eJournal Administrasi Bisnis, 2015, 3 (1): 68-82 ISSN 2355-5408 , ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2015 ANALISIS PENERAPAN REORDER POINT TERHADAP PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA PT. SEMEN TONASA DI SAMARINDA Ahmat Husaini1 Abstrak Analisis Penerapan Reorder Point Terhadap Pengendalian Persediaan pada PT. Semen Tonasa di Samarinda, di bawah bimbingan bapak Dr. La Ode Hasiara, S.E., M.M., M.Pd., Ak., CA dan bapak Eko A. Widyanto, SE., M.SA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dengan metode yang digunakan oleh penulis maka perusahaan hanya memerlukan 30 kali pemesanan minimum dalam satu tahun, dengan tiap satu kali pemesanan sebesar 23.219 ton. Dengan menggunakan metode reorder point dapat dijadikan sebagai standar perhitungan untuk menentukan titik pemesanan kembali terhadap pengendalian persediaan ekonomis pada PT. Semen Tonasa di Samarinda, dikarenakan metode reorder point mampu mengelola persediaan lebih ekonomis dari biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan tanpa mengurangi jumlah pemesanan serta kualitas barang yang dibutuhkan. Dengan menggunakan metode reorder point maka dapat diketahui kapan perusahaan harus melakukan pemesanan ulang semen yaitu pada saat stok mencapai 366.110 Ton. Agar persediaan pengaman (safety stock) tetap terjaga, agar pelayanan terhadap permintaan konsumen dapat terus ditingkatkan. Dengan menggunakan konsep metode economic order quantity maka dapat diketahui pengendalian persediaan ekonomis dengan total biaya persediaan sebesar Rp1.180.475.000,- dengan 30 kali pemesanan dalam satu tahun. Kata Kunci: reorder point, pengendalian persediaan Pendahuluan Setiap perusahaan dibentuk oleh seseorang atau sekelompok orang atau suatu badan lainnya untuk memenuhi kebutuhan ekonomis, perusahaan juga mempunyai tujuan untuk menghasilkan keuntungan atau mencari laba. Pada hakekatnya pengendalian berfungsi sebagai pengukuran dan perbaikan atas pelaksanaan prosedur. Persediaan merupakan penunjang proses operasi perusahaan sesuai dengan klasifikasinya yaitu, persediaan barang dagang untuk perusahaan dagang, persediaan bahan baku dan penolong, barang dalam proses, dan persediaan barang jadi untuk perusahaan manufaktur. Perlu pengukuran yang tepat pada persediaan untuk menjamin laporan keuangan yang akurat. Jika persediaan tidak dihitung secara tepat, pengeluaran dan penerimaan tidak dapat dicocokkan secara benar. Tanpa persediaan sama sekali akan tidak baik dan persediaan terlalu banyak juga tidak baik bagi perusahaan sebab akan mempengaruhi total biaya persediaan. Demi menunjang proses pengepakan serta pendistribusian dengan visi menjaga dan mempertahankan pelayanan sangat dibutuhkan. PT. Semen Tonasa di Samarinda adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam pengepakan dan pendistribusian semen ke seluruh wilayah Kalimantan Timur. Mahasiswa Program S1 Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email: [email protected] Pengaruh Pelaksanaan K3 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Bayu) Salah satu masalah yang dapat ditempuh oleh perusahaan PT. Semen Tonasa adalah dengan mengendalikan faktor-faktor dalam perusahaan seperti melakukan perbaikan serta perawatan secara berkala terhadap mesin-mesin produksi dan mesinmesin pendukung lainnya serta memiliki persediaan semen yang cukup. Pengawasan dan pengendalian persediaan merupakan masalah pokok dalam setiap perusahaan karena tanpa adanya persediaan yang cukup maka perusahaan atau pihak menajemen dihadapkan pada risiko bahwa perusahaan pada saatnya tidak dapat memenuhi kebutuhan pelanggan yang memerlukan produk yang dihasilkan tersebut. Kebutuhan untuk menyimpan dalam jumlah yang mencukupi barang-barang yang akan dijual atau didistribusikan ditambah lagi dengan kebutuhan untuk menghindari biaya kelebihan persediaan, memperlihatkan pentingnya masalah perencanaan dan pengendalian persediaan oleh manajemen. Persediaan dapat diminimumkan dengan suatu perencanaan kegiatan dan organisasi produksi yang baik untuk memperlancar proses pendistribusian yang optimal. Seperti halnya menurut teori Taylor (2008:387) menyatakan bahwa penentuan waktu untuk memesan pada sistem persediaan continu adalah titik pemesanan ulang (reorder point), yaitu tingkat persediaan saat dilakukan pemesanan ulang. Perencanaan dan pengendalian persediaan yang menjadi masalah utama adalah penyelenggaraan atau pemesanan persediaan bahan baku harus