PERBEDAAN KEMAMPUAN SOSIALISASI PADA ANAK PRA SEKOLAH SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN STORYTELLING DENGAN BONEKA JARI PADA ANAK PRASEKOLAH DI RA MASYITOH GOGIK KECAMATAN UNGARAN BARAT Herpina *) Umi Aniroh, S. Kep.,Ns.,M. Kes**), Imron Rosidi, S. Kep, Ns.,M. Kep**) *) Mahasiswa PSK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen PSK Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Kemampuan sosialisasi merupakan predikator yang penting untuk berhasil dalam pendidikan dan lingkungan sosial. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya, baik orang tua, saudara, teman sebaya ataupun gurunya. Salah satu cara untuk menstimulasi kemampuan sosialisasi tersebut yaitu dengan boneka jari yang dimodifikasi dengan storytelling. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “perbedaan kemampuan sosialisasi pada anak pra sekolah sebelum dan sesudah diberikan story telling dengan boneka jari di RA Masyitoh Gogik Kecamatan Ungaran Barat” Jenis desain pada penelitian ini yaitu pre eksperimen dengan pendekatan one group pre-post test design.populasi penelitian ini adalah anak usia prasekolah umur 5 tahun yang berada di TK RA Masyitoh Gogik Kecamatan Ungaran Barat.dengan jumlah sampel 24 responden dengan tehnik total sampling. Alat penggambilan data dengan observasi menggunakan koesioner. Hasil penelitian di RA Masyitoh Gogik yaitu kemampuan sosialisasi anak prasekola setelah dilakukan storytelling dengan boneka jari yaitu kemampuan sosialisasi baik sebanyak 17 (70,8%) responden dan kemampuan sosialisasi cukup sebanyak 7 (29,2%) responden. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan sosialisasi pada anak pra sekolah sebelum dan sesudah diberikan story telling dengan boneka jari di RA Masyitoh Gogik Kecamatan Ungaran Barat” berdasarkan dari uji statistik dengan uji wilxocon dengan P value 0,001. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan untuk orang tua maupun guru dapat mengaplikasikan storytelling ini pada proses belajar untuk meningkatkan kemampuan sosialisasi anak. Kata kunci Daftar pustaka : Story telling, Boneka jari dan Kemampuan sosialisasi : 30 daftar pustaka (2004-2014) PENDAHULUAN Pertumbuhan merupakan peningkatan pada ukuran, fungsi dan kompleksitas fisik yang mengarah ke titik kematangan, terutama menunjuk pada perubahan fisik, seperti pertambahan tinggi dan berat badan. Istilah pertumbuhan lebih berkaitan dengan ukuran tubuh, serta fungsi fisik, (Soetjiningsih, 2012). Perkembangan merupakan perubahan yang terjadi secara secara bertahap dan tingkat yang paling rendah ketingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran (Wong, 2012). Klasifikasi periode usia perkembangan dimulai dengan neonatus usia 0-28 hari, bayi usia 1-12 bulan, toddler 1-3 tahun, pra sekolah 4-6 tahun, masa anak-anak pertengahan 6-12 tahun, dan masa anak-anak akhir 12-21 tahun. Siklus usia tersebut setiap anak-anak akan mengalami perubahan perkembangan yang berbeda-beda (Hamlin, 2005). Aspek pada pertumbuhan dan perkembangan selama masa pra sekolah meliputi : fisik, motorik halus, motorik kasar, kemampuas bahasa, sosialisasi, kognisi dan hubungan keluarga (Wong, 2012). Salah satu kemampuan yang penting untuk dikuasai pada masa kanakkanak awal (pra sekolah) adalah kemampuan sosial. Sosialisasi adalah proses yang digunakan anak untuk mempelajari standar, nilai, perilaku yang diharapkan kebudayaan atau lingkungan masyarakat mereka (Chaplin, 2005). Kemampuan sosialisasi merupakan predikator yang penting untuk berhasil dalam pendidikan, pekerjaan dan lingkungan sosial(Ladd, 2008). Kemampuan sosialisasi merupakan kemampuan anak untuk menyesuaikan diri terhadap dunia sosial yang lebih luas (Christiana, 2008). Perkembangan sosial memiliki 3 komponen penting yaitu : 1). Bahasa; dimana pada anak usia 4-5 tahun anak presekolah menggunakan kalimat panjang yang terdiri atas empat sampai lima kata dan menggunakan lebih banyak kata untuk menyampaikan pesan, 2). Perilaku personal sosial; dimana pada anak presekolah jauh lebih mampu bersosialisasi dan memiliki keinginan untuk memuaskan. 