1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak pulau dan dihuni berbagai suku. Kita tahu betapa besar, luas, dan beragamnya negara ini sehingga membuat bangsa ini sangat kaya, baik dari hasil bumi, laut, hingga ragam budayanya. Indonesia memiliki keanekaragaman yang sangat berlimpah dan salah satunya adalah keragaman budaya dari masyarakat yang ada, dimana masing-masing unsur budaya muncul sebagai identitas dan keanekaragaman budaya masing-masing daerah. Keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia merupakan sebuah kekayaan yang sangat berharga dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah proses dari cara hidup sebuah masyarakat dalam rangka kehidupan atau sebuah tindakan dalam membentuk sistem gagasan, hasil karya manusia yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. 1 Kondisi dan situasi yang ada membuat masyarakat belajar Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2000), 179-180. 1 2 untuk menyikapi apapun yang terjadi di sekitarnya termasuk dalam pembentukan dan mempertahankan kebudayaan mereka. Terdapat banyak sekali jaringan-jaringan yang kompleks dalam membentuk sebuah kebudayaan. Merujuk dari Pratik Hari Yuwono yang mengutip Bambang S. Mintargo bahwa: “keduanya (masyarakat dan kebudayaan) berhubungan erat sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan dan sebaliknya kebudayaan tidak mungkin ada tanpa masyarakat yang mempertahankannya”. 2 Merujuk dari tulisan di atas hubungan kedua hal tersebut sangat memungkinkan adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Hubungan tersebut erat kaitannya dengan kondisi masyarakat dalam sebuah kebudayaan. Peradaban atau masa waktu tertentu sangat berperan dalam menentukan perubahan-perubahan termasuk perubahan dalam suatu kebudayaan. Peradaban identik dengan penyebutan masyarakat yang mempunyai sitem teknologi, ilmu pengetahuan, seni, dan sistem kenegaraan maju dan kompleks 3. Masing-masing individu dalam masyarakat mempunyai cara Pratik Hari Yuwono, “Perkembangan Kesenian Gendang Bele’q dan Fungsinya dalam Prosesi Nyongkolan pada Masyarakat Sasak Lombok Propinsi Nusa Tenggara Barat”. Tesis Universitas Gadjah Mada, 2010, 3. 3 Koentjaraningrat, 2000, 182. 2 3 tersendiri dalam usaha memberi kontribusi, mengembangkan, dan mempertahankan sebuah kebudayaan. Cara dalam mengembangkan dan mempertahankan sebuah budaya coba dilakukan oleh Singgih Sanjaya dengan melakukan proses kreatif dalam bidang seni, khususnya musik. Perilaku yang dilakukan oleh Singgih Sanjaya merupakan bagian dari bukti adanya perubahan dalam seni yang merupakan salah satu unsur dalam kebudayaan 4. Hasil dari perilaku kreatifnya berupa sebuah karya musik yang diberi judul Nyanyian Negeriku. Nyanyian Negeriku merupakan karya musik untuk format paduan suara dan orkestra. Tetapi di dalamnya mengusung materi lagu daerah yang beragam sehingga dapat mengimplementasikan kekayaan budaya nusantara, khususnya bidang musik. Lagu daerah merupakan lagu yang berada di daerah atau wilayah tertentu dengan menggunakan bahasa di mana lagu tersebut ada yang merujuk pada tempat di daerah-daerah Indonesia. 5 Lagu daerah yang ada dalam Nyanyian Negeriku Darussalam), adalah Gundhul-Gundhul Bungong Pacul Jeumpa (Jawa (Nangro Tengah), Aceh Dayuang Palinggam (Minangkabau), Don Dap Dape (Bali), Ondhe-Ondhe (Jawa Tengah), Pakarena (Sulawesi Selatan), Paris Berantai (Kalimantan 4 5 Koentjaraningrat, 2000, 204. Pono Banoe, Kamus Musik (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003), 234. 4 Selatan), Gunung Salahutu (Maluku), dan Yamko Rambe Yamko (Papua). Lagu rakyat atau lagu daerah merupakan bagian dari folklore , seperti penjelasan Purwadi yang merujuk dari buku Dictionary of Anthropology bahwa folklore adalah “the common orally transmitted traditions, myths, festifal, songs, superstition and of all peoples, floklore has come to mean all kind of oral artistic expresison. It may be found in societies. Originally folklore was the study of the curiousities”. 6 Kata songs dalam penjelasan di atas dapat diartikan bahwa lagu merupakan bagian dari folklore yang dihasilkan dan dimiliki oleh masyarakat tradisional secara kolektif. 7 Pada hakikatnya folklore merupakan identitas lokal masyarakat tradisional yang yang terdapat berfungsi dalam sebagai kehidupan pembentukan solidaritas sosial. 8 Hal yang menarik dari Singgih Sanjaya adalah di mana ia mengolah materi folklore yaitu lagu daerah ke dalam medium musik Barat yaitu paduan suara dan musik orkestra. Selanjutnya ia juga memberi sentuhan musik etnik ke dalam Nyanyian Negeriku. Musik etnik dalam hal ini dipahami sebagai bentuk perilaku pengorganisasian bunyi dari ekspresi budaya suatu kelompok (etnik) 6 Purwadi, Folklor Jawa (Yogyakarta: Pura Pustaka, 2009), 1. Purwadi, 2009, 1. 8 Purwadi, 2009, 2-3. 7 5 tertentu dengan melibatkan berbagai sumber bunyi seperti alat musik hingga teknik permainan dan cita rasa yang khas dari suatu kelompok. 9 Tentu terkait keberadaan musik etnik itu sendiri tidak terlepas dari interaksi masyarakat, di mana interaksi tersebut cenderung dinamis dengan konteks masyarakat yang melingkupi. 10 Sifat dinamis dalam masing-masing material seperti lagu daerah dan musik orkestra membuat celah dan ruang untuk terjadinya sebuah proses kreatif. Nampaknya celah tersebut diambil oleh Singgih Sanjaya untuk melakukan pemindahan sembilan lagu daerah ke dalam Nyanyian Negeriku sebagai perilaku kreatifnya. Perilaku tersebut dapat dikatakan sebagai bagian dari proses transformasi karena terjadi sebuah proses perubahan dan pemindahan dari bentuk satu ke dalam bentuk lain yang dianggap mapan 11. Perubahan dan pemindahan terjadi dalam proses kreatif yang dilakukan oleh Singgih dalam membuat karya musik. Peristiwa dalam proses penggarapan karya baik latarbelakang, hingga dinamika distribusi dan penggunaan karya menurut hemat penulis merupakan bagian penting dan menarik. Lono Simatupang, Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni-Budaya (Yogyakarta: Jalasutra, 2013), 40. 