BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah

advertisement
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak
pulau dan dihuni berbagai suku. Kita tahu betapa besar, luas, dan
beragamnya negara ini sehingga membuat bangsa ini sangat kaya,
baik dari hasil bumi, laut, hingga ragam budayanya. Indonesia
memiliki keanekaragaman yang sangat berlimpah dan salah satunya
adalah keragaman budaya dari masyarakat yang ada, dimana
masing-masing
unsur
budaya
muncul
sebagai
identitas
dan
keanekaragaman budaya masing-masing daerah.
Keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia merupakan
sebuah kekayaan yang sangat berharga dengan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya. Kebudayaan menurut Koentjaraningrat
adalah proses dari cara hidup sebuah masyarakat
dalam rangka
kehidupan atau sebuah tindakan dalam membentuk sistem gagasan,
hasil karya manusia yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar. 1 Kondisi dan situasi yang ada membuat masyarakat belajar
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta, 2000), 179-180.
1
2
untuk menyikapi apapun yang terjadi di sekitarnya termasuk dalam
pembentukan dan mempertahankan kebudayaan mereka.
Terdapat banyak sekali jaringan-jaringan yang kompleks dalam
membentuk sebuah kebudayaan. Merujuk dari Pratik Hari Yuwono
yang mengutip Bambang S. Mintargo bahwa:
“keduanya (masyarakat dan kebudayaan) berhubungan erat
sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada masyarakat tanpa
kebudayaan dan sebaliknya kebudayaan tidak mungkin ada
tanpa masyarakat yang mempertahankannya”. 2
Merujuk dari tulisan di atas hubungan kedua hal tersebut sangat
memungkinkan
adanya
hubungan
timbal
balik
yang
saling
menguntungkan.
Hubungan tersebut erat kaitannya dengan kondisi masyarakat
dalam sebuah kebudayaan. Peradaban atau masa waktu tertentu
sangat berperan dalam menentukan perubahan-perubahan termasuk
perubahan dalam suatu kebudayaan. Peradaban identik dengan
penyebutan masyarakat yang mempunyai sitem teknologi, ilmu
pengetahuan, seni, dan sistem kenegaraan maju dan kompleks 3.
Masing-masing
individu
dalam
masyarakat
mempunyai
cara
Pratik Hari Yuwono, “Perkembangan
Kesenian Gendang Bele’q dan
Fungsinya dalam Prosesi Nyongkolan pada Masyarakat Sasak Lombok Propinsi
Nusa Tenggara Barat”. Tesis Universitas Gadjah Mada, 2010, 3.
3
Koentjaraningrat, 2000, 182.
2
3
tersendiri dalam usaha memberi kontribusi, mengembangkan, dan
mempertahankan sebuah kebudayaan.
Cara dalam mengembangkan dan mempertahankan sebuah
budaya coba dilakukan oleh Singgih Sanjaya dengan melakukan
proses kreatif dalam bidang seni, khususnya musik. Perilaku yang
dilakukan oleh Singgih Sanjaya merupakan bagian dari bukti adanya
perubahan dalam seni yang merupakan salah satu unsur dalam
kebudayaan 4. Hasil dari perilaku kreatifnya berupa sebuah karya
musik yang diberi judul Nyanyian Negeriku.
Nyanyian Negeriku merupakan karya musik untuk format
paduan suara dan orkestra. Tetapi di dalamnya mengusung materi
lagu daerah yang beragam sehingga dapat mengimplementasikan
kekayaan budaya nusantara, khususnya bidang musik. Lagu daerah
merupakan lagu yang berada di daerah atau wilayah tertentu dengan
menggunakan bahasa di mana lagu tersebut ada yang merujuk pada
tempat di daerah-daerah Indonesia. 5 Lagu daerah yang ada dalam
Nyanyian
Negeriku
Darussalam),
adalah
Gundhul-Gundhul
Bungong
Pacul
Jeumpa
(Jawa
(Nangro
Tengah),
Aceh
Dayuang
Palinggam (Minangkabau), Don Dap Dape (Bali), Ondhe-Ondhe (Jawa
Tengah), Pakarena (Sulawesi Selatan), Paris Berantai (Kalimantan
4
5
Koentjaraningrat, 2000, 204.
Pono Banoe, Kamus Musik (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003), 234.
4
Selatan), Gunung Salahutu (Maluku), dan Yamko Rambe Yamko
(Papua).
Lagu rakyat atau lagu daerah merupakan bagian dari folklore ,
seperti penjelasan Purwadi yang merujuk dari buku Dictionary of
Anthropology bahwa folklore adalah
“the common orally transmitted traditions, myths, festifal, songs,
superstition and of all peoples, floklore has come to mean all kind
of oral artistic expresison. It may be found in societies. Originally
folklore was the study of the curiousities”. 6
Kata songs dalam penjelasan di atas dapat diartikan bahwa lagu
merupakan bagian dari folklore yang dihasilkan dan dimiliki oleh
masyarakat tradisional secara kolektif. 7 Pada hakikatnya folklore
merupakan
identitas
lokal
masyarakat
tradisional
yang
yang
terdapat
berfungsi
dalam
sebagai
kehidupan
pembentukan
solidaritas sosial. 8
Hal yang menarik dari Singgih Sanjaya adalah di mana ia
mengolah materi folklore yaitu lagu daerah ke dalam medium musik
Barat yaitu paduan suara dan musik orkestra. Selanjutnya ia juga
memberi sentuhan musik etnik ke dalam Nyanyian Negeriku. Musik
etnik
dalam
hal
ini
dipahami
sebagai
bentuk
perilaku
pengorganisasian bunyi dari ekspresi budaya suatu kelompok (etnik)
6
Purwadi, Folklor Jawa (Yogyakarta: Pura Pustaka, 2009), 1.
Purwadi, 2009, 1.
8 Purwadi, 2009, 2-3.
7
5
tertentu dengan melibatkan berbagai sumber bunyi seperti alat
musik hingga teknik permainan dan cita rasa yang khas dari suatu
kelompok. 9 Tentu terkait keberadaan musik etnik itu sendiri tidak
terlepas dari interaksi masyarakat, di mana interaksi tersebut
cenderung dinamis dengan konteks masyarakat yang melingkupi. 10
Sifat dinamis dalam masing-masing material seperti lagu
daerah dan musik orkestra membuat celah dan ruang untuk
terjadinya sebuah proses kreatif. Nampaknya celah tersebut diambil
oleh Singgih Sanjaya untuk melakukan pemindahan sembilan lagu
daerah ke dalam Nyanyian Negeriku sebagai perilaku kreatifnya.
Perilaku tersebut dapat dikatakan sebagai bagian dari proses
transformasi
karena
terjadi
sebuah
proses
perubahan
dan
pemindahan dari bentuk satu ke dalam bentuk lain yang dianggap
mapan 11. Perubahan dan pemindahan terjadi dalam proses kreatif
yang dilakukan oleh Singgih dalam membuat karya musik. Peristiwa
dalam
proses
penggarapan
karya
baik
latarbelakang,
hingga
dinamika distribusi dan penggunaan karya menurut hemat penulis
merupakan bagian penting dan menarik.
