pengidentifikasian
dari
mendengarkan
berbagai
elemen
individu dan kemampuan tertentu yang dapat meningkatkan
keefektifan mendengarkan.
Brownell menyatakan bahwa efektivitas mendengarkan
dapat dimengerti melalui indikator perilaku bahwa seseorang
merasa berhubungan dengan mendengarkan secara efektif
dengan menekankan 6 unsur yang dikenal dengan HURIER
Model : (Nurjaman & Umam, 2012 : 61 )
Gambar 2.1 Proses Active Listening
Hearing
Understanding
Remembering
Active / Effective Listening
Responding
Evaluating
Interprenting
Sumber : Behaviour in Organization, Jerald Greenberg, Robert A. Baron
( dalam Nurjaman & Umam, 2012 : 61 )
1. Hearing / Mendengar
Memberi perhatian tentang apa yang akan di katakan.
Dengan kata lain mendengarkan dengan sungguh pesan
yang disampaikan oleh seorang komunikator.
2. Understanding
Memahami pesan pesan yang dikirim. Melakukan
pengulangan isi pesan dengan kata-kata sendiri guna
menghindari kesalahan dalam menerima isi pesan
3. Remembering
Dapat memanggil kembali pesan yang sudah dikirimkan.
4. Interprenting
Tidak membaca apapun dari pesan yang pengirim pesan
komunikasikan. berusaha mengintrepretasikan maksud
sang pembicara. Dalam arti lain adanya kemampuan
dalam mengintrepretasikan maksud si pembicara.
5. Evaluating
Tidak segera memeberikan tanggapan atas pesan yang
dikirimkan. mengevaluasi apakah persepsi penerima
pesan sudah sesuai dengan si pemberi pesan.
6. Responding
Menjawab ke pengirim pesan dan memberitahukan ke
sender agar tahu bahwa receiever memberi perhatian.
Mengungkapkan komponen dari Mendengarkan yaitu Model
Brownell yang berupa HURIER. Model ini memiliki 6
komponen yang bila dikombinasikan membentuk proses dari
mendengarkan yaitu : Hearing, Understanding, Remembering,
Interpreting, Evaluating, Responding. Model ini juga sebagai
proses dinamis yang berkelanjutan, akan berkolaborasi antara
dari speaker dan listener. ( Coopman & Lull, 2012 : 55-56 )
1. Hearing : Penerimaan fisik dari suara. Ketika seseorang
mendengar, maka akan selektif dalam menerima dan
mengikuti suara dan stimuli lainnya. Mendengarkan
selektif dapat membantu seseorang mengidentifikasi apa
yang penting dan apa yang tidak dari semua informasi
yang diterima setiap hari.
2. Understanding : Memahami apa yang sudah didengar.
Mendengarkan
secara
efektif
dan
juga
aktif
membutuhkan niat yang sadar untuk fokus pada si
pembicara dan berusaha untuk mengerti arti pesan dari si
pembicara.
3. Remembering : Proses ini memperkenankan seseorang
untuk berpikir dan memanggil kembali informasi
auditori. Untuk memanggil apa yang sudah di dengar dan
dipahami
4. Interpreting : Seseorang menetapkan sebuah artian dari
suara yang sudah di terima berdasarkan dari pengalaman
dan pengetahuan sendiri.
5. Evaluating : Proses ini memperkenankan untuk kritis
dalam
mempertimbangkan
sebuah
pesan,
seperti
seseorang yang menguji logika dari si pembicara.
6. Responding : Pada akhirnya proses mendengarkan
membutuhkan respons untuk apa yang sudah pembicara
katakan. Adanya respons verbal dan nonverbal yang
mendemonstrasikan keterlibatan seseorang dalam suatu
komunikasi dan merefleksikan efektivitas seseorang
sebagai pendengar.
Dari konsep Brownell ini merupakan pedoman yang cukup
kuat dalam menganalisa proses Active Listening oleh
pimpinan di perusahaan tempat penelitian berlangsung. Dari
semua proses diatas, peran dari teknik mendengarkan, seperti
kebudayaan dan nilai nilai dapat mengakibatkan setiap
komponen yang ada. Perkataan, nada suara dan pergerakan
tubuh juga memainkan peran dalam membuat suatu pesan
yang bermakna.
2.3.3
Kepuasan Kerja karyawan
Setiap karyawan pasti merasakan apa yang dinamakan dari
kepuasan kerja. Kepuasan kerja dapat tercapai dari dalam dan juga luar
pekerjaan.
