11 Februari Bacaan Alkitab : Kel. 28 - 29 (Kurun waktu : diperkirakan 1.446 – 1.444 S.M.) “Dedikasi Pelayanan” Dalam dunia sehari-hari, kita melakukan peresmian kapal yang baru dengan membaptiskannya dan juga membaktikan gedung dan bendabenda lainnya untuk pelayanan. Di gereja, tempat usaha dan bahkan dalam dunia kemiliteran, kita memberi penghargaan kepada orangorang. Upacara dedikasi seperti ini biasanya dilakukan secara publik. Untuk mempromosikan seseorang, misalnya, kita mengumpulkan orang di dalam pertemuan ataupun event khusus untuk menjelaskan tentang jabatan , posisi dan kewenangan yang baru yang diberikan kepada orang-orang yang hendak kita hormati. Mungkin kita juga memberikan pakaian ataupun aksesoris yang khusus untuk dikenakan oleh orang yang diberi penghormatan tersebut. Kita mungkin juga akan memberikan ruangan khusus bagi orang tersebut dengan nama mereka di depan pintu, serta memberikan meja kerja tersendiri bagi mereka, dan bahkan mungkin juga memberi sekretaris bagi mereka. Dengan melakukan hal tersebut, kita bermaksud meningkatkan harkat dan martabat orang tersebut atas kedudukannya yang baru. Meskipun mungkin kita memperoleh penghormatan khusus dan hak kepemimpinan yang baru tersebut, namun bagaimana cara kita memimpin, akan menentukan bertambah atau berkurangnya rasa hormat dari para pengikut kita. Di dalam masa penulisan Alkitab, mengurapi seseorang ataupun sesuatu benda, merupakan sebuah cara untuk memisahkan/mengkhususkan seseorang ataupun sesuatu hal untuk sebuah pelayanan tertentu. Di dalam jaman Perjanjian Lama, upacara pengurapan dilakukan atas para imam, nabi, raja-raja ataupun benda-benda tertentu yang dikuduskan untuk digunakan sebagai bagian upacara penyembahan. Seringkali upacara pengurapan atas seseorang ataupun benda yang dikuduskan, dilakukan secara terbuka di depan umum, dilakukan dengan cara menuangkan minyak urapan di atas kepala, mengoleskan ataupun memercikkan sedikit darah sapi di atas kepala si penerima urapan tersebut sebagai tanda untuk memisahkan orang ataupun benda tersebut untuk tujuan pelayanan yang khusus. Di dalam jaman Perjanjian Baru, secara rohani, Yesus Kristus adalah pribadi “Yang Diurapi Allah” (atau kata Kristus dalam bahasa Yunani). Yesus itu diurapi dan dipilih Allah untuk tujuan khusus – untuk melayani dan memberikan nyawaNya sebagai tebusan bagi banyak orang (Mat. 20 : 28). Ini berarti secara spiritual, darah Yesus itulah yang menyucikan kita bagi pelayanan yang memuliakan nama TUHAN (I Petr. 2 : 9 dan Ibr. 9 : 14). Musa berada di Gunung Sinai ketika ia mendapat segala perintah dari Allah mengenai tata cara pengenaan jubah bagi para imam besar, dan bagaimana mereka kemudian dikuduskan/ dipisahkan untuk tugas pelayanan khusus dengan cara diurapi. Jubah-jubah yang khusus diberikan kepada mereka untuk dikenakan, agar menambah martabat dan penghormatan bagi para imam besar tersebut, dan juga sebagai tanda untuk mengkhususkan mereka bagi pelayanan sebagai imam kepada Allah (Kel. 28: 2, 39 – 41). Suatu lapisan kecil penutup dada berbentuk empat persegi panjang, baju efod (seperti baju pelapis), jubah, tenunan kain gamis, serban, selempang dan pakaian linen (untuk mengurangi keringat) harus dibuat dan dikenakan oleh imam-imam besar dan anak laki-laki mereka ( keturunan Harun, kakak Musa). Pada kedua penutup bahu baju efod tersebut harus dipasangi dua batu permata krisopras, masing-masing dengan tulisan 6 nama, dari 12 suku Israel menurut urutan kelahirannya dan dililit dengan ikat emas. Lapisan kecil penutup dada yan gdikenakan di atas baju efod tersebut harus dipasangi 12 permata yang melambangkan 12 suku Israel. Para imam besar tersebut harus mengenakan serban di kepala mereka dengan dengan suatu plat emas kecil bertuliskan “Kudus Bagi Tuhan”. Para imam besar ini diwajibkan memimpin upacara penyembahan dengan sikap dan halhal yang kudus (didedikasikan dan dikuduskan) dan