10 Lono Simatupang, 2013, 39. 11 Agus Sachari dan Yan Yan Sunarya, Desain dan Dunia Kesenirupaan Indonesia dalam Wacana Transformasi Budaya (Bandung: Penerbit ITB Bandung, 2001), 79. 9 6 Singgih Sanjaya dengan proses kreatifnya telah mengambil ide dan gagasan dari folklore seperti lagu daerah untuk dipindahkan ke dalam media musik Barat yaitu paduan suara dan orkestra. Perilaku kreatif dari Singgih kiranya merupakan bentuk perilaku kesigapan dalam menghasilkan gagasan baru, yaitu sebuah gagasan yang muncul tanpa harus mengenal dan menguasai suatu budaya, untuk hal ini menguasai lebih dalam mengenai folksongs seperti lagu-lagu daerah. 12 Lantas kemudian hal tersebut dikombinasikan dengan modal yang dimiliki oleh Singgih Sanjaya dalam proses kreatifnya, yaitu keilmuan musik Barat. Singgih Sanjaya dalam proses kreatif ini menggunakan pendekatan dari metode dan keilmuan musik Barat yaitu aransemen. Aransemen adalah proses gubahan lagu untuk orkestra atau kelompok paduan musik, baik vokal maupun instrumental.13 Melihat metode aransemen yang dilakukan oleh Singgih dalam proses kreatifnya, nampak terjadi perpindahan dari satu media ke media lainnya. Media satu atau semula lebih pada penggunaan lagu daerah (Timur) yang kemudian dipindahkan (transit) oleh Singgih ke media satunya yaitu paduan suara dan orkestra (Barat) yang akan memiliki problematika yang kompleks. 12 13 Jakob Sumardjo, Filsafat Seni (Bandung: Penerbit ITB, 2000), 82. Banoe, 2003, 30. 7 Sadar ataupun tidak disadari dalam aransemen Nyanyian Negeriku terdapat percampuran dua budaya, yaitu budaya dari Nusantara (lagu daerah) dan budaya dari Barat (paduan suara dan orkestra). Hal tersebut terjadi dari perilaku Singgih yang melakukan proses kreatif. Proses kreatif yang dilakukan Singgih nampak pada terjadinya perubahan-perubahan dalam hal musikal yang dapat dianggap sebagai bentuk perubahan di salah satu pilar budaya, yaitu seni yang memiliki berbagai variasi 14. Perubahan tersebut merupakan bagian dari perilaku individu untuk mempertahankan sebuah budaya, karena jika tidak, seperti ungkapan Umar Kayam akan terjadi pembusukan dalam kebudayaan di masyarakat baik secara cepat maupun lambat 15. Nyanyian Negeriku merupakan hasil dari proses kreatif Singgih yang memindahkan sembilan lagu daerah ke dalam paduan suara dan orkestra. Proses perpindahan tersebut memungkinkan terjadinya pergeseran nilai dan makna, hal ini lebih pada penyikapan Singgih di mana semula dari lagu daerah yang bersifat karya individual menjadi bentuk medley. Ketika dua materi dipindahkan ke dalam Nyanyian Negeriku, secara konteks karya ini memiliki nilai-nilai dan estetika dari dua budaya yang berbeda. Lagu daerah sebagai salah satu dari 14 15 Sachari dan Sunarya, 2001, 81. Sachari dan Sunarya, 2001, 81. 8 budaya Nusantara memiliki estetika dan nilai-nilai tersendiri. Kiranya hal di atas yang digunakan Singgih untuk mengambil ide, konsep, dan gagasan dari lagu daerah untuk dipindahkan ke dalam bentuk budaya lain yaitu musik barat seperti paduan suara dan orkestra. Selanjutnya hal yang menarik adalah ketika Nyanyian Negeriku dipergelarkan atau digunakan oleh berbagai pihak. Tentu akan banyak fenomena dan fakta yang muncul dalam proses from music text to performance, dengan arti perpindahan dari teks musik (full score) ke pergelaran musik. Pergelaran memiliki kesamaan dengan kata yang dalam bahasa inggris adalah performance. Pergelaran merupakan peristiwa di mana ada sebuah kelompok yang diberi nama pemain yang menunjukkan sebuah tontonan dengan perilaku khusus untuk tujuan ditonton oleh penonton.16 Terkait dengan perpindahan tersebut, penulis akan mencermati dinamika dan fenomena yang muncul dari proses from music text to performance. Tentu kemunculan atas peristiwa musik dalam pergelaran terkait dengan pertimbangan yang melatarbelakangi salah satu pihak untuk menggunakan Nyanyian Negeriku. 16 Simatupang, 2013, xxxiii. 9 Berawal dari teks musik ( score 17) yang kemudian berpindah ke dalam pergelaran merupakan peristiwa menarik bagi penulis dan peristiwa yang kompleks untuk ditelusuri. Kiranya hal itu yang akan penulis telusuri dengan menganalisis mengenai alasan memilih Nyanyian Negeriku untuk dipergelarkan. Score dapat diartikan dengan partitur atau teks untuk membaca notasi musik yang berisi notasi dari kumpulan alat musik di orkestra, pada umumnya score digunakan oleh pemimpin orkestra (baca Kondakter). Fenomena dalam teks pergelaran tentu sangat menarik untuk dikupas karena berbagai elemen tidak dapat dilepaskan dengan elemen lainnya. Hadirnya Nyanyian Negeriku dalam rangkaian pergelaran merupakan bukan hal yang dapat hadir sendiri, dengan arti bahwa pemilihan lagu dalam repertoar pergelaran dan hal-hal mengenai musik membutuhkan agen atau pihak pengguna. Hal itu turut berpengaruh dalam menentukan pemimpin orkestra (kondakter), pemain musik, sound enginer, dan tata panggung (artistik). Perbedaan elemen musik seperti musisi dan kondakter dalam pegelaran terletak ketika proses menafsirkan bunyi dari teks musik. Dan hal itulah yang menjadi bagian penting dalam penulisan ini, karena berpengaruh dalam peristiwa bunyi di sebuah pergelaran. 17 Banoe, 2003, 371. 10 B. Rumusan Masalah Sebuah karya seni yang indah dan memiliki jangkauan yang luas alangkah baiknya perlu diikuti dengan kajian karya tersebut secara ilmiah. Penulis memahami bahwa musik tidak hanya diurai dengan permainan instrumen yang baik dari para musisi dalam mengekspresikan bunyi untuk disampaikan kepada penikmat musik saja, tetapi dapat diuraikan secara ilmiah dengan wahana baru yang kemudian dapat dinikmati oleh siapa saja dengan media membaca. Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas dapat diambil beberapa permasalahan yang memerlukan sebuah jawaban, dan permasalahan yang akan dibahas adalah: 1. Bagaimana eksistensi sembilan lagu daerah ketika dipindahkan (transit dan transition) ke dalam aransemen musik Nyanyian Negeriku? 