Renungan Harian – Tgl 8 Februari 2017

advertisement
8 Februari
Bacaan Alkitab : Kel. 19 - 20
(Kurun waktu : diperkirakan 1.446 S.M. – Tiga Bulan
Pertama Setelah Meninggalkan Mesir)
“Sikap Takut Akan Tuhan”
Apakah persamaan umum yang dapat kita katakan tentang hal-hal ini:
hampir terkubur hidup-hidup di badai salju, nyaris tidak dapat selamat
dari kecelakaan karena terjatuhnya dahan pohon akibat sambaran
petir, kecelakaan lalu lintas yang akibatnya hampir-hampir fatal,
ataukah diagnose medis akan adanya penyakit yang serious?
Semuanya itu adalah ujian yang menakutkan. Lalu dengan cemas
kita bertanya-tanya dalam hati, apakah inilah saatnya untuk berjumpa
dengan Sang Pencipta kita. Ujian-ujian semacam itu tentunya
membuat kita jadi lebih sadar tentang arti hidup dan mungkin juga
akan membuat kita jadi bersikap lebih bijak dan mau melakukan halhal yang benar di mata Tuhan. Hal seperti inilah yang tampaknya
terjadi ketika orang Israel bertemu Allah di Gunung Sinai di padang
gurun Sinai.
Perjumpaan orang Israel dengan Allah didahului oleh janji yang
diberikan Allah bagi mereka. Allah yang berkata bahwa diriNya
adalah AKU Yang Maha Besar, Maha Hadir, Allah Yang Perkasa,
Pembebas UmmatNya dari belenggu perbudakan, Pelindung dan
Yang Menyediakan segala kebutuhan mereka, berkata :
“(19:5) Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan
firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan
menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa,
sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. (19:6) Kamu akan
menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah
semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel." (Kel.
19 : 5 – 6)
Ini adalah perjanjian yang bersyarat. Jika ummatNya sungguhsungguh patuh kepada Allah dan menuruti segala perintahNya, maka
mereka akan dijadikan harta kesayangan milik Tuhan dari antara
segala bangsa di seluruh bumi.
Meskipun kebanyakan dari kita bukanlah orang Yahudi, tetapi orangorang yang telah sungguh-sungguh percaya kepada Yesus Kristus
pada hari ini pun memiliki janji yang sama dari Allah, namun janji Allah
itu bersifat tidak bersyarat. Janji yang kita miliki itu berasal dari Allah
dan dibayar lunas dengan darah anakNya, Yesus Kristus.
“(2:9) Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani,
bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu
memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah
memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang
ajaib: (2:10) kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang
sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi
yang sekarang telah beroleh belas kasihan (I Petrus 2 : 9 – 10).
(1:11) Aku katakan "di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami
mendapat bagian yang dijanjikan--kami yang dari semula ditentukan
untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di
dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya—
(1:12) supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada
Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya. (1:13) Di
dalam Dia kamu juga--karena kamu telah mendengar firman
kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu--di dalam Dia kamu juga, ketika
kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya
itu. (Eph. 1 : 11 – 13).
Orang Israel setuju untuk mematuhi perjanjian dengan Allah tersebut.
Setelah mendengar perintah Allah melalui Musa, mereka
mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Allah. Orang Israel
diharuskan mencuci bersih pakaiannya dan tidak melakukan
hubungan seksual selama tiga hari.
Pencucian pakaian tidak
menambahkan nilai kekudusan ataupun kebenaran di hadapan
TUHAN, tetapi mungkin hanya merupakan kiasan dan dilakukan
sebagai salah satu cara untuk menghormati Allah yang kudus dan
yang sejati dan benar. Tindakan untuk tidak melakukan hubungan
seksual selama tiga hari mungkin dimaksudkan agar mereka dapat
sungguh-sungguh sepenuhnya mendedikasikan diri kepada Allah.
Bagaimana seharusnya cara kita mempersiapkan diri untuk
menghadap Allah? Rasul Paulus memberikan jawaban bagi kita di
dalam surat I Korintus 6 : 11b : “…Tetapi kamu telah memberi dirimu
disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam
nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.” Dengan
menerima korban darah Kristus sebagai penebusan atas dosa-dosa
kita, kita telah disucikan dan dijadikan kudus. Setelah menjadi
seorang Kristen, setiap hari kitapun masih memerlukan pemurnian
atas dosa. Didalam surat I Yohanes 1 : 7, Rasul Yohanes berkata :
“Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam
terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan
darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.”
