8 Februari Bacaan Alkitab : Kel. 19 - 20 (Kurun waktu : diperkirakan 1.446 S.M. – Tiga Bulan Pertama Setelah Meninggalkan Mesir) “Sikap Takut Akan Tuhan” Apakah persamaan umum yang dapat kita katakan tentang hal-hal ini: hampir terkubur hidup-hidup di badai salju, nyaris tidak dapat selamat dari kecelakaan karena terjatuhnya dahan pohon akibat sambaran petir, kecelakaan lalu lintas yang akibatnya hampir-hampir fatal, ataukah diagnose medis akan adanya penyakit yang serious? Semuanya itu adalah ujian yang menakutkan. Lalu dengan cemas kita bertanya-tanya dalam hati, apakah inilah saatnya untuk berjumpa dengan Sang Pencipta kita. Ujian-ujian semacam itu tentunya membuat kita jadi lebih sadar tentang arti hidup dan mungkin juga akan membuat kita jadi bersikap lebih bijak dan mau melakukan halhal yang benar di mata Tuhan. Hal seperti inilah yang tampaknya terjadi ketika orang Israel bertemu Allah di Gunung Sinai di padang gurun Sinai. Perjumpaan orang Israel dengan Allah didahului oleh janji yang diberikan Allah bagi mereka. Allah yang berkata bahwa diriNya adalah AKU Yang Maha Besar, Maha Hadir, Allah Yang Perkasa, Pembebas UmmatNya dari belenggu perbudakan, Pelindung dan Yang Menyediakan segala kebutuhan mereka, berkata : “(19:5) Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. (19:6) Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel." (Kel. 19 : 5 – 6) Ini adalah perjanjian yang bersyarat. Jika ummatNya sungguhsungguh patuh kepada Allah dan menuruti segala perintahNya, maka mereka akan dijadikan harta kesayangan milik Tuhan dari antara segala bangsa di seluruh bumi. Meskipun kebanyakan dari kita bukanlah orang Yahudi, tetapi orangorang yang telah sungguh-sungguh percaya kepada Yesus Kristus pada hari ini pun memiliki janji yang sama dari Allah, namun janji Allah itu bersifat tidak bersyarat. Janji yang kita miliki itu berasal dari Allah dan dibayar lunas dengan darah anakNya, Yesus Kristus. “(2:9) Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: (2:10) kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan (I Petrus 2 : 9 – 10). (1:11) Aku katakan "di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan--kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya— (1:12) supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya. (1:13) Di dalam Dia kamu juga--karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu--di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. (Eph. 1 : 11 – 13). Orang Israel setuju untuk mematuhi perjanjian dengan Allah tersebut. Setelah mendengar perintah Allah melalui Musa, mereka mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Allah. Orang Israel diharuskan mencuci bersih pakaiannya dan tidak melakukan hubungan seksual selama tiga hari. Pencucian pakaian tidak menambahkan nilai kekudusan ataupun kebenaran di hadapan TUHAN, tetapi mungkin hanya merupakan kiasan dan dilakukan sebagai salah satu cara untuk menghormati Allah yang kudus dan yang sejati dan benar. Tindakan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama tiga hari mungkin dimaksudkan agar mereka dapat sungguh-sungguh sepenuhnya mendedikasikan diri kepada Allah. Bagaimana seharusnya cara kita mempersiapkan diri untuk menghadap Allah? Rasul Paulus memberikan jawaban bagi kita di dalam surat I Korintus 6 : 11b : “…Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.” Dengan menerima korban darah Kristus sebagai penebusan atas dosa-dosa kita, kita telah disucikan dan dijadikan kudus. Setelah menjadi seorang Kristen, setiap hari kitapun masih memerlukan pemurnian atas dosa. Didalam surat I Yohanes 1 : 7, Rasul Yohanes berkata : “Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.” Pada hari pertemuan dengan ummatNya tersebut, Allah menyatakan diriNya di hadapan kaum Israel dengan suara gemuruh guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung , sangkakala yang berbunyi nyaring, gunung yang berasap, dan suara yang sangat keras dan berkuasa. Allah menyatakan diriNya dengan penuh kuasa sehingga ummatNya akan memiliki sikap takut akan TUHAN dan menjauhkan diri dari dosa (Kel. 20 : 20). Dan dengan sikap takut akan Allah, kemudian ummat Israel melakukan hal ini : “(20:18) Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap. Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh. (20:19) Mereka berkata kepada Musa: "Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati." (Kel. 20 : 18 – 19). Kadang-kadang diperlukan terjadinya bencana alam ataupun malapetaka lainnya untuk membuat hati kita berbalik kepada TUHAN. Seringkali hanya dengan cara seperti itulah maka kita akhirnya siap untuk mendengar suara TUHAN. Ketika Allah telah melihat kesiapan hati ummatNya, Allah memberikan sepuluh perintahNya bagi ummat Israel untuk dipatuhi. (Kel. 20 : 3 – 17). Lima perintah Allah yang pertama mewajibkan mereka untuk menghormati Allah, dan lima perintah yang terakhir merupakan perintah bagi ummatNya untuk menghargai dan mengasihi sesamanya. Apakah Anda siap untuk mendengar suara Allah? Hal yang pertama yang perlu dilakukan adalah: datanglah menghadap Allah dengan iman, untuk memperoleh kedamaian dan pengampunan dari Nya. Lalu bacalah FirmanNYa yang terdapat di dalam Alkitab, untuk dapat memahami tentang sikap hidup seperti apakah yang menyenangkan hati TUHAN, ataupun halhal apa saja yang mendukakan hatiNya. Jangan sia-siakan hidup Anda untuk mengejar kepuasan pribadi atau hal-hal duniawi, yang berujung pada bencana yang fatal. Jalanilah sisa hidup Anda di dalam kepatuhan dan penghargaan tertinggi kepada TUHAN, dan Anda akan dipersiapkan untuk berjumpa Allah. Untuk Direnungkan dan Dilakukan : Ujian-ujian hidup yang menakutkan ataupun mengancam nyawa, kadang-kadang diijinkan TUHAN terjadi dalam hidup kita agar kita dapat hidup lebih bijak dan benar di hadapan Allah ; Perjanjian yang lama antara Allah dan ummat Israel adalah perjanjian yang bersyarat. Perjanjian yang baru antara Allah dan manusia, melalui Yesus Kristus, sifatnya tanpa syarat dan kekal. Puji TUHAN! ; Kita dapat mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Allah dengan memohon agar dosa-dosa kita dapat disucikan oleh darah Yesus Kristus dan juga dengan menjalani hidup yang kudus yang penuh hormat kepada TUHAN. Inilah sikap hidup yang takut akan Allah. Setiap hari, baca dan pelajarilah Alkitab untuk dapat memahami hal-hal yang menyenangkan hati TUHAN, dan patuhilah seluruh FirmanNya. Pertanyaan Untuk Diskusi : Oleh kuasa penyucian di dalam darah Yesus, kita yang percaya dan menerima penebusan dosa oleh darah Yesus, telah dibebaskan dari kutuk hukum Taurat (Galatia 3 : 13); Lalu dalam pertumbuhan hidup rohani kita sehari-hari, masih perlukah kita merenungkan Firman Tuhan berkenaan dengan Sepuluh Perintah Allah? Seberapa pentingkah bagi kita untuk menjalankan Sepuluh Perintah Allah ? Jelaskanlah. Kitab Kel. 19 : 20 menjelaskan bahwa sedemikian kudusnya Allah dan sedemikian berdosanya ummatNya, sehingga orang Israel sangat takut untuk mendengar langsung suara Allah, dan mereka meminta Musa untuk menjadi mediator antara Allah dan ummat Israel, dan inilah tercatat pertama kalinya ummat Allah memerlukan mediator antara mereka dengan Allah. Jabatan keimaman ini kemudian turun temurun beralih ke Harun dan keturunan Lewi, kepada para Nabi, dan akhirnya, Yesus Kristus sebagai perantara terakhir yang sempurna antara manusia dengan Allah. Siapakah perantara antara Anda dengan Allah? Apakah Anda selalu memerlukan perantara ini, dan apakah Ia selalu menjadi perantara bagi Anda? Ayat Hafalan Hari Ini : Keluaran 20 : 20 “Tetapi Musa berkata kepada bangsa itu: "Janganlah takut, sebab Allah telah datang dengan maksud untuk mencoba kamu dan dengan maksud supaya takut akan Dia ada padamu, agar kamu jangan berbuat dosa."