BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kontestasi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kontestasi berasal dari kata dasar kontest. Dalam Kamus Besar
Bahasa
Indonesia disebutkan artinya sebagai kata benda,
yaitu
perlombaan. Kamus Oxford 2005 menyebutkan makna kata contest
sebagai kata benda yang artinya an event in which people compelete
supremacy. Apabila diterjemahkan adalah suatu ajang atau perlombaan
dimana terjadi adu kekuatan atau keunggulan. 1 Kata ini pula yang dapat
mewakili fenomena yang terjadi antara Amerika Serikat sebagai aktor
negara dengan WikiLeaks sebagai aktor non-negara dalam kebebasan
informasi yang menjadi kekuatan aktor-aktor tersebut.
Kebebasan informasi di masa sekarang ini dianggap sebagai hal yang
patut untuk diperbincangkan oleh aktor-aktor hubungan internasional, baik
itu aktor negara maupun non-negara. Kebebasan informasi yang lahir dari
ide pers bebas saat ini dianggap sebagai suatu ancaman bagi beberapa
negara, termasuk Amerika Serikat. Amerika Serikat adalah negara
demokrasi yang sangat mendukung adanya ide pers bebas. Namun,
ternyata pada kenyataan yang terungkap di publik bahwa ternyata negara
ini tidak sepunuhnya mendukung pers bebas. Dalam beberapa kasus yang
terjadi di Amerika Serikat yang melibatkan negara dan pers akan
mengalami proses persaingan yang sengit. Sebut saja kasus Watergate.
1
M. Rafiquddin Ahsan. (30 Desember 2010). Kontestasi Dalam Tayangan Infortainment Televisi
Swasta. Retrieved from http://blog.umy.ac.id/afiq/wp-admin/about.php
1
Watergate adalah skandal politik yang paling terkenal dalam sejarah
Amerika. Peristiwa yang tadinya nampak seperti pencurian biasa dan tidak
berbahaya di bulan Juni 1972 akhirnya berujung pada mundurnya Presiden
Richard Nixon. Skandal itu juga mengungkapkan berbagai aktifitas
pengintaian politik, sabotase dan penyuapan. Pada tanggal 17 Juni 1972
lima laki-laki ditangkap ketika sedang memasang alat penyadap di
perkantoran Komite Nasional Partai Demokrat. Insiden yang terjadi saat
kampanye pemilihan sedang berlangsung di tahun tersebut, setelah
diselidiki ternyata dilakukan oleh sejumlah anggota kelompok pendukung
Nixon, Komite untuk Pemilihan Kembali Presiden.2
Dua pencuri dan dua orang lain yang ikut serta divonis bersalah bulan
Januari 1973, namun banyak orang, termasuk hakim yang memimpin
sidang itu John Sirica, menduga ada sebuah konspirasi yang mencapai
sejumlah pejabat tinggi di pemerintahan. Peristiwa itu berubah menjadi
skandal yang lebih luas ketika salah seorang pencuri yang divonis
bersalah, yang dihukum berat karena menolak mengungkapkan informasi
soal skandal itu, menulis kepada hakim Sirica dan menyatakan ada upaya
tutup mulut besar-besaran. Senat akhirnya meluncurkan penyelidikan yang
melibatkan sejumlah tokoh politik besar termasuk mantan jaksa agung
John Mitchell dan kepala penasehat Gedung Putih John Ehrlichman dan
HR Haldeman.3
2
3
M. Mufidz. (2008). Skandal Watergate 1972-1974. Jakarta. Institut Studi Arus Informasi. Hal. 1
Ibid, hal. 37
2
Dua wartawan surat kabar Washington Post, Bob Woodward dan Carl
Bernstein memainkan peranan penting dalam memusatkan perhatian
kepada skandal itu dibantu oleh informasi penting dari informan misterius
mereka. Woodward dan Bernstein banyak menulis berita ekslusif
mengenai skandal Watergate yang akhirnya membuat catatan sejarah pada
bulan April 1974, Nixon tunduk kepada tekanan publik dan menerbitkan
sebagian catatan pembicaraannya yang direkam sehubungan dengan
Watergate. Namun hal itu tidak menghentikan merosotnya dukungan bagi
pemerintahannya, ataupun persepsi publik bahwa dia ikut serta dalam
konspirasi itu.