tepat waktu, agar kelancaran pendistribusian semen tidak terhambat dan dana yang ditanamkan dalam persediaan tidak berlebihan. Ada beberapa keuntungan memiliki persediaan barang yang cukup menurut Fahmi (2012:246) yaitu: adanya kesempatan untuk menjual barang, memungkinkan mendapatkan potongan atau discont, biaya pemesanan dapat dikurangi, serta dapat menjamin kelancaran proses produksi. Jika perusahaan mengalami kehabisan stok barang maka perusahaan akan mengalami kerugian karena kegiatan pendistribusian tidak dapat berjalan seperti apa yang diinginkan oleh pimpinan perusahaan. Dengan demikian perusahaan tidak memperoleh laba atau keuntungan namun mengalami kerugian karena tetap membayar gaji karyawan, membayar perawatan mesin, serta perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan dan akan terjadi kelangkaan semen dipasaran. Tahun 2013, di kota Samarinda telah terdapat tiga pabrik packing plan atau pengantongan semen yaitu PT. Semen Tonasa, PT. Semen Tiga Roda dan PT. Semen Bosowa Maros. Ketiga pabrik tersebut tepatnya berada diwilayah Palaran, kota Samarinda. Ketiga pabrik tersebut mewakili tiga produk semen yang beredar dipasaran Kalimantan Timur, khususnya Samarinda dan Balikpapan. Adapun produk semen lain yang didatangkan oleh distributor adalah semen Gresik dan semen Holcim. Saat ini PT. Semen Tonasa di Samarinda belum mempunyai standar perhitungan untuk melakukan pengadaan dan pemesanan kembali terhadap persediaan semen curah yang dimiliki untuk kemudian digunakan dalam proses pengantongan dan pendistribusian ke distributor yang ada diseluruh wilayah Kalimantan Timur. Saat ini perusahaan memakai perhitungan pemesanan semen hanya melihat pada besarnya jumlah barang atau semen yang dijual atau didistribusikan. Dengan demikian perusahaan tidak mendapatkan keefisienan di dalam melakukan pengendalian persediaan semen yang dimiliki. Oleh karena itu, sering terjadi kelebihan dan kekurangan semen, yang menyebabkan terganggunya 69 eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 1, 2015: 68-82 kelancaran proses pendistribusian. Persediaan semen curah yang dimiliki dipesan langsung dari PT. Bringkassi Raya yang berada di Biringere-Kab. Pangkep Sulawesi Selatan. Sehubungan dengan pentingnya pengendalian persediaan semen curah yang akan membawa dampak terhadap kelancaran dalam proses pendistribusian. Maka perlu dilakukan penelitian yang sifatnya kuantitatif terhadap pengendalian persediaan semen curah berdasarkan metode reorder point. Titik pemesanan kembali atau Reorder point didasari atas suatu pemikiran bahwa persediaan yang cukup dapat membantu dalam kelancaran proses pengepakan dan pendistribusian sehingga permintaan pelanggan dapat terpenuhi. Dengan persediaan semen curah yang cukup maka dapat membantu manajemen dalam memperkecil biaya penyimpanan yang besar dan menghindari kerugian karena kerusakan dan turunnya kualitas barang persediaan berupa semen curah yang dimiliki oleh perusahaan. Kerangka Dasar Teori Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) Reorder point merupakan salah satu dari metode dari pengelolaan persediaan dimana metode ini membantu penggunanya kapan saat yang tepat untuk melakuakan pemesanan kembali persediaan. Taylor (2008:387) menyatakan bahwa penentuan waktu untuk memesan pada sistem persediaan continu adalah titik pemesanan ulang (reorder point), yaitu tingkat persediaan saat dilakukan pemesanan ulang. Menurut Sutrisno (2009:88) menyatakan bahwa reorder point adalah titik dimana perusahaan harus memesan kembali agar kedatangan bahan baku yang dipesan tepat pada saat persediaan bahan baku di atas safety stock sama dengan nol. Persediaan Pengaman (Safety Stock) Persediaan pengaman atau safety stock merupakan bagian dari pengelolaan persediaan dimana persediaan ini disimpan untuk mengantisipasi permintaan yang mendadak. Menurut Taylor (2008:364) menyatakan bahwa stock cadangan (safety atau buffer stock) disimpan untuk memenuhi perubahan yang tidak diharapkan dalam bentuk permintaan yang lebih banyak. Sedangkan menurut Hongren et al, (2006:290) bahwa persediaan pengaman (safety stock) adalah persediaan yang disimpan sepanjang waktu tanpa memandang kuantitas persediaan yang dipesan dengan menggunakan modal EOQ (Economic Order Quantity atau kuantitas pesanan yang ekonomis). Waktu Tunggu (Lead Time) Menurut Sakkung dan Sinuraya (2011:5) menyatakan bahwa waktu tunggu (lead time) ketika suatu pesanan dilakukan. Hansen dan Mowen (2005:474) menyatakan bahwa tenggang waktu (lead time) adalah waktu yang diperlukan untuk menerima kuantitas pesanan ekonomis setelah pesanan dilakukan atau persiapan dimulai. Kesimpulannya bahwa persediaan yang diperluka membutuhkan waktu tunggu (lead time), yaitu mulai pemesanan, jangka waktu pembuatan, Jangka waktu pengiriman, hingga barang diterima dan masuk digudang. EOQ (Economic Order Quantity) EOQ merupakan “volume atau jumlah persediaan yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Untuk memenuhi kebutuhan itu maka dapat diperhitungkan pemenuhan kebutuhan (pembelian) yang paling ekonomis, yaitu sejumlah kuantitas barang yang akan dapat diperoleh dengan pembelian yang 70 Pengaruh Pelaksanaan K3 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Bayu) menggunakan biaya yang minimal” Indriyo (2001:101). Sedangkan menurut Narifin (2000:57) “EOQ adalah kuantitas atau jumlah barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal yang sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal”. Pengendalian Persediaan Manajemen yang baik sangat diperlukan untuk perencanaan dalam pengendalian persediaan. Persediaan yang tinggi bisa memenuhi permintaan pelanggan kapan saja namun memerlukan modal kerja yang besar. Dengan pengendalian persediaan yang baik maka jumlah persediaan bisa kecil bahkan nol dan disebut zero inventory. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan harus memerlukan sistem akuntansi yang akurat dan catatan yang up-to-date. Dengan begitu perusahaan dapat memonitor persediaan secara terukur. Tujuan Pengendalian Persediaan Menurut Fahmi (2012:246) ada beberapa keuntungan memiliki persediaan yang cukup, yaitu: a. adanya kesempatan untuk menjual barang; b. memungkinkan mendapatkan potongan; c. biaya pemesanan dapat dikurangi; d. menjamin kelancaran proses produksi. Sistem Pengendalian Persediaan Menurut Kieso at al, (2007:404) pengendalian persediaan terdapat dua sistem pencatatan, yaitu. 1. Sistem Perpetual (buku) Sistem pencatatan ini secara terus menerus melacak perubahan akun persediaan, yaitu semua pembelian dan penjualan (pengeluaran) barang dicatat secara langsung ke akun persediaan pada saat terjadi. 2. Sistem Periodik (fisik) Sistem pencatatan ini semua pembelian dicatat dengan mendebet akun pembelian dan tidak diikuti mutasi persediaan barang, sedangkan untuk mendapatkan harga pokok penjualan adalah jumlah residu pada hasil perhitungan persediaan akhir fisik. Sedangkan menurut Horngren (2006:367-368) juga menyatakan bahwa terdapat dua jenis dasar sistem pengendalian persediaan yaitu. 1. Sistem Persediaan Kontinu Sistem ini disebut juga sistem perpetual atau fixed order quantity system (sistem kuantitas pesanan tetap), diadakan pencatatan tingkat persediaan untuk setiap item. 2. Sistem persediaan periodik Sistem ini disebut juga sistem periodik waktu tetap (fixed time period system) dan sistem telaah periodik (periodic review system), persediaan dihitung pada interval waktu tertentu. Kesimpulannya adalah dengan menggunakan sistem perpetual, jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat diketahui dan memudahkan dalam penyusunan neraca dan rugi-laba jangka pendek. Pengelolaan Biaya Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan pada umumnya dapat dikelompokan atau digolongkan untuk mendeteksi tujuan biaya tersebut. Menurut Supriono (2005:18-36) menyatakan bahwa biaya dapat digolongkan sebagai berikut. 71 eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 1, 2015: 68-82 1. Penggolongan biaya sesuai fungsi pokok dari kegiatan atau aktivitas perusahaan. Fungsi pokok dari kegiatan perusahaan dapat digolongkan sebagai berikut. a. Fungsi Produksi b. Fungsi Pemasaran c. Fungsi Administrasi dan Umum d. Fungsi Keuangan 2. Penggolongan biaya sesuai dengan periode akuntansi dimana biaya akan dibebankan. Biaya digolongkan dengan hubungannya dengan pembebasan periode akuntansi tertentu, yaitu. a. Pengeluaran modal (capital expenditure) b. Pengeluaran penghasilan (capital revenue) 3. Penggolongan biaya sesuai dengan terdensi perubahannya terhadap aktiva atau volume. a. Biaya tetap (fixed cost) b. Biaya variabel (variable cost) c. Biaya semi variabel (semi-variable cost) 4. Penggolongan biaya sesuai dengan objek dan pusat biaya yang dibiayai. a. Biaya langsung (direct cost) b. Biaya tidak langsung (indirect cost) 5. Penggolongan biaya sesuai dengan tujuan pengendalian biaya. a. Biaya terkendali (cotrollable cost) b. Biaya tidak