Lock mengemukakan: “Job satisfaction is a
pleasurable or positive emotional state resulting from
the appraisal of one’s job or job experience.” (Sopiah,
2008 : 170)
( Kepuasan kerja merupakan suatu ungkapan emosional yang bersifat
positif atau menyenangkan sebagai hasil dari penilaian terhadap suatu
pekerjaan atau pengalaman kerja. )
Menurut Mathis & Jackson, kepuasan kerja adalah keadaan
emosional yang positif yang merupakan hasil dari evaluasi pengalaman
kerja seseorang. (Mathis & Jackson, 2006 : 121)
Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan
mencintai pekerjaannya. (Hasibuan M. S., 2012 : 202)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu
sikap terhadap pekerjaan seseorang, yang menunjukkan bagaimana rasa
penghargaan yang di terima nya. Dengan kata lain, jika seorang
karyawan merasa puas akan pekerjaanya, maka seseorang akan
berupaya maksimal .
2.3.3.1
Penyebab kepuasan kerja
Menurut Fred Luthans, faktor – faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja, sebagai berikut : (Darmawan, 2013 : 59 – 60 )
1. Pekerjaan itu sendiri
Pekerjaan yang dilakukan seseorang, apakah memiliki
elemen yang dapat memuaskan sehingga tercapainya
kepuasan kerja.
2. Pembayaran
Kesesuaian jumlah imbalan apakah sesuai dengan
pekerjaan yang dilakukan.
3. Promosi
Kesempatan adanya promosi mempunyai pengaruh luas.
Seseorang dapat mengembangkan karier nya melalui
kenaikan jabatan.
4. Pengawasan
Karakter dari gaya kepemimpinan saat memberi perintah
atau petunjuk dalam pelaksanaan kerja. Ada dua dimensi
gaya pengawasan yaitu employee centeredness yang
diukur dari
tingkat ketertarikan personal kepada
karyawan yang ditunjukan dengan memeriksa hasil
kerja, memberi nasihat, dan
melakukan komunikasi
yang baik kepada bawahan. Partisipasi yaitu mengijinkan
bawahan berpartisipasi dalam membuat keputusan yang
mempengaruhi pekerjaan mereka.
5. Suasana kerja
Seperti : rekan kerja, kerjasama erat atau kondisi kerja
yang mendukung seperti keadaan bersih, dan nyaman.
Adapun penyebab kepuasan kerja lain menurut Kreitner dan
Kinicki yaitu : (Wibowo, 2007 : 505-506 )
1. Need fulfillment ( pemenuhan kebutuhan )
Kepuasan
ditentukan
oleh
tingkatan
karakteristik
pekerjaan memberikan kesempatan pada individu untuk
memenuhi kebutuhannya.
2. Discrepancies ( perbedaan )
Kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan.
Pemuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa
yang diharapkan dan yang diperoleh individu dari
pekerjaan.
3. Value attainment ( pencapaian nilai )
Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan
memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang
penting.
4. Equity ( keadilan )
Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu
diperlakukan di tempat kerja.
5. Dispositional / Genetic components ( komponen genetik)
Kepuasan kerja sebagian merupakan fungsi sifat pribadi
dan faktor genetik.
Dalam kedua konsep yang sudah dijabarkan mengenai kepuasan
kerja, terdapat korelasi yang dapat menyebabkan terpenuhinya kepuasan
kerja pada perusahaan dimana dilakukannya penelitian, sehingga dapat
menjadi pedoman lain selain proses Active Listening dari pimpinan
perusahaan.
2.3.3.2
Aspek kepuasan kerja
Menurut Lamb & McKee, Kepuasan kerja karyawan
dapat di ukur dari timbal balik karyawan ke Perusahaan.
Ketika mereka merasa puas dengan pekerjaan mereka,
maka mereka akan peduli dengan kepuasan para customer,
lebih dapat berkerjasama dengan yang lainnya, dan akan
menunjukan banyak usaha mereka dan juga lebih produktif.
(Lamb & McKee, 2004 : 8)
Kepuasan kerja karyawan dapat dilihat secara nyata dan
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Hasilnya akan
diukur dari keuntungan perusahaan. Berikut merupakan aspek
penting dengan adanya kepuasan kerja karyawan:
1.
Employee retention
Seorang karyawan yang merasa puas dengan pekerjaan
mereka akan sulit untuk mencari perusahaan lain atau
dalam kata lain berpaling pada perusahaan lain, dan
tentunya akan membuat seorang karyawan loyal pada
perusahaan tempatnya bekerja.
2.