Bulan Juli di tahun yang sama, Mahkamah Agung memerintahkan
Nixon agar menyerahkan semua kaset rekaman pembicaraannya mengenai
skandal itu. Sementara itu, Komite Hukum Konggres telah menyelesaikan
penyelidikannya dan meloloskan tiga poin impeachment terhadap Nixon.
Tanggal 5 Agustus Nixon memberikan catatan tiga rekaman pembicaraan.
Dia mengakui bahwa dirinya mengetahui adanya upaya untuk menutupnutupi tidak lama setelah peristiwa Watergate dan bahwa dia mencoba
menghentikan penyelidikan FBI. Empat hari kemudian, dia menjadi satusatunya Presiden Amerika yang mengundurkan diri dari jabatannya dan
kemudian digantikan oleh Wakil Presiden Gerald Ford.
Kasus yang sama baru-baru saja terjadi yaitu kasus JSTOR.com yang
berujung pada kematian seorang jenius internet bernama Aaron Swartz.
Aaron Swartz adalah tokoh yang senantiasa mendukung kebebasan
3
informasi yang dia tunjukkan melalui situs miliknya, yaitu reddit.com
yang menyediakan konten beragam dari jutaan laman di internet dengan
gratis, bukan hanya dari media mainstream, melainkan juga dari berbagai
blog pribadi. Bahkan, informasi yang disiarkan reddit.com kadang kala
jauh lebih cepat daripada media besar seperti pada kasus penembakan
massa di Colorado dengan terdakwa mantan mahasiswa PhD James
Holmes.4
Kampanye kebabasan informasi yang senantiasa di serukan oleh
Aaron Swartz berujung pada saat Aaron meretas sebuah situs yang
menyediakan jurnal akademis di situsnya yang bernama JSTOR.com.
Semua orang yang mengakses situs JSTOR.com ini akhirnya bisa
menikmati jurnal akademik ini secara gratis. Hal yang dianggap sebagai
tindakan
kriminal dan
melanggar
hak
kekayaan intelektual
ini
mengakibatkan Aaron Swartz dituntut hukuman penjara hingga 35 tahun
dan denda US$1 juta, karena tidak sanggup menerima kenyataan ini
akhirnya Aaron Swartz bunuh diri.
Beberapa contoh kasus diatas cukup membuat kita bertanya-tanya
mengenai kebenaran dukungan Amerika Serikat dalam kebebasan pers dan
informasi. Terlebih lagi saat WikiLeaks membocorkan ratusan ribu data
rahasia milik negara ini. Sejak tahun 2010 Amerika Serikat merasa
terancam akan hal ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan pernyataan Menteri
Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton yang mengatakan
4
Komalasari. (2013). MIT Selidiki Kasus Bunuh Diri Aaron Swartz. Chip Online id. Retrieved
from http://www.chip.co.id/news/web_internet/4739/mit_selidiki_kasus_bunuh_diri_aaron_swartz
4
“Pengungkapan ini bukan hanya serangan terhadap kepentingan Amerika,
melainkan juga serangan terhadap komunitas internasional.”5
Badan-badan pemerintah federal Amerika Serikat telah mengeluarkan
peringatan, setiap pegawai negeri di negara Amerika yang membaca
bocoran dokumen kawat diplomatik di WikiLeaks bisa dipecat dari
pekerjaannya. Ada juga reaksi beberapa pihak yang menjauhkan diri dari
WikiLeaks.
WikiLeaks merupakan sebuah situs yang terkenal sebagai situs yang
membocorkan dokumen-dokumen rahasia negara maupun perusahan.