3). Bermain; dimana pada masa ini anak pra sekolah diberi berbagai macam permainan untuk melatih kemampuan sosialisasinyaTahap siap bertindak (game stage) Pada tahap ini anak semakin banyak memiliki lawan untuk berinteraksi dan hubungan anak semakin komplek. Anak berhubungan dengan teman sebayanya diluar rumah, peraturan-peraturan didalam keluarga secara bertahap dapat dipahami. Anak menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku diluar keluarganya. 1) Tahap penerimaan norma kolektif (generalizal stage) Ditahap ini anak mulai dianggap lebih dewasa. Anak dapat menerapkan dirinya pada masyarakat secara langsung, dengan demikian anak dapat langsung bertenggangrasa tidak hanya degan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi anak juga bisa berinteraksi dengan masyarakat lain. Menurut Rachmawati (2004), berpendapat ada 2 faktor utama yang mempengaruhi perkembangan sosial anak, yaitu faktor lingkungan kluarga dan faktor dari luar rumah atau luar keluarga. Menurut Hurlock (2002), yaitu faktor pengalaman awal yang diterima anak. Penjelasan dari 3 faktor tersebut adalah: 1) Faktor lingkungan keluarga Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan sosial anak, diantara faktor yang terkait dengan lingkungan keluarga dengan teman sebaya dan orang dewasa diluar rumah menyenangkan, maka akan menikmati hubungan sosial tersebut dn ingin mengulanginya, Demikian pula hal yang sebaliknya 2) Faktor pengaruh pengalaman sosial awal Pengalaman sosial awal sangat menentukan perilaku keperibadian selajutnya, Storytelling adalah suatu cara yang efektif bagi orang tua dan guru dalam memberikan informasi kepada anak. Story telling tidak saja menyenangkan namun ternyata dapat menstimulasi, mengembangkan dan mengoptimalkan kecerdasan (Idris, 2014). Story telling juga dapat menjadi media untuk dapat menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Story telling mempunyai makna penting bagi perkembangan anak TK, karena melalui story telling pendidik dapat mengkomunikasikan nilai-nilai sosial, nilai-nilai keagamaan, membantu mengembangkan fantasi anak, dan membantu mengembangkan dimensi kognitif anak (Moeslichatoen, 2004). Penggunaan metode story telling sebagai salah satu metode pembelajaran di Taman KanakKanak haruslah memperhatikan hal-hal berikut: 1) Isi cerita harus terkait dengan dunia kehidupan anak TK 2) Kegiatan bercerita diusahakan dapat memberikan perasaan gembira, lucu, dan mengasyikkan sesuai dengan dunia kehidupan anak yang penuh suka cita 3) Kegiatan bercerita harus diusahakan menjadi pengalaman bagi anak TK yang bersifat unik dan menarik (Barnawi dkk, 2012). Story telling sebaiknya dilakukan dalam kelompok kecil untuk memudahkan guru melakukan kegiatan yanag berlangsung sehingga lebih efektif (Barnawi dkk, 2012). Storytelling menjadi sesuatu yang penting bagi anak karna beberapa alasan, diantaranya bercerita memberi contoh pada anak cara untuk menyikapi permasalahan dengan baik mengembangkan kemampuan bersimpati, mengasah kepekaan sosial, dan mengajarkan anak melihat permasalahan dari sudut pandang orang lain (Musfiroh, 2008). Manfaat story telling untuk anak sangatlah banyak seperti merekatkan hubungan orang tua dengan anak dan story telling juga bisa membantu mengoptimalkan perkembangan psikologis dan kecerdasan anak secara emosionalnya. Ada beberapa manfaat yang menguntungkan dari story telling menurut Idris ( 2014) : 1) Meningkatkan keterampilan bicara anak. 2) Mebantu menenangkan anak yang menangis 3) Mengembangkan kemampuan berbahasa dengan mendengarkan struktur kalimat . 4) Meningkatkan minat baca. 5) Mengembangkan keterampilan berfikir. 