cara belajar yang menarik

advertisement
Merancang Pembelajaran Yang Menarik
Suatu hari, ketika saya meminta pendapat beberapa siswa kelas V-VI Sekolah Dasar perihal
pembelajaran yang menarik sehingga menjadikan mereka berprestasi lebih baik, saya
mendapatkan jawaban yang menakjubkan. Betapa tidak, siswa yang rata-rata berumur di bawah 11
tahun itu bisa memberikan jawaban yang cukup lengkap bagi penyelenggaraan proses pembelajaran
yang berkualitas, suatu jawaban yang biasanya hanya muncul dari guru-guru berpengalaman. Inilah
rangkuman jawaban mereka jika dikalimatkan ulang:
Pembelajaran yang menarik adalah pembelajaran yang di dalamnya ada cerita, ada nyanyian, ada
tantangan, dan ada pemenuhan rasa ingin tahu siswa. Gurunya santai dan humoris, namun memiliki
kesungguhan dalam membantu siswa menguasai materi pelajaran melalui cara-cara yang mudah,
cepat, dan menyenangkan. Gurunya mengerti dan memahami kondisi siswa, serta memberikan
perhatian penuh kepada kelas. Selain itu guru juga memberikan kesempatan kepada seluruh siswa
untuk maju dan berkembang, tidak hanya pada siswa-siswa tertentu saja.
Coba kita bandingkan pendapat siswa di atas dengan pengertian dari kamus. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, arti kata menarik yang sesuai dalam konteks ini adalah: (1) menyenangkan
(menggirangkan hati, menyukakan); dan (2) mempengaruhi atau membangkitkan hasrat untuk
memperhatikan (Depdikbud, 2002:1145). Dengan demikian, merujuk pada pengertian kamus
tersebut, pembelajaran yang menarik hanya mencakup dua unsur, yaitu: siswa senang dan siswa
memperhatikan. Atau dengan kata lain, pembelajaran yang menarik adalah pembelajaran yang
menyenangkan hati sehingga siswa mau memperhatikan.
Tentu saja pengertian demikian kurang lengkap. Dalam proses pembelajaran, siswa memang harus
senang dan memperhatikan. Tetapi kalau ini ukurannya (siswa senang dan memperhatikan),
mungkin tujuan pembelajaran tidak tercapai. Pasalnya, siswa bisa saja bertindak “seolah-olah”
(seolah-olah senang atau seolah-olah memperhatikan) untuk membuat guru merasa senang
(sehingga tidak marah-marah kepada siswa?).
Apalagi jika guru hanya memilih salah satu saja: siswa senang atau siswa memperhatikan. Jika ini
yang terjadi, maka guru boleh jadi hanya mengajar siswa dengan menyanyi dan tepuk tangan; atau
guru bertindak keras dengan memberikan hukuman bagi siswa yang tidak memperhatikan atau
gagal mencapai tujuan belajar.
Pendapat siswa tentang pembelajaran yang menarik di atas jelas lebih menyeluruh. Pembelajaran
yang di dalamnya ada cerita atau nyanyian atau tantangan yang “terjangkau” tentu saja akan
membangkitkan hasrat siswa untuk mengikutinya karena pada umumnya siswa suka dengan cerita
atau nyanyian atau tantangan.
Namun pembelajaran yang menarik bukanlah sekadar menyenangkan yang tanpa target. Ada
sesuatu yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran, yaitu pengetahuan atau keterampilan baru.
Jadi, pembelajaran yang menarik haruslah memfasilitasi siswa untuk berhasil mencapai tujuan
pembelajaran secara optimal, dengan cara yang mudah, cepat, dan menyenangkan; dan, pendapat ini
justru disampaikan oleh siswa.
Adapun manfaat dari pembelajaran yang menarik tersebut, karena dapat mengurangi atau bahkan
menghilangkan beban psikiologis siswa, tentunya akan mengefektifkan sekaligus mengefisienkan
aktivitas belajar-mengajar di kelas. Kita menyadari bahwa pembelajaran yang efektif dan efisien
membutuhkan kerja sama yang kompak antara guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran itu
harus terjadi interaksi yang intensif antarberbagai komponen sistem pembelajaran (guru, siswa,
materi belajar, lingkungan).
Lebih-lebih jika kita menginginkan proses pembelajaran yang standar, yaitu proses pembelajaran
yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik sebagaimana
diamanatkan oleh pasal 19 ayat (1) PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
jelas, pertama-tama pembelajaran harus menarik.
