BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kontestasi berasal dari kata dasar kontest. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan artinya sebagai kata benda, yaitu perlombaan. Kamus Oxford 2005 menyebutkan makna kata contest sebagai kata benda yang artinya an event in which people compelete supremacy. Apabila diterjemahkan adalah suatu ajang atau perlombaan dimana terjadi adu kekuatan atau keunggulan. 1 Kata ini pula yang dapat mewakili fenomena yang terjadi antara Amerika Serikat sebagai aktor negara dengan WikiLeaks sebagai aktor non-negara dalam kebebasan informasi yang menjadi kekuatan aktor-aktor tersebut. Kebebasan informasi di masa sekarang ini dianggap sebagai hal yang patut untuk diperbincangkan oleh aktor-aktor hubungan internasional, baik itu aktor negara maupun non-negara. Kebebasan informasi yang lahir dari ide pers bebas saat ini dianggap sebagai suatu ancaman bagi beberapa negara, termasuk Amerika Serikat. Amerika Serikat adalah negara demokrasi yang sangat mendukung adanya ide pers bebas. Namun, ternyata pada kenyataan yang terungkap di publik bahwa ternyata negara ini tidak sepunuhnya mendukung pers bebas. Dalam beberapa kasus yang terjadi di Amerika Serikat yang melibatkan negara dan pers akan mengalami proses persaingan yang sengit. Sebut saja kasus Watergate. 1 M. Rafiquddin Ahsan. (30 Desember 2010). Kontestasi Dalam Tayangan Infortainment Televisi Swasta. Retrieved from http://blog.umy.ac.id/afiq/wp-admin/about.php 1 Watergate adalah skandal politik yang paling terkenal dalam sejarah Amerika. Peristiwa yang tadinya nampak seperti pencurian biasa dan tidak berbahaya di bulan Juni 1972 akhirnya berujung pada mundurnya Presiden Richard Nixon. Skandal itu juga mengungkapkan berbagai aktifitas pengintaian politik, sabotase dan penyuapan. Pada tanggal 17 Juni 1972 lima laki-laki ditangkap ketika sedang memasang alat penyadap di perkantoran Komite Nasional Partai Demokrat. Insiden yang terjadi saat kampanye pemilihan sedang berlangsung di tahun tersebut, setelah diselidiki ternyata dilakukan oleh sejumlah anggota kelompok pendukung Nixon, Komite untuk Pemilihan Kembali Presiden.2 Dua pencuri dan dua orang lain yang ikut serta divonis bersalah bulan Januari 1973, namun banyak orang, termasuk hakim yang memimpin sidang itu John Sirica, menduga ada sebuah konspirasi yang mencapai sejumlah pejabat tinggi di pemerintahan. Peristiwa itu berubah menjadi skandal yang lebih luas ketika salah seorang pencuri yang divonis bersalah, yang dihukum berat karena menolak mengungkapkan informasi soal skandal itu, menulis kepada hakim Sirica dan menyatakan ada upaya tutup mulut besar-besaran. Senat akhirnya meluncurkan penyelidikan yang melibatkan sejumlah tokoh politik besar termasuk mantan jaksa agung John Mitchell dan kepala penasehat Gedung Putih John Ehrlichman dan HR Haldeman.3 2 3 M. Mufidz. (2008). Skandal Watergate 1972-1974. Jakarta. Institut Studi Arus Informasi. Hal. 1 Ibid, hal. 37 2 Dua wartawan surat kabar Washington Post, Bob Woodward dan Carl Bernstein memainkan peranan penting dalam memusatkan perhatian kepada skandal itu dibantu oleh informasi penting dari informan misterius mereka. Woodward dan Bernstein banyak menulis berita ekslusif mengenai skandal Watergate yang akhirnya membuat catatan sejarah pada bulan April 1974, Nixon tunduk kepada tekanan publik dan menerbitkan sebagian catatan pembicaraannya yang direkam sehubungan dengan Watergate. Namun hal itu tidak menghentikan merosotnya dukungan bagi pemerintahannya, ataupun