2. Bagaimana proses perpindahan (transit dan transition) aransemen musik Nyanyian Negeriku karya Singgih Sanjaya dari teks musik (full score) ke dua buah pergelaran? Dari paparan permasalahan di atas nantinya dapat dijelaskan jawaban mengenai analisis teks musik dari perilaku Singgih Sanjaya yang memindahkan ide, gagasan, dan material lagu daerah ke dalam 11 media musik barat yaitu paduan suara dan orkestra. Melalui karya tersebut analisis akan berfokus pada teks musik untuk melihat eksistensi sembilan lagu daerah dalam media musik barat. Selanjutnya akan menganalisis proses perpindahan dari teks musik (fullscore) Nyanyian Negeriku ke dalam sebuah pergelaran, dengan fokus pada variabel dimensi performer seperti kondakter, kostum, dan musisi. Lantas sebelum menganalisis untuk rumusan masalah kedua, penulis akan menjabarkan perihal pertimbangan pihak pengguna karya ketika menggunakan Nyanyian Negeriku untuk salah satu repertoar dalam sebuah pergelaran. Dengan hal itu perihal makna Nyanyian Negeriku dapat terlihat ketika digunakan oleh pihak tertentu untuk pergelaran tertentu. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang utama dari penelitian tersebut adalah menjawab pertanyaan dari rumusan masalah, yaitu terjelaskannya eksistensi lagu daerah yang dipindahkan ke dalam media musik Barat seperti paduan suara dan orkestra. Selanjutnya penulis dapat memahami terkait makna dan nilai atas perilaku Singgih Sanjaya yang memindahkan media satu ke media lain dalam proses kreatifnya, hingga dalam proses pegelaran dari satu tepat ke tempat lainnya, penulis juga akan melihat percampuran nilai dari masing-masing 12 unsur musik yang dipindahkan tersebut kemudian dapat dipahami teks musik sebagai hybrid music. Melalui penulisan ini, penulis dapat memahami dan terurai secara jelas tentang pemaknaan oleh pihak-pihak tertentu atas digunakannya karya Nyanyian Negeriku dalam sebuah acara tertentu. Penulis berusaha memaparkan penjelasan analisis tentang proses kreatif dalam Nyanyian Negeriku sebagai bentuk percampuran nilai dari dua budaya yang berbeda. Proses percampuran tersebut memberikan dampak terhadap eksistensi karya tersebut baik dari proses distribusi dan konsumsi musiknya. Nantinya banyak pihak dapat memaknai karya tersebut sebagai karya yang mencampurkan dua budaya (hybrid music) dan dapat mencairkan sebuah perdebatan antara Barat dan Timur. Penulisan ini dapat menjadi sebuah media informasi, wahana baru dan dokumentasi bagi kekayaan intelektual dan kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Tulisan ini fokus pada analisis teks musik dari perilaku Singgih Sanjaya yang memindahkan sembilan lagu daerah ke dalam paduan suara dan orkestra. Pembacaan berlanjut pada eksistensi lagu daerah ketika dipindahkan dengan media musik yang berbeda. Selanjutnya penulis akan mengurai dari teks musik ke 13 peristiwa teks pergelaran yang melihat kemungkinan dari variabel yang mendukung pergelaran berbeda dari satu dengan yang lainnya. Musik di era sekarang mempunyai peranan penting dalam sisi psikologis pendengarnya. menyeimbangkan Melalui pengalaman penelitian inderawi dari yang ini hal dapat biasa mendengarkan musik kemudian dengan membaca karya ilmiah ini. Penelitian ini dapat memberikan stimulus positif bagi perkembangan mentalitas individu dalam menyikapi perubahan dan percampuran kebudayaan di Indonesia. D. Tinjauan Pustaka Untuk mengetahui orisinalitas sebuah penulisan sangat diperlukan sebuah tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka dilakukan berkaitan dengan objek yang diteliti guna mengetahui informasi dari sumber-sumber yang sudah ada sehingga meminimalisasi kesamaan atau pengulangan. Penulisan ini mengacu kepada berbagai sumber tulisan yang terkait dengan permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini mengenai proses perpindahan material, eksistensi lagu daerah, pemaknaan karya sebagai bentuk representasi kekayaan budaya nusantara, hybrid music, dan mengenai from music text to performance dalam Nyanyian Negeriku, yang merupakan arransemen 14 untuk paduan suara, orkestra, dan musik etnis nusantara karya Singgih Sanjaya. Karya ilmiah yang pertama yaitu tesis dari Kusrina Widjajantie dengan judul “Musik Gambang Semarang sebagai Bentuk Hibrida Budaya Jawa dan Tionghoa di Kota Semarang” (2012). Secara khusus di dalam tesis ini pembahasan fenomena hibriditas terjadi pada bentuk hibrida instrumennya dan bentuk hibrida musikalnya, dan disajikan juga paparan mengenai pentingnya fungsi musik gambang Semarang. Setiap fungsi seni sangat erat dengan gejolak dari pengguna seni, salah satunya musik. Kasus Musik Gambang Semarang yang dibahas dalam tesis ini mengenai fungsi dapat digunakan dalam menegaskan bahwa fenomena hibriditas budaya memiliki perpaduan harmonis dari masing-masing budaya yang dapat menguatkan fungsi musik gambang Semarang di lingkungan masyarakat penggunanya. Tesis selanjutnya yang ditulis oleh Dewi Putri dengan judul “Talempong Goyang dalam Ranah Musik Traditional Populer Minangkabau di Sumatera Barat” (2014) yang menguraikan tentang perubahan dari bentuk inovasi baru kesenian tradisi yaitu Talempong Goyang. Penulis tesis ini melihat bahwa Talempong Goyang adalah salah satu seni tradisi yang dianggap murahan yang tidak memiliki 15 nilai-nilai yang lebih. Dengan kemampuan eksplorasi dan inovasi dari individu pelaku yang memiliki pengalaman dan ketrampilan aransemen yang kemudian dapat membuat kesenian ini memiliki nilai dan kualitas yang lebih dari sebelumnya. Dari proses eksplorasi dan inovasi dapat membuat kesenian tersebut memiliki bentuk hibridisasi dari dua entitas kuat yaitu tradisional dan global. Pembacaan penulis terhadap kesenian Talempong Goyang melihat relasi dari struktur produk karya seni dengan kondisi sosio-kultural masyarakatnya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosiologi seni dengan mengadopsi pemikiran Pierre Bourdieu seperti habitus dan arena. Selanjutnya, disertasi berjudul “Campursari Gaya Manthous