Lono Simatupang, Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni-Budaya
(Yogyakarta: Jalasutra, 2013), 40.
10
Lono Simatupang, 2013, 39.
11
Agus Sachari dan Yan Yan Sunarya, Desain dan Dunia Kesenirupaan
Indonesia dalam Wacana Transformasi Budaya (Bandung: Penerbit ITB Bandung,
2001), 79.
9
6
Singgih Sanjaya dengan proses kreatifnya telah mengambil ide
dan gagasan dari folklore seperti lagu daerah untuk dipindahkan ke
dalam media musik Barat yaitu paduan suara dan orkestra. Perilaku
kreatif dari Singgih kiranya merupakan bentuk perilaku kesigapan
dalam menghasilkan gagasan baru, yaitu sebuah gagasan yang
muncul tanpa harus mengenal dan menguasai suatu budaya, untuk
hal ini menguasai lebih dalam mengenai folksongs seperti lagu-lagu
daerah. 12 Lantas kemudian hal tersebut dikombinasikan dengan
modal yang dimiliki oleh Singgih Sanjaya dalam proses kreatifnya,
yaitu keilmuan musik Barat.
Singgih
Sanjaya
dalam proses kreatif ini
menggunakan
pendekatan dari metode dan keilmuan musik Barat yaitu aransemen.
Aransemen adalah proses gubahan lagu untuk orkestra atau
kelompok paduan musik, baik vokal maupun instrumental.13 Melihat
metode
aransemen yang dilakukan oleh Singgih dalam proses
kreatifnya, nampak terjadi perpindahan dari satu media ke media
lainnya. Media satu atau semula lebih pada penggunaan lagu daerah
(Timur) yang kemudian dipindahkan (transit) oleh Singgih ke media
satunya yaitu paduan suara dan orkestra (Barat) yang akan memiliki
problematika yang kompleks.
12
13
Jakob Sumardjo, Filsafat Seni (Bandung: Penerbit ITB, 2000), 82.
Banoe, 2003, 30.
7
Sadar ataupun tidak disadari dalam aransemen Nyanyian
Negeriku terdapat percampuran dua budaya, yaitu budaya dari
Nusantara (lagu daerah) dan budaya dari Barat (paduan suara dan
orkestra). Hal tersebut terjadi dari perilaku Singgih yang melakukan
proses kreatif. Proses kreatif yang dilakukan Singgih nampak pada
terjadinya perubahan-perubahan dalam hal musikal yang dapat
dianggap sebagai bentuk perubahan di salah satu pilar budaya, yaitu
seni
yang
memiliki
berbagai
variasi 14.
Perubahan
tersebut
merupakan bagian dari perilaku individu untuk mempertahankan
sebuah budaya, karena jika tidak, seperti ungkapan Umar Kayam
akan terjadi pembusukan dalam kebudayaan di masyarakat baik
secara cepat maupun lambat 15.
Nyanyian Negeriku merupakan hasil dari proses kreatif Singgih
yang memindahkan sembilan lagu daerah ke dalam paduan suara
dan orkestra. Proses perpindahan tersebut memungkinkan terjadinya
pergeseran nilai dan makna, hal ini lebih pada penyikapan Singgih di
mana semula dari lagu daerah yang bersifat karya individual menjadi
bentuk medley. Ketika dua materi dipindahkan ke dalam Nyanyian
Negeriku, secara konteks karya ini memiliki nilai-nilai dan estetika
dari dua budaya yang berbeda. Lagu daerah sebagai salah satu dari
14
15
Sachari dan Sunarya, 2001, 81.
Sachari dan Sunarya, 2001, 81.
8
budaya Nusantara memiliki estetika dan nilai-nilai tersendiri. Kiranya
hal di atas yang digunakan Singgih untuk mengambil ide, konsep,
dan gagasan dari lagu daerah untuk dipindahkan ke dalam bentuk
budaya lain yaitu musik barat seperti paduan suara dan orkestra.
Selanjutnya hal yang menarik adalah ketika Nyanyian Negeriku
dipergelarkan atau digunakan oleh berbagai pihak. Tentu akan
banyak fenomena dan fakta yang muncul dalam proses from music
text to performance, dengan arti perpindahan dari teks musik (full
score) ke pergelaran musik. Pergelaran memiliki kesamaan dengan
kata yang dalam bahasa inggris adalah performance. Pergelaran
merupakan peristiwa di mana ada sebuah kelompok yang diberi
nama pemain yang menunjukkan sebuah tontonan dengan perilaku
khusus untuk tujuan ditonton oleh penonton.16 Terkait dengan
perpindahan tersebut, penulis akan mencermati dinamika dan
fenomena yang muncul dari proses from music text to performance.
Tentu kemunculan atas peristiwa musik dalam pergelaran terkait
dengan pertimbangan yang melatarbelakangi salah satu pihak untuk
menggunakan Nyanyian Negeriku.
16
Simatupang, 2013, xxxiii.
9
Berawal dari teks musik ( score 17) yang kemudian berpindah ke
dalam pergelaran merupakan peristiwa menarik bagi penulis dan
peristiwa yang kompleks untuk ditelusuri. Kiranya hal itu yang akan
penulis telusuri dengan menganalisis mengenai alasan memilih
Nyanyian Negeriku untuk dipergelarkan. Score dapat diartikan
dengan partitur atau teks untuk membaca notasi musik yang berisi
notasi dari kumpulan alat musik di orkestra, pada umumnya score
digunakan oleh pemimpin orkestra (baca Kondakter).
Fenomena dalam teks pergelaran tentu sangat menarik untuk
dikupas karena berbagai elemen tidak dapat dilepaskan dengan
elemen lainnya. Hadirnya Nyanyian Negeriku dalam rangkaian
pergelaran merupakan bukan hal yang dapat hadir sendiri, dengan
arti bahwa pemilihan lagu dalam repertoar pergelaran dan hal-hal
mengenai musik membutuhkan agen atau pihak pengguna. Hal itu
turut
berpengaruh
dalam
menentukan
pemimpin
orkestra
(kondakter), pemain musik, sound enginer, dan tata panggung
(artistik). Perbedaan elemen musik seperti musisi dan kondakter
dalam pegelaran terletak ketika proses menafsirkan bunyi dari teks
musik. Dan hal itulah yang menjadi bagian penting dalam penulisan
ini, karena berpengaruh dalam peristiwa bunyi di sebuah pergelaran.
17
Banoe, 2003, 371.
10
B. Rumusan Masalah
Sebuah karya seni yang indah dan memiliki jangkauan yang
luas alangkah baiknya perlu diikuti dengan kajian karya tersebut
secara ilmiah. Penulis memahami bahwa musik tidak hanya diurai
dengan permainan instrumen yang baik dari para musisi dalam
mengekspresikan bunyi untuk disampaikan kepada penikmat musik
saja, tetapi dapat diuraikan secara ilmiah dengan wahana baru yang
kemudian dapat dinikmati oleh siapa saja dengan media membaca.