WikiLeaks adalah kelompok global independen yang pada mulanya hadir
sebagai proyek dari Sunshine Press, yakni terdiri dari orang-orang yang
berdedikasi tinggi dan memiliki ideologi pers bebas. Sejumlah surat kabar
Amerika Serikat berpendapat bahwa media tidak berkewajiban hukum
untuk mematuhi aturan kerahasiaan yang dirancang untuk diterapkan pada
karyawan pemerintahan, dan sejak dahulu publikasi dokumen-dokumen
rahasia itu menjadi salah satu cara untuk melayani kepentingan umum.6
Kasus WikiLeaks yang baru-baru ini menjadi pemberiatan hangat di
berbagai media massa dunia setidaknya telah membuktikan bahwa sistem
keamanan militer negara adidaya sekelas Amerika Serikat bisa dijebol
dengan mudah. WikiLeaks pertama kali merilis file-file untuk tiga
media, New York Times, Guardian, dan Der Spiegel. Negara Amerika
5
Haris Priyatna. (2011). WikiLeaks: Situs Paling Berbahaya di Dunia. Bandung. PT.Mizan
Pustaka. Hal. 41
6
Anonim. (n.d). About WikiLeaks. Retrieved from http://wikileaks.org/About.html
5
Serikat yang menganut sistem kebebasan jurnalistik sangat kerepotan saat
menghadapi kebocoran informasi tersebut di dunia maya.
Salah satunya yaitu kebocoran tentang jumlah korban perang
Amerika-Irak yang berlangsung dari tahun 2004 – 2009. Situs tersebut
mengatakan bahwa korban perang Amerika-Irak berjumlah 109.032,
terdiri atas 66.081 warga sipil, 23.984 musuh yang dicap sebagai
pemberontak, 15.196 pasukan pemerintah Irak, dan 3.771 pasukan koalisi.
Sebanyak 31 warga sipil meninggal setiap hari selama periode 6 tahun.
Sementara itu, catatan perang Afganistan yang dirilis oleh WikiLeaks, pada
periode yang sama, jumlah kematian sekitar 20.000 orang. Tercatat 5
kematian perhari selama 6 tahun masa pendudukan Amerika di sana.7
Selain itu, situs tersebut juga memberikan informasi tentang beberapa
kekejaman tentara Amerika di Afganistan, Irak, juga komunikasi
diplomatik yang bersubstansi kecurangan politik lainnya. Situs internet
WikiLeaks telah merilis ratusan ribu kawat diplomatik Amerika lewat
beberapa surat kabar internasional, tindakan yang dikecam oleh Gedung
Putih.
Beberapa pengamat internasional menganggap bocornya informasi ini
merupakan sebuah bencana paling besar di bidang informasi. Efeknya
bahkan bisa mengalahkan efek dari serangan WTC karena sebagaian besar
informasi yang dipublikasikana oleh WikiLeaks merupakan informasi yang
sangat rahasia. Efek yang paling terasa secara langsung akibat dari
7
Haris Priyatna, op cit., hal. 67-68
6
bocornya kawat diplomatik ini adalah perubahan dalam pola diplomasi
negara-negara dunia terkait dengan Amerika Serikat bahkan juru bicara
Gedung Putih, Robert Gibbs mengatakan:
“Bocoran ini dapat membahayakan hubungan dengan pemerintah
asing, dan jika substansi percakapan pribadi dicetak di halaman depan
surat kabar di seluruh dunia, itu sangat berdampak tidak hanya bagi
kepentingan kebijakan luar negeri Amerika, tetapi juga bagi sekutu
dan teman-teman kami di seluruh dunia”8
Berbagai dokumen yang dibocorkan menggambarkan bagaimana
persepsi dan rencana rahasia Amerika Serikat terhadap negara-negara di
dunia beserta pemimpinnya. Dalam beberapa surat rahasia itu, presiden
Afganistan digambarkan sebagai seorang paranoid yang terlalu lemah.
Kanselir Jerman, Angela Merkel digambarkan dalam istilah “kanselir
teflon” sebab tak banyak yang menempel padanya serta berbagai sentimen
negatif dan kecurigaan lainnya terhadap pemimpin-pemimpin dunia.9
Di tengah kegemparan dunia akibat bocornya informasi ini, seperti
yang terlihat di beberapa media Indonesia yang mengangkat berita
mengenai WikiLeaks sebagai berita utama. Contohnya Republika Online
yang kerap kali membahas mengenai WikiLeaks misalnya berita yang
berjudul ‘WikiLeaks tentang Pentagon’, ‘Pentangon Nyatakan tak
dihubungi WikiLeaks’ dan berbagai macam artikel lainnya yang terkait
dengan WikiLeaks.