dalam Industri Musik Jawa dan Budaya Massa” yang ditulis Wadiyo (2014). Disertasi ini secara umum membahas mengenai campursari karya Manthous sebagai musik industri yang memiliki celah dalam mengisi ruang-ruang dalam budaya massa dimana seni budaya lain juga banyak menempatinya. Dalam tujuannya erat dengan industri kemudian Manthous melakukan kreasi dalam musik Jawa dengan memadukan instrumen diatonis. Musik yang ditawarkan adalah musik Jawa Kreasi dimana dasar kreatifitasnya pada penciptaan musik yang berbasis struktur gendhing musik gamelan Jawa atau 16 karawitan. Dengan modal kreatifitas tersebut, dalam penelitiannya Wadiyo menyimpulkan bahwa musik lokal dapat menjadi modal berkreatifitas untuk mengibur dan mempunyai posisi dan peluang yang bagus dalam industri yang tidak lepas dari peran publikasi melalui media massa. Disertasi selanjutnya dengan judul “Aktifitas dan Perkembangan Orkes Simfoni Jakarta” tulisan Y. Edhi Susilo (2014). Tulisan ini terfokus pada aktifitas musikal dari Orkes Simfoni Jakarta. Y. Edhi Susilo, dalam tulisannya menjelaskan sejarah munculnya Orkes Simfoni Jakarta beserta perkembangannya. Tulisan ini juga menawarkan strategi dalam mengelola orkestra agar dalam era sekarang orkes tersebut dapat tetap melakukan kegiatan musikal dan bisa mengikuti perkembangan musik. Pada penelitian ini penulis mengambil objek materi yaitu aransemen musik Nyanyian Negeriku karya Singgih Sanjaya. Fokus penelitian ini lebih pada penekanan fenomena perpindahan dari satu media (lagu daerah) ke media lain (orkestra dan paduan suara) yang dilakukan oleh Singgih Sanjaya sehingga dapat dimaknai sebagai bentuk hybrid dalam sebuah karya musik. Melalui bentuk hybrid music dalam karya Nyanyian Negeriku kemudian dapat melihat sejauh mana eksistensi lagu daerah ketika dipindahkan ke media 17 yang berbeda. Selanjutnya pada pemaknaan atas pagelaran Nyanyian Negeriku dari satu tempat ke tempat lainnya dan peristiwa perpindahan dari teks musik ke dalam sebuah pergelaran. Sejauh pengamatan penulis yang merujuk pada tinjauan di atas baik tesis, disertasi, dan buku-buku dapat dikatakan bahwa penelitian ini berbeda dengan tinjauan pustaka diatas dengan melihat dari bentuk kasus dan objek materi yang berbeda. E. Landasan Teori Seni dapat dipandang sebagai sebuah media untuk melihat tingkat kemajuan sebuah peradaban dari suatu kelompok masyarakat maupun negara. Pengelompokan seni untuk melihat sebuah peradaban kelompok tertentu bukan sesuatu hal baru. Di dalam jagad seni ada dua hal yang tidak berhenti yaitu penciptaan seni dan pengkajian seni. Dua proses tersebut mempunyai mekanisme kerja yang berbeda-beda, tetapi kadang memiliki tujuan akhir yang sama yaitu digunakan sebagai media untuk mengurai ketajaman mengolah sebuah objek seni. Buku tulisan R.M. Soedarsono yang berjudul Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa (1999) menjelaskan, bahwa proses penciptaan karya seni dan karya penelitian merupakan dua kegiatan yang mempunyai esensi yang 18 berbeda. Perbedaan terletak pada prosesnya, di mana ketika berkarya, kreativitas merupakan unsur yang paling diandalkan, sedangkan dalam kegiatan penelitian, ketajaman berfikir, ketajaman menganalisis, penguasaan teori-teori, dan perbehandaraan referensi merupakan bekal utama. 18 Penciptaan dan pengkajian seni juga digunaan sebagai objek pengungkapan ekspresi oleh penciptanya dan penulisnya. Makna dan nilai yang terkandung dari bentuk-bentuk ekspresi akan berbeda. Ekspresi adalah sesuatu yang ingin dikeluarkan, dalam seni ekspresi yang ingin disampaikan tersebut dapat berupa nilai esensi (makna), nilai kognitif (pengetahuan, pengalaman), dan nilai mediumnya.19 Seperti halnya Nyanyian Negeriku karya Singgih Sanjaya di mana musik digunakan oleh penciptanya sebagai objek pengungkapan ekspresi dari sosok penciptanya. Banyak ekspresi yang ditampilkan dalam karya Singgih ini sehingga karya tersebut memiliki nilai-nilai yang lebih karena dapat memberikan eksistensi untuk karya dan penciptanya. Musik orkestra (Barat) dipadu dengan materi lagu daerah (Timur) menjadi sebuah perpaduan menarik. Daya tarik teletak pada pengolahan kedalaman R.M. Soedarsono, Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa (Bandung: MSPI, 2001), v. 19 Sumardjo, 2000, 73-74. 18 19 karya musik yang saling mengisi antara kekhasan budaya Barat dan Timur seakan-akan sedikit melupakan kesengitan perdebatan antara Barat dan Timur. Perubahan dan perpindahan dari satu budaya dengan budaya lain dalam konteks sekarang banyak terjadi di mana proses perpindahan dan perubahan tersebut memungkinkan terjadinya perpaduan. Kasus perpaduan yang terjadi dalam Nyanyian Negeriku merupakan dampak dari perpindahan lagu-lagu daerah ke formasi paduan suara dan orkestra. Materi dasar yaitu lagu daerah yang dipilih oleh Singgih memiliki perbedaan dari letak lokasi (geografis) daerah dan pada pemaknaan lagu. Kiranya menjadi problem tersendiri dalam penggarapan aransemen ini, di mana Singgih memposisikan masing-masing material ini baik secara ide dan konsep untuk menjadi satu kesatuan dalam bahasa musik. Singgih memposisikan lagu daerah sebagai materi dasar karya tersebut yang kemudian diolah secara kreatif dengan memindahkan ke paduan suara dan orkestra. Menurut penulis hal itu merupakan satu problem yang perlu diurai dan dianalisis secara detail. Untuk menganalisis proses perpindahan material tersebut penulis menggunakan konsep teoritis dari Maruska Svasek yaitu transit dan transition. Penggunaan konsep teori dari Maruska Svasek untuk 20 melihat proses-proses perpindahan material dari satu tempat ke tempat lain dengan dinamika perubahan pemaknaan dan nilainilainya. Svasek, dalam bukunya Anthropology, Art and Cultural Production, menjelaskan bahwa seni ada dalam sebuah masyarakat sebagai kategori yang universal. 