persepsi publik bahwa dia ikut serta dalam konspirasi itu. Bulan Juli di tahun yang sama, Mahkamah Agung memerintahkan Nixon agar menyerahkan semua kaset rekaman pembicaraannya mengenai skandal itu. Sementara itu, Komite Hukum Konggres telah menyelesaikan penyelidikannya dan meloloskan tiga poin impeachment terhadap Nixon. Tanggal 5 Agustus Nixon memberikan catatan tiga rekaman pembicaraan. Dia mengakui bahwa dirinya mengetahui adanya upaya untuk menutupnutupi tidak lama setelah peristiwa Watergate dan bahwa dia mencoba menghentikan penyelidikan FBI. Empat hari kemudian, dia menjadi satusatunya Presiden Amerika yang mengundurkan diri dari jabatannya dan kemudian digantikan oleh Wakil Presiden Gerald Ford. Kasus yang sama baru-baru saja terjadi yaitu kasus JSTOR.com yang berujung pada kematian seorang jenius internet bernama Aaron Swartz. Aaron Swartz adalah tokoh yang senantiasa mendukung kebebasan 3 informasi yang dia tunjukkan melalui situs miliknya, yaitu reddit.com yang menyediakan konten beragam dari jutaan laman di internet dengan gratis, bukan hanya dari media mainstream, melainkan juga dari berbagai blog pribadi. Bahkan, informasi yang disiarkan reddit.com kadang kala jauh lebih cepat daripada media besar seperti pada kasus penembakan massa di Colorado dengan terdakwa mantan mahasiswa PhD James Holmes.4 Kampanye kebabasan informasi yang senantiasa di serukan oleh Aaron Swartz berujung pada saat Aaron meretas sebuah situs yang menyediakan jurnal akademis di situsnya yang bernama JSTOR.com. Semua orang yang mengakses situs JSTOR.com ini akhirnya bisa menikmati jurnal akademik ini secara gratis. Hal yang dianggap sebagai tindakan kriminal dan melanggar hak kekayaan intelektual ini mengakibatkan Aaron Swartz dituntut hukuman penjara hingga 35 tahun dan denda US$1 juta, karena tidak sanggup menerima kenyataan ini akhirnya Aaron Swartz bunuh diri. Beberapa contoh kasus diatas cukup membuat kita bertanya-tanya mengenai kebenaran dukungan Amerika Serikat dalam kebebasan pers dan informasi. Terlebih lagi saat WikiLeaks membocorkan ratusan ribu data rahasia milik negara ini. Sejak tahun 2010 Amerika Serikat merasa terancam akan hal ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton yang mengatakan 4 Komalasari. (2013). MIT Selidiki Kasus Bunuh Diri Aaron Swartz. Chip Online id. Retrieved from http://www.chip.co.id/news/web_internet/4739/mit_selidiki_kasus_bunuh_diri_aaron_swartz 4 “Pengungkapan ini bukan hanya serangan terhadap kepentingan Amerika, melainkan juga serangan terhadap komunitas internasional.”5 Badan-badan pemerintah federal Amerika Serikat telah mengeluarkan peringatan, setiap pegawai negeri di negara Amerika yang membaca bocoran dokumen kawat diplomatik di WikiLeaks bisa dipecat dari pekerjaannya. Ada juga reaksi beberapa pihak yang menjauhkan diri dari WikiLeaks. WikiLeaks merupakan sebuah situs yang terkenal sebagai situs yang membocorkan dokumen-dokumen rahasia negara maupun perusahan. WikiLeaks adalah kelompok global independen yang pada mulanya hadir sebagai proyek dari Sunshine Press, yakni terdiri dari orang-orang yang berdedikasi tinggi dan memiliki ideologi pers bebas. Sejumlah surat kabar Amerika Serikat berpendapat bahwa media tidak berkewajiban hukum untuk mematuhi aturan kerahasiaan yang dirancang untuk diterapkan pada karyawan pemerintahan, dan sejak dahulu publikasi dokumen-dokumen rahasia itu menjadi salah satu cara untuk melayani kepentingan umum.6 Kasus WikiLeaks yang baru-baru ini menjadi pemberiatan hangat di berbagai