terkendali (uncontrollable cost) 6. Penggolongan biaya sesuai dengan tujuan pengambilan keputusan. Apabila manajemen didalam mengambil keputusan harus berhati-hati dan memperoleh informasi yang lengkap serta pertimbangan yang cermat, oleh karena itu dalam pengambilan keputusan sangat berhubungan dengan konsep-konsep biaya seperti. a. Biaya yang patut diperhitungkan dalam pengambilan keputusan. b. Biaya yang diabayka dalam pengambilan keputusan, umumnya biaya ini sama. c. Biaya yang memerlukan pengeluaran tunai pada saat terjadinya biaya tersebut. d. Biaya historis yang pada saat tertentu tidak mungkin dapat diterima kembali sehingga tidak dianggap sebagai biaya yang relevan. e. Keuntungan-keuntungan yang terpaksa dilepaskan karena alternatif lain. f. Biaya yang diperlukan untuk mengganti suatu aktiva atau sumber tertentu pada saat ini. g. Biaya yang dihindari karena suatu alternatif. h. Biaya differensial dimana jumlah biaya lebih besar dari jumlah biaya yang ada sebelumnya karena pemilihan alternatif. i. Biaya differensial dimana jumlah biaya relatif sedikit dari jumlah biaya sebelumnya karena pemilihan alternatif. Biaya Persediaan Terdapat beberapa definisi biaya menurut para ahli diantaranya adalah sebagai berikut. Simamora (2004:36) definisi biaya adalah kas atau nilai setara kas yang diharapkan memberikan manfaat pada saat ini atau dimasa yang akan datang bagi 72 Pengaruh Pelaksanaan K3 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Bayu) organisasi. Disebut setara kas (cash equivalent) karena sumber-sumber non kas dapat dikeluarkan dengan barang atau jasa yang dikehendaki. Menurut Supriyono (2005:16) biaya atau expenses adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan (revenues) dan akan dipakai sebagai pengurangan penghasilan. Pengertian Persediaan Persediaan adalah bagian yang signifikan sehingga pengamanan persediaan adalah sepenting menjaga kas dan persediaan merupakan aktiva yang penting untuk kebanyakan bisnis dan biasanya berupa aktiva lancar terbesar dari perusahaan manufaktur dan pengecer atau retail. Taylor (2008:364) menyatakan persediaan (inventory) merupakan stock barang yang disimpan oleh suatu perusahaan untuk memenuhi permintaan pelangggan. Umumnya setiap jenis perusahaan memiliki berbagai jenis persediaan. Menurut Sutrisno (2009:84) mendefinisikan persediaan adalah sejumlah barang atau bahan yang dimiliki oleh perusahaan yang tujuannya untuk dijual dan atau diolah kembali. Fungsi Persediaan Menurut Sakkung dan Candra (2011:3) terdapat tiga fungsi persediaan yaitu. 1. Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier. Dalam hal ini persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. 2. Persediaan Lot Size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan perunit menjadi lebih murah dan sebagainya. 3. Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalakan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasional inventories). Di samping itu, perusahaan sering menghadapi ketidak pastian jangka waktu pengiriman dan permintaan barang-barang selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan-perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman (safety stock/inventories). Klasifikasi Persediaan Menurut Sutrisno (2009:84) bahwa perusahaan manufaktur mempunyai beberapa macam persediaan utama, sebagai berikut: a. persediaan bahan baku (raw material inventory) b. persediaan bahan setengah jadi (work in process inventory) c. persediaan barang jadi (finished goods inventory) Metode Penilaian Persediaan Menurut Soemarso (2009:385-390) terdapat beberapa alternatif metode penilaian persediaan, yaitu. 1. Metode FIFO Metode ini mengasumsikan bahwa barang pertama yang dibeli adalah barang pertama yang digunakan atau dijual. 2. Metode LIFO Metode ini mengasumsikan bahwa barang terakhir yang dibeli adalah barang pertama yang digunakan atau dijual. 73 eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 1, 2015: 68-82 3. Metode Rata-rata Metode ini menghitung harga pos-pos yang terdapat dalam persediaan atas dasar biaya rata-rata barang yang sama tersedia selama satu periode. Metode Pengakuan Persediaan Perusahaan perlu menegaskan dalam hal perjanjian jual-beli atas barang yang diperoleh menjadi persediaan. Menurut Keiso et al, (2007:408) bahwa barang dalam perjalanan terdapat beberapa aturan keperpindahan hak kepemilikan, yaitu. 1. FOB Shipping Point yaitu hak kepemilikan berpindah ke pembeli ketika penjual menyerahkan barang kepada perusahaan pengangkut. 