20 Paparan di atas berati proses kreatif yang ada dalam seni merupakan bagian dari proses universal di masyarakat. Dinamika perubahan yang terjadi dari perilaku individu yang sedang memproduksi karya juga termasuk dalam konsep yang ditawarkan oleh Svasek. Buku dari Svasek fokus pada konsep di mana seni diproduksi secara natural dengan cara identifikasi faktor-faktor berbeda di dalam pengalaman individu untuk memahami. 21 Dinamika dari proses produksi karya tidak terlepas dari strategi-strategi proses kreatif, seperti yang dilakukan oleh Singgih. Nyanyian Negeriku memiliki dua materi kuat sebagai formula yang dipilih oleh Singgih yaitu meliputi lagu daerah yang diaransemen ke dalam format paduan suara dan orkestra. Analisis akan bermula dari proses perpindahan material tersebut, dengan menggunakan konsep 20 Maruska Svasek, Anthropology, Art and Cultural Production (London: Pluto Press, 2007), 3. 21 Svasek. 2007, 4. 21 dari Svasek yaitu transit dan transition. Konsep tersebut digunakan oleh penulis untuk melihat proses perpindahan dalam proses kreatif karya musik. Svasek menjelaskan konsep tersebut untuk mengeksplorasi objek dalam proses produksi yang tidak terlepas dari dinamika sosial, dan menjelaskan konsep transit dan transition sebagai berikut: “Transit records the location or movement of objects overtime and across social or geographic boundaries, while transition analyses how to meaning, value and status of those objects, as well as how people experience them, is change by that process”. 22 Konsep di atas menjelaskan bahwa transit lebih cenderung pada perpindahan secara geografis dengan melewati batas-batas geografisnya hingga batas-batas sosialnya. Transisi lebih kepada analisis perubahan yang ada dalam nilai dan pemaknaan dari karya seni yang menjadi objek. Melalui konsep dari Svasek diatas arah analisis awal akan berangkat dari proses perpindahan satu material ke material lain dan tentang produksi nilai dan makna dari Nyanyian Negeriku. Produksi nilai dan makna yang terkadung dalam karya tersebut bermula ketika materi satu dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain, dari media satu ke media lain, bagaimana pemakanaan 22 Svasek. 2007, 4. 22 dan nilai yang terkadung, dan perilaku yang seperti apa yang digunakan untuk memproduksi makna dan nilai. Selanjutnya konsep dari Svasek digunakan untuk melihat dari peristiwa bunyi dalam pagelaran Nyanyian Negeriku yang ditampilkan oleh pihak tertentu dengan konteks acara yang berbeda. Hal tersebut melihat dari distribusi teks musik (full score) yang sama, kemudian diurai oleh pemain musik dan pemimpin orkestra yang berbeda. Dinamika yang berbeda dalam teks pergelaran atas teks musik yang sama akan diurai dengan konsep transit dan transition dari Svasek. Teks musik sebagai hasil proses kreatif Singgih Sanjaya pada hakikatnya merupakan kumpulan dari berbagai teks yang ada, sehingga modal yang diambil dalam membentuk teks tidak hanya mediumnya saja tetapi apa yang terkandung di dalamnya. 23 Selanjutnya untuk menganalisis perilaku kreatif yang menggunakan metode ilmu musik barat akan digunakan disiplin musikologi dengan fokus pada analisis teks musikal. Teks musik Nyanyian Negeriku merupakan hasil dari penciptaan musik dengan cara aransemen dengan arti bahwa individu mengambil potongan musik (lagu daerah) kemudian diatur secara struktural dengan pengelompokan dalam 23 Sapardi Djoko Damono. Alih Wahana (Indonesia: Editum, 2012), 5. 23 instrumen dan bunyi tertentu. 24 Analisis bermula dari melihat teks sebagai: (1) bentuk tindakan komposisi 25 yang menciptakan bentuk baru sebagai pengembangan atas modal dasar (lagu daerah): (2) tindakan aransemen sebagai bentuk pemindahan dengan melakukan adaptasi terhadap instrumen dan bunyi yang berbeda dari modal awal (lagu daerah); (3) kemudian tindakan orkestrasi 26 sebagai bentuk pemilihan instrumen untuk digunakan dalam karya musik. 27 Singgih menggunakan metode ilmu musik barat yaitu aransemen dalam proses kreatifnya, di mana terjadi pertemuan antara dua material yang berbeda. Pertemuan dari kedua modalmodal dalam perpindahan merupakan bagian yang menarik dalam Nyanyian Negeriku karena akan terjadi negosiasi dan strategi atas pengolahan dua material. Bermaterikan material dasar yang berbeda baik dari lagu daerah, alat musik tradisi, format paduan suara, dan orkestra secara utuh karya tersebut mudah terjadi bentuk hybrid. Pembacaan atas bentuk hybrid dapat dilihat melalui proses perilaku aranger dalam menyusun karya (teks musik). Melalui konsep dari Svasek tentang transit dan transition dan melihat dari 24 Michael Miller, The Complete Idiot’s Guide to Arranging and Orchestration (New York: Penguin Group, 2007), 3. 25 Banoe, 2003, 90. 26 Banoe, 2003, 311. 27 Miller, 2007, 4. 24 proses pemindahan dapat ditelusuri apabila perilaku aranger dalam menyusun karya sangat terkait dengan konsep hibriditas. Untuk melihat lebih jauh tentang hibriditas melalui teks karya aransemen musik yaitu Nyanyian Negeriku, penulis menggunakan teori hibriditas dari Homi K. Bhabha (1994). Istilah hibridity dalam budaya diperkenalkan oleh seorang dari latar belakang keluarga Parsi di Bombay, India yang bernama Homi K. Bhabha. Bhabha tidak saja memperkenalkan istilah yang biasa digunakan dalam ilmu holtikultura ke dalam ilmu budaya tetapi ia juga mengembangkan teori hibriditas. Dalam teori hibriditasnya yang ditulis dalam buku yang berjudul The Location of Culture, Bhabha menjelaskan konsep hibriditas yang terjadi di suatu kebudayaan seperti berikut: “for me the importance of ‘hybridity’ is not to be able to trace two original moment from which the third emerges, rather ‘hybridity; to me is the third space which enables other positions to emerger” 28 Merujuk paparan di atas mengenai konsep hibriditas, dapat digunakan dalam melihat Nyanyian Negeriku sebagai karya yang memiliki konsep hybrid music. Konsep ini akan digunakan untuk melihat teks musik sebagai hasil dari percampuran dua materi musik Faizah Mufidah, “Konstruksi Identitas di dalam Novel Desirable Daughters Karya Bharati Mukherje: Tinjauan Pascakolonial”: Tesis (Universitas Gadjah Mada: Program Pascasarjana Ilmu Budaya, 2014), 24. 