media massa dunia setidaknya telah membuktikan bahwa sistem keamanan militer negara adidaya sekelas Amerika Serikat bisa dijebol dengan mudah. WikiLeaks pertama kali merilis file-file untuk tiga media, New York Times, Guardian, dan Der Spiegel. Negara Amerika 5 Haris Priyatna. (2011). WikiLeaks: Situs Paling Berbahaya di Dunia. Bandung. PT.Mizan Pustaka. Hal. 41 6 Anonim. (n.d). About WikiLeaks. Retrieved from http://wikileaks.org/About.html 5 Serikat yang menganut sistem kebebasan jurnalistik sangat kerepotan saat menghadapi kebocoran informasi tersebut di dunia maya. Salah satunya yaitu kebocoran tentang jumlah korban perang Amerika-Irak yang berlangsung dari tahun 2004 – 2009. Situs tersebut mengatakan bahwa korban perang Amerika-Irak berjumlah 109.032, terdiri atas 66.081 warga sipil, 23.984 musuh yang dicap sebagai pemberontak, 15.196 pasukan pemerintah Irak, dan 3.771 pasukan koalisi. Sebanyak 31 warga sipil meninggal setiap hari selama periode 6 tahun. Sementara itu, catatan perang Afganistan yang dirilis oleh WikiLeaks, pada periode yang sama, jumlah kematian sekitar 20.000 orang. Tercatat 5 kematian perhari selama 6 tahun masa pendudukan Amerika di sana.7 Selain itu, situs tersebut juga memberikan informasi tentang beberapa kekejaman tentara Amerika di Afganistan, Irak, juga komunikasi diplomatik yang bersubstansi kecurangan politik lainnya. Situs internet WikiLeaks telah merilis ratusan ribu kawat diplomatik Amerika lewat beberapa surat kabar internasional, tindakan yang dikecam oleh Gedung Putih. Beberapa pengamat internasional menganggap bocornya informasi ini merupakan sebuah bencana paling besar di bidang informasi. Efeknya bahkan bisa mengalahkan efek dari serangan WTC karena sebagaian besar informasi yang dipublikasikana oleh WikiLeaks merupakan informasi yang sangat rahasia. Efek yang paling terasa secara langsung akibat dari 7 Haris Priyatna, op cit., hal. 67-68 6 bocornya kawat diplomatik ini adalah perubahan dalam pola diplomasi negara-negara dunia terkait dengan Amerika Serikat bahkan juru bicara Gedung Putih, Robert Gibbs mengatakan: “Bocoran ini dapat membahayakan hubungan dengan pemerintah asing, dan jika substansi percakapan pribadi dicetak di halaman depan surat kabar di seluruh dunia, itu sangat berdampak tidak hanya bagi kepentingan kebijakan luar negeri Amerika, tetapi juga bagi sekutu dan teman-teman kami di seluruh dunia”8 Berbagai dokumen yang dibocorkan menggambarkan bagaimana persepsi dan rencana rahasia Amerika Serikat terhadap negara-negara di dunia beserta pemimpinnya. Dalam beberapa surat rahasia itu, presiden Afganistan digambarkan sebagai seorang paranoid yang terlalu lemah. Kanselir Jerman, Angela Merkel digambarkan dalam istilah “kanselir teflon” sebab tak banyak yang menempel padanya serta berbagai sentimen negatif dan kecurigaan lainnya terhadap pemimpin-pemimpin dunia.9 Di tengah kegemparan dunia akibat bocornya informasi ini, seperti yang terlihat di beberapa media Indonesia yang mengangkat berita mengenai WikiLeaks sebagai berita utama. Contohnya Republika Online yang kerap kali membahas mengenai WikiLeaks misalnya berita yang berjudul ‘WikiLeaks tentang Pentagon’, ‘Pentangon Nyatakan tak dihubungi WikiLeaks’ dan berbagai macam artikel lainnya yang terkait dengan WikiLeaks. Sebagian besar negara-negara yang terkait dan disebutkan dalam dokumen-dokumen itu memilih bersikap terlihat tenang. Justru yang 8 9 Ibid, hal. 162-163 Ibid, hal. 35-36 7 terlihat sibuk adalah kemenetrian luar negeri dan kedutaan besar Amerika