2. FOB Destination yaitu hak kepemilikan belum berpindah sampai pembeli menerima barang dari perusahaan pengangkut. Definisi Konsepsional Sesuai dengan judul penelitian dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini maka disampaikan definisi konsepsional sebagai berikut. a. Reorder point adalah titik di mana perusahaan harus memesan kembali agar kedatangan bahan baku yang dipesan tepat pada saat persediaan bahan baku di atas afety stock sama denga nol (Sutrisno, 2009:88). b. EOQ merupakan “volume atau jumlah persediaan yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Untuk memenuhi kebutuhan itu maka dapat diperhitungkan pemenuhan kebutuhan (pembelian)yang paling ekonomis, yaitu sejumlah kuantitas barang yang akan dapat diperoleh dengan pembelian yang menggunakan biaya yang minimal” (Indriyo, 2001:101). c. Pengendalian persediaan merupakan suatu metode yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan pencatatan persediaan secara terus-menerus agar kelancaran proses produksi dan pendistribusian dapat terus berjalan sesuai apa yang telah direncanakan oleh pimpinan. Definisi Operasional 1. Persediaan barang atau bahan yang dimiliki oleh PT. Semen Tonasa, Samarinda yang tujuannya untuk digunakan, dijual atau diolah kembali dalam bentuk semen dalam kemasan. 2. Frekuensi kebutuhan semen curah pertahunnya dalam proses pendistribusian atau penjualan keseluruh distributor. 3. Kebutuhan selama lead time yaitu kebutuhan bahan baku yang diperlukan PT. Semen Tonasa, Samarinda selama tenggang waktu menunggu. 4. Safety stock merupakan persediaan pengaman yang diterapkan dalam pengelolaan persediaan PT. Semen Tonasa, Samarinda selama tenggang waktu menunggu. Jenis dan Sumber Data Untuk mempermudah pembahasan, maka data-data yang diperlukan untuk melengkapi tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut. 1. Gambaran umum perusahaan PT. Semen Tonasa, Samarinda. 2. Struktur organisasi perusahaan PT. Semen Tonasa, Samarinda. 3. Data laporan pemesanan dan pemakaian semen curah pada PT. Semen Tonasa, di Samarinda tahun 2013. 4. Data-data relevan lainnya yang berhubungan dengan penelitian. 74 Pengaruh Pelaksanaan K3 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Bayu) Metode Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data upaya dalam penyelesaian penelitian ini maka penulis memerlukan data-data dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut. 1. Penelitian kepustaakaan (library research) 2. Penelitian lapangan (field work research) a. observasi (Observation) b. wawancara (Interview) c. studi dokumentasi Analisis Data Sehubungan dengan judul yang penulis kemukakan pada laporan ini yaitu tentang pengendalian persediaan, maka dalam bagian ini penulis menyajikan alat analisis yang digunakan yaitu berupa penerapan teori Reorder Point untuk mengendalikan persediaan semen curah pada PT. Semen Tonasa di Samarinda. Perhitungan Metode Reorder Point Sutrisno (2009:88) menyatakan bahwa reorder point dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Safety stock = xxx Kebutuhan selama lead time = xxx + Reorder point = xxx Di mana: Safety stock = persediaan pengaman Lead time = kebutuhan bahan baku selama tenggang waktu menunggu. Reorder point = titik pemesanan kembali persediaan Perhitungan Metode Safety Stock Hansen dan Mowen (2005:585), persediaan pengaman (safety stock) dapat dihitung sebagai berikut. Penggunaan maksimal = xxx Rata-rata penggunaan = xxx Selisih = xxx Waktu tunggu = xxx + Persediaan pengaman = xxx Perhitungan Metode Lead Time Menurut pendapat beberapa ahli ekonomi bahwa perusahaan yang memiliki banyak persediaan tentunya akan memiliki karakteristik lead time yang berbeda, maka dapat dirumuskan perhitungan lead time sebagai berikut. Pabrik-pelabuhan muat = xxx (hari) Perjalanan kapal laut = xxx (hari) Pelabuhan-gudang penyimpanan = xxx (hari) + Waktu tunggu = xxx (hari) 75 eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 1, 2015: 68-82 Perhitungan Metode Ecionomic Order Quantity Keterangan Jumlah Pesanan Per Bulan Dalam Setahun Frekuensi Pembelian Berapa bulan sekali pesanan dilakukan Jumlah setiap kali pesan (Ton) Nilai persediaan (Rp) Nilai persediaan rata-rata (Rp) Biaya penyimpanan per tahun = 5% (Rp) Biaya pesan setahun (Rp) Jumlah biaya seluruhnya (Rp) Q* = 2CR = H 2CR = Economic Order Quantity (EOQ) PT TC(Q*) = PR + HQ* = Total biaya minimum per tahun F= R = Q* HR = Frekuensi pemesanan