Berdasarkan
pemaparan
latar
belakang
diatas
dapat
diambil
beberapa permasalahan yang memerlukan sebuah jawaban, dan
permasalahan yang akan dibahas adalah:
1. Bagaimana
eksistensi
sembilan
lagu
daerah
ketika
dipindahkan (transit dan transition) ke dalam aransemen
musik Nyanyian Negeriku?
2. Bagaimana proses perpindahan (transit dan transition)
aransemen musik Nyanyian Negeriku karya Singgih
Sanjaya dari teks musik (full score) ke dua buah
pergelaran?
Dari paparan permasalahan di atas nantinya dapat dijelaskan
jawaban mengenai analisis teks musik dari perilaku Singgih Sanjaya
yang memindahkan ide, gagasan, dan material lagu daerah ke dalam
11
media musik barat yaitu paduan suara dan orkestra. Melalui karya
tersebut analisis akan berfokus pada teks musik untuk melihat
eksistensi
sembilan
lagu
daerah
dalam
media
musik
barat.
Selanjutnya akan menganalisis proses perpindahan dari teks musik
(fullscore) Nyanyian Negeriku ke dalam sebuah pergelaran, dengan
fokus pada variabel dimensi performer seperti kondakter, kostum,
dan musisi. Lantas sebelum menganalisis untuk rumusan masalah
kedua, penulis akan menjabarkan perihal pertimbangan pihak
pengguna karya ketika
menggunakan Nyanyian Negeriku untuk
salah satu repertoar dalam sebuah pergelaran. Dengan hal itu perihal
makna Nyanyian Negeriku dapat terlihat ketika digunakan oleh pihak
tertentu untuk pergelaran tertentu.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang utama dari penelitian tersebut adalah menjawab
pertanyaan dari rumusan masalah, yaitu terjelaskannya eksistensi
lagu daerah yang dipindahkan ke dalam media musik Barat seperti
paduan suara dan orkestra. Selanjutnya penulis dapat memahami
terkait makna dan nilai atas perilaku Singgih Sanjaya yang
memindahkan media satu ke media lain dalam proses kreatifnya,
hingga dalam proses pegelaran dari satu tepat ke tempat lainnya,
penulis juga akan melihat percampuran nilai dari masing-masing
12
unsur musik yang dipindahkan tersebut kemudian dapat dipahami
teks musik sebagai hybrid music.
Melalui penulisan ini, penulis dapat memahami dan terurai
secara jelas tentang pemaknaan oleh pihak-pihak tertentu atas
digunakannya
karya
Nyanyian
Negeriku
dalam
sebuah
acara
tertentu. Penulis berusaha memaparkan penjelasan analisis tentang
proses kreatif dalam Nyanyian Negeriku sebagai bentuk percampuran
nilai dari dua budaya yang berbeda. Proses percampuran tersebut
memberikan dampak terhadap eksistensi karya tersebut baik dari
proses distribusi dan konsumsi musiknya. Nantinya banyak pihak
dapat memaknai karya tersebut sebagai karya yang mencampurkan
dua budaya (hybrid music) dan dapat mencairkan sebuah perdebatan
antara Barat dan Timur.
Penulisan ini dapat menjadi sebuah media informasi, wahana
baru dan dokumentasi bagi kekayaan intelektual dan kebudayaan
yang dimiliki Indonesia. Tulisan ini fokus pada analisis teks musik
dari perilaku Singgih Sanjaya yang memindahkan sembilan lagu
daerah ke dalam paduan suara dan orkestra. Pembacaan berlanjut
pada eksistensi lagu daerah ketika dipindahkan dengan media musik
yang berbeda. Selanjutnya penulis akan mengurai dari teks musik ke
13
peristiwa teks pergelaran yang melihat kemungkinan dari variabel
yang mendukung pergelaran berbeda dari satu dengan yang lainnya.
Musik di era sekarang mempunyai peranan penting dalam sisi
psikologis
pendengarnya.
menyeimbangkan
Melalui
pengalaman
penelitian
inderawi
dari
yang
ini
hal
dapat
biasa
mendengarkan musik kemudian dengan membaca karya ilmiah ini.
Penelitian ini dapat memberikan stimulus positif bagi perkembangan
mentalitas individu dalam menyikapi perubahan dan percampuran
kebudayaan di Indonesia.
D. Tinjauan Pustaka
Untuk
mengetahui
orisinalitas
sebuah
penulisan
sangat
diperlukan sebuah tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka dilakukan
berkaitan dengan objek yang diteliti guna mengetahui informasi dari
sumber-sumber yang sudah ada sehingga meminimalisasi kesamaan
atau pengulangan. Penulisan ini mengacu kepada berbagai sumber
tulisan yang terkait dengan permasalahan yang diangkat dalam
penulisan ini mengenai proses perpindahan material, eksistensi lagu
daerah, pemaknaan karya sebagai bentuk representasi kekayaan
budaya nusantara, hybrid music, dan mengenai from music text to
performance dalam Nyanyian Negeriku, yang merupakan arransemen
14
untuk paduan suara, orkestra, dan musik etnis nusantara karya
Singgih Sanjaya.
Karya ilmiah yang pertama yaitu tesis dari Kusrina Widjajantie
dengan judul “Musik Gambang Semarang sebagai Bentuk Hibrida
Budaya Jawa dan Tionghoa di Kota Semarang” (2012). Secara khusus
di dalam tesis ini pembahasan fenomena hibriditas terjadi pada
bentuk hibrida instrumennya dan bentuk hibrida musikalnya, dan
disajikan juga paparan mengenai pentingnya fungsi musik gambang
Semarang. Setiap fungsi seni sangat erat dengan gejolak dari
pengguna seni, salah satunya musik. Kasus Musik Gambang
Semarang yang dibahas dalam tesis ini mengenai fungsi dapat
digunakan dalam menegaskan bahwa fenomena hibriditas budaya
memiliki perpaduan harmonis dari masing-masing budaya yang
dapat menguatkan fungsi musik gambang Semarang di lingkungan
masyarakat penggunanya.
Tesis selanjutnya yang ditulis oleh Dewi Putri dengan judul
“Talempong
Goyang
dalam
Ranah
Musik
Traditional
Populer
Minangkabau di Sumatera Barat” (2014) yang menguraikan tentang
perubahan dari bentuk inovasi baru kesenian tradisi yaitu Talempong
Goyang. Penulis tesis ini melihat bahwa Talempong Goyang adalah
salah satu seni tradisi yang dianggap murahan yang tidak memiliki
15
nilai-nilai yang lebih. Dengan kemampuan eksplorasi dan inovasi dari
individu
pelaku
yang
memiliki
pengalaman
dan
ketrampilan
aransemen yang kemudian dapat membuat kesenian ini memiliki
nilai dan kualitas yang lebih dari sebelumnya. Dari proses eksplorasi
dan inovasi dapat membuat kesenian tersebut memiliki bentuk
hibridisasi dari dua entitas kuat yaitu tradisional dan global.