Serikat dalam rangka memperbaiki hubungan dan menjelaskan perihal isi dokumen itu ke pemimpin negara-negara yang disebutkan dalam pembocoran kawat diplomatik yang dilakukan oleh WikiLeaks. Hal ini kemudian yang membuat nama WikiLeaks semakin populer. Amerika dan beberapa negara lain yang menentang keberadaan WikiLeaks akhirnya mencari cara agar mampu menutup paksa situs asli milik WikiLeaks, yaitu WikiLeaks.org. Selain ditutupnya situs WikiLeaks, pemimpinnya pun yang menjadi direktur sekaligus disebut-sebut sebagai otak dari setiap pembocoran yg dilakukan WikiLeaks yang bernama Julian Assange menjadi buronan internasional yang saat ini sedang mengalami persidangan di Swedia atas sejumlah tuduhan, seperti pemerkosaan terhadap pekerja wanitanya. Meskipun begitu, banyak yang beranggapan bahwa tuduhan ini hanyalah rekayasa Amerika Serikat agar bisa menyeret Julian Assange ke Amerika untuk di eksekusi disana. Sikap Amerika Serikat sebagai negara yang mengaku mendukung kebebasan informasi justru malah terlihat begitu menentang keberadaan WikiLeaks sebagai media yang sama-sama menganut pers bebas patut menjadi penelitian yang terkait dengan kebebasan informasi. Oleh karena itu, penulis mengambil judul “Kontestasi Aktor Negara dan Aktor NonNegara Dalam Kebebasan Informasi. Studi Kasus: Sikap Amerika Serikat Terhadap WikiLeaks.” 8 B. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH Kebebasan pers dan mengemukakan pendapat merupakan hak azasi manusia, tapi dalam praktiknya termasuk di negara demokrasi ternyata masih dibatasi. Menurut Amerika, apa yang dilakukan WikiLeaks sudah melampaui batas. Perbuatan WikiLeaks, membahayakan keamanan nasional negaranya. Hubungan diplomatik jadi serba salah dan aparatur negara yang ternyata terlalu intim dengan dunia usaha. Amerika Serikat tentu saja ingin mengadili Julian Assange yang berperan dalam mempublikasikan rahasia negara Amerika Serikat dan informasi sensitif lain. Sedangkan di sisi lain, WikiLeaks ingin memperoleh haknya sebagai pers bebas. Oleh karena itu penulis mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana Amerika Serikat menyikapi WikiLeaks dan masalah yang ditimbulkannya? 2. Bagaimana dampak perdebatan Amerika Serikat dan WikiLeaks sebagai kontestasi aktor negara dan aktor non-negara? C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari usulan penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui sikap Amerika Serikat terhadap WikiLeaks dan masalah yang ditimbulkannya. 9 2. Untuk mengetahui dampak perdebatan Amerika Serikat dan WikiLeaks sebagai kontestasi aktor negara dan aktor non-negara. 2. Kegunaan Penelitian 1. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikirin bagi pengembang studi Hubungan Internasional dan siapa saja yang mencurahkan perhatiannya pada Hubungan Internasional di masa akan datang serta untuk penulis sendiri dapat melatih kemampuan berpikir dan menganalisis suatu permasalahan internasional. 2. Sebagai dedikasi penulis dalam memberikan sumbangsih pemikiran bagi masyarakat internasional khususnya bagi penganut ide pers bebas juga bagi bangsa dan negara Indonesia sehingga dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan rujukan bagi mereka yang membutuhkan. 3. Untuk memenuhi salah satu syarat akademik dalam menempuh ujian strata-1 (S1) pada Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. D. KERANGKA KONSEPTUAL Dalam kerangka pemikiran ini, penulis mencoba untuk mengemukakan batasan ilmiah berupa kutipan teori–teori dan konsep dari para ahli yang ada hubungannya dengan objek yang diteliti yang dapat dijadikan sebagai landasan untuk menganalisa permasalahan. 