selama satu tahun 2C Di mana : R : Jumlah Permintaan Per periode/ tahun C : Biaya Pemesanan H : Biaya Penyimpanan Per tahun P : Biaya pembelian per unit T : Persentase total biaya simpan per tahun Q* : Ekonomic Order Quantity F : Frekuensi pemesanan selama satu tahun (Yamit,2005:49) Hasil Penelitian Dalam penyelesaian perhitungan untuk menentukan atau mengetahui titik pemesanan ekonomis adalah data-data yang diperoleh secara akurat yang nantinya akan mendukung di dalam melakukan perhitungan reorder point, lead time, safety stock, dan economic order quantity dalam pembahasan untuk itu, penulis melampirkan data-data yang sesuai dengan judul yang diambil oleh peneliti 76 Pengaruh Pelaksanaan K3 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Bayu) Pemesanan Semen pada tahun 2013 Jumlah yang dipesan (ton) Januari Frekuensi Pemesanan 18 49.171,050 Harga per ton (Rp 1.000.000) Rp 49.171.050.000,- Februari 20 45.303,751 Rp 45.303.751.000,- Maret 23 55.068,524 Rp 55,068.524.000,- April 24 55.868,209 Rp 55.868.209.000,- Mei 24 53.580,256 Rp 53.580.256.000,- Juni 24 52.370,345 Rp 52.370.345.000,- Juli 28 58.671,365 Rp 58.671.365.000,- Agustus 20 51.283,856 Rp 51,283.856.000,- September 27 61.487,845 Rp 61.487.845.000,- Oktober 28 71.221,189 Rp 71.221.189.000,- November 30 71.480,274 Rp 71.480.274.000,- Desember 30 71.073,336 Rp 71.073.336.000,- Total 296 696.580 Rp 696.580.000.000,- Bulan Sumber : PT Semen Tonasa Samarinda Daftar Pendistribusian Semen Tahun 2013 Total Pendistribusian Rata-rata Pendistribusian Bulan Januari 46.081,510 ton 1.486,500 ton Februari 43.894,180 ton 1.567,647 ton Maret 51.234,400 ton 1652,723 ton April 51.813,670 ton 1727,122 ton Mei 58.857,150 ton 1.898,618 ton Juni 52.612,420 ton 1.753,747 ton Juli 59.931,270 ton 1.933,267 ton Agustus 38.105,010 ton 1.229,194 ton September 66.075,300 ton 2.202,510 ton Oktober 75.404,810 ton 2.432,413 ton November 75.739,660 ton 2.524,655 ton Desember 71.660,870 ton 2.311,641 ton Sumber : data primer yang diolah dari lampiran 3 Diketahui bahwa biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang dinyatakan dalam persentase 5 % dari nilai rata-rata dalam rupiah dari persediaan sebesar Rp1.000.000,- per ton. Maka diperoleh biaya penyimpanan dan pemeliharaan sebesar Rp50.000,- per ton. Hal ini dikarenakan tingkat penjualan dan pendistribusian semen sangat tinggi untuk itu persentase biaya penyimpanan dan pemeliharaan relatip kecil. Serta di dalam pemesanan semen perusahaan mengeluarkan biaya sebesar Rp20.000.000,- untuk tiap kali pemesanan semen. 77 eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 1, 2015: 68-82 Analisis Maka pada hasil analisis ini dapat penulis uraikan perhitungan-perhitungan dengan alat analisis yang penulis gunakan. Sebagaimana hasil penelitian yang telah dikemukakan, analisis data nantinya diarahkan pada penerapan metode reorder point, safety stock, lead time, dan juga economic order quantity, yang dilakukan oleh penulis dengan membandingkan metode yang dilakukan oleh perusahaan. Perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan Jumlah pembelian 696.580 ton Biaya pembelian per ton Rp1.000.000,- x Rp696.580.000.000,Frekuensi pemesanan 296 kali Biaya tiap kali pemesanan Rp20.000.000,- x Rp5.920.000.000,- + Total biaya pembelian sebanyak 296 kali Rp702.500.000.000,Biaya penyimpanan 5% dari nilai persediaan Rp696.580.000.000,- : 5% = Rp34.829.000.000,Biaya persediaan = total biaya pemesanan + total biaya penyimpanan = Rp702.500.000.000 + Rp34.829.000.000,= Rp737.329.000.000,2. Perhitungan yang dilakukan oleh penulis adalah : a. lead time persediaan semen curah Pabrik-pelabuhan muat = 1 hari Perjalanan kapal laut = 3 hari Dermaga-gudang penyimpanan = 1 hari + Waktu tunggu = 5 hari b. safety stock persediaan semen Pendistribusian maksimal = 75.740 Ton Rata-rata = 2.525 Ton Selisih = 73.215 Ton Tenggang waktu = 5 Hari x Persediaan pengaman = 366.075 Ton c. reorder point persediaan semen ROP = Safety stock + Kebutuhan selama leade time ROP = 366.075 + (5/360 x 2.525) ROP = 366.075 + 35 ROP = 366.110 Ton 78 Pengaruh Pelaksanaan K3 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Bayu) d. ekonomic order quantity Perhitungan Economic Order Quantity menurut penulis Keterangan Frekuensi Pembelian Berapa bulan sekali pesanan dilakukan Jumlah setiap kali pesan (Ton) Nilai persediaan (Rp) Nilai persediaan rata-rata (Rp) Biaya penyimpanan per tahun = 5% (Rp) Biaya pesan setahun (Rp) Jumlah biaya