Sebagian besar negara-negara yang terkait dan disebutkan dalam
dokumen-dokumen itu memilih bersikap terlihat tenang. Justru yang
8
9
Ibid, hal. 162-163
Ibid, hal. 35-36
7
terlihat sibuk adalah kemenetrian luar negeri dan kedutaan besar Amerika
Serikat dalam rangka memperbaiki hubungan dan menjelaskan perihal isi
dokumen itu ke pemimpin negara-negara yang disebutkan dalam
pembocoran kawat diplomatik yang dilakukan oleh WikiLeaks. Hal ini
kemudian yang membuat nama WikiLeaks semakin populer. Amerika dan
beberapa negara lain yang menentang keberadaan WikiLeaks akhirnya
mencari cara agar mampu menutup paksa situs asli milik WikiLeaks, yaitu
WikiLeaks.org.
Selain ditutupnya situs WikiLeaks, pemimpinnya pun yang menjadi
direktur sekaligus disebut-sebut sebagai otak dari setiap pembocoran yg
dilakukan WikiLeaks yang bernama Julian Assange menjadi buronan
internasional yang saat ini sedang mengalami persidangan di Swedia atas
sejumlah tuduhan, seperti pemerkosaan terhadap pekerja wanitanya.
Meskipun begitu, banyak yang beranggapan bahwa tuduhan ini hanyalah
rekayasa Amerika Serikat agar bisa menyeret Julian Assange ke Amerika
untuk di eksekusi disana.
Sikap Amerika Serikat sebagai negara yang mengaku mendukung
kebebasan informasi justru malah terlihat begitu menentang keberadaan
WikiLeaks sebagai media yang sama-sama menganut pers bebas patut
menjadi penelitian yang terkait dengan kebebasan informasi. Oleh karena
itu, penulis mengambil judul “Kontestasi Aktor Negara dan Aktor NonNegara Dalam Kebebasan Informasi. Studi Kasus: Sikap Amerika Serikat
Terhadap WikiLeaks.”
8
B. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH
Kebebasan pers dan mengemukakan pendapat merupakan hak azasi
manusia, tapi dalam praktiknya termasuk di negara demokrasi ternyata
masih dibatasi. Menurut Amerika, apa yang dilakukan WikiLeaks sudah
melampaui batas. Perbuatan WikiLeaks, membahayakan keamanan
nasional negaranya. Hubungan diplomatik jadi serba salah dan aparatur
negara yang ternyata terlalu intim dengan dunia usaha. Amerika Serikat
tentu saja ingin mengadili Julian Assange yang berperan dalam
mempublikasikan rahasia negara Amerika Serikat dan informasi sensitif
lain. Sedangkan di sisi lain, WikiLeaks ingin memperoleh haknya sebagai
pers bebas. Oleh karena itu penulis mengajukan pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1. Bagaimana Amerika Serikat menyikapi WikiLeaks dan masalah yang
ditimbulkannya?
2. Bagaimana dampak perdebatan Amerika Serikat dan WikiLeaks
sebagai kontestasi aktor negara dan aktor non-negara?
C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
1.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari usulan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui sikap Amerika Serikat terhadap WikiLeaks dan
masalah yang ditimbulkannya.
9
2. Untuk mengetahui dampak perdebatan Amerika Serikat dan
WikiLeaks sebagai kontestasi aktor negara dan aktor non-negara.
2.
Kegunaan Penelitian
1. Diharapkan
dapat
memberikan
sumbangan
pemikirin
bagi
pengembang studi Hubungan Internasional dan siapa saja yang
mencurahkan perhatiannya pada Hubungan Internasional di masa
akan datang serta untuk penulis sendiri dapat melatih kemampuan
berpikir dan menganalisis suatu permasalahan internasional.
2. Sebagai dedikasi penulis dalam memberikan sumbangsih pemikiran
bagi masyarakat internasional khususnya bagi penganut ide pers
bebas juga bagi bangsa dan negara Indonesia sehingga dapat
dijadikan sebagai bahan referensi dan rujukan bagi mereka yang
membutuhkan.