6) Mengembangkan kecerdasan emosional anak. 7) Memperkenalkan nilai-nilai moral. 8) Memperkenalkan ide-ide baru. 9) Mengalami budaya lain. 10) Meningkatkan relaksasi jiwa dan raga. 11) Mempererat ikatan emosi dengan orang tua METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yaitu pre eksperimen design. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan one group pre-post test design. Rancangan one group pre-post test design Tabel 3.1 Rancangan one group pre-post test design Pretest Perlakua Posttest n 01 X 02 Penelitian dilakukan di RA Masyitoh Gogik Kecamatan Ungaran Barat. Penelitian dilakukan sehari yaitu pada tanggal 29 agustus 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia pra sekolah yang berada di RA Masyitoh Gogik Kecamatan Ungaran Barat dengan juml;ah 24 siswa Instumen atau alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner mengenai menggunakan indikator kemapuan sosialisasi HASIL PENELITIAN A. Analisa univariat Tabel 4.1 Distribusi frekuensi kemampuan sosilaisasi sebelum diberikan storytelling dengan boneka jari RA Mayitoh Gogik Kecamatan ungaran barat Kemampuan sosialisassi Cukup Baik Total frekuensi persen 11 12 23 47,8 52,2 100,0 Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sampel yang digunakan adalah 23 responden. Kemampuan sosialisasi sebelum diberikan storytelling dengan boneka jari didapatkan dengan skor cukup 11(47%) orang responden dan skor baik sejumlah 12(52,2%) orang responden. Tabel 4.2 distribusi frekuensi kemampuan sosialisasi anak presekolah sesudah diberikan storytelling dengan boneka jari Kemampuan sosialisasi Cukup Baik Frekuen Persen si 6 26,1 17 73,9 23 100,0 Berdasarkan tabel 4.2dapat diketahui bahwa sampel yang digunakan adalah 23 responden. Kemampuan sosialisasi sesudah diberikan storytelling dengan boneka jari didapatkan skor terendah dengan nilai nilai cukup sebanyak 6(26,1%) orang responden dan nilai baik sebanyak 17(73,9%) responden. B. Analisa bivariat Tabel 5.3. perbedaan kemampuan sosialisasi pada anak pra sekolah sebelum dan sesudah diberikan story telling dengan boneka jari di TK RA Masyithoh Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Vari Perlaku N Mea Z P abel an n value rank Kem amp uan sosia lisasi Pre test Post test Ne gati ve Pos itif Tie s 0 20 3 ,00 4,038 0.001 10,5 0 Dari hasil penelitian didapatkan 20 responden yang mengalami perbedaan perilaku sesudah diberikan storytelling dengan boneka jari dan 3 responden tidak mengalami perbedaan perilaku sesudah diberikan story telling dengan boneka jari terhadap kemampuan sosialisasi pada anak prasekolah di TK RA Masyitoh Gogik Kecamatan Ungaran Barat. Dari hasil uji statistik menggunakan wilcoxon dengan taraf signifikansi 5 % (0,05) didapatkan p value sebesar 0,001. (Apabila p value/ signifikansi di bawah 0,05 maka hipotesis Ho diterima dan Ha ditolak). Nilai p tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan sosialisasi pada anak pra sekolah sebelum dan sesudah diberikan story telling dengan boneka jari di TK RA Masyithoh Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat PEMBAHASAN 1. kemampuan sosilaisasi sebelum diberikan storytelling dengan boneka jari di RA Mayitoh Gogik Kecamatan ungaran barat. Berdasarkan hasil penelitian diketehaui bahwa sebagian besar kemampuan sosiaolisasi anak presekolah sebelum diberikan storytelling dengan boneka jari di TK RA Masyitoh Gogik Kecamatan Ungaran Barat dalam katagori cukup sebanyak 11 responden (47,8%) dan dalam katagori baik sebanyak 12 responden (52,2%). Perilaku yang tergolong cukup pada sebagian besar responden tersebut dapat dilihat dari hasil jawaban responden terhadap kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Dengan memberikan pertanyaan seputar indikator dari kemampuan sosialisasi yaitu kemampuan berbahasa, personal sosial dan bermain, karena menurut Potter & Perry (2005), pada masa anak-anak yaitu usia 