Pada hari pertemuan dengan ummatNya tersebut, Allah menyatakan
diriNya di hadapan kaum Israel dengan suara gemuruh guruh
mengguntur, kilat sabung-menyabung , sangkakala yang berbunyi
nyaring, gunung yang berasap, dan suara yang sangat keras dan
berkuasa. Allah menyatakan diriNya dengan penuh kuasa sehingga
ummatNya akan memiliki sikap takut akan TUHAN dan menjauhkan
diri dari dosa (Kel. 20 : 20). Dan dengan sikap takut akan Allah,
kemudian ummat Israel melakukan hal ini :
“(20:18) Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat
sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap. Maka
bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh. (20:19)
Mereka berkata kepada Musa: "Engkaulah berbicara dengan kami,
maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara
dengan kami, nanti kami mati." (Kel. 20 : 18 – 19).
Kadang-kadang diperlukan terjadinya bencana alam ataupun
malapetaka lainnya untuk membuat hati kita berbalik kepada TUHAN.
Seringkali hanya dengan cara seperti itulah maka kita akhirnya siap
untuk mendengar suara TUHAN. Ketika Allah telah melihat kesiapan
hati ummatNya, Allah memberikan sepuluh perintahNya bagi ummat
Israel untuk dipatuhi. (Kel. 20 : 3 – 17). Lima perintah Allah yang
pertama mewajibkan mereka untuk menghormati Allah, dan lima
perintah yang terakhir merupakan perintah bagi ummatNya untuk
menghargai dan mengasihi sesamanya. Apakah Anda siap untuk
mendengar suara Allah? Hal yang pertama yang perlu dilakukan
adalah: datanglah menghadap Allah dengan iman, untuk memperoleh
kedamaian dan pengampunan dari Nya. Lalu bacalah FirmanNYa
yang terdapat di dalam Alkitab, untuk dapat memahami tentang sikap
hidup seperti apakah yang menyenangkan hati TUHAN, ataupun halhal apa saja yang mendukakan hatiNya. Jangan sia-siakan hidup
Anda untuk mengejar kepuasan pribadi atau hal-hal duniawi, yang
berujung pada bencana yang fatal. Jalanilah sisa hidup Anda di dalam
kepatuhan dan penghargaan tertinggi kepada TUHAN, dan Anda akan
dipersiapkan untuk berjumpa Allah.
Untuk Direnungkan dan Dilakukan :
 Ujian-ujian hidup yang menakutkan ataupun mengancam nyawa,
kadang-kadang diijinkan TUHAN terjadi dalam hidup kita agar kita
dapat hidup lebih bijak dan benar di hadapan Allah ;
 Perjanjian yang lama antara Allah dan ummat Israel adalah
perjanjian yang bersyarat. Perjanjian yang baru antara Allah dan
manusia, melalui Yesus Kristus, sifatnya tanpa syarat dan kekal.
Puji TUHAN! ;
 Kita dapat mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Allah
dengan memohon agar dosa-dosa kita dapat disucikan oleh darah
Yesus Kristus dan juga dengan menjalani hidup yang kudus yang
penuh hormat kepada TUHAN. Inilah sikap hidup yang takut akan
Allah. Setiap hari, baca dan pelajarilah Alkitab untuk dapat
memahami hal-hal yang menyenangkan hati TUHAN, dan
patuhilah seluruh FirmanNya.
Pertanyaan Untuk Diskusi :
 Oleh kuasa penyucian di dalam darah Yesus, kita yang percaya
dan menerima penebusan dosa oleh darah Yesus, telah
dibebaskan dari kutuk hukum Taurat (Galatia 3 : 13); Lalu dalam
pertumbuhan hidup rohani kita sehari-hari, masih perlukah kita
merenungkan Firman Tuhan berkenaan dengan Sepuluh Perintah
Allah? Seberapa pentingkah bagi kita untuk menjalankan Sepuluh
Perintah Allah ? Jelaskanlah.
 Kitab Kel. 19 : 20 menjelaskan bahwa sedemikian kudusnya Allah
dan sedemikian berdosanya ummatNya, sehingga orang Israel
sangat takut untuk mendengar langsung suara Allah, dan mereka
meminta Musa untuk menjadi mediator antara Allah dan ummat
Israel, dan inilah tercatat pertama kalinya ummat Allah memerlukan
mediator antara mereka dengan Allah. Jabatan keimaman ini
kemudian turun temurun beralih ke Harun dan keturunan Lewi,
kepada para Nabi, dan akhirnya, Yesus Kristus sebagai perantara
terakhir yang sempurna antara manusia dengan Allah. Siapakah
perantara antara Anda dengan Allah? Apakah Anda selalu
memerlukan perantara ini, dan apakah Ia selalu menjadi perantara
bagi Anda?
Ayat Hafalan Hari Ini :
 Keluaran 20 : 20
“Tetapi Musa berkata kepada bangsa itu:
"Janganlah takut, sebab Allah telah datang dengan maksud untuk
mencoba kamu dan dengan maksud supaya takut akan Dia ada
padamu, agar kamu jangan berbuat dosa."
Download