Empat Hal Dasar
Untuk mewujudkan pembelajaran yang menarik (sekaligus efektif dan efisien), William Watson
Purkey dalam artikelnya berjudul “Preparing Invitational Teachers for Next-Century Schools”
(dalam Slick, 1995:1-3) menyarankan empat hal yang harus ada dan dipenuhi dalam setiap proses
pembelajaran, demi untuk memberikan tujuan dan arah yang jelas. Keempat hal dasar tersebut
meliputi: kepercayaan (trust), rasa hormat (respect), optimisme (optimism), dan kesengajaan
(intentionality).
Kepercayaan. Proses pembelajaran seyogyanya merupakan kegiatan bersama dan saling mendukung
antara guru dan siswa, di mana proses sama pentingnya dengan produk. Dalam praktik
pembelajaran harus terjadi suatu pengenalan atas “saling ketergantungan” di antara sesama
manusia. Ungkap dia: “Attempting to teach students without involving them in the process is a lost
cause.” Bahkan andaikata usaha untuk membuat siswa melakukan apa yang diinginkan oleh guru
tanpa kerja sama mereka dianggap berhasil, energi yang dihabiskan oleh guru biasanya tidak
sepadan dengan apa yang dicapai.
Rasa hormat. Rasa hormat dapat diwujudkan dengan kepedulian yang mendalam kepada para siswa
dan perilaku yang memadai yang ditunjukkan oleh guru. Harus dipahami bahwa setiap orang pasti
mampu, bernilai, dan cakap untuk menjadi bertanggung jawab; dan mereka harus diperlakukan
secara benar. Rasa “saling-menghormati” di antara guru dan siswa, adalah dasar bagi terbangunnya
tanggung jawab bersama, sebagai unsur sangat penting yang harus ada dalam setiap kelas.
Optimisme. Setiap orang mempunyai potensi yang tak terbatas. Keunikan manusia adalah tidakadanya batasan yang jelas mengenai potensi yang telah ditemukan. Pembelajaran yang menarik
tidak akan ada artinya apabila optimisme mengenai potensi manusia terabaikan.
Kesengajaan. Potensi manusia dikenali terutama dengan tempat, proses, dan program yang
dirancang untuk merangsang perkembangan; dan ini dapat dilakukan guru yang dengan sengaja
membuat dirinya menarik, bagi diri sendiri dan orang lain, secara pribadi maupun secara
profesional.
Pendekatan Pembelajaran
Ada beberapa pendekatan atau model bagi penyelenggaraan proses pembelajaran yang menarik.
Misalnya: CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) atau PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan). Atau yang berasal dari mancanegara (dari buku terjemahan), seperti:
“Quantum Teaching” (DePorter, 2001), ”Accelerated Learning” (Meier, 2002).
Guru dapat mempraktikkan model atau pendekatan pembelajaran seperti disebutkan di atas,
termasuk dari buku-buku terjemahan, dengan penyesuaian tertentu. Boleh juga guru merancang
model sendiri, atau memodifikasi model yang sudah ada dan disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Namun, model apa pun yang digunakan, unsur-unsur seperti yang disarankan oleh Purkey dan
pendapat siswa di atas harus dipenuhi.
Yang harus dipahami, model atau pendekatan itu hanya alat. Semua kembali kepada siapa yang
menggunakan (the man behind the gun). Sebagus apa pun alatnya, kalau tidak didukung dengan
kemampuan dan kemauan pemakainya, alat itu tidak banyak gunanya. Dan untuk hal-hal yang
menyangkut peningkatan mutu pendidikan, kembalinya adalah pada guru sebagai pelaksana di
lapangan, yaitu guru yang berkualitas dan memiliki komitmen tinggi untuk membantu siswa
mencapai keberhasilan.
Komitmen di antaranya dipengaruhi oleh kedalaman pemahaman dan keluasan wawasan tentang
hal-hal yang terkait dengan tugas. Jika guru memiliki pemahaman dan wawasan yang baik tentang
tugasnya, ia akan memiliki komitmen yang baik pula. Jadi dengan banyak membaca, melihat,
merenung atau merefleksi diri, berdiskusi dengan teman sejawat termasuk dengan siswa, atau
melakukan penelitian tentang keberhasilan pembelajaran, guru akan mampu menyelenggarakan
pembelajaran yang menarik.
Sumber : http://www.gurusukses.com/merancang-pembelajaran-yang-menarik
Download