5 sampai 6 tahun atau masa prasekolah dalam periode ini anak-anak mencapai peningkatan baik dari daya geraksampai mereka masuk sekolah,serta perkembangan motorik yang meningkat pada usia ini mendapatkan perluasan bahasa, hubungan sosial belajar standar peran, meningkatkan kontrol diri, dan penguasaan, mengembangkangkan peningkatan kesadaran tentang ketergantungan dan kemandirian, dan mulai mengembangkan konsep diri. Program ketrampilan sosial yang diberikan oleh guru untuk anak umur 3 sampai 5 tahun usia antara lain tentang, mendengarkan, berbagi, bergantian, berurusan dengan perasaan,ketakutan,kesedihan dan kemarahan dan memecahkan masalah. Belajar ketrampilan sosial diusia dini sama pentingnya seperti belajar berhitung dan mengenal huruf dan sangat penting untuk pengembangan masa awal anakanak Program keterampilan sosial sosial dirancang oleh psikolog klinis dan guru untuk awal masa anak-anak dari usia 3 samapi 5 tahun, yang digunakan ditempat penitipan anak prasekolah dan ruang kelas TK maupun pusat pembelajaran anak usia dini lainnya. Meskipun hal ini dapat disesuaikan untuk seluruh kelas, dalam hal ini lebih cocok untuk diberikan anak dengan kelompok kecil 6 sampai 8 anak. Anakanak diajarkan dengan cara konstruktif untuk memecahkan masalah yang timbul dalam situasi sosial. Hal ini dilakukan melalui cerita yang diperankan dengan boneka, video skenario, kegiatan roleplay dan lagu. Sosialisasi adalah proses yang digunakan anak untuk mempelajari standar, nilai, perilaku yang diharapkan kebudayaan atau lingkungan masyarakat mereka (Chaplin, 2005) Kemampuan sosialisasi merupakan predikator yang penting untuk berhasil dalam pendidikan, pekerjaan dan lingkungan sosial (Ladd, 2008). Kemampuan sosialisasi merupakan kemampuan anak untuk menyesuaikan diri terhadap dunia sosial yang lebih luas (Christiana, 2008). Dari penelitian sebelumnya yang berjudul pengaruh terapi bermain dengan bercerita terhadap kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah dalam menjalani perawatan di RSUD BATANG yang diteliti oleh Maysaroh 2012, dengan menunjukkan ada pengaruh terhadap terapi bermain dengan bercerita terhadap tindakan sosialisasi anak usia prasekolah. 2. kemampuan sosialisasi anak presekolah sesudah diberikan storytelling dengan boneka jari dari hasil penelitian yang dilakukan setelah diberikan storytelling dengan boneka jari maka kemampuan sosialisasi anak prasekolah mengalami peningkatan yaitu kemampuan sosialisasi dengan katagori cukup menjadi 17 responden dan katagori baik menjadi 6 responden. Agar menjadi pribadi yang utuh, anak prasekolah selain memiliki berbagai ketrampilan juga harus memiliki kemampuan bersosialisasi. Perkembangan tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku didalam masyarakat dimana anak berada. Selain itu, Soekanto (2008), menambahkan bahwa sosialisasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan agar seseorang mematuhi kaedah-kaedah dan nilai-nilai yang berlaku serta agar bersangkutan menghargai, didalam interaksi sosial terjadi proses sosialisasi. Sosialisasi tersebut merupakan suatu kemampuan untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan kelompoknya (Hurlock, 2002) Sedangkan menurut penelitian ada hubungan pola asuh dengan kemampuan sosialisasi pada anak prasekolah dengan hasildinyatakan ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemampuan sosialisasi pada anak prasekolah. Menurut Wong (2012), pendidikan atau stimulasi yang perlu diberikan untuk kematangan kemampuan sosial pada anak prasekolah yang paling khas adalah permainan imitatif, imajinatif dan dramatik. Permainan ini meliputi permainan pakaian, boneka tangan/jari, paket permainan pedesaan maupun rumah tangga, untuk lebih memahami pembelajaran umum dalam perkembangan anak mengenal huruf .Hal ini diperlukan untuk menentukan persyaratan awal selanjutnya siap dalam menghadapi