Pembacaan penulis terhadap kesenian Talempong Goyang melihat
relasi dari struktur produk karya seni dengan kondisi sosio-kultural
masyarakatnya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sosiologi seni dengan mengadopsi pemikiran Pierre Bourdieu
seperti habitus dan arena.
Selanjutnya, disertasi berjudul “Campursari Gaya Manthous
dalam Industri Musik Jawa dan Budaya Massa” yang ditulis Wadiyo
(2014). Disertasi ini secara umum membahas mengenai campursari
karya Manthous sebagai musik industri yang memiliki celah dalam
mengisi ruang-ruang dalam budaya massa dimana seni budaya lain
juga banyak menempatinya. Dalam tujuannya erat dengan industri
kemudian Manthous melakukan kreasi dalam musik Jawa dengan
memadukan instrumen diatonis. Musik yang ditawarkan adalah
musik Jawa Kreasi dimana dasar kreatifitasnya pada penciptaan
musik yang berbasis struktur gendhing musik gamelan Jawa atau
16
karawitan. Dengan modal kreatifitas tersebut, dalam penelitiannya
Wadiyo menyimpulkan bahwa musik lokal dapat menjadi modal
berkreatifitas untuk mengibur dan mempunyai posisi dan peluang
yang bagus dalam industri yang tidak lepas dari peran publikasi
melalui media massa.
Disertasi
selanjutnya
dengan
judul
“Aktifitas
dan
Perkembangan Orkes Simfoni Jakarta” tulisan Y. Edhi Susilo (2014).
Tulisan ini terfokus pada aktifitas musikal dari Orkes Simfoni
Jakarta. Y. Edhi Susilo, dalam tulisannya menjelaskan sejarah
munculnya
Orkes
Simfoni
Jakarta
beserta
perkembangannya.
Tulisan ini juga menawarkan strategi dalam mengelola orkestra agar
dalam era sekarang orkes tersebut dapat tetap melakukan kegiatan
musikal dan bisa mengikuti perkembangan musik.
Pada penelitian ini penulis mengambil objek materi yaitu
aransemen musik Nyanyian Negeriku karya Singgih Sanjaya. Fokus
penelitian ini lebih pada penekanan fenomena perpindahan dari satu
media (lagu daerah) ke media lain (orkestra dan paduan suara) yang
dilakukan oleh Singgih Sanjaya sehingga dapat dimaknai sebagai
bentuk hybrid dalam sebuah karya musik.
Melalui bentuk hybrid
music dalam karya Nyanyian Negeriku kemudian dapat melihat
sejauh mana eksistensi lagu daerah ketika dipindahkan ke media
17
yang berbeda. Selanjutnya pada pemaknaan atas pagelaran Nyanyian
Negeriku
dari
satu
tempat
ke
tempat
lainnya
dan
peristiwa
perpindahan dari teks musik ke dalam sebuah pergelaran. Sejauh
pengamatan penulis yang merujuk pada tinjauan di atas baik tesis,
disertasi, dan buku-buku dapat dikatakan bahwa penelitian ini
berbeda dengan tinjauan pustaka diatas dengan melihat dari bentuk
kasus dan objek materi yang berbeda.
E. Landasan Teori
Seni dapat dipandang sebagai sebuah media untuk melihat
tingkat
kemajuan
sebuah
peradaban
dari
suatu
kelompok
masyarakat maupun negara. Pengelompokan seni untuk melihat
sebuah
peradaban kelompok tertentu bukan sesuatu hal baru. Di
dalam jagad seni ada dua hal yang tidak berhenti yaitu penciptaan
seni dan pengkajian seni.
Dua
proses tersebut
mempunyai
mekanisme kerja
yang
berbeda-beda, tetapi kadang memiliki tujuan akhir yang sama yaitu
digunakan sebagai media untuk mengurai ketajaman mengolah
sebuah objek seni. Buku tulisan R.M. Soedarsono yang berjudul
Metodologi
Penelitian
Seni
Pertunjukan
dan
Seni
Rupa
(1999)
menjelaskan, bahwa proses penciptaan karya seni dan karya
penelitian merupakan dua kegiatan yang mempunyai esensi yang
18
berbeda. Perbedaan terletak pada prosesnya, di
mana ketika
berkarya, kreativitas merupakan unsur yang paling diandalkan,
sedangkan dalam kegiatan penelitian, ketajaman berfikir, ketajaman
menganalisis, penguasaan teori-teori, dan perbehandaraan referensi
merupakan bekal utama. 18
Penciptaan dan pengkajian seni juga digunaan sebagai objek
pengungkapan ekspresi oleh penciptanya dan penulisnya. Makna dan
nilai yang terkandung dari bentuk-bentuk ekspresi akan berbeda.
Ekspresi adalah sesuatu yang ingin dikeluarkan, dalam seni ekspresi
yang ingin disampaikan tersebut dapat berupa nilai esensi (makna),
nilai kognitif (pengetahuan, pengalaman), dan nilai mediumnya.19
Seperti halnya Nyanyian Negeriku karya Singgih Sanjaya di mana
musik digunakan oleh penciptanya sebagai objek pengungkapan
ekspresi dari sosok penciptanya.
Banyak ekspresi yang ditampilkan dalam karya Singgih ini
sehingga karya tersebut memiliki nilai-nilai yang lebih karena dapat
memberikan eksistensi untuk karya dan penciptanya. Musik orkestra
(Barat) dipadu dengan materi lagu daerah (Timur) menjadi sebuah
perpaduan menarik. Daya tarik teletak pada pengolahan kedalaman
R.M. Soedarsono, Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa
(Bandung: MSPI, 2001), v.
19 Sumardjo, 2000, 73-74.
18
19
karya musik yang saling mengisi antara kekhasan budaya Barat dan
Timur seakan-akan sedikit melupakan kesengitan perdebatan antara
Barat dan Timur.
Perubahan dan perpindahan dari satu budaya dengan budaya
lain dalam konteks sekarang banyak terjadi di mana proses
perpindahan dan perubahan tersebut memungkinkan terjadinya
perpaduan. Kasus perpaduan yang terjadi dalam Nyanyian Negeriku
merupakan dampak dari perpindahan lagu-lagu daerah ke formasi
paduan suara dan orkestra. Materi dasar yaitu lagu daerah yang
dipilih oleh Singgih memiliki perbedaan dari letak lokasi (geografis)
daerah dan pada pemaknaan lagu. Kiranya menjadi problem
tersendiri dalam penggarapan aransemen ini, di mana Singgih
memposisikan masing-masing material ini baik secara ide dan
konsep untuk menjadi satu kesatuan dalam bahasa musik.
Singgih memposisikan lagu daerah sebagai materi dasar karya
tersebut yang kemudian diolah secara kreatif dengan memindahkan
ke paduan suara dan orkestra. Menurut penulis hal itu merupakan
satu problem yang perlu diurai dan dianalisis secara detail. Untuk
menganalisis
proses
perpindahan
material
tersebut
penulis
menggunakan konsep teoritis dari Maruska Svasek yaitu transit dan
transition. Penggunaan konsep teori dari Maruska Svasek untuk
20
melihat proses-proses perpindahan material dari satu tempat ke
tempat lain dengan dinamika perubahan pemaknaan dan nilainilainya.