28 25 karena dalam teks tersebut berdasarkan asumsi penulis, bentuk hybrid music tersebut muncul. Penulis akan melihat percampuran dua budaya yang dilakukan oleh Singgih yang menggabungkan dua material musik. Hal itu merujuk dari konsep di atas yang tidak hanya melihat apakah bentuk asli tetap muncul atau tidak, tetapi untuk melihat lebih luas mengenai kedinamisan dan segala kemungkinan dari dua material yang tercampur. Melihat dari percampuran yang terjadi dalam Nyanyian Negeriku pembacaan mengenai kekuatan dan posisi dari dua material dasar dapat terjelaskan dan nantinya akan membentuk sebuah bentuk baru yang merepresentasikan makna dan nilai estetis dari aranger. Penggunaan ketiga konsep teoritis di atas seperti transit dan transition, aransemen, dan hibriditas berdasarkan dari kompleksitas dari objek penelitian. Menurut Susanne Langer, seorang filsuf dari Amerika, kita mengalami seni (musik) tidak sebagai potongan yang terpisah (nada, harmoni, melodi) melainkan sebuah pengalaman emosional yang menyeluruh. 29 Pembacaan penulis dengan Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), 233. 29 26 menggunakan ketiga konsep teori tersebut nantinya dapat menganalisis objek materi yang cukup kompleks. Kompleksitas karya bermula dari pengambilan material yang berbeda dimana memungkinkan terjadinya benturan atas nilai dari masing-masing material. Selanjutnya secara bentuk karya dapat diliat terjadinya proses percampuran dua budaya yang berbeda. Perilaku kreatif individu, teks musik yang sama digunakan dalam berbagai acara berbeda, dan hibriditas atas dua budaya berbeda ini juga memberikan problematika atas komplektisitas dalam Nyanyian Negeriku untuk dikaji lebih dalam. Sebuah karya seni tidak hanya seputar mengenai kerumitan teknis dan filosofis dalam proses kreatif dalam menyusun karya saja tetapi dalam perjalanan karya dapat bertahan merupakan dinamika yang menarik dimana eksistensi karya tersebut dimaknai dengan pengalaman yang berbeda-beda. F. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan bagian penting dalam karya tulis ilmiah karena hal ini yang menentukan apakah karya tulis dapat disebut ilmiah atau tidak. Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan berbagai pendekatan yang mendukung proses penelitiannya. Objek materi dari tulisan ini adalah Nyanyian Negeriku dalam bentuk musik orkestra dan paduan 27 suara. Fokus dalam kajian ini tentang proses yang dilakukan oleh Singgih Sanjaya sebagai bentuk perilaku kreatif dengan menggunakan metode aransemen musik sehingga karya dipahami sebagai hybrid music. Selanjutnya pembacaan penulis mengenai pemaknaan atas Nyanyian Negeriku ketika digunakan dalam berbagai acara dan fenomena dari teks musik yang sama ke teks pertunjukan yang berbeda. Penelitian ini akan dilakukan dalam setting tertentu yang di dalamnya terpapar kehidupan riil (alamiah) dari perilaku kreatif Singgih Sanjaya yang memindahkan material sebagai bentuk transit dan transition yang berdampak pada bentuk karya hybrid music. Merujuk dari paparan di atas melalui metode kualitatif akan dilakukan investigasi untuk menganalisis, dan memahami fenomena tentang apa yang terjadi, bagaimana terjadinya, dan mengapa dapat terjadi terkait objek materi Nyanyian Negeriku. 30 Penulisan ini akan memperhatikan proses, peristiwa, dan autentitas data dari objek materi Nyanyian Negeriku yang didapat 31 karena data-data tersebut memiliki kandungan yang kaya, yang Norman K. Denzin & Yvonna S.Lincoln (eds), Handbook of Qualitative Research (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), xviii. 31 Denzin & Lincoln (eds), 2011, xviii. 30 28 multi-dimensional, dan kompleks 32. Nyanyian Negeriku adalah salah satu bentuk musik sehingga dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah kajian musik (music studies). Kajian musik disini melihat dari beberapa perspektif dalam disiplin musik, salah satunya seperti etnomusikologi. Etnomusikologi digunakan karena memiliki jangkauan luas terhadap kajian musik. Hood, dalam pengantar buku The Etnomusicologist, mengatakan bahwa satu hal yang dapat dipastikan tentang studi etnomusikologi adalah musik.33 Karya musik (Nyanyian Negeriku) juga bagian dari produksi manusia (Singgih Sanjaya) yang dekat proses perubahan sehingga membawa ilmu-ilmu humaniora sebagai alat pendekatan dalam kajian etnomusikologi.34 Untuk memaparkan analisis data secara baik dan sesuai kondisi realitas yang terjadi dalam perilaku kreatif seorang Singgih Sanjaya ketika membuat dan melakukan proses musikal di karya Nyanyian Negeriku, penulis menggunakan metode dalam mengumpulkan data dan menganalisis data dengan proses dan tahapan sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Soedarsono, 2001, 46. R. Supanggah, (ed), Seri Bacaan Etnomusikologi (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995). 42. 34 Supanggah, (ed), 1995, 35. 32 33 29 Pengumpulan data merupakan hal penting dalam proses penelitian karena data-data tersebut mempunyai porsi cukup tinggi dalam menentukan hasil dari sebuah penelitian. Terkait untuk menjawab kedua rumusan masalah mengenai proses perpindahan material lagu daerah dalam Nyanyian Negeriku dengan metode aransemen, eksistensi material setelah dipindahkan dan arti penting karya ini dipergunakan pengumpulan data. menjadi Pencarian fokus dan dalam pencarian pengumpulan data dan akan dilakukan menggunakan berbagai cara dengan berbagai sumber. Dalam pengumpulan menggunakan cara data-data seperti untuk observasi, penelitian wawancara, ini dan akan kajian literatur. 