seluruhnya (Rp) Jumlah Pesanan Per Bulan Dalam Setahun 296 x 148 x 98 x 74 x 59 x 49 x 1 2 3 4 5 6 696.580 4.707 7.108 9.413 11.806 14.216 696.580.000.000 4.707.000.000 7.108.000.000 9.413.000.000 11.806.000.000 14.216.000.000 348.290.000.000 2.353.500.000 3.554.000.000 4.706.500.000 5.903.000.000 7.108.000.000 17.414.500.000 117.675.000 177.700.000 235.325.000 295.150.000 355.400.000 5.920.000.000 2.960.000.000 1.960.000.000 1.480.000.000 1.180.000.000 980.000.000 23.334.500.000 3.077.675.000 2.137.700.000 1.715.325.000 1.475.150.000 1.335.400.000 lanjutan Keterangan Frekuensi pembelian dalam setahun Berapa bulan sekali pesanan dilakukan Jumlah setiap kali pesan (Ton) Nilai persediaan (Rp) Nilai persediaan rata-rata (Rp) Biaya penyimpanan per tahun = 5% (Rp) Biaya pesan setahun (Rp) Jumlah biaya seluruhnya (Rp) Jumlah Pesanan Per Bulan Dalam Setahun 42 x 37 x 33 x 30 x 27 x 25 x 7 8 9 10 11 12 16.585 18.827 21.109 23.219 25.799 27.863 16.585.000.000 18.827.000.000 21.109.000.000 23.219.000.000 25.799.000.000 27.863.000.000 8.292.500.000 9.413.500.000 10.554.500.000 11.609.500.000 12.899.500.000 13.931.500.000 414.625.000 470.675.000 527.725.000 580.475.000 644.975.000 696.575.000 840.000.000 740.000.000 660.000.000 600.000.000 540.000.000 500.000.000 1.254.625.000 1.210.675.000 1.187.725.000 1.180.475.000 1.184.975.000 1.196.575.000 79 eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 1, 2015: 68-82 2CR = 2(696.580)(20.000.000) = 557264000 = 23.606 ton H 50.000 Total anual cost = PR + HQ* = Rp 1.000.000(696.580) + Rp 50.000(23.606) = Rp 696.580.000.000 + Rp 1.180.300.000,= Rp 697.760.300.000,Frekuensi pembelian per tahun = 696579,73 / 23.606,435 = 29.5 = 30 kali. Q* = Total biaya persediaan semen berdasarkan perhitungan perusahaan pada tahun 2013 Keterangan Pesanan selama satu tahun Frekuensi pemesanan Total biaya pemesanan sebanyak 296 kali pesanan Biaya penyimpanan Total biaya persediaan Sumber : PT. Semen Tonasa Samarinda Jumlah 696.580 ton 296 kali Rp702.500.000.000,Rp34.829.000.000,Rp737.329.000.000,- Total biaya persediaan semen berdasarkan penulis menggunakan metode reorder point Keterangan ROP Jumlah 366.110 Ton Safety stock 366.075 Ton EOQ 23.219 ton Frekuensi pemesanan 30 kali Total Biaya persediaan Rp697.760.300.000,Sumber : Perhitungan yang telah dilakukan penulis Pembahasan Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan yang didasarkan pada data yang diperoleh dari objek penelitian ini yaitu PT. Semen Tonasa Samarinda maka diperoleh perbandingan antara perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan dan perhitungan penulis dengan menggunakan metode Reorder Point serta Ekomonic Order Quantity (EOQ). Setelah memperhatikan hasil analisis di atas, jika dibandingkan dengan pengendalian persediaan yang dilakukan oleh PT. Semen Tonasa dimana pemesanan dilakukan sebanyak 296 kali dalam satu periode dengan biaya persediaan per periode adalah sebesar Rp 737.329.000.000,- dengan rincian yaitu total biaya pemesanan dalam 296 kali pemesanan sebesar Rp702.500.000.000,dan biaya penyimpanan 5 % dari nilai persediaan sebesar Rp34.829.000.000,-. Sedangkan apa bila pengendalian persediaan yang dilakukan penulis dengan menggunakan metode economic order quantity yaitu frekuensi pemesanan dilakukan sebanyak 30 kali pemesanan per periode. Ini didapatkan dari 296 pesanan pada tahun 2013 dibagi 10 kali, maka diperoleh 30 kali frekuensi pemesanan dalam satu tahun. 80 Pengaruh Pelaksanaan K3 Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Bayu) Dengan jumlah setiap kali pemesanan sebesar 23.219 ton didapatkan dari kebutuhan semen dalam satu tahun 696.580 ton dibagi frekuensi pemesanan sebanyak 30 kali pemesanan. Nilai persediaan didapatkan dari jumlah pesanan selama satu tahun 23.219 ton dikali dengan harga tiap satu tonnya sebesar Rp1.000.000,-. Jadi diperoleh nilai persediaan sebesar Rp23.219.000.000,-. Nilai rata-rata persediaan didapat dari nilai persediaan dibagi dua maka diperoleh Rp23.219.000.000,- : 2 = Rp11.609.500.000,-. Biaya penyimpanan per tahun didapatkan dari 5% dari nilai ratarata persediaan Rp11.609.500.000,- x 5% = Rp 580.475.000,-. Biaya pemesanan setahun sebesar Rp600.000.000,- didapatkan dari biaya tiap kali pemesanan Rp20.000.000,- dikali dengan frekuensi pemesanan setahun sebanyak 30 kali. Jumlah biaya seluruhnya didapat dari biaya penyimpanan pertahun ditambah dengan biaya pemesanan setahun yaitu Rp580.475.000,- + Rp600.000.000,- = Rp1.180.475.000,-. Dengan