Svasek,
dalam
bukunya
Anthropology,
Art
and
Cultural
Production, menjelaskan bahwa seni ada dalam sebuah masyarakat
sebagai kategori yang universal. 20
Paparan di atas berati proses
kreatif yang ada dalam seni merupakan bagian dari proses universal
di masyarakat. Dinamika perubahan yang terjadi dari perilaku
individu yang sedang memproduksi karya juga termasuk dalam
konsep yang ditawarkan oleh Svasek. Buku dari Svasek fokus pada
konsep di mana seni diproduksi secara natural dengan cara
identifikasi faktor-faktor berbeda di dalam pengalaman individu
untuk memahami. 21
Dinamika dari proses produksi karya tidak terlepas dari
strategi-strategi proses kreatif, seperti yang dilakukan oleh Singgih.
Nyanyian Negeriku memiliki dua materi kuat sebagai formula yang
dipilih oleh Singgih yaitu meliputi lagu daerah yang diaransemen ke
dalam format paduan suara dan orkestra. Analisis akan bermula dari
proses perpindahan material tersebut, dengan menggunakan konsep
20
Maruska Svasek, Anthropology, Art and Cultural Production (London: Pluto
Press, 2007), 3.
21
Svasek. 2007, 4.
21
dari Svasek yaitu transit dan transition. Konsep tersebut digunakan
oleh penulis untuk melihat proses perpindahan dalam proses kreatif
karya
musik.
Svasek
menjelaskan
konsep
tersebut
untuk
mengeksplorasi objek dalam proses produksi yang tidak terlepas dari
dinamika sosial, dan menjelaskan konsep transit dan transition
sebagai berikut:
“Transit records the location or movement of objects
overtime and across social or geographic boundaries, while
transition analyses how to meaning, value and status of
those objects, as well as how people experience them, is
change by that process”. 22
Konsep di atas menjelaskan bahwa transit lebih cenderung
pada perpindahan secara geografis dengan melewati batas-batas
geografisnya hingga batas-batas sosialnya. Transisi lebih kepada
analisis perubahan yang ada dalam nilai dan pemaknaan dari karya
seni yang menjadi objek. Melalui konsep dari Svasek diatas arah
analisis awal akan berangkat dari proses perpindahan satu material
ke material lain dan tentang produksi nilai dan makna dari Nyanyian
Negeriku. Produksi nilai dan makna yang terkadung dalam karya
tersebut bermula ketika materi satu dipindahkan dari satu tempat ke
tempat lain, dari media satu ke media lain, bagaimana pemakanaan
22
Svasek. 2007, 4.
22
dan nilai yang terkadung, dan perilaku yang seperti apa yang
digunakan untuk memproduksi makna dan nilai.
Selanjutnya konsep dari Svasek digunakan untuk melihat dari
peristiwa bunyi dalam pagelaran Nyanyian Negeriku yang ditampilkan
oleh pihak tertentu dengan konteks acara yang berbeda. Hal tersebut
melihat dari distribusi teks musik (full score) yang sama, kemudian
diurai oleh pemain musik dan pemimpin orkestra yang berbeda.
Dinamika yang berbeda dalam teks pergelaran atas teks musik yang
sama akan diurai dengan konsep transit dan transition dari Svasek.
Teks musik sebagai hasil proses kreatif Singgih Sanjaya pada
hakikatnya merupakan kumpulan dari berbagai teks yang ada,
sehingga modal yang diambil dalam membentuk teks tidak hanya
mediumnya
saja
tetapi
apa
yang
terkandung
di
dalamnya. 23
Selanjutnya untuk menganalisis perilaku kreatif yang menggunakan
metode ilmu musik barat akan digunakan disiplin musikologi dengan
fokus pada analisis teks musikal. Teks musik Nyanyian Negeriku
merupakan hasil dari penciptaan musik dengan cara aransemen
dengan arti bahwa individu mengambil potongan musik (lagu daerah)
kemudian diatur secara struktural dengan pengelompokan dalam
23
Sapardi Djoko Damono. Alih Wahana (Indonesia: Editum, 2012), 5.
23
instrumen dan bunyi tertentu. 24 Analisis bermula dari melihat teks
sebagai: (1) bentuk tindakan komposisi 25 yang menciptakan bentuk
baru sebagai pengembangan atas modal dasar (lagu daerah): (2)
tindakan aransemen sebagai bentuk pemindahan dengan melakukan
adaptasi terhadap instrumen dan bunyi yang berbeda dari modal
awal (lagu daerah); (3) kemudian tindakan orkestrasi 26 sebagai
bentuk pemilihan instrumen untuk digunakan dalam karya musik. 27
Singgih
menggunakan
metode
ilmu
musik
barat
yaitu
aransemen dalam proses kreatifnya, di mana terjadi pertemuan
antara dua material yang berbeda. Pertemuan dari kedua modalmodal dalam perpindahan merupakan bagian yang menarik dalam
Nyanyian Negeriku karena akan terjadi negosiasi dan strategi atas
pengolahan dua material. Bermaterikan material dasar yang berbeda
baik dari lagu daerah, alat musik tradisi, format paduan suara, dan
orkestra secara utuh karya tersebut mudah terjadi bentuk hybrid.
Pembacaan atas bentuk hybrid dapat dilihat melalui proses
perilaku aranger dalam menyusun karya (teks musik). Melalui
konsep dari Svasek tentang transit dan transition dan melihat dari
24
Michael Miller, The Complete Idiot’s Guide to Arranging and Orchestration
(New York: Penguin Group, 2007), 3.
25 Banoe, 2003, 90.
26
Banoe, 2003, 311.
27
Miller, 2007, 4.
24
proses pemindahan dapat ditelusuri apabila perilaku aranger dalam
menyusun karya sangat terkait dengan konsep hibriditas. Untuk
melihat lebih jauh tentang hibriditas melalui teks karya aransemen
musik
yaitu
Nyanyian
Negeriku,
penulis
menggunakan
teori
hibriditas dari Homi K. Bhabha (1994).
Istilah hibridity dalam budaya diperkenalkan oleh seorang dari
latar belakang keluarga Parsi di Bombay, India yang bernama Homi
K. Bhabha. Bhabha tidak saja memperkenalkan istilah yang biasa
digunakan dalam ilmu holtikultura ke dalam ilmu budaya tetapi ia
juga mengembangkan teori hibriditas. Dalam teori hibriditasnya yang
ditulis dalam buku yang berjudul The Location of Culture, Bhabha
menjelaskan konsep hibriditas yang terjadi di suatu kebudayaan
seperti berikut:
“for me the importance of ‘hybridity’ is not to be able to trace two
original moment from which the third emerges, rather ‘hybridity;
to me is the third space which enables other positions to
emerger” 28
Merujuk
paparan
di
atas
mengenai
konsep
hibriditas,
dapat
digunakan dalam melihat Nyanyian Negeriku sebagai karya yang
memiliki konsep hybrid music. Konsep ini akan digunakan untuk
melihat teks musik sebagai hasil dari percampuran dua materi musik
Faizah Mufidah, “Konstruksi Identitas di dalam Novel Desirable Daughters
Karya Bharati Mukherje: Tinjauan Pascakolonial”: Tesis (Universitas Gadjah Mada:
Program Pascasarjana Ilmu Budaya, 2014), 24.