lingkungan sekolah Anak-anak mulai belajar awal kemampuan sosial melalui interaksi sehari-hari seperti berbagi buku, bercerita , menyanyikan lagulagu, berbicara satu sama lain untuk menunujukkan penamaan objek (Bohrer, 2005, Ghosting 2006, Daimant-Cohen, 2007). Aktivitas ini mampu membantu memperluas kosakata mereka, memperluas dan memperkaya pengalaman mereka dan merangsang perkembangan otak. Anak-anak terlibat dalam apa yang sedang di baca lebih lanjut menunjukkan pemikiran positif dan imajinatif mereka, juga meningkatakan perkembangan intelektual dan emosional mereka dan membantu mereka memperoleh keahlian membaca yang dibutuhkan sebelum memasuki usia sekolah (Fiore, 2004, McGill,2005) Penelitian menunjukkan mempersiapkan untuk berhasil disekolah dan dalam kehidupan selanjutnya, ada hubungan yang kuat antara perkembangan anak masa awal kehidupan dan tingkat keberhasilan dengan kehidupan selanjutnya, anak-anak muda yang dipersiapkan terhadap lingkungan dimana kaya bahasa dan mampu berinteraksi dan penuh dengan kesempatan untuk mendengarkan dan menggunakan bahasa terus-menerus. Mereka dapat mulai untuk mendapatkan pembelajaran yang penting untuk bagaimana bisa membaca. Seorang anak yang memasuki usia sekolah tanpa ketrampilan ini menjalankan resiko yang signifikan untuk memulai tidak lebih unggul dibandingkan teman yang lain. Dari hasil penelitian kemampuan sosialisasi sesudah diberikan storytelling dengan boneka jari menunjukkan ada perubahan kemampuan sosialisasi semakin meningkat terhadap responden yang sudah diteliti atau diberikan intervensi storytelling dengan boneka jari tersebut. Meskipun sebagian kemampuan sosialisasi anak tetap tidak meningkat meskipun telah diberikan storytelling tersebut seperti hasil dari penelitian tersebut yaitu dari 23 responden yang diteliti dari hasil sesudah diberikan storytelling dengan boneka jari tersebut yaitu 17(73,9) siswa atau anak mengalami peningkatan kemampuan sosialisasi sedangkan 6(26,1%) anak tetap berda pada tingkat sesudah diteliti. Menurut soetjiningsih tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa mempunyai ciri-ciri tersendiri yaitu tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak dari konsepsi sampai dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan A. Analisa bivariate 1. Perbedaan kemampuan sosialisasi pada anak pra sekolah sebelum dan sesudah diberikan story telling dengan boneka jari di TK RA Masyithoh Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Berdasarkan table 5.3 dapat diketahui bahwa responden dengan kemampuan sosialisasi dalam katagori cukup sebelum diberikan storytelling dengan boneka jari yaitu 11(47,8%) responden dan yang memiliki kemampuan sosialisasi baik yaitu 12(52,2%) orang sisiwa atau responden, sedangkan kemampuan sosialisasi anak prasekolah tersebut setelah diberika storytelling dengan boneka jari meningkat dengan kemampuan sosialisasi sebanyak 17(73,9%) orang siswa atau responden sedangkan yang memiliki kemampuan sosialisasi cukup, masih berjumlah 6(26,1%) siswa atau responden. Dari hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon dengan taraf signifikan 5% (0,05) didapatkan P value sebesar 0,001. (Apabila P value signifikan dibawah 0,05 maka hipotesis Ho diterima dan Ha ditolak). Nilai P tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan storytelling dengan boneka jari terhadap kemampuan sosialisasi pada anak prasekolah di TK RA Masyitoh Gogik Kecamatan Ungaran Barat. Masa kanak-kanak merupakan masa terjadinya peningkatan kecerdasan dari 50% menjadi 80%. Peningkatan akan tercapai apabila lingkungan memberikan rangsangan atau stimulus yang tepat. Interaksi anak dengan lingkungannya menjadi suatu proses pembelajaran, yang dapat mengembangkan ketrampilannya (Gardener, 2011). Menurut Depkes, (2006) perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian, untuk meningkatkan