10 Hubungan yang terjadi antara Amerika Serikat dan WikiLeaks dapat dikatakan sebagai fenomena aktor hubungan internasional. Dalam hal ini Amerika Serikat dikatakan sebagai aktor negara dan WikiLeaks sebagai aktor non-negara. Dalam hubungan internasional dikenal teori liberalisme sosiologis yang mengatakan: Hubungan internasional bukan hanya mempelajari hubungan pemerintah; tetapi juga mempelajari hubungan antara individu, kelompok dan masyarakat swasta. Hubungan antara raktyat lebih kooperatif dibanding hubungan antara pemerintah. Dunia dengan sejumlah besar jaringan transnasional akan lebih damai. 10 Dari uraian teori diatas dapat disimpulkan bahwa aktor dalam hubungan internasional bukan hanya negara, tetapi terdapat juga aktor non-negara yang memiliki peran penting dalam jaringan transnasional. WikiLeaks sebagai kelompok global independen termasuk dalam aktor non-negara yang mewadahi orang-orang berdedikasi tinggi dengan ide pers bebasnya mulai mempengaruhi ideologi pers bebas dunia termasuk Amerika Serikat yang disebut-sebut sebagai negara yang menjujung tinggi kebebasan informasi. WikiLeaks hadir sebagai aktor penting dalam kebebasan informasi dan kebebasan pers yakni sebagai instrumen yang berguna dalam memberikan ‘kebenaran’ di setiap informasinya. Dalam teori hubungan internasional dikenal teori liberalisme interdependensi yaitu: Modernisasi meningkatkan tingkat interdependensi di antara negara-negara. Aktor-aktor transnasional semakin penting, kekuatan militer adalah instrumen yang kurang berguna, dan kesejehteraan, bukan keamanan, adalah tujuan dominan negara10 Robert Jackson, Georg Sorensen. (1999). Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Hal. 144 11 negara. “Interdependensi kompleks” menunjukkan suatu dunia hubungan internasional yang lebih damai.11 Fenomena WikiLeaks ini menyadarkan kita seberapa dalam kemajuan jaringan internet telah mentransformasikan dunia politik kontemporer dan memberikan ilham bagi gerakan sosial yang berdimensi global berakibat lokal, atau sebaliknya, berdimensi lokal berakibat global. Kemajuan tekhnologi informasi, khususnya sistem jaringan komputer, dan kebergantungan kita padanya, bersama dengan globalisasi ekonomi, politik, ternyata secara tidak sadar sedang mengubah sifat dasar perang informasi. Fenomena WikiLeaks ini memperkuat argumen yang hidup di kalangan para pengkaji gerakan budaya dan politik kontemporer yang melihat bangkitnya peran aktor non-negara di pentas politik global. WikiLeaks sebagai aktor transnasional memiliki peran penting dalam kebebasan informasi dan pers yang dapat mengubah hubungan kerjasama aktor-aktor internasional dikarenakan senantiasa memberikan informasi rahasia yang terkait sebuah negara atau perusahaan tertentu. Kebocoran informasi ini tentu saja berawal dari ide pers bebas milik WikiLeaks. Ide pers bebas mulai bermunculan seiring dengan lahirnya demokrasi. Hak pers untuk secara bebas menerbitkan, mengemukakan pendapat, mengkritik, dan memberikan informasi adalah prinsip dasar demokrasi. Demokrasi sebagai suatu sistem telah dijadikan alternatif dalam berbagai tatanan aktivitas bermasyarakat dan bernegara di beberapa 11 Ibid, hal. 177 12 negara termasuk memberikan ruang bagi media massa yang bebas untuk menjalankan fungsi persnya. Salah satu konsep dari sistem negara yang yang demokrasi menurut Huntington (2008), yaitu adanya peran media massa yang bebas. Hal yang