1.1. Observasi Observasi merupakan tahap pertama yang dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan data-data tentang apa saja yang terkait dengan Nyanyian Negeriku baik secara tekstual dan kontekstual. Hal ini data-data yang akan dicari berupa data material dari Nyanyian Negeriku seperti material nusantara yaitu lagu daerah. Data material tersebut nantinya akan digunakan sebagai objek analisis untuk menjelaskan mengenai transit dan transition melalui perilaku kreatif Singgih yang menggunakan metode aransemen musik. Dan perihal 30 eksistensi material lagu daerah di dalam bentuk paduan suara dan orkestra. Lagu daerah adalah salah satu materi yang menjadi modal dan media yang akan dipindahkan oleh Singgih Sanjaya ke musik orkestra. Memahami makna, arti, dan sejarah dari masing-masing lagu daerah yang digunakan sebagai material dasar merupakan hal penting. Mulai dari sini akan nampak bagian mana proses berpindah dan bagian mana saja yang menjadi kekuatan, nilai yang direduksi, dan bagian mana yang diambil oleh Singgih. Mencari data mengenai material lagu daerah akan menggunakan referensi dari sumber buku dan elektronik seperti web, blog, dan tulisan di media elektronik yang juga memperhatikan kualitas dan autentisitasnya. Material musik Barat yang berupa bentuk format paduan suara dan orkestra merupakan modal dan media selanjutnya. Data materi ini berupa teks musik yang berupa fullscore, yang berisikan material lagu daerah yang sudah dipindahkan ke dalam teks musik dengan metode aransemen musik. Melalui teks musik ini dapat di analisis eksistensi material lagu daerah ketika berbeda medium. Dalam mencari dan mengumpulkan data yang berupa teks musik ini, penulis meminta fullscore kepada individu yang melakukan proses kreatif tersebut yaitu Singgih Sanjaya. 31 Setelah dua data material didapatkan, penulis beranjak pada kajian material yang berupa teks baik teks berupa data tulisan tentang makna, sejarah, guna lagu daerah hingga teks musik jadi yang sudah di proses. Kajian teks musik dalam tulisan ini fokus pada data teks musik. Melalui data teks musik tersebut nantinya digunakan untuk mengkaji atau menganalisis bagaimana perilaku kreatif sebagai bentuk transit dan transition. Penjelasan mengenai teks merujuk pada pengertian dari Jameson (1990) yaitu sebuah teks yang menciptakan versi dunianya dengan memprogram narasi realis yang mempunyai kepastian bahwa produksi dalam kategori realitas ‘dunia nyata’, yang ‘obyektif’ atau ‘eksternal’ secara inheren berciri historis di mana kemungkinan modifikasi bisa saja terjadi dalam pola-pola produksinya 35. Selanjutnya teks musik dari masing-masing material akan digunakan sebagai pembanding, dengan arti bahwa melalui komparatif teks musik tersebut akan terpapar mengenai perilaku kreatif yang dilakukan oleh Singgih Sanjaya sebagai salah satu bentuk transit dan transtion. Untuk perihal dokumentasi tersebut di atas, penulis mencermati kemunculas teks-teks dalam sebuah pergelaran yang memiliki fenomena berbeda-beda dan bervariatif. Hal ini memiliki arti 35 Denzin & Lincoln (eds), 2011, xv. 32 bahwa data yang akan diambil merujuk pada dokumentasi audio visual pagelaran Nyanyian Negeriku. Untuk kajian dokumentasi ini penulis akan lebih ke dalam pembacaan melalui dokumentasi audio visual. Dokumentasi yang menjadi bahan rujukan untuk membaca fenomena from music text to performance dan perihal pemaknaan Nyanyian Negeriku ketika digunakan oleh pihak-pihak (agen) akan ada seleksi. Penulis tidak lepas untuk melihat teks pertunjukan yang berbeda dari teks musik yang sama. Tentunya dengan berberapa pertimbangan seperti dalam mencari data dan permasalahan komplektisitas Nyanyian Negeriku. Tulisan ini akan mengambil dua sampel dokumentasi yang dirasa dapat Negeriku. mewakili Kedua sampel komplektisitas penggunaan yang yang diambil, utama Nyanyian adalah penampilan dari SMM Orkestra pada tahun 2014 dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda. Sampel selanjutnya digunakan penulis sebagai komparasi atas kemunculan performance text dan sebagai pembanding dari hasil peristiwa bunyi yang dihadirkan. Penulis mengambil sampel dari pergelaran di halaman Kraton oleh The Bluescope Stell Youth Orchestra dari Wollongong, Australia tahun 2005. 33 Proses kajian dokumentasi bertujuan untuk mengetahui tentang fenomena dari teks pertunjukan yang muncul ketika Nyanyian Negeriku dipergelarkan. Nantinya pembacaannya akan melihat dan mengumpulkan data dari aspek dimensi sonoris dan artistik. Dimensi sonoris lebih kepada komponen-komponen musik yang dipakai dalam proses kreatif, dan dimensi artistik untuk melihat konteks pagelarannya. 1.2. Wawancara Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data yang tidak tertulis yang secara lisan disampaikan oleh narasumber. Wawancara dilakukan untuk mencari dan mengumpulkan data mengenai penyikapan material lagu daerah oleh aranger, proses kreatif, dan pengguna dari Nyanyian Negeriku. Hasil dari tahap wawancara digunakan penulis sebagai data utama dalam menjawab rumusan masalah kedua perihal pemaknaan (transition) Nyanyian Negeriku ketika digunakan oleh berbagai pihak. Data mengenai perilaku kreatif digunakan sebagai data utama dalam menjawab rumusan masalah yang pertama. Wawancara dilakukan dengan pembicaraan informal dalam arti pertanyaan yang diajukan bergantung pada spontanitasnya dalam 34 mengajukan pertanyaan kepada terwawancara 36. Penulis sedikit menggunakan wawancara etnografis sebagai peristiwa percakapan, seperti percakapan dengan sahabat yang di dalam percakapan peneliti ikut memasukan kata-kata pemantik guna membantu informan untuk menjawab. 37 Lantas untuk penulisan, penulis menuliskan hasil wawancara seperti apa yang disampaikan oleh informan kepada narasumber utama penulis. 38 yaitu Wawancara Singgih Sanjaya dilakukan dan dengan pihak yang menggunakan Nyanyian Negeriku. Wawancara dilakukan dengan narasumber utama yaitu Singgih Sanjaya guna mendapat data mengenai proses kreatif (aransemen) yang dilakukan. Terkait rumusan masalah yang kedua wawancara akan dilakukan dengan pihak yang pernah menggunakan Nyanyian Negeriku untuk dipagelarkan. Tentunya ada pemilihan mengenai penggunaan karya dalam berbagai konteks dengan pertimbangan, parameter, dan indikator dari fenomena yang muncul. Dipilih dua dokumentasi yang sesuai dengan kriteria pemilihan penulis berdasarkan konteks pergelaran. Kedua dokumentasi yang diambil sudah disinggung dalam bagian observasi di atas. Selanjutnya dari Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 187. 