demikian perhitungan ini dapat dijadikan acuan dalam upaya meminimalisirkan biaya pengendalian persediaan yang ekonomis dalam perusahaan. Untuk itu perusahaan dapat menggunakan metode reorder poin, agar dalam proses pemesanan dapat lebih efektif dan juga dapat menghemat biaya persediaan. Di samping itu, perusahaan dapat terus melayani permintaan konsumen yang semakin banyak serta dapat terus maju dan berkembang di dalam persaingan bisnis yang semakin ketat. Penutup Dengan metode yang digunakan oleh penulis maka perusahaan hanya memerlukan 30 kali pemesanan dalam satu tahun, dengan tiap satu kali pemesanan sebesar 23.219 ton. Dengan menggunakan metode reorder point dapat dijadikan sebagai standar perhitungan untuk menentukan titik pemesanan kembali terhadap pengendalian persediaan ekonomis pada PT. Semen Tonasa di Samarinda, dikarenakan metode reorder point mampu mengelola persediaan lebih ekonomis dari biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan tanpa mengurangi jumlah pemesanan serta kualitas barang yang dibutuhkan. Dengan menggunakan metode reorder point maka dapat diketahui kapan perusahaan harus melakukan pemesanan ulang semen yaitu pada saat stok mencapai 366.103 ton. Agar persediaan pengaman (safety stock) tetap terjaga, agar pelayanan terhadap permintaan konsumen dapat terus ditingkatkan. Dengan menggunakan konsep metode Economic Order Quantity (EOQ) maka dapat diketahui pengendalian persediaan ekonomis dengan total biaya persediaan sebesar Rp697.760.300.000,- dengan 30 kali pemesanan dalam satu tahun. Dengan demikian perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar jika pengendalian persediaannya dapat dilakukan secara efisien. Perusahaan hendaknya menggunakan metode reorder point dan juga metode economic order quantity untuk pengendalian persediaan semen yang ekonomis. Perusahaan harus memiliki standar perhitungan titik pemesanan kembali agar stok semen tetap terjaga dan semua permintaan pelanggan akan semen dapat terus terpenuhi. 81 eJournal Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 1, 2015: 68-82 Hendaknya perencanaan kebutuhan semen sebelum kegiatan operasi dilaksanakan dapat lebih dipertimbangkan agar biaya yang minimum dapat dicapai dan hasil yang optimum dapat diperoleh. Perlu dilakukan evaluasi dan pengawasan secara terus menerus terhadap pengendalian persediaan semen agar kebijakan yang kurang tepat dapat diperbaiki. Dalam upaya melakukan pengendalian persediaan, hendaknya segenap komponen dalam perusahaan dapat bekerja sama dengan baik sehingga tujuan pengendalian dapat tercapai. Daftar Pustaka Fahmi, Irham. 2012. Pengantar Manajemen Keuangan: Teori dan Soal Jawa Cetakan Kesatu. ALFABETA. Bandung. Hansen, R. Don dan Maryanne M. Mowen. 2001. Manajemen Biaya: Akuntansi dan pengendalian, Edisi Pertama, Jilid 2. Salemba Empat. Jakarta. Horngren, T. Charles, Srikant M. Datar dan George Fostar. 2006. Akuntansi Biaya: Pendekatan Manajerial, Edisi kedua Belas, Jilid 2. Erlangga Jakarta. Indriyo Gito Sudarmo, 2001, Sistem Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Edisi kedua, BPFE, Yogyakarta.. Kieso, E. Donald.,Jerry J. Weigandt dan Tery D. Warfield. 2007. Akuntansi Intermediate, Edisi keduabelas, Jilid 1. Erlangga. Jakarta. M. Nafirin. 2000. Penganggaran perusahaan. Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta. Riyanto, Bambang. 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Penerbit Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada. Yogyakarta. Sakkung, Valerie. Carien dan Candra Sinuraya. 2011. Perbandingan EOQ (Ecomomic Order Quantity) dan JIT (Just In Time) Terhadap Efisiensi Biaya Persediaan dan Kinerja Non-Keuangan (studi kasus pada PT. Indoto Tirta Mulia), Jurnal Akuntansi Nomer 5 Tahun ke-2. Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Maranatha. Simamora, Henry. 2004. Akuntansi Manajemen, Edisi kedua, Cetakan Pertama. Salemba Empat. Jakarta. Sumarso, SR. 2009. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi 5, Buku 1. Salemba Empat. Jakarta. Supriyono, R.A. 2005. Akuntansi Biaya. Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok, Buku Pertama, Edisi kedua, Cetakan Keempat Belas. BPFE Universita Gajah Mada. Yogyakarta. Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi, Edisi Pertama, Cetakan ketujuh. Ekonisia. Yogyakarta. Taylor III, W. Bernad. 2008. Introduction to Manajement Science :Sains manajemen, Edesi 8, Buku 2. Salemba Empat. Jakarta. 82