terkait erat dengan hak publik untuk tahu adalah dengan media massa yang bebas, yaitu surat kabar, televisi, radio dan media baru yang bisa menginvestigasikan jalannya pemerintahan dan melaporkannya tanpa takut adanya penuntutan dan hukuman.12 Media massa sekarang kini telah masuk dalam arus globalisasi yang mana media massa bersifat universal dan tiada mengenal batas wilayah dan hukum suatu negara. Jenis dan fungsinya juga semakin canggih sehubungan dengan perkembangan arus modenisasi dan tekhnologi pada masa kini. Media sebaran sudah dianggap sesuatu yang lazim yang selaras dengan kemajuan masyarakat manusia modern. Media massa merupakan pilar keempat setelah eksekutif, legilslatif dan yudikatif dalam sistem negara yang menganut demokrasi. Kebebasan pers bisa hidup bukan saja karena dimodifikasi menjadi hukum. Pers bebas hidup dan berkembang karena rakyat menghargainya. Masyarakat menghargai kebebasan pers karena pers bebas memang peranan besar dalam pembentukan bangsa dan mengangkat bangsa keposisinya sebagai pemimpin dunia dalam demokrasi dan hak asasi manusia. Saat ini kebabasan pers berkembang dengan baik seiring berjalannya demokrasi. Media yang bebas dan bertanggung jawab berpengaruh positif 12 Budiman S. Hartoyo. (2008). Pers Bebas dan Tanggung Jawab Wartawan. Wordpress. Retrieved from http://budimanshartoyo.wordpress.com/2008/01/19/pers-bebas-dan-tanggungjawab-wartawan/ 13 dinegara manapun termasuk dinegara demokrasi baru. Pers bebas penting dalam mewujudkan pemerintahan yang stabil dan demokratis. Dukungan Amerika Serikat untuk pers bebas berakar pada keyakinan bahwa pemahaman yang lengkap dan menyeluruh soal pemerintahan di dalam negeri dan di dunia akan membantu rakyat memilih sendiri institusi, kebijakan, dan praktek–praktek yang mempertahankan serta melindungi hak–hak sipil dasar dan hak asasi manusia. Hal ini sesuai dengan isi dari amandemen pertama konstitusi Amerika Serikat (Bill of Rights) mengenai kebebasan berbicara (freedom of speech) yaitu: Kongres tidak membuat hukum yang mengatur tentang agama, atau melarang kebebasan menjalankan ibadah, atau membatasi kebebasan berbicara , atau kebebasan pers, atau hak rakyat untuk berkumpul secara damai, dan untuk mengajukan petisi atas keluhan terhadap pemerintah.13 Mendorong kebebasan pers adalah soal mendorong kebebasan manusia. Rakyat harus melek informasi untuk bisa memainkan peran aktif dalam perpolitikan negaranya. Bahkan hal yang sederhana sekalipun seperti mencoblos dalam pemilu, akan menjadi sulit apabila informasinya kurang. Pers bebas menyampaikan informasi mengenai para pemimpin, kebijakan negara lain, dan bahkan praktek – praktek bisnis perusahaan. Pers selalu mengambil bentuk dan warna struktur–struktur sosial politik di dalam mana pers beroperasi. Pers mencerminkan sistem pengawasan sosial dengan mana hubungan antara orang dan lembaga 13 Stanley (ed). (2006). Mencari Media Yang Bebas Dan Bertanggung Jawab. Jakarta. Institut Studi Arus Informasi. Hal. 1 14 diatur. Orang harus melihat pada sistem–sistem masyarakat dimana pers itu berfungsi. Untuk melihat sistem–sistem sosial dalam kaitan yang sesungguhnya dengan pers, orang harus melihat keyakinan dan asumsi dasar yang dimiliki masyarakat itu : hakikat manusia, hakikat masyarakat dan negara, hubungan antar manusia dengan negara, hakikat pengetahuan dan kebenaran. Jadi pada akhirnya perbedaan pada sistem pers adalah perbedaan filsafat. WikiLeaks dilihat dari keberadaannya yang menjunjung tinggi pers bebas, maka dapat dikatakan bahwa WikiLeaks