Kepuasan Pelanggan
Kepuasan seorang karyawan akan berdampak pada
kepuasan
pelanggan.
mendapatkan
kepuasan,
Seorang
tentunya
karyawan
akan
yang
membuat
customer merasa puas juga. Karyawan akan menjaga
hubungan dengan para customer yang nantinya akan
berdampak pada hasil yang nyata.
3.
Produktifitas
Ketika seorang karyawan puas akan tempat kerjanya,
mereka akan lebih produktif, dan mereka akan berusaha
bekerja sama secara aktif dengan orang lain, dan
tentunya akan lebih cepat dalam bekerja.
Kepuasan kerja memiliki dampak perilaku bagi setiap
individu atau kelompok dalam organisasi. Menurut Keith
Davis, dampak tersebut meliputi: (Suharsono, 2012 :112-113)
1.
Produktivitas kerja ( prestasi )
Kepuasan kerja memiki dampak terhadap produktivitas
kerja.
2.
Kemangkiran
Tingkat kepuasan kerja seseorang dfapat mempengaruhi
tingkat kemangkiran dalam aktifitas kerja.
3.
Pergantian Pegawai ( Turnover)
Semakin tinggi kepuasan kerja, maka akan membuat
semakin kecil tingkat keluar masuknya pegawai.
4.
Pencurian
Pencurian juga merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan adanya ketidakpuasan kerja karena merasa
diperlakukan tidak adil dan frustasi.
Ketika karyawan mendapatkan hal hal dari kepuasan kerja,
maka
karyawan
dapat
memberikan
timbal
balik
ke
perusahaan baik dari segi aspek dan dampak adanya kepuasan
kerja.
2.3.3.3
Respons terhadap ketidakpuasan kerja
Ketidakpuasan dapat diungkapkan dengan berbagai respons.
Dalam bukunya (Wibowo, 2007 : 515-516 ) respons
ketidakpuasan kerja didefinisikan sebagai berikut :
1.
Exit
Perilaku meninggalkan organisasi termasuk mencari
posisi baru atau mengundurkan diri.
2.
Suara
Adanya usaha secara aktif dan konstruktif untuk
memperbaiki
keadaan,
termasuk
menyarankan
perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasan, dan
berbagai bentuk perserikatan.
3.
Kesetiaan
Ditunjukan secara pasif. Tetapi optimis dengan
menunggu kondisi untuk memperbaiki, termasuk
dengan berbicara bagi organisasi di hadapan kritik
eksternal dan memercayai organisasi dan manajemen
melakukan hal yang benar.
4.
Pengabaian
Ketidakpuasan ditunjukan melalui tindakan secara
pasif membiarkan kondisi semakin baru, termasuk
kemangkiran
dan
keterlambatan
secara
kronis,
mengurangi usaha, dan meningkatkan kesalahan.
Robbins mengungkapkan beberapa akibat yang dapat
dilakukan
oleh
seorang
individu
yang
mengalami
ketidakpuasan dalam bekerja, yaitu : ( Dariyo, 2008 : 84 –
86 )
1. Keluar dari Pekerjaan ( Exit )
Setelah merasakan ketidakpuasan dalam pekerjaan,
individu bisa langsung menyatakan keluar dari tempat
kerjanya dan berusaha mencari tempat kerja lain yang
dapat memenuhi harapannya.
2. Protes ( Voice )
Ketidakpuasan yang dialami individu tidak membuat
seseorang putus asa, maka dari itu individu berpikir
positif bagaimana memecahkan kondisi masalah yang
dihadapinya lalu mencoba membicarakan semua
masalah itu dengan pihak atasan untuk mencari
penyelesaian dengan baik.
3. Tetap Setia pada Pekerjaan ( Loyalty )
Walaupun merasa tidak puas, individu bersikap setia
pada pekerjaannya, sambil menunggu datangnya
perubahan kebijakan atasan yang mengelola.
4. Bersikap Pasif dan Acuh tak Acuh ( Neglect )
Sikap tidak peduli ini dan keluar kerja merupakan
tidakan yang bersifat destruktif, yang tidak baik bagi
pihak perusahaan, namun bisa dianggap positif bagi
individu yang bersangkutan.
Dari kedua konsep mengenai respons dan akibat
ketidakpuasan kerja, maka perusahaan yang sebagai objek
penelitian harus memperhatikan hal hal ini agar dapat
mengurangi ketidakpuasan kerja yang ditunjukan oleh para
pekerja, guna mempertahankan produktifitas dan loyalitas
dari para pekerja.
2.3.3.4
Teori Ketidaksesuaian
Kepuasan kerja memiliki beberapa teori yang salah
satunya adalah teori ketidaksesuaian (discrepancy theory).