28
25
karena dalam teks tersebut berdasarkan asumsi penulis, bentuk
hybrid music tersebut muncul.
Penulis akan melihat percampuran dua budaya yang dilakukan
oleh Singgih yang menggabungkan dua material musik. Hal itu
merujuk dari konsep di atas yang tidak hanya melihat apakah bentuk
asli tetap muncul atau tidak, tetapi untuk melihat lebih luas
mengenai kedinamisan dan segala kemungkinan dari dua material
yang tercampur. Melihat dari percampuran yang terjadi dalam
Nyanyian Negeriku pembacaan mengenai kekuatan dan posisi dari
dua material dasar dapat terjelaskan dan nantinya akan membentuk
sebuah bentuk baru yang merepresentasikan makna dan nilai estetis
dari aranger.
Penggunaan ketiga konsep teoritis di atas seperti transit dan
transition, aransemen, dan hibriditas berdasarkan dari kompleksitas
dari objek penelitian. Menurut Susanne Langer, seorang filsuf dari
Amerika, kita mengalami seni (musik) tidak sebagai potongan yang
terpisah (nada, harmoni, melodi) melainkan sebuah pengalaman
emosional
yang
menyeluruh. 29
Pembacaan
penulis
dengan
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai
Semiotika dan Teori Komunikasi (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), 233.
29
26
menggunakan
ketiga
konsep
teori
tersebut
nantinya
dapat
menganalisis objek materi yang cukup kompleks.
Kompleksitas karya bermula dari pengambilan material yang
berbeda dimana memungkinkan terjadinya benturan atas nilai dari
masing-masing material. Selanjutnya secara bentuk karya dapat
diliat terjadinya proses percampuran dua budaya yang berbeda.
Perilaku kreatif individu, teks musik yang sama digunakan dalam
berbagai acara berbeda, dan hibriditas atas dua budaya berbeda ini
juga memberikan problematika atas komplektisitas dalam Nyanyian
Negeriku untuk dikaji lebih dalam. Sebuah karya seni tidak hanya
seputar mengenai kerumitan teknis dan filosofis dalam proses kreatif
dalam menyusun karya saja tetapi dalam perjalanan karya dapat
bertahan merupakan dinamika yang menarik dimana eksistensi
karya tersebut dimaknai dengan pengalaman yang berbeda-beda.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan bagian penting dalam karya tulis
ilmiah karena hal ini yang menentukan apakah karya tulis dapat
disebut ilmiah atau tidak. Penulisan karya ilmiah ini menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan berbagai pendekatan yang
mendukung proses penelitiannya. Objek materi dari tulisan ini
adalah Nyanyian Negeriku dalam bentuk musik orkestra dan paduan
27
suara. Fokus dalam kajian ini tentang proses yang dilakukan oleh
Singgih
Sanjaya
sebagai
bentuk
perilaku
kreatif
dengan
menggunakan metode aransemen musik sehingga karya dipahami
sebagai hybrid music. Selanjutnya pembacaan penulis mengenai
pemaknaan atas Nyanyian Negeriku ketika digunakan dalam berbagai
acara dan fenomena dari teks musik yang sama ke teks pertunjukan
yang berbeda.
Penelitian ini akan dilakukan dalam setting tertentu yang di
dalamnya terpapar kehidupan riil (alamiah) dari perilaku kreatif
Singgih Sanjaya yang memindahkan material sebagai bentuk transit
dan transition yang berdampak pada bentuk karya hybrid music.
Merujuk dari paparan di atas melalui metode kualitatif akan
dilakukan investigasi untuk menganalisis, dan memahami fenomena
tentang apa yang terjadi, bagaimana terjadinya, dan mengapa dapat
terjadi terkait objek materi Nyanyian Negeriku. 30
Penulisan ini akan memperhatikan proses, peristiwa, dan
autentitas data dari objek materi Nyanyian Negeriku yang didapat 31
karena data-data tersebut memiliki kandungan yang kaya, yang
Norman K. Denzin & Yvonna S.Lincoln (eds), Handbook of Qualitative
Research (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), xviii.
31
Denzin & Lincoln (eds), 2011, xviii.
30
28
multi-dimensional, dan kompleks 32. Nyanyian Negeriku adalah salah
satu bentuk musik sehingga dalam penelitian ini pendekatan yang
digunakan adalah kajian musik (music studies). Kajian musik disini
melihat dari beberapa perspektif dalam disiplin musik, salah satunya
seperti etnomusikologi. Etnomusikologi digunakan karena memiliki
jangkauan luas terhadap kajian musik. Hood, dalam pengantar buku
The Etnomusicologist, mengatakan bahwa satu hal yang dapat
dipastikan tentang studi etnomusikologi adalah musik.33 Karya
musik (Nyanyian Negeriku) juga bagian dari produksi manusia
(Singgih Sanjaya) yang dekat proses perubahan sehingga membawa
ilmu-ilmu
humaniora
sebagai
alat
pendekatan
dalam
kajian
etnomusikologi.34
Untuk memaparkan analisis data secara baik dan sesuai
kondisi realitas yang terjadi dalam perilaku kreatif seorang Singgih
Sanjaya ketika membuat dan melakukan proses musikal di karya
Nyanyian
Negeriku,
penulis
menggunakan
metode
dalam
mengumpulkan data dan menganalisis data dengan proses dan
tahapan sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Soedarsono, 2001, 46.
R. Supanggah, (ed), Seri Bacaan Etnomusikologi (Yogyakarta: Yayasan
Bentang Budaya, 1995). 42.
34
Supanggah, (ed), 1995, 35.
32
33
29
Pengumpulan
data
merupakan
hal
penting
dalam
proses
penelitian karena data-data tersebut mempunyai porsi cukup tinggi
dalam menentukan hasil dari sebuah penelitian. Terkait untuk
menjawab kedua rumusan masalah mengenai proses perpindahan
material lagu daerah dalam Nyanyian Negeriku dengan metode
aransemen, eksistensi material setelah dipindahkan dan arti penting
karya
ini
dipergunakan
pengumpulan
data.
menjadi
Pencarian
fokus
dan
dalam
pencarian
pengumpulan
data
dan
akan
dilakukan menggunakan berbagai cara dengan berbagai sumber.
Dalam
pengumpulan
menggunakan
cara
data-data
seperti
untuk
observasi,
penelitian
wawancara,
ini
dan
akan
kajian
literatur.