menganut teori libertarian. Teori Libertarian yaitu manusia dipandang sebagai makhluk rasional yang dapat membedakan antara benar dan yang tidak benasr. Pers harus menjadi mitra dalam upaya pencarian kebenaran. Kemudian berkembang pandangan dalam teori ini bahwa pers perlu mengawasi pemerintah. Dari sini atribut pers sebagai The Fourth Estate setelah kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif menjadi umum diterima dalam teori pers libertarian. Oleh karenanya, pers harus bebas dari pengaruh dan kendali pemerintah. 14 Teori libertarian merupakan landasan yang melahirkan ide pers bebas. Dimana kebebasan pers adalah syarat lahirnya demokrasi sejati. Hanya pers bebas yang bisa menyediakan informasi yang diperlukan oleh rakyat. Pemerintah seringkali menggunakan media yang dikendalikannya untuk menyajikan fakta–fakta yang dibelokkan. Tanpa perlindungan terhadap kebebasan pers, pemerintah bisa memaksa media swasta untuk menyiarkan, atau sebaliknya, tidak menyiarkan informasi penting. Media 14 David T. Hill. (2011). Pers di Masa Orde Baru. Jakarta. Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan LSPP. Hal. 27 15 yang bebas menjamin bahwa pemerintah akan mewakili kepentingan rakyat dan rakyat bisa menuntut pertanggungjawaban dari pemerintah. Setiap manusia memiliki hak untuk memperoleh informasi akurat soal pemerintahannya, pemerintah lain, dan keadaan dunia. Sama pentingnya dengan media yang bebas bertindak sebagai pengawas pemerintah dengan tetap menjaga integeritas ekonomi bangsa dan mencatat secara akurat tindakan pemerintah di luar negeri. Meskipun bagi sebagian orang informasi mengenai negara lain hanyalah sebuah informasi yang tidak berarti bagi mereka, tetapi bagi negara tersebut informasi mengenai tindak tanduk pemerintahnya adalah apa yang menjadikan mereka sebagai masyarakat yang lebih baik dan lebih bebas. E. METODE PENELITIAN 1. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskritif analitis, yaitu metode yang digunakan untuk mendefinisikan fenomena yang ada dan membahas realita yang ada serta berkembang dewasa ini kendati yang setuju pada pencarian alternatif untuk membahas permasalahan yang dihadapi. Metode deskritif analitis menggambarkan, mengklarifikasi, menelaah, serta menganalisis fenomena yang ada didasarkan atas pengamatan dari beberapa kejadian dalam masalah yang bersifat aktual di tengah realita yang ada untuk menggambarkan secara rinci fenomena sosial tertentu, serta berusaha memecahkan masalah dalam prakteknya 16 tidak sebatas pengumpulan dan penyusunan data, melainkan meliputi juga analisis dari interprestasi data-data tersebut. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan mencari data-data dari kepustakaan buku, informasi-informasi berdasarkan penelaah literatur atau referensi baik yang bersumber dari artikel-artikel, majalah, surat kabar, jurnal, buletin-buletin, internet maupun catatan-catatan penting mengenai hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang di teliti oleh penulis. 3. Jenis Data Jenis data yang penulis gunakan adalah data sekunder. Data sekunder yang diperoleh dari berbagai literatur pustakaan yang membahas mengenai Amerika Serikat dan WikiLeaks. 4. Analisis Data Metode analisis yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah penerapan analisa kualitatif. Dimana metode analisis kualitatif adalah untuk menjelaskan data yang bersifat kualitatif yang tidak berbentuk keangkaan. Adapun angka–angka statistik digunakan sebagai penunjang dari fakta–fakta yang dipaparkan. 17