3. Untuk memenuhi salah satu syarat akademik dalam menempuh
ujian strata-1 (S1) pada Jurusan Hubungan Internasional Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
D. KERANGKA KONSEPTUAL
Dalam
kerangka
pemikiran
ini,
penulis
mencoba
untuk
mengemukakan batasan ilmiah berupa kutipan teori–teori dan konsep dari
para ahli yang ada hubungannya dengan objek yang diteliti yang dapat
dijadikan sebagai landasan untuk menganalisa permasalahan.
10
Hubungan yang terjadi antara Amerika Serikat dan WikiLeaks dapat
dikatakan sebagai fenomena aktor hubungan internasional. Dalam hal ini
Amerika Serikat dikatakan sebagai aktor negara dan WikiLeaks sebagai
aktor non-negara. Dalam hubungan internasional dikenal teori liberalisme
sosiologis yang mengatakan:
Hubungan internasional bukan hanya mempelajari hubungan
pemerintah; tetapi juga mempelajari hubungan antara individu,
kelompok dan masyarakat swasta. Hubungan antara raktyat lebih
kooperatif dibanding hubungan antara pemerintah. Dunia dengan
sejumlah besar jaringan transnasional akan lebih damai. 10
Dari uraian teori diatas dapat disimpulkan bahwa aktor dalam
hubungan internasional bukan hanya negara, tetapi terdapat juga aktor
non-negara yang memiliki peran penting dalam jaringan transnasional.
WikiLeaks sebagai kelompok global independen termasuk dalam aktor
non-negara yang mewadahi orang-orang berdedikasi tinggi dengan ide
pers bebasnya mulai mempengaruhi ideologi pers bebas dunia termasuk
Amerika Serikat yang disebut-sebut sebagai negara yang menjujung tinggi
kebebasan informasi. WikiLeaks hadir sebagai aktor penting dalam
kebebasan informasi dan kebebasan pers yakni sebagai instrumen yang
berguna dalam memberikan ‘kebenaran’ di setiap informasinya. Dalam
teori hubungan internasional dikenal teori liberalisme interdependensi
yaitu:
Modernisasi meningkatkan tingkat interdependensi di antara
negara-negara. Aktor-aktor transnasional semakin penting,
kekuatan militer adalah instrumen yang kurang berguna, dan
kesejehteraan, bukan keamanan, adalah tujuan dominan negara10
Robert Jackson, Georg Sorensen. (1999). Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta.
Pustaka Pelajar. Hal. 144
11
negara. “Interdependensi kompleks” menunjukkan suatu dunia
hubungan internasional yang lebih damai.11
Fenomena WikiLeaks ini menyadarkan kita seberapa dalam kemajuan
jaringan internet telah mentransformasikan dunia politik kontemporer dan
memberikan ilham bagi gerakan sosial yang berdimensi global berakibat
lokal, atau sebaliknya, berdimensi lokal berakibat global. Kemajuan
tekhnologi
informasi,
khususnya
sistem
jaringan
komputer,
dan
kebergantungan kita padanya, bersama dengan globalisasi ekonomi,
politik, ternyata secara tidak sadar sedang mengubah sifat dasar perang
informasi.
Fenomena WikiLeaks ini memperkuat argumen yang hidup di
kalangan para pengkaji gerakan budaya dan politik kontemporer yang
melihat bangkitnya peran aktor non-negara di pentas politik global.
WikiLeaks sebagai aktor transnasional memiliki peran penting dalam
kebebasan informasi dan pers yang dapat mengubah hubungan kerjasama
aktor-aktor internasional dikarenakan senantiasa memberikan informasi
rahasia yang terkait sebuah negara atau perusahaan tertentu.
Kebocoran informasi ini tentu saja berawal dari ide pers bebas milik
WikiLeaks. Ide pers bebas mulai bermunculan seiring dengan lahirnya
demokrasi. Hak pers untuk secara bebas menerbitkan, mengemukakan
pendapat, mengkritik, dan memberikan informasi adalah prinsip dasar
demokrasi. Demokrasi sebagai suatu sistem telah dijadikan alternatif
dalam berbagai tatanan aktivitas bermasyarakat dan bernegara di beberapa
11
Ibid, hal. 177
12
negara termasuk memberikan ruang bagi media massa yang bebas untuk
menjalankan fungsi persnya.