Teori
ini
dikemukakan
oleh
Proter,
yang
mengemukakan bahwa kepuasan kerja pegawai bergantung
pada perbedaan antara apa yang didapat dengan apa yang
diharapkan. Apabila yang didapat pegawai lebih besar dari
apa yang diharapkan, mereka akan puas, dan sebaliknya.
Seorang individu yang merasa puas atau tidak
merupakan sesuatu
yang personal dimana tergantung
bagaimana ia mempersepsikan keadaannya dengan adanya
kesesuaian atau pertentangan antara harapannya dengan
kenyataan. (Barnawi & Arifin, 2012, 137 – 138 )
R.A Katzell juga mengembangkan teori ini bahwa
kepuasan kerja bergantung pada perbedaan antara reward
yang diterima oleh seseorang dengan reward yang diterima
oleh orang lain untuk pekerjaan yang setingkat. Semakin
besar perbedaan, semakin berkuranglah kepuasan kerja.
( Ndraha, 2012, 149 )
Dari
kedua
sumber
diatas
mengenai
teori
ketidaksesuaian. Hal ini dapat membuktikan bahwa seseorang
akan terpuaskan jika tidak ada selisih antara kondisi ideal
dengan aktualnya. Kepuasan atau ketidak puasan seseorang
dalam bekerja ditunjukan dalam sikapnya. Sikap positif akan
menunjukan kepuasan kerja, sebaliknya, sikap negative akan
menunjukan ketidakpuasan kerja.
29
2.4
Kerangka Pikir
ANALISA ACTIVE LISTENING PIMPINAN
PADA KEPUASAN KERJA KARYAWAN
PT BENINDO EKAKARYA SEMPURNA
Bagaimana Active Listening yang
Bagaimanakah
kepuasan
kerja
di terapkan oleh pimpinan
para karyawan selama bekerja ?
KOMUNIKASI INTERPERSONAL
KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL
Kepuasan Kerja :
Listening :
1. Penyebab Kepuasan Kerja
1. Tujuan Listening
2. Aspek Kepuasan kerja
2. Kendala proses Listening
3. Cara mengatasi kendala Listening
3. Respons Ketidakpuasan kerja
4.
Teori Ketidaksesuaian
TIDAK
Active Listening :
1. Cara Active Listening
2. Proses Active Listening
TERCAPAINYA
KEPUASAN
KERJA
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
Sumber : Hasil pengolahan data
TERCAPAINYA
KEPUASAN
KERJA
30
Pada kerangka pikir, terdapat bagan yang terlihat berhubungan baik antara
satu dengan yang lainnya, pada bagian Listening dan juga kepuasan kerja yang
terlihat memiliki proses antara satu dengan yang lainnya, pada kerangka pikir diawali
dengan fokus dari penelitian ini yang menganalisa Active Listening dari pimpinan
pada kepuasan kerja yang dialami oleh para karyawan yang berada di PT Benindo
Ekakarya Sempurna.
Dari fokus penelitian terlahirlah dua pertanyaan penelitian yang mendasari
dari fokus penelitian tersebut dimana mengetahui bagaimana Active Listening yang
diterapkan oleh pimpinan, dan juga mengetahui kepuasan kerja para karyawan. Dari
kedua aspek tersebut akan melahirkan komunikasi yang akan terjadi di perusahaan.
Dengan adanya komunikasi interpersonal yang dilakukan para pimpinan
perusahaan dengan para karyawan secara intens maka akan menghasilkan bentuk
komunikasi baik komunikasi verbal dan juga nonverbal. yang dari komunikasi verbal
dan nonverbal akan menghasilkan tahapan Listening.
Dari tahapan Listening sendiri memiliki 3 konsep yang mewakili yaitu dari
tujuan Listening, kendala proses Listening dan juga cara mengatasi Listening. Dari
tahapan Listening sendiri tentu dapat menghasilkan kepuasan kerja yang dilihat dari
segi penyebab kepuasan kerja, aspek kepuasan kerja, respons ketidakpuasan kerja
dan juga teori kepuasan kerja.
Namun dari Listening saja tidak cukup, dimana harus menuju pada tahap
Active Listening agar tercapainya kepuasan kerja yang maksimal. Agar dapat
mencapai Active Listening sendiri dibutuhkan cara dan proses dari Active Listening
itu sendiri. Setelah pimpinan yang sudah melakukan Active Listening yang baik maka
akan berdampak pada kepuasan kerja karyawan dimana karyawan akan tercapainya
kepuasan kerja yang diinginkan.
Download