fungsi tumbuh kembang anak perlu distimulasi. Stimulasi itu sendiri adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Kemmapuan dasar anak yang dirangsang dengan distimulasi adalah kemampuan motorik kasar, matorik halus, kemapuan berbicara dan kemampuan bersosialisasi. Stimulasi anak dapat diperoleh baik dari ibu, ayah, keluaarga maupun guru. Menurut DepKes RI (2010), terdapat prinsip dasar dalam memberikan stimulasi, yaitu : a. Stimulasi dilakukan dengan landasan rasa cinta dan kasih saying. b. Selalu tunjukkan sikap dan prilaku yang baik, karna anak akan meniru tingkah laku orang tua dan orang-orang terdekat dengannya. c. Berikan stimulasi sesuai dengan umur anak d. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, menyenangkan tanpa paksaan dan tidak ada hukuman. e. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak, terhadap ke4 aspek kemampuan dasar anak f. Gunakan alat bantu/ppermainanyang sederhana, aman dan ada disekitar anak g. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan h. Anak selalu diberikan pujian, bila perlu diberikan hadiah atas keberhasilannya. Dalam memberikan stimulasi ini yaitu dengan storytelling menggunaka boneka jari diharapkan perkembangan anak bisa meningkat baik dari kemampuan sosialisasi, kemamdirian maupun bahasa bagi anak terutama anak usia prasekolah, supaya pada saat anak menempuh usia sekolah anak sudah mempunyai kemampuan bersosialisasi dengan teman sebaya yang baru dikenal dan dilihat. B. Keterbatasan peneliti Peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna dan banyak kekurangan, adapun beberapa keterbatasan yang dihadapi peneliti yaitu sulitnya mengatur anak-anak untuk mendengarkan dan duduk secara rapi dan tenang pada saat storytelling dilakukan. Selain itu peneliti juga melakukan penelitian ulang selama sehari karna ada data yang kurang lengkap. Ada berberapa anak yang pada awalnya tidak mau mengikuti storytelling yang kita lakukan dengan alasan takut dan ada pula yang mau ikut apabila ditemani ibunya disampingnya pada saat storytelling dilakukan, namun sebelum kita melakukan storytelling tersebut kita memperlihatkan kepada responden terlebih dahulu boneka yang nanti akan kita peragakan dan akan memberikan cerita yang seru sesuai karakter boneka dan diakhir akan diberikan hadiah sama peneliti dengan tujuan untuk menarik perhatian dan minat untuk anak-anak. Selain itu kita juga minta tolong kepada ibu dari responden yang memang tidak mau kalau ibunya tidaak ikut kedalam, kita minta tolong kepada ibunya untuk mendampingi selama berjalannya storytelling tersebut. A. Kesimpulan 1. Sebagian besar kemampuan sosialisasi sebelum diberikan storytelling dengan boneka jari pada anak prasekolah di TK RA Masyitoh Gogik Kecamatan Ungaran Barat dalam katagori cukup yaitu sebanyak 11 (47,8%) responden atau siswa. 2. Sebagian besar kemampuan sosialisasi sesudah diberikan storytelling dengan boneka jari terhadap kemampuan sosialisasi pada anak prasekolah di RA Masyitoh Gogik Kecamatan Ungaran Barat yaitu sebanyak 17(73,9%) orang responden atau siswa 3. Ada perbedaan kemampuan sosialisasi pada anak pra sekolah sebelum dan sesudah diberikan story telling dengan boneka jari di TK RA Masyithoh Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat dengan p value 0,001 B. Saran 1. Bagi anak usia prasekolah Anak prasekolah yang telah diajarkan tentang cara bersosialisasi yang baik bisa diamalkan dan diaplikasikan baik dikelas maupun dilingkungan 2. Bagi instansi RA Masyitoh Guru dari RA tersebut bisa melakukan Storytelling dengan boneka jari ini yang nantinya semoga bisa menjadi alternative pembelajaran dalam keseharian supaya anak lebih tertarik dan tidak merasa bosan hanya dengan pengenalan melalui gambar saja 3. Bagi keluarga Storytelling ini bisa diterapkan di rumah juga selain disekolah agar bisa mengajarkan anak tentang berbagai macam hal dan bisa meningkatkan lagi untuk kemampuan sosialisasi si anak 4. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya diharapkan bisa menemukan alternatif media lain selain storytelling dengan boneka jari yang bisa berpengaruh terhadap kemampuan sosialisasi pada anak ataupun perbedaan alat ukur yang digunakan untuk mengetahui kemampuan sosialisasi pada anak. 5. Bagi perawat anak Perawat anak dapat melakukan suatu pembelajaran, dengan memberikan suatu penyuluhan atau pendidikan kesehatan bagi guru pengajar ataupun orangtua mengenai pentingnya kemapuan sosialisasi pada anak khusunya anak prasekolah,dengan salah satu alternatif cara yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan stimulasi berupa storytelling dengan boneka jari yang dapat meningkatkan kemampuan sosialisasi pada anak prasekolah. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, (2010). Prosedur penelitian. Jakarta, Rineka Cipta. Ayunisa (2014), dengan judul “Pengaruh APE(alat permainan edukatif) Terhadap Ketrampilan Anak Prasekolah Dengan Retardasi Mental” Barnawi dan Wijayani. (2012), Format PAUD. Yogyakarta. Andi offset. Chaplin, J P. (2005), Kamus Lengkap Psikologi Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Dirjen Binkesmas:Depkes RI. Hurlock, B Elisabeth. (2012) Psikologi Perkembangan. Jakarta. Penerbit Erlangga. Idris, H. (2014). Meningkatkan Kecerdasan Anak Usia Dini Melalui Mendongeng Cetakan Pertama. Jakarta. Luxima Metro Media. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: Kania , N.(2006). Stimulasi tumbuh kembang anak. Retrived december2,2014 from http://pustaka.unpad.ac.id/WPcontent//upload s/2010/02/stimulasi-tumbuh-kembang-anakoptimal.pdf/. Rineka Cipta. Potter and Perry. (2009). Fundamental of Nursing. Buku 3 Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika. Rachmawati , N. (2011). Pengasuh sosial stories Maclean. Jod Y.(2008). Library preschool storytimes : Developing Early Literacy Skills in Children. Canada : Provincial and Territorial Public Libraries Council Maysaroh, 2012 Dengan Pengaruh Terapi Bermain Dengan Bercerita Terhadap Kemampuan Sosialisasi Anak Usia Prasekolah Dalam Menjalani Perawatan di RSUD BATANG Moeslichaton , T. (2004). Metode Pengajaran Ditaman Kanak-kanak. Jakarta. Rineka Cipta. Morrison, George S,. (2012). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Musfiroh , T.(2008). Memilih, Menusun, Dan Menyajikan Cerita Untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta . Tiara Wacana. terhadap ketrampilan sosial anak dengan attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD). Jurnal psikologi UNDIP vol. 8, no. 2 oktober 2010 Sainato & salmon.(2005). Young exceptional children. Division For Early Childhood Of Council For Exceptional Children Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak; Jilid 1. Alih bahasa: Mila Rachmawati. Jakarta: Erlangga. (Edisi kesebelas). Septiari, Bea (2012). Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta : Nuha Medika Soetjiningsih, Christiana.(2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai dengan Kanak – Kanak Akhir. Jakarta : Mr,Graft john (2002). Helping Your Preschool. Us EGC Department Of Education. Soetjiningsih,Christiana H.(2007). Tumbuh kembang anak. Cetakan pertama, Jakarta: EGC Sugiyono, (2009). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung, Alfabeta. Sujiono, Bambang.dkk, 2007, Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka. Sussman, Sue Karen.(2012). The Importance Of Play In The Preschool Classroom. Texas Child Care Quarterly. Tjandra, (2012). Peniru Paling Luar Biasa. Jakarta. Sinar Ilmu. Wong, D. L. (2008). Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Alih bahasa Agus Sutarna, Neti Juniarti Edisi VI. Jakarta: EGC. Yusuf, S. (2014). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja Cetakan Keempatbelas. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.