Salah satu konsep dari sistem negara yang yang demokrasi menurut
Huntington (2008), yaitu
adanya peran media massa yang bebas. Hal yang terkait erat
dengan hak publik untuk tahu adalah dengan media massa yang
bebas, yaitu surat kabar, televisi, radio dan media baru yang bisa
menginvestigasikan jalannya pemerintahan dan melaporkannya
tanpa takut adanya penuntutan dan hukuman.12
Media massa sekarang kini telah masuk dalam arus globalisasi yang mana
media massa bersifat universal dan tiada mengenal batas wilayah dan
hukum suatu negara. Jenis dan fungsinya juga semakin canggih
sehubungan dengan perkembangan arus modenisasi dan tekhnologi pada
masa kini. Media sebaran sudah dianggap sesuatu yang lazim yang selaras
dengan kemajuan masyarakat manusia modern.
Media massa merupakan pilar keempat setelah eksekutif, legilslatif
dan yudikatif dalam sistem negara yang menganut demokrasi. Kebebasan
pers bisa hidup bukan saja karena dimodifikasi menjadi hukum. Pers bebas
hidup dan berkembang karena rakyat menghargainya. Masyarakat
menghargai kebebasan pers karena pers bebas memang peranan besar
dalam pembentukan bangsa dan mengangkat bangsa keposisinya sebagai
pemimpin dunia dalam demokrasi dan hak asasi manusia.
Saat ini kebabasan pers berkembang dengan baik seiring berjalannya
demokrasi. Media yang bebas dan bertanggung jawab berpengaruh positif
12
Budiman S. Hartoyo. (2008). Pers Bebas dan Tanggung Jawab Wartawan. Wordpress.
Retrieved from http://budimanshartoyo.wordpress.com/2008/01/19/pers-bebas-dan-tanggungjawab-wartawan/
13
dinegara manapun termasuk dinegara demokrasi baru. Pers bebas penting
dalam mewujudkan pemerintahan yang stabil dan demokratis.
Dukungan Amerika Serikat untuk pers bebas berakar pada keyakinan
bahwa pemahaman yang lengkap dan menyeluruh soal pemerintahan di
dalam negeri dan di dunia akan membantu rakyat memilih sendiri institusi,
kebijakan, dan praktek–praktek yang mempertahankan serta melindungi
hak–hak sipil dasar dan hak asasi manusia.
Hal ini sesuai dengan isi dari amandemen pertama konstitusi Amerika
Serikat (Bill of Rights) mengenai kebebasan berbicara (freedom of speech)
yaitu:
Kongres tidak membuat hukum yang mengatur tentang agama, atau
melarang kebebasan menjalankan ibadah, atau membatasi
kebebasan berbicara , atau kebebasan pers, atau hak rakyat untuk
berkumpul secara damai, dan untuk mengajukan petisi atas keluhan
terhadap pemerintah.13
Mendorong kebebasan pers adalah soal mendorong kebebasan
manusia. Rakyat harus melek informasi untuk bisa memainkan peran aktif
dalam perpolitikan negaranya. Bahkan hal yang sederhana sekalipun
seperti mencoblos dalam pemilu, akan menjadi sulit apabila informasinya
kurang. Pers bebas menyampaikan informasi mengenai para pemimpin,
kebijakan negara lain, dan bahkan praktek – praktek bisnis perusahaan.
Pers selalu mengambil bentuk dan warna struktur–struktur sosial
politik di dalam mana pers beroperasi. Pers mencerminkan sistem
pengawasan sosial dengan mana hubungan antara orang dan lembaga
13
Stanley (ed). (2006). Mencari Media Yang Bebas Dan Bertanggung Jawab. Jakarta. Institut
Studi Arus Informasi. Hal. 1
14
diatur. Orang harus melihat pada sistem–sistem masyarakat dimana pers
itu berfungsi. Untuk melihat sistem–sistem sosial dalam kaitan yang
sesungguhnya dengan pers, orang harus melihat keyakinan dan asumsi
dasar yang dimiliki masyarakat itu : hakikat manusia, hakikat masyarakat
dan negara, hubungan antar manusia dengan negara, hakikat pengetahuan
dan kebenaran. Jadi pada akhirnya perbedaan pada sistem pers adalah
perbedaan filsafat. WikiLeaks dilihat dari keberadaannya yang menjunjung
tinggi pers bebas, maka dapat dikatakan bahwa WikiLeaks menganut teori
libertarian.