1.1. Observasi
Observasi merupakan tahap pertama yang dilakukan oleh
penulis untuk mendapatkan data-data tentang apa saja yang terkait
dengan Nyanyian Negeriku baik secara tekstual dan kontekstual. Hal
ini data-data yang akan dicari berupa data material dari Nyanyian
Negeriku seperti material nusantara yaitu lagu daerah. Data material
tersebut nantinya akan digunakan sebagai objek analisis untuk
menjelaskan mengenai transit dan transition melalui perilaku kreatif
Singgih yang menggunakan metode aransemen musik. Dan perihal
30
eksistensi material lagu daerah di dalam bentuk paduan suara dan
orkestra.
Lagu daerah adalah salah satu materi
yang menjadi modal
dan media yang akan dipindahkan oleh Singgih Sanjaya ke musik
orkestra. Memahami makna, arti, dan sejarah dari masing-masing
lagu daerah yang digunakan sebagai material dasar merupakan hal
penting. Mulai dari sini akan nampak bagian mana proses berpindah
dan bagian mana saja yang menjadi kekuatan, nilai yang direduksi,
dan bagian mana yang diambil oleh Singgih. Mencari data mengenai
material lagu daerah akan menggunakan referensi dari sumber buku
dan elektronik seperti web, blog, dan tulisan di media elektronik yang
juga memperhatikan kualitas dan autentisitasnya.
Material musik Barat yang berupa bentuk format paduan suara
dan orkestra merupakan modal dan media selanjutnya. Data materi
ini berupa teks musik yang berupa fullscore, yang berisikan material
lagu daerah yang sudah dipindahkan ke dalam teks musik dengan
metode aransemen musik. Melalui teks musik ini dapat di analisis
eksistensi material lagu daerah ketika berbeda medium. Dalam
mencari dan mengumpulkan data yang berupa teks musik ini,
penulis meminta fullscore kepada individu yang melakukan proses
kreatif tersebut yaitu Singgih Sanjaya.
31
Setelah dua data material didapatkan, penulis beranjak pada
kajian material yang berupa teks baik teks berupa data tulisan
tentang makna, sejarah, guna lagu daerah hingga teks musik jadi
yang sudah di proses. Kajian teks musik dalam tulisan ini fokus pada
data teks musik. Melalui data teks musik tersebut nantinya
digunakan untuk
mengkaji atau menganalisis bagaimana perilaku
kreatif sebagai bentuk transit dan transition. Penjelasan mengenai
teks merujuk pada pengertian dari Jameson (1990) yaitu sebuah teks
yang menciptakan versi dunianya dengan memprogram narasi realis
yang mempunyai kepastian bahwa produksi dalam kategori realitas
‘dunia nyata’, yang ‘obyektif’ atau ‘eksternal’ secara inheren berciri
historis di mana kemungkinan modifikasi bisa saja terjadi dalam
pola-pola produksinya 35. Selanjutnya teks musik dari masing-masing
material akan digunakan sebagai pembanding, dengan arti bahwa
melalui komparatif teks musik tersebut akan terpapar mengenai
perilaku kreatif yang dilakukan oleh Singgih Sanjaya sebagai salah
satu bentuk transit dan transtion.
Untuk
perihal
dokumentasi
tersebut
di
atas,
penulis
mencermati kemunculas teks-teks dalam sebuah pergelaran yang
memiliki fenomena berbeda-beda dan bervariatif. Hal ini memiliki arti
35
Denzin & Lincoln (eds), 2011, xv.
32
bahwa data yang akan diambil merujuk pada dokumentasi audio
visual pagelaran Nyanyian Negeriku. Untuk kajian dokumentasi ini
penulis akan lebih ke dalam pembacaan melalui dokumentasi audio
visual. Dokumentasi yang menjadi bahan rujukan untuk membaca
fenomena from music text to performance dan perihal pemaknaan
Nyanyian Negeriku ketika digunakan oleh pihak-pihak (agen) akan
ada seleksi. Penulis tidak lepas untuk melihat teks pertunjukan yang
berbeda dari teks musik yang sama. Tentunya dengan berberapa
pertimbangan
seperti
dalam
mencari
data
dan
permasalahan
komplektisitas Nyanyian Negeriku.
Tulisan ini akan mengambil dua sampel dokumentasi yang
dirasa
dapat
Negeriku.
mewakili
Kedua
sampel
komplektisitas
penggunaan
yang
yang
diambil,
utama
Nyanyian
adalah
penampilan dari SMM Orkestra pada tahun 2014 dalam rangka
memperingati Hari Sumpah Pemuda. Sampel selanjutnya digunakan
penulis sebagai komparasi atas kemunculan performance text dan
sebagai pembanding dari hasil peristiwa bunyi yang dihadirkan.
Penulis mengambil sampel dari pergelaran di halaman Kraton oleh
The Bluescope Stell Youth Orchestra dari Wollongong, Australia tahun
2005.
33
Proses kajian dokumentasi
bertujuan untuk mengetahui
tentang fenomena dari teks pertunjukan yang muncul ketika
Nyanyian Negeriku dipergelarkan. Nantinya pembacaannya akan
melihat dan mengumpulkan data dari aspek dimensi sonoris dan
artistik. Dimensi sonoris lebih kepada komponen-komponen musik
yang dipakai dalam proses kreatif,
dan dimensi artistik untuk
melihat konteks pagelarannya.
1.2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data yang tidak
tertulis yang secara lisan disampaikan oleh narasumber. Wawancara
dilakukan
untuk mencari
dan
mengumpulkan
data
mengenai
penyikapan material lagu daerah oleh aranger, proses kreatif, dan
pengguna dari Nyanyian Negeriku. Hasil dari tahap wawancara
digunakan penulis sebagai data utama dalam menjawab rumusan
masalah kedua perihal pemaknaan (transition) Nyanyian Negeriku
ketika digunakan oleh berbagai pihak. Data mengenai perilaku kreatif
digunakan sebagai data utama dalam menjawab rumusan masalah
yang pertama.
Wawancara dilakukan dengan pembicaraan informal dalam arti
pertanyaan yang diajukan bergantung pada spontanitasnya dalam
34
mengajukan pertanyaan kepada terwawancara 36. Penulis sedikit
menggunakan wawancara etnografis sebagai peristiwa percakapan,
seperti percakapan dengan sahabat yang di dalam percakapan
peneliti ikut memasukan kata-kata pemantik guna membantu
informan untuk menjawab. 37 Lantas untuk penulisan, penulis
menuliskan hasil wawancara seperti apa yang disampaikan oleh
informan
kepada
narasumber
utama
penulis. 38
yaitu
Wawancara
Singgih
Sanjaya
dilakukan
dan
dengan
pihak
yang
menggunakan Nyanyian Negeriku.
Wawancara dilakukan dengan narasumber utama yaitu Singgih
Sanjaya guna mendapat data mengenai proses kreatif (aransemen)
yang dilakukan. Terkait rumusan masalah yang kedua wawancara
akan dilakukan dengan pihak yang pernah menggunakan Nyanyian
Negeriku untuk dipagelarkan. Tentunya ada pemilihan mengenai
penggunaan karya dalam berbagai konteks dengan pertimbangan,
parameter, dan indikator dari fenomena yang muncul. Dipilih dua
dokumentasi
yang
sesuai
dengan
kriteria
pemilihan
penulis
berdasarkan konteks pergelaran. Kedua dokumentasi yang diambil
sudah disinggung dalam bagian observasi di atas. Selanjutnya dari
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), 187.