37 James P. Spradley, Metode Etnografi (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), 85. 38 Lihat James P. Spradley, 2006, 88. 36 35 pengambilan ketiga konteks pagelaran tersebut akan digunakan untuk studi komparatif mengenai arti penting Nyanyian Negeriku dalam pagelaran yang dilakukan oleh ke tiga pihak (agen) tersebut. 1.3. Kajian Literatur Kajian Literatur merupakan proses mengumpulkan data-data dari sumber-sumber tertulis seperti buku, tesis, disertasi, jurnal ilmiah, dan arsip. Data-data dari kajian literatur ini digunakan untuk keperluan proses analisa objek materi dalam penelitian yang akan ditulis. Sumber-sumber tertulis ini dipilih dengan menyesuaikan kepentingan analisa Nyanyian Negeriku. Fokus pencarian data dari sumber tertulis perihal pendekatan penelitian, landasan konsep teoritis, dan perspektif yang digunakan dalam penulisan ini. 2. Analisis Data Tahap analisis data tersebut digunakan untuk menganalisis data-data yang telah dikumpulkan mengenai objek penelitian. Upaya analisis dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya, menjadi satuan yang dapat dikelola, menyintesiskan, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. 39 Analisis data tersebut dilakukan 39 Moleong. 2007, 248. 36 dengan pendekatan yang telah dikemukakan dengan kerangka konsep teori yang sudah disusun. Data-data yang telah dikumpulkan dengan beberapa tahap kemudian dianalisis dengan konsep teoritis yang telah disusun. Ada tiga konsep teori yang digunakan dalam menganalisa data-data dari objek Nyanyian Negeriku. Konsep pertama dari Maruska Svasek yaitu transit dan transition yang digunakan untuk membaca proses transformasi yang dilakukan Singgih Sanjaya dari material lagu daerah ke paduan suara dan orkestra yang selanjutnya dapat membaca arti penting karya ini digunakan. Konsep teori tersebut digunakan untuk menganalisis proses kreatif Singgih Sanjaya dan proses digunakannya Nyanyian Negeriku. Selanjutnya dalam menganalisis teks musik digunakan metode aransemen dari Michael Miller (2007)dengan tujuan untuk menjelaskan mengenai eksistensi material lagu daerah dengan komparatif teks musik dan kekuatan kedalaman penggarapan karya. Konsep yang terakhir digunakan adalah hibriditas dari Homi K. Bhabha. Konsep ini digunakan untuk membaca proses percampuran budaya yang terjadi di Nyanyian Negeriku. Hibriditas akibat dari perilaku kreatif alih wahana sebagai bentuk transformasi budaya. 37 Konsep teori yang digunakan dalam penulisan ini berdasarkan pertimbangan kompleksitas dari Nyanyian Negeriku. Berangkat dari kekayaan data yang dikumpulkan yang menjadi fokus penelitian maka dipilih tiga konsep teoritis untuk menganalisis data yang terkumpul. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan analisis dari perspektif yang berbeda sehingga membuat kajian dalam karya ilmiah ini akan lebih kaya dan mendalam. G. Sistematika Penulisan Penulisan proses dan hasil penelitian tersebut dituliskan ke dalam beberapa bab. Masing-masing bab akan dijabarkan dan dijelaskan dari masing-masing tema yang berdasarkan dari judul bab. Sistematika penulisan ini terdiri dari urutan bab sebagai berikut: Bab I merupakan sebuah pengantar. Bab yang berisikan tentang latar belakang mengenai penulis memilih topik tersebut untuk dijadikan sebagai objek penelitian. Bab ini terbagi ke dalam sub-bab yang terdiri dari Latar Belakang Penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka, Landasan Teori, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan. dan terakir dalam bab ini adalah 38 Bab II Aransemen Sebagai Bagian dari Proses Kreatif dalam Musik. Bab ini akan mengupas biografi dari Singgih Sanjaya, baik latar belakang sejarah hidup, jenjang pendidikan, hingga pengalaman aranger dalam jagad musik di Indonesia. Bagian selanjutnya mengupas tentang proses dalam kegiatan musikal yang dinamakan aransemen. Aransemen dapat dijadikan sebuah perilaku alternatif untuk proses kreatif di dalam musik yang berbeda dengan seorang komposer. Bab III Eksistensi Lagu Daerah dalam Aransemen Musik Nyanyian Negeriku. Bab ini akan melihat proses kreatif dari aransemen yang dilakukan Singgih Sanjaya. Proses tersebut mengambil sebuah material dalam lagu daerah yang kemudian diolah secara kreatif ke dalam media yang berbeda yaitu paduan suara dan orkestra. Proses transit dan transition dalam perilaku aranger dalam memposisikan material satu ke material lain mendapat point utama dalam bab ini. Selanjutnya bab ini akan menguraikan teks musik yang dianalisis menggunakan disiplin musikologi yang menganalisis mengenai eksistensi sembilan lagu daerah yang telah berpindah media. Bab IV Ketika Teks Musik Nyanyian Negeriku Menjadi Pergelaran. Fokus dalam bab ini dimulai pada konteks Nyanyian 39 Negeriku ketika digunakan oleh pihak tertentu dalam sebuah pagelaran. Penekanannya pada pemaknaan dan pertimbangan untuk memilih karya untuk digunakan sebagai salah satu repertoar. Pemaknaan yang berbeda dari pihak tertentu menjadi dinamika yang menarik karena akan membawa pada aspek estetika, sosial, ekonomi, dan politik dalam pertimbangan menggunakan Nyanyian Negeriku. Bagian selanjutnya menganalisis tentang proses form music text to performance dengan melihat teks pergelaran yang muncul seperti kondakter, kostum, dan musisi. Fokus analisis dalam hal tersebut merupakan bagian dari transit dan transition dengan melihat aspekaspek yang muncul dalam pergelaran Nyanyian Negeriku. Bab V merupakan bab yang berisi tentang penjelasan dari hasil proses penelitian. Poin utamanya berupa ringkasan jawaban dan kesimpulan dari pertanyaan yang ada di dalam rumusan masalah. Sebuah penelitian mempunyai tujuan untuk mengungkapkan hasil dari apa yang ditemukan dari proses penelitian sehingga dalam penulisan bab tersebut juga bertujuan memaparkan hasil dari rangkaian proses penelitian yang dilakukan.