mencerminkan kekudusan di hadapan jemaat. Para imam besar ini tidak hanya menjadi wakil Allah yang kudus, tetapi juga melayani sebagai wakil bagi orang Israel dan bertanggung-jawab kepada mereka. Bagaimana kita menilai kepemimpinan yang kita lakukan? Entah kita sebagai kepala rumah tangga, kepala usaha, gereja ataupun organisasi lainnya, apakah kita sadar bahwa karakter kita dan hal-hal yang kita yakini, semuanya merupakan hal yang penting? Rasul Petrus menulis : “(1:15) tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu. (1:16) sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. (I Petr. 1 : 15-16). Apakah kita sadar bahwa kita juga mewakili kepentingan orang-orang yang berada dalam pengawasan kita? Apakah kita mengerti bahwa kitapun bertanggung-jawab kepada mereka? Permata dan batu-batu berharga yang dikenakan para imam besar tersebut merupakan alat pengingat visual bahwa mereka mewakili kepentingan orang-orang Israel. Adakah alat pengingat visual yang mungkin dapat kita gunakan untuk membantu kita mengingat tentang orang-orang yang kita wakili? Meskipun mungkin kita mendapat rasa hormat dan keuntungan khusus sebagai seorang pemimpin, namun bagaimana cara kita memimpin, akan menentukan bertambah atau berkurangnya rasa hormat dari para pengikut kita. Seperti imam-iman pada jaman Perjanjian Lama dan para rasul pada jaman Perjanjian Baru, sebagai orang Kristen, kitapun adalah wakilwakil Allah. Rasul Paulus di dalam surat 2 Korintus 5 : 20 berkata : “Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.” Sama seperti para imam dan rasul yang berperanan di dalam tugas rekonsiliasi dengan Allah, kita pun perlu terlibat didalamnya. Kita perlu berusaha agar terjadi pendamaian antara manusia dengan Sang Penciptanya, entah apakah mereka masih belum percaya kepada pengorbanan darah Kristus, maupun orang percaya yang masih belum memiliki hubungan persekutuan yang erat dengan Allah. Jika Anda memerlukan pengampuan dan ingin berdamai dengan Allah, Anda dapat menemukannya melalui imam besar kita, Yesus Kristus. Untuk Direnungkan dan Dilakukan : Secara rohani kita mengerti bahwa darah Kristus menyucikan dan memisahkan kita untuk tugas pelayanan bagi Allah ; Meskipun mungkin kita memperoleh penghargaan khusus maupun hak keuntungan sebagai pimpinan, namun bagaimana cara kita memimpin, akan berakibat pada meningkat atau menurunnya rasa hormat dari para pengikut kita ; Kita perlu mengupayakan pendamaian antara manusia dengan Sang Penciptanya, entah apakah mereka bukan orang percaya, ataupun orang yang telah percaya. Pertanyaan Untuk Diskusi : Rasul Petrus di dalam surat I Petr. 2 : 5 mengingatkan kita bahwa setelah kita menerima pengorbanan darah Yesus di kayu salib untuk menebus dosa-dosa dan menyucikan kita dari segala kejahatan, maka kita pun diberi tugas untuk menjadi batu yang hidup bagi pembangunan suatu rumah rohani, dan imam yang kudus bagi Allah, yang dapat memimpin dan melayani orang lain untuk mengenal kasih Yesus. Jelaskanlah, seberapa besar kita telah melakukan tugas mulia dan kudus dari Tuhan sebagai imamNya yang kudus? Kitab Kel. 28 : 36-38 mengatakan tentang konsep kekudusan saat para imam besar menghadap Allah Yang Maha Kudus, di mana sebagai perantara bagi ummat Israel, mereka juga wajib mohon Allah memberi pengampunan atas dosa yang dilakukan mereka dan ummatNya, sehingga Allah berkenan menerimanya. Didalam Perjanjian Baru di kitab Ibrani 12 : 14, antara lain disebutkan bahwa kita harus mengejar kekudusan, atau kuasa dari hidup yang dipisahkan dan dikhususkan bagi Allah. Setelah mengevaluasi hidup keimanan kita sendiri selama ini, seberapa besarkah kadar kekudusan yang telah kita usahakan di hadapan Allah Yang Maha Kudus? perbaiki? Hal-hal apa saja yang perlu kita Ayat Hafalan Hari Ini : I Petr 1 : 15-16 “(1:15) tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu. (1:16) sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.