Teori Libertarian yaitu manusia dipandang sebagai makhluk
rasional yang dapat membedakan antara benar dan yang tidak
benasr. Pers harus menjadi mitra dalam upaya pencarian kebenaran.
Kemudian berkembang pandangan dalam teori ini bahwa pers perlu
mengawasi pemerintah. Dari sini atribut pers sebagai The Fourth
Estate setelah kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif menjadi
umum diterima dalam teori pers libertarian. Oleh karenanya, pers
harus bebas dari pengaruh dan kendali pemerintah. 14
Teori libertarian merupakan landasan yang melahirkan ide pers bebas.
Dimana kebebasan pers adalah syarat lahirnya demokrasi sejati. Hanya
pers bebas yang bisa menyediakan informasi yang diperlukan oleh rakyat.
Pemerintah seringkali menggunakan media yang dikendalikannya untuk
menyajikan fakta–fakta yang dibelokkan. Tanpa perlindungan terhadap
kebebasan pers, pemerintah bisa memaksa media swasta untuk
menyiarkan, atau sebaliknya, tidak menyiarkan informasi penting. Media
14
David T. Hill. (2011). Pers di Masa Orde Baru. Jakarta. Yayasan Pustaka Obor Indonesia
dan LSPP. Hal. 27
15
yang bebas menjamin bahwa pemerintah akan mewakili kepentingan
rakyat dan rakyat bisa menuntut pertanggungjawaban dari pemerintah.
Setiap manusia memiliki hak untuk memperoleh informasi akurat soal
pemerintahannya, pemerintah lain, dan keadaan dunia. Sama pentingnya
dengan media yang bebas bertindak sebagai pengawas pemerintah dengan
tetap menjaga integeritas ekonomi bangsa dan mencatat secara akurat
tindakan pemerintah di luar negeri. Meskipun bagi sebagian orang
informasi mengenai negara lain hanyalah sebuah informasi yang tidak
berarti bagi mereka, tetapi bagi negara tersebut informasi mengenai tindak
tanduk pemerintahnya adalah apa yang menjadikan mereka sebagai
masyarakat yang lebih baik dan lebih bebas.
E. METODE PENELITIAN
1. Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskritif analitis,
yaitu metode yang digunakan untuk mendefinisikan fenomena yang ada
dan membahas realita yang ada serta berkembang dewasa ini kendati yang
setuju pada pencarian alternatif untuk membahas permasalahan yang
dihadapi. Metode deskritif analitis menggambarkan, mengklarifikasi,
menelaah, serta menganalisis fenomena yang ada didasarkan atas
pengamatan dari beberapa kejadian dalam masalah yang bersifat aktual di
tengah realita yang ada untuk menggambarkan secara rinci fenomena
sosial tertentu, serta berusaha memecahkan masalah dalam prakteknya
16
tidak sebatas pengumpulan dan penyusunan data, melainkan meliputi juga
analisis dari interprestasi data-data tersebut.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan,
yaitu teknik pengumpulan data dengan mencari data-data dari kepustakaan
buku, informasi-informasi berdasarkan penelaah literatur atau referensi
baik yang bersumber dari artikel-artikel, majalah, surat kabar, jurnal,
buletin-buletin, internet maupun catatan-catatan penting mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang di teliti oleh penulis.
3. Jenis Data
Jenis data yang penulis gunakan adalah data sekunder. Data sekunder
yang diperoleh dari berbagai literatur pustakaan yang membahas mengenai
Amerika Serikat dan WikiLeaks.
4. Analisis Data
Metode analisis yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah
penerapan analisa kualitatif.
Dimana metode analisis kualitatif adalah
untuk menjelaskan data yang bersifat kualitatif yang tidak berbentuk
keangkaan. Adapun angka–angka statistik digunakan sebagai penunjang
dari fakta–fakta yang dipaparkan.
17
Download