37 James P. Spradley, Metode Etnografi (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006),
85.
38 Lihat James P. Spradley, 2006, 88.
36
35
pengambilan ketiga konteks pagelaran tersebut akan digunakan
untuk studi komparatif mengenai arti penting Nyanyian Negeriku
dalam pagelaran yang dilakukan oleh ke tiga pihak (agen) tersebut.
1.3. Kajian Literatur
Kajian Literatur merupakan proses mengumpulkan data-data
dari sumber-sumber tertulis seperti buku, tesis, disertasi, jurnal
ilmiah, dan arsip. Data-data dari kajian literatur ini digunakan untuk
keperluan proses analisa objek materi dalam penelitian yang akan
ditulis. Sumber-sumber tertulis ini dipilih dengan menyesuaikan
kepentingan analisa Nyanyian Negeriku. Fokus pencarian data dari
sumber tertulis perihal pendekatan penelitian, landasan konsep
teoritis, dan perspektif yang digunakan dalam penulisan ini.
2. Analisis Data
Tahap analisis data tersebut digunakan untuk menganalisis
data-data yang telah dikumpulkan mengenai objek penelitian. Upaya
analisis
dilakukan
dengan
jalan
bekerja
dengan
data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya, menjadi satuan yang
dapat dikelola, menyintesiskan, mencari dan menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain. 39 Analisis data tersebut dilakukan
39
Moleong. 2007, 248.
36
dengan pendekatan yang telah dikemukakan dengan kerangka
konsep teori yang sudah disusun.
Data-data yang telah dikumpulkan dengan beberapa tahap
kemudian dianalisis dengan konsep teoritis yang telah disusun. Ada
tiga konsep teori yang digunakan dalam menganalisa data-data dari
objek Nyanyian Negeriku. Konsep pertama dari Maruska Svasek yaitu
transit dan transition yang digunakan untuk membaca proses
transformasi yang dilakukan Singgih Sanjaya dari
material lagu
daerah ke paduan suara dan orkestra yang selanjutnya dapat
membaca arti penting karya ini digunakan.
Konsep teori tersebut digunakan untuk menganalisis proses
kreatif Singgih Sanjaya dan proses digunakannya Nyanyian Negeriku.
Selanjutnya dalam menganalisis teks musik digunakan metode
aransemen
dari
Michael
Miller
(2007)dengan
tujuan
untuk
menjelaskan mengenai eksistensi material lagu daerah dengan
komparatif teks musik dan kekuatan kedalaman penggarapan karya.
Konsep yang terakhir digunakan adalah hibriditas dari Homi K.
Bhabha. Konsep ini digunakan untuk membaca proses percampuran
budaya yang terjadi di Nyanyian Negeriku. Hibriditas akibat dari
perilaku kreatif alih wahana sebagai bentuk transformasi budaya.
37
Konsep teori yang digunakan dalam penulisan ini berdasarkan
pertimbangan kompleksitas dari Nyanyian Negeriku. Berangkat dari
kekayaan data yang dikumpulkan yang menjadi fokus penelitian
maka dipilih tiga konsep teoritis untuk menganalisis data yang
terkumpul. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan analisis dari
perspektif yang berbeda sehingga membuat kajian dalam karya
ilmiah ini akan lebih kaya dan mendalam.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan proses dan hasil penelitian tersebut dituliskan
ke
dalam beberapa bab. Masing-masing bab akan dijabarkan dan
dijelaskan dari masing-masing tema yang berdasarkan dari judul
bab. Sistematika penulisan ini terdiri dari urutan bab sebagai
berikut:
Bab I merupakan sebuah pengantar. Bab yang berisikan
tentang latar belakang mengenai penulis memilih topik tersebut
untuk dijadikan sebagai objek penelitian. Bab ini terbagi ke dalam
sub-bab yang terdiri dari Latar Belakang Penelitian, Rumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka, Landasan
Teori,
Metode
Penelitian,
Sistematika Penulisan.
dan
terakir
dalam
bab
ini
adalah
38
Bab II Aransemen Sebagai Bagian dari Proses Kreatif dalam
Musik. Bab ini akan mengupas biografi dari Singgih Sanjaya, baik
latar belakang sejarah hidup, jenjang pendidikan, hingga pengalaman
aranger dalam jagad musik di Indonesia. Bagian selanjutnya
mengupas tentang proses dalam kegiatan musikal yang dinamakan
aransemen. Aransemen dapat dijadikan sebuah perilaku alternatif
untuk proses kreatif di dalam musik yang berbeda dengan seorang
komposer.
Bab III Eksistensi Lagu Daerah dalam Aransemen Musik
Nyanyian Negeriku. Bab ini akan melihat proses kreatif dari
aransemen
yang
dilakukan
Singgih
Sanjaya.
Proses
tersebut
mengambil sebuah material dalam lagu daerah yang kemudian diolah
secara kreatif ke dalam media yang berbeda yaitu paduan suara dan
orkestra. Proses transit dan transition dalam perilaku aranger dalam
memposisikan material satu ke material lain mendapat point utama
dalam bab ini. Selanjutnya bab ini akan menguraikan teks musik
yang dianalisis menggunakan disiplin musikologi yang menganalisis
mengenai eksistensi sembilan lagu daerah yang telah berpindah
media.
Bab
IV
Ketika
Teks
Musik
Nyanyian
Negeriku
Menjadi
Pergelaran. Fokus dalam bab ini dimulai pada konteks Nyanyian
39
Negeriku ketika digunakan oleh pihak tertentu dalam sebuah
pagelaran. Penekanannya pada pemaknaan dan pertimbangan untuk
memilih karya untuk digunakan sebagai salah satu repertoar.
Pemaknaan yang berbeda dari pihak tertentu menjadi dinamika yang
menarik karena akan membawa pada aspek estetika, sosial, ekonomi,
dan politik dalam pertimbangan menggunakan Nyanyian Negeriku.
Bagian selanjutnya menganalisis tentang proses form music text to
performance dengan melihat teks pergelaran yang muncul seperti
kondakter, kostum, dan musisi. Fokus analisis dalam hal tersebut
merupakan bagian dari transit dan transition dengan melihat aspekaspek yang muncul dalam pergelaran Nyanyian Negeriku.
Bab V merupakan bab yang berisi tentang penjelasan dari hasil
proses penelitian. Poin utamanya berupa ringkasan jawaban dan
kesimpulan dari pertanyaan yang ada di dalam rumusan masalah.
Sebuah penelitian mempunyai tujuan untuk mengungkapkan hasil
dari apa yang ditemukan dari proses penelitian sehingga dalam
penulisan bab tersebut juga bertujuan memaparkan hasil dari
rangkaian proses penelitian yang dilakukan.
Download